Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

55
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI Jl. Tamansari No.71 Telp.(022) 2503997 Fax.(022) 250481 http://www.batan-bdg.go.id BANDUNG 40132

Transcript of Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

Page 1: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN

DAN RADIOMETRI Jl. Tamansari No.71

Telp.(022) 2503997 Fax.(022) 250481 http://www.batan-bdg.go.id

BANDUNG 40132

Page 2: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

PEDOMANKESELAMATAN KERJA NON RADIASI

PENYUSUN :

Drs. SUHULMAN Dra. RINI HEROE OETAMI, MT

RASITO S.Si AFIDA IKAWATI, ST

ADE SUHERMAN ZAINAL ARIFIN

SOLEH SOFYAN

Page 3: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

Pedoman Keselamatan Kerja Rev.1/2008 i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang karena rahmatNya kami dapat menyelesaikan penulisan buku Pedoman Keselamatan Non Radiasi untuk Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri – BATAN Bandung.

Buku yang ada di tangan anda ini merupakan seri buku keselamatan yang disusun oleh Bidang Keselamatan dan Kesehatan Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri. Seri buku ini membahas khususnya tentang keselamatan dan kesehatan kerja non radiasi yang disusun mengacu pada buku Pedoman Keselamatan Kerja yang diterbitkan BATAN dan berbagai sumber lainnya. Selanjutnya buku ini akan menjadi pedoman keselamatan dan kesehatan kerja non radiasi di PTNBR BATAN Bandung.

Buku ini terdiri dari 11 (sebelas) bab, yang berisi pedoman umum keselamatan dan kesehatan kerja, penanggulangan bahaya kebakaran, keselamatan dan kesehatan di lokasi kerja dan penggunaan peralatan kerja, tata-tertib di kawasan, serta penggunaan pakaian dan alat pelindung kerja.

Setiap individu bertanggung jawab atas masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu seluruh tingkatan manajemen dan karyawan di lingkungan PTNBR diharapkan membaca, memahami dan menerapkan ketentuan yang ada di dalam buku pedoman ini di masing-masing lingkungan kerja yang menjadi tanggung jawabnya.

Meskipun upaya penyusunan buku pedoman ini telah maksimal, penyusun menyadari bahwa didalamnya masih terdapat kekurangan. Untuk itu penyusun berharap adanya saran, kritik, dan masukan dari pembaca untuk penyempurnaan buku Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Non Radiasi ini kedepan.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitan buku pedoman ini, kami ucapkan terima kasih.

Bandung, 4 Agustus 2008 Tim Penyusun,

Page 4: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

Pedoman Keselamatan Kerja Rev.1/2008 ii

SAMBUTAN KEPALA PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh, salam sejahtera buat kita semua!

Sungguh sangat tepat waktunya Bidang Keselamatan dan Kesehatan menyusun buku Pedoman Keselamatan Kerja yang merupakan revisi total dari seri buku keselamatan sebelumnya. Dengan kebijakan zero incident yang dianut BATAN, maka usaha untuk meningkatkan kinerja keselamatan harus lebih mendapat perhatian, kecelakaan-kecelakaan kecil sekalipun harus tidak terjadi.

Perhatian terhadap keselamatan kerja saat ini makin meningkat, sejalan komitmen karyawan dan staf pimpinan terhadap keselamatan yang tertuang dalam Kebijakan Keselamatan. Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri telah melakukan berbagai usaha, agar kecelakaan tidak terjadi, antara lain dengan selalu mengkaji setiap prosedur terkait keselamatan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, melakukan kajian risiko bahaya dari setiap kegiatan yang akan dilakukan, membangun sistem e-learning keselamatan, melakukan survey keselamatan rutin, mengadakan audit keselamatan internal maupun eksternal, sosialisasi rutin tentang keselamatan kerja, pengumuman keselamatan sebelum mulai kerja dan saat selesai kerja, serta berbagai kegiatan lain terkait keselamatan, akan tetapi hal-hal tersebut belumlah dianggap optimal, karena kami beranggapan bahwa kinerja keselamatan setiap saat bisa terus ditingkatkan.

Usaha meningkatkan kinerja keselamatan dan mempromosikan agar selalu bekerja selamat terus menerus dilakukan, salah satunya adalah dengan diterbitkannya Pedoman Keselamatan Kerja ini. Buku ini selanjutnya akan dijadikan acuan oleh seluruh karyawan untuk meningkatkan pengetahuannya tentang keselamatan, sehingga dapat bekerja dalam kondisi selamat, selamat untuk dirinya, selamat untuk orang lain, dan selamat untuk lingkungan.

Setiap individu bertanggung jawab atas masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu seluruh tingkatan manajemen dan karyawan di lingkungan PTNBR diharapkan membaca, memahami, dan menerapkan ketentuan yang ada di dalam buku pedoman ini di masing masing lingkungan kerja yang menjadi tanggung jawabnya. Bersama kita capai zero incident.

Bandung, 11 Agustus 2008 Kepala Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri

Drs. Djatmiko, M.Sc.NIP:330002309

Page 5: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

Pedoman Keselamatan Kerja Rev.1/2008 iii

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR I

SAMBUTAN KEPALA PTNBR II

DAFTAR ISI Iii

Bab I. Pendahuluan........................................................................................... 1

Bab II. Pedoman Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja............................ 4

Bab III. Penanggulangan Bahaya Kebakaran..................................................... 9

Bab IV. Bengkel................................................................................................... 16

Bab V. Peralatan Listrik...................................................................................... 26

Bab VI. Bahan Kimia........................................................................................... 29

Bab VII. Gas......................................................................................................... 38

Bab VIII. Bejana Tekan......................................................................................... 39

Bab IX. Medik...................................................................................................... 45

Bab X. Tata Tertib di Kawasan PTNBR............................................................. 56

Bab XI. Pakaian Kerja dan Alat Pelindung Diri.................................................... 57

Page 6: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

BAB I

PENDAHULUAN ______________________________________________________________

Bekerja adalah mengembangkan perilaku kehidupan di lingkungan kerja sesuai dengan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki dan bertujuan untuk keselamatan masyarakat dan lingkungan. Banyak hal yang perlu diketahui oleh seseorang dalam proses pekerjaan, seperti bagaimana menangani bahan baku, mesin dan peralatan, bagaimana membaca sebuah gambar atau skema, dan membaca batas waktu penyelesaian. Namun kriteria terpenting suatu kinerja adalah pada bagaimana menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan aman.

Bagi karyawan PTNBR yang bekerja di dalam proses produksi maupun operasi reaktor, keselamatan dan kesehatannya harus menjadi prioritas utama. Tujuan keselamatan dan kesehatan dari sudut pandang karyawan berarti wajib mematuhi prosedur kerja standar (standard operating prosedur, SOP) yang telah disediakan dan tidak boleh mengabaikannya. Dalam pedoman ini akan dijelaskan tindak pencegahan yang perlu dilakukan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan baru maupun karyawan lama untuk penyegaran ingatan akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

Pemahaman tentang konsep dasar pemikiran keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting. Kesehatan jasmani merupakan modal dasar untuk bekerja. Konsep lama yang mengatakan bahwa kecelakaan tidak bisa dihindari dalam bekerja harus dihilangkan dari pikiran para karyawan modern. Untuk itu karyawan harus memahami sebab-sebab kecelakaan dan sakit akibat kerja. Untuk dapat bekerja dalam kondisi sehat dan aman, jagalah kesehatan, kendalikan diri dari perasaan gelisah, dan arahkan diri anda kepada suasana kehidupan yang gembira dan menyenangkan. Mesin yang bagus dan efisien sekalipun dapat menyebabkan kecelakaan atau menjadi rusak bila dioperasikan dengan tidak benar akibat kondisi fisik pekerja yang sedang tidak baik.

Cidera terjadi akibat sesuatu kecelakaan, dan kecelakaan dapat dicegah dengan meniadakan tindakan atau kondisi yang tidak selamat. Kecelakaan dapat terjadi karena sebab langsung maupun tidak langsung. Di dalam mempelajari penyebab langsung maka harus diketahui bahwa penyebab tidak langsung melatarbelakangi penyebab langsung. Karena itu pencegahan terjadinya cidera dimungkinkan dengan cara menghindari kecelakaan. Tidak saja sebab langsung, tetapi penyebab tidak langsung juga perlu dihilangkan. Konsep keselamatan yang perlu diperhatikan adalah mencegah terjadinya kecelakaan apapun akibatnya.

Kecelakaan dapat ditimbulkan oleh kondisi yang tidak selamat, atau tindakan tidak selamat, atau kombinasi dari keduanya. Karena itu perlu dipahami apa itu kondisi tidak selamat dan tindakan tidak selamat.

Page 7: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

a. Kondisi tidak selamat. Kondisi tidak selamat adalah kondisi yang mengandung bahaya potensial, misalnya pakaian kerja yang tidak sesuai, menghalangi gang dengan barang, atau tempat kerja yang tidak tertib. Pekerja harus menjaga agar tidak timbul kondisi tidak selamat dan harus selalu siap untuk memperbaiki kondisi tersebut setelah diketahui.

b. Tindakan tidak selamat. Tindakan tidak selamat adalah tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang dibuat untuk menjamin keselamatan di tempat kerja. Salah satu konsekuensinya adalah larangan melewati suatu daerah gang yang ditentukan dengan maksud untuk mengambil jalan pintas atau berlari dengan tergesa-gesa. Untuk itu peraturan keselamatan harus ditaati setiap saat dan ditempat manapun.

Tindakan tidak selamat yang menyebabkan banyak cidera di tempat kerja berasal dari kelalaian atau kecerobohan. Faktor-faktor yang merupakan latar belakang penyebab langsung disebut penyebab tidak langsung. Harus diingat pula bahwa penyebab kecelakaan tidak hanya tampak dipermukaan saja tetapi juga yang tersembunyi.

Untuk karyawan pemula maupun karyawan terlatih tetap memerlukan pelatihan untuk mempertahankan perilaku kerja yang berkualitas. Untuk itu dalam melaksanakan pelatihan kerja, butir-butir penting berikut ini perlu diperhatikan : 1. Mengikuti pelatihan.

Menjadi peserta pelatihan yang aktif dan penuh semangat dengan memusatkan memusatkan perhatian dan mempunyai keinginan kuat untuk belajar.

2. Aktif bertanya untuk hal yang belum dimengerti. Jangan segan dan bosan bertanya untuk hal-hal yang belum dimengerti, sampai dapat betul-betul memahaminya. Jangan mencoba mengerjakan sesuatu tanpa pengetahuan yang cukup tentang pekerjaan tersebut, karena dapat menimbulkan kecelakaan, barang atau data yang dihasilkan menjadi rusak, serta menggangu pekerjaan diri sendiri, rekan sekerja dan suasana di lingkungan kerja.

3. Ingat akan semua hal yang telah diajarkan. Karyawan harus mampu melaksanakan semua hal yang telah dipelajari dengan memiliki keyakinan dan mampu menguasai satu jenis pekerjaan yang telah dipelajari dan ditugaskan.

4. Hal yang perlu diperhatikan pada waktu melaksanakan pekerjaan Sambil bekerja karyawan dapat bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami kepada karyawan yang telah banyak pengalamannya dan atasan anda.

5. Praktek kerja yang dilakukan berulang-ulang. Ulangi praktek-praktek yang dianjurkan sesuai dengan prosedur yang telah dipelajari.

Page 8: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

BAB II

PEDOMAN UMUM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

____________________________________________________________

a. Tujuan Pedoman Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) ini disusun dengan tujuan untuk memberikan petunjuk berupa peraturan-peraturan, dan himbauan kepada seluruh karyawan PTNBR BATAN Bandung dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, untuk terciptanya suasana kerja yang aman, sehat dan tertib.

b. Ruang Lingkup Ruang Lingkup Pedoman ini adalah untuk Pelaksanaan Ketentuan Keselamatan Kerja non Radiasi bagi Karyawan PTNBR Batan – Bandung.

c. Bahan Acuan 1. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Mekanik 2. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Penanggulangan Kebakaran dan Konstruksi Bangunan

3. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Listrik

4. LIPI, Peraturan Umum Instalasi Listrik. 5. Himpunan Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 6. Undang-Undang Republik Indonesia No. : 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. 7. Undang-Undang No. : 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-04/MEN/1995 tentang Perusahaan

Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja 9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-02/MEN/1992 tentang Tata Cara

Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja 10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

d. Definisi 1. Label Keselamatan (Safety Tag) adalah tanda peringatan yang terbuat dari

kertas/ karton yang kuat, logam, papan dll, ditempatkan atau digantung atau ditempel pada lokasi ataupun peralatan yang sedang diperbaiki atau yang tidak boleh diganggu. Isi label berupa larangan, peringatan ataupun anjuran.

2. Penanggung jawab keselamatan kerja di PTNBR adalah kepala Kepala PTNBR 3. Pengawas K3 adalah Kepala Bidang Keselamatan dan Kesehatan (K-2) atau

Page 9: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

Petugas yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan terhadap petugas lain yang sedang bekerja dengan suatu risiko kecelakaan.

4. Obat-obat terlarang adalah obat-obat keras yang termasuk kedalam golongan narkotika (turunan Opium) dan obat tidur

5. Petugas gilir adalah karyawan yang bekerja bergantian secara rutin dan terus menerus, untuk suatu tugas yang berkesinambungan

6. Kendaraan khusus: adalah kendaraan yang digunakan dilingkungan kerja dan bukan merupakan kendaraan penumpangan.

7. Kecelakaan di tempat kerja: Adalah yang mengakibatkan rusaknya sebagian atau seluruh alat atau kejadian berakibat luka atau kerugian karyawan yang menyebabkan korban tidak bisa bekerja selama 2 x 24 jam atau lebih.

e. Petunjuk yang wajib dipatuhi. 1. Setiap orang yang bekerja dengan peralatan dan fasilitas di PTNBR

bertanggung jawab atas keselamatan dirinya selama bekerja. 2. Setiap orang yang memasuki lingkungan kerja harus memakai tanda pengenal 3. Setiap orang yang memasuki daerah instalasi diharuskan memakai alat

keselamatan yang sesuai /disyaratkan dan mematuhi semua ketentuan yang berlaku.

4. Setiap orang diwajibkan mengumpulkan semua jenis sampah dan kotoran lainnya dan membuangnya ke tempat sampah yang telah disediakan.

5. Setiap orang diwajibkan memakai alat pelindung diri yang telah disediakan, apabila bekerja dengan barang-barang yang membahayakan ataupun bekerja di tempat-tempat yang berbahaya.

6. Setiap orang dilarang makan dan minum di laboratorium, di bengkel, di ruang komputer, dan instalasi untuk keperluan tersebut harap dipergunakan ruang makan/kantin yang telah disediakan.

7. Setiap orang dilarang menjalankan/memperbaiki mesin, alat-alat lainnya apabila tidak ditugaskan untuk itu.

8. Setiap karyawan dilarang keras minum semua jenis minuman yang mengandung alkohol dan obat terlarang selama jam kerja.

9. Setiap karyawan diwajibkan memelihara tempat kerja dan lingkungan kerjanya agar selalu bersih, segar, rapi dan indah.

10. Setiap karyawan diwajibkan menggunakan sepatu/alas kaki yang sesuai dengan daerah kerjanya

11. Setiap karyawan diharuskan melaporkan keadaan yang dapat menimbulkan bahaya atau kecelakaan kepada Pengawas K3

12. Setiap karyawan, sebelum memulai sesuatu pekerjaan perbaikan daerah kerja, terlebih dahulu harus memperoleh Surat Ijin Kerja yang sesuai dengan ketentuan di PTNBR.

13. Setiap karyawan pengemudi kendaraan bermotor khusus harus memiliki SIM dengan kategori yang sesuai dan berlaku dari Kepolisian.

