Pelajaran Sekolah Sabat ke-10 Triwulan 4 2016
-
Upload
david-syahputra -
Category
Spiritual
-
view
12.111 -
download
0
Transcript of Pelajaran Sekolah Sabat ke-10 Triwulan 4 2016
Pelajaran 10 untuk 3 Desember 2016
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
Yesaya 55:9 Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari
jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
Penghibur yang menyedihkan
Masuknya Elihu Elihu membela ALLAH Tidak logisnya kejahatan Tantangan iman
Seorang sahabat Ayub yang ke-4, Elihu, bergabung dengan Elifas, Bildad dan Zofar. Ia juga beragumentasi dengan Ayub mengenai keadaan yang menimpanya.
Untuk sejenak, ia berdiam diri, hingga kemudian ia memulai suatu kata-kata yang panjang lebar. Itulah kata-kata terakhir yang meminta agar Ayub mengakui dosa-dosanya.
PENGHIBUR YANG MENYEDIHKAN“Maka ketiga orang itu
menghentikan sanggahan mereka
terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya
benar.” (Ayub 32:1)
Para sahabat Ayub menyampaikan kata-kata yang panjang lebar tentang hal-hal yang penting, pada dasarnya mereka membela karakter ALLAH dalam cara Ia memperlakukan Ayub.Tema kata-kata “PENGHIBURAN” mereka kepada Ayub adalah: ALLAH sedang menghukummu dalam belas kasih-Nya atas dosa-dosa yang kau sembunyikan, maka bertobatlah.
Ayub tetap menyatakan bahwa dirinya tak bersalah. Ia tidak mengerti mengapa ia menderita, namun ia tetap setia dan percaya kepada ALLAH. (Bacalah Ayub 13:28; 19:25-27; 28:28).Boleh saja kita mengetahui banyak kebenaran, namun kita membutuhkan kerendahan hati dan hikmat untuk dapat memahami
bagaimana agar kebenaran tersebut dapat digunakan dengan tepat pada waktu dan tempat yang tepat pula.
MASUKNYA ELIHU“Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah,dan ia juga marah terhadap ketiga orang sahabat itu, karena mereka memper-salahkan Ayub, meskipun tidak dapat memberikan sanggahan.” (Ayub 32:2-3)Elihu mulai berbicara ketika Elifas, Bildad dan Zofar telah diam. Elihu adalah anggota dari keluarga Nahor (Saudara laki-laki Abraham). Namanya (Elihu = “Ia Adalah ALLAH-ku”) dan nama ayahnya (Barakel = “ALLAH memberkati”) membuktikan bahwa ia adalah seorang putra dari banyak generasi orang-orang yang percaya kepada ALLAH. Elihu “menjadi sangat marah” terhadap:
AYUB, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah.
Elifas, Bildad, Zofar, karena mereka mempersalahkan Ayub, meskipun tidak dapat memberikan sanggahan.Apakah Elihu memahami argumen Ayub? Pantaskah ia
marah?
“Sungguh, Allah tidak berlaku curang, Yang Mahakuasa tidak
membengkokkan keadilan.” (Ayub 34:12)
Apakah ALLAH adalah Adil ataukah Ayub adalah korban yang tak bersalah? Elihu memilih untuk membela karakter ALLAH dan memilih untuk menuduh Ayub telah berbuat dosa.Elihu sangat membela karakter ALLAH. Ia memperkenalkan-Nya sebagai Pencipta, Penopang alam semesta, Maha Bijaksana, Adil dan Maha Kuasa… (Ayub 34:21-22; 36:5-7; 37:23-24).
Pilihan Pertama: Jika ALLAH Adalah adil, maka…
Ayub pantas menerima apa yang telah menimpanyaPilihan ke-2: Jika Ayub tidak pantas menerima apa yang telah menimpanya, maka…
ALLAH tidak adil
ELIHU MEMBELA ALLAH
TIDAK LOGISNYA KEJAHATAN“Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu,
terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.” (Mazmur 139:6)
Elihu tidak cukup berhikmat dan rendah hati untuk menerima pilihan ke-3: ALLAH Adalah Adil dan Ayub tidak pantas menerima apa yang telah menimpanya.Ada pihak ke-3 dalam pertentangan ini: Iblislah yang menyerang Ayub agar ia tidak lagi percaya kepada ALLAH.Iblis adalah Kerub yang sempurna sampai terdapat kejahatan
pada dirinya. (Yehezkiel 28:12-17).“Tidak ada yang dapat menjelaskan
bagaimana kejahatan bermula dalam diri Lucifer. Kita juga tak dapat menjelaskan akibat-akibat dosa yang terjadi dalam hidup kita. Dosa adalah sesuatu yang misterius dan yang tidak dapat diterangkan dan dipertanggungjawabkan; memaafkannya berarti mempertahankannya;.” (E.G.W. “The Great Controversy”, pp. 492, 493).
TANTANGAN IMAN“Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa
pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang
tidak kuketahui.” (Ayub 42:3)
Ada banyak pertanyaan yang tidak terjawab dalam kitab Ayub. Sekarang kita mengetahui banyak hal tentang ALLAH, Surga, pertentangan ALLAH dengan Setan, namun dapatkah kita menjawab semua pertanyaan di atas?Ada suatu pelajaran yang jelas dalam kisah Ayub; ada banyak hal yang tak dapat kita pahami, namun “orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.” (Habakuk 2:4).
Dalam hal apa sajakah kita perlu percaya
kepada ALLAH bahkan ketika kita tidak dapat
memahami akan hal tersebut?
Apakah kebaikan dan kesetiaan Ayub adalah sumber dari penderitaan dalam
hidupnya? Mengapa kelurga dan pelayannya harus mati?
Apakah penderitaannya ada gunanya? Apa tujuan ALLAH menerima
tantangan setan? Bukankah hal itupun tidak membuat setan mengakui
kekalahannya.
E.G.W. (Testimonies for the Church, vol. 5, cp. 31, p. 301)