Parasit 1

8
1. Argulus sp Kerajaan: Animalia Filum: Arthropoda Sub Filum: Crustacea Kelas: Maxillopoda Sub kelas: Branchiura Ordo: Arguloida Family : Argulidae Genus : Argulus Argulus adalah salah satu jenis parasit terbesar yang dapat dilihat dengan mata telanjang karena ukurannya antara 5 sampai 10 mm. Parasit jenis ini biasa ditemukan di belakang sirip atau sekitar kepala, atau di lokasi terlindung. Argulus atau biasa disebut kutu ikan adalah kelompok parasit dari sub filum krustasea dan masuk dalam kelas Maxillopoda. Parasit ini memiliki tubuh rata oval mirip kuku, yang hampir seluruhnya ditutupi oleh karapas lebar, mata majemuk menonjol, dan antenna yang termodifikasi membentuk mulut, memiliki belalai berduri yang digunakan sebagai senjata untuk mengisap darah ikan sehingga ikan akan menjadi kurus. Mereka memiliki dua pasang toraks, yang digunakan untuk berenang antara inang yang berbeda. Argulus merupakan ancaman yang sangat serius bagi kesehatan ikan, karena dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Ikan yang terinfeksi biasanya terdapat bercak perdarahan dan kulit terjadi pembengkakan disekitar insang atau sirip. Selama siklus hidupnya, Argulus menggunakan ikan sebagai inangnya, mereka menginfeksi jenis ikan air tawar dan ikan laut. Argulus menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya dengan berenang di sekitar inangnya dan pada saat itulah terjadi perkawinan antara jantan dan betina. Telur yang sudah dibuahi selanjutnya akan terendam secara aman dalam sisik ikan dan setelah menetas Argulus tersebut akan bermetamorfosis menuju dewasa. Seluruh siklus memakan waktu antara 3-10 hari tergantung pada suhu. Setelah menetas mereka harus menemukan inang baru dalam sekitar 4 hari atau mereka akan mati. Argulus sp. merupakan ektoparasit ikan yang menyebabkan penyakit argulosis. Parasit ini masuk ke dalam tempat pemeliharaan dan menginfeksi ikan biasanya melalui pergesekan antar kulit ikan yang terinfeksi Argulus sp. (Dana & Angka, 1990). Sifat parasitik Argulus sp. cenderung temporer yaitu mencari inangnya secara acak dan dapat berpindah dengan bebas pada tubuh ikan lain atau bahkan meninggalkannya. Hal ini dapat dilakukan karena Argulus sp. mampu bertahan hidup selama beberapa hari di luar inang (Purwakusuma, 2007). Menurut Diani (1995) dalam Prasetya et al. (2004) serangan parasit lebih sering mematikan pada ikan-ikan muda yang biasanya berukuran kecil karena system pertahanan tubuhnya belum berkembangnya. Selain menginfeksi ikan, Argulus sp. juga dapat berperan sebagai vektor bagi virus atau bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada ikan (Afrianto & Liviawaty, 1995; Yildiz & Kumantas, 2002; Tam, 2005). Bakteri, virus dan organisme penyakit lainnya dapat masuk ke dalam tubuh ikan karena integumen sebagai pertahanan pertama ikan telah dirusak oleh Argulus sp. (Heckmann, 2003). Efek Argulus sp. terhadap inang tergantung pada derajat infeksi dan ukuran inang (Roberts, 1978 dalam Walker, 2005). Menurut Lester & Roubal (1995) dalam Walker (2005) 1 atau 2 parasit Argulus sangat berdampak nyata pada juvenile ikan. Derajat infeksi 1–3 Argulus sp. pada ikan maskoki berukuran 5,2– 5,7 cm (juvenile) termasuk dalam kategori berat walaupun jumlah parasit tersebut sedikit (Yildiz & Kumantas, 2002). Pada ikan maskoki dewasa jika terdapat 1–3 Argulus sp. maka infeksi tersebut dikategorikan ringan dan termasuk infeksi kategori berat jika terdapat 4 atau lebih oleh Argulus sp. 2. Lernea sp Kerajaan: Animalia Filum: Arthropoda Subphylum: Crustacea Kelas: Maxillopoda Subclass: Copepoda Urutan: Cyclopoida Keluarga: Lernaeidae Genus: Lernaea Lernaea (juga salah dieja Lernea) atau biasanya disebut cacing jangkar, merupakan parasit pada ikan air tawar. Di sebut cacing jangkar karena pada bagian kepalanya terdapat organ yang menyerupai jangkar, sehingga dengan perantaraan organ inilah cacing jangkar menempelkan dirinya ke tubuh ikan. Pada stadium copepodid, cacing jangkar ini hidup di sekeliling tubuh ikan dan menggigit kulit/lendir ikan. Pada stadium ini, cacing tersebut sangat peka terhadap beberapa jenis obat-obatan. Memasuki stadium dewasa, cacing ini cacing dibagi menjadi dua kelompok, yaitu stadium cyclopoid dan stadium dewasa. Selama stadium cyclopoid, lernea hidup di sekeliling tubuh ikan dan juga tidak tahan terhadap pengaruh obat-obatan. Cacing jangkar betina akan menusukkan ke¬palanya ke jaringan kulit/daging ikan. Pada bagian yang ditusuk akan terlihat luka dan membengkak, namun karena ukurannya masih ter¬lalu kecil, agak sulit untuk melihatnya dengan mata biasa. Individu dewasa sudah dapat dilihat dengan mata biasa. Bagian tubuhnya yang terdapat di luar tubuh ikan akan tampak membesar, karena mempunyai sepasang kantung telur. Jika telurnya menetas, maka nauplius akan berenang keluar dari dalam kantung untuk mencari ikan. Hampir semua jenis ikan air tawar dapat terserang oleh cacing jangkar ini, terutama pada musim pembenihan atau pendederan. Ikan yang terserang umumnya mengalami luka pada tubuhnya dan terlihat adanya cacing jangkar yang menempel. Pencegahan

