Panduan Prakt AF GENAP 2013

42
Oleh : Kurniatun Hairiah dan Nina Dwi Lestari UNIVERSITAS BRAWIJAYA - FAKULTAS PERTANIAN MALANG TH. 2013 PANDUAN PRAKTIKUM LAPANGAN A A G G R R O O F F O O R R E E S S T T R R I I

description

praktikum lapang agroforestri

Transcript of Panduan Prakt AF GENAP 2013

Page 1: Panduan Prakt AF GENAP 2013

NAMA ASISTEN DAN PRAKTIKAN AGROFORESTRI (Semester Genap/ 2012, Kelas : A)

Jumlah Peserta : 42 Orang Asisten Field Trip :

Nina (Klp. 1), Adhit (Klp. 2), Rika/ Chandra (Klp. 3), Danny/ Nita (Klp. 4), Laboran : Pak Sarkam

Koordinator Kelas * Koordinator Kelompok **

Oleh :

Kurniatun Hairiah dan Nina Dwi Lestari

UNIVERSITAS BRAWIJAYA - FAKULTAS PERTANIAN

MALANG TH. 2013

PANDUAN PRAKTIKUM LAPANGAN

AAGGRROOFFOORREESSTTRRII

Page 2: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 1

DAFTAR NAMA TIM ASISTEN DAN PRAKTIKAN AGROFORESTRI (Semester Genap 2013, Kelas : A )

Jumlah Peserta : 35 Orang

Asisten Field Trip :

1 NGADIRIN [Laboran Lab. Fisika Tanah]

2 SATIVANDI RIZA [Tutor AF- Spatial Analist]

3 YOHANNES GINTING [Asisten 1]

4 NIA ERFIANA [Asisten 2]

KELOMPOK :

Group 1 [Asisten : Yohannes G] Group 2 [Asisten : NIA E.]

RATNA DWI JAYANTI RISKI JATHI WIDOYONO

SARA DWI SHISTA RIZKY FORTUNELLA

YUNI MEDYA NINGTYAS RACHMA DEWI

SOGI RUSTAMAJI NURUL QHOMARIYAH

AGUNG SEPTIYANTO* YUDHA ADE CANDRA

M JAFRI N F I A P ANDRI YUSUF

BUDY SATYA UTOMO MOCH RANDIKA WIDIYANTORO*

ZULFIKAR RIZKY P HADI PURNOMO

FEBRIAN HERPRATAMA PRISMA SUGANDA

AGUNG BUDI WAHONO RIEFNA RAHMANDA

NUSKA FENDI PRAMANA SONIA TAMBUNAN

JOHANDRE ARPINDRA SURYA* NIKE RAHMA DIANITA

ARI NUGROHO PANDHU SATRIO

DODIK KURNIAWAN VRANIE LEBARISTHA A.S

A.Y.ROMAULI SIAGIAN** KIROMIL ABROR*

TSULATSI NABILA UBAIDILLAH

FARAHMITHA S FITRI WIJAYANTI Koordinator Kelompok * Koordinator Kelas **

Page 3: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 2

NAMA ASISTEN DAN PRAKTIKAN AGROFORESTRI (Semester Ganjil/ 2012-2013, Kelas : C )

Jumlah Peserta : 24 Orang

Asisten Field Trip:

1 SARKAM [Laboran Biologi Tanah]

2 NINA DWI LESTARI [Koordinator Asisten AF]

3 CHANDRA ANDRIYANTO [Asisten 1]

4 INPUTRI [Asisten 2]

KELOMPOK :

Group 1 [Asisten : Chandra A] Group 2 [Asisten : INPUTRI]

CAHYA ALAM KUSUMA ADI PUTRA GUNANTA

DANIEL FREDY PRAMANT* MUHAMMAD KHARISMA

MUKHAMAD FAKHRUDIN I MUHAMMAD TOHIR*

SETIYO ADI SANTOSO MABRUR IBADUL MULUK

FELIX ANDRI Y. MUHAMMAD HITORI

ENDAH SETYORINI** ACHMAD NOVIAN W.A.S

YETI NURDIANA RIO RIZKY PRATAMA

ISHAR RIDLO HANAFI MARIA ULMA H.F

RIEKE YULIAN SARI CAESARATRI FITRIASARI

SIPYANTI YUNI MARIYATI

EKO ANDREAS YONATHAN YUDHISTIRA WHARTA W

RIEFNA RAHMANDA PANDHU SATRIO

Koordinator Kelompok * Koordinator Kelas **

Page 4: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 3

KATA PENGANTAR

Agroforestri banyak macamnya, baik ditinjau dari

komponen penyusunnya maupun tingkat kompleksitas dan

tingkat kerapatan kanopinya. Dengan demikian pengelolaan

lahan agroforestry cukup bervariasi antar lahan, sehingga

keberhasilannya juga cukup beragam.

Dalam mempelajari Agroforestri, mahasiswa perlu

dibekali dengan pengetahuan yang cukup tidak hanya berasal

dari teori dari literatur tetapi perlu juga dibekali dengan

ketrampilan dalam mengenali macam-macam agroforestry

yang ada di lapangan, memahami kegiatan pengelolaan yang

biasanya dilakukan oleh petani, dan mempelajari cara

mengevaluasi kondisi fisik lahan dan pendapatan petani baik

pada agroforestri sederhana maupun yang kompleks.

Praktikum akan diselenggarakan pada daerah dimana

ditemukan praktek-praktek agrofrestri yaitu di Kecamatan

Wonosari, Kabupaten Malang. Universitas Brawijaya telah

melakukan kegiatan penelitian di salah satu daerah tersebut,

sehingga jalinan kerja sama dengan masyarakat desa telah

terjalin dengan baik.

Buku pengantar ini berisi langkah-langkah kegiatan

praktikum yang diharapakan dapat membantu kegiatan

mahasiswa di lapangan. Semoga bermanfaat.

