Pemba Has An

6
BAB III PEMBAHASAN Karsinoma kolon merupakan keganasan yang mengenai sel-sel epitel di mukosa kolon. Dasar penting dari keganasan kolon ini adalah proses perubahan secara genetik pada sel-sel epitel di mukosa kolon yang timbul akibat beberapa hal, antara lain dietetik, kelainan di kolon sebelumnya dan faktor herediter. Manifestasi klinis yang timbul pada pasien dengan karsinoma kolon tergantung dari lokasi, bentuk makroskopis dari tumor. Dari anamnesis diperoleh pasien tidak dapat buang air besar dan tidak bisa kentut selama 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh sakit perut bagian bawah dan perutnya semakin hari semakin membesar Sebelum tidak bisa buang air besar pasien sudah mengalami jarang buang air besar biasanya pasien buang air besar setiap 2 hari atau 2 hari sekali dan keras. Kesulitan buang air besar ini sudah pasien rasakan sekitar 1 sampai 2 bulan terakhir. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/100 mHg, Nadi 84 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit dan suhu 36,7 0 C, GCS E4V5M6. Pada pemeriksaan 35

description

pembahasan

Transcript of Pemba Has An

Page 1: Pemba Has An

BAB III

PEMBAHASAN

Karsinoma kolon merupakan keganasan yang mengenai sel-sel epitel di mukosa

kolon. Dasar penting dari keganasan kolon ini adalah proses perubahan secara genetik

pada sel-sel epitel di mukosa kolon yang timbul akibat beberapa hal, antara lain

dietetik, kelainan di kolon sebelumnya dan faktor herediter. Manifestasi klinis yang

timbul pada pasien dengan karsinoma kolon tergantung dari lokasi, bentuk

makroskopis dari tumor.

Dari anamnesis diperoleh pasien tidak dapat buang air besar dan tidak bisa kentut

selama 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh sakit perut bagian

bawah dan perutnya semakin hari semakin membesar Sebelum tidak bisa buang air

besar pasien sudah mengalami jarang buang air besar biasanya pasien buang air besar

setiap 2 hari atau 2 hari sekali dan keras. Kesulitan buang air besar ini sudah pasien

rasakan sekitar 1 sampai 2 bulan terakhir.

Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/100 mHg, Nadi 84

kali/menit, pernapasan 20 kali/menit dan suhu 36,7 0C, GCS E4V5M6. Pada

pemeriksaan abdomen tampak abdomen distensi, peristaltik kesan menurun,

hipertimpani pada perkusi dan nyeri tekan.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa karsinoma

kolon descenden hal ini sudah sesuai dengan teori dimana pada karsinoma kolon

descenden memberikan gejala berupa tidak bisa buang besar serta nyeri abdomen

bagian bawah, hal ini karena desakan tumor dan juga daerah colon kiri yang relatif

sempit dibandingkan dengan colon kanan, sedangkan tumor kolon yang terletak pada

daerah caecum dan colon ascendens akan jarang memberikan gejala, karena feces

yang melewati daerah tersebut masih berada dalam bentuk cair.

Selain itu, luas daerah caecum adalah yang terluas dibandingkan dengan daerah

pada colon kiri (sigmoid), hal ini menyebabkan tumor dapat tumbuh terus sampai

35

Page 2: Pemba Has An

besar dan tidak memberikan tanda dan gejala apapun, juga tidak ada perubahan pada

pola buang air besar serta pada penampilan fisik dari feces.

Nyeri pada kolon kiri lebih nyata dari pada kolon kanan. Tempat yang dirasakan

sakit berbeda karena asal embriologenik yang berlainan, yaitu dari usus tengah dan

usus belakang. Nyeri dari kolon kiri bermula dibawah umbilikus sedangkan dari

kolon kanan di epigastrium. Distensi abdomen yang terjadi akibat adanya obstruksi

pada kolon descendens sehingga terjadi gangguan pasase usus, sehingga terjadi

dilatasi kolon akibat terisi udara, feses dan cairan yang tidak bisa dikeluarkan.

Berikut ringkasan perbandingan gejala karsinoma kolorektal.

Terapi pada kasus ini ialah terapi pembedahan, yaitu hemicolektomi sinister,

terapi ini dipilih karena penatalaksanaan utama untuk karsinoma kolon adalah

tindakan bedah. Dimana dilakukan dieksplorasi abdomen untuk menentukan letak

tumor yang akan direseksi, dan kemudian reseksi dilakukan secara segmental

(hemikolectomy kiri) dengan end-to-end anastomosis. Diagnosa post-operatif berupa

36

Kolon Kanan :- Anemia dan kelemahan- Darah okul di feses- Dispepsia- Perasaan kurang enak di perut kanan bawah- Massa di perut kanan bawah- Foto rontgen perut khas- Penemuan kolonoskopi

Kolon Kiri :- Perubahan pola defekasi- Darah di feses- Gejala dan tanda obstruksi- Foto rontgen khas- Penemuan kolonoskopi

Rektum :- Perdarahan rektum- Darah di feses- Perubahan pola defekasi- Pasca defekasi perasaan tidak puas atau rasa penuh- Penemuan tumor pada colok dubur- Penemuan tumor rektosigmoid

Page 3: Pemba Has An

karsinoma kolon descenden. Pada pasien ini belum dapat ditentukan stadium menurut

Dukes, karena harus menunggu hasil pemeriksaan histopatologi

37

Page 4: Pemba Has An

DAFTAR PUSTAKA

1. Kerr.DJ., Young. AM., Hobbs, FR., 2001. ABC of Coloretal Cancer. BMJ

Publishing Group: Brithis

2. Newman, Dorland W. A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta.

3. Yeatman. TJ. Colon Cancer. 2001. cited on : June 23th 2015. Website :

www.els.net

4. Robbins. SL., Kumar. V., Cotran. RS., 2007. Karsinoma Kolorektum dalam Buku

Ajar Patologi II ed. 7. EGC: Jakarta.

5. Balch. GC., Meo. AD., Guillem. JG. Modern Management of Rectal Cancer : A

2006 Update. 2006. Cited on : June 23th 2015. Website :

http://www.wjgnet.com/1007-9327/12/3186.asp

6. Tjokronegoro, Arjatmo dan Hendra Utama. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Gaya Baru: Jakarta.

7. Wim de Jong. 2002. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. EGC: Jakarta.

8. Standar Pelayanan Medis. 1997. Karsinoma Kolon-rektum.

9. Ginsberg. GM., Lim. SS., Sepulveda. CR. Prevention, Screening, and Treatment

of Colorectal Cancer : a Global and Regional Generilized Cost Effectiveness

Analysis. 2010. Cited on : June 23th 2015. Website : http://www.resource-

allocation.com/content/8/1/2

10. Malueka. RG., 2011. Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press :

Yogyakarata

38