description

Parasit 1

Transcript of Parasit 1

Page 1: Parasit 1

1. Argulus sp

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Sub Filum: Crustacea

Kelas: Maxillopoda

Sub kelas: Branchiura

Ordo: Arguloida

Family : Argulidae

Genus : Argulus

Argulus adalah salah satu jenis parasit terbesar yang dapat dilihat dengan mata telanjang karena ukurannya antara 5 sampai 10 mm. Parasit jenis ini biasa ditemukan di

belakang sirip atau sekitar kepala, atau di lokasi terlindung. Argulus atau biasa disebut kutu ikan adalah kelompok parasit dari sub filum krustasea dan masuk dalam

kelas Maxillopoda. Parasit ini memiliki tubuh rata oval mirip kuku, yang hampir seluruhnya ditutupi oleh karapas lebar, mata majemuk menonjol, dan antenna yang

termodifikasi membentuk mulut, memiliki belalai berduri yang digunakan sebagai senjata untuk mengisap darah ikan sehingga ikan akan menjadi kurus. Mereka memiliki

dua pasang toraks, yang digunakan untuk berenang antara inang yang berbeda. Argulus merupakan ancaman yang sangat serius bagi kesehatan ikan, karena dapat

menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Ikan yang terinfeksi biasanya terdapat bercak perdarahan dan kulit terjadi pembengkakan disekitar insang atau sirip.

Selama siklus hidupnya, Argulus menggunakan ikan sebagai inangnya, mereka menginfeksi jenis ikan air tawar dan ikan laut. Argulus menghabiskan sebagian besar

waktu hidupnya dengan berenang di sekitar inangnya dan pada saat itulah terjadi perkawinan antara jantan dan betina. Telur yang sudah dibuahi selanjutnya akan

terendam secara aman dalam sisik ikan dan setelah menetas Argulus tersebut akan bermetamorfosis menuju dewasa. Seluruh siklus memakan waktu antara 3-10 hari

tergantung pada suhu. Setelah menetas mereka harus menemukan inang baru dalam sekitar 4 hari atau mereka akan mati.

