Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

22
“Optimaliasasi Masjid Melaui Bmt Dalam Upaya Aktualisasi Ekonomi Islam Di Masyarakat” Oleh : Fani Rahmat Fauzi; Alif Candra Indura; Kunaefi Mutaqin; Algi Aldiansyah Abstrak Selain sebagai pusat ibadah, Masjid pun dapat berfungsi sebagai media pengembangan sosial keagamaan di bidang perekonomian untuk mengangkat kesejahteraan jamaah. Misalnya di sekitar lingkungan masjid dapat dijadikan pusat pengembangan koperasi syariah yang belakangan ini mendapat sambutan yang positif di kalangan masyarakat. Tujuannya tiada lain untuk memenuhi sisi spiritual dan materil jamaah guna menciptakan kesejahteraan di dunia maupun akhirat. Kata kunci : riba, BMT, pemberdayaan, masjid 1.1 Pendahuluan Riba adalah sarana dari terciptanya sebuah ketimpangan ekonomi di dalam lapisan masyarakat antara orang-orang kaya dan orang- orang miskin. Mengapa demikian karena dari sistem tersebut secara siginifikan dapat memungkinkan terjadinya pengalihan kekayaan secara mudah melalui penumpukkan asset dalam jumlah besar yang dikuasai oleh segelintir masyarakat. Akibatnya orang menjadi materialis secara rakus dan serakah karena menjerat kaum mayoritas yang lemah dalam sisi perkenomian. Riba merupakan jalan usaha yang tidak sehat, karena keuntungan yang diperoleh si pemilik modal bukan merupakan hasil pekerjaan atau jerih payahnya. Karena merupakan suatu hal yang tidak adil,

Transcript of Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

Page 1: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

“Optimaliasasi Masjid Melaui Bmt

Dalam Upaya Aktualisasi Ekonomi Islam Di Masyarakat”

Oleh : Fani Rahmat Fauzi; Alif Candra Indura; Kunaefi Mutaqin; Algi Aldiansyah

Abstrak

Selain sebagai pusat ibadah, Masjid pun dapat berfungsi sebagai media pengembangan

sosial keagamaan di bidang perekonomian untuk mengangkat kesejahteraan jamaah.

Misalnya di sekitar lingkungan masjid dapat dijadikan pusat pengembangan koperasi

syariah yang belakangan ini mendapat sambutan yang positif di kalangan masyarakat.

Tujuannya tiada lain untuk memenuhi sisi spiritual dan materil jamaah guna

menciptakan kesejahteraan di dunia maupun akhirat.

Kata kunci : riba, BMT, pemberdayaan, masjid

1.1 Pendahuluan

Riba adalah sarana dari terciptanya sebuah ketimpangan ekonomi di dalam lapisan

masyarakat antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin. Mengapa demikian karena dari

sistem tersebut secara siginifikan dapat memungkinkan terjadinya pengalihan kekayaan secara

mudah melalui penumpukkan asset dalam jumlah besar yang dikuasai oleh segelintir masyarakat.

Akibatnya orang menjadi materialis secara rakus dan serakah karena menjerat kaum mayoritas

yang lemah dalam sisi perkenomian.

Riba merupakan jalan usaha yang tidak sehat, karena keuntungan yang diperoleh si pemilik

modal bukan merupakan hasil pekerjaan atau jerih payahnya. Karena merupakan suatu hal yang

tidak adil, bila seorang pemilik modal, meraup bunga dari modalnya, tanpa menanggung resiko

sedikitpun dalam sebuah usaha. Dalam kenyataannya, pemilik uang tak peduli apakah

sipeminjam atau pengolah modal, untung atau rugi, yang penting baginya adalah bunga sekian

persen harus diterimanya. Pada pinjaman sistem bunga, tak terdapat kebersamaan dan kemitraan

sebagaimana dalam sistem mudharabah. Pada sistem bunga, keuntungan yang didapat dengan

mengeksploitir orang lain yang pada dasarnya lebih lemah daripadanya. Praktek semacam ini

merugikan pengusaha kecil sebaliknya menambah kekayaan bagi orang-orang kuat tanpa

menanggung resiko apapun. Akhirnya, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.