Malang, 2 April 2013

Tim Pengampu Praktikum

Page 5: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 4

DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR ..................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................. 4

Latar Belakang ........................................................................... 6

Tujuan praktikum ...................................................................... 7

Teknik pelaksanaan ................................................................... 7

Tempat praktikum ..................................................................... 7

Materi 1. Deskripsi Bio-Fisik lahan Agroforestri ....................... 8

Tujuan.................................................................................... 8

Pertanyaan yang harus dijawab ............................................ 8

Langkah-langkah Pengamatan .............................................. 9

1. Posisi plot di lanskap ............................................... 9

2. Menyiapkan plot pengamatan ............................. 10

Materi 2. Mengevaluasi Struktur Komponen Penyusun Lahan

Agroforestri ............................................................................. 13

2.1. Klasifikasi berdasarkan komponen penyusunnya ........ 13

2.2. Klasifikasi berdasarkan tingkat kompleksitasnya ......... 15

Mengukur luas bidang dasar pohon utama dan pohon

penaung .......................................................................... 16

Pertanyaan ...................................................................... 20

Page 6: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 5

2.3. Klasifikasi berdasarkan tingkat tutupan kanopinya ..... 21

Materi 3. Deskripsi manfaat ekonomi pohon dalam sistem

agroforestri ............................................................................. 22

3.1. Nilai Ekonomi Pohon .................................................... 22

3.2 Kalender Kegiatan per tahunnya di Lahan .................... 22

Materi 4. Mengevaluasi fungsi ekologi pohon dalam sistem

agroforestri ............................................................................. 24

4.1. Mengukur Biodiversitas dan Struktur Vegetasi .......... 24

4.2. Estimasi biomasa pohon dan karbon tersimpan ......... 26

4.2. Mengukur biomasa tumbuhan bawah......................... 30

4.3. Menilai ketebalan seresah ........................................... 34

4.4 Mengukur BI tanah ....................................................... 34

Pertanyaan .............................................................................. 36

Bahan Bacaan .......................................................................... 38

Komponen Penilaian …………………………...…………………………..…37

Catatan penting ……………………..……...…………………………………..38

Jadwal Pelaksanaan Praktikum ……………………………………...……39

Page 7: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 6

Latar Belakang

Agroforestri, sebagai satu cabang ilmu pengetahuan

baru di bidang pertanian, kehutanan, dan peternakan

berupaya mengenali dan mengembangkan sistem agroforestri

yang telah dipraktekkan petani sejak dulu kala. Secara

sederhana, agroforestri berarti menanam pepohonan di lahan

pertanian, dimana pengelolaan dan pemanenannya dilakukan

oleh petani. Dengan demikian kajian agroforestri tidak hanya

terfokus pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi juga

masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari

waktu ke waktu, maka agroforestri merupakan cabang ilmu

yang dinamik.

Pada skala lahan, agroforestri selain berfungsi penting

dalam mempertahankan pendapatan petani dan konservasi

tanah dan air, juga berperan penting dalam mempertahankan

kesuburan tanah. Namun demikian, kenyataannya di lapangan

tidak semua pohon selalu menguntungkan. Di era pemanasan

global ini, masalah yang dihadapi di lapangan menjadi semakin

kompleks, mulai dari tingkat plot hingga ke tingkat bentang

lahan, nasional dan global. Dengan demikian peningkatan

pengetahuan dasar dan ketrampilan mahasiswa dalam

pengelolaan lahan agroforestri sangat dibutuhkan. Untuk itu

mahasiswa perlu belajar cara mengevaluasi manfaat dan

masalah yang ada dalam sistem agroforestri.

Page 8: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 7

Tujuan praktikum

a. Mengantarkan mahasiswa untuk mengenali beberapa

sistem agroforestri yang ada, dengan jalan mengenali

karakteristik dan komponen penyusun agroforestri.

b. Mempelajari interaksi pohon dengan tanah dan

lingkungan di sekitarnya.

c. Mengevaluasi potensi keuntungan ekonomi dari sistem

agroforestri.

d. Mengevaluasi manfaat ekologi sistem agroforestri.

Teknik pelaksanaan

a. Kunjungan lapangan, melihat langsung dan wawancara

dengan beberapa petani agroforestri.

b. Analisis data dan penulisan laporan dilakukan secara

berkelompok di dalam kelas.

c. Presentasi hasil pengamatan oleh masing-masing

kelompok.

Tempat praktikum

Lokasi praktikum dipilih di Dsn. Rekesan Desa Sumber

Dem dan Dsn. Sundan Wetan Desa Plaosan Kecamatan

Wonosari Kabupaten Malang. Alasan dipilihnya tempat ini

adalah agar pemahaman mahasiswa akan Pertanian dan

Page 9: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 8

lingkungannya bisa lebih lengkap mulai dari beberapa

praktikum yang telah dilakukan di semester sebelumnya yaitu

dari mata kuliah Managemen Agroekosistem dan Manajemen

Tanah Berlanjut.

Materi 1. Deskripsi Bio-Fisik lahan Agroforestri

Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengenali beberapa sistem

agroforestri yang ada, dengan jalan mengkarakterisasi

komponen penyusun berbagai agroforestri yang ada

2. Mahasiswa memahami adanya interaksi pohon dengan

tanah dan tanaman semusim dan lingkungan di

sekitarnya.

Pertanyaan yang harus dijawab

1. Ada berapa jenis pohon yang ditanam dalam lahan agroforestri yang dipilih? Berapa jumlah dari masing-masing jenis?

2. Berapa umur dari masing-masing jenis pohon?

3. Bagaimana pola tanamnya di lahan?

4. Berapa besar biomasa masing-masing pohon yang ada di lahan?

5. Apakah termasuk kelas agroforestri multistrata atau sederhana?

Page 10: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 9

6. Bagaimana stratifikasi vertical tajuknya?

7. Bagaimana distribusi horisontal tajuknya?

8. Berapa rata-rata cadangan C yang ada dalam lahan

agroforestri sederhana dan berapa yang ada di

agroforestri multistrata?

