Patofisiologi Stroke Infark Akibat Tromboemboli
-
Upload
kiageng-nico -
Category
Documents
-
view
166 -
download
8
Transcript of Patofisiologi Stroke Infark Akibat Tromboemboli
PATOFISIOLOGI STROKE INFARK AKIBAT TROMBOEMBOLI I. PENDAHULUAN
Stroke adalah penyakit yang merupakan penyebab kematian tersring
ke tiga di negara Amerika, merupakan penyakit yang paling sering
menimbulkan
kecacatan.Menurut American Heart Association, diperkirakan terjadi 3
juta
penderita stroke pertahun, dan 500.000 penderita stroke yang baru
terjadi
pertahun. Sedangkan angka kematian penderita stroke di Amerika
adalah 50-
100/100.000 penderita pertahun. Angka kematian tersebut mulai
menurun sejak
awal tahun 1900, dimana angka kematian sesudah tahun 1969 menurun
hingga
5% pertahun. Beberapa peneliti mengatakan bahwa hal tersebut akibat
kejadian
penyakit yang menurun yang disebabkan karena kontrol yang baik
terhadap
faktor resiko penyakit stroke.
Di Indonesia masih belum terdapat epidemiologi tentang insidensi dan
prevalensi penderita stroke secara nasional. Dari beberapa data penelitia
yang
minim pada populasi masyarakat didapatkan angka prevalensi penyakit
stroke
pada daerah urban sekitar 0,5% (Darmojo , 1990) dan angka insidensi
penyakit
stroke pada darah rural sekitar 50/100.000 penduduk (Suhana, 1994).
Sedangkan dari data survey Kesehatan Rumah Tangga (1995) DepKes RI,
menunjukkan bahwa penyakit vaskuler merupakan penyebab kematian
pertama
di Indonesia.
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa pencegahan dan
pengobatan yang tepat pada penderita stroke merupakan hal yang
sangat
penting, dan pengetahuan tentang patofisiologi stroke sangat berguna
untuk
menentukan pencegahan dan pengobatan tersebut, agar dapat
menurunkan
angka kematian dan kecacatan.
Berdasarkan gejala klinis, Infark serebri dapat dibagi menjadi 3, yaitu
Infark aterotrombotik (aterotromboli), Infark kardioemboli, dan Infark
lakuner.
Menurut Warlow, dari penelitia pada populasi masyarakat, Infark
aterotrombotik
merupakan penyebab stroke yang paling sering terjadi, yaitu ditemukan
pada
50% penderita aterotrombotik bervariasi antara 14-40%. Infark
aterotrombotik
terjadi akibat adanya proses aterotrombotik pada arteri ekstra dan
intrakranial.
Proses aterotrombotik tejadi melalui 2 cara, yaitu:
1. Aterotrombotik in situ, terjadi akibat adanya plak yang terbentuk
akibat
proses aterosklerotik pada dinding pembuluh darah intrakranial, dimana
plak
tersebut membesar yang dapat disertai dengan adanya trombus yang
melapisi pembuluh darah arteri tersebut. Apabila proses tersebut terus
berlangsung maka akan terjadi penyumbatan pembuluh darah tersebut
dan
penghentian aliran darah disebelah distal.
2. Tromboemboli (artery to artery embolus), terjadi akibat lepasnya plak
aterotrombolik yang disebut sebagai emboli, yaitu akan menyumbat
arteri
disebelah distal dari arteri yang mengalami proses aterosklerotik.
II. POLA TERJADINYA ATEROMA
A. Distribusi Pembentukan Ateroma
Ateroma sering ditemukan pada arang tua, akan tetapi proses
pembentukannya telah terjadi sejak masa kanak-kanak hingga dewasa
muda.
