Paper 2 b. Indo

27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Melayu semenjak Kongres Pemuda 28Oktober 1928 telah diangkat dan naik kedudukannya menjadi bahasa persatuan/nasional. Setelah kemerdekaan Indonesia, bahasa Indonesia yang diangkat dan berasal dari bahasa Melayu, secara resmi dijadikan bahasa negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV Pasal 36. Akan tetapi, hingga saat ini bahasa Indonesia oleh masyarakat pemakainya masih banyak yang belum menuruti syarat-syarat penggunaan bahasa yang baik dan benar, terutama media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Dengan kata lain, kesalahan dalam penggunan bahasa Indonesia masih banyak kita temukan. Era teknologi dan informasi saat ini telah mempermudah kita untuk mendapatkan berbagai macam informasi yang kita perlukan. Dengan adanya internet kita dapat mendapatkan informasi dalam hitungan detik. Namun, media yang merupakan sarana belajar dan informasi masih banyak menggunakan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidahnya. Kita dapat lihat di televisi, sebuah tayangan stasiun swasta seperti MTV, dimana bahasa Indonesia telah dicampuradukkan dengan 1

Transcript of Paper 2 b. Indo

Page 1: Paper 2 b. Indo

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Melayu semenjak Kongres Pemuda 28Oktober 1928 telah diangkat

dan naik kedudukannya menjadi bahasa persatuan/nasional. Setelah kemerdekaan

Indonesia, bahasa Indonesia yang diangkat dan berasal dari bahasa Melayu, secara

resmi dijadikan bahasa negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

Dasar 1945, Bab XV Pasal 36. Akan tetapi, hingga saat ini bahasa Indonesia oleh

masyarakat pemakainya masih banyak yang belum menuruti syarat-syarat

penggunaan bahasa yang baik dan benar, terutama media massa, baik media cetak

maupun media elektronik. Dengan kata lain, kesalahan dalam penggunan bahasa

Indonesia masih banyak kita temukan.

Era teknologi dan informasi saat ini telah mempermudah kita untuk

mendapatkan berbagai macam informasi yang kita perlukan. Dengan adanya

internet kita dapat mendapatkan informasi dalam hitungan detik. Namun, media

yang merupakan sarana belajar dan informasi masih banyak menggunakan bahasa

Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidahnya. Kita dapat lihat di televisi, sebuah

tayangan stasiun swasta seperti MTV, dimana bahasa Indonesia telah

dicampuradukkan dengan bahasa asing, sehingga maksud dan maknanya sudah

tidak jelas lagi. Media cetak pun tak ketinggalan, banyak bahasa-bahasa slank

(pergaulan) yang menjadi bahasa pengantar dalam tiap rubrik ataupun kolom-

kolom yang ada pada media cetak tersebut.

Dengan latar belakang masalah tersebut, penulis mencoba untuk

mengamati kesalahan penggunaan bahasa Indonesia khususnya dalam media

cetak, dan penulis fokuskan kepada permasalahan pada aspek ejaan, yakni

pemakaian huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup

Penelitian bertujuan meneliti kenyataan penggunaan bahasa Indonesia

dalam media massa oleh masyarakat kaum terpelajar dan kaum jurnalis. Sebagai

1

Page 2: Paper 2 b. Indo

bahan penelitian diambil sebagai sample tajuk rencana Koran Republika, Kompas

dan Media Indonesia. Dengan batasan pada bulan juni 2007 yaitu edisi minggu

ke-3 tiap harinya. Sebagai dasar kajian saya dalam penelitian ini ialah kesalahan

penggunaan bahasa dalam aspek ejaan, antara lain :

a. Penggunaan huruf kapital;

b. Penulisan kata;

c. Dan penggunaan tanda baca.

1.3 Kerangka Teori

Bahasa (kata) berupa lambang dari rangkaian bunyi-bunyi yang

diartikulasikan. Kata adalah abstraksi dari benda-benda atau segala sesuatu yang

ada. Dengan demikian, bahasa erat hubungannya dengan berpikir. Menurut

Affandi (1971:218), bahasa dan berpikir berkembang bersama-sama sehingga

sukar memperkatakan soal bahasa tanpa menyebut soal berpikir dan pikiran. Hal

ini sesuai pula dengan pendapat Delakroi (dalam Chauchard (1976, XXVI, 2:36)

yang mengatakan bahwa “Pikiran membentuk bahasa dan membentuk diri

lantaran bahasa”.