Page 2: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

Pada dasarnya, keperluan akan pinjaman, timbul karena kebutuhan ekonomi, utamanya kaum

miskin. Hanya suatu masyarakat kaya yang bisa memberikan pinjaman kepada masyarakat

miskin. Dikenakannya bunga dalam bentuk apa saja pada pinjaman, adalah suatu pengingkaran

terhadap prinsip universal persaudaraan manusia yang harus saling menolong. Jadi, riba

merupakan penghisapan dari kebutuhan sesama saudara. Bunga telah merontokkan fitrah dasar

manusia untuk saling bantu dan mengasihi. Maka, bunga menghancurkan dasar-dasar kehidupan

manusia yang fundamental, yaitu saling membantu dan menolong. Bunga juga menjadikan

manusia hanya mementingkan diri sendiri. Semua orang dalam masyarakat seperti itu,

mempunyai kecenderungan untuk bergumul dalam segala sesuatu yang semata-mata didasarkan

oleh materi/uang.

Ekonom ternama, Lord Keyness, menyimpulkan bahwa suku bunga yang tinggi

menyebabkan macetnya pasar atau terhentinya kegiatan industri dan kemudian secara negatif

mempengaruhi penerimaan yang merupakan sumber produksi. Penyimpangan nasabah di bank

akan berjalan terus menerus, meski suku bunga turun sampai titik nol. Dalam memberikan

tanggapan terhadap dampak bunga, ekonom kenamaan W.C. Mitchel dengan tepat sekali

menuturkan bahwa bunga memainkan peranan penting dalam mengakibatkan timbulnya krisis.

Selanjutnya, bunga secara signifikan memicu inflasi. Untuk membayar utang, peminjam

harus menaikkan harga bunga yang harus dibayarkan. Dan untuk membayar utang tersebut sering

terjadi pemangkasan upah buruh. Kemudian, harus diketahui bahwa dalam ekonomi Islam,

perdagangan menjadi salah satu faktor utama dalam proses pembangunan. Dinamikanya dapat

melalui kerjasama dan partisipasi. Sedangkan konsep bunga adalah konsep yang menguntungkan

satu pihak dan pemilik modal cenderung mementingkan diri sendiri. Maka dari sudut pandang

ekonomi dan etika, bunga sesungguhnya meruntuhkan sendi-sendi kemanusiaan, tidak saling

membantu, egois dan individualistis yang pada akhirnya mencegah peningkatan sumberdaya

ekonomi.

Keberadaan masjid menjadi fenomena tersendiri dalam perkembangan peradaban dan

kebudayaan Islam. Karena masjid dapat memenuhi sisi spiritual masyarakat Islam. Oleh karena

itu, fungsi utama masjid adalah sebagai tempat beribadah. Di masjid umat Islam dapat melakukan

kegiatan-kegiatan shalat berjamaah, dzikir, doa, dan kegiatan-kegiatan penyucian jiwa lainnya

yang bersifat ritual keagamaan. Dalam waktu bersamaan, masjid pun dapat berfungsi sebagai

media pengembangan sosial kemasyarakatan. Misalnya di bidang pendidikan, perekonomian, dan

kesehatan

Page 3: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

Masjid  sebagai lembaga keumatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat mesti

memiliki kepedulian terhadap pemberdayaan ekonomi umat dengan mendirikan Baitul Maal wal

Tamwil (BMT. Lembaga ekonomi masjid ini tentunya harus dikelola secara baik dan profesional.

Sehingga lembaga ini benar-benar dapat membantu dan melayani umat dalam pemberdayaan

ekonomi kecil dan menengah. Juga mesti dikembangkan kemitraan dan jaringan dengan lembaga-

lembaga keuangan syari’ah lain demi pengembangan lembaga ekonomi masjid tersebut. Dengan

demikian diharapkan masjid dapat berdaya dengan kegiatannya, bergaya dengan tampilan fisik

bangunannya, dan masyarakat selaku jamaahnya dapat sejahtera berkat pengelolaan lembaga

ekonomi masjid yang berpihak pada masyarakat menengah dan kecil ke bawah. Berdasarkan

fenomena tersebut kami mengambil judul paper kami “Optimalisasi Masjid melaui BMT dalam

upaya akttualisasi Ekonomi Islam di masyarakat”

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

Menurut UU no.1 tahun 2013 pasal 1, Lembaga Keuangan Mikro yang selanjutnya disingkat LKM

adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan

pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada

anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan

usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan. Sedangkan LKM Syariah merupakan LKM yang

menggunakan prinsip-prinsip syariah.

Walaupun terdapat banyak definisi LKM, terdapat tiga elemen penting dari berbagai definisi

tersebut, yaitu:

a. Menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan

b. Menyediakan pelayanan keuangan yang beragam seperti tabungan, pinjaman, pembayaran,

deposito maupun asuransi.

c. Melayani rakyat miskin.

d. Keuangan mikro hidup dan berkembang pada awalnya memang untuk melayani rakyat yang

terpinggirkan oleh sistem keuangan formal yang ada sehingga memiliki karakteristik konstituen

yang khas.

e. Menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel.