Proses tersebut terus berlangsung tanpa menimbulkan gejala selama 20-
30
tahun. Ateroma biasanya terjadi pada arteri yang berukuranbesar (arkus
aorta)
dan arteri yang berlekuk-lekuk (sifon karotis), dan arteri yang konfluen
(a.basilaris). Sedangkan pada tempat yang jarang terjadi pembentukan
ateroma
yaitu pada ujung distal arteri karotis interna hingga karotikus dan pada
arteri
serebri anterior. Sehingga lepasnya ateroma tersebut lebih sering
menyebabkan
penyumbatan pada arteri serebri media.
Adanya distribusi khusus terjadinya ateroma diatas sebenarnya
disebabkan karena adanya haeomodynamics shear stress dantrauma
endotel
pembuluh darah pada daerah tersebut, yaitu pada tempat dimana
terdapat
perbedaan aliran darah, stagnasi darah dan turbulensi.
Proses pembentukan ateroma dapat terjadi hanya pada satu sisi
pembuluh darah saja, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
geometri
anatomi pembuluh darah secara individual. Biasanya disertai oleh adanya
proses
aterosklerotik yang ditemukan di tempat lain, yaitu dengan adanya
angina atau
Infark miokardium, atau claudicasio. Proses pembentukan ateroma
tersebut yang
terjadi di berbagai arteri, diotak, aorta, atau pembuluh darah lain
mempunyai
proses ygsama. Adanya faktor genetika juga berpengaruh pada proses
tersebut,
yang diperberat dengan faktor lain seperti hipertensi. Hal ini
menjelaskan
mengapa pada ras kulit hitam dan kulit berwarna lebih sering terbentuk
ateroma
pada arterioklerotik intrakranial dibandingkan pada arteri ekstrakranial
B. Proses Pembentukan Ateroma
Pembentukan ateroma sebenarnya telah dimulai dengan pembentukan
Fatty streak sejak masa kanak-kanak. Proses tersebut dimulai dengan
adanya
kerusakan jaringan. Pada hipotesa Response to Injury Hypothesis,
penyebab
kerusakan pada endotel, baik perubahan struktural ataupun perubahan
fungsional, akibat adanya faktor-faktor seperti hiperkholesterolemia
kronis,
adanya perubahan fungsional shear stress aliran darah pada endotel
pembuluh
darah,ataupun adanya disfungsi akibat toksin atau zat-zat lain.
Kerusakan
endotel tersebut menyebabkan perubahan permiabilitas endotel,
perubahan selsel
endotel atau perubahan hubungan antara sel endotel dan jaringan ikat
dibawahnya, sehingga daya aliran darah didalamnya dapat menyebabkan
pelepasan sel endotel kemudian terjadi hubungan langsung antara
komponen
darah dan dinding arteri. Kerusakan endotel akan menyebabkan
pelepasan faktor
pertumbuhan yang akan merangsang masuknya monosit ke lapisan
intima
pembuluh darah. Lipid akan masuk kedalam pembuluh darah melalui
trasnport
aktif danpasif. Monosit pada dinding pembuluh darah akan berubah
menjadi
mikrofag akan memfagosit kholesterol LDL, sehingga akan terbentuk
foam sel.
Oleh karena itu, gambaran mikroskopis dari fatty streak akan berupa
kumpulan
sel-sel yang berisi lemak sehingga tampak seperti busa yang disebut
sebagai
foam cells. Beberapa tahun kemudian proses tersebut berlanjut dengan
terjadinya sel-sel otot polos arteri dari tunika adventisia ke tunika intima
akibat
adanya pelepasan platelet derived grawth factor (PDGF) oleh makrofag,
sel
endotel, dan trombosit. Selain itu, sel-sel otot polos tersebut yang
kontraktif
akan berproliferasi danakan berubah menajdi lebih sintesis (fibrosis).
Makrofag,
sel endotel, sel otot polos maupun limfosit T (terdpat pada stadium awal
plak
aterosklerosis) akan mengeluarkan sitokines yang memperkuat interaksi
antara
sel-sel tersebut. Adanya penimbunan kolesterol intra dan eksta seluler
disertai
adanya fibrosis maka akan terbentuk plak fibrolipid. Pada inti dari plak
tersebut,
sel-sel lemak dan lainnya akan menjadi nekrosis dan terjadi kalsifikasi.
