Panca Sila

60
A. PENDAHULUAN Setiap manusia lahir ke muka bumi membawa sebuah insting untuk memeperagung apa yang lebih kuat, lebih mulia,dan berkuasa atas dirinya. Dengan kata lain, ingin beragama dan menyembah kepada sesuatu yang dianggapnya Mahakuasa. Kesadaran dalam diri manusia bahwa yang menimbulkan keyakinan dibalik semua yang ada dihadapannya terdapat kekuatan yang maha hebat yang menciptan dan menguasai seluruh alam yang manusia pijak maupun yang tidak mungkin dipijak. Keyakinan itulah yang disebut agama. Jika dilihat dari jenis penyembahan dan kepercaannya, semua agama dibumi dapat dibedakan menjadi dua, yakni agama samawi dan agam thabi’iy. Secara ringkas, agama samawi adalah agama langit yang berasal dari Tuhanyang maha Esa dan ajaran agama samawi menjujung tinggi keyauhidan, contohnya adalah Kristen,Nasrani dan Islam. Sementara agama thabi’iy adalah agama yang tidak berasal dari Tuhan. Agama ini berasal dari tabiat manusia yang ingin menyembah kepada sesuatu yang dianggapnya Mahakuasa namun pada dasarnya keyakinan tentang Tuhan dalam agaa ini tidak tegas. Diantara agama – agama samawi yang telah lamah hidup berdampingan dengan Islam dibumi adalah Kristen katolik atau Islam menyebutnya Nasrani. Agama Kristen telah jadi mayoritas agama yang dianut oleh masyarakat dunia.

description

PANCASILA

Transcript of Panca Sila

A. PENDAHULUANSetiap manusia lahir ke muka bumi membawa sebuah insting untuk memeperagung apa yang lebih kuat, lebih mulia,dan berkuasa atas dirinya. Dengan kata lain, ingin beragama dan menyembah kepada sesuatu yang dianggapnya Mahakuasa.Kesadaran dalam diri manusia bahwa yang menimbulkan keyakinan dibalik semua yang ada dihadapannya terdapat kekuatan yang maha hebat yang menciptan dan menguasai seluruh alam yang manusia pijak maupun yang tidak mungkin dipijak. Keyakinan itulah yang disebut agama.

Jika dilihat dari jenis penyembahan dan kepercaannya, semua agama dibumi dapat dibedakan menjadi dua, yakni agama samawi dan agam thabiiy.

Secara ringkas, agama samawi adalah agama langit yang berasal dari Tuhanyang maha Esa dan ajaran agama samawi menjujung tinggi keyauhidan, contohnya adalah Kristen,Nasrani dan Islam. Sementara agama thabiiy adalah agama yang tidak berasal dari Tuhan. Agama ini berasal dari tabiat manusia yang ingin menyembah kepada sesuatu yang dianggapnya Mahakuasa namun pada dasarnya keyakinan tentang Tuhan dalam agaa ini tidak tegas.Diantara agama agama samawi yang telah lamah hidup berdampingan dengan Islam dibumi adalah Kristen katolik atau Islam menyebutnya Nasrani. Agama Kristen telah jadi mayoritas agama yang dianut oleh masyarakat dunia.

Secara garis besar umat Kristen terpecah menjadi dua golongan besar, yakni Kristen katolik dan Kristen protestan

B. ASAL MULA AGAMA AGAMA DI INDONESIA

1. Agama Kristen/KatolikAgama Kristen Orang-orang Barat

Dalam pasal ini kita berbicara mengenai bangsa-bangsa Barat yang datang ke Indonesia pada abad ke-16 dan ke-17, yaitu orang-orang Portugis dan orang-orang Belanda. Selain daripada mereka itu, di Indonesia Utara untuk sementara waktu terasa juga pengaruh orang-orang Spanyol yang menetap di Filipina.

Agama Katolik tahun 1500

Orang-orang Portugis dan Spanyol menganut agama Kristen Katolik. Di sini, kita tidak perlu memberi keterangan terperinci mengenai agama itu. Cukup kalau disebut beberapa cirinya yang menentukan bentuk misi di Indonesia.

Bersifat hirarkis, menuntut keseragaman

Agama Katolik dalam Abad Pertengahan bersifat hirarkis. Kaum awam kurang mempunyai suara dalam gereja; mereka berada di bawah imam, dan para imam pula membawahi uskup serta paus. Tetapi susunan hirarkis berarti juga bahwa gereja mempunyai organisasi yang rapih, sehingga sanggup menyelenggarakan usaha misi yang sangat luas. Berhubung dengan susunan hirarkis itu, gereja mengusahakan keseragaman yang sebesar mungkin, antara lain dalam hal ibadah. Bahasa ibadah pun harus sama di mana-mana (yaitu bahasa Latin).

Tekanan atas sakramen, iman, tidak diadakan terjemahan Alkitab

Selanjutnya dalam gereja zaman itu, pelayanan sakramen dianggap lebih penting daripada pelayanan Firman. Sakramen khususnya baptisan, perlu mutlak demi keselamatan. Pada anggota gereja biasa, tekanan atas sakramen ini bisa membawa kepada keyakinan bahwa unsur-unsur sakramen (air, roti, anggur) merupakan benda-benda sakti (bnd 1). Pentingnya sakramen membawa juga kepada anggapan yang tertentu tentang apa itu iman. Beriman tidak pertama-tama berarti memahami Firman Tuhan, tetapi terutama takluk pada kekuasaan gereja. Agar orang bisa menerima sakramen-sakramen, cukuplah kalau mereka mengenal rumusan-rumusan pokok agama Kristen dan mengakui bahwa gereja memiliki ajaran yang benar. Katekisasi dan pembinaan jemaat agak diabaikan. Secara khusus orang-orang awam tidak didorong untuk membaca dan memahami isi Alkitab; dari sebab itu terjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa daerah di Eropa tidak diusahakan dengan rajin. Perjanjian Baru untuk pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Portugis menjelang akhir abad ke-18.

Negara harus melayani gereja

Perlu diperhatikan juga hubungan antara gereja dan negara. Masyarakat Eropa dalam Abad Pertengahan masih mengakui kesatuan azasi seluruh kehidupan. Tidak ada bidang yang tidak diatur oleh agama. Dalam hal ini corak berpikir yang terdapat dalam agama suku masih hidup terus di Eropa (sampai zaman Pencerahan). Tetapi, berlainan dengan agama suku, agama diatur oleh suatu lembaga khusus, yaitu gereja. Dengan demikian, gereja menguasai seluruh kehidupan masyarakat. Negara pun dianggap berada di bawah gereja. Tugas negara ialah melayani gereja, melindungi iman Kristen dari serangan musuh-musuhnya dan mendukung penyiarannya ke luar.

Ordo-ordo sebagai cadangan misionaris

Akhirnya masih mau disebut ordo-ordo kebiaraan. Dalam gereja Abad Pertengahan, pertarakan dipandang sebagai bentuk kehidupan Kristen yang paling tinggi. Orang-orang yang menuntut kehidupan yang demikian berkumpul membentuk ordo-ordo, misalnya ordo Fransiskan, ordo Dominikan, di kemudian hari juga Serikat Yesus. Mereka itu tidak terikat oleh harta-benda atau keluarga dan sering mereka adalah orang-orang Kristen yang bersemangat. Oleh karena itu anggota-anggota ordo cocok sekali untuk di pakai sebagai tenaga misionaris. Dari ordo-ordo itu berasal hampir semua misionaris di Indonesia.

Ideologi orang-orang Barat, imperialisme

Itulah agama orang-orang Barat yang pertama datang ke Indonesia, yaitu orang-orang Portugis dan Spanyol. Akan tetapi mengetahui agama mereka belum cukup. Kalau kita mau memahami tindakan mereka, kita harus mengenal juga pandangan-dunia mereka, ideologi mereka. Agama Kristen Abad Pertengahan hanya mengenal dua jenis agama yang lain, yaitu agama suku (yang di Eropa) dan agama Islam. Agama Islam sedikit-banyak dihormati: theologia Katolik mengakui bahwa orang-orang Islam menyembah Allah yang sama seperti orang-orang Kristen. Akan tetapi penilaian terhadap agama suku sama sekali bersifat negatip. Dalam agama suku, demikian orang-orang Kristen zaman itu, yang disembah ialah iblis. Pun kurang sekali minat atau pengertian bagi kebudayaan-kebudayaan lain. Satu-satunya kebudayaan yang sesuai dengan agama Kristen ialah kebudayaan orang-orang Kristen, berarti kebudayaan Eropa Barat. Kalau orang dari luar mau menerima iman Kristen maka serentak dengan itu ia harus menerima kebudayaan Eropa khususnya kebudayaan bangsa yang membawa Injil kepadanya.

Ideologi bangsa Spanyol dan Portugis, Islam musuh utama

Ideologi ini kuat sekali di tengah bangsa-bangsa Portugal dan Spanyol. Orang-orang Spanyol dan Portugis telah dijajah berabad-abad lamanya oleh orang-orang Islam, dan mereka baru memperoleh kemerdekaan setelah perang yang panjang. Pengalaman sejarah itu membuat mereka yakin bahwa mereka adalah bangsa yang paling setia kepada agama Kristen Katolik. Mereka merasa superior, bukan berdasarkan ras melainkan berdasarkan agama mereka. Dan mereka merasa terpanggil untuk mempertahankan agama Kristen terhadap musuh-musuhnya, dan menyiarkan iman ke mana-mana. Untuk itu, perang merupakan alat yang wajar. Menurut pandangan mereka, musuh utama ialah Islam, tetapi orang-orang kafir perlu dihadapi pula. Dalam pada itu, tidak ada bagi mereka perbedaan azasi antara penyiaran iman dan perluasan wilayah pengaruh Spanyol/Portugis. Mengkristenkan sama dengan men-spanyolkan atau mem-portugiskan. Dalam ideologi ini, gereja tidak berada di atas negara, tetapi keduanya merupakan kesatuan yang tak terpisahkan - tak ubahnya seperti dalam corak berpikir agama suku.P.I. dan imperialisme Barat tidak selalu terjalin

Namun demikian, kita tidak boleh berpendapat seakan-akan dalam abad ke-16 di mana-mana serta terus-menerus gereja dan negara bergandengan tangan. Dalam praktek sehari-hari, kepentingan negara tidak tertindih tepat dengan kepentingan gereja. Dan tentu saja selalu ada pejabat-pejabat yang lebih memperhatikan kepentingan negara. Di daerah-daerah jajahan selalu juga ada banyak oknum-oknum, pedagang-pedagang atau lain, yang bersikap acuh-tak-acuh terhadap iman Kristen dan yang dengan perbuatan mereka menghalangi penyiarannya. Dari pihak gereja, ideologi imperialisme didobrak oleh Kontra-Reformasi ( 1540) yang menegaskan kembali bahwa gereja berada di atas negara dan bahwa misionaris mempunyai tugas dan tujuan lain daripada penjajah .

Orang-orang Belanda Protestan Calvinis

Satu abad setelah orang-orang Portugis, orang-orang Belanda datang ke Indonesia. Mereka adalah orang-orang Kristen juga, tetapi dengan cara percaya yang lain, karena mereka telah menjadi pengikut Reformasi, khususnya Reformasi Calvin. Orang-orang Protestan itu mempunyai organisasi gereja, ibadah dan ajaran yang jauh berbeda dari yang terdapat dalam Gereja Katolik-Roma. Tidak ada lagi hirarki dalam gereja. Alkitab harus disebarkan seluas mungkin dalam bahasa yang bisa dimengerti orang, dan penafsirannya dalam khotbah merupakan salah satu bagian ibadah yang terpenting. Ibadah tak usah seragam di mana-mana. Negara tidak berada di bawah gereja, tidak juga di atasnya, tetapi di sampingnya, dan keduanya harus bekerja sama demi kemajuan kerajaan Allah.

Cara-cara lama yang hidup terus

Namun demikian, dalam kehidupan bangsa-bangsa Protestan cara-cara lama masih berpengaruh. Kecenderungan untuk berpikir menurut kerangka hirarkis tidak begitu mudah hilang dari gereja. Lagi pula orang-orang Belanda pun berpendapat bahwa gereja mereka mempunyai bentuk yang paling baik, sehingga lebih aman kalau diikuti saja oleh orang-orang lain. Sikap-sikap ini akan paling menonjol di daerah-daerah jajahan.

Dua halangan untuk P.I.