14. Petugas gilir tidak diijinkan meninggalkan pekerjaannya walaupun jam kerja telah berakhir, sebelum petugas gilir penggantinya tiba di tempat kerja dan mengadakan serah terima pekerjaan dahulu.

15. Setiap grid (kisi-kisi lantai) yang terpasang di unit kerja harus selalu dalam keadaan cukup kuat dan aman.

Page 10: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

16. Tempat kerja harus mempunyai cukup penerangan atau jangan bekerja dengan penerangan yang kurang memadai, gelap, silau dan pantulan cahaya tidak dikehendaki dapat menyebabkan bahaya.

17. Tempat kerja harus mempunyai ventilasi dan sirkulasi udara yang baik dan memadai.

18. Setiap ruangan tempat penyimpananan cairan/gas atau bahan lainnya yang mudah menguap atau terbakar harus dilengkapi dengan detektor gas sistem aliran otomatis dan sistem pemadam kebakaran otomatis.

19. Disekitar tempat bekerja yang pekerjaannya mengandung risiko bahaya harus dipasang rambu-rambu/ label keselamatan. Setiap orang dilarang memindahkan/merusak rambu-rambu. Label keselamatan, alat-alat pelindung diri dan sejenisnya yang telah ditempatkan pada lokasi tertentu.

20. Setiap kecelakaan betapa kecilnya harus segera dilaporkan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam ke penanggung jawab ruangan, untuk dilaporkan ke bidang K2 dan jika dianggap perlu akan dibahas oleh P2K3, apabila ada korban segera bawa ke klinik.

21. Setiap pekerjaan didalam tangki, bejana tekan, apabila menggunakan lampu penerangan haruslah yang bertegangan setinggi-tingginya 24 Volt, kecuali ada iziin khusus dari Pengawas K3.

f. Petunjuk Umum 1. Setiap karyawan dianjurkan untuk beristirahat yang cukup di rumah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh faktor kelelahan. 2. Setiap karyawan, sesudah dinas malam, harus tidak dilemburkan karena

kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan. 3. Setiap karyawan harus selau dalam keadaan waspada sewaktu melaksanakan

tugas, setiap kecelakaan yang menimpa diri karyawan senantiasa akan menyebabkan keluarga karyawan menderita.

4. Setiap karyawan sebelum melakukan pekerjaan sebaiknya memikirkan cara yang aman yang akan dilakukan dan meneliti bahwa semua peralatan kerja maupun alat perlindungan yang akan dilakukan. Dianjurkan untuk melakukan evaluasi suatu pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai untuk mencegah terjadinya langkah-langkah yang keliru dan berpotensi mendatangkan bahaya.

5. Dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang kiranya membahayakan, setiap karyawan sebaiknya melakukan musyawarah terlebih dahulu langkah-langkah 2 - 3 yang akan ditempuh. Sumbang saran dari orang lain akan sangat bermanfaat dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan selamat.

6. Setiap karyawan harap mempertimbangkan dahulu apakah pekerjaan yang akan dilakukan memerlukan alat-alat pelindung diri ataupun memerlukan bantuan seorang pengawas Keselamatan Kerja.

7. Setiap karyawan pada saat kerja harus memusatkan konsentrasi sepenuhnya pada pekerjaan. Dilarang bersendagurau atau mengobrol yang tidak perlu.

8. Dalam melakukan pekerjaan, setiap karyawan selain memikirkan keselamatan orang lain.

9. Dalam melakukan pekerjaan, setiap karyawan harus menghindari sikap atau posisi kerja yang tidak mencerminkan keselamatan. Demi keselamatan setiap karyawan sebaiknya mengambil posisi yang baik dan aman sewaktu bekerja.

Page 11: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

10. Setiap karyawan sebaiknya mencuci tangan hingga bersih dengan menggunakan sabun atau deterjen setiap kali selesai dengan suatu pekerjaan dan juga setiap saat akan mulai makan dan minum.

11. Setiap karyawan harap berpakaian yang rapi dan bersih. Pakaian yang kotor menganggu kesehatan, sedangkan pakaian yang kedodoran akan membahayakan si pemakai terutama apabila berdekatan dengan mesin dan/atau peralatan yang berputar.

12. Setiap karyawan harus merapikan rambutnya apabila gondrong atau panjang karena selain mengganggu pekerjaan, rambut gondrong dapat pula mengancam keselamatan pemiliknya.

13. Setiap karyawan harus memelihara tempat kerja agar selalu rapi, bersih dan indah agar dapat bekerja dengan nyaman dan aman.

14. Setiap karyawan dianjurkan untuk membiasakan diri berganti pakaian segera setibanya dirumah dan mencuci bersih tangan dan kakinya. Perlu diingat oleh karyawan bahwa ia dapat memindahkan debu atau kotoran dari tempat kerja ke lingkungan keluarganya.

15. Setiap karyawan harap mendengarkan dengan baik semua instruksi atasannya sebelum melaksanakan pekerjaan menggunakan alat kerja, menjalankan mesin dan/atau peralatan instansi lain.

16. Setiap orang harap mengembalikan segala sesuatu yang dilihat tidak pada tempatnya ataupun yang seharusnya tidak terletak dilantai atau tanah.

17. Setiap karyawan harap meletakkan alat kerja pada tempat yang telah ditentukan/tersedia.

18. Semua jenis sampah dan kotoran lainnya harap dikumpulkan dan dibuang ke tempat yang telah disediakan.

19. Setiap tumpahan minyak atau benda cair pada lantai atau meja harap dibersihkan dengan segera.

20. Setiap karyawan harus membaca instruksi kerja (manual) dengan baik tentang cara-cara menjalankan mesin dan/atau peralatan sebelum memulai suatu pekerjaan.

21. Setiap karyawan harap menegur siapa saja yang melakukan suatu pekerjaan yang dapat membahayakan, tanpa mmemandang paakah orang yang ditegurnya itu atasan atau bukan.

22. Pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor, setiap karyawan harus mematuhi batas-batas kecepatan serta rambu-rambu lalu lintas lainnya.

g. Sanksi Pelanggaran terhadap Pedoman Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

h. Pelatihan Untuk mencapai dan meningkatkan ketrampilan serta kemampuan personil, harus disusun program pelatihan yang sesuai dengan kondisi kegiatan. Pelatihan ini harus meliputi 1. Pelatihan Dasar/awal 2. Pelatihan Kerja termasuk penyegaran 3. Pelatihan Lanjutan dan pelatihan khusus untuk pekerjaan yang berisiko tinggi.

Page 12: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

BAB III

PENANGGULANGANBAHAYA KEBAKARAN

____________________________________________________________

a. Tujuan Pedoman Penanggulangan Bahaya Kebakaran ini disusun dengan tujuan untuk memberikan petunjuk berupa tindakan – tindakan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

b. Ruang Lingkup Ruang Lingkup Pedoman ini Pelaksanaan tindakan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran dalam melaksanakan tugas sehari-hari bagi Karyawan di PTNBR BATAN Bandung.

c. Bahan Acuan. 1. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Mekanik 2. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Penanggulangan dan Konstruksi Bangunan

3. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Listrik

4. Himpunan Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang

Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

d. Definisi 1. Penanggulangan Kebakaran adalah segala daya upaya untuk mencegah dan

memberantas terjadinya kebakaran. 2. Alat Pemadam api ringan adalah alat pemadam api portable berupa tabung

logam yang bisa diisi kembali. Adapun jenisnya berupa jenis tabung, halon, CO2

ataupun busa.

e. Petunjuk Umum Organisasi Penanggulangan Kebakaran : Satuan Tugas untuk mempermudah pengerahan dan pengendalian personil yang dipimpin oleh Ketua UPN atau Satuan Pelaksana Pemadam Kebakaran (selanjutnya disebut SatLak DAMKAR). SatLak DAMKAR dapat dikerahkan secara efektif dan dikerahkan secara dini sejak mulanya terjadi kebakaran sampai tugas mengatasi kebakaran selesai.

Tugas Pokok SatLak DAMKAR : Tugas Pokok SatLak DAMKAR adalah menyelenggarakan penanggulangan untuk memadamkan dan mencegah

Page 13: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

meluasnya api dari akibat yang ditimbulkan, memberikan pertolongan dan bantuan kepada karyawan serta mengungkapkan sebab musibah pelaku, motif terjadinya kebakaran secara cepat, tepat dan tuntas. Dengan demikian maka tindakan penanggulangan mecakup usaha dan tindakan yang dilakukan sebelum, sewaktu dan setelah terjadinya kebakaran.

Pembagian Tugas : Pembagian Tugas untuk memudahkan pengerahan dan pengoperasian personil, perlu diadakan pembagian tugas bagi anggota SatLak DAMKAR kelompok kerja berdasarkan kondisi atau letak geografis perkantoran yang ada di PTNBR dalam bentuk sektor-sektor. Masing-masing anggota SatLak DAMKAR bersama-sama dengan karyawan dari sektor terkait bertanggung jawab terhadap keamanan sektornya dari kemungkinan ancaman bahaya kebakaran sesuai dengan prosedur yang tersedia.

Klasifikasi Daerah: Untuk kepentingan pengamanan dalam penanggulangan kebakaran tiap pusat atau kawasan membuat klasifikasi daerah berdasarkan :

Daerah aktif Daerah tidak aktif rawan kebakaran Daerah tidak aktif rawan bahan kimia beracun Daerah aman

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Instruksi Kerja (IK) digunakan sebagai pegangan untuk menjamin adanya keseragaman dalam pola pikir dan pola tindak di PTNBR dalam rangka penanggulangan kebakaran.

Juklak dan IK memuat urutan tindakan atau peran yang harus dilakukan oleh perorangan atau kelompok yang tergabung di dalam SatLak DAMKAR.

f. Manajemen Peralatan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) : Kepala PTNBR wajib menyediakan peralatan pemadam api ringan (APAR) dalam jumlah cukup, siap pakai dan terpasang di tempat-tempat yang mempunyai potensi bahaya kebakaran dengan jenis yang telah disesuaikan dengan potensi bahaya kebakaran tersebut.

Fire Alarm System : Selain APAR seperti tersebut diatas untuk setiap gedung perlu dipasang atau dilengkapi alat-alat proteksi dan atau deteksi kebakaran (fire alarm system) sebagai tanda peringatan dini terjadinya kebakaran.

Hydran : Selain alat-alat kelengkapan seperti tersebut diatas, kepala PTNBR harus mengusahakan pompa hydran, bila oleh sesuatu hal belum bisa disediakan harus menjalin hubungan dengan dinas Pemadam Kebakaran setempat yang mempunyai armada mobil pemadam kebakaran.

Perawatan dan Pemeliharaan : Baik untuk APAR, fire alarm system maupun hydran semuanya perlu perawatan dan pemeriksaan rutin sehingga alat-alat tersebut dapat tetap berdaya guna dan berhasil guna.

Page 14: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

Kelengkapan Petugas Proteksi Radiasi, Piket UPN dan Jaga reaktor : untuk mempertinggi kesiap-siagaan Petugas, di ruang piket Petugas Proteksi Radiasi (pesawat 444), diruang kendali reaktor (pesawat 333) dan piket pengamanan (pesawat 111) perlu disediakan alat pemadam, alat pelindung diri dan alat-alat penyelamatan sesuai dengan kebutuhan.

Pelatihan dan Penerangan : Pentingnya latihan guna memupuk kesadaran dan meningkatkan ketrampilan dalam pencegahan semua karyawan baik yang bergabung dalam satuan tugas maupun yang tidak,perlu mendapatkan penerangan atau ceramah dan latihan-latihan menghadapi bahaya kebakaran.

Materi Latihan : Materi Latihan dan penerangan meliputi pengetahuan-pengetahuan penggunaan alat pemadam kebakaran, upaya tindakan pencegahan tanda-tanda bahaya kebakaran termasuk pengetahuan bagaimana cara mengatasi bahaya radiasi.

Bentuk Latihan : Kepala PTNBR harus mengadakan Latihan yang dapat dilakukan oleh Kepala atau gabungan (terpadu) yang melibatkan seluruh anggota SatLak DAMKAR dan karyawan. Latihan diadakan sedemikian rupa sehingga semua personil terutama yang tergabung dalam Satlak DAMKAR benar-benar mahir dan terampil menghadapi kebakaran.

Koordinasi dan Pengendalian : Pada tingkat pertama terjadi kebakaran yaitu masih terbatas di lokasi kerja, maka koordinasi pengendaliannya dilakukan Kepala UPN bekerjasama dengan SatLak DAMKAR dan Kepala Bidang di tempat Kebakaran terjadi.

Pada saat kebakaran meluas ke luar lokasi kerja : Pada tingkat kebakaran sudah meluas atau merembet ke luar lokasi kerja maka koordinasi pengendaliannya dilakukan oleh Kepala PTNBR selaku Penanggung jawab fasilitas, dibantu Ka.UPN dan SatLak DAMKAR.

Bantuan dari luar PTNBR : Permintaan bantuan pasukan dan peralatan dari luar PTNBR tidak selalu disertai dengan peralihan komandan pengendalian operasi meskipun secara taktis dan teknis operasional penggunaan pasukan dan peralatan tersebut berada di bawah koordinasi komandan pasukan bantuan yang bersangkutan. Sebelum pasukan atau bala bantuan pemadam bergabung dengan pasukan yang lain yang sudah beroperasi, terlebih dahulu harus dikoordinasi dan melapor kepada Kepala UPN untuk mendapatkan petunjuk dan penjelasan tentang kemungkinan adanya bahaya radiasi.

Koordinasi, pertemuan atau lokakarya: untuk memperlancar dan mendukung pelaksanaan koordinasi dan pengendalian Satuan Pelaksana penanggulangan kebakaran, maka pada saat aman, perlu diadakan satu pertemuan atau lokakarya dengan semua instansi terkait baik instansi pemerintah sipil dan militer maupun swasta untuk membicarakan / membahas prosedur tetap penanggulangan bahaya

Page 15: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

kebakaran di PTNBR. Dari lokakarya atau pertemuan akan dapat dirumuskan prosedur tetap yang disepakati bersama dan bisa dilanjutkan dengan latihan bersama atau tindakan lain yang bermanfaat.

Pos komando: pos komando harus segera didirikan (dibuka) dengan memilih tempat yang aman dan menguntungkan bagi koordinasi dan pengendalian. Setiap perpindahan Posko perlu disebarluaskan dengan memberikan tanda atau petunjuk diposko yang lama bahwa posko telah pindah kesuatu tempat yang jelas.

Pengendalian pada saat hari libur atau sesudah jam kerja: Komando pengendalian pada saat hari libur atau sesudah jam kerja, sementara Kepala PTNBR selaku penanggung jawab keselamatan atau pejabat pelaksana harian yang ditunjuk atau Kepala UPN/Ketua SatLak DAMKAR belum datang ke tempat kejadian, maka komandan piket pengamanan bertindak sebagai penanggung jawab dan pelaksana utama dalam penanggulang kebakaran. Untuk mempercepat dan memperlancar penanggulangan kebakaran sekali lagi perlu diingatkan agar di ruang petugas pengamanan atau jaga reaktor selalu siap alat-alat pemadam dan keselamatan pemadam kebakaran.

Komunikasia. Sistem Komunikasi Darurat terdiri dari sistem telepon, Handy Talky, dan

sound system (tata suara) b. Sistem telepon harus direncanakan sedemikian rupa sehingga apabila terjadi

kebakaran masih dapat bekerja minimal satu buah pada tiap-tiap lantai. c. Sound system terpusat digunakan untuk menyampaikan pengumuman dan

instruksi bila terjadi kebakaran pada tingkat awal. d. Tanda bahaya dan tanda aman harus dimengerti atau dikenal oleh seluruh

karyawan dan disampaikan pada saat dan dengan cara yang tepat. g. Penyampaian informasi atau komunikasi antar gedung menggunakan sistem

telepon, Handy Talky, dan sound system (tata suara)

Pengawasan dan Pemeriksaan: Pengawasan dan Pemeriksaan diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan seluruh karyawan agar menerapkan ketentuan-ketentuan dan peraturan yang sudah ada baik yang menyangkut perlengkapan bangunan seperti listrik, gas, sistem alarm, alat pemadam kebakaran maupun sarana lain yang dimiliki perlu dilakukan pengawasan dan pemeriksaan.