Plak ini
akan menginvasi dan menyebar kedalam tunika media dinding pembuluh
darah,
sehingga pembuluh darah akan menebal dan terjadi penyempitan lumen.
Degenerasi dan perdarahan pada pembuluh darah yang mengalami
sklerosis (akibat pecahnya pembuluh darah vasa vasorum) akan
menyebabkan
kerusakan endotel pembuluh darah. Hal ini akan terjadi perangsangan
adhesi,
aktifasi dan agregasi trombosit, yang mengawali koagulasi darah dan
trombosis.
Trombosit akan terangsang dan menempel pada endotel yang rusak,
sehingga
terbentuk plak aterotrombotik.
C. Trombosis
Pembentukan trombus arteri dipengaruhi oleh 3 bagian yang penting,
yaitu adanya keadan subendotel vaskuler, trombin dan metabolisme
asam
arakhidonat. Trombolis diawali dengan adanya kerusakan endotel,
sehingga
tampak jaringan kolagen dibawahnya. Sherry mengatakan pula bahwa
proses
trombosis terjadi akibat adanya interaksi antara trombosit dandinding
pembuluh
darah, akibat adanya kerusakan endotel pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang normal bersifat antitrombosis, hal ini
disebabkan
karena adanya glikoptotein dan proteoglikan yang melapisi sel endotel
dan
adanya prostasiklin (PGI2) pada endotel yang bersifat vasodilator dan
inhibisi
paltelet agregasi.Pada endotel yang mengalami kerusakan, darah akan
berhubungan dengan serat-serat kolagen pembuluh darah, kemudian
akan
merangsang trombosit dan agregasi trombosit dan merangsang
trombosit
mengeluarkan zat-zat yang terdapat didalam granula-granula didalam
trombosit
dan zat-zat yang berasal dari makrofag yang mengandung lemak.
Gambar-1: Distribusi ateroma Gambar-2: Pembentukan ateroma
(Warlow, 1997) (Warlow, 1997)
Akibat adanya reseptor pada trombosit menyebabkan perlekatan
trombosit
dengan jaringan kolagen pembuluh darah. Perlekatan tersebut
ditentukan pula
oleh adanya unsur-unsur matriks pembuluh darah dankecapatan aliran
darah.
Trombosit yang teraktifasi akan berubah bentuk menjadi bulat dan
menggelembung, membentuk psodopodia, dan menampilkan glikoprotein
pada
permukaan membran trombosit sebagai reseptor. Perlekatan trombosit
dengan
serat kolagen melalui Von Willebrand factor (VWF).Perlekatan tersebut
akan
merangsang pelepasan Platelet Factor 3 (PF3=Clot accelerating factor).
Bila
terdapat kerusakan pembuluh darah, akan menyebabkan bertambah
banyaknya
zat-zat yang biasanya terdapat pada pembuluh darah yang normal,
seperti seratserat
kolagen,katekolamin, adrenalin, noradrenalin, dan juga ADP, dimana
akan
menyebabkan bertambah eratnya perlekatan trombosit.
Pada kecepatan aliran darah yang cepat, perlekatan trombosit pada
ajringan kolagen melibatkan reseptor glikoprotein (GP) yaitu GP VI dan
GP Ib- VIX
pada Von Willebrand factor (vWF). Sedangkan pada aliran darah yang
lambat,
akan melibatkan reseptor GP VI, Integrin 2 1, dan GP Ib-V-IX pada
vWF.