Dalam dua hal perbedaan dengan Gereja Katolik mula-mula menghalangi usaha pekabaran Injil oleh kaum Protestan. Pertama-tama, Reformasi telah menghapuskan ordo-ordo kebiasaan. Akibatnya, tidak ada dalam Gereja Protestan suatu cadangan tetap orang-orang yang tidak terikat dan yang rela pergi ke mana-mana. Selanjutnya, kedudukan gereja terhadap negara telah menjadi lebih lemah. Theologia tidak memandang lagi negara sebagai pelayan gereja, dan Gereja Protestan tidak mempunyai organisasi internasional yang lebih luas daripada wilayah satu negara saja. Sebaliknya, negara-negara Protestan berusaha untuk menguasai gereja di daerahnya masing-masing. Setidak-tidaknya bagi negara-negara itu kepentingan sendiri mendahului kepentingan gereja dan agama. Sikap ini juga paling menonjol di daerah-daerah jajahan.Ideologi orang-orang Belanda, Katolik musuh utama

Terhadap agama dan kebudayaan lain, orang-orang Belanda Protestan tidak mempunyai pandangan yang lebih positif daripada orang-orang Barat lainnya pada zaman itu. Khususnya agama suku bagi mereka adalah takhyul belaka, atau malahan penyembah iblis. Namun demikian, mereka tidak mempunyai ideologi seperti Portugal dan Spanyol, yaitu rasa superioritas yang didukung oleh agama. Ajaran Calvinis mewajibkan negara untuk membantu gereja dalam mempertahankan iman yang murni dan dalam mengabarkan injil. Dan secara resmi negara Belanda bersedia melaksanakan tugas itu. Akan tetapi orang-orang Belanda adalah pedagang, dengan mental pedagang. Fanatisme agamani dapat merusakkan kemakmuran dan oleh karena itu mereka bersikap toleran. Pekabaran Injil pun boleh, asal tidak merugikan perdagangan. Selain dari pada itu, orang-orang Belanda mempunyai sejarah yang lain daripada bangsa-bangsa Eropa Selatan. Mereka belum pernah berurusan langsung dengan Islam. Tetapi mereka harus mengadakan perang kemerdekaan melawan Spanyol yang Katolik. Maka dari itu yang mereka pandang sebagai musuh utama bukan agama Islam, melainkan Gereja Katolik. Hal ini akan mempengaruhi politik mereka di Indonesia.

Sejarah KeKristenan Permulaan Gereja Gereja dimulai 40 hari sesudah kebangkitan Yesus (sekitar 30 A.D.) Yesus sudah berjanji bahwa Dia akan mendirikan gerejaNya (Matius 16:18), dan dengan datangnya Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah 2:1-4), Gereja (kumpulan yang dipanggil keluar) secara resmi dimulai. Tiga ribu orang menerima khotbah Petrus pada hari itu dan memilih untuk mengikuti Kristus. Petobat-petobat pertama kepada keKristenan adalah orang-orang Yahudi atau peganut-penganut Yudaisme, dan gereja berpusat di Yerusalem. Karena itu keKristenan pada mulanya dipandang sebagai sekte Yahudi, sama seperti orang-orang Farisi, Saduki, atau Essenes. Namun demikian, apa yang dikhotbahkan para Rasul berbeda secara radikal dari apa yang diajarkan oleh kelompok-kelompok Yahudi lainnya. Yesus adalah Mesias orang Yahudi (Raja yang Diurapi) yang datang untuk menggenapi Hukum Taurat (Matius 5:17) dan mendirikan Perjanjian Baru yang berdasarkan pada kematianNya (Markus 14:24). Berita ini, dan tuduhan bahwa mereka telah membunuh Mesias mereka sendiri, membuat banyak pemuka Yahudi menjadi marah, dan beberapa orang, seperti Saul dari Tarsus, mengambil tindakan untuk memusnahkan Jalan itu (Kisah9:1-2).Adalah amat tepat untuk mengatakan bahwa keKristenan berakar pada Yudaisme. Perjanjian Lama meletakkan landasan bagi Perjanjian Baru dan tidak mungkin untuk memahami keKristenan secara penuh tanpa pengetahuan akan Perjanjian Lama (lihat kitab Matius dan Ibrani). Perjanjian Lama menjelaskan kebutuhan akan seorang Mesias, mengandung sejarah umat kepunyaan Mesias, dan menubuatkan kedatangan Mesias. Perjanjian Baru adalah mengenai datangnya Mesias dan karyaNya untuk menyelamatkan kita dari dosa. Dalam hidupNya, Yesus menggenapi lebih dari 300 nubuat yang terinci, membuktikan bahwa Dialah yang dinanti-nantikan oleh Perjanjian Lama.

Sejarah KeKristenan Pertumbuhan Gereja Mula-MulaTidak lama setelah Pentakosta, pintu gereja terbuka kepada orang-orang bukan Yahudi. Rasul Filipus berkhotbah kepada orang-orang Samaria (Kisah 8:5), dan banyak dari mereka yang percaya kepada Kristus. Rasul Petrus berkhotbah kepada rumah tangga Kornelius yang bukanlah orang Yahudi (Kisah 10) dan mereka juga menerima Roh Kudus. Rasul Paulus (mantan penganiaya gereja0 memberitakan Injil di seluruh dunia Greko-Romawi, sampai ke Roma sendiri (Kisah 28:16) dan bahkan mungkin sampai ke Spanyol.

Pada tahun 70, tahun di mana Yerusalem dihancurkan, kitab-kitab Perjanjian Baru telah lengkap dan beredar di antara gereja-gereja. Untuk 240 tahun berikutnya, orang-orang Kristen dianiaya oleh Roma, kadang secara acak, kadang atas perintah pemerintah. Pada abad kedua dan ketiga, kepemimpinan gereja mejadi makin hirakhis seiring dengan peningkatan jumlah. Beberapa ajaran sesat diungkapkan dan ditolak pada zaman ini, dan kanon Perjanjian Baru disepakati. Penganiayaan terus meningkat.

Sejarah KeKristenan Bangkitnya Gereja Roma Kemudian pada tahun 312 A.D. Kaisar Roma, Konstantin mengaku mendapatkan pengalaman pertobatan. Sekitar 70 tahun kemudian, pada masa pemerintahan Theodosius, keKristenan menjadi agama resmi dari kekaisaran Romawi. Para Bishop diberi tempat terhormat dalam pemerintahan, dan pada tahun 400 A.D. istilah Romawi dan Kristen pada dasarnya sama.Setelah Konstantin, orang-orang Kristen tidak lagi dianiaya. Pada waktu itu, orang-orang tidak percaya yang mengalami penganiayaan, kecuali kalau mereka bertobat kepada keKristenan. Pertobatan yang dipaksa semacam ini mengakibatkan banyak orang yang bergereja tanpa mengalami perubahan hati yang sejati. Orang-orang ini membawa berhala-berhala mereka dan kebiasaan-kebiasaan mereka, dan gereja berubah: ikon-ikon, desain arsitektur yang ruwet, perjalanan ziarah, dan pemujaan orang-orang suci ditambahkan kepada ibadah gereja mula-mula yang sederhana. Kira-kira pada saat yang hampir sama, beberapa orang Kristen meninggalkan Roma dan memilih untuk tinggal secara terpencil sebagai biarawan, dan baptisan bayi diperkenalkan sebagai cara untuk menyucikan dosa asal. Dalam abad-abad berikutnya, berbagai konsili gereja dilakukan untuk menentukan doktrin resmi gereja, untuk mengecam perlakuan salah terhadap para pelayan Tuhan, dan untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai. Dengan makin melemahkan Kekaisaran Roma, gereja menjadi makin berkuasa dan makin banyak pertentangan antara gereja-gereja di Barat dan Timur. Gereja Barat (Latin), berpusat di Roma, mengklaim otoritas kerasulan terhadap semua gereja. Bishop Roma bahkan mulai menyebut diri Paus (Bapa). Hal ini tidak dapat diterima dengan baik oleh Gereja Timur (Gerika) yang berpusat di Konstantinopel. Perbedaan teologis, politis, prosedural dan bahasa mengakibatkan Perpecahan Besar pada 1054 di mana Gereja Katolik (Universal) Roma dan Gereja Ortodoks Timur saling mengucilkan satu dengan yang lainnya dan memutuskan hubungan.

Sejarah KeKristenan Abad PertengahanSelama Abad Pertengahan di Eropah, Gereja Katolik Roma terus memegang kekuasaan, dengan Paus sebagai pemegang kekuasaan atas semua jenjang kehidupan dan hidup seperti raja. Korupsi dan ketamakan dalam kepemimpinan gereja adalah hal yang umum. Dari tahun 1095 sampai 1204 para Paus mendukung serangkaian perang salib yang berdarah dan mahal dalam usaha untuk mengusir kaum kaum Muslimin dan membebaskan Yerusalem.

Sejarah KeKristenan - ReformasiSelama bertahun-tahun berbagai individu telah berusaha menyoroti penyalahgunaan teologis, politis, dan hak asasi manusia yang dilakukan oleh Gereja Roma. Semua dibungkamkan dengan satu atau lain cara. Namun pada tahun 1517, seorang biarawan Jerman bernama Martin Luther mengambil sikap melawan Gereja, dan semua orang mendengarnya. Dengan Luther hadirlah Reformasi Prostestan, dan Abad Pertengahan berakhir. Para Reformator, termasuk Luther, Calvin, and Zwingli, berbeda dalam banyak detil teologia, namun mereka konsisten dalam penekanan mereka akan Alkitab sebagai otoritas tertinggi yang melampaui tradisi gereja dan fakta bahwa orang-orang berdosa diselamatkan oleh anugrah melalui iman semata, bukan karena pekerjaan (Efesus 2:8-9).Sekalipun Katolisisme muncul kembali di Eropah, dan serangkai peperangan antara Protestan dan Katolik terjadi, Reformasi berhasil meruntuhkan kekuasaan Gereja KaIolik Roma dan membantu membuka pntu kepada abad modern.

Sejarah KeKristenan Abad MisiPada tahun 1790 sampai 1900 gereja memperlihatan minat yang luar biasa pada pekerjaan misi. Kolonisasi telah mebuka mata pada pentingnya misi dan industrialisasi menyediakan orang dengan kekuatan dana untuk mendanai para misionari. Para misionari pergi ke seluruh dunia memberitakan Injil dan gereja berdiri di mana-mana.

Sejarah KeKristenan Gereja ModernSaat ini Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki hubungan mereka yang rusak, sebagaimana dilakukan pula oleh Katolik dan Lutheran. Gereja injili berdiri sendiri dan berakar kuat dalam teologia Reformed. Gereja juga menyaksikan bangkitnya Pentakostalisme, gerakan Karismatik, oikumenisme dan berbagai ajaran sesat.

Sejarah KeKristenan Apa Yang Kita Pelajari Dari Sejarah KitaKalaupun kita hanya belajar satu hal dari sejarah Gereja, kita perlu mengenali pentingnya Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya (Kolose 3:16). Setiap kita bertanggung jawab untuk mengetahui apa kata Alkitab dan untuk hidup menaatinya. Ketika gereja melupakan apa yang diajarkan Alkitab dan mengabaikan pengajaran Yesus, kekacauan merajalela. Saat ini ada banyak gereja, namun hanya satu injil. Itu adalah mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus. (Yudas 3). Mari kita dengan hati-hati mempertahankan iman itu dan meneruskannya tanpa mengubahnya. Dan kiranya Tuhan terus memenuhi janjiNya untuk membangun gerejaNya.

Ringkasan

Kita menyimpulkan. Orang-orang Barat yang datang ke Indonesia adalah orang-orang Kristen. Tetapi pola berpikir (ideologi) mereka mengandung unsur-unsur yang mengingatkan kita kepada agama-agama suku. Unsur-unsur ini mempengaruhi bentuk Injil yang dibawa ke Indonesia, dan dengan demikian ikut menentukan bentuk kekristenan di Indonesia. Secara khusus, kita melihat bahwa semangat mengabarkan Injil sering -- tetapi tidak selalu -- jalin-menjalin dengan keinginan memperluas wilayah pengaruh bangsa sendiri.

2. Agama IslamAwal Mula Agama Islam Islam dimulai dengan ajaran Muhammad saw., di tempat kelahirannya Mekkah; sifat-sifat yang menjadi ciri agama baru ini dikembangkan setelah beliau pindah ke Madinah dalam tahun 622 M. Sebelumnya beliau wafat sepuluh tahun kemudian, telah jelaslah sudah bahwa Islam bukannya semata-mata merupakan suatu badan kepercayaan agama pribadi, akan tetapi Islam meliputi pembinaan suatu masyarakat merdeka, dengan sistem sendiri tentang pemerintahan, hukum, dan Lembaga Generasi Muslimin pertama, telah menginsafi bahwa Hijrah adalah satu titik perubahan penting dalam sejarah. Merekalah yang menetapkan tahun 622 M sebagai permulaan takwin Islam baru.

Dengan pemerintah yang kuat, cerdas, dan satu kepercayaan yang menggelorakan semangat penganut-penganut dan tentara-tentara dalam waktu yang tidak lama, masyarakat baru ini menguasai seluruh Arabia Barat dan mencari dunia baru untuk ditundukkan.