Pentingnya Pengawasan Melekat : Dalam rangka penegakkan dan peningkatan kewaspadaan dalam menghadapi bahaya kebakaran sangat perlu digalakkan pengawasan melekat sehingga tidak ada peluang atau memperkecil kemungkinan terjadinya kelalaian dan kecerobohan yang mengakibatkan bahaya kebakaran.

Tindakan Pencegahan : Usaha-Usaha pencegahan perlu ditanamkan di kalangan karyawan sehinga menjadi sikap hidup yang positif. Setiap karyawan wajib ikut aktif mengadakan usaha pencegahan kebakaran di lingkungan PTNBR. Dalam rangka memperkecil atau menghindari kemungkinan terjadinya kebakaran maka perlu dilakukan pengaturan dalam hal :

Page 16: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

Pengunaan aliran listrik. Penempatan bahan bakar minyak atau bahan mudah terbakar. Penggunaan kompor (gas atau listrik). Pekerjaan-pekerjaan bengkel termasuk pengelasan. Penyimpanan bahan kimia termasuk cairan yang mudah terbakar atau meledak. Pembuangan dan pembakaran sampah.

Dan lain sebagainya.

h. Langkah-langkah Penanggulangan 1. Setiap karyawan yang melihat atau mengetahui kebakaran harus

memadamkannya dengan alat pemadam api ringan yang telah tersedia di daerah kerjanya.

2. Pada saat yang sama, karyawan tersebut harus memberitahu karyawan lain yang ada disekitarnya untuk melaporkan dan menghubungi Satuan Pengamanan/UPN bahwa terjadi kebakaran.

3. Selama Satuan Pengamanan belum tiba di lokasi kebakaran, adalah kewajiban karyawan terdekat yang dipimpin oleh pejabat senior mengkoordinasikan pemadaman.

4. Setibanya di lokasi kebakaran, Satuan Pengamanan akan mengambil alih koordinator pemadaman bekerja sama dengan atau dibantu karyawan lainnya. Bila kebakaran diduga menimbulkan bahaya lain seperti terlepasnya zat radioaktif atau kecelakaan manusia wajib bekerja sama dengan bidang K2.

5. Sementara itu Petugas Pengamanan yang lain dengan alat komunikasi yang ada segera melaporkan kepada Kepala PTNBR, Komandan UPN, dan Kepala Bidang K2 serta Kepala Bagian Tata Usaha bahwa telah terjadi kebakaran.

6. Kepala UPN setibanya di lokasi kebakaran segera mengambil alih komando pengendalian pemadam dengan mengerahkan seluruh unit teknis yang ada dibawahnya dibantu Unit Teknis Pemadam dari sektor lain yang telah siap.

7. Bila api terlampau besar, dimana untuk pemadamannya memerlukan bantuan, maka Kepala UPN atas sepengetahuan Kepala PTNBR meminta bantuan Unit Mobil Pemadam Kebakaran terdekat.

8. Bila api menjalar keluar lokasi kerja maka kepala PTNBR sebagai penanggung jawab keselamatan mengerahkan dan mengendalikan semua kekuatan yang ada dengan meminta bantuan dari Unit Pemadam Kebakaran terdekat untuk melakukan pemadaman. Ketua SatLak yang tergabung dalam Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat (OPKD) PTNBR dan Tim P2K3 selalu mengikuti dan mengevaluasi tingkat bahaya yang mungkin terjadi akibat kebakaran.

9. Setelah kebakaran dapat dikuasai dan api dapat dipadamkan Unit Pemadam meneliti daerah tersebut dengan seksama untuk mengetahui apakah masih ada sisa api atau tidak. Sementara itu SatLak Proteksi Radiasi mengecek paparan radiasi di daerah TKP dan mengecek kontaminasi Petugas.

10. Kepala PTNBR segera menyelidiki sebab-sebab terjadinya kebakaran dengan membentuk Tim Evaluasi.

11. Setelah api benar-benar padam, maka SatLak DAMKAR melakukan

Page 17: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

konsolidasi menghitung jumlah kekuatan, alat yang masih ada dan yang hilang atau rusak/habis akibat peristiwa kebakaran. Selanjutnya Kepala UPN memerintahkan masing-masing SatLak DAMKAR menyusun kembali kekuatan dalam rangka memelihara kesiapsiagaan.

12. Personil dari biidang yang menjadi anggota SatLak DAMKAR dan bertugas didaerah terjadinya kebakaran segera melaporkan semua peristiwa yang terjadi termasuk kemungkinan sebab dan jumlah korban (kalau ada) disampaikan kepada ketua SatLak DAMKAR untuk menentukan langkah selanjutnya.

13. Apabila dalam penanggulangan kebakaran terjadi kecelakaan personil, maka ditempuh prosedur pelaksanaan tentang kecelakaan kerja.

Page 18: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

BAB IV

BENGKEL____________________________________________________________

a. Tujuan Pedoman ini disusun dengan maksud untuk memberikan petunjuk secara umum kepada seluruh karyawan PTNBR BATAN Bandung tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam melakukan kegiatan perbengkelan.

b. Ruang Lingkup Ruang Lingkup yang dibahas dalam Pedoman ini meliputi Bengkel Elektronik, bengkel instrumen, bengkel mesin yang dikelompokkan sebagai mesin-mesin pengiris, mesin penyambung dan pemotong, pembentuk, pelapis dan bengkel gelas dan mesin lain yang digunakan di PTNBR BATAN Bandung.

c. Bahan Acuan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Mekanik.

d. Definisi 1. Mesin Pengiris : mesin gergaji, mesin bor, mesin bubut, mesin frais, mesin

gerinda, mesin sekrap, mesin pengasah. 2. Mesin Penyambung dan pemotong : berbagai mesin las, pemotongan dengan

gas. 3. Mesin pembentuk :

a. Mesin rol, mesin tekuk plat, mesin bengkok pipa b. Mesin Cor

4. Mesin Pelapis : mesin cat, electroplating

e. Petunjuk

Bengkel Elektronik

Umum 1. Setiap pekerja harus menempatkan solder pada tempat yang aman dari

jangkauan yang dapat mengakibatkan kecelakaan. 2. Setiap pekerja harus menggunakan alat pelindung pernapasan atau

menghidupkan fan penghisap untuk menghindari asap dari timah cair. 3. Setiap pekerja yang melakukan pen solder dan posisi hidung tidak boleh

diatas langsung mata solder. 4. Setiap pekerja harus berhati-hati terhadap tegangan tinggi yang tersedia atas

bahaya sengatan listrik. 5. Setiap pekerja harus waspada terhadap pelarut PCB (Feri Klorid yang

membahayakan mata dan kulit).

Page 19: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

6. Setiap pekerja harus berhati-hati terhadap sambungan kabel-kabel yang terbuka (telanjang).

7. Setiap pekerja yang bekerja dengan tegangan tinggi harus menggunakan sepatu dan sarung tangan dari karet, dan tidak menggunakan perhiasan dari logam untuk menghindari hantaran listrik.

8. Komponen-komponen yang dipasang harus sesuai dengan tegangan yang diperlukan untuk menghindari bahaya kebakaran (terutama komponen resistor) dan ledakan (terutama komponen kapasitor).

9. Alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan batas kemampuan pengukuran.

10. Alat-alat yang telah selesai digunakan harus dimatikan dari sumber listriknya. 11. Komponen-komponen harus disimpan pada tempat yang benar, jauhkan dari

sinar matahari langsung dan tempat yang lembab (basah).

Khusus : Untuk bengkel elektronik yang khusus akan ditentukan oleh Kepala BIE.

Bengkel Instrumen

Umum

1. Alat-alat ukur harus dikalibrasi secara berkala sesuai prosedur. 2. Instrumen harus dioperasikan pada daerah kerjanya dan pakailah sekring-

sekring yang sesuai dengan yang diperlukan. 3. Setiap pemakai alat ukur harus berusaha menghindari kesalahan pemakaian

pada berbagai macam pengukuran. 4. Instrumen harus disimpan pada tempat, posisi yang benar dan jauhkan dari

sinar matahari langsung serta tempat yang lembab (basah). 5. Setiap pemakai alat ukur harus berhati-hati terhadap kabel yang terkelupas,

tersayat dan telanjang. 6. Probe HV harus dipergunakan pada waktu mengukur tegangan tinggi diatas 1

KV AC/DC. 7. Setiap pekerja harus menggunakan sepatu dan sarung tangan karet, serta

tutup kepala non-logam di lingkungan tegangan yang disyaratkan, serta tidak menggunakan perhiasan dari logam untuk menghindari hantaran listrik.

8. Instrumen-instrumen analog dalam setiap penggunaannya jangan sampai polaritasnya terbalik.

9. Alat-alat yang telah selesai digunakan harus diputus dari sumber listriknya. 10. Instrumen gas (manometer gas/regulator) harus terpasang, tersambung

dengan rapat dan kuat. 11. Slang instrumen pneumatik, hidraulik dan gas-gas bertekanan, harus rapat

dan kuat pada sambungannya. 12. Slang penghubung fluida (zat alir) jangan sampai terganggu (tersumbat,

tergencet, rusak)

Ruang KerjaSetiap pekerja yang melakukan tugas di ruang tertutup harus dihindarkan

Page 20: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

kemungkinan dari bahaya keracunan, sengatan listrik, ledakan, benturan / jatuh karena penerangan yang kurang intensitasnya.

Khusus Untuk bengkel instrumen yang khusus akan ditentukan oleh Kepala Balai Instrumentasi dan Elektromekanik (BIE).

Bengkel Mesin

Umum 1. Setiap orang harus memahami lokasi kerja terhadap bahaya kebakaran,

kearah mana pintu-pintu darurat dan atasilah api secepatnya dan semaksimal mungkin dengan menggunakan peralatan yang telah disediakan sebelum pekerja menuju ke pintu darurat.

2. Setiap pekerja harus memelihara, memberlakukan alat dengan baik dan menggunakan secara benar, sesuai dengan fungsi.

3. Setiap pekerja yang mendapat luka walaupun kecil/ringan harus segera diobati supaya tidak terkena infeksi.

4. Setiap pekerja harus mematikan mesin dari hubungan listriknya jika akan meninggalkan atau bila akan anda perbaiki.

5. Mesin harus dimatikan bila ada kerusakan pada benda kerja dan atau kerusakan pada mesin itu sendiri.

6. Mesin jangan dibersihkan, dilumasi disetel dan diperbaiki pada saat dioperasikan.

7. Setiap orang dilarang mencuci tangan menggunakan air pendingin (coolant).8. Bagian mesin yang bergerak dari pesawat tenaga, perlengkapan transmisi

tenaga mekanis dan semua bagian yang berbahaya, harus diberi pengaman secara efektif, kecuali apabila dipasang atau ditempatkan sedemikan rupa sehingga tidak ada orang atau benda yang dapat menyinggungnya.

9. Setiap orang atau perusahaan yang memasang mesin-mesin baru, bagian mesin atau perlengkapannya harus menjamin bahwa semua pekerjaan yang telah dilakukan ditetapkan dalam peraturan.

10. Setiap orang dilarang memindahkan ataupun merubah suatu alat pengaman dari suatu mesin sehingga mesin tersebut menjadi berbahaya, terkecuali apabila mesin dalam perbaikan.

11. Setiap petugas harus melaporkan bila terjadi kerusakan atau ketidaksempurnaan dalam suatu mesin, pengaman pesawat atau alat dari tempat kerjanya.

12. Setiap petugas yang mengetahui setiap terjadinya kerusakan mesin saat operasi harus segera mematikan tenaga penggerak dan alat pengaman harus atau memberi tanda yang bersifat pengumuman yang mudah dibaca dengan ditempelkan pada mesin tersebut dan melarang penggunaanya sampai perbaikan yang diperlukan telah dilakukan dan mesin tersebut berada dalam keadaan baik.

13. Bahan pengamanan standard atau penutup harus dibuat : a. Dari metal yag kuat atau berlubang atau kawat teranyam dengan bingkai

besi siku, pipa besi atau batang besi padat.

Page 21: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

b. Dari kayu, plastik atau bahan lain yang cocok untuk apa bahan-bahan itu dipergunakan.

14. Semua pengaman harus dipasang dengan cara diletakkan dengan aman kepada mesin, lantai dinding atau plafond dan harus tetap berada ditempatnya bilamana mesin dioperasikan.

15. Roda gaya dari penggerak utama yang terbuka harus diberi perlindungan supaya tidak membahayakan dengan cara dipagar, konstruksi pada bagian luarnya dilengkapi celah-celah pengaman standar.

16. Alat-alat pembatas kecepatan, penghenti keselamatan atau klep penghenti darurat harus dilengkapi dengan sakelar jarak jauh, sehingga dalam keadaan darurat penggerak utama dapat dimatikan dari tempat yang aman.

17. Semua sekrup penyetel dalam bagian-bagian yang bergerak, dimanapun berada, harus dibuat rata, terbenam atau dilindungi dengan tabung penyelamat atau pembungkus stasioner.

18. Semua kunci, gerendel, nipel gemuk dan lain-lain proyeksi dalam bagian-bagian yang berputar, harus dibuat rata, atau pembungkus sedemikian rupa untuk menjaga orang-orang menyentuh proyeksi-proyeksi itu.

19. Titik yang bergerak dari transmisi roda-roda gesek apabila dibuka untuk bersentuhan, harus ditutup seluruhnya.

20. Bagian yang menggeser dari kompling jepit harus diikatkan kepada pemindah poros yang dijalankan, yaitu pemindah poros tidak bekerja apabila kopling dilepas.

21. Roda gigi yang terbuka yang digerakkan dengan mesin harus dijaga dengan menutup keseluruhan dan atau menutup sebagian pada tempat yang dapat menimbulkan bahaya.

22. Gigi yang digerakkan dengan tangan harus dijaga dengan cara yang sama sebagaimana diuraikan untuk gigi yang digerakkan dengan mesin apabila gigi tersebut dapat menimbulkan bencana.

23. Roda gigi rantai yang digerakkan dengan mesin rantai, harus tertutup samasekali, kecuali telah aman lokasinya.

24. Mesin tidak boleh diminyaki dengan tangan dalam keadaan jalan hal ini dapat menyebabkan kecelakaan bagi petugas.

25. Bantalan pemindah poros tidak boleh diminyaki dengan tangan ketika pemindahan poros sedang berjalan.

26. Tombol listrik penghidup mesin harus terbenam, dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga sukar terhubung karena sentuhan.

27. Jumlah tombol penghenti harus satu atau lebih sesuai dengan posisi kerja dari operator.

28. Tombol penggerak awal harus dari bahan berwarna hijau dan tombol penghenti dari bahan berwarna merah terkecuali ditentukan lain seperti tombol-tombol khusus untuk motor-motor tunggal tidak harus diberi warna merah.

29. Mesin-mesin yang dioperasikan oleh lebih dari seorang, maka setiap operator harus disediakan tombol control untuk mengggerakkan dan menghentikan mesin, dan mesin tidak akan bekerja sampai semua tombol penggerak pada posisi yang sama.

30. Mesin-mesin yang dijalankan dengan dua motor atau lebih dengan tombol

Page 22: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

tekan pengontrol yang terpisah harus dilengkapi dengan atau lebih tombol penghenti yang dapat menghentikan kerja mesin secara keseluruhan.

31. Pada mesin-mesin berat yang tetap berputar setelah sumber tenaga diputuskan harus diberi perlengkapan rem yang secara otomatis bekerja bila diperlukan untuk mencegah bahaya yang terjadi.

