OMSK pdf

28
 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek” adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen. 1,2 Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling  banyak ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi tinggi dibandingkan dengan beberapa negara lain.  Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran oleh Departemen Kesehatan R.I tahun 1994- 1996, angka kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6% dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan  prevalensi otitis media supuratif kronis antara 2,1-5,2%. 3,4  OMSK dapat terbagi atas 2, yaitu otitis media supuratif kronik tubotimpani dan otitis media supuratif kronik atikoantral. OMSK atikoantral merupakan bentuk yang paling berbahaya karena sifatnya yang dapat mendestruksi jaringan sekitar sehingga dapat menimbulkan komplikasi yang lebih berat. 1,3 OMSK merupakan salah satu penyakit yang sering ditemukan di  poliklinik, maka dari itu penulis akan membahas laporan kasus mengenai OMSK.

description

omsk

Transcript of OMSK pdf

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut

    congek adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang

    (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya

    cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus

    atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen.1,2

    Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling

    banyak ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum, insiden

    OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Prevalensi OMSK di

    Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi tinggi dibandingkan

    dengan beberapa negara lain. Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera

    Penglihatan dan Pendengaran oleh Departemen Kesehatan R.I tahun 1994-

    1996, angka kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT)

    di Indonesia sebesar 38,6% dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada

    kasus telinga dan gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan

    prevalensi otitis media supuratif kronis antara 2,1-5,2%.3,4

    OMSK dapat terbagi atas 2, yaitu otitis media supuratif kronik

    tubotimpani dan otitis media supuratif kronik atikoantral. OMSK atikoantral

    merupakan bentuk yang paling berbahaya karena sifatnya yang dapat

    mendestruksi jaringan sekitar sehingga dapat menimbulkan komplikasi yang

    lebih berat.1,3

    OMSK merupakan salah satu penyakit yang sering ditemukan di

    poliklinik, maka dari itu penulis akan membahas laporan kasus mengenai

    OMSK.

  • 2

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    2.1. Identitas

    Nama anak : Farizki

    Umur anak : 3 tahun

    Jenis kelamin : Laki - laki

    Nama Ibu : Luciana

    Umur Ibu : 24 tahun

    Agama : Islam

    Alamat : Kertapati, Palembang

    2.2. Anamesis (Alloanamnesis)

    Keluhan Utama :

    Keluar cairan lengket berwarna putih pada telinga sebelah kanan sejak 2

    minggu yang lalu

    Riwayat Perjalanan Penyakit :

    Sejak 2 minggu yang lalu telinga sebelah kanan mengeluarkan

    cairan lengket berwarna putih tapi tidak disertai darah, cairan keluar setiap

    hari, cairan banyak keluar saat pagi hari. Tidak ada riwayat demam tinggi,

    anak tidak gelisah dan dapat tidur tenang. Selain itu ibu pasien juga

    mengatakan bahwa telinga kiri dan kanan pasien 2 tahun yang lalu juga

    pernah mengeluarkan cairan yang sama namun sekarang sudah tidak lagi.

    Sejak 1 minggu yang lalu, pasien berobat ke puskesmas, dan diberi

    obat racikan, namun tidak ada perubahan.

    Pada saat ini pasien tidak pilek, batuk ataupun demam. Pasien tidak

    mengalami mimisan. Nafsu makan pasien tidak mengalami penurunan.

    Tidak ditemukan sakit menelan pada pasien.

  • 3

    Riwayat Penyakit Dahulu

    - Pasien mempunyai riwayat sering batuk pilek .

    - Riwayat trauma kepala tidak ada.

    Riwayat Alergi

    Tidak ada

    2.3. Pemeriksaan Lokalis (Status THT)

    Pemeriksaan Telinga

    Telinga Dextra Sinistra Tragus pain - - Auricula Tidak ada

    kelainan Tidak ada kelainan

    Canalis aurikularis Kotor, terdapat sekret berwarna putih susu

    -

    Membran timpani Reflek cahaya (-), membran timpani perforasi sentral (anterior inferior)

    Reflek cahaya (-), terdapat sikatrik

    Rinne Test - - Weber test - - Shwabach test - -

    Gambar membran timpani

  • 4

    Pemeriksaan Hidung

    Hidung Dextra Sinistra

    Dorsum nasi - -

    Septum nasi Deviasi(-) Deviasi(-)

    Cavum nasi - -

    Chonca Normal Normal

    Mukosa Normal normal

    Meatus Nasalis - -

    Discharge - -

    Test provokasi - -

    Test posisional - -

    Test transluminasi - -

    Lain-lain - -

    Gambar Cavum Nasi

    Pemeriksaan Tenggorokan

    Labialis (-)

    Palatum (-)

    Glosus (-)

    Ginggiva (-)

    Pharing (-)

    Tonsil T1/T1

    Uvula (-)

    Lain-lain (-)

  • 5

    Gambar tenggokan

    2.4. Diagnosis kerja

    Otitis Media Supuratif Kronik Tipe Aman Aurikularis Dextra.