Adanya kerusakan dinding pembuluh darah juga menyebabkan
pelepasan tromboplastin (Tissue factor III) dan faktor hageman (Contact
factor
XII) dari jaringan yang akan menyebabkan pembentukan trombin dari
protrombin. Trombin akan memacu agregasi trombosit danmerangsang
perubahan fibrinogen menjadi fibrin, dimana fibrin akan mempererat
perlekatan
trombosit dan merangsang p-selektin sel endotel yang menambah
permeabilitas
sel. Trombin mengikat trombosit melalui 2 reseptor,yaitu moderate
affinity
reseptor dan high affinity receptor (GP IbV-IX dan vWF receptor). Fibrin
akan
memacu adesi trombosit,hal ini terjadi karena adanya reseptor GP Iib-
IIIa
(integrin IIB3) pada fibrin tersebut.
Pengikatan trombosit dengan jaringan kolagen pembuluh darah
mengaktivasi trombosit untuk merangsang pelepasan Ca++, juga akan
merangsang pembentukan psodopodia dan penyebaran sel trombosit.
Saat trombosit mengalami adesi dan penyebaran, -granul dan delta
granul yang berada di dalam trombosit akan berkumpul ditengah sel
trombosit.
Bila terdapat aktivasi, alfa dan delta granul tersebut akan berjalan
menuju ke
membran trombosit, danakan melepaskan zat-zat didalamnya, seperti
ADP,
epinephrine, Ca++, PGDF (platelet growth derived factor), -TG
(thrombo
globulin), PF-4 (platelet 4=antiheparin factor), 5HT (serotonin), vWF (von
Willebrand factor), dan fibrinogen, ATP, adenosine nukleotides, dan juga
kalium
ke dalam plasma darah. Zat-zat tersebut akan merangsang terjadinya
agregsi
trombosit laindisekitarnya. ADP yang berkaitan dengan reseptor P2Y1
yang
terdapat pada trombosit, menyebabkan pelepasan agregasi trombosit
yang
irreversibel.
Asam arakhidonik dilepaskan dari fosfolipdi membran sel oleh enzim
fosfolipase A-2 atau oleh bahan kimia, hormon tertentu, stimuli mekanik,
trombin, norepineprin, bradikinin, trauma fisik dan sebagainya.
Asam arakhidonat dilepaskan dari fosfolipid membran sel oleh enzim
fosfolipase A-2 atau oleh bahan kimia, hormon tertentu, stimuli mekanik,
trombin, norepineprin, bradikinin, trauma fisik dan sebagainya.
Asam arakhidonat yang dilepaskan akan dimetabolisir melalui 4 jalur,
seperti bagan dibawah ini:
1. oleh enzim cyclo-oksigenase akan dibentuk tromboksan dan
prostaglansdin
lain
2. oleh enzim lipooksigenase akan dibentuk hydroxy-acid (leukotriene)
3. akan terjadi reacylation sehingga terbentuk fosfolipid
4. akan terjadi hydrophic binding yang akan membentuk albumin
Leukotrien mempunyai peranan penting dala penyakit radang dan alergi.
Sedangkan peranan reacylatin dan hydrophic binding masih belum jelas.
Asam arakhidonik, oleh enzim cyclo-oxygenase, dirubah menjadi
Prostaglandin G2 (PGG2), kemudian menjadi Prostaglandin-H2
(PGH2),yang
merupakan peroksida yang tidak stabil. PGH2 ini akan dirubah menjadi
PGF2
(vasokonstriksi), PGE2 (vasodilatasi), PGD2(antiagregasi), Prostasiklin
(PGI2) di
endotel pembuluh darah dan Tromboksan A2 (TXA2) di dalam trombosit.
Perubahan ini pada keadaan normal harus dalam keadaan seimbang.
Prostasiklin
(PGI2) dibentuk akibat adanya enzim prostasiklin sintetase, dan
berfungsi
sebagai vasodilatasi dan anti penggumpalan trombosit. Sedangkan
Tromboksan
A2 (TXA2) dibentuk akibat adanya enzim tromboksan sintetase dan
berfungsi
sebagai vaso konstriksi dan pengumpulan trombosit.