Argulus sp. merupakan ektoparasit ikan yang menyebabkan penyakit argulosis. Parasit ini masuk ke dalam tempat pemeliharaan dan menginfeksi ikan biasanya melalui

pergesekan antar kulit ikan yang terinfeksi Argulus sp. (Dana & Angka, 1990). Sifat parasitik Argulus sp. cenderung temporer yaitu mencari inangnya secara acak dan

dapat berpindah dengan bebas pada tubuh ikan lain atau bahkan meninggalkannya. Hal ini dapat dilakukan karena Argulus sp. mampu bertahan hidup selama beberapa

hari di luar inang (Purwakusuma, 2007). Menurut Diani (1995) dalam Prasetya et al. (2004) serangan parasit lebih sering mematikan pada ikan-ikan muda yang biasanya

berukuran kecil karena system pertahanan tubuhnya belum berkembangnya. Selain menginfeksi ikan, Argulus sp. juga dapat berperan sebagai vektor bagi virus atau

bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada ikan (Afrianto & Liviawaty, 1995; Yildiz & Kumantas, 2002; Tam, 2005).

Bakteri, virus dan organisme penyakit lainnya dapat masuk ke dalam tubuh ikan karena integumen sebagai pertahanan pertama ikan telah dirusak oleh Argulus sp.

(Heckmann, 2003). Efek Argulus sp. terhadap inang tergantung pada derajat infeksi dan ukuran inang (Roberts, 1978 dalam Walker, 2005). Menurut Lester & Roubal

(1995) dalam Walker (2005) 1 atau 2 parasit Argulus sangat berdampak nyata pada juvenile ikan. Derajat infeksi 1–3 Argulus sp. pada ikan maskoki berukuran 5,2– 5,7

cm (juvenile) termasuk dalam kategori berat walaupun jumlah parasit tersebut sedikit (Yildiz & Kumantas, 2002). Pada ikan maskoki dewasa jika terdapat 1–3 Argulus sp.

maka infeksi tersebut dikategorikan ringan dan termasuk infeksi kategori berat jika terdapat 4 atau lebih oleh Argulus sp.

2. Lernea sp

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Subphylum: Crustacea

Kelas: Maxillopoda

Subclass: Copepoda

Urutan: Cyclopoida

Keluarga: Lernaeidae

Genus: Lernaea

Lernaea (juga salah dieja Lernea) atau biasanya disebut cacing jangkar, merupakan parasit pada ikan air tawar. Di sebut cacing jangkar karena pada bagian kepalanya

terdapat organ yang menyerupai jangkar, sehingga dengan perantaraan organ inilah cacing jangkar menempelkan dirinya ke tubuh ikan.

Pada stadium copepodid, cacing jangkar ini hidup di sekeliling tubuh ikan dan menggigit kulit/lendir ikan. Pada stadium ini, cacing tersebut sangat peka terhadap

beberapa jenis obat-obatan. Memasuki stadium dewasa, cacing ini cacing dibagi menjadi dua kelompok, yaitu stadium cyclopoid dan stadium dewasa. Selama stadium

cyclopoid, lernea hidup di sekeliling tubuh ikan dan juga tidak tahan terhadap pengaruh obat-obatan. Cacing jangkar betina akan menusukkan ke¬palanya ke jaringan

kulit/daging ikan. Pada bagian yang ditusuk akan terlihat luka dan membengkak, namun karena ukurannya masih ter¬lalu kecil, agak sulit untuk melihatnya dengan mata

biasa. Individu dewasa sudah dapat dilihat dengan mata biasa. Bagian tubuhnya yang terdapat di luar tubuh ikan akan tampak membesar, karena mempunyai sepasang

kantung telur. Jika telurnya menetas, maka nauplius akan berenang keluar dari dalam kantung untuk mencari ikan.