    2.5. Penatalaksanaan

    Larutan H202 3% diberikan untuk 3-5 hari

    Setelah sekret berkurang diberikan tetes telinga yang mengandung antibiotik

    dan kortikosteroid selama1-2 minggu.

    Jika sudah tenang diberikan antibiotika oral Ampicilin atau Eritromisin bila

    pasien alergi terhadap Penicillin. Jika dicurigai resisten maka diberikan

    ampicilin asam klavulanat. Namun cara pemilihan antibiotika yang paling baik

    ialah berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi.

    Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2

    bulan maka dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.

    Edukasi :

    Hindari air masuk ke telinga ketika mandi

    Hindari aktivitas yang berhubungan dengan air yang memungkinkan air masuk

    ke telinga seperti berenang

    Nutrisi yang cukup dan seimbang untuk mencegah penyakit ISPA

    2.6 Prognosis

    Quo ad vitam : bonam

    Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

  • 6

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1. Anatomi Telinga Tengah

    Telinga tengah terdiri atas: membran timpani, kavum timpani, processus

    mastoideus, dan tuba eustachius.1,5,6

    1. Membran Timpani

    Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan

    memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki

    panjang vertikal rata-rata 9-10 mm, diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm,

    dan ketebalannya rata-rata 0,1 mm .Letak membran timpani tidak tegak lurus

    terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar ke muka

    dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Membran

    timpani berbentuk kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol ke arah

    kavum timpani yang dinamakan umbo. Dari umbo ke muka bawah tampak refleks

    cahaya ( cone of ligt).

    Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :1

    a) Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.

    b) Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.

    c) Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan

    mukosum.

    Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian :1

    a. Pars tensa

    Bagian terbesar dari membran timpani yang merupakan permukaan yang

    tegang dan bergetar, sekelilingnya menebal dan melekat pada anulus fibrosus

    pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal.

  • 7

    b. Pars flaksida atau membran Shrapnell.

    Letaknya di bagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida

    dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :

    Plika maleolaris anterior (lipatan muka).

    Plika maleolaris posterior (lipatan belakang).

    Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang

    dinamakan sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus

    ini dan bagian ini disebut incisura timpanika (rivini). Permukaan luar dari

    membran timpani disarafi oleh cabang nervus aurikulo temporalis dari nervus

    mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh nervus timpani

    cabang dari nervus glossofaringeal.

    Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.

    Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang merupakan cabang dari

    arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh arteri

    timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid

    cabang dari arteri aurikula posterior.

    2. Kavum Timpani

    Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal,

    bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-posterior atau

    vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani

    mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, medial, anterior,

    dan posterior.

    Kavum timpani terdiri dari :1,5

    a. Tulang-tulang pendengaran, terbagi atas: malleus (hammer/martil), inkus

    (anvil/landasan), stapes (stirrup/pelana)

    b. Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan otot

    stapedius (muskulus stapedius).

    c. Saraf korda timpani.

    d. Saraf pleksus timpanikus.

  • 8

    3. Processus mastoideus

    Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke

    kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding

    lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada

    daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum.

    4. Tuba eustachius.1,5,6

    Tuba eustachius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani

    berbentuk seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan

    kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36

    mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak

    dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.

    Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :

    a. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).

    b. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).

    Gambar 3.1. Anatomi Telinga.7

    3.2. Definisi Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

    tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.5

  • 9

    Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek

    adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada

    gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari

    telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret

    mungkin serous, mukous, atau purulen.1,2,3

    Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi membran timpani dapat menjadi

    otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa

    faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK, antara lain: terapi yang

    terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya

    tahan tubuh pasien yang rendah (gizi kurang), dan higiene yang buruk.5

    3.3. Epidemiologi Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak

    ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum insiden OMSK

    dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering

    dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia

    dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90%

    beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara,

    daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan

    sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh, dan status kesehatan serta gizi

    yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi

    OMSK pada negara yang sedang berkembang.3

    Survei prevalensi di seluruh dunia menunjukkan bahwa beban dunia akibat

    OMSK melibatkan 65330 juta orang dengan telinga berair, dimana 60% di

    antaranya (39200 juta) menderita kurangnya pendengaran yang signifikan.

    Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam

    klasifikasi tinggi dalam tingkatan klasifikasi insidensi. Pasien OMSK meliputi

    25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.

    Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran oleh

    Departemen Kesehatan R.I tahun 1994-1996, angka kesakitan (morbiditas)

    Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6% dengan

  • 10

    prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan gangguan pendengaran

    yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis antara 2,1-5,2%.4

    Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006 menunjukkan

    pasien OMSK merupakan 26% dari seluruh kunjungan pasien.3

    3.4. Klasifikasi OMSK dapat dibagi atas 2 tipe, yaitu :1,3

    a) Tipe tubotimpani (tipe jinak/tipe aman/tipe rhinogen)

    Proses peradangan pada OMSK tipe tubotimpani hanya terbatas pada

    mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Tipe tubotimpani ditandai oleh

    adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas

    dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini

    terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa

    terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah.

    Disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan

    mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamosa juga berperan dalam

    perkembangan tipe ini. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia

    goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan

    mukosiliar yang jelek.

    b) Tipe atikoantral (tipe ganas/tipe tidak aman/tipe tulang)

    Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Perforasi tipe

    ini letaknya marginal atau di atik yang lebih sering mengenai pars flaksida.

    Karakteristik utama dari tipe ini adalah terbentuknya kantong retraksi yang berisi

    tumpukan keratin sampai menghasilkan kolesteatom.

    Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega,

    berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah mengalami nekrotik.

    Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, yang paling

    sering adalah proteus dan pseudomonas. Hal ini akan memicu respon imun lokal

    sehingga akan mencetuskan pelepasan mediator inflamasi dan sitokin. Sitokin

    yang dapat ditemui dalam matrik kolesteatom adalah interleukin-1, interleukin-6,

  • 11

    tumor necrosis factor-, dan transforming growth factor. Zat-zat ini dapat

    menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom yang bersifat

    hiperproliferatif, destruktif, dan mampu berangiogenesis. Massa kolesteatom ini

    dapat menekan dan mendesak organ sekitarnya serta menimbulkan nekrosis

    terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang diperhebat oleh

    reaksi asam oleh pembusukan bakteri.1,3,5

    Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:5

    1. Kongenital

    2. Didapat.

    Kolesteatom didapat dapat terbagi atas:

    Primary acquired cholesteatoma.

    Kolesteatom yang terjadi tanpa didahului oleh perforasi membran timpani

    pada daerah atik atau pars flasida.

    Secondary acquired cholesteatoma.

    Kolesteatoma yang terbentuk setelah terjadi perforasi membran timpani.

    Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang

    telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah

    (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasia mukosa kavum timpani

    karena iritasi infeksi yang berlansung lama (teori metaplasia)

    3.5. Patogenesis. OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari

    OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang

    disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan oleh

    virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun,

    lingkungan dan sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab terpenting mudahnya

    anak mendapat infeksi telinga tengah adalah struktur tuba pada anak yang berbeda

    dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga

    bila terjadi infeksi jalan napas atas, maka lebih mudah terjadi infeksi telinga

    tengah berupa Otitis Media Akut (OMA).1,3 Respon inflamasi yang timbul adalah

  • 12

    berupa udem mukosa. Jika proses inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat

    menyebabkan terjadinya ulkus dan merusak epitel. Mekanisme pertahanan tubuh

    penderita dalam menghentikan infeksi biasanya menyebabkan terdapatnya

    jaringan granulasi yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi polip di ruang

    telinga tengah. Jika lingkaran antara proses inflamasi, ulserasi, infeksi dan

    terbentuknya jaringan granulasi ini berlanjut terus akan merusak jaringan

    sekitarnya.1,

    Gambar 3.2 Patogenesis Otitis Media5

    3.6. Faktor Risiko Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada

    anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari

    Sembuh/ normal

    Gangguan tuba

    Fgs.tuba tetap terganggu, Infeksi (-) Tekanan negatif

    telinga tengah OME efusi

    Perubahan tekanan tiba-tiba

    Alergi

    Infeksi

    Sumbatan : Sekret

    Tampon

    Tumor

    Tuba tetap terganggu

    + ada infeksi

    OMSK tipe maligna

    Otitis media Efusi

    (OME)