Mesin-mesin Pengirisan 1. Mesin harus diberi sekat/pelindung agar percikan gram atau alat yang

memungkinkan terlepas dapat ditahan sehingga tidak melukai orang. 2. Setiap pekerja harus memakai kacamata bila bekerja untuk pekerjaan yang

menghasilkan gram. 3. Lampu yang ada disetiap mesin harus dinyalakan saat bekerja , agar

pekerjaan dapat berjalan lancar tanpa kesalahan atau penyimpangan. 4. Ikatan yang saling berkaitan harus dikencangkan, misalnya ikatan-ikatan

mesin, benda kerja dan alat pemotong. 5. Setiap orang tidak boleh membuka alat-alat pengamanan/tutup mesin yang

sedang bekerja atau berputar. 6. Setiap pekerja dalam kegiatan mengangkat, menarik barang-barang harus

menggunakan sarung tangan. Karena menarik tali kabel atau rantai tanpa sarung tangan akan mengundang bahaya.

7. Pelat cekam yang sedang berputar atau benda putar yang sedang dikerjakan jangan sampai tersentuh.

8. Setiap pekerja dilarang melawan kekuatan mesin dengan kekuatan fisik misal menghentikan putaran dengan tangan, mengencangkan ikatan (baut, mur) dengan tangan dan lain-lain.

9. Gigi tenaga spindle kopeling silang dan poros pada mesin pelubang dan mesin bubut harus dilindungi dengan alat pengaman standar.

10. Meja putar horisontal pada mesin vertikal yang besar harus dikelilingi oleh pagar pengaman, yang menunjang sampai diatas bagian atas alat kerja yang berada diatas meja pengaman dapat terdiri dari dua bagian yang dapat dilepas pada bingkai mesin/lantai untuk memudahkan masuk untuk menyetel atau memperbaiki.

11. Pelat genggam pada meja bubut logam horisontal harus diperlengkapi dengan sekrup penyetel yang terpendam atau dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terdapat bagian-bagian yang menonjol.

12. Pelat genggam pada pelat genggam pelat cakram beralur pada meja bubut logam horisontal harus ditutup dengan alat pengaman standar yang akan mencakup bagian-bagian yang bergerak.

13. Mesin bubut logam horisontal harus diperlengkapi dengan rem otomatis, dan para pekerja harus dilarang meletakkan tangannya di atas pelat genggam meja bubut untuk memegang benda yang sedang dikerjakan atau di atas cakram beralur pace plate kecuali tenaga telah dimatikan.

14. Mesin bubut logam horisontal yang ditempatkan dekat gang atau jalan lewat atau paralel satu sama lain berdekatan, harus dipasang pengaman apabila perlu untuk menghindarkan pecahan-pecahan halus yang terbang mengenai orang-orang yang sedang lewat atau pekerja pada mesin bubut yang lain.

15. Alat penggerak pemotong untuk meja gerak diatas mesin frais harus ditutup

Page 23: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

sebagai pengaman. 16. Setiap pekerja pada mesin frais dilarang mencoba membuang kepingan-

kepingan dari benda yang dikerjakan dekat pemotong sebelum mesin dihentikan.

17. Mesin frais otomatik harus dilengkapi dengan pengaman percikan minyak pendingin pemotongan.

18. Setiap pekerja dilarang naik pada meja kerja mesin bubut vertikal, mesin ketam logam ketika mesin sedang beroperasi. Dengan ketentuan bahwa berada di atas meja kerja dapat diperbolehkan apabila sifat operasi memerlukannya.

19. Blok pancang pada pengetam logam horisontal harus dilengkapi dengan pengaman standar untuk sepanjang langkahnya.

Mesin Penyambung dan Pemotong 1. Setiap pekerja dengan mesin las harus memakai kacamata alas untuk

melindungi mata dari cahaya las, percikan bunga api, ingat jangan sekali-kali melihat cahaya las dengan mata telanjang.

2. Setiap pekerja dilarang mengubah parameter-parameter pengelasan pada saat pengelasan sedang berlangsung.

3. Setiap pekerja harus memakai apron, sarung tangan dan perlengkapan pelindung lain, pakailah sarung tangan yang kering untuk melindungi tangan dari kemungkinan terkena aliran listrik (electric shock), pakailah penutup mulut dan hidung sebagai filter agar asap dan gas yang timbul pada saat pengelasan sedang berlangsung tidak berbahaya bagi kesehatan.

4. Tabir penghalang harus dipergunakan untuk menghalangi cahaya tajam dan percikan bunga api supaya tidak menganggu orang lain.

5. Instrumen gas harus dipasang dengan benar, (manometer, regulator) rapat dan kuat.

6. Benda yang di las harus diletakkan pada posisi aman agar tidak mudah jatuh di waktu pengelasan sedang berlangsung.

7. Api rokok atau korek api biasa tidak boeh dipergunakan untuk menyalakan gas pembakar, pakailah korek gas.

8. Penyembur api dilarang untuk digantungkan pada tabung gas asetilen. 9. Katup silinder zat asam dan asetilen harus ditutup dan buanglah gasnya

hingga manometer menunjukkan angka nol bila pengelasan telah selesai. 10. Katup tabung bila tidak dipakai harus ditutup dengan benar. 11. Selang pipa las tidak boleh dibiarkan tergencet/terjepit dan tertekuk dan

hindarkan selang melintang jalan, supaya tidak tergilas kereta sorong. 12. Setiap pekerja las dilarang mengelas tangki pipa drum yang mengandung

bahan yang mudah meledak/terbakar, sebelum dibersihkan. 13. Setiap orang dilarang mengambil gas, tabung las untuk pernapasan; oksigen

pernapasan. 14. Air pendingin digunakan pada mesin las potong, plasma cutting, gergaji

pemotong baja harus dilengkapi dengan pengaman percikan. 15. Setiap pekerja dilarang membuang pecahan-pecahan gergaji yang patah

tanpa menghentikan terlebih dahulu mesin.

Page 24: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

Mesin Pembentuk

Roll, Tekuk Plat, Bengkok Pipa 1. Perlengkapan pengaman, penghalang yang tepat atau yang dapat disetel,

harus dipasangkan pada sisi rol yang bergerak sehingga bahan-bahan yang akan diproses dapat diisikan kepada rol, tanpa menyebabkan tangan operator terpegang diantara rol atau diantara pengaman dan rol.

2. Setiap pekerja dilarang membersihkan rol tanpa lebih dahulu menghentikan alat-alat mesin, dan memutuskan arus, kecuali pada mesin yang besar yang tidak dapat diputar dengan tangan dan dilengkapi dengan pengatur tenaga yang berjalan lambat.

Mesin Cor 1. Setiap pekerja harus memastikan bahwa kelengkapan dan kesiapan sarana

pendukung pesawat cor dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik. 2. Setiap pekerja harus memahami secara keseluruhan sistem mesin tersebut. 3. Setiap pekerja harus mengenakan pakaian kerja yang mampu menahan suhu

panas, percikan api dan percikan logam panas. Pakailah sepatu, sarung tangan kerja, topi pengaman.

4. Setiap pekerja dilarang mengubah parameter-parameter pesawat cor selagi sedang beroperasi.

5. Setiap pekerja dilarang melihat cahaya logam cair dengan mata telanjang terlalu lama, oleh karena itu diwajibkan menggunakan kacamata untuk pekerjaan cor.

6. Tabir penghalang untuk menghalangi cahaya tajam dan percikan bunga api supaya tidak menganggu orang lain harus dipasang.

7. Alat pengangkat dan pengangkut yang disediakan harus dipergunakan dengan cara yang benar terhadap bahan baku dan bahan yang telah jadi.

8. Setiap orang dilarang berdiri atau melewati di depan pintu sewaktu operasi penyalaan.

Mesin-mesin Pelapis 1. Setiap pekerja harus memastikan bahwa kelengkapan dan kesiapan sarana

pendukung pesawat cat sehinga dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik. 2. Setiap pekerja dilarang mengubah parameter pesawat pengecatan yang telah

diset selama berlangsung pengecatan. 3. Setiap pekerja harus memastikan bahwa udara yang digunakan dalam

keadaan kering, keadaan tekanan angin/kompresor telah cukup untuk mengabutkan cat yang akan digunakan.

4. Setiap pekerja harus mengenakan pakaian pengecatan, kacamata, dan penutup rambut.

5. Setiap pekerja yang melakukan kegiatan dengan mesin electroplating berhati-hatilah dengan bahan asam kuat dan hidupkan exhauser untuk mengeluarkan uap kimia yang terjadi sehingga ventilasi ruangan harus bekerja dengan baik dan pastikan tidak ada kebocoran pada sistem salurannya.

6. Setiap pekerja harus hati-hati dalam membuat larutan, harus diingat zat kimia yang dipergunakan mungkin sangat korosif dan reaktif (misalnya: H2SO4, HF,

Page 25: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

HNO3)7. Setiap pekerja harus mempergunakan sarung tangan karet, masker,

kacamata untuk menghindari percikan asam kuat. 8. Setiap pekerja harus memperhatikan posisi anoda dan katoda jangan sampai

terbalik.

Bengkel Gelas 1. Setiap pekerja harus memeriksa semua peralatan pengaman saluran gas,

meter dan cobalah sebelum mulai bekerja, supaya dalam melaksanakan pekerjaan yang sebenarnya tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan dan dalam hal penggunaan mesin-mesin yang berputar cobalah terlebih dahulu mendapatkan putaran yang sesuai.

2. Setiap pekerja harus memeriksa semua ikatan, mesin, benda kerja dan alat pemotong, dengan kuat dan benar sesuai dengan keadaan yang dipersyaratkan.

3. Setiap pekerja dengan api pemotong gelas harus memakai kacamata pelindung yang sesuai dengan pekerjaannya.

4. Setiap pekerja harus mengetahui urutan membuka kran pengatur (buka kran pengatur gas terlebih dahulu) dan jangan salah langkah dalam menutup kran pengatur (tutup kran oksigen terlebih dahulu).

5. Setiap pekerja dilarang menyalakan penyembur api dan apapun juga, jika dicurigai ada kran atau sambungan maupun pipa/slang gas oksigen yang bocor.

6. Setiap pekerja dilarang menyalakan penyembur api dengan nosel mengarah ke tubuh.

7. Setiap pekerja dilarang meninggalkan potongan-potongan gelas disekitar mesin.

8. Setiap pekerja harus menggunakan sarung tangan tahan panas bila memasukkan/mengambil benda kerja ke/dari dalam oven.

Page 26: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

BAB IV

PERALATAN LISTRIK ____________________________________________________________

a. Tujuan Pedoman ini disusun dengan maksud untuk memberikan petunjuk umum kepada seluruh karyawan PTNBR BATAN Bandung tentang langkah-langkah umum dalam keselamatan kerja dengan peralatan listrik.

b. Ruang Lingkup Ruang lingkup yang dibahas dalam pedoman ini meliputi seluruh peralatan listrik yang ada di PTNBR BATAN Bandung

c. Bahan Acuan

1. Peraturan Umum Instalasi Listrik. 2. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Penanggulangan Kebakaran dan Konstruksi Bangunan.

3. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Himpunan Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Listrik.

4. Himpunan Peraturan dan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

d. Definisi

1. Petugas adalah orang yang diberi wewenang untuk suatu jenis pekerjaan, dengan suatu syarat mempunyai kecakapan dan pengalaman teknis serta terampil dalam bidangnya.

2. Bagian listrik bisa berupa Instansi/Bidang/Bagian/Sub.Bid/Sub.Bag yang diberi wewenang dan tanggung jawab terhadap semua instansi listrik dari unit yang bersangkutan, baik dari segi operasi maupun pemeliharaannya.

3. Peralatan listrik adalah semua komponen/peralatan listrik termasuk pemutus arus, isolasi, dan kabel.

4. Kawat pentanahan adalah kawat tembaga telanjang (bare) dengan luas penampang tidak kurang dari 50 mm yang di klem pada peralatan mesin dengan baik dan dihubungkan ke tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Tegangan adalah beda potensial dari kedua kutub/kawat. Untuk keperluan juklak ini tegangan lebih besar dari 220 volt disebut tinggi dan untuk tegangan lebih kecil dari 220 volt disebut tegangan rendah.

6. Pekerjaan adalah semua kegiatan baik berupa pengoperasian, perbaikan dan pengontrolan instalasi listrik.

Page 27: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

Petunjuk yang wajib dipatuhi dan petunjuk yang disarankan

1. Setiap petugas dilarang melakukan perbaikan sebelum ada ijin dari atasan ataupun dan diwajibkan melapor bila perbaikan telah selesai dilakukan.

2. Selama peralatan diperbaiki setiap petugas wajib mencegah kemungkinan-kemungkinan yang bisa membahayakan dan wajib menggunakan label-label peringatan/pengamanan ataupun menguncinya pada posisi yang aman.

3. Setiap petugas dilarang memperbaiki instalasi-instalasi listrik yang bertegangan dan bila tidak bisa dihindari perbaikan tersebut dapat dilakukan dibawah pengawasan atau tanggung jawab dari Kepala BIE.

4. Setiap orang dilarang memasuki/bekerja pada daerah tegangan tinggi kecuali petugas yang mempunyai otorisasi. Daerah/instalasi tegangan tinggi harus dikunci, dan kunci disimpan oleh Kepala BIE.

5. Setiap petugas dilarang keras bekerja dengan alat-alat yang bertegangan listrik terutama di dalam kamar dimana ada bahaya kebakaran atau ledakan, dan di dalam ruangan dengan udara yang basah atau yang sangat lembab.

6. Setiap petugas dilarang melakukan perbaikan di malam hari kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang betul-betul penting demi lancarnya pekerjaan/produksi dan keselamatan dari instalasi.

7. Setiap petugas dilarang mengubah posisi pemutus arus kecuali atas ijin Kepala BIE. Dalam keadaan darurat petugas diperbolehkan melakukan tindakan untuk menyelamatkan jiwa ataupun instalasi.

8. Label peringatan “Jangan dijalankan” harus dipasang pada semua pemutus arus yang telah diisolasi. Label peringatan ini hanya boleh dipindahkan/dicabut oleh petugas yang memasangnya. Jangan sekali-kali mengambil risiko, jika timbul keragu-raguan hubungilah pengawas anda.

9. Semua petugas yang melakukan pekerjaan pada instalasi listrik harus tunduk kepada instruksi-instruksi dari Kepala BIE.

10. Setiap pekerjaan pada peralatan tegangan tinggi harus dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan pemutusan arus, pelepasan semua pengamanan/sekering dan pentanahan peralatan yang diperbaiki. Khusus untuk transformator hal tersebut di atas dilakukan baik pada sisi primer dan sekunder.

11. Pentanahan pada peralatan tegangan tinggi harus dilakukan instalasi yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

12. Setiap petugas dilarang memperbaiki sekering dari tipe cartridge dengan jalan menghubungkan sekering itu dengan kawat.

13. Setiap orang dilarang melakukan pekerjaan penggalian atau membuat lubang di lapangan atai di daerah-daerah sekitarnya sebelum lebih dahulu mendapat ijin.

14. Setiap orang dilarang berjalan melalui atau melintasi peralatan/perlengkapan instalasi listrik.

Page 28: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

BAB V

BAHAN KIMIA ____________________________________________________________

a. TujuanPedoman ini disusun dengan maksud untuk memberikan petunjuk secara umum kepada seluruh karyawan PTNBR BATAN Bandung tentang keselamatan dan kesehatan kerja dalam menggunakan bahan kimia.

b. Ruang Lingkup Ruang lingkup meliputi sarana tempat kerja, bahan kimia, peralatan, dan pekerja yang merupakan unsur utama dalam melaksanakan kegiatan dengan menggunakan bahan kimia.

c. Bahan Acuan 1. Hand Book of Laborotory Safety, CRC Press Inc. Boca Raton Florida. 2. Safety Hand Book, Australian Automic Energy Commission, July 1983. 3. Soemanto Iman Khasani, Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia, PT.