Page 4: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

f. Hal ini merupakan konsekuensi dari kelompok masyarakat yang dilayani, sehingga prosedur dan

mekanisme yang dikembangkan untuk keuangan mikro akan selalu kontekstual dan fleksibel.

Lembaga Keuangan Mikro syariah (LKMS) terdiri dari berbagai lembaga diantaranya BPRS (Bank

Perkreditan Mikro Syariah), BMT (Baitul Mal Wat Tanmil), serta Koperasi Syariah.

(www.zanikhan.multiply.com). Ketiga lembaga tersebut mempunyau hubungan yang erat dan saling

mempengaruhi satu sama lain dan berhubungan erat dengan lembaga syariah lainnya yang lebih besar.

2.2 BMT (Baitul Mal Wat Tamwil)

Definisi dari BMT secara harfiah(bahasa) yaitu baitul maal dan baitul tanwil.Baitul maal

merupakan lembaga keuangan Islam yang memiliki kegiatan utama menghimpun dan mendistribusikan

dana ZISWAHIB ( zakat, infak,shadaqah, waqaf dan hibah) tanpa melihat keuntungan yang di dapatkan

(non profit oriented). Baitul tamwil termasuk lembaga keuangan Islam informal yang dalam kegiatan

maupun operasionaknya memperhitungkan keuntungan(profit oriented). Kegiatan utama bitul tamwil

adalah menghimpun dana dan mendistribusikan kembali kepada anggota dengan imbalan bagi hasil atau

mark-up/margin yang berlandaskan sistem syariah.

Adapun latar belakang didirikannya BMT adalah sebagai berikut:

a) Sebagian masyarakat dianggap tidak bankable sehingga susah memperoleh pendanaan, kalaupun

ada sumber dananya mahal

b) Untuk pemberdayaan dan pembinaan usah a masyarakat muslim melalui masjid dan masyarakat

sekitarnya

Ciri –ciri dari BMT adalah sebagai berikut:

a) Berbadan Hukum Koperasi.

b) Bertujuan menyediakan dana murah dan cepat serta tidak berbelit-belit guna pengembangan dan

memajukan usaha bagi anggotanya.

c) Skala produk dan pendanaan yang terbtas menjadi Prinsip dan pembeda dengan lembaga

keuangan lainnya. Sedangkan mekanismenyadan transaksinya hampir sama dengan perbankan

syariah.

2.3 Jenis - jenis Akad BMT

a. Pembiayaan Mudharabah

Page 5: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha/perniagaan antara BMT sebagai pihak yang

menyediakan modal dana sebesar 100% dengan nasabah, untuk diusahakan dengan porsi keuntungan

akan dibagi bersama (nisbah) sesuai dengan kesepakatan di muka dari kedua belah pihak. Sedangkan

kerugian (jika ada) akan ditanggung nasabah, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan

oleh pihak BMT, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.

b. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan Musyarakah (syirkah), adalah suatu bentuk akad kerjasama perniagaan antara

beberapa pemilik modal (BMT) untuk menyertakan modalnya dalam suatu usaha, di mana masing-

masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta dalam pelaksanaan manajemen usaha tersebut.

Keuntungan dibagi menurut proporsi penyertaan modal atau berdasarkan kesepakatan bersama.

Musyarakah dapat diartikan pula sebagai pencampuran dana untuk tujuan pembagian keuntungan.

c. Piutang Murabahah

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal (harga perolehan) dengan tambahan

keuntungan (marjin) yang disepakati oleh kedua belah pihak (Penjual dan Pembeli). Karakteristiknya

adalah penjual harus memberitahu berapa harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat

keuntungan sebagai tambahannya.

d. Piutang Salam

Salam (salaf) adalah akad pembelian (jual-beli) yang dilakukan dengan cara, pembeli melakukan

pemesanan pembelian terlebih dahulu atas barang yang dipesan/diinginkan dan melakukan

pembayaran di muka atas barang tersebut, baik dengan cara pembayaran sekaligus ataupun dengan

cara mencicil, yang keduanya harus diselesaikan pembayarannya (dilunasi) sebelum barang yang

dipesan/diinginkan diterima kemudian. (Penghantaran barang/delivery dilakukan dengan cara

ditangguhkan).

e. Istishna

Istishna adalah akad bersama pembuat (produsen) untuk suatu pekerjaan tertentu dalam tanggungan,

atau akad jual beli suatu barang yang akan dibuat terlebih dahulu oleh pembuat (produsen) yang juga

sekaligus menyediakan kebutuhan bahan baku barangnya. Jika bahan baku disediakan oleh pemesan,

akad ini menjadi akad Ujrah (Upah).