Menurut Jakson, ada dua macam bentuk penggunaan bahasa, yakni

penggunaan bahasa dengan batas-batas tertentu dan penggunaan bahasa dengan

usaha sendiri (dalam Chauchard 1977, XXVI, 12:372). Yang dimaksud dengan

yang pertama ialah penguasaan bahasa dengan ekspresi otomatis yang telah

dipelajari dan dikuasai sejak kecil. Ekspresi ini sudah tersusun dalam pola-pola

dan formula-formula tertentu. Klisenya sudah ada dalam pikiran. Jenis

penguasaan seperti ini terdapat dalam penguasaan bahasa kebanyakan orang

dalam bahasa ibunya, dan sudah mendarah daging baginya.

Jenis yang kedua terdapat pada penguasaan bahasa yang dikehendaki dan

direkayasa yang sifatnya intelektual. Hal ini terlihat misalnya pada penggunaan

bahasa pada waktu mencipta suatu hasil karya, makalah dan sejenisnya. Dalam

menciptakan hasil karya itu orang dengan sengaja mencari, membentuk, dan

menemukan konstruksi frasa, dan mengkombinasikannya dengan frasa-frasa yang

2

Page 3: Paper 2 b. Indo

telah terekam dalam benaknya sehingga dapat digunakan membentuk buah pikiran

yang luwes, jelas, dan terang, serta baik dan benar.

Namun, sering kali terjadi, baik pada media elektronik maupun media

cetak, secara tidak sadar pemakai bahasa atau kaum jurnalis menggunakan bahasa

yang memperlihatkan penyimpangan dan kesalahan tata bahasa. Penyimpangan

itu dapat terjadi pada struktur ejaan, misalnya penggunaan huruf kapital, penulisan

kata, dan penggunaan tanda baca. Kekurangcermatan berbahasa ini semua,

disamping disebabkan oleh kaum jurnalis banyak yang masih kurang terampil

berbahasa Indonesia yang baik dan benar, juga kurang berdisiplinan mereka dalam

menggunakan menggunakan bahasanya.

Bahkan kesalahan tersebut dapat terjadi secara berulang-ulang.

Pengulangan kesalahan terjadi karena kekurangsadaran dan kekurangtahuan si

penulis berita tersebut tentang kesalahan yang diperbuatnya. Dia kurang sadar

akan kesalahan tersebut karena frasa-frasa otomatis yang telah dikuasainya sejak

kecil dari bahasa ibunya lebih dominan dan terlalu mempengaruhi keadaan

berbahasanya. Dia kurang tahu dan kurang mengerti tentang kesalahan yang telah

diperbuatnya karena daya intelektual penguasaan bahasanya yang kurang

sehingga menyebabkan kegiatan berpikirnya dan berbahasa tidak sinkronis.

1.4 Metode dan Teknik Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini didahului

dengan studi pustaka dengan menelaah buku dan makalah yang berisi

tulisan/ulasan tentang bahasa pers dan hal-hal yang bersangkut-paut dengan

penggunaan bahasa Indonesia kaum jurnalistik. Sebelum tahap pengumpulan data,

akan diadakan pengamatan terhadap sumber data yang ada hubungannya dengan

topik yang akan diteliti. Data-data yang relevan dengan topik penelitian

dikumpulkan dan dicatat. Karena data yang dipilih untuk bahan analisis berupa

tajuk rencana dari koran, pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat

kalimat demi kalimat pada secarik kertas berupa slip. Slip-slip yang berisi data-

data, kemudian diklarifikasi sesuai dengan topik yang akan diteliti, yakni masalah

kesalahan ejaan, yakni pemakaian huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian

3

Page 4: Paper 2 b. Indo

tanda baca. Data-data yang sudah terklarifikasi inilah yang menjadi bahan

analisis, baik secara deskrippsi, kualitatif maupun kuantitatif.