Hampir semua jenis ikan air tawar dapat terserang oleh cacing jangkar ini, terutama pada musim pembenihan atau pendederan. Ikan yang terserang umumnya

mengalami luka pada tubuhnya dan terlihat adanya cacing jangkar yang menempel. Pencegahan terhadap serangan cacing jangkar dapat dilakukan dengan melakukan

pengeringan kolam, filter air sebelum dialirkan ke kolam atau menggunakan bahan kimia untuk membasmi cacing jangkar pada stadium nauplius dan copepodid. Upaya

pengendalian terhadap serangan cacing jangkar dewasa sulit dilakukan, karena cacing ini memiliki kulit khitin yang tahan terhadap pengaruh senyawa kimia.

Penggunaan gunting cukup efektif untuk memberantas cacing jangkar dewasa. Guntinglah bagian tubuh cacing jangkar yang menempel pada tubuh ikan dan segera

dimus¬nahkan dengan cara mengubur atau membakarnya, sedangkan bagian kepalanya dibiarkan tinggal di dalam tubuh ikan. Untuk menghindari terjadinya infeksi

sekunder, ikan direndam dalam larutan Tetracyclin 250 mg per 500 liter air selama 2 – 3 jam. Proses perendaman ini dapat diulangi selama 3 hari berturut-turut. Atau

dapat dilakukan dengan senyawa kimia berupa larutan Bro¬mex 0,12 – 0,15 ppm. Cacing jangkar pada stadium copepodid dapat dibunuh dengan merendam ikan yang

terserang ke dalam larutan Dipterex 0,25 ppm selama 4 – 6 jam.

Page 2: Parasit 1

Gejala cacing jangkar dapat sebagai berikut:

• Cacing jangkar (Lernaea) dapat dilihat dengan mata telanjang

• Sering menggosok gosokan badan

• Area yang terinfeksi akan kelihatan kemerahan

• Peradangan pada tubuh ikan

• Kesulitan bernafas

• Biasanya ikan menjadi malas

3. Cichlidogyrus sp

Parasit ini banyak menyerang pada ikan nila dan termasuk eksternal parasit dan termasuk pada golongan cacing monogenea, organ yang di serang biasanya pada

bagian insang dan lendir tapi jarang menyerang pada bagian lendir atau kulit ikan. parasit ini dalam segi bentuknya lebih menyerupai Dactylogyrus sp, akan tetapi

serangannya hanya banyak di temukan di ikan nila. Ciri ciri parasit ini antara lain:

• Panjang tubuhnya 200 - 400 mikro meter dan lebar 44 - 124 mikro meter, Mempunyai 2 mata,

• Organ kopulasinya terdiri atas ejakulator yang berbentuk seperti selang dengan panjang 42 - 90 mikro meter dan Dinding saluran tipis dengan lubang proyeksi yang

kecil.

• Cacing ini mempunyai dua pasang anchor yang disokong dua bar. anchor yang pertama berkaitan dengan bar-V panjangnya 26 - 30 mikro meter, dan anchor lainnya

berkaitan berkaitan dengan X, panjangnya 24 - 28 mikro meter. bar V panjangnya 4 - 10 mikro meter, terdapat 14 marginal hook, dan panjang terminal hook 4 - 8 mikro

meter.

 

Klasifikasi Hewan Kerajaan/Kingdom Animalia - Pembagian Jenis/Macam atau Kategori Binatang Terbagi Menjadi 10 Filum/PhylumSun, 12/11/2006 - 11:04am — godam64

Hewan atau animal yang kita kenal selama ini dapat dibagi manjadi sepuluh macam filum / phylum yaitu protozoa, porifera, coelenterata,

platyhelminthes, nemathelminthes, annelida, mollusca, echinodermata, arthropoda dan chordata.

1. Phylum / Filum Protozoa atau Protosoa

Protozoa adalah hewan bersel satu karena hanya memiliki satu sel saja alias bersel tunggal dengan ukuran yang mikroskopis hanya dapat dilihat

dengan mikroskop. Protozoa dapat hidup di air atau di dalam tubuh makhluk hidup atau organisme lain sebagai parasit. Hidupnya dapat sendiri atau

soliter atau beramai-ramai atau koloni. Contohnya : amuba / amoeba.