f. Ijarah

Page 6: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

Ijarah adalah pemilikan hak atas manfaat dari penggunaan sebuah asset sebagai ganti

pembayaran. Pengertian Sewa (Ijarah) adalah sewa atas manfaat dari sebuah asset, sedangkan sewa-

beli (Ijarah wan Iqtina) atau disebut juga Ijarah Muntahiya bi tamlik adalah sewa yang diakhiri

dengan pemindahan kepemilikan.

g. Qardh

Pinjaman Kebajikan (Qardh) adalah jenis pembiayaan melalui peminjaman harta kepada orang

lain tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur Fiqh, Qardh dikategorikan sebagai aqd tathawwu

yaitu akad saling membantu dan bukan transaksi komersial. Dalam rangka mewujudkan tanggung-

jawab sosial, KJKS dan UJKS Koperasi dapat memberikan fasilitas yang disebut Al-Qardhul Hasan,

yaitu penyediaan pinjaman dana kepada pihak yang layak untuk mendapatkannya. Secara syariah

peminjamn hanya berkewajiban membayar kembali pokok pinjamannya, walaupun syariah

membolehkan peminjam untuk memberikan imbalan sesuai kerelaannya, tetapi KJKS dan UJKS

Koperasi pemberi Qardh tidak diperkenankan untuk meminta imbalan apapun.

h. Ar-rahn

Ar Rahn Adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan atas harta yang

diterimanya. Menurut Bank Indonesia Rahn adalah akad penyerahan barang/harta (marhum) dari

nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang.

2.4 Pengertian dan Jenis-Jenis Riba

Riba berarti menetapkan bunga/melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan

persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada peminjam. Riba secara bahasa

bermakna: ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan

membesar . Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau

modal secara bathil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat

benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-

beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.

Macam-macam Riba:

a. Riba Fadl (Jual Beli)

Page 7: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

Riba yang muncul akibat adanya jual-beli atau pertukaran barang ribawi yang sejenis, namun

berbeda kadar atau takarannya. Contoh: 20 kg beras kualitas bagus, ditukar dengan 30 kg beras kualitas

menengah.

b. Riba Nasi’ah

Riba yang muncul akibat adanya jual-beli atau pertukaran barang ribawi tidak sejenis yang

dilakukan secara hutangan (tempo). Atau dengan kata lain terdapat penambahan nilai transaksi yang

diakibatkan oleh perbedaan atau penangguhan waktu transaksi. Riba nasi’ah dikenal dengan istilah riba

jahiliyah karena berasal dari kebiasaan orang Arab jahiliyah, yaitu apabila memberi pinjaman lalu sudah

jatuh tempo, berkata orang Arab: “mau dilunasi atau diperpanjang?”. Jika masa pinjaman

c. Riba Qardh

Riba yang muncul akibat adanya tambahan atas pokok pinjaman yang dipersyaratkan di muka oleh

kreditur atau shahibul maal kepada pihak yang berutang (debitur), yang diambil sebagai keuntungan.

Contoh: shahibul maal memberi pinjaman uang kepada debitur Rp. 10 juta dengan syarat debitur wajib

mengembalikan pinjaman tersebut sebesar Rp. 18 juta pada saat jatuh tempo.

d. Riba Jahiliyah

Riba yang muncul akibat adanya tambahan persyaratan dari kreditur atau shahibul maal, di mana

pihak debitur diharuskan membayar utang yang lebih dari pokoknya, karena ketidakmampuan atau

kelalaiannya (default) dalam pembayaran saat utang telah jatuh tempo. Contoh: debitur memiliki utang

senilai Rp. 10 juta, jatuh tempo 1 Desember 2011. Namun sampai dengan tanggal tersebut, debitur tidak

mampu membayar. Akhirnya pihak kreditur membuat syarat, jangka waktu pinjaman dapat

diperpanjang, tetapi jumlah utang bertambah menjadi Rp. 15 juta.

e. Riba yad

Riba yang muncul akibat adanya jual-beli atau pertukaran barang ribawi maupun yang bukan

ribawi, di mana terdapat perbedaan nilai transaksi bila penyerahan salah satu atau kedua-duanya

diserahkan dikemudian hari. Dengan kata lain, pada riba yad terdapat dua persyaratan dalam transaksi

tersebut yaitu satu jenis barang dapat diperdagangkan dengan dua skema yaitu kontan dan kredit.