1.5 Sumber Data dan Pemilihan Sampel

Yang digunakan sbagai sumber data untuk bahan penelitian ini ialah

koran. Pemilihan koran sebagai sample dilakukan secara purposif berdasarkan

anggapan bahwa koran itu merupakan koran yang

a. Jumlah oplahnya besar dan jumlah pembacanya meliputi sebagian masyarakat;

b. Penggunaan bahasanya dapat dianggap baku;

c. Golongan pembacanya pada umumnya berasal dari lapisan masyarakat

golongan menegah ke atas.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, harian yang dipilih sebagai sumber data

ialah harian Republika, harian Kompas, harian Media Indonesia, dan masing-

masing harian diambil dari terbitan minggu ke III bulan juni 2007, dari hari senin

sampai dengan minggu.

Adapun topik yang dipilih sebagai pencarian sumber data ialah tajuk

rencana. Rubrik tajuk rencana ini dianggap mempunyai tingkatan yang tinggi

dalam penggunaan bahasa Indonesia.

4

Page 5: Paper 2 b. Indo

BAB 2

KESALAHAN PENGGUNAAN UNSUR EJAAN BAHASA INDONESIA

DALAM MEDIA MASSA CETAK

Media massa adalah salah satu sarana pengungkapan buah pikiran (ide),

kejadian, dan peristiwa sehari-hari dengan menggunakan alat komunikasi bahasa.

Namun, hingga saat ini ternyata masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam

penggunaan bahasa tersebut. Seperti telah dikemukakan pada bagian pendahuluan,

hal itu diduga antara lain karena penulis berita atau redaktur media massa

merupakan individu-individu yang dwibahasawan.

Data menunjukkan bahwa terdapat kesalahan-kesalahan pada pemakaian

ejaan, bentuk dan pilihankata, dan struktur kalimat. Dalam bab ini akan disajikan

temuan tentang kesalahan pemakaian ejaan atau ketidaktaatan penerapan kaidah

ejaan, antara lain, tampak pada pemakaian huruf capital, penulisan kata, dan

pemakaian tanda baca. Berikut ini saya sajikan kasus-kasunya.

2.1 Pemakaian Huruf Kapital

Masalah pemakaian huruf kapital, antara lain, berkaitan dengan penulisan

kata pertama pada awal paragraf. Data memperlihatkan bahwa kata-kata pertama

sering ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, baik pada Koran Kompas maupun

pada Koran Republika dan Media Indonesia. Misalnya :

LIBUR sekolah ajaran ini baru saja kita ketahui;

BELAJAR dari pengalaman tahun lalu, maka pengaturan lalu lintas untuk

pemudik dilakukan dengan lebih cermat;

TETAPI, kalau kita kaji lebih dalam sasaran perjuangan Kartini…….

Pemakaian huruf kapital pada penulisan semua kata awal paragraf itu

diduga berkaitan dengan penciptaan identitas surat kabar tersebut. Padahal,

sebagai media massa yang baik, seharusnya mereka tidak menciptakan sesuatu

yang terlalu menyimpang dari kaidah penulisan karena pemakaian huruf kapital

seluruhnya. Menurut kaidah EYD, huruf kapital dipakai pada huruf awal setiap

kata dalam judul tulisan, artikel, atau karangan berikutnya adalah pemakaian

5

Page 6: Paper 2 b. Indo

huruf awal nama diri yang ditulis dengan nama kecil. Sebaliknya huruf awal nama

jenis ditulis dengan huruf kapital. Berikut ini adalah beberapa contoh kesalahan

tersebut.

(1) Sementara itu, perkiraan import beras alternatif dalam tahun anggaran

2007/2008 adalah sehitar 3,2 ton;

(2) …disaksikan oleh Direktur Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-bangsa

(PBB),…;

(3) Mereka mengharapkan partai berlambang Banteng itu akan benar-benar

“mendengus”.