Gramedia, Jakarta, 1990.

d. Definisi 1. Kimia toksik adalah bahan kimia beracun, yang bahayanya terhadap kesehatan

sangat bergantung pada jumlah zat tersebut yang masuk ke dalam tubuh. 2. Bahan kimia korosif/iritan adalah bahan kimia yang mampu merusak berbagai

peralatan dari logam dan apabila bahan kimia ini mengenai kulit akan menimbulkan kerusakan berupa iritasi dan peradangan kulit.

3. Bahan kimia eksplosif adalah bahan kimia mudah meledak. 4. Bahan kimia oksidator adalah bahan kimia yang dapat menghasikan oksigen

dalam penguraian atau reaksinya dengan senyawa lain, bersifat reaktif dan eksplosif serta sering menimbulkan kebakaran.

5. Limbah bahan kimia adalah bahan kimia baik padat, cair, dan gas bekas pakai yang karena sifatnya tidak dapat digunakan lagi.

6. Nilai Ambang Batas (NAB) adalah konsentrasi dari zat, uap atau gas dalam udara yang dapat dihirup selama 8 jam/hari selama 5 hari/minggu, tanpa menimbulkan gangguan kesehatan yang berarti.

7. Tempat dan sarana laboratorium adalah tempat yang digunakan untuk melakukan kegiatan yang menggunakan bahan kimia serta dilengkapi sarana sebagai kelengkapan laboratorium, misal ruang asam, glove box, fumehood,meja kerja, exhaust fan, dan sebagainya.

8. Pekerja adalah peneliti, teknisi, laboran yang secara langsung atau tidak langsung menggunakan bahan kimia.

Page 29: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

e. Petunjuk

Umum1. Setiap wadah bahan kimia harus diberi label dan tanda – tanda yang jelas sesuai

dengan sifatnya dan mudah dibaca. 2. Setiap bahan kimia yang terdapat disuatu tempat harus diinventarisasi

berdasarkan sifatnya. 3. Dalam rangka penyimpanan bahan kimia yang akan dilakukan harus

memperhatikan sifat masing-masing bahan yang akan disimpan. Pengelompokan dalam rangka penyimpanan bahan kimia dapat dilakukan dengan memperhatikan sifat masing-masing bahan kimia yang akan disimpan.

4. Pekerja yang akan melakukan kegiatan dengan menggunakan bahan kimia harus menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.

5. Setiap pekerja harus melakukan optimasi jumlah bahan kimia yang akan digunakan dengan memperhatikan nilai ambang batasnya.

6. Sumber api harus dijauhkan apabila digunakan bahan kimia yang mempunyai sifat mudah terbakar atau mudah meledak.

7. Penggunaan peralatan bantu yang terbuat dari logam harus dihindari apabila bahan kimia yang digunakan bersifat korosif.

8. Bahan kimia yang mempunyai sifat dapat melakukan reaksi secara cepat harus dijauhkan dari bahan kimia mudah meledak yang akan digunakan.

9. Pembuangan limbah kimia dapat dilakukan setelah melalui proses olahan sesuai dengan sifat bahan kimianya.

10. Tumpahan/tetesan bahan kimia yang mempunyai sifat iritan harus dihindari. 11. Orang yang tidak berkepentingan dilarang mendekati daerah kerja.

Ruang Kerja1. Selama melakukan kegiatan menggunakan bahan kimia, sistem ventilasi ruang

kerja harus baik dengan pergantian udara minimal 8 kali per jam. 2. Fumehood, glove box, atau ruang asam harus digunakan dalam kegiatan yang

menggunakan bahan kimia yang mempunyai sifat yang sesuai, kecepatan aliran udara minimal 0,5 m/detik.

3. Temperatur dan kelembaban di dalam laboratorium harus dijaga kestabilannya sesuai dengan jenis peralatan dan pekerjaan yang dilakukan.

4. Ruang kerja harus dilengkapi dengan tempat limbah khusus.

Page 30: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

TABEL 1 : NILAI AMBANG BATAS (NAB) BAHAN-BAHAN KIMIA

NO. NAMA BAHAN NAB (ppm) NAB (mg/m³)

1. Air raksa - 0,05 2. Amoniak 25 18 3. Anilin 2 10 4. Asam bromida 3C 10C 5. Asam klorida 5 7 6. Asam flourida 3C 2,5C 7. Asam formiat 5 9 8. Asam nitrat 2 5 9. Asam sianida 10C 10C 10. Asam sulfat - 1 11. Asam sulfida 10 14 12. Asbes - 5 serat/cm

Panjang 5 um 13. Aseton 750 1.780 14. Benzena 10 30 15. Benzil klorida 1 5 16. Brom 0,1 0,7 17. DDT - 1 18. Dioksan 25 180 19. Etil asetat 400 1.400 20. Etil eter 400 1.200 21. Fenol 5 19 22. Fluor 1 2 23. Formaldehida 1 1,5 24. Heksana 100 360 25. Iodin 0,1C 1C 26. Kadmium(uap, debu) - 0,05 27. Karbon dioksida 5.000 9.000 28. Karbon disulfida 10 30 29. Karbon monoksida 50 55 30. Karbon tetraklorida 5 30 31. Klor 1 3 32. Kloroform 10 50 33. Metanol 200 260 34. Nitrobenzena 1 5 35. Nitrogen dioksida 3 6 36. Ozon 0,1 0,2 37. Sulfur dioksida 2 5 38. Timbal (uap, debu) - 0,15 39. Timbal tetraetil - 0,1 40. Vinil klorida 5 10

Keterangan : ppm : bagian dari satu juta (volume) C : batas konsentrasi tertinggi dalam udara tempat kerja. Daftar di atas diambil dari : Threshold Limit Volues and Biological Exppsure Indices for 1986-1987 American Conference of Govermental Industrial Hygienists.

Page 31: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

TABEL 2. DAFTAR BAHAN KOROSIF CAIR

Asam Mineral

Asam nitrat (HNO3) Asam sulfat (H2SO4)

Asam klorida (HCl) Asam fluoride (HF) Asam posfat (H3PO4)

Asam Organik Asam format (HCOOH) Asam asetat (CH3COOH) Asam monokloroasetat (CH2ClCOOH)

Pelarut Organik

Petroleum Hidrokarbon terklorinasi Karbon disulfide Terpentin

TABEL 3. DAFTAR BAHAN KOROSIF PADAT

Basa

Natrium hidroksida NaOH Kalium hidroksida KOH Natrium silikat Na2O.xSiO2Amonium karbonat (NH4)2CO3Kalsium oksida/hidroksida CaO, Ca (OH)2Kalsium karbida CaC2Kalsium sianida Ca (CN)2

Asam Ttrikhloroasetat CCl3COOH

Lain-lain

Fenol C6H5OH Natrium Na Kalium K Posfor P Perak nitrat AgNO3

TABEL 5. BAHAN KIMIA OKSIDATOR

Oksidator Anorganik

Permanganat Perklorat Dikhromat Hidrogen peroksida Periodat Persulfat

Peroksida Organik

Benzil peroksida Asetil peroksida Eter oksida Asam perasetat

Page 32: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

TABEL 4. BAHAN KIMIA KOROSIF GAS

Amonia NH3

Asam klorida HCl Asam fluorida HF Formaldehida HCHO Asam asetat CH3COOH Sulfurklorida S2Cl2Tionil klorida SOCl2Sulfuri klorida SO2Cl2Belerang oksida SO2

Klor Cl2Brom Br2

Arsen triklorida AsCl3Posfor triklorida PCl3Posfor penta klorida PCl5Ozon O3

Nitrogen oksida NO2

Fosgen COCl2Akrolein CH2CHCHO Dikloroetilsulfida S(CH2CH2Cl)2

Diklorometileter O(CH2Cl)2

Kloropikrin CCl3NO3

Dimetilsulfat (CH3)2SO4

TABEL 6. PELARUT ORGANIK MUDAH TERBAKAR

No. PELARUT Daerah konst. (%) mudah terbakar

Titik A(oC)

Titik B (oC)

Titik C(oC)

1. Aseton 3 – 13 56 -18 538 2. Benzena 1,4 – 8 80 -11 562 3. Bensin 1,4 – 7,6 38 – 204 -43 280 – 456 4. Etilalkohol 3,3 – 19 79 12 423 5. Etil eter 1,85 – 48 34 -45 180 6. Heksana 1,1 – 7,5 68 -22 261 7. Heptana (n) 1,2 – 6,7 98 -4 223 8. Karbon disulfida 1 – 44 46 -30 100 9. Metanol 6 – 36,5 65 12 464 10. Metil etil keton 2 – 10 80 -7 515 11. Minyak tanah 0,7 – 5 170 – 300 38 – 66 229 12. Oktana 1,0 – 4,6 125 13 220 13. Pentana 1,4 – 8 36 -49 309 14. Petroleum eter 1 – 6 30 – 60 -57 288 15. Toluena 1,4 – 6,7 111 4,4 536

Titik A = titik didih Titik B = titik nyala Titik C = titik bakar

Titik A adalah suhu dimana tekanan uap zat tersebut sama dengan tekanan luar.

Titik B adalah titik nyala (flash point) adalah suhu dimana suatu cairan menghasilkan uap yang dapat membentuk campuran dengan udara yang dapat dibakar pada permukaan cairan.

Page 33: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

Titik C = titik bakar (ignition point) adalah suhu minimum suatu zat yang diperlukan agar zat tesebut dapat terbakar tanpa bantuan energi dari luar.

BAHAN-BAHAN YANG DIKETAHUI DAN DIDUGA BERSIFAT KARSINOGENIK TERHADAP MANUSIA. Bahan-bahan ini dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :

KELOMPOK A : Bahan yang bersifat karsinogenik dan telah ditentukan Nilai Ambang Batas (NAB) :

BAHAN NAB

Acrylonitrile – kulit 2 ppmAsbestos Amosite 0.5 fibre > 5 um/cm3

Chrysotile 2.0 fibre > 5 um/cm3

Crocidolite 0.2 fibre > 1 um/cm3

Other forms 1.0 fibre > 5 um/cm3

Bis (chloromethyl) ether 0.001 ppmPengolahan batuan chromite (chromate) 0.05 mg/m3, as Cr Chromium (VI), senyawa larut dalam air 0.05 mg/m3, as Cr Coal tar pitch volatiles 0.2 mg/m3 as benzene solubles Pembakaran Nikel Sulphide,asap dan debu 1.0 mg/m3, as Ni.

KELOMPOK B : Bahan yang bersifat karsinogen, tanpa Nilai Ambang Batas (NAB)

4 – Aminodiphenil (p-Xenylamine) – kulit Benzidine – Kulit Betta – Napthylamine 4 – nitrodiphenil

Tidak diperkenankan adanya paparan atau kontak langsung dengan bahan – bahan ini, baik melalui pernafasan, kulit, atau mulut. Pekerja harus dilindungi sedemikian rupa sehingga tidak akan terkena karsinogen tersebut.

Page 34: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

KELOMPOK C :

BAHAN NAB

Acrylonitrile – kulit 2 ppm Amitrol - Antimony trioxide Production - Arsenic Trioxide Production - BIS (Chloromethyl) eter 0.001 ppm Benzene 10 ppm Benzo (a) pyrene - Berrium 2.0 ug/m3 1, 3-Butadiene - Cadnium oxide production - Carbon tetrachloride – kulit 5 ppm Chloroform 10 ppm Chloromethyl methyl eter - Chromates dari Pb dan Zn, sebagai Cr 0.05 mg/m3 Chrysene - 3, 3-Dichlorobenzidine – kulit - Dimethylcarbamyl chloride - 1, 1-Dimethil hydrazine – kulit 0.5 ppm Dimethil sulphate – kulit 0.1 ppm Ethylene dibromide – kulit - Ethylene oxide 1 ppm Formaldehyde 1 ppm Hexachlorobutadiene 0.002 ppm Hexamethyl phosphoramide – kulit - Hydrazine – kulit 0.1 ppm 4, 4-methylene bis (2-chloroaniline) – kulit 0.1 ppm Methyl hydrazine – kulit 0.2 ppm Methyl iodine – kulit 2 ppm 2 – Nitropropane 10 ppm N – Nitrosodimethyllamine - N – phenyl – beta – naphthylamine - Phenulhydrazine – kulit 5 ppm Propane sultone - Beta – propiolactone 0.5 ppm Propyleneimine – kulit 1 ppm O – Tolidine - O – Toluidine – kulit 2 ppm Vinyl bromide 5 ppm Vinyl cyclohexene dioxide 10 ppm Vinyl chloride 5 ppm

Page 35: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

TABEL 7. BEBERAPA SIFAT BAHAN

NO. TANDA ISYARAT CONTOH BAHAN / PRODUK

1. E = Explosive materialBahan mudah meledak

- Ammonium dikromatHindari goncangan, tumbukan, gesekan, bunga api dan panas.

2. O = Oxidizing substanceBahan mudah teroksidasi

- Potasium Klorat.- Hidrogen peroksida.- As perklorat.Jauhkan dari bahan bakar.

3. F = Inflamable materialBahan mudah terbakar

- Solar- Aceton- Bensin- Anh. Asam Asetat- I. D. O.- Bayonox activate- AlkoholHindari air, nyala api bebas, panas & bunga api.

4. T = Poisonous materialBahan beracun/toksik

- Phostoxin- Baygon- AsuntolHindari kontak dengan badan; segera mencari pengobatan bila kesehatan terasa terganggu.

5. C = Corrosive materialBahankorosif/menimbulkan luka pada kulit

- As. Asetat- Anh. As. Asetat- As. Fosfat- Soda Kausti- As. Sulfat- As. Klorida- Pip. -65Hindari kontak dengan badan, jangan menghirup uap, cari pengobatan bila terasa terganggu.

6. Xn = harmful substanceBahan berbahayaXi = cause irritationMenimbulkan iritasi

- Xn = - neguvon- AAs. salisilat- Xi = - larutan amonia- As. kloridaJangan menghirup uap, hindari kontak dengan kulit, mata dan pakaian.

Page 36: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

BAB VI

GAS ____________________________________________________________

a. TujuanPedoman ini disusun dengan maksud untuk memberikan petunjuk secara umum kepada selurah karyawan PTNBR BATAN Bandung tentang kesehatan dan keselamatan kerja dalam menggunakan bahan gas.

b. Ruang Lingkup Ruang lingkup yang akan dibahas adalah bahan gas yang lazim digunakan di laboratorium/lapangan, serta peralatan, jenis gas yang digunakan, dan pekerja yang terlibat.

c. Bahan Acuan 1. Safety Hand Book, Australian Atomic Energy Commission, July 1983. 2. Soemanto Imam Khasani, Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia, PT.

Gramedia, Jakarta, 1990.

d. Ketentuan Umum1. Semua gas harus diinventarisasi dan diberi label dan tanda-tanda yang

menerangkan jenis, masa berlaku dan sebagainya serta mudah dibaca. 2. Tabung gas bertekanan tinggi disimpan dalam keadaan tegak dan terikat. 3. Tabung gas harus disimpan pada tempat yang aman, jauh dari sumber panas atau

api, dari bahan kimia korosif. 4. Pengelompokan gas yang akan disimpan dapat dilakukan dengan memperhatikan

sifat masing – masing gas. 5. Setiap pekerja harus telah mendapatkan pelatihan khusus tentang pemadaman

kebakaran, pelatihan mekanik gas dan sebagainya. 6. Setiap pekerja yang akan menggunakan bahan gas harus menggunakan jas lab

dan peralatan bantu yang sesuai dengan sifat gasnya, misalnya masker, sarung tangan karet dan sebagainya.