Contoh: harga mobil baru jika dibeli tunai seharga Rp. 100 juta, dan Rp. 150 juta bila mobil itu dibeli

secara kredit dan sampai dengan keduanya berpisah tidak ada keputusan mengenai salah satu harga yang

ditawarkannya.

Page 8: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

PEMBAHASAN

3.1 Potensi Masjid

Memahami masjid secara universal berarti juga memahaminya sebagai sebuah instrumen

sosial masyarakat islam yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat islam itu sendiri.

Keberadaan masjid pada umumya merupakan salah satu perwujudan aspirasi umat islam sebagai

tempat ibadah yang menduduki fungsi sentral. Menurut ahmad sutarmadi, masjid bukan sekedar

memiliki peran dan fungsi sebagai sarana peribadatan saja bagi jamaahnya. Masjid memiliki misi

yang lebih luas mencakup bidang pendidikan agama dan pengetahuan, bidang peningkatan

hubungan social kemasyarakatan bagi para anggota jamaah, dan peningkatan ekonomi jamaah,

sesuai dengan potensi lokal yang tersedia.

Masjid adalah rumah Allah SWT yang sering digunakan untuk berbagai tujuan dan

sebagai tempat pengabdian kepada Allah SWT. Masjid tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

umat Islam dalam mencapai cita-citanya. Sebenarnya bukan hanya berfungsi sebagai tempat

ibadah shalat saja, tetapi juga masjid merupakan pusat kegiatan sosial kemasyarakatan umat

Islam. Berbagai kegiatan dilaksanakan di masjid yang bersifat mengarah pada terwujudnya

masyarakat yang sempurna dan mampu mengantisipasi perkembangan dunia modern. Dari masjid

itu dikembangkan dakwah Islam, pendidikan, pusat informasi Islam, pusat kegiatan ekonomi,

sosial dan kegiatan kemasyarakatan lainnya.

Masjid merupakan tempat segala kegiatan kemasyarakat umat Islam secara bersama-sama

yang telah dipraktekkan sejak dahulu. Pardigma yang berkembang pada masyarakat adalah

bagaimana cara yang optimal dan teroganisir dalam mengurangi tingkat kemiskinan serta

mengembangkan sumberdaya secara swadaya salah satunya melalui masjid untuk meningkatkan

kegiatan ekonomi skala mikro melalui pembinaan ataupun kegiatan bisnis. Menurut Abdul Hasan

Sadeq dalam bukunya Economic Development in Islam, mengemukakan bahwa terdapat dua cara

transfer sumber daya ekonomi umat: Pertama, secara komersil yang dilakuakan dengan aktivitas

Page 9: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

ekonomi. Kedua, secara sosial yang terjadi dalam bentuk bantuan seperti zakat, infaq dan

shadaqah. Kemudian hal yang dinyatakan oleh pakar ekonomi Islam Muhammad Syafi’i

Antonio, menjadi harapan bagi perkembangan ekonomi berbasis masjid dalam bentuk

pengembangan koperasi syariah yang mewadahi potensi ekonomi masjid.

Potensi yang besar tersebut kembali menyoroti sejarah pendirian masjid pada masa

Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam bagaimana masyarakat dalam hubungan horizontal mampu

menata pendidikan, sosial budaya, social kemasyarakatan dan paling utama sosial ekonomi

masyarakat. Sebagaimana dahulu ketika masa Rasulullah masjid Nabawi difungsikan sebagai: 1)

pusat ibadah; 2) pusat pendidikan dan pengajaran; 3) pusat penyelesaian problematiaka umat

dalam aspek hukum (peradilan); 4) pusat pemberdayaan ekonomi umat melalui Baitul Mal

(ZISWAF); 5) pusat informasi Islam; 6) pusat pelatihan militer dan urusan pemerintahan.

Sehingga masjid adalah gambaran kecil peradaban umat Islam.

Masjid adalah tempat dimana segala sesuatu yang bernilai kebaikan dan maslahah bagi

umat, baik dari segi duniawi maupun ukhrawi menjadi sebuah standar pengelolaan masjid.

Masjid sebagai institusi kemasyarakatan dan keagamaan sangat strategik. Sehingga masjid

idealnya dibangun untuk merealisasikan keimanan serta memakmurkan berbagai aspek kehidupan

umat.

Berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Akhyar Adnan dalam

waktu sebulan jumlah uang amal yang terkumpul di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

mencapai Rp. 269,9 Miliar atau setara 19,2 juta US Dollar. Kemudian berdasarkan data tersebut

masjid-msjid tersebut rata-rata dalam sebulan hanya mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp

10 juta dengan rata-rata pendapatan Rp. 56 juta. Hal tersebut peluang dalam pengentasan

kemiskinan melalui gerakan kewirausahaan dan pengurangan angka putus sekolah disebabkan

masalah ekonomi.

Potensi besar yang dimiliki masjid di salah satu daerah menggambarkan kuatnya aliran

dana amal di masjid. Hal ini menunjukkan kepada kita betapa potensialnya masjid bagi umat

islam, dimana masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah ritual saja, tetapi masjid juga

dijadikan sebagai pusat segala aktivitas masyarakat Islam baik dalam bidang keagamaan maupun

bidang keduniawian.

3.2 Konsep Strategi Masjid

Masjid dapat menjadi sentral kekuatan umat. Di masa lalu, pada masa Nabi, masjid dapat

diperankan sevara maksimal sebagai sentral umat islam untuk berbagai kegiatan. Salah satu

kegiatan ekonomi yang dimiliki oleh masjid yang mungkin bisa dipraktekan dan dijadikan contoh

Page 10: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

sebagai basis penerapan ekonomi islam dalam konsep pemberdayaan masyarakat umat dan

pengentasan kemiskinan khususnya di bidang ekonomi adalahpembentukan BMT (Baitul Mal

Wattamwil) berbasis masjid. Masjid dengan aktifitas kegiatan ekonomi yang dimotori oleh BMT

yang didirikannya akan sanggup menjadi basis pemberdayaan ekonomi dan secara implisit

sebagai strategi dalam pengaptualisasikan ekonomi islam kepada para jamaah,maupun umat islam

di sekitarnya secara luas.

Untuk itu dalam memaksimalkan peran dan fungsi masjid sebagai sentral bagi umat islam

dalam melakukan aktifitas terutama aktivitas ekonominya maka masjid melakukan strategi yakni

dengan cara mendirikan Baitul Mal Wat-Tamwil.

3.2.1 Analisa Baitul Mal Wattamwil dalam mengaptualisasikan ekonomi islam melaui

program pemberdayaan ekonomi umat

1) Mengenai ke-BMTan

BMT merupakan lembaga keuanga mikro yang berbasis syariah, berfungsi sebagai

sarana memberdayakan perekonomian umat melalui kerjasama pihak BMT dengan

masyarakat atau jamaah masjid yang menjadi anggota/nasabah dalam bentuk pembiayaan

usaha produktif, simpanan/tabungan, layanan konsumtif ataupun transaksi produk-produk

syariah lainnya.

Pengumpulan modal bersumber dari modal BMT, dan pihak ketiga dan zis

produktif. dalam memasarkan produk simpanannya BMT ini mengharapkan keunggulan

dari potensi masjid yang strategis dengan membidik golongan yang berlebih yang benar-

benar rela dan bersedia di investasikan dalam jangka panjang untuk kepentingan

pembiayaan para pedagang kecil yang tidak bisa terlayani oleh jasa perbankan.

2) Produk BMT

BMT fokus pada pemberdayaan serta pengembangan kegiatan usaha produktif atau

investasi dikalangan masyarakat bawah dan menengah dalam bentuk permodalan atau

pengelolaan usaha baik secara finansial maupun nonfinasial dengan memadukan fungsi

Baitul Mal (penghimpun dana) dan Baitut Tamwil (pengembangan usaha).

Lembaga keuangan mikro syariah ini berfungsi sebagai sarana memberdayakan

perekonomian umat melalui kerjasama pihak BMT dengan masyarakat yang menjadi

anggota/nasabah dalam bentuk pembiayaan usaha produktif, simpanan/tabungan, layanan

konsumtif ataupun transaksi produk-produk syariah lainnya.

Page 11: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

Penyaluran dana atau pembiayaan BMT kepada nasabah terdiri dari beberapa jenis yaitu :

a) Pembiayaan dengan sisten bagi hasil ( terdiri dari Musyarakah dan Mudharabah)

b) Jual beli (Murabahah)

c) Pembiayaan Ijarah dan Ijarah Multi Jasa

d) Pembiayaan Qordhul Hasan

3) Mekanisme kerja BMT

Dalam melakukan kegiatannya, BMT juga melakukan pembinaan terhadap

lingkungan sekitar masjid, tertuama yang menjadi sasarannya adala parapenerima

pembiayaan. Pembinaan dilakukan secara informal, dan selalu diselipkan ajaran-ajaran

agama. Seperti pelarangan riba, kecurangan dalam praktik perdagangan dan secara umum

mengenai ruang lingkup dalam aplikasi perekonomian. Selain itu juga selalu diberikan

arahan serta motivasi kepada para nasabah pembiayaan yang sedang mengalami

kemunduran dalam melakukan usahanya.