2. Phylum / Filum Porifera

Porifera adalah binatang atau hewan berpori karena tubuhnya berpori-pori mirip spon dengan bintang karakter terkenal spongebob squarepants

hidup di air dengan memakan makanan dari air yang disaring oleh organ tubuhnya. Contohnya : bunga karang, spons, grantia.

3. Phylum / Filum Coelenterata atau Coelentrata

Coelenterata adalah hewan berongga bersel banyak yang memiliki tentakel contohnya seperti ubur-ubur dan polip. Simetris tubuh coelenterata

adalah simetris bilateral hidup di laut. Contohnya yaitu hydra, koral, polip dan jellyfish atau ubur-ubur.

4. Phylum / Filum Platyhelminthes

Platyhelminthes adalah binatang sejenis cacing pipih dengan simetri tubuh simetris bilateral tanpa peredaran darah dengan pusat syarah yang

berpasangan. Cacing pipih kebanyakan sebagai biang timbulnya penyakit karena hidup sebagai parasit pada binatang / hewan atau manusia.

Contohnya antara lain seperti planaria, cacing pita, cacing hati, polikladida.

5. Phylum / Filum Nemathelminthes

Nemathelminthes atau cacing gilik / gilig adalah hewan yang memiliki tubuh simetris bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tiak ada

sistem peredaran darah. Contoh cacing gilik : cacing askaris, cacing akarm cacing tambang, cacing filaria.

6. Phylum / Filum Annelida atau Anelida

Annelida adalah cacing gelang dengan tubuh yang terdiri atas segmen-segmen dengan berbagai sistem organ tubuh yang baik dengan sistem

peredaran darah tertutup. Annelida sebagian besar memiliki dua kelamin sekaligus dalam satu tubuh atau hermafrodit. Contohnya yakni cacing

tanah, cacing pasir, cacing kipas, lintah / leeches.

Page 3: Parasit 1

7. Phylum / Filum Mollusca atau Molusca / Moluska

Mollusca adalah hewan bertubuh lunak tanpa segmen dengan tubuh yang lunak dan biasanya memiliki pelindung tubuh yang berbentuk cangkang

atau cangkok yang terbuat dari zat kapur untuk perlindungan diri dari serangan predator dan gangguan lainnya. Contoh molluska : kerang, nautilus,

gurita, cumi-cumi, sotong, siput darat, siput laut, chiton.

8. Phylum / Filum Echinodermata atau Ecinodermata

Echinonermata adalah binatang berkulit duri yang hidup di wilayah laut dengan jumlah lengan lima buah bersimetris tubuh simetris radial. Beberapa

organ tubuh echinodermata sudah berkembang dengan baik. Misalnya teripang / tripang / ketimun laut, bulu babi, bintang ular, dolar pasir, bintang

laut, lilia laut.

9. Phylum / Filum Arthropoda atau Atropoda

Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali dan organ tubuh telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda

terbagi atas segmen-segmen yang berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh : laba-laba, lipan, kalajengking, jangkrik, belalang,

caplak, bangsat, kaki seribu, udang, lalat / laler, kecoa.

10. Phylum / Filum Chordata

Chordata adalah hewan yang memiliki notokorda atau chorde yaitu tali sumbu tubuh syaraf belakang dengan rangka. Ukuran chordata beragam ada

yang besar dan ada yang kecil dengan otak yang terlindung tengkorak untuk berfikir. Contoh chordata adalah manusia, cacing acorn, ikan lancet,

ikan paus pembunuh, katak, burung puyuh, kalkun, lemur, beruk, macan, kucing, dan lain sebagainya.

Klasifikasi InvertebrataAuthor: sita rahmana  //  Category: Uncategorized

Klasifikasi Invertebrata

Klasifikasi Hewan Kerajaan/Kingdom Animalia – Pembagian Jenis/Macam atau

Kategori Binatang Terbagi Menjadi 10 Filum/Phylum Hewan atau animal yang kita kenal selama ini dapat dibagi manjadi sepuluh macam filum / phylum yaitu protozoa, porifera,

coelenterata, platyhelminthes, nemathelminthes, annelida, mollusca, echinodermata, arthropoda dan chordata.