    Otitis Media Supuratif Kronik

    (OMSK)

    Otitis Media Akut

    (OMA)

    OMSK tipe benigna

    Sembuh sempurna

  • 13

    nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis) dan mencapai telinga tengah

    melalui tuba eustachius. Fungsi tuba eustachius yang abnormal merupakan faktor

    predisposisi yang dijumpai pada anak dengan palatoskisis dan sindrom down.

    Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor

    insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor host yang berkaitan dengan

    insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi imun sistemik. Kelainan

    humoral, seperti hipogammaglobulinemia dan cell-mediated (infeksi HIV) dapat

    timbul sebagai infeksi telinga kronis.

    Faktor-faktor risiko OMSK antara lain :1,3

    1. Lingkungan.

    Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi

    terdapat hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosio ekonomi,

    dimana kelompok sosio ekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi.

    Tetapi sudah hampir dipastikan, bahwa hal ini berhubungan dengan kesehatan

    secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.

    2. Genetik.

    Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden

    OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor

    genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi

    belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.

    3. Otitis media sebelumnya.

    Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis

    media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa

    yang menyebabkan satu telinga dan berkembangnya penyakit ke arah keadaan

    kronis.

    4. Infeksi

    Proses infeksi pada otitis media supuratif kronis sering disebabkan oleh

    campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap

    standar yang ada saat ini. Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK

  • 14

    ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus

    aureus 25%.

    Jenis bakteri yang ditemukan pada OMSK agak sedikit berbeda dengan

    kebanyakan infeksi telinga lain, karena bakteri yang ditemukan pada OMSK pada

    umumnya berasal dari luar yang masuk ke lubang perforasi tadi.

    5. Infeksi saluran nafas atas.

    Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran

    nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah

    menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara

    normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.

    6. Autoimun.

    Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insidens lebih besar

    terhadap otitis media kronis.

    7. Alergi.

    Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi

    dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian

    penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-

    toksinnya, namun hal ini belum terbukti kebenarannya.

    8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

    Hal ini terjadi pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering

    tersumbat oleh edema.

    Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap

    pada OMSK :1

    a) Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan

    produksi sekret telinga purulen berlanjut.

    b) Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan

    pada perforasi.

    c) Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui

    mekanisme migrasi epitel.

  • 15

    Pada pinggir perforasi, epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat

    di atas sisi medial dari membran timpani yang hal ini juga mencegah penutupan

    spontan dari perforasi.

    3.7. Gejala Klinis. 1. Telinga berair (otorea)

    Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan

    encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan

    oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada

    OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau

    hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Suatu sekret yang

    encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.1,3

    2. Gangguan pendengaran

    Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.

    Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.

    Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat

    hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom dapat menghantar

    bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Pada OMSK tipe maligna

    biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang

    pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai

    penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus

    diinterpretasikan secara hati-hati.

    Penurunan fungsi koklea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan

    berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat

    (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis

    supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat.

    Hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.1,3

  • 16

    3. Otalgia (nyeri telinga)

    Adanya nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK dan bila ada

    merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat

    karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman

    komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter

    atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri

    telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder.

    Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti petrositis,

    subperiosteal abses, atau trombosis sinus lateralis.

    4. Vertigo

    Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius

    lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya

    fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Pada penderita

    yang sensitif, keluhan vertigo dapat terjadi karena perforasi besar

    membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah

    terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin

    juga akan menyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat

    komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena

    infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke

    telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanjut

    menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK

    dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif

    dan negatif pada membran timpani.

    Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :

    a. Adanya abses atau fistel retroaurikular

    b. Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum timpani.

    c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)

    d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

  • 17

    Gambar 3.3. Perforasi Membran Timpani.8

    Gambar 3.4. Otitis Media Supuratif Kronik.8

    3.8. Diagnosis Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:1,3,6

    1. Anamnesis (history-taking)

    Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita

    seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang

    paling sering dijumpai adalah telinga berair. Pada tipe tubotimpani sekretnya lebih

    banyak dan seperti benang, tidak berbau bususk, dan intermiten. Sedangkan pada

    tipe atikoantral sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai

    pembentukan jaringan granulasi atau polip, dan sekret yang keluar dapat

    bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang

    pendengaran atau telinga keluar darah.