9. Berapa besarnya emisi C yang terjadi di DAS Kalikonto

sebagai akibat alih guna lahan hutan menjadi lahan

pertanian?

Langkah-langkah Pengamatan

1. Posisi plot di lanskap

No Aspek Keterangan

1 Letak geografi (koordinat)

2 Posisi dalam lereng (1) Hulu,

(2) Tengah,

(3) Hilir.

3 Kepemilikan (1) Petani,

(2) Perhutani,

(3) Negara.

4 Nama pemilik lahan

5 Luas lahan (ha)

6 Sejak kapan diusahakan sebagai

agroforestri (Lamanya

diusahakan)

Page 11: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 10

2. Menyiapkan plot pengamatan

Buatlah plot contoh pengukuran pada setiap lahan

agroforestri yang dipilih searah dengan mata angin sesuai

dengan kondisi lahan, dengan langkah sebagai berikut:

a. Pilih lokasi yang kondisi vegetasinya seragam. Hindari

tempat-tempat yang terlalu rapat atau terlalu jarang

vegetasinya.

b. Buatlah plot contoh pengukuran pada setiap hektar lahan

yang dipilih searah dengan mata angin, dengan langkah

sebagai berikut:

Lemparkan sebatang ranting secara acak untuk

menentukan titik ikat dari plot pengukuran.

Beri tanda dengan patok kayu (sebagai titik ikat) dan

rekam posisi titik ikat menggunakan GPS (Gambar 1),

Ikatkan tali raffia 20 m tariklah ke arah utara. Ikatkan

tali lain sepanjang 20 m ke arah timur. Lanjutkan

pemasangan patok di 3 sudut yang lain dan ikat tali

yang lain hingga diperoleh plot pengukuran sebesar 20

m x 20 m = 400 m2 (disebut SUB PLOT).

Catat dan buat sketsa plot permanen yang telah dibuat

dari titik ikat dengan keterangan arah mata angin

(contoh: 100 m kearah utara dan 20 m kearah timur

dari titik ikat)

Buatlah SUB PLOT lebih dari satu bila kondisi lahan

tidak seragam (misalnya kondisi vegetasi dan tanahnya

beragam). Satu SUB PLOT mewakili satu kondisi.

Page 12: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 11

Buatlah SUB PLOT lebih dari satu bila kondisi tanahnya

berlereng, buatlah satu SUB PLOT di setiap bagian

lereng (atas, tengah dan lereng bawah).

Perbesar ukuran SUB PLOT bila dalam lahan yang

diamati terdapat pohon besar (diameter batang > 30

cm atau lingkar lilit > 95 cm) menjadi 20 m x 100 m =

2000 m2 (disebut PLOT BESAR). Lihat Gambar 1.

Khusus untuk sistem agroforestri atau perkebunan

yang memiliki jarak tanam antar pohon cukup lebar,

misalnya pada perkebunan kelapa sawit, maka buatlah

SUB PLOT BESAR ukuran 20 m x 100 m = 2000 m2.

Tentukan minimal 6 TITIK CONTOH pada setiap SUB

PLOT untuk pengambilan contoh tumbuhan bawah,

seresah dan tanah; setiap titik berukuran 0.5 m x 0.5 m

= 0.25 m2.

Page 13: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 12

Gambar 1. Contoh pembuatan sketsa plot pengamatan

100 Plot Besar 125 m x 20 m

Page 14: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 13

Materi 2. Mengevaluasi Struktur Komponen Penyusun Lahan

Agroforestri

Klasifikasi agroforestri dapat dilakukan berdasarkan

pada berbagai aspek sesuai dengan perspektif dan

kepentingannya (Baca Bahan Ajaran Agroforestri no 2). Ada 2

aspek yang dipakai sebagai dasar klasifikasi agroforestri yaitu

berdasarkan (1) komponen penyusunnya dan (2) berdasarkan

pada kompleksitasnya dibandingkan dengan budidaya tunggal

(monoculture; baik di sektor kehutanan ataupun di sektor

pertanian). Pengklasifikasian ini akan sangat membantu

dalam menganalisis setiap bentuk implementasi agroforestri

yang dijumpai di lapangan secara lebih mendalam, guna

mengoptimalkan fungsi dan manfaatnya bagi masyarakat.

2.1. Klasifikasi berdasarkan komponen penyusunnya

a. Amati dan catat nama masing-masing pohon /tanaman

semusim yang ada dalam plot pengamatan (200 m2),

cari nama ilmiahnya dari literature dan hitung berapa

jumlahnya per plot pengamatan.

b. Catat apakah ada komponen ternak atau perikanan

dalam lahan yang diamati

c. Catat manfaat dan fungsi masing-masing pohon ke

dalam Lembar Pengamatan 1.

d. Klasifikasikan lahan yang diamati apakah termasuk

Agrisilvikultur, Silvopastura, atau Agrosilvopastura

Page 15: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 14

Lembar pengamatan 1.

No Nama Manfaat Fungsi ekologi Umur

dipanen, tahun

1. Komponen pohon (1) kayu bangunan, (2) kayu bakar, (3)buah, (4) daun, (5) getah, (6)serat, (7) obat-obatan, (8) rempah, (9) pakan, (10) serbaguna

(1) penaung, (2) pohon rambat, (3) pematah angin, (4) pagar, (5)konservasi tanah dan air, (6) penyubur tanah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

….

1. …

Jumlah pohon:

2. Komponen tanaman semusim

(1) pangan, (2) sayuran (3) obat-obatan, (4)rempah (5)tanaman hias

(1)pengendali hama dan penyakit, (2) penarik lebah, (3) penutup tanah, (4) penyubur tanah

1.