1. Phylum / Filum Protozoa atau Protosoa

Protozoa adalah hewan bersel satu karena hanya memiliki satu sel saja alias bersel tunggal dengan ukuran yang mikroskopis hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Protozoa

dapat hidup di air atau di dalam tubuh makhluk hidup atau organisme lain sebagai parasit.

Hidupnya dapat sendiri atau soliter atau beramai-ramai atau koloni. Contohnya : amuba / amoebia.

Page 4: Parasit 1

        Protozoa

2. Phylum / Filum Porifera

Porifera adalah binatang atau hewan berpori karena tubuhnya berpori-pori mirip spon dengan bintang karakter terkenal spongebob squarepants hidup di air dengan

memakanmakanan dari air yang disaring oleh organ tubuhnya. Contohnya : bunga karang, spons,

grantia.

Sponge

3. Phylum / Filum Coelenterata

Coelenterata adalah hewan berongga bersel banyak yang memiliki tentakel contohnya seperti ubur-ubur dan polip. Simetris tubuh coelenterata adalah simetris bilateral hidup di

laut.

Contohnya yaitu hydra, koral, polip dan jellyfish atau ubur-ubur.

Page 5: Parasit 1

Coelenterata

4. Phylum / Filum Platyhelminthes

Platyhelminthes adalah binatang sejenis cacing pipih dengan simetri tubuh simetris bilateral tanpa peredaran darah dengan pusat syarah yang berpasangan. Cacing pipih

kebanyakan sebagai biang timbulnya penyakit karena hidup sebagai parasit pada binatang / hewan atau manusia. Contohnya antara lain seperti planaria, cacing pita, cacing hati,

polikladida.

Page 6: Parasit 1

5. Phylum / Filum Nemathelminthes

Nemathelminthes atau cacing gilik / gilig adalah hewan yang memiliki tubuh simetris bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tiak ada sistem peredaran darah.

Contoh cacing gilik : cacing askaris, cacing akarm cacing tambang, cacing filaria.

Ascaris

6. Phylum / Filum Annelida atau Anelida Annelida adalah cacing gelang dengan tubuh yang terdiri atas segmen-segmen dengan berbagai sistem organ tubuh yang baik dengan

sistem peredaran darah tertutup. Annelida sebagian besar memiliki dua kelamin sekaligus dalam satu tubuh atau hermafrodit.

Contohnya yakni cacing tanah, cacing pasir, cacing kipas, lintah / leeches.

Page 7: Parasit 1

Cacing tanah

7. Phylum / Filum Mollusca atau Molusca / Moluska

Mollusca adalah hewan bertubuh lunak tanpa segmen dengan tubuh yang lunak dan biasanya memiliki pelindung tubuh yang berbentuk cangkang atau cangkok yang terbuat dari

zat kapur untuk perlindungan diri dari serangan predator dan gangguan lainnya. Contoh molluska : kerang, nautilus, gurita, cumi-cumi, sotong, siput darat, siput laut, chiton

8. Phylum / Filum Echinodermata atau Ecinodermata

Echinonermata adalah binatang berkulit duri yang hidup di wilayah laut dengan jumlah lengan lima buah bersimetris tubuh simetris radial. Beberapa organ tubuh echinodermata

sudah berkembang dengan baik. Misalnya teripang / tripang / ketimun laut, bulu babi, bintang ular, dolar pasir, bintang laut, lilia laut.

Page 8: Parasit 1

9. Phylum / Filum Arthropoda

Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali dan organ tubuh telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda terbagi atas segmen-segmen yang

berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh : laba-laba, lipan, kalajengking, jangkrik, belalang, caplak, bangsat, kaki seribu, udang, lalat / laler, kecoa.

DAFTAR PUSTAKA

http:// www.organisasi. org

http://biology.about.com/library/weekly/aa031600a.htm

http://wikipedia.com/kerajaan(biologi)

Suripto, A. Bambang. 2007. Catatan Singkat Taksonomi Hewan Vertebrata.

Lab. Taksonomi Hewan Fakultas Biologi UGM