Setelah sedikit kemunduran pada wafat Muhammad saw., gelombang penaklukan bergerak dengan cepat di Arabia bagian Utara dan Timur, berani menyerang kubu-kubu pertahanan di perbatasan kerajaan Romawi Timur di Syirq al-Ardun dan kerajaan Persia di Irak. Selatan. Angkatan-angkatan perang kedua kerajaan raksasa ini karena perang tidak henti-hentinya telah kehabisan kekuatan, dikalahkan satu-persatu dalam suatu rangkaian operasi cepat dan cemerlang. Dalam waktu enam tahun sesudah Muhammad saw. wafat, seluruh Siria dan Irak diharuskan membayar upeti kepada Madinah, dan empat tahun kemudian Mesir digabungkan pada kerajaan Islam baru.

Kemenangan-kemenangan yang mengagumkan tadi, mendahului kemenangan yang lebih besar lagi akan membawa orang Arab dalam waktu kurang dari satu abad ke Maroko, Spanyol, Perancis, pintu-pintu kota Konstantinopel, jauh ke Asia Tengah sampai ke Sungai Indus, membuktikan sifat Islam sebagai suatu kepercayaan kuat, insaf akan harga diri, dan jaya. Sifat ini mengakibatkan pendirian yang tidak kenal menyerah dan memusuhi segala yang ada diluarnya, tetapi menunjukkan toleransi, kesabaran hati yang luas dalam pelbagai masyarakat, keseganan menuntut orang dari golongan lain, dan kebesaran hati mereka dalam waktu kegelapan.

Pada tahun 660 M. ibu kota Kerajaan Arab dipindahkan ke Damsyik, tempat kedudukan baru Khalifah Bani Umayah. Sedangkan Madinah tetap merupakan pusat pelajaran agama Islam; pemerintah dan kehidupan umum kerajaan dipengaruhi oleh adat-istiadat Yunani Rumawi Timur. Tingkat pertama saling pengaruh-mempengaruhi dengan peradaban yang lebih tua ini tidak hanya dilambangkan dengan dua buah monumen, yang indah sekali dari zaman Bani Umayahh ialah Mesjid Raya di Damsyik dan Mesjid Al-Aqsa di Darusalam, akan tetapi kemunculan tiba-tiba cara aliran-aliran baru dan pendapat yang berlawanan dengan paham resmi di propinsi-propinsi baru. Akibat paling akhir dari pertumbuhan demikian ialah perpecahan antara lembaga-lembaga agama dan duniawi dalam masyarakat Islam. Pembelahan ini merusakkan azas duniawi Bani Umayah, dan ditambah dengan rasa ketidakpuasan para warga negara bukan Arab, dan pecah perang saudara diantara suku, Arab, menyebabkan jatuhnya tahun 750 M.

Dalam pada itu, perselisihan tadi menjelaskan bahwa dalam abad yang lampau sejak wafat Muhammad saw. kebudayaan agama Islam telah mengalami perkembangan dan konsolidasi yang luar biasa, baik, di dalam maupun di luar Arabia. Seorang guru agama di satu pihak menunjukkan perkembangan kebatinan pada tingkat tertinggi. Ia menyatakan inti sari yang penting dan menghidupkan itu dengan kepribadiannya dan keyakinannya sehingga tampak pada penganutnya sebagai wahyu kebenaran baru..

Itulah sumbangan asasi yang menentukan dari orang Arab terhadap kebudayaan Islam baru. Terhadap peradaban materiil sokongan mereka sedikit. Kemajuan materiil baru mulai; dengan cemerlang setelah Bani Abbas menggantikan Bani Umayah sebagai khalifah, dan mendirikan ibu kotanya yang baru di Baghdad dalam tahun 762 M. Masa pertama dari penaklukan wilayah luar Arabia telah lampau, disusul oleh masa perluasan ke dalam. Abad kesembilan dan kesepuluh Masehi menyaksikan puncak kemajuan peradaban Islam yang luas dan usaha-usaha yang berhasil. Kerajinan, perdagangan, kesenian bangunan, dan beberapa kesenian yang kurang penting, berkembang dengan subur waktu Persia, Mesopotamia, Siria, dan Mesir, memberikan sokongan mereka dalam usaha serentak.

Kegiatan-kegiatan baru ini menumbuhkan kehidupan intelektual. Sedang ilmu pengetahuan agama berkembang pada beberapa pusat baru terbesar dari Samarqand sampai ke Afrika Utara dan Spanyol, kesusasteraan dan pikiran dengan menggunakan sumber-sumber Yunani, Persia, dan juga India, melebar ke jurusan baru, seringkali bebas dari tradisi Islam dan banyak sedikitnya memberontak terhadap kepicikan dan kesempatan sistem kuno. Dengan dorongan perluasan kaki langit alamiah, kecerdasan pikiran, keduniawian, dan kerohanian, saling pengaruh mempengaruhi dengan hebatnya.

Sukarlah untuk menyatakan dengan singkat usaha-usaha bidang intelektual yang bermacam-macam dalam zaman tersebut. Ilmu pengetahuan Islam yang lain seperti sejarah dan ilmu bahasa, melebar hingga meliputi sejarah duniawi dan kesusasteraan. Ilmu kedokteran dan ilmu pasti Yunani disediakan dalam perpustakaan buku-buku terjemahan dan dikembangkan oleh sarjana Persia dan Arab, khusus ilmu Aljabar, ilmu ukur segitiga, dan ilmu optik (penglihatan). Ilmu bumi barangkali yang boleh diumpamakan barometer kebudayaan yang paling cermat berkembang pada seluruh cabangnya, di bidang politik, organik, matematik, astronomik, ilmu alam, dan pesiar, meluas demikian jauh hingga meliputi negara-negara dan peradaban bangsa yang jauh letak kediamannya.

Ilmu pengetahuan baru tersebut, boleh dikatakan hanya mengenai jumbai-jumbai, pinggiran kebudayaan agama, pemasukan ilmu mantik, dan filsafat Yunani, mau tidak mau menumbuhkan perselisihan paham yang tajam dan pahit. Pertikaian ini memuncak dalam abad ketiga. Para pemimpin Islam melihat dasar-dasar kerohanian dibahayakan oleh keingkaran halus dan cerdik paham rasionalisme murni. Walaupun mereka akhirnya mengalahkan pelajaran yang berpengaruh Yunani, ilmu filsafat selalu tetap harus dicurigai dalam pandangan para alim ulama, biarpun ilmu tadi hanya dipelajari sebagai alat perbantahan dan pembahasan. Lebih berbahaya ialah akibat kemenangan yaitu pertumbuhan dalam kalangan ahli agama, semacam perasaan iri hati terhadap usaha para intelektual yang bercorak murni keduniawian ataupun yang memberanikan diri ke luar dari bidang pengawasan mereka.

Selain keutamaan segi intelektual dan fungsi dalam pelajaran, syariat ialah alat yang paling luas pengaruhnya dan paling tepat membentuk ketertiban sosial dan kehidupan masyarakat bagi bangsa-bangsa Islam. Oleh karena lengkapnya, maka syariat memberi tekanan yang tidak hentinya pada segala kegiatan pribadi dan sosial, dan mewujudkan suatu ukuran-baku yang harus dianut lebih lama, meskipun ada rintangan kebiasaan kuno dan adat-istiadat yang telah berlaku lama. Khusus suku nomad dan suku yang diam di pegunungan, berlawanan. Tambahan pula, syariat memberikan pernyataan praktis dalam memperjuangkan persatuan yang menjadi ciri Islam. Hukum tadi dalam segala pokok yang penting adalah seragam, walaupun pelbagai mazhab berbeda dalam beberapa pasal kecil. Pertumbuhan ini disebabkan karena cita-cita sosial dan cara hidup di seluruh dunia Islam dalam abad pertengahan menuju arah yang sama. Syariat lebih dalam mempengaruhi kehidupan hukum Rumawi; karena memiliki landasan agama dan ancaman hukuman Tuhan, maka syariat adalah pengatur rohani merupakan suara hati umat Islam dalam semua segi dan kegiatan kehidupannya.

Tugas hukum syariat ini bertambah besar artinya waktu kehidupan politik dunia Islam lebih lama menyimpang dari keinginan Muhammad saw. dan pengganti-pengganti beliau yaitu pemerintahan berdasarkan ketuhanan. Keruntuhan khalifah Bani Abbas dalam abad kesembilan dan kesepuluh Masehi membuka pintu tidak hanya bagi kehancuran politik, tetapi juga bagi perebutan kekuasaan kerajaan oleh pangeran-pangeran setempat dan gubernur militer, terbit dan tenggelamnya kerajaan-kerajaan yang berumur pendek, dan berkobarlah perang saudara. Bagaimanapun hebatnya kekuatan politik dan militer kerajaan Islam itu telah dilemahkan, gengsi moral hukum syariat lebih dijunjung dan dapat mengutuhkan serta mengukuhkan bentuk sosial Islam sepanjang pasang surut nasib politik Islam.

Pada akhir, abad kesepuluh Masehi, daerah Islam sedikit lebih luas dibandingkan pada tahun 750. Semenjak diciptakan suatu peradaban besar, memuncak kehidupan intelektual, kaya dan cerdas dalam bidang ekonomi, dipersatukan dengan kukuh oleh syariat yang dihormati; seluruhnya merupakan penjelmaan kekuasaan Islam rohani dan duniawi. Waktu kekuatan militernya berkurang, maka sebagaimana juga. terjadi dengan kerajaan Rumawi enam abad sebelumnya, kerajaan Islam berangsur-angsur dikuasai oleh bangsa-bangsa biadab dari luar perbatasannya; dan juga seperti kerajaan Rumawi, mengenakan pada bangsa biadab tadi agamanya, hukumnya, dan penghormatan terhadap peradabannya.

Bangsa-bangsa biadab itu ialah Turki yang berasal dari Asia Tengah. Tekanan ke arah Barat membawa orang Bulgar, Magiar, Kumari, Pecineg ke Rusia Selatan dan Eropa Timur, mendatangkan suku-suku lain ke Iran dan lebih ke Barat, ke Irak, dan Anatolia. Pekerjaan pengislaman telah dilakukan, waktu mereka masih diam di tempat asalnya di Asia Tengah; oleh karena itu, kerajaan Sultan Turki yang didirikan di Asia Barat mula-mula hanya membawakan sedikit perubahan yang tampak ke luar dalam kehidupan rumah tangga umat Islam. Akibat pertama adalah perluasan militer; ke arah Tenggara menuju India Utara, ke arah Barat Laut menuju Asia Kecil. Pada waktu yang sama, jauh di sebelah Barat, suku Berber nomad telah membawa Islam, ke tepi dunia Afrika Negro di daerah lembah Senegal dan Niger sedang buku-buku Arab nomad yang tidak diawasi lagi oleh kekuasaan khalifah yang terdahulu telah merusakkan dan melengahkan pusat peradaban yang telah didirikan oleh bangsanya sendiri sebelum di atas puing runtuhan Afrika Romawi dan Bizantium.

Mulai abad kesebelas Masehi, ilmu Sufi mengerahkan kebaktian sebagian besar kegiatan kerohanian umat Islam, dan mendirikan suatu sumber pembaharuan kepribadian yang sanggup mempertahankan tenaga kebatinan selama abad-abad sesudahnya penuh dengan kemerosotan politik dan perekonomian.

Para ahli Sufi, baik sebagai penyiar perseorangan maupun (di kemudian hari) sebagai anggota dalam gabungan tarekat merupakan pemimpin dalam tugas mengislamkan orang penyembah berhala, yang tidak beragama, dan suku yang hanya tipis sekali pengislamannya. Penyebaran agama berhasil ialah terbanyak oleh kawan sebangsa sendiri dari suku-suku tersebut yang biasanya kikuk, buta huruf, dan kasar. Merekalah yang meletakkan dasar-dasar yang memungkinkan generasi kemudian menerima keadaban hukum syariat dan tauhid yang lebih halus. Berkat pekerjaan mereka, maka dalam abad-abad berikutnya, batas-batas daerah Islam dapat diperluas di Afrika, India, dan Indonesia, melintangi Asia Tengah ke Turkestan dan Tiongkok, dan di beberapa bagian Eropa Tenggara

. Perkembangan yang digambarkan di muka tadi dipercepat oleh malapetaka yang berturut-turut terjadi di Asia Barat dalam abad ketiga belas dan keempat belas. Penyerbuan pertama kaum Mongol penyembah berhala, membumihanguskan propinsi-propinsi bagian Timur Laut antara 1220 dan 1225 M. Gelombang kedua yang menduduki Persia dan Irak menamatkan khalifah Baghdad yang bersejarah dalam 1258 M, dan memaksakan seluruh dunia Islam Timur, terkecuali Mesir, Arabia, dan Siria, membayar upeti kepada kerajaan Mongol yang besar. Sisa-sisanya diselamatkan oleh golongan militer terdiri dari budak belian Turki dan Kipcak, kaum Mamluk, yang telah merebut kekuasaan politik di Mesir.