2.

3.

Page 16: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 15

4.

5.

6.

7.

8.

No Nama Manfaat Fungsi ekologi Umur

panen, tahun

3. Komponen ternak/lebah/per-ikanan

(1) penghasil susu, (2) daging, (3) madu, (4) daging ikan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

2.2. Klasifikasi berdasarkan tingkat kompleksitasnya

Klasifikasi lahan agroforestri dapat pula dilakukan

berdasarkan tingkat kompleksitasnya bila dibandingkan

dengan system monokultur. Kriteria yang digunakan ICRAF

untuk membedakan agroforestry kopi multistrata dan

agroforestri sederhana adalah didasarkan pada jumlah spesies

dari pohon pendamping dan kerapatan populasinya yang

ditunjukkan dengan besarnya luas bidang dasar (LBD) atau

Page 17: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 16

disebut juga basal area (= luas lahan yang diduduki oleh

pohon) (Hairiah et al., 2006). Lihat Box 1.

Box 1: Klasifikasi sistem agroforestry kopi (dikutip dari Hairiah et al., 2006).

Kriteria pengklasifikasian kebun kopi di lapangan adalah

berdasarkan pada nilai luas bidang dasar (LBD) relatif dan jumlah jenis pohon penaungnya. Nilai LBD relatif adalah LBDkopi relatif terhadap LBDtotal

pohon (LBDkopi+LBDpenaung). Bila nilai LBD relatif pohon kopi >80% maka lahan tersebut disebut kebun kopi mokultur (sun-coffee) BUKAN lahan Agroforestri. Bila LBD relatif pohon kopi <80% maka kebun kopi tersebut diklasifikasikan sebagai agroforestri kopi.

LBDkopi adalah proporsi luasan yang diduduki oleh pohon kopi =

∑Dkopi2/(∑Dkopi

2 + ∑Dpenaung

2 ), dimana D = diameter pohon (cm) dan

faktor dapat dihapus dari persamaan.

Agroforestri kopi dibedakan lagi menjadi agroforestri multistrata bila jumlah jenis pohon penaung > 5 jenis, dan agroforestri sederhana bila jumlah jenis pohon penaung < 5 jenis.

Mengukur luas bidang dasar pohon utama dan pohon penaung

Mengukur LBD pohon merupakan bagian dari kegiatan

pengukuran biomasa pohon. Cara pengukurannya dilakukan

secara non-destructive (tidak melibatkan perusakan).

Cara pengukuran: a. Bagilah PLOT menjadi 4 bagian, dengan memasang tali di

bagian tengah sehingga ada 4 SUB PLOT (4 kuadran), masing-masing berukuran 10 m x 10 m.

Page 18: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 17

b. Catat nama setiap pohon, dan ukurlah diameter batang setinggi dada (DBH = diameter at breast height = 1.3 m dari permukaan tanah) semua pohon yang masuk dalam SUB PLOT. Lakukan pengukuran DBH hanya pada pohon

berdiameter 5 cm hingga 30 cm. Pohon dengan DBH <5 cm diklasifikasikan sebagai tumbuhan bawah. Caranya bawalah tongkat kayu ukuran panjang 1.3 m, letakkan tegak lurus permukaan tanah di dekat pohon yang akan diukur, berilah tanda goresan pada batang pohon. Bila permukaan tanah di lapangan dan bentuk pohon tidak rata, maka penentuan titik pengukuran DBH pohon dapat dilihat dalam Box 2.

c. Lilitkan pita pengukur pada batang pohon, dengan posisi pita harus sejajar untuk semua arah (Gambar 2A), sehingga data yang diperoleh adalah lingkar/lilit batang (keliling batang = 2 π r) BUKAN diameter. Bila diameter pohon hanya berukuran antara 5-20 cm, gunakan jangka sorong (calliper) untuk mengukur DBH (Gambar 2B), data yang diperoleh adalah diameter pohon.

d. Perhatikan, cara melilitkan pita harus sejajar (Gambar 2A). e. Selanjutnya hitung diameternya (DBH) dengan

menggunakan rumus:

DBH= keliling /π atau keliling/3.14

Page 19: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 18

Gambar 2. Cara pengukuran lilit batang pohon menggunakan caliper

Page 20: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 19

Box 2. Cara penentuan titik pengukuran DBH batang pohon

bergelombang atau bercabang rendah

A B C D E Gambar 3. Skematis cara menentukan ketinggian pengukuran DBH batang

pohon yang tidak beraturan bentuknya (Weyerhaeuser dan Tennigkeit, 2000).

Keterangan :

a. Pohon pada lahan berlereng, letakkan ujung tongkat 1.3 m pada lereng bagian atas.

b. Pohon bercabang sebelum ketinggian 1.3 m, maka ukurlah DBH semua cabang yang ada.

c. Bila pada ketinggian 1.3 m terdapat benjolan, maka lakukanlah pengukuran DBH pada 0.5 m setelah benjolan.

d. Bila pada ketinggian 1.3 m terdapat banir (batas akar papan) maka lakukan pengukuran DBH pada 0.5 m setelah banir. Namun bila banir tersebut mencapai ketinggian > 3 m, maka diameter batang diestimasi menggunakan rumus pitagoras (Lihat Hairiah dan Rahayu, 2007)

e. Bila pada ketinggian 1.3 terdapat akar-akar tunjang, maka lakukan pengukuran pada 0.5 m setelah perakaran.

(Dikutip dari Hairiah dan Rahayu, 2007)

Page 21: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 20

Lembar pengamatan 2.

No Nama pohon

Keliling batang, cm

Diameter, cm LBD,

cm2/cm2

1

2

3

4

5

….

……

….

….

Jumlah pohon …………………………...

Klasifikasi Agroforestri: …………………………...