III. PATOFISOLOGI INFARK TROMBOEMBOLI
Plak aterotrombotik yang terjadi pada pembuluh darah ekstrakranial
dapat lisis akibat mekanisme fibrinotik pada dinding arteri dan darah,
yang
menyebabkan terbentuknya emboli, yang akan menyumbat arteri yang
lebih
kecil, distal dari pembuluh darah tersebut. Trombus dalam pembuluh
darah juga
dapat akibat kerusakan atau ulserasi endotel, sehingga plak menjadi
tidak stabil
dan mudah lepas membentuk emboli. Emboli dapat menyebabkan
penyumbatan
pada satu atau lebih pembuluh darah. Emboli tersebut akan mengandung
endapan kolesterol, agregasi trombosit dan fibrin. Emboli akan lisis,
pecah atau
tetap utuh dan menyumbat pembuluh darah sebelah distal, tergantung
pada
ukuran, komposisi, konsistensi dan umur plak tersebut, dan juga
tergantung
pada pola dan kecepatan aliran darah. Sumbatan pada pembuluh darah
tersebut
(terutama pembuluh darah di otak) akan meyebabkan matinya jaringan
otak,
dimana kelainan ini tergantung pada adanya pembuluh darah yang
adekuat.
Otak yang hanya merupakan 2% dari berat badan total, menerima
perdarahan 15% dari cardiac output dan memerlukan 20% oksigen yang
diperlukan tubuh manusia, sebagai energi yang diperlukan
untukmenjalankan
kegiatanneuronal. Energi yang diperlukan berasal dari metabolisme
glukosa,
yang disimpan di otak dalam bentuk glukosa atau glikogen untuk
persediaan
pemakaian selama 1 menit, dan memerlukan oksigen untuk metabolisme
tersebut, lebih dari 30 detik gambaran EEG akan mendatar, dalam 2
menit
aktifitas jaringan otak berhenti, dalam 5 menit maka kerusakan jaringan
otak
dimulai, dan lebih dari 9 menit, manusia akan meninggal.
Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa
yang diperlukan untuk pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi
penurunan
Na-K ATP ase, sehingga membran potensial akan menurun. K+
berpindah ke
ruang CES sementara ion Na dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini
menyebabkan permukaan sel menjadi lebih negatif sehingga terjadi
membran
depolarisasi. Saat awal depolarisasi membran sel masih reversibel, tetapi
bila
menetap terjadi perubahan struktural ruang menyebabkan kematian
jaringan
otak. Keadaan ini terjadi segera apabila perfusi menurun dibawah
ambang batas
kematian jaringan, yaitu bila aliran darah berkurang hingga dibawah
0,10 ml/100
gr.menit.
Akibat kekurangan oksigen terjadi asidosis yang menyebabkan
gangguan fungsi enzim-enzim, karena tingginya ion H. Selanjutnya
asidosis
menimbulkan edema serebral yang ditandai pembengkakan sel, terutama
jaringan glia, dan berakibat terhadap mikrosirkulasi. Oleh karena itu
terjadi
peningkatan resistensi vaskuler dan ekmudian penurunan dari tekanan
perfusi
sehingga terjadi perluasan daerah iskemik.
Peranan ion Ca pada sejumlah proses intra dan ekstra seluler pada
keadaan ini sudah makin jelas, dan hal ini menjadi dasar teori
untukmengurangi
perluasan daerah iskemi dengan mengatur masuknya ion Ca.
Komplikasi lebih lanjut dari iskemia serebral adalah edema serbral.
Kejadian ini terjadi akibat peningkatan jumlah cairan dalam jaringan
otak sebagai
akibat pengaruh dari kerusakan lokal atau sistemis. Segera setelah
terjadi
iskemia timbul edema serbral sitotoksik. Akibat dari osmosis sel cairan
berpindah
dari ruang ekstraseluler bersama dengan kandungan makromolekulnya.