Salah satu butir kaidah ejaan menyatakan bahwa huruf kapital dipakai sebagai

huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama

badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Pada

kalimat (2), unsur kedua pada bentuk ulang nama badan (Perserikatan Bangsa-

Bangsa) tidak ditulis dengan huruf kapital. Demikian juga bentuk tahun anggaran

pada contoh kalimat (1) seharusnya ditulis dngan hurf kapital karena tahun

anggaran yang dimaksud pada konteks tertentu (2007/2008) dan merupakan nama

diri. Sebaliknya, kata banteng pada contoh kalimat (3) adalah nama jenis yang

penulisannya seharusnya dengan huruf kecil saja. Berikut ini adalah contoh

penulisan yang benar.

(1a) Sementara itu, perkiraan import beras alternatif dalam Tahun Anggaran

2007/2008 adalah sehitar 3,2 ton;

(2a) …disaksikan oleh Direktur Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB),…;

(3a) Mereka mengharapkan partai berlambang banteng itu akan benar-benar

“mendengus”.

2.2 Penulisan Kata

Kesalahan penulisan kata, baik kata turunan maupun gabungan/kata masih

terdapat dalam media massa walaupun tidak telalu banyak. Hal ini disebabkan,

6

Page 7: Paper 2 b. Indo

antara lain, oleh ketidakkonsistenan penerapan kaidah ejaan. Kesalahan penulisan

kata masih kita jumpai, seperti pada kalimat-kalimat berikut.

(1) Yang harus kita garisbawahi pada kesempatan ini adalah…

(2) Petugas polisi dan keamanan Australia sering kali bertingkah dan

bertindak…

Pada contoh kalimat (1) penulasn garisbawahi diserangkaikan, sedangkan

penulisan sering kali pada contoh kalimat (2) dipisahkan atau tidak

diserangkaikan. Sesuai dengan kaidah ejaan, penulisan bentuk dasar yang berupa

gabungan kata hanya jika pendapat awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan

kata yang langsung mengikutinya, sedangkan jika hanya mendapat akhiran saja

seperti kata garis bawahi harus ditulis terpisah. Lain halnya dengan bentuk sering

kali, bentuk ini harus ditulis serangkai dengan gabungan kata tersebut sudah

dianggap padu benar seperti halnya kata bagaimana, bilamana, padahal,

acapkali, manakala, dan barangkali. Dibawah ini adalah contoh penulisan yang

benar.

(1a) Yang harus kita garis bawahi pada kesempatan ini adalah…

(2a) Petugas polisi dan keamanan Australia seringkali bertingkah dan

bertindak…

Kekeliruan atau kesalahan penulisan kata depan atau preposisi masih juag

terdapat dalam media massa, seperti pada kalimat-kalimat berikut.

(3) … disamping harga minyak goreng yang naik di seluruh wilayah Indonesia

khususnya pulau jawa …

(4) Namun, dilain pihak, Presiden sebagai kepala pemerintahan …

(5) … di antaranya, menyangkut perihal …

Dalam contoh kalimat (3)–(5) bentuk di merupakan kata depan, bukan

awalan. Oleh karena itu, penulisan kata depan pada kata-kata dalam kalimat

tersebut harus dipisahkan dari kata yang mengikutinya. Jadi, penulisan yang benar

adalah sebagai berikut.

(3a) … di samping harga minyak goreng yang naik di seluruh wilayah Indonesia,

khususnya pulau jawa …

(4a) Namun, di lain pihak, Presiden sebagai kepala pemerintahan …

7

Page 8: Paper 2 b. Indo

(5a) … di antaranya, menyangkut perihal …

2.3 Pemakaian Tanda Baca

Kesalahan atau kekeliruan pemakaian tanda baa, antara lain, meliputi

pemakaian tanda titik, tanda koma, dan tanda pisah. Dibawah ini adalah uraiannya

satu per satu.

2.3.1 Pemakaian Tanda Titik

Data menunjukkan bahwa kesalahan atau kekeliruan pemakain

tanda titik terdapat pada penulisan gelar akademik seperti pada kata-kata

berikut.