    2. Pemeriksaan otoskopi

    Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari

    perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

  • 18

    3. Pemeriksaan audiologi

    Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk menilai

    hantaran tulang dan udara penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan

    pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur

    berguna untuk menilai speech reception threshold pada kasus dengan tujuan

    untuk memperbaiki pendengaran.

    4. Pemeriksaan radiologi

    Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis

    memiliki nilai diagnostik yang terbatas bila dibandingkan dengan manfaat

    otoskopi dan audiometri. Pemeriksaan radiologi biasanya memperlihatkan

    mastoid yang tampak sklerotik dibandingkan mastoid yang satunya atau yang

    normal. Erosi tulang yang berada di daerah atik memberi kesan adanya

    kolesteatom. Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah proyeksi

    schuller dimana pada proyeksi ini akan memperlihatkan luasnya pneumatisasi

    mastoid dari arah lateral dan atas.

    Pada CT scan akan terlihat gambaran kerusakan tulang oleh kolesteatom, ada

    atau tidaknya tulangtulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada

    kanalis semisirkularis horizontal.1,3

    5. Pemeriksaan bakteriologi

    Walaupun perkembangan dari OMSK merupakan kelanjutan dari mulainya

    infeksi akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan

    yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai

    pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan

    Proteus sp. Sedangkan bakteri pada otitis media supuratif akut adalah

    Streptococcus pneumonie dan H. influenza.9

    Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus

    paranasal, adenoid, atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah

    pneumokokus, streptokokus atau H. influenza. Akan tetapi, pada OMSK keadaan

  • 19

    ini agak berbeda karena adanya perforasi membran timpani maka infeksi lebih

    sering berasal dari luar yang masuk melalui perforasi tadi.

    3.9. Penatalaksanaan Pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan

    penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi

    penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat di telinga.

    Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -

    obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.1,3,5,6

    Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi, yang

    dapat dibagi atas: konservatif dan operasi

    A. Otitis media supuratif kronik benigna

    a) Otitis media supuratif kronik benigna tenang

    Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk

    jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang

    berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila

    fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi

    (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan

    pendengaran.

    b) Otitis media supuratif kronik benigna aktif

    Prinsip pengobatan OMSK adalah :

    1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (toilet telinga)

    Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk

    perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang

    baik bagi perkembangan mikroorganisme.

    Cara pembersihan liang telinga (toilet telinga):1

    a) Toilet telinga secara kering (dry mopping).

  • 20

    Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di

    beri antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan di klinik atau dapat

    juga dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan

    setiap hari sampai telinga kering.

    b) Toilet telinga secara basah (syringing).

    Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah,

    kemudian dibersihkan dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik.

    Meskipun cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat

    mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain dan ke mastoid. Pemberian

    serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan reaksi sensitifitas

    pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam

    boric dengan iodine.

    c) Toilet telinga dengan pengisapan ( suction toilet)

    Pembersihan dengan suction pada nanah dengan bantuan mikroskopis

    operasi adalah metode yang paling populer saat ini. Setelah itu dilakukan

    pengangkatan mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi

    dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi mukosa.

    Pada orang dewasa yang kooperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada

    anak-anak diperlukan anestesi. Pencucian telinga dengan H2O2 3% akan mencapai

    sasarannya bila dilakukan dengan displacement methode seperti yang

    dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann.

    2. Pemberian antibiotika :1,3

    a. Antibiotik topikal

    Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak

    tanpa dibersihkan dulu adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang atau tidak

    progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.

    Irigasi dianjurkan dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam yang

    merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya kuman.

  • 21

    Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga

    tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan

    lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik

    dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi.

    Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :

    1. Polimiksin B atau polimiksin E

    Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif.

    2. Neomisin

    Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif. Toksik terhadap ginjal dan

    telinga.

    3. Kloramfenikol

    Obat ini bersifat bakterisid terhadap basil gram positif dan negatif kecuali

    Pseudomonas aeruginosa.

    b. Antibiotik sistemik.1,3

    Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan

    kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan

    harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu

    diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.

    Dengan melihat konsentrasi obat dan daya bunuhnya terhadap mikroba,

    antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya bunuhnya

    tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh,

    misalnya golongan aminoglikosida dan kuinolon. Golongan kedua adalah

    antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik.

    Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya

    golongan beta laktam.

    Untuk bakteri aerob dapat digunakan golongan kuinolon (siprofloksasin dan

    ofloksasin) atau golongan sefalosforin generasi III (sefotaksim, seftazidin, dan

    seftriakson) yang juga efektif untuk Pseudomonas, tetapi harus diberikan secara

    parenteral.

  • 22

    Untuk bakteri anaerob dapat digunakan metronidazol yang bersifat

    bakterisid. Pada OMSK aktif dapat diberikan dengan dosis 400 mg per 8 jam

    selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.

    B. Otitis media supuratif kronik maligna.1,3,5

    Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan

    konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara

    sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi

    abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

    Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada

    OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :

    1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)

    2. Mastoidektomi radikal

    3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

    4. Miringoplasti

    5. Timpanoplasti

    6. Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach tympanoplasty)

    Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki

    membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan

    pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

  • 23

  • 24

    Gambar 3.5. Pedoman Tatalaksana OMSK5

    3.10. Komplikasi

    Paparella dan Shumrick (1980) membagi komplikasi OMSK dalam :1,3

    A. Komplikasi otologik

    1. Mastoiditis koalesen

    2. Petrositis

    3. Paresis fasialis

    4. Labirinitis

    B. Komplikasi intrakranial

    1. Abses ekstradural

    2. Trombosis sinus lateralis

    3. Abses subdural

    4. Meningitis

    5. Abses otak

    6. Hidrosefalus otitis

    Cara penyebaran infeksi :

    1. Penyebaran hematogen

    2. Penyebaran melalui erosi tulang

  • 25

    3. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada.

    Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam

    lintasan :1,3

    1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak

    Melalui jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal, bagian tulang

    yang lemah atau defek karena pembedahan, dapat memudahkan masuknya infeksi.

    2. Menembus selaput otak.

    Dimulai begitu penyakit mencapai dura, menyebabkan pakimeningitis. Dura sangat

    resisten terhadap penyebaran infeksi, akan menebal, hiperemi, dan lebih melekat

    ketulang. Jaringan granulasi terbentuk pada dura yang terbuka dan ruang subdura yang

    berdekatan.

    3. Masuk ke jaringan otak.

    Pembentukan abses biasanya terjadi pada daerah diantara ventrikel dan permukaan

    korteks atau tengah lobus serebelum. Cara penyebaran infeksi ke jaringan otak ini dapat

    terjadi baik akibat tromboflebitis atau perluasan infeksi ke ruang Virchow Robin yang

    berakhir di daerah vaskular subkortek.

    3.11. Prognosis

    Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan kontrol

    yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran bervariasi dan

    tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh gangguan konduksi dapat

    dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun hasilnya tidak sempurna.10

    Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat

    menimbulkan kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak ditangani

    dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien karena telah

    mengalami komplikasi intrakranial yaitu meningitis.3,10

  • 26

    BAB IV

    ANALISIS KASUS

    Definisi otitis media supuratif kronik (OMSK) menurut WHO adalah

    adanya otorea yang menetap atau rekuren selama lebih dari 2 minggu dengan

    perforasi membran timpani. Berdasarkan ICD-10, diagnosis OMSK ditegakkan

    jika terdapat perforasi membran timpani disertai pengeluaran sekret terjadi selama

    minimal dalam 6 minggu dimana sekret yang keluar dari telinga tengah ke telinga

    luar dapat berlangsung terus-menerus atau hilang timbul. Menurut Buku THT

    FKUI edisi keenam, Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronis

    di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari

    telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul yang berlangsung lebih dari 2

    bulan. Jadi, karena pasien menunjukkan manifestasi klinis otorea yaitu telinga

    mengeluarkan cairan sejak 2 minggu lalu serta ditemukannya perforasi membran

    timpani pada telinga kanan, maka pasien dapat didiagnosis menderita Otitis Media

    Supuratif Kronik.

    Pasien mengeluh keluar cairan lengket berwarna putih dari telinga

    tengahnya sejak 2 minggu yang lalu, dan setiap hari. Pada kasus ini, Otitis media

    akuta yang diderita pasien tidak mencapai stadium resolusi karena perforasi yang

    menetap dengan sekret yang keluar secara intermiten. Hal ini dapat terjadi karena

    beberapa faktor seperti imunitas atau daya tahan tubuh pasien rendah, pengobatan

    yang dilakukan tidak adekuat atau tidak tuntas misalnya pemberian obat tidak

    teratur, tingkat virulensi kuman yang tinggi, adanya infeksi fokal di hidung dan

    faring, dan lain-lain.