Mekanisme ini diikuti dengan pompa Na/K dalam membran sel dimana
transpor
Na dan air kembali keluar ke dalam ruang ekstra seluler. Pada keadaan
iskemia,
mekanisme ini terganggu danneuron menjadi bengkak. Edema sitotoksik
adalah
suatu intraseluler edema. Apabila iskemia menetap untuk waktu yang
lama,
edema vasogenic dapat memperbesar edema sitotoksik.
Hal ini terjadi akibat kerusakan dari sawar darah otak, dimana cairan
plasma akan mengalir ke jaringan otak dan ke dalam ruang ekstraseluler
sepanjang serabut saraf dalam substansia alba sehingga terjadi
pengumpalancairan. Sehingga vasogenik edema serbral merupakan
suatu edema
ekstraseluler. Pada stadium lanjut vasigenic edema serebral tampak
sebagai
gambaran fingerlike pada substansia alba. Pada stadium awal edema
sitotoksik
serbral ditemukan pembengkakan pada daerah disekitar arteri yang
terkena. Hal
ini menarik bahwa gangguan sawar darah otak berhungan dengan
meningkatnya
resiko perdarahan sekunder setelah rekanalisasi (disebut juga trauma
reperfusy).
Edema serbral yang luas setelah terjadinya iskemia dapat berupa
space occupying lesion. Peningkatan tekanan tinggi intrakranial yang
menyebabkan hilngnya kemampuan untuk menjaga keseimbangan cairan
didalam otak akan menyebabkan penekanan sistem ventrikel, sehingga
cairan
serebrospinalis akan berkurang. Bila hal ini berlanjut,maka akan terjadi
herniasi
kesegala arah, dan menyebabkan hidrosephalus obstruktif. Akhirnya
dapat
menyebabkan iskemia global dan kematian otak.
IV. PENYEBAB TERJADINYA ATHEROMA
Pembentukan ateroma dimulai dgnadanya kerusakan endotel
pembuluh darah, hal ini dipengaruhi oleh adanya faktor genetik, juga
disebabkan
karena adanya faktor lain seperti adanya hipertensi,merokok,
danhiperkholesterolemia. Gangguan genetik yang menyebabkan
kolesterol serum
meningkatdimana terjadi defek genetik pada reseptor LDL, sehingga LDL
yang
terdapat di dalam sirkulasi tidak dapat dihilangkan secara efisien,
sehingga
terbentuk proses aterosklerosis yang prematur.
Selain daripada itu masih banyak faktor lain yang memungkinkan
terbentuknya ateroma pada pembuluh darah seseorang. Faktor tersebut
dapat
dibagi menjadi:
A. Faktor Definitif
Usia
Usia merupakan faktor utama pembentukan ateroma, sehinggamerupakan faktor utama terjadinya stroke. Pembentukan ateroma terjadiseiring bertambahnya usia, dimana stroke paling sering terjadi pada usialebih dari 65 tahun, tetapi jarang terjadi pada usia
dibawah 40 tahun.Dikatakan bahwa proses pembentukan ateroma tersebut dapat terjadi 20-30 tahun tanpa menimbulkan gejala.
Jenis kelamin pria
Stroke lebih sering terjadi pada pria. Diperkirakan bahwa insidensi strokepada wanita lebih rendah dibandingkan pria, akibat adanya estrogen yangberfungsi sebagai proteksi pada proses aterosklerosis. Di lain pihakpemakaian hormon setrogen dosis tinggi menyebabkan peningkatankematian akibat penyakit kardiovaskuler pada pria. Oleh karena itu faktorini sebenarnya masih diperdebatkan
Tekanan darah tinggi
Merupakan faktor yang penting pada pathogenesa terjadinya strokeiskemia dan perdarahan. Biasanya berhubungan dengan tingginyatekanan diastolik. Mekanismenya belum diketahui secara pasti, tetapipada percobaan binatang (anjing) didapatkan bahwa adanya tekanandarah yang tinggi menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah danmeningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah terhadap lipoprotein.Di Framingham, resiko relatif terjadinya stroke pada setiap peningkatan10 mmHg tekanan darah sistolik adalah 1,9 pada pria dan 1,7 pada wanitadimana faktor-faktor lain telah diatasi.