Pertanyaan

1. Berdasarkan komponen penyusun yang telah sdr

amati, buatlah klasifikasi lahan agroforestri tersebut!

2. Berdasarkan tingkat kompleksitas komponen

penyusunnya, dengan mengikuti kriteria yang ada

dalam Box 1 cobalah buat klasifikasi lahan yang sdr

ukur termasuk dalam agroforestri kompleks atau

sederhana.

Page 22: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 21

2.3. Klasifikasi berdasarkan tingkat tutupan kanopinya

Gambarkan sebaran kanopi pohon ke arah horizontal

dan vertical pada kertas grafik, lihat contoh sketsa gambar di

bawah ini. Klasifikasikan tingkat tutupan lahannya tergolong

rapat, sedang atau terbuka.

Gambar 4. Sketsa gambar sebaran kanopi ke arah horizontal (a) dan

kearah vertikal (b)

Page 23: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 22

Materi 3. Deskripsi manfaat ekonomi pohon dalam

sistem agroforestri

3.1. Nilai Ekonomi Pohon

Pada materi 3 ini, mahasiswa diharapkan tetap

mengacu pada hasil karakterisasi bio-fisik lahan agroforestri

pada materi satu, maka lanjutkan dengan mengevaluasi nilai

ekonomi dari masing-masing pohon berdasarkan hasil

wawancara dengan petani atau dari informasi lain yang

tersedia.

Lembar pengamatan3.

No Nama lokal

Manfaat ekonomi

Waktu panen

Hasil yang diperoleh,

kg/ha

Harga di

pasaran, Rp

Pendapatan bruto,

Rp

1

2

3

4

Jumlah pohon

3.2 Kalender Kegiatan per tahunnya di Lahan

Isilah tabel kegiatan pengelolaan lahan (Lembar

pengamatan 4) dengan informasi yang sdr gali di

Page 24: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 23

lapangan/ dari literature. Kegiatan pengelolaan

meliputi pemupukan, penyiangan, pemangkasan dan

pemanenan masing-masing jenis tanaman/pohon.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, buatlah

kesimpulan dari kegiatan ini berkaitan dengan

manfaat agroforestri dan sebaran tenaga kerja yang

dibutuhkan setiap tahunnya.

Lembar pengamatan 4.

Kegiatan Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pemupukan

Penyiangan

Pemangkasan

Panen pohon

1…

2….

3….

Panen tan.

semusim

Panen

ternak/lebah/

ikan

Page 25: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 24

Materi 4. Mengevaluasi fungsi ekologi pohon dalam

sistem agroforestri

Fungsi ekologi pohon dalam system agroforestry antara lain

adalah mempertahankan biodiversitas, cadangan karbon,

mengurangi aliran permukaan, erosi dan longsor,

mengendalikan populasi gulma, memperbaiki kesuburan fisik,

kimia dan biologi tanah. Pada kegiatan ini mahasiswa akan

mengevaluasi 3 fungsi ekologi pohon yaitu sebagai karbon,

pengendali populasi gulma (tumbuhan bawah), dan

mempertahankan kegemburan tanah (BI tanah rendah).

Box 3. Peralatan Lapangan. Alat-alat yang dibutuhkan untuk pengukuran biomassa :

1. Pita ukur (meteran) berukuran panjang 50 m 2. Tali rafia berukuran panjang 125 m dan 20 m atau 40 m dan 5 m

tergantung ukuran plot yang akan dibuat 3. Tongkat kayu/bambu sepanjang 2.5 m untuk mengukur lebar

SUB PLOT ke sebelah kiri dan kanan dari garis tengah, atau 10 m untuk PLOT BESAR

4. Tongkat kayu/bambu sepanjang 1.3 m untuk memberi tanda pada pohon yang akan diukur diameternya

5. Tongkat kayu sepanjang 1 m untuk tanda apabila plot tersebut akan dijadikan plot permanen.

6. Pita ukur (meteran) berukuran minimal 5 m untuk mengukur lilit batang atau atau jangka sorong untuk mengukur diameter pohon ukuran kecil.

7. Parang atau gunting tanaman 8. Spidol warna biru atau hitam 9. Alat pengukur tinggi pohon (Hagameter, Clinometer atau alat

pengukuran lainnya) 10. Blangko pengamatan 11. Kertas grafik

Page 26: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 25

Gambar 5. Peralatan yang dibutuhkan untuk mengukur biomasa pohon

Alat-alat yang dibutuhkan untuk mengambil contoh tanah :

1. Cangkul 2. Lempak 3. Box besi ukuran 25 cm x 25 cm x 10 cm (2 buah) 4. Palu karet 5. Pisau tanah 6. Kapi atau Scrap (rapper paint) 7. Papan kayu ukuran 20 cm x 20 cm x 10 cm 8. Ember plastic atau kantong plastik ukuran 30 kg 9. Kantong plastik ukuran 5 kg 10. Spidol permanen 11. Karet gelang 12. Timbangan kapasitas 5 kg

Gambar 6. Peralatan yang dibutuhkan untuk mengambil contoh tanah

Page 27: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 26

4.1. Mengukur Keanekaragaman Jenis Vegetasi (Pohon)

Keanekaragaman jenis untuk masing-masing strata vertikal

vegetasi terutama pohon, diukur pada masing-masing plot. Indeks

keanekaragaman jenis Shannon (H') dihitung untuk mengetahui

apakah perbedaan pola tanam berpengaruh terhadap

keanekaragaman tanaman, dan dihitung dengan rumus :

S

H' = - Σ pi 2 log pi

i=1

Keterangan :

H'= Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener

pi = Proporsi kelimpahan jenis ke-i atau proporsi antara jumlah individu jenis ke-i (ni) terhadap jumlah individu total jenis (N) sehingga pi = n i / N

