P2G Causal Model

3
Causal Model atau model sebab akibat atau disebut juga analisis jalur, yang menyusun hipotesa hubungan-hubungan sebab akibat diantara variabel-variabel dan menguji model-model sebab-akibat dengan menggunakan system persamaan linier. Untuk mengetahui apakah ada masalah gizi di Provinsi Lampung maka dibuat causal model untuk menelusuri sebab dan akibat dalam permasalahan gizi ini. Berikut merupakan causal model gizi Provinsi Lampung. Masalah pangan dan gizi merupakan masalah yang kompleks sehingga penanganannya membutuhkan penyelesaian dari berbagai faktor. Determinan masalah pangan dan gizi pada Provinsi Lampung digambarkan dengan kerangka UNICEF, dimana fokus permasalahan utama adalah pada keadaan stunting . Berikut disajikan diagram causal model permasalahan gizi mengacu pada bagan UNICEF. - Stunting (40% anak-anak Lampung, TB/U) - Gizi buruk – kurang (20%, BB/U) Konsumsi PPH - Konsumsi protein (46.97 g) - Konsumsi kalori ( 1750.15 kkal) - Konsumsi sayur <5 porsi/hari 87.2% Diare (3.9% balita Lampung terkena ) Ketersediaan - Ikan tidak mandiri pangan - Minyak tidak mandiri pangan Inflasi (8.36 %) - Bayi kurang mendapatkan pengasuahan (4695 jiwa) - Pendidikan Higiene dan sanitasi - BAB tidak benar (16.4%) - Cuci tangan tidak benar (53.57%) Akses informasi,

description

lampung

Transcript of P2G Causal Model

Page 1: P2G Causal Model

Causal Model atau model sebab akibat atau disebut juga analisis jalur, yang menyusun hipotesa hubungan-hubungan sebab akibat diantara variabel-variabel dan menguji model-model sebab-akibat dengan menggunakan system persamaan linier. Untuk mengetahui apakah ada masalah gizi di Provinsi Lampung maka dibuat causal model untuk menelusuri sebab dan akibat dalam permasalahan gizi ini. Berikut merupakan causal model gizi Provinsi Lampung.

Masalah pangan dan gizi merupakan masalah yang kompleks sehingga penanganannya membutuhkan penyelesaian dari berbagai faktor. Determinan masalah pangan dan gizi pada Provinsi Lampung digambarkan dengan kerangka UNICEF, dimana fokus permasalahan utama adalah pada keadaan stunting . Berikut disajikan diagram causal model permasalahan gizi mengacu pada bagan UNICEF.

- Stunting (40% anak-anak Lampung, TB/U)

- Gizi buruk – kurang (20%, BB/U)

Konsumsi PPH- Konsumsi protein (46.97 g)

- Konsumsi kalori ( 1750.15 kkal)- Konsumsi sayur <5 porsi/hari 87.2%

Diare (3.9% balita Lampung terkena )

Ketersediaan- Ikan tidak mandiri pangan- Minyak tidak mandiri

panganInflasi (8.36 %)

- Bayi kurang mendapatkan

pengasuahan (4695 jiwa)- Pendidikan

Higiene dan sanitasi- BAB tidak benar (16.4%)- Cuci tangan tidak benar

(53.57%)

PDRB (189 809 459) Akses informasi, distribusi, dan daya beli

Ekonomi- Pengangguran ( 4.79 %)

- Miskin (14.35 %)

Pendidikan (AMH 95.92 %) Sosial

Sarana prasarana tidak ada

- 289 unit puskesmas- 58.8 % RT yang tahu

RS Pemerintah

Page 2: P2G Causal Model

Berdasarkan Gambar 8 dapat dijelaskan bahwa masalah gizi yang menjadi prioritas adalah masalah stunting, gizi buruk dan gizi kurang karena prevalensi dari stunting, gizi buruk dan gizi kurang di Lampung yang tinggi yaitu sebesar 40% untuk stunting, 20% untuk gizi buruk dan gizi kurang . Persentase 40% untuk stunting berdasarkan Riskesdas (2013) termasuk dalam masalah gizi berat, sedangkan dengan presentase 20% untuk kasus gizi buruk dan gizi kurang termasuk dalam masalah gizi serius (WHO 2010) hal ini perlu mendapatkan penanganan. Masalah gizi buruk dan gizi kurang yang terjadi di Provinsi Lampung perlu diatasi untuk meningkatkan status gizi setiap individu yang merupakan sumber daya manusia dalam pembangunan nasional khususnya Provinsi lampung.

Penyebab langsung dari masalah gizi tersebut terdiri dari pola konsumsi makan yang tidak seimbang dan adanya penyakit infeksi. Pola konsumsi yang tidak seimbang yang memengaruhi adanya permasalahan gizi tersebut adalah rendahnya kualitas konsumsi pangan yang dapat dilihat dari skor PPH konsumsi Provinsi Lampung yang belum mencapai 90 yaitu sebesar 81.9. Rendahnya skor PPH konsumsi Lampung disebabkan oleh pola konsumsi yang masih terfokus pada padi-padian sedangkan untuk golongan pangan yang lain belum sesuai dengan harapan. Adapun penyebab langsung lainnya berupa penyakit infeksi yang terjadi di Provinsi Lampung meliputi kejadian diare, persentase jenis penyakit infeksi diare sebesar 3.9 ini memerlukan penanganan khusus karena melebihi standar nasional yaitu sebesar 3.5% sehingga kemungkinan penyebab dari faktor ini juga berperan terhadap kejadian masalah gizi.

Penyebab tidak langsung dari permasalahan gizi tersebut mencakup tiga faktor, yaitu ketersediaan, pola asuh dan pendidikan, dan hygiene dan sanitasi. Faktor ketersediaan meliputi kurangnya konsumsi protein,kalori dan sayur. Kurangnya ketersediaan golongan pangan tersebut dapat dilihat pada skor PPH ketersediaan Lampung. Skor PPH umbi-umbian hanya sebesar 1.2, pangan hewani sebesar 15.4, kacang-kacangan sebesar 5.1, gula sebesar 2.3 dan sayur dan buah sebesar 26.9. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ketersediaan Lampung terkait umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, gula, serta sayur dan buah tergolong rendah atau belum memenuhi harapan. Sehingga hal ini dimungkinkan untuk menjadi salah satu faktor penyebab tidak langsung permasalahan gizi di daerah tersebut.

Masalah utama dari masalah gizi yang terdapat di Provinsi Lampung meliputi beberapa hal antara lain kurangnya akses informasi terhadap pangan dan gizi, sarana dan prasarana yang kurang memadai yaitu hanya 58.8% rumah tangga yang memiliki akses informasi terhadap rumah sakit di pemerintahan, hal ini akan mengganggu pendistribusian pangan yang ada di wilayah tersebut. Selain itu penduduk miskin (14.35%) juga menjadi masalah karena dengan keadaaan penduduk yang miskin maka kemungkinan mereka untuk menjangkau pangan secara layak/ daya beli akan lebih sulit dibandingkan dengan penduduk yang tidak miskin. Masalah dasar dari permasalahan gizi yang terdapat di Lampung adalah adanya krisis ekonomi. Krisis ekonomi merupakan salah satu krisis yang pasti akan dialami oleh suatu daerah akan tetapi jenis krisis tersebut berbagai macam. Adapun krisis yang dihadapi Lampung termasuk sangat ringan karena tidak menimbulkan gejolak yang besar dibidang politik dan ekonomi itu sendiri