Merokok
Merokok merupakan faktor resiko yang independen. Mekanisme terjadinyaateroma tersebut belum diketahui secara pasti, tetapi kemungkinanakibat:o Stimulasi sistim saraf simpatis oleh nikoton dan ikatan O2 denganhemoglobin akan digantikan dengan Karbonmonoksidao Reaksi imunologi direk pada dinding pembuluh daraho Peningkatan agregasi trombosito Peningkatan permeabilitas endotel terhadap lipid akibat zat-zatyang terdapat di dalam rokok.
Diabetes mellitus
Diabetes mellitus sindroma klinis heterogen yang ditandai oleh peninggiankadar glukosa darah kronis. Salah satu penyulit vaskuler pada penderitaini adalah penyakit pembuluh darah serbral. Penderita ini mempunyairesiko terjadinya stroke 1,5-3 kali lebih sering jika dibandingkan dengan
populasi normal. Pada penelitian di Surabaya tahun 1993 ditemukan 4,2%penderita DM mendapat penyulit gangguan pembuluh darah serbral(stroke). Hipertensi yang terjadi pada penderita DM, merupakan salahsatu faktor terjadinya stroke.Hiperlikemi kronis akan menimbulkan glikolisasi protein-protein dalamtubuh. Bila hal ini berlangsung hingga berminggu-mingu, akan terjadiAGES (advanced glycosylate end products) yang toksik untuk semuaprotein. AGE protein yang terjadi diantaranya terdapat pada receptormakrofag dan reseptor endotel. AGE reseptor dimakrofag akanmeningkatkan produksi TNF (tumor necrosis factors), ILI (interleukine-I),IGF-I (Insuline like growth factors-I_. Produk ini akan memudahkanprolipelisasi sel dan matriks pembuluh darah. AGE Reseptor yang terjadi diendotel menaikkan produksi faktor jaringan endotelin-I yang dapatmenyebabkan kontriksi pembuluh darah dan kerusakan pembuluh darah.
Peningkatan fibrinogen plasma
Fibrinogen berhubungan dengan pembentukan aterogenesis danpembentukan trombus arteri. Pada penelitan di Bramingham, angkakejadian penyakit Kardiovasculer meningkat sesuai dengan peningkatankadar vibrinogen plasma.
Profil lipid darah
Produk kolesterol didalan darah yang terbanyak adalah Low DensityLipoprotein (LDL), LDL ini meningkat dengan adanya prosesaterosklerosis. Sedangkan High Density Lipoprotein (HDL) merupakanproteksi terhadap terbentuknya aterosklerosis akibat fasilitaspembuangan (disposal) partikel kolestrol.Akhir-akhir ini ditemukan adanya lipoprotein(a) yang menyerupai LDL,dan melekat pada suatu apoprotein yang disebut apo(a) oelh jembatandisulfida. Apo (a) merupakan struktur dalam darah yang sama denganplasminogen dimana plasminogen merupakan plasma protein yangpenting dalam proses fibrinolisis pada proses pembekuan. Sehinggadengan banyaknya lipoprotein (a) akan menghambat aktivitas trombolitikoleh plasminogen. Akan tetapi adanya kelainan tersebut lebih seringmenyababkan penyakit jantung koroner dibandingkan menimbulkanstroke.B. PosibelPeningkatan aktifitas faktor VII koagulan plasmaAktifitas fibrinolitik yang rendahPeningkatan antigen aktifator plasminogen jaringanAktifitas fisik yang rendahPada pekerja dengan aktifitas fisik yang berat menimbulkanpenurunan angka kejadian penyakit kardiovaskuler. Hal ini disebabkankarena, pada oekerja berat, akan terjadi penurunan tekanan darah akibatkehilangan berat badan, dan menyebabkan penurunan denyut nadi,