Dominansi suatu jenis ditentukan dari frekuensi relatif dan

kepadatan relatifnya pada suatu habitat. Jika suatu jenis sering

ditemukan dan memiliki kepadatan yang tinggi dalam suatu habitat

dibandingkan dengan jenis lainnya, maka jenis yang bersangkutan

merupakan jenis dominan, dan memiliki arti penting dalam habitat

tersebut. Untuk itu dilakukan penghitungan nilai Indeks Nilai

Penting (INP), yang merupakan jumlah dari kepadatan relatif,

frekuensi relatif dan dominansi relatif (INP : berkisar 0-300%) . INP

Page 28: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 27

(Index of Important Value) (Indriyanto, 2008) dihitung menurut

persamaan berikut apabila tidak ada dominansi suatu jenis spesies:

Keterangan :

INP : Indeks Nilai Penting (Index of Important Value). INP besarnya

antara 0 - 200%, semakin besar nilai INP suatu jenis maka semakin

besar peranan jenis tersebut dalam komunitasnya.

FR : Frekuensi relatif suatu jenis (%), yang ditentukan berdasarkan

perbandingan frekuensi suatu jenis dengan jumlah frekuensi semua

jenis dalam suatu plot. FR tertinggi adalah 100%.

KR : Kepadatan relatif suatu jenis (%) ditentukan dari perbandingan

antara kepadatan suatu jenis dengan kepadatan seluruh jenis dalam

suatu plot. KR tertinggi adalah 100%.

Keanekaragaman dalam struktur vegetasi diukur dengan

menghitung basal area (luasan tanah yang tertutup batang pohon),

penutupan kanopi, serta kelimpahan pohon kopi dan non-kopi.

Struktur vegetasi ditentukan dengan mengukur tinggi tanaman pada

petak yang telah ditentukan. Tinggi masing-masing tanaman

kemudian digambar untuk menentukan strata vertikal vegetasi.

Stratifikasi vegetasi dilakukan dengan menggunakan kelas-kelas

INP = FR + KR

Page 29: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 28

interval stratifikasi vegetasi menurut Indriyanto (2008) yang terdiri

dari :

Strata A : merupakan pohon dengan tinggi lebih dari 30 m.

Pada umumnya tajuk pohon pada strata ini lebar, tidak bersentuhan

ke arah horisontal dengan tajuk pohon lainnya dalam strata yang

sama sehingga strata tajuk ini berbentuk diskontinyu. Pohon pada

strata ini umumnya berbatang lurus, batang bebas, cabang tinggi

dan bersifat intoleran (tidak tahan naungan)

Strata B : merupakan lapisan tajuk kedua dari atas yang

dibentuk oleh pepohonan dengan tinggi 20-30 m. Bentuk tajuk

pohon pada strata ini membulat atau memanjang dan tidak

melebar. Tajuk-tajuk pohon membentuk lapisan tajuk diskontinyu.

Strata C : merupakan lapisan ketiga, dibentuk oleh pohon

dengan ketinggian 4-20 m. Pohon pada strata ini membentuk tajuk

kontinyu (berubah-ubah) dan membentuk lapisan tajuk yang tebal.

Pada strata ini pepohonan juga berasosiasi dengan populasi epifit,

tumbuhan memanjat, dan parasit.

Strata D : merupakan jenis semak dan perdu, yang

tingginya 1-4 m. Pada strata ini juga terdapat dan dibentuk oleh

jenis pohon yang masih muda atau dalam fase anakan (seedling),

palem-paleman kecil, herba besar, dan paku-pakuan besar

Page 30: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 29

Strata E : merupakan tajuk paling bawah dibentuk oleh

tumbuh-tumbuhan penutup tanah dengan tinggi 0-1 m

Pembandingan jenis-jenis yang menempati strata yang

sama, penting untuk dilakukan karena adanya tingkat kompetisi

dan kondisi ekologi yang sama. Analisa struktur vertikal tajuk pohon

bisa digambar (Gambar 7).

Gambar7. Contoh gambar stratifikasi tajuk dalam sistem agroforestri

Basal area dan kepadatan pada masing-masing strata

vertikal pada sistem agroforestri sederhana dan kompleks juga

dihitung. Semua data yang diperoleh, termasuk persentase

penutupan kanopi dan kepadatan pohon dibandingkan antara

agroforestri sederhana dan kompleks. Frekuensi pohon dalam plot

Page 31: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 30

dihitung dan digambar masing-masing untuk agroforestri sederhana

dan kompleks.

4.2. Mengestimasi biomasa pohon dan karbon tersimpan

Prosedur kerja

Gunakan data DBH yang diperoleh sebelumnya untuk

mengestimasi LBD pohon (Lihat materi 1) untuk mengestimasi

biomasa setiap pohon dengan memasukkannya dalam rumus-rumus

yang ada dalam Tabel 3.1. Selanjutnya hitung cadangan C dari

setiap pohon dengan mengalikan Biomasa pohon (kg/pohon)

dengan total C tanaman (0.46) (Hairiah dan Rahayu, 2007).

Tabel 1. Estimasi biomasa pohon menggunakan persamaan allometrik

Jenis pohon Estimasi Biomasa pohon, kg/pohon

Sumber

Pohon bercabang BK = 0.11 D2.62 Ketterings, 2001

Pohon bercabang BK = µ.exp [1.499+2.1448* Ln (D)+0.207*(Ln(D))2 - 0.0281*(Ln(D)3)]

Chaves, 2005 µ =22/7 atau 3.14

Pohon tidak bercabang BK = H D2/40 Hairiah et al, 1999

Kopi dipangkas BK = 0.281 D2.06 Arifin , 2001

Pisang BK = 0.030 D2.13 Arifin, 2001

Bambu BK = 0.131 D2.28 Priyadarsini, 2000

Sengon BK = 0.0272 D2.831 Sugiharto, 2002

Pinus BK = 0.0417 D2.6576 Waterloo, 1995

Kakao BK = 0.1208 D1.98 Yuliasmara, 2008

Keterangan: BK = berat kering; D = diameter pohon, cm; H = tinggi

pohon, cm; = BJ kayu, g cm-3

Page 32: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 31

Lembar pengamatan 5.