    Faktor risiko timbulnya OMSK adalah gangguan fungsi tuba eustachius

    akibat infeksi hidung dan tenggorokan yang berlangsung kronik atau sering

    berulang, obstruksi tuba, pembentukan jaringan ikat, penebalan mukosa, polip,

    adanya jaringan granulasi, timpanosklerosis, OMSK juga lebih mudah terjadi

    pada orang yang pernah terkena penyakit telinga pada masa kanak-kanak,

    perforasi membran timpani persisten, terjadinya metaplasia pada telinga tengah,

    otitis media yang virulen, memiliki alergi, keadaan imunitas yang menurun.

  • 27

    Pasien menderita OMSK tipe benigna karena telinga mengeluarkan sekret

    secara intermiten dan ditemukannya membran timpani yang mengalami perforasi

    sentral tanpa terbentuknya kolesteatoma, jaringan granulasi, destruksi ke tulang

    ataupun adanya komplikasi lain.

    Dalam otitis media pendengaran biasanya berkurang akibat tuli konduktif

    yang berkisar antara 20-50 dB. Pemeriksaan fungsi pendengaran biasanya

    dilakukan untuk mengetahui jenis ketulian dan derajat ketulian pasien serta untuk

    mengevaluasi kondisi pasien apakah sudah mengalami perbaikan atau belum.

    Timpanometri biasanya dilakukan bersama dengan audiometri. Dalam otitis

    media juga dapat dilakukan pneumotoskopi untuk mengetahui pergerakan

    membran timpani, apakah ada kekakuan atau tidak. Jika membran timpani sudah

    mengalami perforasi sekecil apapun, pemberian angin terhadap membran timpani

    tidak akan membuatnya bergerak.

    Anjuran pemeriksaan fungsi pendengaran dalam kasus ini adalah

    pemeriksaan Rinne, Weber, dan Swabach, audiometri, Pada pemeriksaan Rinne

    diharapkan negatif agar sesuai dengan keadaan tuli konduktif. Pada pemeriksaan

    Weber jika terdapat lateralisasi ke satu telinga berarti ada perbedaan derajat

    ketulian antara telinga kanan dan kiri. Pada pemeriksaan Swabach diharapkan

    hasilnya memanjang untuk menunjang adanya tuli konduktif. Tuli konduktif pada

    pasien diakibatkan oleh adanya cairan atau pus dalam telinga tengah yang

    menyebabkan gangguan pergerakan tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus,

    dan stapes) sehingga konduksi suara menjadi terhambat. Selain itu, sekret

    nasofaringeal dapat refluks ke telinga tengah sehingga clearance cavum timpani

    menurun. Namun pada beberapa kasus OMSK dapat menimbulkan tuli

    sensorineural dan tuli campur.

    Untuk menentukan jenis bakteri yang menjadi penyebab infeksi pada

    pasien dibutuhkan pemeriksaan kultur spesimen. Lagipula kultur juga berguna

    untuk memilih jenis antibiotik yang spesifik untuk melawan bakteri penyebabnya.

    Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah terapi konservatif atau dengan

    medikamentosa. Bila sekret keluar secara terus menerus larutan H202 3%

    diberikan untuk 3-5 hari. Nanti setelah sekret berkurang diberikan tetes telinga

  • 28

    yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Karena obat tetes telinga banyak

    yang memiliki efek samping ototoksik, maka tetes telinga dianjurkan hanya

    dipakai 1 atau 2 minggu dan pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral dapat

    diberikan antibiotika Ampicilin atau Eritromisin bila pasien alergi terhadap

    Penicillin. Jika dicurigai resisten maka diberikan ampicilin asam klavulanat.

    Namun cara pemilihan antibiotika yang paling baik ialah berdasarkan kultur

    kuman penyebab dan uji resistensi. Bila sekret telah kering namun perforasi

    menetap setelah observasi selama 2 bulan maka sebaiknya dilakukan

    miringoplasti atau timpanoplasti dengan tujuan menghentikan infeksi dan

    memperbaiki membran timpani yang ruptur sehingga fungsi pendengaran

    membaik dan komplikasi tidak terjadi.