Di bawah pemerintahan Mamluk, peradaban Islam yang lama langsung berkembang lebih kurang dua setengah abad dalam bidang kesenian benda (istimewa dalam lapangan seni bangunan dan seni-kerajinan logam), tetapi disertai kemunduran daya kerohanian dan intelek.

Pada waktu yang sama, di daerah-daerah kekuasaan Mongol hidup kembali suatu peradaban Islam Persia yang cemerlang pada beberapa segi. Terutama dalam seni bina dan kesenian halus, termasuk seni lukis dalam bentuk yang sangat kecil (miniatur); kebudayaan tersebut berakar dalam kerohanian Sufi. Meskipun kedatangan dua kali Maut Hitam dan mengalami serbuan Timur Lenk dalam abad keempat belas yang menghancurleburkan Persia, namun kebudayaan Persia mampu memberikan ragam kepada kehidupan intelektual dari kerajaan-kerajaan Islam baru, yang dilahirkan pada kedua sisinya di Anatolia, Balkan, dan India.

Perluasan kerajaan Dinasti Osman di Asia dan Afrika Utara serta pembentukan kerajaan Mughal di India dalam abad keenam belas membawa sebagian besar dunia Islam kebawah pengawasan pemerintahan negara keduniawian yang kuat, memusatkan kekuasaannya yang besar. Ciri khas kedua kerajaan tadi ialah menitikberatkan pada pandangan ahli sunah waljamaah dan hukum syariat. Urusan agama dan urusan ketatanegaraan tidak dipersatukan karena kebijaksanaan militer dan sipil disusun menurut garis tidak Islam yang bebas, tetapi dapat saling menyokong akibat suatu persetujuan yang berlangsung hingga abad kesembilan belas.

Diantara dua saluran kehidupan agama Islam tersebut, saluran Sufilah yang lebih lebar dan dalam. Abad ketujuh belas dan permulaan abad kedelapan belas menyaksikan puncak tertinggi tarekat Sufi. Tarekat-tarekat besar menyebarkan suatu jalinan perhimpunan-perhimpunan dari mula hingga akhir dunia Islam, sedang perkumpulan-perkumpulan setempat dan cabang-cabangnya menggabungkan anggota pelbagai golongan dan kejuruan jadi umat yang bersatu padu. Selain itu, kebudayaan Islam dalam dua kerajaan tersebut yang hanya hidup atas warisan zaman silam, dapat memelihara, akan tetapi jarang dapat menambah kekayaan warisan intelektual tersebut. Tokoh-tokohnya berpendapat bahwa kewajibannya pertama ialah bukan hanya memperluas, akan tetapi memelihara, menyatukan, dan menyesuaikan kehidupan sosial atas sendi-sendi nilai Islam. Dalam batas-batas tersebut kadar persatuan yang telah mereka capai, dan ketertiban sosial yang dapat dilangsungkan memang menarik perhatian.

Persatuan itu merupakan suatu kekecualian yang menyolok mata. Dalam permulaan abad keenam belas, suatu kerajaan baru yang disokong oleh suku Turki dan Adzerbaijan menaklukan Persia dan menghidupkan kembali Syiah yang telah mengalami kemunduran, dan meresmikan Syiah sebagai agama resmi Persia. Selama peperangan dengan Dinasti Osman, orang Turki dari Asia Tengah, dan orang Mughal, yang semuanya ahli sunah waljamaah, Syiah dijadikan ciri perasaan nasional Persia. Akibat perpecahan antara Persia dan tetangganya penting buat semuanya. Umat Islam selanjutnya dipecah menjadi dua golongan yang terpisah, dan hubungan kebudayaan antara dua golongan tadi, sejak itu meskipun tidak diputuskan seluruhnya hanya dapat dilakukan serba sedikit saja. Persia terpaksa terpencil dalam urusan politik dan agamanya mencukupi kebutuhannya sendiri, yang akhirnya memiskinkan kehidupan rohani dan budaya mereka. Lebih-lebih pula waktu kekuatan politiknya mundur, orang suku Afghan dalam abad kedelapan belas melepaskan hubungan dan mendirikan suatu negara sunah merdeka.

Di Afrika Barat Daya adanya perasaan kesukuan diantara kedua pihak, orang Arab dan Berber, menukarkan kegiatan kebudayaan. Aliran ortodoks dan tarekat Sufi, keduanya dipengaruhi pemujaan orang-orang suci, wali yang masih hidup setempat (marabout). Di Tunisia dan di beberapa kota lain, sebagian warisan kebudayaan Spanyol Arab tetap dilanjutkan, bahkan waktu Tunisia dan Aljazair merupakan wilayah bajak laut, setengah jajahan kerajaan Dinasti Osman. Di Maroko di bawah sultan-sultan (yang dapat menyelamatkan kedaulatannya hingga 1912), bahkan di Sahara Barat di bawah kepala suku-suku yang lebih kecil, pelajaran ahli sunah yang lazim dilanjutkan, dan diperkuat oleh pengaruh yang datang dari daerah Timur.

Di kepulauan Melayu sendiri, Islam telah beroleh tumpuan di Sumatera dan Jawa, oleh pedagang-pedagang dalam abad ketiga belas dan keempat belas. Agama Islam lambat laun membiak, sebagian hasil tindakan panglima militer, tetapi lebih cepat dengan jalan perembesan damai, khusus di Jawa. Dari Sumatera, Islam dibawa oleh para perantau ke Semenanjung Malaya; juga dari Pulau Jawa ke Maluku. Sejak itu agama tersebut mendapat kedudukan yang lebih kuat di seluruh kepulauan di bagian Timur hingga ke Pulau Sulu, Mindanao, dan Filipina.

Penyebaran Islam di Tiongkok hingga kini masih terselubung dalam kegelapan. Kelompok muslimin dalam jumlah agak besar, yang pertama menetap di sana barangkali dalam zaman kerajaan Mongol dalam abad ketiga belas dan keempat belas. Jumlahnya bertambah besar di bawah pemerintah Mancu, biarpun ada perasaan permusuhan setempat karena pemberontakan (kadang-kadang hebat) yang dilakukan oleh kaum muslimin. Tetapi, hingga kini tidak mungkin menaksirkan jumlahnya.

Hasil bersih dari perluasan selama tiga belas abad ialah Islam sekarang merupakan agama yang terutama dalam lingkungan daerah luas yang meliputi Afrika Utara, Asia Barat, hingga bukit Pamir, kemudian ke Timur meliputi Asia Tengah hingga

Tiongkok, dan ke Selatan ke Pakistan. Di India hanya tinggal sepersepuluh penduduk yang beragama Islam. Di Semenanjung Malaya, Islam unggul lagi melewati Indonesia hingga berakhir di Filipina. Di pantai Barat Lautan India, Islam memanjang ke selatan sebagai lajur yang sempit dari pantai Afrika hingga Zanzibar dan Tanganyika dengan beberapa kelompok hingga masuk ke Uni Afrika Selatan. Di Eropa, kelompok-kelompok muslimin terdapat di sebagian besar negara Balkan dan Rusia Selatan. Di Amerika Utara dan Amerika Selatan, Islam diwakili oleh kelompok imigran dari Timur Tengah.

Semua agama besar di dunia, maka Islam sebelumnya perluasan kegiatan misi Kristen dalam abad kesembilan belas meliputi jumlah bangsa yang terbanyak. Asal mulanya di tengah-tengah orang Arab dan bangsa Semit lain, kemudian Islam berkembang diantara orang Iran, Kaukasus, orang kulit putih Laut Tengah, Slavia, Turki, Tartar, Tionghoa, India, Indonesia, Bantu, dan Negro dari Afrika Barat. Jumlah terbesar sekarang ialah muslimin dari Pakistan dan India sebanyak 100.000.000.

Disusul oleh orang Melayu dan Indonesia sebanyak 70.000.000. Orang Arab dan bangsa-bangsa yang berbahasa Arab menyusul dekat dengan 20.000.000. Muslimin di Asia Barat, 24.000.000, Afghanistan kira-kira 12.000.000, dan Turki (walaupun Islam bukan agama resmi, masih tetap merupakan agama rakyat) 20.000.000. Jumlah masyarakat Islam di daerah Asia, Uni Sovyet, di Turkestan Tiongkok, dan di Tiongkok sendiri sukar ditaksir, tetapi jumlahnya sekurang-kurangnya 30.000.000. Jumlah muslimin di Afrika Negro dan Afrika Timur hanya dapat ditaksir dengan kasar 24.000.000. Akhirnya, kaum muslimin di Balkan dan di Rusia Selatan berjumlah kurang lebih 3.000.000. Oleh karena itu, Islam dapat menuntut memiliki penganut 350.000.000, atau kira-kira sepertujuh dari taksiran seluruh jumlah penduduk dunia

Awal penyebaran agam Islam ke IndonesiaMasuknya agama Islam ke Indonesia dapat diketahi dari beberapa sumber yang dapat memberitakannya. Sumber sejarah itu dapat digolongkan menjadi sumber ekstern (dari luar negeri) dan sumber intern (dari dalam negeri).

a. Sumber Eksternal1) Berita dari Arab

Pada abad ke-7 ketika Kerajaan Sriwijaya sedang berkembang telah banyak pedagang Arab yang mengadakan hubungan dengan masyarakat Kerajaan Zabag/Sriwijaya.

2) Berita dari Eropa

Pada tahun 1292 Marco Polo (Italia) adalah orang Eropa pertama yang menginjakkan kaki di Indonesia ketika kembali dari Cina untuk menuju Eropa melalui jalan laut. Ketika ia singgah di Perlak (Peureulak) penduduknya telah memeluk agama Islam dan telah terdapat kerajaan bercorak Islam, yakni Kerajaan Samudra Pasai.

3) Berita dari India

Para pedagang Gujarat dari India di samping berdagang juga menyebarkan agama Islam di pesisir pantai.

4) Berita dari Cina

Dikatakan oleh Ma Huan (sekretaris Laksamana Cheng Ho) bahwa pada tahun 1400 telah ada pedagang-pedagang Islam yang tinggal di pantai utara Jawa.

b. Sumber InternalSumber intern yang menjadi bukti masuknya Islam di Indonesia, antara lain sebagai berikut.

1) Batu Nisan Fatimah binti Maimun (1028) yang bertuliskan Arab di Leran (Gresik).

2) Makam Sultan Malik Al Saleh (1297) di Sumatra.

3) Makam Syeh Maulana Malik Ibrahim (1419) di Gresik.

3. Agama HinduPendahuluan Tidak bisa dipungkiri bahwa Agama Hindu tidak terlepas dari peradaban zaman India Kuno pada waktu itu. Peradaban yang dilatarbelakangi oleh adat istiadat dn kepercayaan-kepercayaan, sungguh menjadi khazanah wawasan keagamaan tersendiri bagi agama Hindu dan pemeluknya.

Agama Hindu merupakan salah satu contoh agama yang kami angkat tema pada kali ini merupakan hasil dari sejarah. Dari pada itu sejarah merupakan hal yang mendasari segala aspek kehidupan. Pada kali ini kami ingin memaparkan secara sederhana tentang asal-usul Agama Hindu. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Asal-usul Agama Hindu dan Pembawanya Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Santana Dharma "Kebenaran Abadi", dan Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya).

Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa. Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta).

Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda.

Agama Hindu sebagaimana nama yang dikenal sekarang ini, pada awalnya tidak disebut demikian, bahkan dahulu ia tidak memerlukan nama, karena pada waktu itu ia merupakan agama satu-satunya yg ada di muka bumi. Sanatana Dharma adalah nama sebelum nama Hindu diberikan. Sanatana dharma yang memiliki makna "kebenaran yg kekal abadi" dan jauh belakangan setelah ada agama-agama lainnya barulah ia diberi nama untuk membedakan antara satu dengan yang lainnya. Sanatana dharma pada zaman dahulu kala dianut oleh masyarakat di sekitar lembah sungai shindu, penganut Weda ini disebut oleh orang-orang Persia sebagai orang indu (tanpa kedengaran bunyi s), selanjutnya lama-kelamaan nama indu ini menjadi Hindu. Sehingga sampai sekarang penganut sanatana dharma disebut Hindu.

Agama hindu adalah suatu kepercayaan yang didasarkan pada kitab suci yang disebut Weda. Weda diyakini sebagai pengetahuan yang tanpa awal tanpa akhir dan juga dipercayai keluar dari nafas Tuhan bersamaan dengan terciptanya dunia ini. Karena sifat ajarannya yng kekal abadi tanpa awal tanpa akhir maka ia disebut sanatana dharma. Apabila membahas tentang Agama Hindu, kita harus mengetahui sejarah tempat munculnya agama tersebut. India adalah sebuah Negara yang penuh dengan rahasia dan cerita dongeng, masyarakatnya berbangsa-bangsa dan berkasta-kasta, malah ada masyarakat dalam masyarakat, serta sungguh banyak ditemui agama-agama. Bahasa dan warna kulit pun bermacam-macam.