(1) … Senin lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika DR. Muhammad

Nuh, M. SC mengigatkan kepada …

(2) Dalam Konteks ini, Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalata, SH

menyatakan …

(3) Mimbar Dra Pia Alisjahbana dalam televisi belum lama ini …

Penulisan gelar akademik pada ketiga kalimat (1)—(3) tidak sesuai

dengan kaidah ejaan. Menurut kaidah, penulisan setiap unsur singkatan

gelar akademik harus dengan tanda titik dan antara satu gelar dengan gelar

lainnya diikuti spasi. Jadi, penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan

adalah sebagai berikut.

(3a) … Senin lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika DR. Muhammad

Nuh, M. Sc. .mengigatkan kepada …

(4a) Dalam Konteks ini, Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalata, S.H.

menyatakan …

(5a) Mimbar Dra. Pia Alisjahbana dalam televisi belum lama ini …

2.3.2 Pemakaian Tanda Koma

Kesalahan pemakaian tanda koma adalah kesalahan yang

cenderung tinggi ditemukan dalam data media cetak. Hal ini disebabkan,

8

Page 9: Paper 2 b. Indo

antara lain, oleh ketidak konsistenan dalam penerapan kaidah tanda baca

atau sebagai akibat pengaruh ragam bahsa lisan.

Data yang ditemukan menunjukkan bahwa kesalahan tersebut

tampak pada pemakaian tanda koma untuk keterangan tambahan,

keterangan aposisi, bagian terakhir kalimat yang mengandung rincian,

ungkapan penghubung intrakalimat, dan ungkapan penghubung antar

kalimat. Setelah itu, kesalahan pemakaian tanda koma juga terdapat

didalam struktur kalimat majemuk, yaitu dua kalimat setara. Sebelum anak

kalimat dan sebagai penyulih konjungsi bahwa. Dibawah ini akan

paparkan kesalahan-kesalahan pemakaian tanda baca koma.

1.) Penghilangan Tanda Koma

A. Penghilangan Tanda Koma pada Keterangan Tambahan

Penghilangan tanda koma pada keterangan tambahan

seperti terdapat ada kalimat berikut.

(1) Impian panjang mereka selama 25 tahun kini menjadi nyata.

Selama 25 Tahun pada kalimat diatas merupakan frasa

keterangan tambahan. Menurut kaidah ejaan, penulisan frasa

keterangan tambahan seperti itu sebaiknya diapit oleh tanda koma

sehingga penulisannya tampak pada kalimat dibawah ini.

(1a) Impian panjang mereka selama 25 tahun kini menjadi nyata.

B. Penghilangan Tanda Koma pada Keterangan Aposisi

Penghilangan tanda koma pada keterangan aposisi, misalnya,

tampak pada kalimat berikut ini.

(2) Ketika itu, Bagir Manan Ketua Mahkamah Agung (MA)

melaporkan kepada Presiden …

Contoh tersebut adalah kalimat yang mengandung keterangan

aposisi, yaitu Ketua Mahkamah Agung (MA) menurut kaidah ejaan,

diapit oleh tanda koma. Perbaikannya seperti terlihat pada kalimat

dibawah ini.

9

Page 10: Paper 2 b. Indo

(2a) Ketika itu Bagir Manan, Ketua Mahkamah Agung (MA)

melaporkan kepada Presiden …

C. Penghilangan Tanda Koma pada Ungkapan Penghubung

Antarkalimat

Kasus penghilangan tanda koma pada ungkapan

penghubung antarkalimat sangat tinggi frekuensi pemakaiannya di

dalam data. Berikut ini adalah contoh penghilangan tnda koma

pada ungkapan penghubung antarkalimat.

(3) Bahkan ada yang sama sekali tidak menghiraukan lagi …

Kalimat yang mengandung ungkapan penghubung

antarkalimat, yaitu bahkan yangdisajikan tanpa diikuti tanda koma.

Sesuai dengan kaidah ejaan, penulisan ungkapan penghubung antar

kalimat harus diikuti tanda koma. Berikut penulisan yang benar.

(3a) Bahkan, ada yang sama

sekali tidak menghiraukan lagi …

D. Penghilangan Tanda Koma pada Ungkapan Penghubung

Intrakalimat

Ketidakkonsistenan pemakaian tanda koma sebelum

ungkapan penghubung intrakalimat tamapak pada contoh berikut.

(4) Penampilan luarnya amat mengesankan tetapi mutu

akademiknya rendah.