Nama Lokasi:________________________ Umur Kebun setelah pembukaan lahan:_________________ Jenis Penggunaan Lahan:_______________ Nama pengukur: ___________________ Tanggal/Bulan/Tahun: _________________ Lokasi (GPS): _______________________

No Nama Pohon

Bercbang/ Tidak

K D T ,

g cm-3

Biomasa, kg/pohon

Cadangan C (Biomasa x

0.46), kg/pohon

------cm-------

1 ………

2 ………

3 ………

… ………

… ………

100 ………

TOTAL BIOMASA POHON & cadangan C per lahan

Keterangan:

K=lilit batang, cm, D = DBH= K/π, dimana π =3.14 cm; T= tinggi pohon, cm, = BJ kayu, g cm

-3. Total C tanaman=46%

4.2. Mengukur biomasa tumbuhan bawah

Pengambilan contoh biomasa tumbuhan bawah harus

dilakukan dengan metode 'destructive' (merusak bagian

tanaman). Tumbuhan bawah yang diambil sebagai contoh

adalah semua tumbuhan hidup yang tumbuh dibawah tegakan

pohon berupa herba dan rumput-rumputan.

Page 33: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 32

Prosedur kerja a. Tempatkan kuadran aluminium di dalam SUB PLOT

(20 m x 20 m) secara acak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Penempatan kuadran (TITIK CONTOH) dalam

SUB PLOT

b. Potong semua tumbuhan bawah (herba dan rumbut-rumputan) yang terdapat di dalam kuadran, pisahkan antara daun dan batang.

c. Masukkan ke dalam kantong kertas, beri label sesuai dengan kode TITIK CONTOHnya.

d. Untuk memudahkan penanganan, ikat semua kantong kertas berisi tumbuhan bawah yang diambil dari satu plot.

e. Masukkan dalam karung besar untuk mempermudah pengangkutan ke laboratorium.

20 m

20 m

Page 34: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 33

f. Timbang berat basah daun atau batang, catat beratnya dalam lembar pengamatan 6.

g. Ambil sub-contoh tanaman dari masing-masing biomasa daun dan batang sekitar 100-300g. Bila biomasa contoh yang didapatkan hanya sedikit (< 100 g), maka timbang semuanya dan jadikan sebagai sub-contoh.

h. Keringkan sub-contoh biomasa tanaman yang telah

diambil dalam oven pada suhu 80C selama 48 jam. i. Timbang berat keringnya dan catat dalam Lembar

pengamatan 6.

Pengumpulan data

Data yang diperoleh pada pengambilan contoh biomasa tumbuhan bawah, dimasukkan ke dalam Tabel pengamatan Lembar pengamatan 6. Pengambilan Contoh Tumbuhan Bawah

No

Berat Basah (kg)

Sub-contoh Berat Basah (g)

Sub-contoh Berat Kering (g)

Total berat kering

Daun Batang Daun Batang Daun Batang g/0.25 m2 g/m

2

1

2

3

4

5

6

Total …...

Page 35: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 34

Pengolahan data Hitung total berat kering tumbuhan bawah per kuadran

dengan rumus sebagai berikut:

Dimana, BK = berat kering dan BB = berat basah

4.3. Menilai ketebalan seresah

Amati dan klasifikasikan ketebalan seresah permukaan

yang ada dengan jalan ambil 3 titik pengukuran dalam sub-

plot (200 m2), tekan permukaan seresah dengan tangan, dan

tancapkan penggaris dan ukurlah ketebalan lapisan seresah

yang ada (cm).

4.4 Mengukur Berat Isi Tanah

Prosedur:

a. Tentukan titik pengambilan contoh sesuai dengan titik pengambilan contoh seresah (lihat gambar 8)

b. Contoh tanah diambil pada titik contoh yang berdekatan dengan titik pengambilan contoh tanah terganggu. Hindari tempat-tempat yang telah mengalami pemadatan (misalnya jalan setapak, atau tempat-tempat yang terinjak-injak selama pengambilan contoh tanaman atau seresah)

c. Siapkan 2 buah box besi dan peralatan lainnya (ikuti alur kerja dalam Gambar 8)

d. Singkirkan seresah-seresah kasar yang ada di atas permukaan tanah, tancapkan box besi ke permukaan tanah, tekan perlahan-lahan. Letakkan box besi yang lain

Total BK (g) = BK subcontoh (g)

BB subcontoh (g)X Total BB (g)

Page 36: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 35

di atas box besi pertama dan pukul pelan-pelan menggunakan tongkat kayu, hingga box pertama masuk ke dalam tanah sesuai kedalaman yang diinginkan

e. Jika mengalami kesulitan saat membenamkan box besi (misalnya ada akar pohon berukuran besar atau batu), ulangi sekali lagi dengan jalan memindahkan pada tanah di sampingnya hingga berhasil

f. Gali tanah menggunakan lempak sekitar 5 cm jaraknya dari box besi, lanjutkan dengan memukul box besi pelan-pelan menggunakan palu karet hingga box besi masuk secara sempurna ke dalam tanah. Tutuplah bagian atas box tanah tersebut dengan plastik dan ikatlah dengan karet gelang.

g. Potong tanah di bawah box menggunakan lempak atau pisau tanah, setelah tanah terpotong angkatlah perlahan-lahan agar tanah tetap berada utuh di dalam box.

h. Balikkan box tanah dan rebahkan perlahan-lahan diatas permukaan tanah yang datar

i. Buang tanah yang ada di permukaan luar box besi menggunakan scarp hingga bersih. Ratakan tanah pada bagian atas dan bawah box menggunakan scrap atau pisau tanah.