Pembicaraan mengenai India berarti adalah pembicaraan yang bercabang-cabang. Dipandang dari sudut ethnologi, India adalah tanah yang beraneka penduduknya, dan akibatnya orang dapat melihat kebudayaan yang beraneka pula. Semuanya ini tercermin dalam agamanya. Oleh karena itu barangsiapa mulai mempelajari agama Hindu ia akan segera merasa terlibat dalam sejumlah ajaran-ajaran, sehingga hampir tidak dapat menemukan jalan untuk mengadakan penyelidikan. Sepanjang orang dapat menyelidikinya, maka sejarah kebudayaan India mulai pada zaman perkembangan kebudayaan-kebudayaan yang besar di Mesopotamia dan Mesir. Antara 3000 dan 2000 tahun sebelum Masehi, rupa-rupanya di lembah sungai Sindhu (Indus) tinggallah bangsa-bangsa yang peradabannya menyerupai kebudayaan bangsa Sumeria di daerah sungai Efrat dan Tigris. Berbagai cap daripada gading dan tembikar yang ada tanda-tanda tulisan dan lukisan-lukisan binatang, menceritakan kepada kita bahwa di dalam zaman itu di sepanjang pantai dari Laut Tengah sampai ke Teluk Benggala terdapat sejenis peradaban yang sama dan yang sudah meningkat pada perkembangan yang tinggi. Sisa-sisa kebudayaan tersebut terutama terdapat di dekat kota Harappa di Punjab dan di sebelah utara Karachi. Bahkan disitu diketemukan sisa-sisa sebuah kota, Mohenjodaro namanya, di mana ternyata orang telah mempunyai rumah-rumah yang berdinding tebal dan bertangga.

Penduduk India pada zaman itu terkenal sebagai bangsa Drawida. Mula-mula mereka tinggal tersebar di seluruh negeri, tetapi lama-kelamaan hanya tinggal di sebelah selatan dan memrintah negerinya sendiri, karena mereka di sebelah utara hidup sebagai orang taklukkan dan bekerja pada bangsa-bangsa yang merebut negeri itu. Mereka adalah bangsa yang berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan kecil dan berambut keriting. Nama India diambil dari sungai Indus. Perkataan Ind dan Hindu keduanya berarti bumi yang terletak di belakang Sungai Indus, dan penduduknya dinamakan orang-orang India atau orang-orang Hindu.

Mengenai penamaan Negara India, Gustav Le Bon berkata: Orang-orang Barat berpendapat bahwa nama Sungai Indus telah dipinjamkan kepada negara yang mengandung berbagai rahasia yang terletak di sebelah belakangnya. Alasan ini tidak diterimanya bulat-bulat sebab nama India itu harus diambil dari nama Tuhan Indra. Peradaban India telah berlangsung lama. Negara india telah menghasilkan beberapa Filosof agung sebelum Socrates dilahirkan. Di Negara India ini sudah tersebar tanda-tanda ilmu pengetahuan dan bangunan-bangunan yang megah pada suatu masa dahulu ketika Kepulauan Inggris masih dalam keadaan terbelakang. India adalah negara yang penuh dengan keajaiban dan pertentangan, hingga boleh dianggap sebagai sebuah Negara yang mengandung negara-negara. India adalah salah satu pusat peradaban kuno di dunia.

Dalam hal ini, India menandingi Mesir, Cina, Assyria, dan Bailonia. Tetapi, peradaban India yang mendahului zaman Arya hanya baru dapat diketahui dan ditemukan dengan pengungkapan-pengungkapan baru dalam tingkatan kemajuan yang pernah dicapai oleh India dalam bidang arsitektur, pertanian, dan kemasyarakatan sejak masa 300 tahun SM, yaitu 1500 tahun sebelum kedatangan bangsa Arya. Antara 2000 dan 1000 tahun SM masuklah ke India dari sebelah utara kaum Arya, yang memisahkan diri dari kaum sebangsanya di Iran dan yang memasuki India melalui jurang-jurang di pegunungan Hindu-Kush. Bangsa Arya itu serumpun dengan bangsa Jerman, Yunani dan Romawi dan bangsa-bangsa lainnya di Eropa dan Asia. Mereka tergolong dalam apa yang kita sebut rumpun-bangsa Indo-German. Hinduisme dapat disamakan dengan rimba raja yang penuh dengan pohon-pohonan, tanam-tanaman, tumbuh-tumbuhan dan kembang-kembangan, pendeknya suatu serba ragam yang sulit sekali. Karena Hinduisme memperlihatkan berbagai bentuk dan bermacam-macam gejala-gejala agama. Suatu penyampuradukkan dari pada tokoh-tokoh dewa, bentuk-bentuk kultur, sel-sel agama dan mazhab-mazhab agama berdasarkan filsafat.

Suatu perbedaan yang rumit antara pernyataan-pernyataan mistik yang sangat murni dan luhur atau pernyataan cinta yang mesra terhadap dewata pemurah yang tunggal dan bentuk-bentuk keagamaan dimana nafsu-nafsu manusia yang rendah dengan sejarah kasar menampakkan dirinya. Gambaran yang diberikan Hinduisme dalam keseluruhannya memang beraneka warna dan mengacaukan. Pesan pertama yang kita dapat ialah bahwa dalam Hinduisme boleh dikatakan terhimpun seluruh sejarah agama dengan segala ragam dan bentuk kesalahannya. Tetapi hal ini justru menambah kesulitan untuk mencoba apa yang mau dilakukan dalam karangan ini, yaitu menggambarkan Hinduisme secara ringkas. Kendati demikian kita harus mencoba membentuk pengertian tentang wujud Hinduisme. Biarpun kita tak dapat berbuat lebih dari pada hanya memberikan sesuatu gambaran dalam garis-garis besar dengan harapan semoga gambaran ini menyerupainya. Hinduisme ialah agama dari pada jutaan penduduk India.

Tidaklah mudah untuk menentukan dengan kata-kata singkat, apa sebenarnya Hinduisme itu. Oleh karena itu, Hinduisme hamper sama sekali tak mempunyai bentuk dan terlalu merupakan suatu himpunan unsure-uunsur yang tak sama. Tetapi terutama sekali oleh karena terhadap Hinduisme tak dapat dipakai rumusan-rumusan yang biasa dipakai untuk merumuskan apakah agam itu.

Pertama-tama Hinduisme tak ada pendirinya sehingga kita tak dapat menyimpulkan dari ajaran atau khutbahnya siapa sebetulnya Hinduisme itu. Penganut-penganutnya tak diharuskan mempunyai suatu keyakinan tertentu mengenai Tuhan, manusia dan dunia. Dalam Hinduisme tidak ada suatu pengakuan iman yang dapat dirumuskan dengan jelas yang disetujui oleh semua penganutnya. Juga tidak ada suatu atau bermacam-macam organisasi keagamaannya yang menghimpun semua penganutnya. Lebih tepat rasanya jika Hinduisme kita namakan suau system social yang diperkuat oleh cita-cita keagamaan dan dengan demikian lalu mempunyai tendensi keagamaan. Tak ada seorang pun yang dapat menjadi seorang Hindu dengan jalan menganut suatu agama tertentu. Seseorang adalah Hindu berkat kelahirannya. Keadaan ini meletakkan kewajiban untuk megikuti peraturan-peraturan upacara-upacara tertentu, pada umumnya peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pembagian kasta dan khsusunya pemberian korban dan upacara upacara keagamaan dan timbul dari pada pembagian kasta tadi. Ikatan-ikatan batin pada upacara yang turun temurun ini sangat kuat. Hal ini nyata sekali pada diri Gandi yang jelas bersimpati terhadap agama Kristen, tetapi tetap tinggal Hindu karena pertaniannya dengan bangsanya dan bubungan batinnya dengan kebudayaan agama sukunya. Bangsa Arya yang turun ke lembah Indus kira-kira 1500 tahun SM yang memberi corak pada kebudayaan India. Bangsa Arya ini satu suku dengan bangsa Iran yang bernabikan Zarathustra.

Para peneliti berpendapat, dan ini lebih tepat, bahwa bangsa Arya ini berasal dari Asia, dahulunya mereka hidup di Asia Tengah di negeri Turkistan berdekatan dengan Sungai Jihun, kemudian berpindah pula dalam kelompok-kelompok yang besar menuju ke India melalui Parsi, dan mereka juga menuju Eropa. Nyatalah bahwa kedatangan bangsa Arya ke India terjadi pada abad ke-15 SM. Bangsa Arya ini telah memerangi kerajaan-kerajaan yang didirikan oleh bangsa berkulit kuning di India itu dan berhasil mengalahkan sebagaian besar dari mereka serta menjadikan kawasan-kawasan yang dikalahkannya itu sebagai wilayah yang tunduk di bawah pengaruh mereka.

Bangsa Arya tidak bercampur dengan penduduk India dengan jalan perkawinan, malah mereka menjaga dengan sungguh-sungguh keturunan mereka yang berkulit putih itu, dan menggiring penduduk asli Negara India ke hutan-hutan dan ke gunung-gunung atau menjadikan mereka sebagai orang-orang tawanan yang dinamakan dalam sastra lama Bangsa Arya sebagai Bangsa Hamba Sahaya. Bangsa Arya ini telah meminta pertolongan dari Tuhan mereka Indra untuk mengalahkan penduduk India. Di antara bacaan doa mereka adalah wahai Indra Tuhan kami! Suku-suku kaum Dasa (budak) telah mengepung kami dari segenap penjuru dan mereka tidak memberikan korban apa-apa, mereka bukan manusia dan tidak berkepercayaan. Wahai Penghancur musuh! Binasakanlah mereka dari keturunannya. Tentang sejauh mana pengaruh bangsa-bangsa berkulit kuning (Bangsa Turan) dan berkulit putih (Bangsa Arya) di India telah diterangkan oleh Gustav Le Bon: Bangsa Turan adalah bangsa penyerang yang kuat sekali mengubah penduduk negeri India dari segi fisik dan bangsa Arya juga meninggalkan kesan yang mendalam terhadap bangsa India dari segi budaya. Dari bangsa Turan, penduduk India mengambil ciri ukuran tubuh dan raut muka, dan dari bangsa Arya mereka mengambil ciri bahasa, agama, undang-undang, dan adat-istiadat. Pertemuan bangsa Arya dan bangsa Turan dengan penduduk asli telah menimbulkan kasta-kasta masyarakat di India dan merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam sejarah negara ini. Dari bangsa Arya terbentuk golongan ahli-ahli agama (Brahmana) dan golongan prajurit (Ksatria).

Dari bangsa Turan terbentuk pula golongan saudagar dan ahli-ahli tukang (Waisya). Pada mulanya orang-orang Hindu yang bergaul dengan bangsa Turan tidak termasuk dalam pembagian ini, tetapi dalam beberapa zaman kemudian peradaban Arya meresap ke dalam sebagian diri mereka, lalu bangsa Arya pun terbentuk dari kalangan orang-orang Hindu golongan keempat, yaitu golongan pesuruh dan hamba sahaya (Sudra). Penduduk-penduduk asli yang tidak tersentuh dengan peradaban Arya adalah disebabkan karena mereka memisahkan diri dari bangsa-bangsa pendatang itu. Maka, tinggallah mereka jauh dari pembagian ini dan terus menjadi orang-orang yang tersingkir atau terhalau dari masyarakat (out-casts).