Menurut kaidah ejaan, pemakaian ungkapan penghubung

intrakalimat, seperti tetapi terdapat pada kalimat majemuk setara

harus didahului oleh tada koma. Dalam contoh tersebut tidak ada

tanda koma sebelum penghubung intrakalimat tersebut. Oleh

karena itu, sesuai kaidah ejaan, sebelum kata tetapi diberi tanda

koma sehingga penulisan yang benar sebagai berikut.

(4a) Penampilan luarnya amat mengesankan, tetapi mutu

akademiknya rendah.

10

Page 11: Paper 2 b. Indo

2.) Penambahan Tanda Koma

A. Penambahan Tanda Koma Sebelum Unsur Predikat

Data juga memperlihatkan bahwa penambahan tanda koma

di antara unsur subjek dan predikat merupakan masalah yang lain

pula sehubungan denagn tanda koma terutama apabila slah satu

atau kedua unsur tersebut berupa frasa nomina panjang.

(5) Bangsa Afganistan selalu berhasil mengusir pasukan

penduduk asing, justru sering gagal menata hubungan

harmonis diantara mereka sendiri.

Bangsa Afganistan selalu berhasil mengusir pasukan

penduduk asing pada contoh kalimat berfungsi sebagai subjek

kalimat yang berupa frasa nominal yang panjang. Penambahan

tanda koma di antara unsur subjek dan predikat, seperti pada

contoh, kemungkinan akibat pengaruh ragam bahsa lisan yang

dimaksud dengan tanda jeda. Menurut kaidah ejaan, pemakaian

tanda koma dalam konteks ini tidak benar (harus dibuang).

Penulisannya yang benar adalah sebagai berikut.

(5a) Bangsa Afganistan selalu berhasil mengusir pasukan

penduduk asing justru sering gagal menata hubungan

harmonis diantara mereka sendiri.

B. Penambahan Tanda Koma pada Dua Klausa Setara

Penambahan tanda koma di antar dua klausa setara terdapat

pada pemakaian bahasa Indonesia di media surat kabar; pada

contoh kalimat dan bagian kalimat berikut ini.

(6) Cara mengatasinya adalah dengan meninjau ulang semua

peraturan yang ada, dan memperbaikinya.

Contoh tersebut mengandung ungkapan penghubung

intrakalimat dan. Ungkapan penghubung itu berfungsi

menghubungkan dua klausa yang mengikutinya. Tanda koma

11

Page 12: Paper 2 b. Indo

sebelum ungkapan penghubung dan tersebut sebaiknya dihilangkan

karena hanya ada dua klausa yang dihubungkan. Sebaliknya,

apabila terdapat lebih dari dua klausa yang dihubungkan, tanda

koma perlu dicantumkan. Denagn demikian, penulisan yang benara

adalah sebagai berikut.

(6a) Cara mengatasinya adalah dengan meninjau ulang semua

peraturan yang ada dan memperbaikinya.

C. Penambahan Tanda Koma Sebelum Anak Kalimat

Contoh data berikut merupakan contoh kasus yang lain

sehubungan dengan kesalahan pemakaian tanda koma. Kalimat

berikut merupakan kalimat majemuk bertingkat.

(7) MOU ini dipandang telah menguntungkan Indoesia, karena

Indonesia mendapat …

Contoh kalimat diatas berpola induk kalimat diikuti anak

kalimat. Menurut kaidah ejaan, tanda koma tidak dipakai untuk

memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu

mengikuti induknya. Dalam contoh terdapat pemakaian tanda

koma diantara anak kalimat karean Indonesia mendapat .... Jadi,

pemakaian atau penambahan tanda koma tersebut tidaklah sesuai

dengan kaidah ejaan. Oleh karena itu, tanda koma tersebut harus

disunting. Berikut ini adalah penulisan yang benar.