Ruang Kerja1. Selama melakukan kegiatan menggunakan bahan gas, sistem ventilasi harus dalam

keadaan baik. 2. Temperatur ruangan dan kelembaban harus tetap terjaga kestabilannya. 3. Apabila bahan gas/tabung berada di luar laboratorium, maka pipa yang

menyalurkan gas dibagian luar ruangan harus diberi kran.

Page 37: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

BAB VII

BEJANA TEKAN ____________________________________________________________

a. Tujuan Usaha pencengahan kecelakaan baik secara preventif maupun korektif terhadap bahaya yang timbul akibat bejana tekan berupa bahaya peledakan yang terjadi karena tekanan tinggi dari dalam bejana, bahaya kebakaran atau keracunan oleh sifat fluida di dalam bejana dan bahaya akibat kesalahan penanganan bejana tekan itu sendiri.

b. Ruang Lingkup Pedoman umum tentang bejana tekan adalah pedoman keselamatan dan kesehatan kerja yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan dalam hal penanganan dan penggunaan bejana yang berisi fluida bertekanan seperti udara, gas, uap, air dan cairan berupa tangki tekan, tangki tandon pada kompresor, tabung-tabung baja, termasuk ketel uap dan meliputi penggunaan material, pemeriksaan dan perlengkapan perlindungan bejana tekan.

c. Bahan Acuan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional : 1. Himpunan Pedoman Keselamatan & Kesehatan Kerja Bidang Mekanik 2. Himpunan Pedoman Keselamatan & Kesehatan Kerja Bidang Listrik dan Uap 3. Standar Nasional Indonesia No. : SNI-1715-1989-E tentang Pewarnaan Botol

Baja / Tabung Gas Bertekanan.

d. Definisi 1. Bejana tekan adalah bejana yang di dalamnya berisi fluida bertekanan lebih

tinggi daripada tekanan udara luar. 2. Tabung baja adalah bejana tekan selain pesawat uap yang dipakai untuk

menampung gas atau gas campuran termasuk udara baik dikempa menjadi cair dalam keadaan larut atau beku.

3. Pelat nama adalah pelat yang dipasang pada suatu alat/pesawat/bejana yang memuat data-data atau identitas alat itu.

4. Alat kendali temperatur adalah suatu alat yang dipakai untuk mengetahui dan mengendalikan temperatur dari suatu bejana bertekanan supaya tidak melebihi suhu rancangan.

5. Kompresor adalah suatu alat untuk memampatkan gas atau udara.

e. Petunjuk Tanda-tanda pengenal1. Pada setiap bejana tekan harus tertera tanda-tanda pengenal berupa pelat nama

atau tercetak langsung pada bejana itu yang harus diperhatikan dalam penanganan dan penggunaan bejana tekan tersebut.

2. Tanda pengenal harus tercetak tidak mudah terhapus, mudah dan tampak jelas terlihat dan dibaca dan diusahakan tidak tertutup. Bila bejana harus dibalut isolasi,

Page 38: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

maka di atas tanda pengenal diberi petunjuk untuk dapat dibuka dan dibaca. 3. Tanda-tanda pengenal yang harus ada memuat :

a. Tanda atau nama pabrik pembuat b. Nomor Tag/Seri pembuatan c. Tahun pembuatan d. Nama jenis fluida isi (bukan simbol kimia) e. Volume air yang dapat diisikan f. Berat kosong g. Berat isi penuh h. Kisaran suhu penyimpanan i. Tekanan kerja maksimum j. Tekanan uji hidrostatika k. Waktu pengujian (terakhir)

4. Khusus bejana tekan jenis botol baja harus diberi kode warna dan tulisan sesuai standar yang dengan itu dapat dikenali isinya untuk perhatian dalam penanganan. a. Botol baja untuk kelompok gas yang dapat menyebabkan tercekik/kekurangan

zat asam (Asphyxian Gases) misalnya : nitrogen, karbondioksida, gas mulia (argon, helium, kripton, xenon dan neon), gas fluoro carbon (refrigerant) harus dicat warna abu-abu.

b. Botol baja untuk kelompok gas mudah terbakar dan atau meledak (Inflammable and or Explosive Gases) misalnya : hydrogen, asetilen, gas-gas hydrocarbon (carbonil sulfida, pentana, methana, propylene, methanol, ethanol, benzena, alkohol, vinil chlorida, butane dan propane) harus dicat warna biru (light blue) dengan tanda warna merah pada bagian sekeliling tingkapnya.

c. Botol baja untuk kelompok gas beracun (Poisonous Gases) misalnya : arsine, cyanogen, hydrogen cyanida, phosgene, berbagai macam pestisida, asam chlorida, dichlorobenzena, nitrogen dioksida, atau tetraoksida, penta chlorida, fenol, naptalena. Amonium chlorida, carbon monoksida, glioksida dan bromethil harus dicat warna kuning tua.

d. Botol baja untuk kelompok gas menyengat (Corrosive Gases) misalnya: anhydrous amoniak, amoniak, boron trikhlorida, khlor, sulfur dioksida, hidrogen khlorida, methil khlorida, dan methil bromida harus dicat warna kunig muda.

e. Botol baja untuk kelompok gas pengoksida (Oxidijing Gases) misalnya: oksigen termasuk udara tekan harus dicat warna biru muda.

f. Botol baja untuk gas campuran (Mixed Gases) harus dicat warna gabungan masing-masing kelompok gas yang dicampurkan.

g. Botol baja untuk kelompok gas bagi keperluan kesehatan (Medical Gases) harus dicat warna putih.

h. Pada bagian badan botol saja sepanjang badan harus diberi tulisan nama gas yang diisikan dibuat dengan sablon warna hitam.

i. Pada leher botol dapat ditempelkan label dan tanda-tanda khusus mengenai : sifat gas, bahaya dan petunjuk penanganannya.

j. Standar warna botol baja ini tidak berlaku untuk tabung alat pemadam api ringan.

Page 39: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

Jaminan kualitas bejana tekan1. Bejana tekan yang dipergunakan harus terjamin kualitasnya yang dinyatakan

dengan kelengkapan sertifikat hasil pemeriksaan atau pengujian yang telah dilakukan.

2. Sebelum bejana tekan dipergunakan harus diperiksa secara visual terhadap kerusakan, karat atau cacat pada permukaan. Bejana tekan yang kedapatan rusak sedemikian rupa sehingga diduga tidak memenuhi syarat keselamatan harus diuji lagi kekuatannya dan atau dilarang dipergunakan.

3. Pengujian ulang dengan tekanan hidrostatika harus dilakukan secara berkala sesuai ketentuan ijin yang berlaku.

4. Pengujian ulang juga harus dilakukan pada bejana tekan yang mengalami perubahan konstruksi, pekerjaan tambah atau dilakukan reparasi atas bejana tekan itu.

Alat pengaman dan perlengkapan lain1. Tiap bejana tekan harus dilengkapi dengan alat pengaman dan perlengkapan lain

agar bejana tekan dapat menjamin untuk digunakan dengan aman. 2. Yang termasuk alat pengaman adalah :

a. Alat penurun tekanan. b. Alat pengurang vakum. c. Alat kendali temperatur.

3. Yang termasuk perlengkapan lain adalah : a. Indikator tekanan. b. Indikator tinggi permukaan cairan. c. Saluran pembuangan (drainage)d. Lubang angin (venting)

4. Alat penurun tekanan harus mampu mencegah kenaikan tekanan lebih tidak melebihi 110% dari disain kisaran tekanan yang disebabkan ekspansi isi bejana oleh kenaikan suhu, reaksi kimia atau daya tekan dari pompa/kompresor.

5. Alat penurun tekanan yang dipasang, untuk fluida mampat berupa katup pengaman (safety valve) dan untuk fluida tak mampat berupa katup penurun tekanan (relief valve) yang dapat bekerja otomatis atas tekanan lebih atau mempergunakan pelat dapat pecah (rupture disc). Alat penurun tekanan dapat dipasang tunggal atau rangkap untuk jaminan terhadap keselamatan.

6. Ukuran alat penurun tekanan dan saluran buangannya harus mampu membuang sejumlah maksimum yang dapat dihasilkan pada bejana tersebut tanpa menaikkan tekanan lebih besar dari pada 110% disain kisaran tekanan.

7. Diantara bejana dan alat penurun tekanan dilarang ada katup penutup, kecuali memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan berkala atau pemeliharaan dari alat penurun tekanan tersebut dan dapat disegel dalam posisi tertutup atau terbuka yang dilakukan berdasarkan prosedur penyegelan oleh pihak yang berwenang.

8. Buangan dari alat penurun tekanan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga mencegah bahaya bagi orang atau kerusakan pada peralatan lain. Kecuali ditentukan lain, untuk bejana berisi zat beracun atau mudah terbakar dapat dibuang ke atmosfer dengan ketentuan buangan ada di luar dan jauh dari bangunan.

9. Pada setiap bejana tekan harus sekurang-kurangnya dipasang 1 (satu) indikator

Page 40: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

tekanan yang berfungsi baik dan dikalibrasi. 10. Indikator tekanan harus tampak dari posisi operator mengontrol tekanan bejana,

jelas terbaca dengan ketelitian mempunyai skala pengukura 1,5 sampai 2 kali tekanan kerja yang diijinkan.

11. Pada bejana tekan harus ada saluran pembuangan cairan yang terletak pada bagian terbawah bejana, terutama pada tiap bejana yang berisi atau mungkin akan membawa karat bagi bejana atau yang merugikan atau yang mudah terbakar. Bilamana menggunakan katup untuk pembuangan material yang merugikan atau mudah terbakar, maka harus disambung pipa pembuangan yang mengalir ke lokasi aman, mencegah bahaya bagi orang atau kerusakan peralatan.

12. Pada bejana tekan harus ada lubang angin yang terletak pada bagian tertinggi bejana untuk mengalirkan udara sewaktu uji tekan hidrostatika.

13. Lokasi pemasangan katup, alat penurun tekanan, alat pengamanan dan perlengkaan lain harus pada tempat yang mudah dicapai bila diperlukan untuk operasi, pemeriksaan maupun pemeliharaan.

Peletakan, pengangkutan dan perlakuan terhadap bejana tekan1. Bejana tekan yang dipasang tetap dalam dudukan dengan penunjang yang kuat

dalam posisi horisontal rata air atau vertikal. 2. Lokasi bejana tekan berada harus terlindungi dan dihindari dari zat yang korosif. 3. Pengangkutan atau pemindahan bejana tekan harus menggunakan alat

pengangkut atau pengangkat yang tepat dan dicegah dari kemungkinan jatuh atau terantuk dengan benda lain yang keras dan tajam.

4. Terhadap bejana tekan harus selalu dilakukan pemeliharaan, pemeriksaan alat pengaman dan kelengkapannya serta dijaga kebersihannya.

5. Botol-botol baja bila tidak dipergunakan harus dipasangkan kap pelindungnya dengan tepat untuk melindung katupnya.

6. Botol baja isi bertekanan dilarang berada dekat dengan sumber panas atau terkena sinar matahari langsung.

7. Bahan pelumas dan paking yang mengandung minyak atau lemak dilarang dipergunakan atau untuk melumasi katup pada botol baja yang berisi oksigen atau gas lain yang mengandung oksida.

8. Botol-botol baja yang digunakan atau disimpan harus diletakkan berdiri dan diberi pengikat dari kemungkinan roboh dengan memperhatikan jenis isi masing-masing botol. Botol baja berisi oksigen harus dijauhkan dari botol gas lainnya yang mudah terbakar, minimum 6 m.

9. Instansi pemakai wajib menyimpan daftar semua botol baja yang menjadi tanggung jawabnya, lengkap dengan data tanda pengenal, isi dan masa berlaku isinya.

10. Dari sisi tekan pada kompresor yang berhubungan dengan tangki tandon tidak boleh ada katup, bila ternyata ada maka harus dipastikan dan diamankan dalam keadaan terbuka pada saat operasi.

11. Tangki tandon pada kompresor harus secara berkala dikeringkan dari air embunan di dalamnya dengan membuka katup pada saluran pembuangannya atau dipasangkan katup pembuangan otomatis (automatic drain).

Page 41: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

f. Pengawasan 1. Terhadap bejana tekan harus selalu dilakukan pengawasan untuk menghindari

risiko bahaya yang dapat timbul dan melaksanakan pemeliharaan bejana serta alat-alat pengaman dan perlengkapan lainnya dengan sebaik-baiknya.

2. Sambungan-sambungan katup, pipa dan perlengkapan pada bejana tekan harus selalu diperiksa kekedapannya. Kebocoran yang terjadi pada botol baja sebagai penampung gas akan memberikan kerugian dan pada botol baja yang berisi kelompok gas yang menyebabkan tercekik, kelompok gas mudah terbakar dan meledak, kelompok gas beracun dan kelompok gas menyengat dapat menimbulkan bahaya.

3. Fungsi dari alat-alat pengaman dan perlengkapan bejana tekan harus selalu diuji ulang untuk menjamin keandalannya.

4. Bejana tekan yang berada di lingkungan zat korosif harus selalu diperiksa kemungkinan kerusakan karena karat. Untuk botol baja yang berisi kelompok gas korosif dapat diperiksa dengan diketuk-ketuk, bila bunyinya tidak nyaring berarti dinding dalam telah dimakan karat yang akan mengurangi kekuatannya.

5. Pengecekan ulang botol baja harus dilakukan apabila warna sudah berubah, luntur, warna hilang atau tertutup sehingga tidak lagi menunjukkan identitas warna yang sesungguhnya, atau setelah dilakukan uji tekan hidrostatika ulang, atau bila dilakukan penggantian isi dengan gas lain atas ijin Departemen Tenaga Kerja.

g. Pendidikan dan Pelatihan 1. Pengoperasian bejana tekan termasuk peralatan pembangkit tekanan terkait

seperti pompa, kompresor dan pesawat uap harus dilakukan oleh teknisi atau operator yang mempunyai wewenang mengoperasikan dan telah menjalani pendidikan dan pelatihan untuk alat-alat itu. Kesalahan operasi seperti kesalahan buka tutup katup dapat menimbulkan kerusakan dan bahaya fatal.

2. Kepada operator yang melayani penggunaan botol-botol baja berisi gas berbahaya harus diberikan pendidikan dan pelatihan penanganan terhadap bahan-bahan berbahaya.

h. Pelaporan 1. Dalam pengoperasian mesin pembangkit tekanan untuk bejana tekan harus

selalu diikuti dengan pencatatan rekaman data dalam buku/lembar log seperti data tekanan dan temperatur yang dicatat setiap waktu secara berkala.

2. Pengelolaan bejana tekan harus menyimpan sertifikat uji bejana tekan dan surat ijin pemakaian yang masih berlaku yang dikeluarkan oleh instansi berwenang, dan mengajukan permohonan perpanjangan ijin sebelum kadaluarsa.

3. Pengelola harus mencatat jumlah botol-botol baja beserta tanda-tanda pengenalnya, melakukan pemeriksaan dan mencatat data-data isi gas, tekanan dan kondisi secara berkala baik digunakan ataupun tidak digunakan.

Page 42: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

BAB VIII

MEDIK____________________________________________________________

A. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

a. Tujuan Pedoman ini dibuat sebagai petunjuk bagi awam untuk penyelamatan apabila terjadi kecelakaan ditempat kerja dengan tujuan agar korban menjadi atau merasa aman dan tenang serta mencegah kondisi yang lebih buruk sambil menunggu pertolongan dokter. Oleh karena itu pedoman ini sengaja dibuat rinci.

b. Ruang lingkup Ruang lingkup pedoman ini meliputi petunjuk umum : pertolongan pertama pada : pingsan, terbakar, pendarahan, patah tulang, shock akibat aliran listrik, gigitan ular berbisa; pernafasan buatan dan pijat jantung.

c. Bahan Acuan 1. Kartono M. Pertolongan Pertama, Gramedia, Jakarta, 1980. 2. Safety Handbook, Australia Atomic Energy Commision, 1983 3. Panduan Bahan Berbahaya, Edisi I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(1985). 4. Diagnosis dan Penilaian Cacat karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja,

Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Jakarta, 1989.

d. Definisi 1. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan yang dapat

menyebabkan luka atau kerugian pada manusia dan benda yang disebabkan oleh suatu kejadian atau kondisi yang tidak terduga.

2. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang dialami oleh seorang karyawan semenjak ia meninggalkan rumah kediaman sampai menuju ke tempat pekerjaannya, selama jam kerja, maupun sekembalinya dari tempat kerja menuju rumah kediamannya melalui jalan yang biasa ditempuh, sedemikian rupa sehingga karyawan tersebut dalam waktu 2 x 24 jam setelah kejadian kecelakaan itu tidak dapat melakukan pekerjaan.

3. Perlemahan (impairment) adalah setiap gangguan atau ketidaknormalan psikologik dan atau fisiologik dan atau struktur anatomi dan atau fungsi.

4. Ketidakmampuan (disability) adalah setiap keterbatasan atau berkurangnya kemampuan (sebagai akibat dari perlemahan) untuk melakukan aktivitas dengan cara atau dalam batas–batas yang dianggap normal untuk manusia.

5. Cacat (handicap) adalah kerugian yang diderita oleh seseorang sebagai akibat dari perlemahan atau ketidakmampuan yang membatasi atau mencegah orang itu untuk melakukan perannya yang normal untuk ukuran orang itu.

Page 43: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

e. Petunjuk Umum1. Apabila terjadi kecelakaan di suatu unit atau daerah kerja, maka karyawan yang

mula-mula mengetahui kejadian tersebut harus memberikan pertolongan pertama. 2. Karyawan yang telah memberikan pertolongan pertama ataupun karyawan lain

yang mengetahui kejadian tersebut, harus segera menghubungi poliklinik PTNBR atau poliklinik yang terdekat dan kepala bidang K2 guna mendapatkan bantuan segera. Pemberitahuan perihal terjadinya kecelakaan harus singkat dan jelas dengan menyebutkan lokasi kejadian, identitas pelapor serta peristiwa kejadian.

3. Apabila karena keadaan, poliklinik tidak dapat menangani atau merawat korban, maka dokter yang bertugas akan mengirim korban ke unit gawat darurat RSU terdekat guna mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

4. Atasan langsung tempat korban bekerja harus melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Bidang K2 menggunakan formulir laporan kecelakaan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.

5. Dokter poliklinik yang bertugas harus pula membuat laporan kecelakaan dengan menyebutkan keadaan korban dan mengirimkan laporan tersebut kepada Kepala bidang K2.

6. Kepala Bidang K2 harus melaporkan kejadian tersebut kepada Kepala PTNBR. 7. Atas dasar laporan tersebut, Kepala PTNBR akan mengirimkan laporan resmi

kepada Deputi terkait tentang kecelakaan tersebut. 8. Kepala PTNBR akan meneliti sebab-sebab kecelakaan dan menentukan lebih

lanjut langkah-langkah pencegahan agar kecelakaan serupa tidak terulang lagi. 9. Setelah penderita sembuh atau tidak dirawat di rumah sakit, maka ia wajib

melaporkan diri ke dokter poliklinik PTNBR dengan menyerahkan surat keterangan dari rumah sakit dan/atau dokter yang merawatnya kepada Kepala Bidang K2.

10. Dokter poliklinik PTNBR akan mengirimkan laporan sembuh dengan menjelaskan tentang prosentase cacat atau keadaan lainnya dari korban kepada Kepala Bidang K2.

11. Bila kecelakaan kerja menimpa seorang karyawan diluar kawasan atau lingkungan kerja, maka setiap karyawan ataupun pihak keluarga yang mengetahui kejadian tersebut harus memberitahukan ke Kepala PTNBR melalui atasan langsung/Kepala UPN/Kepala Bidang K2.

Pertolongan Pertama

PingsanApabila ada seseorang yang pingsan pada waktu menjalankan tugas karena suatu kecelakaan, maka korban harus segera mendapatkan pertolongan pertama dari karyawan lainnya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Korban dibawa ke tempat yang teduh dan aman dimana cukup tersedia udara bersih.

2. Ikat pinggang dilonggarkan, kaos kaki dilepas, serta baju dan sepatunya dibuka.

3. Pernafasannya diperhatikan dengan melihat naik turunnya dada dan dinding perut dan mendengarkan dari dekat mulut korban.

4. Apabila korban tidak bernafas, pernafasan buatan harus segera dilakukan. 5. Ujung-ujung jari kaki dan tangan, punggung dan perut dipanasi dengan botol

Page 44: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

berisi air hangat. 6. Kepada korban diberikan bau-bauan yang merangsang.

Pendarahan Apabila seseorang mengalami kecelakaan yang mengakibatkan pendarahan, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Korban diterlentangkan atau dibaringkan dengan menegakkan atau meninggikan

bagian yang luka (kecuali bila ada patah tulang). 2. Tempat perdarahan ditekan dengan tangan secara hati-hati. Sebaiknya digunakan

perban steril untuk menutup tempat perdarahan sebelum ditekan. Selanjutnya tempat perdarahan dibalut dengan kuat untuk mencegah perdarahan lebih lanjut.

3. Apabila perdarahan masih terus berlangsung, perban steril dan pembalut lain harap ditambahkan tetapi JANGAN MELEPAS YANG PERTAMA.

4. Apabila terdapat benda asing di tempat luka, seperti : gelas, logam, kayu, dan sebagainya, maka jangan mencabut benda tersebut. Dalam kasus ini, tekan bagian tepi dari luka dengan menempatkan perban steril di sekeliling luka dan balut.

5. Jika perlu bawa korban ke poliklinik terdekat untuk mendapatkan tindakan yang medis yang lebih lengkap.

Terbakar 1. Apabila seseorang terbakar api badannya dan kemudian pingsan, maka

pertolongan pertama-tama diatasi pingsannya terlebih dahulu. Setelah sadar, bagian yang terbakar diolesi dengan vaselin atau levertran zalf, kemudian diselimuti. Jangan sekali-kali memecahkan kulit yang melepuh atau bengkak berisi air.

2. Apabila seseorang terbakar bajunya, maka orang tersebut harus berguling-guling dipasir atau dibungkus selimut untuk mematikan apinya. Setelah itu ditolong seperti prosedur di atas. Jangan merobek atau menarik baju yang terbakar.

3. Apabila seseorang terpercik atau tersiram bahan kimia korosif pada bagian mata, kulit, atau badan, segera disiram dengan air yang mengalir sebanyak-banyaknya selama minimal 15 menit.

Patah tulang Apabila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang, maka pada tempat yang patah dipasang dua papan (spalk) dan kemudian diperban : 1. Tulang paha : Spalk dipasang di kanan dan kiri dari paha yang patah dan

kemudian dibalut. 2. Tulang kering betis : Spalk dipasang di kanan dan kiri dari bagian betis yang

patah dan dibalut. 3. Tulang lengan atas atau lengan bawah : Spalk dipasang di kanan dan kiri

dari tangan yang patah dan kemudian dibalut. Setelah itu digendong dengan kain yang diikatkan pada leher.

4. Tulang telapak tangan : Spalk dipasang disebelah punggung tangan dan kemudian dibalut. Setelah itu digendong dengan kain yang diikatkan pada leher.

5. Tulang belakang: Penderita diterlentangkan menengadah pada tempat yang keras dan rata (papan). Diletakkan bantalan di bagian punggung dan dibalut.

6. Tulang leher : Penderita diterlentangkan menengadah. Diletakkan bantalan di

Page 45: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

kanan kiri batang leher yang patah dan kemudian dibalut. 7. Pada patah tulang terbuka atau tulang kelihatan, maka mula-mula tempat tulang

yang keluar ditutup dengan perban steril kemudian dibalut. Setelah itu dipasang spalk seperti prosedur di atas.

CATATAN : Jangan coba memeriksa dengan menggerakkan bagian tubuh yang diduga patah !

Shock akibat aliran listrik 1. Korban dibebaskan dari aliran listrik dengan jalan memutuskan saklar yang

langsung mengalirkan aliran listrik tersebut. Apabila aliran listrik tersebut tidak dapat diputuskan, korban diusahakan ditarik dengan tangan yang memakai sarung tangan karet anti listrik, tongkat anti listrik atau tali. Perlu diingatkan bahwa semua alat pertolongan tersebut harus kering dan jangan sentuh korban dengan tangan telanjang atau logam.

2. Pernafasan korban diperiksa dengan memperhatikan cara naik turunnya dada dan dinding perut dan mendengarkan dari dekat mulut korban. Bila tidak bernafas, segera ditolong dengan pernafasan buatan.

3. Bila denyut jantung berhenti, diberikan pijat jantung (cardiac massage)

Pernafasan buatanApabila terjadi kecelakaan dan korban tidak bernafas, maka segera dilakukan pernafasan buatan. Prosedur pertolongan pertama gawat darurat yang memadukan teknik nafas buatan dan teknik sirkulasi buatan dianggap tindakan penyadaran jantung-paru yang paling baik, untuk nafas buatan adalah pernafasan mulut ke mukut atau nafas buatan mulut, dan teknik penyadaran yang baik untuk sirkulasi buatan yang baik adalah pijat jantung eksternal. Dalam hal ini selalu dimulai nafas buatan mulut terlebih dahulu. Kemudian ditentukan perlu tidaknya pijat jantung eksternal.

Prosedur teknik nafas buatan mulut1. Korban dibaringkan terlentang 2. Penolong berlutut di samping korban 3. Mulut dan saluran nafas dibersihkan dari benda asing seperti permen karet, gigi

palsu dan kotoran lainnya. 4. Salah satu penolong diletakkan di bawah leher dengan posisi menyangga 5. Tangan lainnya diletakkan pada jidat korban sedemikian rupa sehingga jempol dan

telunjuk dapat menutup hidung 6. Tangan dibawah leher diangkat dengan hati-hati sedangkan tangan pada dahi

korban ditekan ke bawah. Kejadian ini akan merentangkan leher korban dan membuka saluran nafas

7. Nafas ditarik dalam-dalam (lebih kurang 2 kali nafas normal) mulut dibuka lebar-lebar, mulut penolong diletakkan di atas mulut korban dan udara dihembuskan

8. Penolong menahan hingga dada korban menggembung. Segera setelah itu mulut penolong diangkat dari mulut korban dan hembusan dari korban dibiarkan berakhir dengan sendirinya.

9. Diulangi sampai 12 – 14 kali tiap menit untuk orang dewasa, 18 – 20 kali untuk bayi dan anak – anak.

10. Jika dada korban tidak menggembung, diperiksa apakah terdapat salah satu atau

Page 46: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

lebih keadaan berikut ini dan harus diperbaiki. Kebocoran udara; dalam hal ini kemungkinan letak mulut penolong tidak rapat pada mulut atau hidung korban, sehingga udara bocor ke samping. Sumbatan saluran nafas korban; dalam hal ini jari dimasukkan ke dalam mulut korban dan benda asing, muntahan, dan bekuan darah dikeluarkan. Jika dada masih tidak mampu menggembung, tangan diangkat dari leher, jempol dimasukkan ke dalam mulut dan rahang bawah dicengkeram diantara jempol dan jari dan rahang diangkat ke atas, ditahan pada kedudukan ini sambil diteruskan melakukan pernafasan buatan.

11. Pada anak-anak dan bayi jumlah udara yang diperlukan lebih sedikit. Pada bayi jumlah udara yang tertahan dalam dada penolong dapat mencukupi. Tetapi, hendaknya mulut penolong segera diangkat setelah dada korban mengembung, agar tidak terjadi kerusakan..

12. Pernafasan mulut-hidung dapat dilakukan dengan teknik sama kecuali tentunya, mulut korban ditutup, sedangkan mulut penolong diletakkan rapat di atas hidung korban

13. Jika penolong ragu-ragu meletakkan mulutnya di atas mulut korban, pernafasan mulut ke mulut dengan memuaskan dapat dilakukan melalui sapu tangan.

Pijat jantung eksternalSetelah pernafasan mulut ke mulut dilakukan dengan 5 – 6 nafas cepat, periksa untuk mengetahui apakah pijat jantung eksternal harus dimulai, dalam hal ini hanya diperlukan jika jantung berhenti. Umumnya penyegaran pernafasan mulut ke mulut akan cukup menyebabkan pergerakan kembali jantung. Denyut nadi diperiksa, dalam hal ini yang paling baik adalah denyut nadi karotid pada leher, yakni, arteri besar yang terletak dekat permukaan sisi samping jakun kiri kanan

Pupil mata diperiksa, dalam hal ini jika pupil mata terbuka lebar dan tidak berkerut jika terkena cahaya, maka aliran darah ke otak tidak mencukupi.

Jika tidak terdapat denyut nadi atau pupil mata terbuka lebar dan tidak berkerut, pijat jantung eksternal dimulai.

Dilakukan penekanan pada atas tulang dada.

Telapak salah satu tangan diletakkan pada tulang dada sepertiga lebih rendah (tanda “X” pada gambar 11) dan tangan lainnya di atas nadi.

Tulang dada ditekan ke arah tulang belakang dengan menekan tangan ke bawah menggunakan bobot bagian tubuh sebelah atas.

Tekanan ini kemudian dilepas cepat-cepat. Siklus ini diulangi 60-80 kali tiap menit untuk orang dewasa, 80-100 kali tiap menit untuk anak-anak.

Tulang dada harus bergerak 3,75 cm – 5 cm pada orang dewasa. Dada anak-anak tidak sekuat itu dan pijat jantung eksterna pada bayi dapat dikerjakan dengan dua jari sedangkan pada anak-anak lebih tua hingga hingga usia 10 biasanya satu tanganpun sudah mencukupi.

Jari harus tetap jauh dari rusuk untuk menghindarkan patah.

Sering kali denyut jantung dieriksa untuk mengetahui apakah jantung sudah mulai

Page 47: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

bergerak kembali.

Gigitan ular berbisa Dari lebih dari 2000 spesies ular di dunia, hanya sekitar 250 spesies yang berbisa. Bisa ular mengandung enzim, protein non-ensimatik dan zat-zat lain seperti asetilkolin dan shidroksi-triptamin. Beratnya efek toksik dari gigitan ular tergantung kepada jenis dan jumlah bisa yang digigitkan. Gejala-gejala akibat gigitan ular berbisa : 1. Efek lokal : Ular berbisa meninggalkan dua atau kadang-kadang satu tanda gigitan

ular taring yang khas, sedangkan gigitan ular tak berbisa meninggalkan tanda gigitan satu gigi yang berbentuk setengah lingkaran. Kulit di tempat gigitan tersebut berwarna merah, bengkak dan sakit. Setelah beberapa hari, dapat terjadi kematian jaringan, sehingga kulitnya berubah menjadi kehitam-hitaman disertai nyeri yang sangat.

2. Sistem Sistematik : Mual dan muntah Pusing dan berkunang-kunang karena tekanan darah turun. Kelemahan otot, sukar bicara dan sukar menelan sebagai akibat kelumpuhan otot-otot badan. Kadang-kadang disertai kelumpuhan otot-otot pernafasan dan akhirnya pingsan atau meninggal dunia.

Kotak P3K1. Isi kotak P3K yang minimum harus ada adalah :

Salep luka bakar 10 g 1 tubeMercurochroom 25 ml 1 botolPembalut 25 g (bungkus plastik) 2 bungkusPlester 0,5 inci 1 rolBand aid 10 buahRefagan/Aspirin 10 tabletObat anti diare (Entrostop, Diare dsb.) 10 tablet

2. Kotak P3K ditempatkan di setiap tempat yang telah ditentukan.

f. Pendidikan dan latihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan adalah tindakan yang semestinya dapat dikerjakan oleh setiap orang. Oleh karena itu setiap karyawan wajib membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan untuk keperluan itu. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka perlu diadakan kursus singkat dan pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Kursus singkat dan pelatihan ini sebaiknya dilakukan setiap setahun sekali baik bagi karyawan baru maupun karyawan lama (sebagai kursus penyegaran agar keterampilan tersebut tidak hilang) dan diorganisasikan oleh kepala satuan kerja yang ditunjuk dengan bantuan para dokter.