Untuk lebih jauh penjelasan tentang golongan-golongan ini akan dijelaskan pada makalah lain yang akan berbicara tentang golongan-golongan tersebut. Mungkin sekali bangsa-bangsa Arya itu ketika masuk ke India kurang beradab daripada bangsa Drawida yang ditaklukkannya. Tetapi mereka lebih unggul dalam ilmu peperangan daripada bangsa Drawida. Pada waktu bangsa Arya masuk ke India, mereka itu masih merupakan bangsa setengah nomad (pengembara)., yang baginya peternakan lebih besar artinya daripada pertanian. Bagi bangsa Arya, kuda dan lembu adalah binatang-binatang yang sangat dihargai, sehingga binatang-binatang itu dianggap suci. Dibandingkan dengan bangsa Drawida yang tinggal di kota-kota dan mengusahakan pertanian serta menyelenggarakan perniagaan di sepanjang pantai, maka bangsa Arya itu bolehlah dikatakan primitive. Dahulu orang tidak tahu dengan tepat dan selalu memandang kebudayaan yang dibawa oleh bangsa Arya. Tetapi terutama sesudah penggalian-penggalian tersebut di atas, berubahlah pandangan orang dan makin banyak diketahui, bahwa bermacam-macam unsure di dalam kebudayaan India berasal dari kebudayaan Drawida yang tua itu. Umpamanya saja bangsa Arya belum mempunyai patung-patung dewa, bangsa Drawida sudah. Sebuah gejala yang tipik atau khas di dalam agama Hindu ialah pengakuan adanya dewa-dewi induk. Itupun suatu gejala pra-Arya. Demikian pula banyak gejala-gejala Agama Hindu yang rupa-rupanya tidak berasal dari agama bangsa Arya, melainkan berasal dari aama bangsa Drawida. Jadi dapatlah dikonstatir dengan jelas bahwa Agama Hindu sebagai agama tumbuh dari dua sumber yang berlainan, tumbuh dari perasaan dan fikiran keagamaan dua bangsa yang berlainan, yang mula-mula dalam banyak hal sangat berlainan, tetapi kemudian lebur menjadi satu. Di dalam tulisan-tulisan Hinduistis yang tertua, unsur-unsur Arya lah yang sangat besar pengaruhnya. Hal itu tidak mengherankan karena tulisan-tulisan itu berasal dari zaman bangsa Arya memasuki India dengan kemenangan-kemenangan, jadi pengaruh Drawida tentunya belum begitu besar. Agama bangsa Arya kita kenal dari kitab-kitabnya yang mengenai agamanya, yakni kitab-kitab Weda (Weda artinya tahu). Oleh karena itu masa yang tertua dari agama Hindu disebut masa Weda. Maulana Mohamed Abdul Salam al-Ramburi juga berkata: Umat India mudah menerima apa saja pemikiran dan kepercayaan yang ditemuinya. Di kalangan mereka banyak terdapat pendapat dan kejahilan. Orang-orang berada dalam kebingungan dan bersedia menerima dan mengukuhkan semua ini. Kepercayaan mereka bermacam-macam, pemikiran mereka bercabang-cabang, gejala ketuhanan merebak, begitu juga ilmu-ilmu kebatinan. Sarana-sarana untuk berfikir dan menyepi telah disediakan di seluruh penjuru negeri India oleh para Pendeta dan Cendekiawan. Lahirlah beberapa pengkajian moral yang diikuti oleh segenap golongan masyarakat. Tersebar jugalah latihan-latihan badan yang berat dan sulit untuk mendapatkan suatu kekuatan yang dapat menguasai kekuatan alam. Pertapaan di gua-gua sebagai suatu pengawasan atas diri adalah menjadi tumpuan, begitu juga pengasingan diri ke hutan-hutan rimba untuk melemaskan tubuh supaya dapat naik mencapai kekuatan rohani. Oleh karena itu, Negara India terkenal mempunyai banyak agama dan kepercayaan yang menyamai atau hamper-hampir sama banyaknya dengan jumlah bahasa India. Agama Hindu adalah yang termasyhur di antara agama-agama ini dan luas sekali penyebarannya, malah dialah agama umum yang meliputi kebanyakan atau semua orang India. Kadang-kadangn sekiranya mereka atau sebgian dari mereka bangkit menentangnya, penentang-penentang itu lambat laun akan kembali ke pangkuannya. Buku Hinduism telah menerangkan sebab-sebab terjadinya hal demikian dengan menuliskan: Amat sulit untuk dikatakan bahwa Hinduisme itu adalah suatu agama dalam pengertiannya yang sangat luas. Hinduisme lebih meliputi dan lebih dalam daripada agama. Ini merupakan suatu sifat bagu bentuk masyarakat India dengan aturan berkasta-kasta dan kedudukan tiap-tiap kasta itu di dalam masyarakat. Ini merupakan kehidupan India dengan caranya tersendiri yang dianggap sebagai satu dari semua masalah suci dan masalah hina karena di dalam pemikiran Hindu tidak ada batas yang memisahkan keduanya. Ini merupakan aliran-aliran rohani, moral dan perundangan. Di samping itu, ia juga merupakan prinsip-prinsip, ikatan-ikatan, dan kebiasaan-kebiasaan yang menguasai dan mengendalikan kehidupan Hindu. Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi dan merupakan kumpulan adat-istiadat dan kedudukan yang timbul dari hasil penyusunan bangsa Arya terhadap kehidupan mereka yang terjadi pada satu generasi ke generasi yang lain sesudah mereka datang berpindah ke India dan menundukkan penduduk asli itu. Kedudukan bangsa Arya sebagai penakluk negeri yang lebih tinggi daripada kedudukan penduduk asli serta pergaulan mereka telah melahirkan adat-istiadat Hindu itu yang dianggap menurut perputaran sejarah, sebagai suatu agama yang dianut dan dipegang tata susilanya oleh orang-orang India. Kiranya dapat dikatakan bahwa asas Agama Hindu adalah kepercayaan bangsa Arya yang telah mengalami perubahan sebagai hasil dari percampuran mereka dengan bangsa-bangsa lain, terutama sekali adalah bangsa Parsi, yaitu sewaktu dalam masa perjalanan mereka menuju India. Kemudian, kepercayaan-kepercayaan ini menerima kesan pula di negeri India setelah berbenturan dengan pemikiran-pemikiran penduduk asli dan dengan falsafah-falsafah dan pemikiran-pemikiran yang telah ada di India dalam beberapa tingkatan sejarah yang berjauhan hingga Agama Hindu itu menyimpang jauh dari kepercayaan asli bangsa Arya. Agama Hindu lebih merupakan suatu cara hidup daripada merupakan kumpulan kepercayaan. Sejarahnya menerangkan mengenai isi kandungannya yang meliputi berbagai kepercayaan, hal-hal yang harus dilakukan, dan yang boleh dilakukan. Agama ini tidak mempunyai kepercayaan yang membawanya turun hingga kepada penyembahan batu dan pohon-pohon, dan membawanya naik pula kepada masalah-masalah falsafah yang abstrak dan halus. Seandainya Agama Hindu tidak mempunyai pendiri yang pasti maka begitu pula halnya dengan Weda. Kitab suci ini yang mengandung kepercayaan-kepercayaan, adat-istiadat, dan hukum-hukum juga tidak mempunyai pencipta yang pasti. Para penganut agama Hindu mempercayai bahwa kitab ini adalah suatu kitab yang ada sejak dahulu yang tidak mempunyai tanggal permulaan. Kitab ini diwangsitkan sejak awal kehidupan, setara dengan awal yang mewangsitkannnya. Mari kita baca sekilas tentang bangsa Dravida dan bangsa Arya.

Bangsa Dravida di India Penduduk India yang asli pada waktu bangsa Arya menyerbu ke India terutama masuk bangsa Dravida. Bangsa ini ialah penduduk asli yang diketemukan menduduki kota Harappa di Punjab dan di sebelah utara kota Karachi pada tahun 3000-2000 SM. Mula-mula mereka tinggal tersebar di seluruh negeri, tapi lama kelamaan hanya tinggal di sebelah selatan dan memerintah negerinya sendiri, karena mereka sebelah utara hidup sebagai orang taklukkan dan bekerja pada bangsa yang merebut negeri itu. Mereka adalah bangsa yang berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan kecil dengan rambut keriting. Bangsa Dravida mempunyai peradaban tinggi waktu itu, ternyata di daerah Punjab dan lereng sungai gangga terdapat daerah yang subur yang sudah dikerjakan oleh bangsa Dravida. Dan di kota-kota yang terkenal disebut Mohenjodaro dan Harappa pun sudah dibuat rumah-rumah batu yang dikerjakan oleh mereka. Mereka bercocok tanam dan pandai berlayar menyusur pantai.

Bangsa Arya Bangsa Arya ialah suatu bangsa yang masuk ke India kira-kira pada tahun 2000-1000 SM, dari sebelah utara. Mereka ialah kaum yang memisahkan diri dari bangsanya di Iran dan memasuki India melalui jurang-jurang di Pegunungan Hindu Kush. Bangsa Arya itu serumpun dengan bangsa Jerman, Yunani, Romawi, dan bangsa-bangsa lainnya di Eropa dan di Asia. Mereka tergolong apa yang disebut rumpun bangsa Indo-German. Setelah datang di India mereka menetap di daratan sungai Sinhu yang pada zaman itu masih subur jadi di daerah itu mereka telah menjumpai suatu peradaban tua. Di dalam beberapa hal mereka berbeda dengan bangsa Dravida. Mereka berkulit putih dan berbadan tegak, bentuk hidungnya melengkung sedikit. Kemudian mereka telah jauh memasuki India sampai di tepi Sungai Gangga dan sampai di sebelah selatan. Dan disitu mereka makin bercampur dengan bangsa Dravida dan dengan demikian terwujudlah kemudian suatu kesatuan. Berkat peleburan kebudayaan Dravida yang tua itu dengan kebudayaan Arya maka terjadilah kemudian kebudayaan India.

Agama Lembah Sungai IndusPeradaban Lembah Sungai Indus Penduduk asli Lembah sungai Indus adalah bangsa Dravida yang berkulit hitam. Di sekitar sungai itu terdapat dua pusat kebudayaan yaitu Mohenjo Daro dan Harappa. Mereka sudah menetap di sana dengan mata pencaharian bercocok tanam dengan memanfaatkan aliran sungai dan kesuburan tanah di sekitarnya. Menurut teori kehidupan bangsa Dravida mulai berubah sejak tahun 2000-an SM karena adanya pendatang baru, bangsa Arya. Mereka termasuk rumpun berbahasa Indo-Eropa dan berkulit putih. Bangsa Arya ini mendesak bangsa Dravida ke bagian selatan India dan membentuk Kebudayaan Dravida namun, sebagian lagi ada yang bercampur antara bangsa Arya dan Dravida yang kemudian disebut bangsa Hindu. Oleh karena itu, kebudayaannya disebu kebudayaan Hindu.

Peradaban Lembah Sungai Indus1) Letak Geografis Sungai Indus

a. Di sebelah Utara berbatasan dengan China yang dibatasi Gunung Himalaya

b. Selatan berbatasan dengan Srilanka yang dibatasi oleh Samudera Indonesia

c. Barat berbatasan dengan Pakistan

d. Timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh

2) Peradaban sungai Indus (2500 SM)

a. Kebudayaan kuno India ditemukan di kota tertua India yaitu daerah Mohenjodaro dan Harappa.

b. Penduduk Mohenjodaro & Harappa adalah bangsa Dravida

c. Saluran air bagus

d. Terdapat hubungan dagang antara Mohenjodaro dan Harappa dengan Sumeria.

e. Perencanaan yang sudah maju

f. Rumah-rumah terbuat dari batu-bata

g. Mohenjodaro dan Harappa merupakan kota tua yang dibangun berdasarkan :

h. Jalan raya lurus dan lebar

1. Pusat Peradaban

Peradaban Lembah Sungai Indus diketahui melalui penemuan-penemuan arkeologi-diKota Harappa dan Mohenjodaro. Kota Mohenjodaro diperkirakan sebagai ibukota daerahLembah Sungai Indus bagian selatan dan Kota Harappa sebagai ibukota Lembah Sungai Indusbagian utara. PendahuluanTidak bisa dipungkiri bahwa Agama Hindu tidak terlepas dari peradaban zaman India Kuno pada waktu itu. Peradaban yang dilatarbelakangi oleh adat istiadat dn kepercayaan-kepercayaan, sungguh menjadi khazanah wawasan keagamaan tersendiri bagi agama Hindu dan pemeluknya.

Agama Hindu merupakan salah satu contoh agama yang kami angkat tema pada kali ini merupakan hasil dari sejarah. Dari pada itu sejarah merupakan hal yang mendasari segala aspek kehidupan. Pada kali ini kami ingin memaparkan secara sederhana tentang asal-usul Agama Hindu. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Asal-usul Agama Hindu dan Pembawanya Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Santana Dharma "Kebenaran Abadi", dan Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya).

Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa. Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta).

Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda.

Agama Hindu sebagaimana nama yang dikenal sekarang ini, pada awalnya tidak disebut demikian, bahkan dahulu ia tidak memerlukan nama, karena pada waktu itu ia merupakan agama satu-satunya yg ada di muka bumi. Sanatana Dharma adalah nama sebelum nama Hindu diberikan. Sanatana dharma yang memiliki makna "kebenaran yg kekal abadi" dan jauh belakangan setelah ada agama-agama lainnya barulah ia diberi nama untuk membedakan antara satu dengan yang lainnya. Sanatana dharma pada zaman dahulu kala dianut oleh masyarakat di sekitar lembah sungai shindu, penganut Weda ini disebut oleh orang-orang Persia sebagai orang indu (tanpa kedengaran bunyi s), selanjutnya lama-kelamaan nama indu ini menjadi Hindu. Sehingga sampai sekarang penganut sanatana dharma disebut Hindu.