(7a) MOU ini dipandang telah menguntungkan Indoesia karena

Indonesia mendapat …

3.) Tanda Koma Sebagai Penyulih Konjungsi Bahwa

Didalam penelitian ini ditemukan pula pelesapan konjungsi

bahasa yang disulih dengan tanda koma. Data seperti itu sangat tinggi

frekuensi pemakaianny dalam media cetak. Perhatikan contoh berikut :

12

Page 13: Paper 2 b. Indo

(8) Dalam keterangannya kepada pers, Menteri Sekretariat Negara

Hatta Rajasa mengemukakan. Presiden dengan tegas membantah

pendapat …

Presiden dengan tegas membantah pendapat … pada contoh

merupakan klausa anak kalimat dari bagian kalimat itu. Seperti yang

dinyatakan dalam buku pedoman ejaan, anak kalimat yang mengikuti

induk kalimat tidak dipisahkan tanda koma. Sehubungan dengan itu,

tanda koma yang terdapat pada contoh rupanya berfungsi sebagai

penyulih konjungsi bahwa pada anak kalimat tersebut. Sebagai kalimat

majemuk bertingkat, kehadiran konjungsi bahwa sebelum anak kalimat

justru wajib. Jadi, penulisannya yang benar adalah sebagai berikut.

(8a) Dalam keterangannya kepada pers, Menteri Sekretariat Negara

Hatta Rajasa mengemukakan bahwa Presiden dengan tegas

membantah pendapat …

2.3.3 Pemakaian Tanda Pisah

Kesalahan pemakaian tanda pisah yang bermakna ‘sampai dengan’

masih juga terdapat dalam media massa cetak walaupun jumlahnya masih

sedikit.

(0a) Rakernas itu berlangsung tanggal 21 – 23 Mei lalu di Jakarta dan …

(1a) … Peningkatan setiap tahunnya rata-rata 5,5% selama tahun 2006 -

2007 …

Contoh tersebut adalah bagian kalimat yang di dalamnya terdapat

tanda pisah. Maksud pemakaian tanda pisah tersebut sudah benar, yaitu

untuk diletakkan di antara dua bilangan yang bermakna ‘sampai dengan’.

Hanya saja, cara menyatakannya tidak benar. Sesuai dengan kaidah ejaan,

pengetikan tanda pisah dalam konteks itu harus dinyatakan dengan dua

buah tanda hubung, tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Dengan

demikian, kedua contoh bagian kalimat itu kekurangan satu buah tanda

hubung. Menurut kaidah pula tandapisah (--), yang panjangnya dua kali

13

Page 14: Paper 2 b. Indo

tanda hubung, boleh dipakai untuk konteks makna ‘sampai dengan’. Oleh

karena itu, penulisan yang benar adalah sebagai berikut.

(1a) Rakernas itu berlangsung tanggal 21--23 Mei lalu di Jakarta dan …

(2a) … Peningkatan setiap tahunnya rata-rata 5,5% selama tahun 2006--

2007 …

2.3.4 Pemakaian Tanda Petik

Contoh di bawah ini mengandung kesalahan pemakaian tanda

petik.

(1) Pada kesempatan lainnya Ketua Komisi B DPRD DKI itu pernah

mengungkapkan, adalah keliru jika Perda DKI dalam hal ini

berhitung untung rugi …

(2) … bahwa pemerintah seakan-akan ingin “membuldoser” atau

mencekoki DPR dengan RUU-RUU yang diajukannya.

Pada contoh kalimat (1) terdapat kalimat langsung, tetapi

penyajiannya tidak menggunakan tanda petik. Kesalahan penyajian

kalimat langsung itu menimbulkan kesan seakan-akan kalimat itu

menjadikalimat tak langsung. Sesuai dengan kaidah ejaan, kalimat

langsung itu harus disajikan dengan menggunakan tanda petik seperti pada

perbaikan kalimat (1a). berikut dari segi pemakaian, terdapat kekeliruan

besar tidak tampilnya tanda petik tersebut karena hal itu dapat ditafsirkan

sebagai kalimat jurnalis (bukan kalimat narasumber).

Lain halnya dengan data pada contoh bagian kalimat (2), tanda

petik digunakan untuk mengapit kata asing buldoser. Di dalam bukum

pedoman ejaan dinyatakan bahwa tanda petik mengapit istilah ilmiah yang

kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Jadi, pemakaian

tanda petik pada bagian kalimat itu tidak benar. Penulisan yang benar

adalah menghilangkan tanda petik dan merangkaikan imbuhan mem-

14

Page 15: Paper 2 b. Indo

dengan kata buldoser menjadi satu kata seperti pada perbaikan bagian

kalimat (2a) berikut.