j. Keluarkan semua tanah yang ada dalam box besi, tampunglah dalam kantong plastik dan timbang berat basahnya (W1, g/4000 cm3). Catat beratnya dalam blanko yang disediakan.

k. Lanjutkan pengambilan contoh tanah pada kedalaman 10-20 cm dan 20-30 cm dengan cara yang sama (langkah a sampai dengan j).

l. Ambil sub-contoh tanah dan timbang sebanyak 50 g (W2). Keringkan sub-contoh tanah tersebut dalam oven pada

Page 37: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 36

suhu 105C selama 48 jam, dan timbang berat keringnya (W3)

Perhitungan : Volume Tanah dalam box besi (V) = 20 cm x20 cm x10

cm = 4000 cm3

Berat kering tanah dalam box besi (W) = ( W1/W2) x W3

, g/4000 cm3

Berat Isi Tanah (BI) = W/V, g cm-3

Gambar 8. Pengambilan contoh tanah utuh, (1) pembenaman blok besi ke

dalam tanah, (2) pemotongan tanah di sekitar blok besi dan pengangkatan ke luar lubang, (3) Penutupan permukaan blok besi tanah dengan menggunakan kantong plastik, (4) memotong kelebihan tanah pada blok besi hingga rata dengan permukaan blok, (5) memasukkan contoh tanah ke dalam kantong plastik dan pemberian label contoh tanah yang diambil, (6) Penimbangan berat basah tanah

Page 38: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 37

Pertanyaan

1. Bandingkan BI tanah dari berbagai lahan agroforestri yang

diamati!

2. Evaluasi tingkat kepadatannya dengan membandingkan

dengan hasil penelitian sebelumnya /mencari dari

literature!

3. Kaitkan antara BI tanah dengan data ketebalan seresah

yang diperoleh dan bahaslah!

Page 39: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 38

Bahan Bacaan

Hairiah K, Sulistyani H, Suprayogo D, Widianto, Purnomosidhi P, Widodo R H, and Van Noordwijk M, 2006. Litter layer residence time in forest and coffee agroforestry systems in Sumberjaya, West Lampung. Forest Ecology and Management 224: 45-57.

Hairiah K dan Rahayu S, 2007. Petunjuk praktis Pengukuran

karbon tersimpan di berbagai macam penggunaan lahan. World Agroforestry Centre, ICRAF Southeast Asia. ISBN 979-3198-35-4. 77p

Sardjono MA, Djogo T, Arifin HS, Widjayanto N, 2003.

Klasifikasi agroforestry dan pola pengkombinasian komponen. Bahan Ajar Agroforestri no 2. ICRAF, Bogor

Suprayogo D, K Hairiah, N Widjayanto, Sunaryo dan M van Noordwijk, 2003. Peran agroforestri pada skala plot. Bahan Ajar Agroforestri no 3. ICRAF, Bogor

Weyerhaeuser, H. dan Tennigkeit, T., 2000. Forest inventory and monitoring manual. HBS-ICRAF-CMU, Chaiang Mai, 30p.

Page 40: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 39

Komponen Penilaian

Keaktivan (bobot 25 %)

Presensi dan keaktifan pada saat praktikum

Laporan (bobot 35 %)

Laporan individu dan kelompok

Ujian (Bobot 40 %)

Materi presentasi, penyajian, dan diskusi serta Ujian

Akhir praktikum berupa Tes Tulis.

Page 41: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 40

Lampiran 1.

Catatan Penting :

Batas Akhir pengumpulan Draft Laporan Fieldtrip :

Laporan Individu 25 April 2013 (kelas A) dan

23 April 2013 (kelas C)

Laporan Kelompok 16 Mei 2013 (kelas A) dan

14 Mei 2013 (kelas C)

Ujian Praktikum (presentasi kelompok)

23 Mei 2012 (kelas A) dan

21 Mei 2013 (kelas C)

Batas akhir penyerahan hardcopy laporan akhir praktikum

dan softcopy nya apabila ada revisi Tgl 30 Mei 2013 melalui

Koordinator kelas dan diserahkan ke asisten/ koordinator

asisten.

Ujian Akhir Praktikum

28 Mei 2013 [kls C FP 3.8 ]

30 Mei 2013 [kls A GB 3.1]

Page 42: Panduan Prakt AF GENAP 2013

MK. Agroforestri 41

Lampiran 2.

JADWAL MATERI TUTORIAL DAN PRAKTIKUM

MK. AGROFORESTRI SEMESTER GENAP 2012-2013

.::Terlampir [sillakan baca MANUAL PROSEDUR]

MK. Agroforestri::.

No. Materi Tempat/ Waktu

1 Penjelasan pelaksanaan praktikum dan Pra Survei Laboratorium Lingkungan dan Radioisotop [Lab Biologi Tanah]

2 Pengantar materi lapangan Ruang Kelas GB 3.1 (kls A) FP 3.8 (kls C)

3 Deskripsi biofisik lahan agroforestri Kegiatan Lapangan (Desa Plaosan dan Desa Sumber Dem Kec. Wonosari) 4 Mengevaluasi struktur komponen penyusun agroforestri

5 Mendeksripsikan manfaat ekonomi pohon dalam sistem agroforestri

6 Mengukur biomassa, necromassa, mengambil contoh tanah utuh (data BI )

7 Pengukuran berat kering nekromassa, understorey, dan bobot isi dan kadar air tanah

Laboratorium Biologi Tanah dan Fisika Tanah

8 Tabulasi , perhitungan dan kompilasi data Ruang Kelas GB 3.1 (kls A) FP 3.8 (kls C)

9 Presentasi ujian praktikum Ruang Kelas GB 3.1 (kls A) FP 3.8 (kls C)

10 Ujian Akhir Praktikum Ruang Kelas GB 3.1 (kls A) FP 3.8 (kls C)