Wilayah yang menjadi prioritas untuk mendapatkan penyaluran pembiayaan adalah

masyarakat sekitar masjid dan lebih luasnya masyarakat umum. Untuk pemasaran yang

dilakukan BMT untuk mengembangkan jaringannya dengan sistem jemput bola, yaitu

dengan cara mencari nasabah. Cara ini dianggap sudah efektif untuk membantu para

nasabah/masyarakat kecil yang selama ini tergantung dengan jasa rentenir ataupun jasa dari

perbankan konvensional yang mengaplikasikan sistem ribawi (bunga) dalam

opersionalnya.

Dari segi potensi BMT ini akan memberikan perubahan untuk masjid ketika masjid

memposisikanBMT sebagai unit produktif yang menjanjikan dengan tidak meninggalkan

profesionalisme dan prudensialisme (kehati-hatian) dalam pembiayaan dari pihak BMT

sendiri sehingga masjid diharapkan dapat mengkaji ulang untuk menggirokan dananya di

bank umum.

4) Kendala yang dihadapi BMT dalam rangka pemberdayaaan ekonomi umat

Kehadiran BMT ini diharapkan mampu menanggulangi masalah pemodalan yang

dialami oleh pengusaha kecil yang tidak tersentuh oleh pemerintah. BMT selain menjadi

lembaga alternative penyalur modal, juga memiliki misi yaitu mewujudkan gerakan

pembebasan anggota dan masyarakat dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan, dan

ekonomi ribawi, gerakan pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam rangka gerakan

Page 12: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

ekonomi riildan kelembagaan menuju tatanan perekonomian yang makmur dan maju serta

gerakankeadilan membangun struktur masyarakat madani yang berlandaskan syariah.

Dilihat dari semakin berkembang BMT di Indonesia tidak dipungkiri dalam praktiknya

masih banyak kendala yang dihadapi. Salah satu kendala yang dihadapi adalah para

nasabah pembiayaan tidak mempunyai catatan keuangan atau laporan keuangan. Hal

tersebut memang sering muncul karena dalam kajian konteks ke Indonesiaan mayoritasnya

adalah yang bekerja disektor usaha kecil mikro yang bersifat informal. Jadi pada kelompok

ini dalam operasionalnya masih menerapkan sistem manajemen yang tradisional dan belum

bankable.

Berbeda halnya dengan pinjaman dari bank nasabah pembiayaan wajib melaporkan

keuangan/pembukuan laporan keuangannya harus jelas. Sehingga untuk hal itu mereka

belum bisa melakukannya. Maka dari itu kelompok UKM/masyarakat ini memerlukan

lembaga keuangan alternative agar dapat memfasilitasi mereka dalamhal mengakses

permodalan.

3.2.2 Konsep Strategi Masjid Dalam Membumikan Ekonomi Islam Melalui Aktualisasi

BMT

Dalam rangka memberdayakan perekonomian, masjid mempunyai peran strategis

untuk mengatasi masalah pereknomian umat yang dibelenggu oleh sistem riba, di mana

masjid yang biasanya berfungsi sebagai tempat ibadah, dalam hal ini masjid mempunyai

tanggung jawab untuk mendidik dan membantu masyarakat disekitar masjid agar mencapai

potensi yang maksimal sehinga terbentuk ketahanan umat yang bermanfaat bagi diri sendiri

dan lingkungannya.

Dari berbagai macam bisnis yang dapat dikembangkan, streategi peran

keekonomian masjid lebih mengarah pada peningkatan hubungan jamaah masjid melalui

pengembangan UMKM. Pengembangan UMKM berkaitan dengan berbagai aspek bisnis,

yakni permodalan materiil, sumber daya manusia, jaringan silaturahmi jamaah d.l.l. yang

dimaksudkan untuk membebaskan dari jeratan riba serta berupaya untuk meberdayakan

para pengusaha kecil dalam mengembangkan usaha dan dapat mensejahterakan para

jamaah atau masyarakat sekitar masjid

Berdasarkan pemaparan BMT, serta UMKM yang telah dijelaskan. Kemudian

dapat dijelaskan proses pelaksanaanya dengan melihat gambar dibawah.