Agama hindu adalah suatu kepercayaan yang didasarkan pada kitab suci yang disebut Weda. Weda diyakini sebagai pengetahuan yang tanpa awal tanpa akhir dan juga dipercayai keluar dari nafas Tuhan bersamaan dengan terciptanya dunia ini. Karena sifat ajarannya yng kekal abadi tanpa awal tanpa akhir maka ia disebut sanatana dharma. Apabila membahas tentang Agama Hindu, kita harus mengetahui sejarah tempat munculnya agama tersebut. India adalah sebuah Negara yang penuh dengan rahasia dan cerita dongeng, masyarakatnya berbangsa-bangsa dan berkasta-kasta, malah ada masyarakat dalam masyarakat, serta sungguh banyak ditemui agama-agama. Bahasa dan warna kulit pun bermacam-macam.

Pembicaraan mengenai India berarti adalah pembicaraan yang bercabang-cabang. Dipandang dari sudut ethnologi, India adalah tanah yang beraneka penduduknya, dan akibatnya orang dapat melihat kebudayaan yang beraneka pula. Semuanya ini tercermin dalam agamanya. Oleh karena itu barangsiapa mulai mempelajari agama Hindu ia akan segera merasa terlibat dalam sejumlah ajaran-ajaran, sehingga hampir tidak dapat menemukan jalan untuk mengadakan penyelidikan. Sepanjang orang dapat menyelidikinya, maka sejarah kebudayaan India mulai pada zaman perkembangan kebudayaan-kebudayaan yang besar di Mesopotamia dan Mesir. Antara 3000 dan 2000 tahun sebelum Masehi, rupa-rupanya di lembah sungai Sindhu (Indus) tinggallah bangsa-bangsa yang peradabannya menyerupai kebudayaan bangsa Sumeria di daerah sungai Efrat dan Tigris. Berbagai cap daripada gading dan tembikar yang ada tanda-tanda tulisan dan lukisan-lukisan binatang, menceritakan kepada kita bahwa di dalam zaman itu di sepanjang pantai dari Laut Tengah sampai ke Teluk Benggala terdapat sejenis peradaban yang sama dan yang sudah meningkat pada perkembangan yang tinggi. Sisa-sisa kebudayaan tersebut terutama terdapat di dekat kota Harappa di Punjab dan di sebelah utara Karachi. Bahkan disitu diketemukan sisa-sisa sebuah kota, Mohenjodaro namanya, di mana ternyata orang telah mempunyai rumah-rumah yang berdinding tebal dan bertangga.

Penduduk India pada zaman itu terkenal sebagai bangsa Drawida. Mula-mula mereka tinggal tersebar di seluruh negeri, tetapi lama-kelamaan hanya tinggal di sebelah selatan dan memrintah negerinya sendiri, karena mereka di sebelah utara hidup sebagai orang taklukkan dan bekerja pada bangsa-bangsa yang merebut negeri itu. Mereka adalah bangsa yang berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan kecil dan berambut keriting. Nama India diambil dari sungai Indus. Perkataan Ind dan Hindu keduanya berarti bumi yang terletak di belakang Sungai Indus, dan penduduknya dinamakan orang-orang India atau orang-orang Hindu.

Mengenai penamaan Negara India, Gustav Le Bon berkata: Orang-orang Barat berpendapat bahwa nama Sungai Indus telah dipinjamkan kepada negara yang mengandung berbagai rahasia yang terletak di sebelah belakangnya. Alasan ini tidak diterimanya bulat-bulat sebab nama India itu harus diambil dari nama Tuhan Indra. Peradaban India telah berlangsung lama. Negara india telah menghasilkan beberapa Filosof agung sebelum Socrates dilahirkan. Di Negara India ini sudah tersebar tanda-tanda ilmu pengetahuan dan bangunan-bangunan yang megah pada suatu masa dahulu ketika Kepulauan Inggris masih dalam keadaan terbelakang. India adalah negara yang penuh dengan keajaiban dan pertentangan, hingga boleh dianggap sebagai sebuah Negara yang mengandung negara-negara. India adalah salah satu pusat peradaban kuno di dunia.

Dalam hal ini, India menandingi Mesir, Cina, Assyria, dan Bailonia. Tetapi, peradaban India yang mendahului zaman Arya hanya baru dapat diketahui dan ditemukan dengan pengungkapan-pengungkapan baru dalam tingkatan kemajuan yang pernah dicapai oleh India dalam bidang arsitektur, pertanian, dan kemasyarakatan sejak masa 300 tahun SM, yaitu 1500 tahun sebelum kedatangan bangsa Arya. Antara 2000 dan 1000 tahun SM masuklah ke India dari sebelah utara kaum Arya, yang memisahkan diri dari kaum sebangsanya di Iran dan yang memasuki India melalui jurang-jurang di pegunungan Hindu-Kush. Bangsa Arya itu serumpun dengan bangsa Jerman, Yunani dan Romawi dan bangsa-bangsa lainnya di Eropa dan Asia. Mereka tergolong dalam apa yang kita sebut rumpun-bangsa Indo-German. Hinduisme dapat disamakan dengan rimba raja yang penuh dengan pohon-pohonan, tanam-tanaman, tumbuh-tumbuhan dan kembang-kembangan, pendeknya suatu serba ragam yang sulit sekali. Karena Hinduisme memperlihatkan berbagai bentuk dan bermacam-macam gejala-gejala agama. Suatu penyampuradukkan dari pada tokoh-tokoh dewa, bentuk-bentuk kultur, sel-sel agama dan mazhab-mazhab agama berdasarkan filsafat.

Suatu perbedaan yang rumit antara pernyataan-pernyataan mistik yang sangat murni dan luhur atau pernyataan cinta yang mesra terhadap dewata pemurah yang tunggal dan bentuk-bentuk keagamaan dimana nafsu-nafsu manusia yang rendah dengan sejarah kasar menampakkan dirinya. Gambaran yang diberikan Hinduisme dalam keseluruhannya memang beraneka warna dan mengacaukan. Pesan pertama yang kita dapat ialah bahwa dalam Hinduisme boleh dikatakan terhimpun seluruh sejarah agama dengan segala ragam dan bentuk kesalahannya. Tetapi hal ini justru menambah kesulitan untuk mencoba apa yang mau dilakukan dalam karangan ini, yaitu menggambarkan Hinduisme secara ringkas. Kendati demikian kita harus mencoba membentuk pengertian tentang wujud Hinduisme. Biarpun kita tak dapat berbuat lebih dari pada hanya memberikan sesuatu gambaran dalam garis-garis besar dengan harapan semoga gambaran ini menyerupainya. Hinduisme ialah agama dari pada jutaan penduduk India.

Tidaklah mudah untuk menentukan dengan kata-kata singkat, apa sebenarnya Hinduisme itu. Oleh karena itu, Hinduisme hamper sama sekali tak mempunyai bentuk dan terlalu merupakan suatu himpunan unsure-uunsur yang tak sama. Tetapi terutama sekali oleh karena terhadap Hinduisme tak dapat dipakai rumusan-rumusan yang biasa dipakai untuk merumuskan apakah agam itu.

Pertama-tama Hinduisme tak ada pendirinya sehingga kita tak dapat menyimpulkan dari ajaran atau khutbahnya siapa sebetulnya Hinduisme itu. Penganut-penganutnya tak diharuskan mempunyai suatu keyakinan tertentu mengenai Tuhan, manusia dan dunia. Dalam Hinduisme tidak ada suatu pengakuan iman yang dapat dirumuskan dengan jelas yang disetujui oleh semua penganutnya. Juga tidak ada suatu atau bermacam-macam organisasi keagamaannya yang menghimpun semua penganutnya. Lebih tepat rasanya jika Hinduisme kita namakan suau system social yang diperkuat oleh cita-cita keagamaan dan dengan demikian lalu mempunyai tendensi keagamaan. Tak ada seorang pun yang dapat menjadi seorang Hindu dengan jalan menganut suatu agama tertentu. Seseorang adalah Hindu berkat kelahirannya. Keadaan ini meletakkan kewajiban untuk megikuti peraturan-peraturan upacara-upacara tertentu, pada umumnya peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pembagian kasta dan khsusunya pemberian korban dan upacara upacara keagamaan dan timbul dari pada pembagian kasta tadi. Ikatan-ikatan batin pada upacara yang turun temurun ini sangat kuat. Hal ini nyata sekali pada diri Gandi yang jelas bersimpati terhadap agama Kristen, tetapi tetap tinggal Hindu karena pertaniannya dengan bangsanya dan bubungan batinnya dengan kebudayaan agama sukunya. Bangsa Arya yang turun ke lembah Indus kira-kira 1500 tahun SM yang memberi corak pada kebudayaan India. Bangsa Arya ini satu suku dengan bangsa Iran yang bernabikan Zarathustra.

Para peneliti berpendapat, dan ini lebih tepat, bahwa bangsa Arya ini berasal dari Asia, dahulunya mereka hidup di Asia Tengah di negeri Turkistan berdekatan dengan Sungai Jihun, kemudian berpindah pula dalam kelompok-kelompok yang besar menuju ke India melalui Parsi, dan mereka juga menuju Eropa. Nyatalah bahwa kedatangan bangsa Arya ke India terjadi pada abad ke-15 SM. Bangsa Arya ini telah memerangi kerajaan-kerajaan yang didirikan oleh bangsa berkulit kuning di India itu dan berhasil mengalahkan sebagaian besar dari mereka serta menjadikan kawasan-kawasan yang dikalahkannya itu sebagai wilayah yang tunduk di bawah pengaruh mereka.

Bangsa Arya tidak bercampur dengan penduduk India dengan jalan perkawinan, malah mereka menjaga dengan sungguh-sungguh keturunan mereka yang berkulit putih itu, dan menggiring penduduk asli Negara India ke hutan-hutan dan ke gunung-gunung atau menjadikan mereka sebagai orang-orang tawanan yang dinamakan dalam sastra lama Bangsa Arya sebagai Bangsa Hamba Sahaya. Bangsa Arya ini telah meminta pertolongan dari Tuhan mereka Indra untuk mengalahkan penduduk India. Di antara bacaan doa mereka adalah wahai Indra Tuhan kami! Suku-suku kaum Dasa (budak) telah mengepung kami dari segenap penjuru dan mereka tidak memberikan korban apa-apa, mereka bukan manusia dan tidak berkepercayaan. Wahai Penghancur musuh! Binasakanlah mereka dari keturunannya. Tentang sejauh mana pengaruh bangsa-bangsa berkulit kuning (Bangsa Turan) dan berkulit putih (Bangsa Arya) di India telah diterangkan oleh Gustav Le Bon: Bangsa Turan adalah bangsa penyerang yang kuat sekali mengubah penduduk negeri India dari segi fisik dan bangsa Arya juga meninggalkan kesan yang mendalam terhadap bangsa India dari segi budaya. Dari bangsa Turan, penduduk India mengambil ciri ukuran tubuh dan raut muka, dan dari bangsa Arya mereka mengambil ciri bahasa, agama, undang-undang, dan adat-istiadat. Pertemuan bangsa Arya dan bangsa Turan dengan penduduk asli telah menimbulkan kasta-kasta masyarakat di India dan merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam sejarah negara ini. Dari bangsa Arya terbentuk golongan ahli-ahli agama (Brahmana) dan golongan prajurit (Ksatria).

Dari bangsa Turan terbentuk pula golongan saudagar dan ahli-ahli tukang (Waisya). Pada mulanya orang-orang Hindu yang bergaul dengan bangsa Turan tidak termasuk dalam pembagian ini, tetapi dalam beberapa zaman kemudian peradaban Arya meresap ke dalam sebagian diri mereka, lalu bangsa Arya pun terbentuk dari kalangan orang-orang Hindu golongan keempat, yaitu golongan pesuruh dan hamba sahaya (Sudra). Penduduk-penduduk asli yang tidak tersentuh dengan peradaban Arya adalah disebabkan karena mereka memisahkan diri dari bangsa-bangsa pendatang itu. Maka, tinggallah mereka jauh dari pembagian ini dan terus menjadi orang-orang yang tersingkir atau terhalau dari masyarakat (out-casts).