B. ANTIDOTUM a. Tujuan

Dalam menangani keracunan, disamping dilakukan berbagai tindakan, diberikan terapi antidotum. Maksud pemberian antidotum ini adalah mengakhiri sentuhan racun atau menetralkan efek racun.

Page 48: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

b. Ruang Lingkup Pedoman ini dibuat untuk awam, sedangkan yang pemberiannya lewat injeksi harus dilakukan oleh dokter.

c. Bahan Acuan 1. Panduan Bahan Berbahaya, Edisi I, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia (1985). 2. Manual of Early Medical Treatment of Possible Radiation SS No. 25 IAEA.

d. Definisi Antidotum adalah suatu zat atau bahan yang berfungsi menetralkan efek racun. Antidotum Umum terdiri dari bahan/zat perangsang muntah, bahan penyerap racun, zat pengasam dan pengakalis air kemih. Zat perangsang muntah (emetikum) adalah zat yang kerjanya merangsang pusat muntah pada batang otak. Efektifitasnya meningkat bila diberikan bersamaan dengan pemberian air sebanyak 200-300 ml. Emetikum tidak boleh diberikan pada korban-korban yang tidak sadar (pingsan), shock, pada kasus-kasus keracunan bahan korosif kuat dan pada korban keracunan destilat minyak bumi.

Antidotum Spesifik adalah antidotum yang penggunaanya hanya sesuai untuk penawar racun spesific yang sesuai. Antidotum untuk logam yang paling efektif jika diberikan segera setelah terjadi keracunan logam berat atau sejenisnya.

e. Petunjuk

Umum

Tabel 8. Daftar Antidotum Umum

Sub kelas Jenis Tujuan Penggunaan Dosis

Emetikum

1. Apomorfin Rangsangan muntah

Suntikan bawah kulit 0,1 mg/kg BB disertai minum air 200-300 ml

2. Sirupipeka

Rangsangan muntah terutama untuk anak-anak

Oral : dewasa 20 ml diikuti 200-300 ml pemberian dapat diulangi 1x setelah 20 menit.

Zatpenyerap Karbon aktif Penyerap racun

Oral : 30-100 gr dalam 250 ml air, dapat diulangi jika dikehendaki

Zatpengasamkemih

Amonium klorida

Untuk menghalangi serapan kembali basa organik, termasuk senyawa uranium, oleh tubulus ginjal.

Oral : dewasa 1 gr-2gr, diberikan 4-6 x sehari. Dosis disesuaikan dengan monitor pH kemih

Zatpengakalis

Natrium bikarbonat

Untuk menghalangi serapan kembali

Oral : dewasa 1-4 x sehari, 300mg-

Page 49: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

Sub kelas Jenis Tujuan Penggunaan Dosis

asam organik oleh tubulus ginjal.

1,8gr diberikan sebelum makan.Intravena : 2-5 mEq/kg BB. Dosis disesuaikan dengan monitor pH kemih.

SpesifikTabel 9. Daftar Antidotum Spesifik

Sub kelas Jenis Tujuan Penggunaan Dosis

Antagonis logam berat

Kalsium dinartrium edetat

Selatisasi logam berat beracun atau sejenisnya terutama.

Suntik : Intravena dewasa : 1,5 gr/m permukaan tubuh dibagi dalam 2 dosis.

Deferoksa-minamesilat

Selatisasi logam berat beracun terutama besi.

Suntikan intramuskulair 1 gr diikuti dengan dosis tiap 4 jam 500 mg, tergantung respon.

Dimercaprol

Selatisasi logam berat beracun terutama Arsen Emas dan Air raksa.

Dosis diatur secara individual sesuai dengan respon. Yaitu, kita-kira 2,5-5mg/kg BB diberikan suntikanintramuskulair.

C. PEMERIKSAAN KESEHATAN

a. Ruang Lingkup Pemeriksaan Kesehatan pekerja radiasi bertujuan untuk : 1. Mengetahui kondisi kesehatan pekerja radiasi baik sebelum, selama maupun

sesudah masa kerja. 2. Menentukan apakah seseorang boleh bekerja sebagai pekerja radiasi atau tidak. 3. Menyesuaikan penempatan pekerja dengan kondisi kesehatannya. 4. Untuk mengetahui apakah penyakit yang diderita oleh pekerja akibat kerja atau

bukan.

b. Pemeriksaan kesehatan ini dibedakan menjadi Pemeriksaan kesehatan sebelum masa kerja, pemeriksaan kesehatan selama masa

Page 50: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

kerja, dan pemeriksaan kesehatan setelah masa kerja.

c. Bahan Acuan 1. Safety Series No. 25, Medical Supervision of Radiation Worker. IAEA, VIENNA,

1968.2. Safety Series No. 83. Radiation Protection in Occupational Health, IAEA,

VIENNA, 1987. 3. BSS No.115 IAEA, VIENNA, 2003

d. Petunjuk

Jenis pemeriksaan

Anamnesa : Pemeriksaan anamnesa dilaksanakan dengan menggunakan formulir khusus yang diisi dan ditanda tangani oleh karyawan yang diperiksa kesehatannya dan dokter pemeriksa. Pemeriksaan Anamnesa meliputi : 1. Latar Belakang Keluarga. 2. Riwayat Kesehatan. 3. Riwayat Pekerjaan.

Pemeriksaan Medik . Pemeriksaan Medik meliputi : 1. Pemeriksaan umum meliputi pencatatan data anthropometrik (tinggi dan berat

badan, tekanan darah/tensi, fungsi organ seperti jantung, paru-paru, hati limpa dan anggota gerak.

2. Pemeriksaan THT. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan telinga, hidung, mulut/tenggorokan dan audiometri.

3. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan darah lengkap dan urine.

4. Pemeriksaan Mata : Pemeriksaan mata meliputi visus, kelainan refraksi dan ishihara (buta warna).

5. Pemeriksaan Gigi. 6. Pemeriksaan Sistim kardiovaskular :

Pemeriksaan ini meliputi elektrokardiogram (EKG) pada keadaan istirahat.

Frekuensi Pemeriksaan KesehatanPemeriksaan Kesehatan secara lengkap dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

Penanggung jawab Pemeriksaan Kesehatan : 1. Pelaksana Pemeriksaan Kesehatan berkala dilaksanakan oleh SubBid

Pelayanan kesehatan dan dikoordinasi oleh Bidang K2 2. Hasil pemeriksaan kesehatan karyawan disimpan oleh SubBid Pelayanan

kesehatan - Bidang K2

Page 51: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

BAB IX

TATA TERTIB DI KAWASAN PTNBR ____________________________________________________________

a. Bahan Acuan 1. Petunjuk keamanan dan ketertiban di lingkungan Badan Tenaga Nuklir

Nasional. 2. Pengelolaan keselamatan dan keamanan kegiatan nuklir RSG-LP. 3. Keputusan Direktur Jenderal BATAN tentang Klasifikasi Kerahasiaan dan

Pengamanan Bahan Keterangan.

b. Definisi 1. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang mendadak, tidak dikehendaki, tidak

direncanakan, tidak terkendali, yang dapat menyebabkan kerugian material ataupun penderitaan bagi yang ditimpanya.

2. Alat penyelamat adalah alat yang digunakan untuk menyelamatkan orang, sarana dan prasarana kerja dari kecelakaan, kerusakan dan kemusnahan.

3. Alat deteksi adalah alat yang digunakan untuk mengetahui macam/jenis bahan, konsentrasi dan kondisi dari sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya atau kecelakaan.

c. Petunjuk umum

Tata Tertib Lalu Lintas Orang (Karyawan & Tamu)1. Setiap pengunjung (kontraktor, mahasiswa, dan tamu) yang akan memasuki

kawasan PTNBR harus melaporkan terlebih dahulu ke pos penjagaan dan wajib mengikuti peraturan yang berlaku selama berada di dalam kawasan PTNBR.

Tata Tertib Lalu Lintas Kendaraan dan Barang1. Setiap barang yang dibawa seseorang atau diangkut dengan kendaraan harus

dilaporkan dengan singkat dan jelas tentang sifat dan kondisi barang tersebut kepada petugas PAM yang berjaga untuk antisipasi dalam cara pengangkutan dan penyimpanannya di dalam kawasan.

2. Penyimpanan, penggunaan, perlakuan dan pengawasan terhadap benda-benda kimia berbahaya mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Bahan Kimia.

Page 52: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

BAB X

PAKAIAN KERJA DAN ALAT PELINDUNG DIRI

____________________________________________________________

a. Tujuan Pemakaian alat pelindung diri pada waktu bekerja atau memasuki suatu tempat kerja bertujuan untuk melindungi setiap karyawan dari berbagai bahaya yang dapat menimpa dirinya dan/atau mengganggu pelaksanaan pekerjaanya.

b. Ruang Lingkup Pedoman umum tentang peralatan kerja dan alat pelindung diri adalah pedoman keselamatan dan kesehatan kerja yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan dalam hal penanganan dan penggunaan pakaian dan peralatan pelindung dari bahaya kecelakaan kerja yang ada di PTNBR BATAN Bandung

c. Bahan Acuan

1. Dr. Sumakmur P.K.,M.Sc. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan

2. Dr. Sumakmur P.K.,M.Sc. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja 3. Herry Soetopo Alat-Alat Perlengkapan Keselamatan Kerja 4. Tia Setiawan, Harun Keselamatan Kerja dan Tata Laksana

Bengkel 5. Soemanto Imamkhasani, PhD Buku Pedoman Keselamatan Kerja Bidang

Kimia

d. Petunjuk 1. Setiap karyawan dalam melakukan pekerjaan yang berbahaya atau memasuki

tempat kerja yang berbahaya baik terhadap kesehatan maupun keselamatannya harus memakai alat-alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaannya dan tingkat bahaya yang dihadapinya.

2. Setiap karyawan berkewajiban merawat dan memelihara alat pelindung diri yang diterimanya agar selalu dalam keadaan baik dan bersih.

3. Setiap kerusakan alat pelindung diri, haruslah segera dilaporkan kepada Bidang K2 atau atasan langsungnya guna perbaikan atau mendapatkan penggantian dengan alat-alat pelindung diri yang baru.

4. Setiap karyawan harus mengembalikan dan menempatkan pakaian kerja dan alat pelindung diri pada tempat yang ditentukan.

e. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri Untuk melindungi diri dari berbagai macam bahaya, alat pelindung yang jenisnya seperti yang termuat dalam daftar di bawah ini harus digunakan:

Page 53: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

Tabel 10. Jenis Alat Pelindung Diri

Faktor bahaya Bagian tubuh yang perlu dilindungi Alat-alat proteksi diri

Tertimpa atau terantuk benda berat dan keras

Kepala, betis, tungkai Tungkai logam atau plastik lapisan pelindung (decker) dari kain, kulit, logam, dsb.

Pergelangan kaki, kaki, dan jari kaki. Sepatu steelbox toe.

Tertimpa benda sedang & tidak berat. Kepala Helm kerja

Benda-benda beterbangan.

Kepala Helm kerja

Mata Goggle (=Kacamata yang menutupi seluruh samping mata)

Muka Tameng plastic

Jari, tangan, lengan. Sarung tangan kulit berlengan panjang.

Tubuh Jaket atau jas kulit Betis, tungkai, mata kaki.

Pelindung dari kulit, berlapis logam dan tahan api.

Debu Mata Goggle, kaca mata sisi kanan

kiri tertutup. Muka Penutup muka dari plastik. Alat pernafasan Respirator/masker khusus.

Percikan api atau logam.

Kepala Helm plastik berlapis asbes. Mata Goggle, kaca mata. Muka Penutup muka dari plastik.

Jari, tangan, lengan Sarung tangan asbes berlengan panjang.

Betis, tungkai. Pelindung dari asbes. Mata-kaki, kaki. Sepatu kulit. Tubuh. Jaket asbes/kulit.

Gas, asap, fumes.

Mata. Goggles. Muka. Penutup muka khusus.

Alat pernafasan.

Jika mengancam jiwa: gas masker khusus dengan filter. Tidak mengancam jiwa secara langsung : gas masker biasa.

Tubuh. Pakaian karet, plastik/bahan lain yang tahan kimiawi.

Jari, tangan, lengan.

Sarung plastik, karet berlengan panjang dan anggota-anggota badan itu diolesi dengan barrier cream.

Betis, tungkai. Pelindung dari plastik/karet.

Mata-kaki, kaki. Sepatu yang kondusif (yang menyalurkan aliran listrik)

Cairan dan bahan-bahan kimia.

Kepala Penutup kepala plastik Mata Goggles Muka Penutup dari plastic Alat pernafasan Respirator khusus tahan kimiawi Jari, tangan, lengan Sarung plastik/karet Tubuh Pakaian plastik/karet.

Betis, tungkai Pelindung khusus dari plastik atau karet.

Mata-kaki, kaki Sepatu karet, plastik atau kayu.

Page 54: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

Faktor bahaya Bagian tubuh yang perlu dilindungi Alat-alat proteksi diri

Panas

Kepala Helm asbes.

Lain-lain bagian Sarung, pakaian, pelindung dari asbes atau bahan lain yang tahan panas/api.

Kaki Sepatu dengan sol berisolator / bahan tahan panas.

Mata Goggle dengan lensa tahan sinar infra merah

Basah dan air

Kepala. Penutup kepala plastik.

Tangan, lengan, jari. Sarung tangan plastik, karet berlengan panjang.

Tubuh. Pakaian khususKaki, tungkai. Sepatu boot karet

Terpeleset, jatuh Kaki. Sepatu anti slip

Terpotong, tergosok

Kepala Helm kerja (logam)

Jari, tangan, lengan Sarung tangan kulit, dilapisi logam, berlengan panjang

Tubuh Jaket kulit

Betis, tungkai. Celana kulit dengan decker pada lutut dan pergelangan kaki

Mata-kaki, kaki Sepatu dilapisi baja, zool kayu.

Dermatis, atau radang kulit

Kepala Penutup kepala plastik Muka Sun block, pelindung plastik.

Jari, tangan, lengan Sun block, sarung tangan karet, plastic

Tubuh Penutup karet, plastik. Betis, tungkai, mata-kaki, kaki Sepatu karet, zool kayu

Listrik.

Kepala Penutup kepala plastik, karet.

Jari, tangan, lengan. Sarung tangan karet tahan sampai 10.000 volt selama 3 menit.

Tubuh, betis, tungkai, mata kaki, kaki.

Pelindung yang bahayanya dari karet

Mesin-mesin.

Kepala Penutup kepala Jari, tangan, lengan Sarung tangan tahan api Tubuh Jaket dari karet Betis, mata kaki Celana tahan api atau decker.

Sinar silau. Mata Goggle, kacamata dengan filter khusus.

Percikan api dan silau pada pengelasan.

Mata Goggle, kacamata filter khusus.

Muka Penutup muka dengan kacamata filter khusus.

Tubuh Jaket tahan api (asbes) atau kulit.

Kaki Sepatu dilapisi baja.

Penyinaran sedang

Kepala Penutup kepala khusus.

Mata Goggle, kacamata dengan filter lensa.

Muka Pelindung muka khusus.

Penyinaran kuat. Kepala Penutup kepala khusus.

Mata, muka Goggle dengan filter khusus dari logam/plastik.

Kebisingan Telinga Earmuff

Page 55: Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi - BATAN.pdf

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI

Jl. Tamansari No.71 Telp.(022) 2503997 Fax.(022) 250481

http://www.batan-bdg.go.id BANDUNG 40132