DKMDPS

Page 13: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

Penjelasan dari alur panah diatas adalah masjid lebih berperan sebagai fungsi ekonomi

dari segi sosial. Masjid dengan potensi yang besar sebagai pengumpul dana melalui zakat, infaq,

shodaqoh dan wakaf (ZISWAF) dimanfaatkan dengan bentuk kerjasama investasi simpanan

dengan BMT. Dalam pembagian kerja tersebut masjid berperan dalam pengumpulan dan

penyeleksian UMKM yang akan menjadi mitra dalam sistem ini. Masjid juga memberi pelatihan

dan pengawasan terhadap keberlangsungan kegiatan bisnis UMKM. Hal tersebut penting karena

masjid menjadi penjembatan antara BMT selaku pengelola dana dengan masyarakat yang akan

menerima dana binaan UMKM. BMT juga berperan dalam mengembangkan bisnis UMKM

yang telah bekerjasama ataupun yang akan bekerjasama dengan BMT. Fungsi pengawasan dan

manajemen dana yang dilakuakan oleh BMT lebih berperan dalam keberhasilan aspek-aspek

bisnis syariah yang telah berjalan dalam sistem ini. BMT bertanggung jawab dalam mengukur

kemampuan bisnis UMKM setelah periode berjalan dengan pertimbangan syariah dan bisnis

apakah UMKM layak untuk mendapatkan tambahan modal atau hanya cukup mendapatkan

binaan serta konsultasi.

Prinsip penilaian prospek bisnis sangat diperhatikan dalam konsep ini karena tujuan dari

model sinergitas ini adalah meningkatkan kepercayaan masyarakat dan mengurangi stigma

negatif masyarakat terhadap BMT. Kemudian meningkatkan peran masjid dari segi ekonomi

Masjid

Teraktualisasinya Ekonomi Islam di Masyarakat, Persepsi

masyarakat terhadap BMT, Peningkatan aktivitas ekonomi

dan produk yang dihasilkan.

Fungsi Sosial Masjid

Zakat, Infaq, dan Shodaqoh

Qardhul Hasan Wakaf

Pemberdayaan Ekonomi Umat melalui

Permodalan dan Bina Konsultasi UMKM

Fungsi Bisnis BMT

Musyarakah Mudharabah Murabahah

BMT

Page 14: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

dalam bentuk peningkatan nilai tambah dana amanah masjid, serta membantu BMT agar

informasi luas mengenai kegiatan pembiayaan BMT lebih mudah dikenal dan didapatkan oleh

masyarakat.

Pelaksanakan dari konsep pemberdayaan masjid melaui BMT ini diharapkan selain

dapat mengaktualisasikan Ekonomi Islam juga dapat meningkatkan aktivitas ekonomi maupun

produktivitas masyarakat. Apabila tujuan dari pelaksanakan konsep ini dapat terwujud, maka

akan berdampak positif pula dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.

KEsimpulan …

Daftar Pustaka

Al-Fatih, Dede. 2013. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS).

http://alfatihmedia.blogspot.co.id/2013/05/lembaga-keuangan-mikro-syariah-lkms.html

Baihaqi, Kiki. 2012. Macam-Macam Riba yang Perlu Anda Ketahui.

https://qqbaihaqie.wordpress.com/2012/10/20/macam-macam-riba-yang-perlu-anda-ketahui/

Sumut, Pinbuk. 2012. Jenis-jenis Akad BMT.

http://infopinbuksumut.blogspot.co.id/2012/02/jenis-jenis-akad-bmt.html

(ahmad sutarmadi, visi, misi, dan langkah strategis : pengurus dewan masjid Indonesia dan

pengelola masjid, (Jakarta, logos wacana ilmu, 2002).H.19)

Euis amalia. Keadilan distributive dalam islam( Jakarta:raja grafindo persada. 2008 H 7

http://bdkbandung.kemenag.go.id/jurnal/271-pemberdayaan-ekonomi-syariah-berbasis-masjid

http://progrestazkia.com/dampak-riba-dalam-perekonomian-indonesia.html

Page 15: Optimaliasasi Masjid Dan Lembaga Kemasyarakatan Islam

http://rivanda-rachmat.blogspot.co.id/2011/11/bahaya-riba-bagi-perekonomian.html

Fikri abdul a.2011.”strategi masjid dalam pemberdayaan ekonomi umat (studi pada masjid raya pondok

indah dan masjid jami bintaro jaya”. Skripsi.UIN Syarif Hidayatullah

Said muhamad Hannaf et all. 2015. SAVIORMAN (Scholarship and Entrepreneurship Integration between Mosque and Baitul Maal Wat Tamwil via Charity and Infaq)dalam meningkatkan peran Baitul Maal Wat Tamwil untuk Pertumbuhan Ekonomi Nasional.Jurnal