(1a) Pada kesempatan lainnya Ketua Komisi B DPRD DKI itu pernah

mengungkapkan, “Adalah keliru jika Perda DKI dalam hal ini

berhitung untung rugi …”

(2a) … bahwa pemerintah seakan-akan ingin membuldoser atau

mencekoki DPR dengan RUU-RUU yang diajukannya.

15

Page 16: Paper 2 b. Indo

BAB 3

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah penulis lakukan pada

Koran Republika, Kompas, dan Media Indonesia, ternyata masih banyak

memperlihatkan kesalahan, pada aspek ejaan yang meliputi pemakaian huruf

kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

Berikut ini saya utarakan beberapa hal yang berupa kesimpulan dari

penelitian tersebut.

a. Penulisan kata pertama pada awal paragraph banyak ditulis dengan huruf

kapital seluruhnya. Diuga gaya penulisan yang salah ini berkaitan dengan

penciptaan identitas secara spesifik surat kabar bersangkutan. Padahal, sebagai

media massa yang baik, seharusnya mereka tidak menciptakan sesuatu yang

terlalu menyimpang dari kaidah penulisan karena penggunaan huruf kapital

seluruhnya yang tidak sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia.

b. Huruf awal nama diri ada yang ditulis dengan kuruf kecil. Sebaliknya, huruf

awal nama jenis ditulis huruf kapital.

c. Pengetikan tanda pisah ditulis dengan hanya satu tanda hubung dan dengan

spasi.

d. Penulisan kalimat lansung ditulis seolah-olah kalimat tidak langsung, yani

dengan menghilangkan tanda petik pada awal dan akhir kalimat.

e. Tidak digunakan tanda koma sebagai pengapit keterangan sisipan.

f. Tidak digunakan tanda koma pada keterangan aposisi.

g. Penghilangan tanda koma juga sangat tinggi frekuensinya pada (sesudah)

ungkapan pengantar penghubung.

h. Hal yang sama juga terjadi (sebelum) kata ungkapan penghubung intrakalimat.

i. Penghilangan tanda koma terdapat juga pada (sebelum) rincian terakhir.

j. Sebaliknya, dari butir (h, e, i) terjadi penggunaan penggunaan tanda koma

yang salah pada kalimat sebelum unsur predikat.

16

Page 17: Paper 2 b. Indo

k. Pembubuhan tanda koma yang salah terdapat diantara unsur subjek dan

predikat. Hal ini mungkin akibat pengaruh ragam bahasa lisan yang

disamakan dengan tanda jeda.

l. Pemakaian tanda koma yang salah terdapat juga pada (sebelum) anak kalimat.

m. Pemakaian tanda koma yang salah juga terdapat sebagai peyulih konjungsi

bahwa.

Mudah-mudahan kesimpulan penulis dapat memberikan manfaat untuk

perbaikan media massa cetak dalam penggunaan ejaan yang benar sesuai kaidah

bahasa Indonesia. Dan khususnya kita sebagai mahasiswa sebagai pengguna

sekaligus pemerhati penggunaan bahasa Indonesia untuk lebih disiplin dan kritis

dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga kesalahan-

kesalahan serupa tidak terulang lagi.

17

Page 18: Paper 2 b. Indo

DAFTAR PUSTAKA

Djabarudi, Slamet. 1991. Peningkatan Kualitas Bahas Media Massa. Jakarta :

Pusat Pembinaan dan PEngembangan Bahasa, Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan.

Susanto, Astrid S. 1978. Bahasa Indonesia sebagai Sarana Komunikasi. Jakarta :

Pusat Pembinaan dan PEngembangan Bahasa, Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan.

Umari, Darius. 1991. Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Berita Radio. Jakarta :

Pusat Pembinaan dan PEngembangan Bahasa, Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan.

Dra. Rusmiati, M.Hum. 2007. Handout Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Jakarta :

STIA LAN.

18