Untuk lebih jauh penjelasan tentang golongan-golongan ini akan dijelaskan pada makalah lain yang akan berbicara tentang golongan-golongan tersebut. Mungkin sekali bangsa-bangsa Arya itu ketika masuk ke India kurang beradab daripada bangsa Drawida yang ditaklukkannya. Tetapi mereka lebih unggul dalam ilmu peperangan daripada bangsa Drawida. Pada waktu bangsa Arya masuk ke India, mereka itu masih merupakan bangsa setengah nomad (pengembara)., yang baginya peternakan lebih besar artinya daripada pertanian. Bagi bangsa Arya, kuda dan lembu adalah binatang-binatang yang sangat dihargai, sehingga binatang-binatang itu dianggap suci. Dibandingkan dengan bangsa Drawida yang tinggal di kota-kota dan mengusahakan pertanian serta menyelenggarakan perniagaan di sepanjang pantai, maka bangsa Arya itu bolehlah dikatakan primitive. Dahulu orang tidak tahu dengan tepat dan selalu memandang kebudayaan yang dibawa oleh bangsa Arya. Tetapi terutama sesudah penggalian-penggalian tersebut di atas, berubahlah pandangan orang dan makin banyak diketahui, bahwa bermacam-macam unsure di dalam kebudayaan India berasal dari kebudayaan Drawida yang tua itu. Umpamanya saja bangsa Arya belum mempunyai patung-patung dewa, bangsa Drawida sudah. Sebuah gejala yang tipik atau khas di dalam agama Hindu ialah pengakuan adanya dewa-dewi induk. Itupun suatu gejala pra-Arya. Demikian pula banyak gejala-gejala Agama Hindu yang rupa-rupanya tidak berasal dari agama bangsa Arya, melainkan berasal dari aama bangsa Drawida. Jadi dapatlah dikonstatir dengan jelas bahwa Agama Hindu sebagai agama tumbuh dari dua sumber yang berlainan, tumbuh dari perasaan dan fikiran keagamaan dua bangsa yang berlainan, yang mula-mula dalam banyak hal sangat berlainan, tetapi kemudian lebur menjadi satu. Di dalam tulisan-tulisan Hinduistis yang tertua, unsur-unsur Arya lah yang sangat besar pengaruhnya. Hal itu tidak mengherankan karena tulisan-tulisan itu berasal dari zaman bangsa Arya memasuki India dengan kemenangan-kemenangan, jadi pengaruh Drawida tentunya belum begitu besar. Agama bangsa Arya kita kenal dari kitab-kitabnya yang mengenai agamanya, yakni kitab-kitab Weda (Weda artinya tahu). Oleh karena itu masa yang tertua dari agama Hindu disebut masa Weda. Maulana Mohamed Abdul Salam al-Ramburi juga berkata: Umat India mudah menerima apa saja pemikiran dan kepercayaan yang ditemuinya. Di kalangan mereka banyak terdapat pendapat dan kejahilan. Orang-orang berada dalam kebingungan dan bersedia menerima dan mengukuhkan semua ini. Kepercayaan mereka bermacam-macam, pemikiran mereka bercabang-cabang, gejala ketuhanan merebak, begitu juga ilmu-ilmu kebatinan. Sarana-sarana untuk berfikir dan menyepi telah disediakan di seluruh penjuru negeri India oleh para Pendeta dan Cendekiawan. Lahirlah beberapa pengkajian moral yang diikuti oleh segenap golongan masyarakat. Tersebar jugalah latihan-latihan badan yang berat dan sulit untuk mendapatkan suatu kekuatan yang dapat menguasai kekuatan alam. Pertapaan di gua-gua sebagai suatu pengawasan atas diri adalah menjadi tumpuan, begitu juga pengasingan diri ke hutan-hutan rimba untuk melemaskan tubuh supaya dapat naik mencapai kekuatan rohani. Oleh karena itu, Negara India terkenal mempunyai banyak agama dan kepercayaan yang menyamai atau hamper-hampir sama banyaknya dengan jumlah bahasa India. Agama Hindu adalah yang termasyhur di antara agama-agama ini dan luas sekali penyebarannya, malah dialah agama umum yang meliputi kebanyakan atau semua orang India. Kadang-kadangn sekiranya mereka atau sebgian dari mereka bangkit menentangnya, penentang-penentang itu lambat laun akan kembali ke pangkuannya. Buku Hinduism telah menerangkan sebab-sebab terjadinya hal demikin dengan menuliskan: Amat sulit untuk dikatakan bahwa Hinduisme itu adalah suatu agama dalam pengertiannya yang sangat luas. Hinduisme lebih meliputi dan lebih dalam daripada agama. Ini merupakan suatu sifat bagu bentuk masyarakat India dengan aturan berkasta-kasta dan kedudukan tiap-tiap kasta itu di dalam masyarakat. Ini merupakan kehidupan India dengan caranya tersendiri yang dianggap sebagai satu dari semua masalah suci dan masalah hina karena di dalam pemikiran Hindu tidak ada batas yang memisahkan keduanya. Ini merupakan aliran-aliran rohani, moral dan perundangan. Di samping itu, ia juga merupakan prinsip-prinsip, ikatan-ikatan, dan kebiasaan-kebiasaan yang menguasai dan mengendalikan kehidupan Hindu. Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi dan merupakan kumpulan adat-istiadat dan kedudukan yang timbul dari hasil penyusunan bangsa Arya terhadap kehidupan mereka yang terjadi pada satu generasi ke generasi yang lain sesudah mereka datang berpindah ke India dan menundukkan penduduk asli itu. Kedudukan bangsa Arya sebagai penakluk negeri yang lebih tinggi daripada kedudukan penduduk asli serta pergaulan mereka telah melahirkan adat-istiadat Hindu itu yang dianggap menurut perputaran sejarah, sebagai suatu agama yang dianut dan dipegang tata susilanya oleh orang-orang India. Kiranya dapat dikatakan bahwa asas Agama Hindu adalah kepercayaan bangsa Arya yang telah mengalami perubahan sebagai hasil dari percampuran mereka dengan bangsa-bangsa lain, terutama sekali adalah bangsa Parsi, yaitu sewaktu dalam masa perjalanan mereka menuju India. Kemudian, kepercayaan-kepercayaan ini menerima kesan pula di negeri India setelah berbenturan dengan pemikiran-pemikiran penduduk asli dan dengan falsafah-falsafah dan pemikiran-pemikiran yang telah ada di India dalam beberapa tingkatan sejarah yang berjauhan hingga Agama Hindu itu menyimpang jauh dari kepercayaan asli bangsa Arya. Agama Hindu lebih merupakan suatu cara hidup daripada merupakan kumpulan kepercayaan. Sejarahnya menerangkan mengenai isi kandungannya yang meliputi berbagai kepercayaan, hal-hal yang harus dilakukan, dan yang boleh dilakukan. Agama ini tidak mempunyai kepercayaan yang membawanya turun hingga kepada penyembahan batu dan pohon-pohon, dan membawanya naik pula kepada masalah-masalah falsafah yang abstrak dan halus. Seandainya Agama Hindu tidak mempunyai pendiri yang pasti maka begitu pula halnya dengan Weda. Kitab suci ini yang mengandung kepercayaan-kepercayaan, adat-istiadat, dan hukum-hukum juga tidak mempunyai pencipta yang pasti. Para penganut agama Hindu mempercayai bahwa kitab ini adalah suatu kitab yang ada sejak dahulu yang tidak mempunyai tanggal permulaan. Kitab ini diwangsitkan sejak awal kehidupan, setara dengan awal yang mewangsitkannnya. Mari kita baca sekilas tentang bangsa Dravida dan bangsa Arya.

Bangsa Dravida di India Penduduk India yang asli pada waktu bangsa Arya menyerbu ke India terutama masuk bangsa Dravida. Bangsa ini ialah penduduk asli yang diketemukan menduduki kota Harappa di Punjab dan di sebelah utara kota Karachi pada tahun 3000-2000 SM. Mula-mula mereka tinggal tersebar di seluruh negeri, tapi lama kelamaan hanya tinggal di sebelah selatan dan memerintah negerinya sendiri, karena mereka sebelah utara hidup sebagai orang taklukkan dan bekerja pada bangsa yang merebut negeri itu. Mereka adalah bangsa yang berkulit hitam dan berhidung pipih, berperawakan kecil dengan rambut keriting. Bangsa Dravida mempunyai peradaban tinggi waktu itu, ternyata di daerah Punjab dan lereng sungai gangga terdapat daerah yang subur yang sudah dikerjakan oleh bangsa Dravida. Dan di kota-kota yang terkenal disebut Mohenjodaro dan Harappa pun sudah dibuat rumah-rumah batu yang dikerjakan oleh mereka. Mereka bercocok tanam dan pandai berlayar menyusur pantai.

Bangsa Arya Bangsa Arya ialah suatu bangsa yang masuk ke India kira-kira pada tahun 2000-1000 SM, dari sebelah utara. Mereka ialah kaum yang memisahkan diri dari bangsanya di Iran dan memasuki India melalui jurang-jurang di Pegunungan Hindu Kush. Bangsa Arya itu serumpun dengan bangsa Jerman, Yunani, Romawi, dan bangsa-bangsa lainnya di Eropa dan di Asia. Mereka tergolong apa yang disebut rumpun bangsa Indo-German. Setelah datang di India mereka menetap di daratan sungai Sinhu yang pada zaman itu masih subur jadi di daerah itu mereka telah menjumpai suatu peradaban tua. Di dalam beberapa hal mereka berbeda dengan bangsa Dravida. Mereka berkulit putih dan berbadan tegak, bentuk hidungnya melengkung sedikit. Kemudian mereka telah jauh memasuki India sampai di tepi Sungai Gangga dan sampai di sebelah selatan. Dan disitu mereka makin bercampur dengan bangsa Dravida dan dengan demikian terwujudlah kemudian suatu kesatuan. Berkat peleburan kebudayaan Dravida yang tua itu dengan kebudayaan Arya maka terjadilah kemudian kebudayaan India.

Agama Lembah Sungai IndusPeradaban Lembah Sungai Indus Penduduk asli Lembah sungai Indus adalah bangsa Dravida yang berkulit hitam. Di sekitar sungai itu terdapat dua pusat kebudayaan yaitu Mohenjo Daro dan Harappa. Mereka sudah menetap di sana dengan mata pencaharian bercocok tanam dengan memanfaatkan aliran sungai dan kesuburan tanah di sekitarnya. Menurut teori kehidupan bangsa Dravida mulai berubah sejak tahun 2000-an SM karena adanya pendatang baru, bangsa Arya. Mereka termasuk rumpun berbahasa Indo-Eropa dan berkulit putih. Bangsa Arya ini mendesak bangsa Dravida ke bagian selatan India dan membentuk Kebudayaan Dravida namun, sebagian lagi ada yang bercampur antara bangsa Arya dan Dravida yang kemudian disebut bangsa Hindu. Oleh karena itu, kebudayaannya disebut kebudayaan Hindu.

Peradaban Lembah Sungai Indus1) Letak Geografis Sungai Indus

a. Di sebelah Utara berbatasan dengan China yang dibatasi Gunung Himalaya

b. Selatan berbatasan dengan Srilanka yang dibatasi oleh Samudera Indonesia

c. Barat berbatasan dengan Pakistan

d. Timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh

2) Peradaban sungai Indus (2500 SM)

a. Kebudayaan kuno India ditemukan di kota tertua India yaitu daerah Mohenjodaro dan Harappa.

b. Penduduk Mohenjodaro & Harappa adalah bangsa Dravida

c. Saluran air bagus

d. Terdapat hubungan dagang antara Mohenjodaro dan Harappa dengan Sumeria.

e. Perencanaan yang sudah maju

f. Rumah-rumah terbuat dari batu-bata

g. Mohenjodaro dan Harappa merupakan kota tua yang dibangun berdasarkan :

h. Jalan raya lurus dan lebar

1. Pusat Peradaban

Peradaban Lembah Sungai Indus diketahui melalui penemuan-penemuan arkeologi-diKota Harappa dan Mohenjodaro. Kota Mohenjodaro diperkirakan sebagai ibukota daerahLembah Sungai Indus bagian selatan dan Kota Harappa sebagai ibukota Lembah Sungai Indusbagian utara. Mohenjodaro dan Harappa merupakan pusat peradaban bangsa India pada masalampau.

2. Tata Kota

Di Kota Mohenjodaro dan terdapat gedung-gedung dan rumah tinggal serta pertokoandibangun secara teratur dan berdiri kukuh. Gedung-gedung dan rumah tinggal dan pertokoan itusudah terbuat dari batu bata lumpur. Wilayah kota dibagi atas beberapa bagian atau blok yang dilengkapi jalan yang adaaliran airnya.

3. Sistem Pertanian dan Pengairan

Daerah Lembah Sungai Indus merupakan daerah yang subur. Pertanian menjadi matapencaharian utama masyarakat India. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat telahberhasil menyalurkan air yang mengalir dari Lembah Sungai Indus sampai jauh ke daerahpedalaman. Pembuatan saluran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian menunjukkanbahwa masyarakat Lembah Sungai Indus telah memiliki peradaban yang tinggi. Hasil-hasilpertanian yang utama adalah padi, gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lain-lain.

4. Sanitasi (Kesehatan)

Masyarakat Mohenjodaro dan Harappa telah memperhatikan sanitasi (kesehatan)lingkungannya. Teknik-teknik atau cara-cara pembangunan rumah yang telah memperhatikanfaktor-faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan yaitu rumah mereka sudah dilengkapi olehjendela.

5. Teknologi

Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi,Kemampuan mereka dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan,seperti bangunan Kota Mohenjodaro dan Harappa, berbagai macam patung, perhiasan emas,perak, dan berbagai macam met