peningkatan kolesterol HDL, penurunan kolesterol LDL, memperbaiki toleransiglukosa, perubahan kebiasaan buruk seperti merokok.Peningkatan hematokritBiasanya akibat peningkatan sel darah merah dengan peningkatanfibrinogen darah yang menyababkan peningkatan viskositas darah. Hal inimenyebabkan kelainan patologis yang akan menyebabkan penyempitan arteripenetrasi yang berukuran kecil, dan arteri serebri yang besar mengalamistenosis yang berat.ObesitasObesitas menjadi faktor resiko biasanya berhubungan dengantingginya tekanan darah, gula darah, dan lipid serum.DietPada makanan yang paling menentukan angka kejadian penyakitkardiovaskuler adalah konsumsi garam yang berhubungan denganpeningkatan tekanan darah. Jika pada penderita kelainan vaskuler akibatkonsumsi minuman yang mengandung kafein, hal ini disebabkan karenaadanya efek hiperlipidemia pada minuman kopi, atau karena pada peminumkopi sering disertai dengan adanya kebiasaan merokok.AlkoholAlkohol dapat menyebabkan terhambatnya proses fibrinolisis, biasanyaterjadi pada penderita dengan hipertensi dan diabetes mellitus. Ada yangmengatakan bahwa alkohol masih merupakan faktor resiko yangkontroversial. Walaupun behitu angka kejadian stroke meningkat padapeminum alkohol sedang hingga berat dibandingkan dengan seseorang yangbukan peminum alkohol.RasPrevelansi yang berbeda terjadi pada orang dengan kulit putih, hitamdan Asia, bukan hanya akibat faktor genetik. Hal ini akibat rendahnyakolesterol serum, tingginya intake alkohol dan konsumsu makanan tradisionalAsia yang rendah lemak dan protein yang berasal dari hewan berhubungandengan rendahnya penyakit jantung koroner tetapi menyababkan tingginyakejadian stroke.Status sosialPocock dan kawan-kawan(1980), menyatakan bahwa status sosialberhubungan dengan peningkatan kematian akibat penyakit stroke. Hal inidisebabkan karena tingginya kejadian stroke pada penduduk yang tidakbekerja dan yang berpenghasilan rendah, karena tingginya stress padapenderita tersebut, diet yang rendah, status sosial yang rendah maupunnutrisi dan kesehatan yang rendah sewaktu dalam kendungan dan masa bayi.
DAFTAR PUSTAKAAsbury AK. Disease of the nervous system clinical neurology, vol 2. 2nd ed.Philadelphia WBSaunders, 1992:1019-1029Caplan LR. Stroke a clinical approach. 3rd ed. Wellington : Butterworth, 1993; 3,517Demyelinisasi Graba TJ. Atherogenesis and strokes, in barnet HJM, Strokespathophysiology, diagnosis and management 2nd ed. New York:Churchill, 1992:29-41Hacke W. Cerebral ischemia. Germany: Springer-Verlag, 1991Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 1st ed. London: Lea & Febriger,1993:84-84Ross R. Factors influencing atherogenesis, in Schalnt The Heart arteries andveins 8yh ed. New York: McGraw Hill, 1994:989-1006Sacco RL. Pathogenesis, classification and epidemiology of cerebrovasulardisease, in Rowland LP, Merrits textbook of neurology. 9th ed.Baltimore: William & Wilkin, 1999: 238-242Sherry S. Fibrinolysis, thrombosis and hemostasis concepts, prespectives andclinical aplication. London ; Lea & Febiger, 1992: 33-35Warlow, CP. Stroke a practical guide management. 1st ed. Blackwell Science,1997: 190-202Whisman JP. Et al. Classification of cerebrovascular disease III, special reportfrom the National Institute of neurological Disorders and Stroke,Stroke 1990: 657-659dikutip dari Dr ISKANDAR JAPARDI