pembahasan biner

4
Diagram biner disebut juga binary isomorphous ally system. Diagram biner merupakan cara mudah untuk menampilkan wujud zat segabai fungsi suhu dan tekanan. Bahan yang digunakan adalah phenol dan air, dengan berbagai perbandingan. Saat diampurkan larutan menjadi dingin yang menandakan terjadi reaksi endoterm. Campuran air-phenol ini menghasilkan dua lapisan, dimana lapisan atas adalah air dan lapisan bawah phenol. Hal ini dikarenakan massa jenis air lebih rendah dibanding phenol yaitu 1 gr/mL sedangkan phenol 1,003 gr/mL. Selain itu air bersifat polar dan phenol sedikit polar, dimana phenol hanya sekitar 8,3 gram larut dalam 100 mL air. Campuran air-phenol dalam 8 tabung reaksi dengan perbandingan yang berbeda ini kemudian dipanaskan hingga larutan jernih yang menandakan terbentuknya satu fase. Untuk mengetahui temperatur perubahan digunakan termometer yang disiapkan dengan sumbat gabus agar uap larutan yang terbentuk saat pemanasan tidak keluar dari tabung reaksi. Setelah larutan jernih dan dicatat suhunya, larutan kembali didinginkan hingga larutan kembali keruh dan dicatat suhunya. Perubahan campuran menjadi keruh dan jernih dikarenakan larutan mengalami perubahan larutan yang dipengaruhi oleh suhu yang diberikan. Semakin tinggi suhu maka kelarutan phenol pun meningkat sehingga terbentuk satu fase yang disebut dengan titik kritis. Hasil yang diperoleh titik kritis berada pada tabung 3 dengan perbandingan phenol-air 4 : 6 dan suhu yang diperoleh saat pemanasan adalah 78˚C. Titik kritis ini dilihat dari suhu tertinggi yang dicapai oleh suatu campuran. Menurut teori suhu teoritis dari titik konsulat phenol-air adlaah 65,85˚C. Kesalahan ini terjadi karena kurang telitinya Praktikan dalam meneliti perubahan fase, sehingga kesalahan pun menjadi fatal. Dalam percobaan ini phenol dan air yang digunakan karena sistem ini mudah untuk diamati, kelarutan phenol air (8,3 gr/100 mL), memperlihatkan kelarutan timbal baik antara phenol dan air pada suhu dan tekanan tetap, serta dapat menunjukkan pengaruh penghambat bila dicampurkan dengan NaCl dan CH 3 OH, dimana NaCl larut dalam air dan tak larut dalam phenol, sedangkan CH 3 OH larut dalam air dan phenol sehingga mempengaruhi suhu kritis. Percobaan kedua dengan uji penambahan NaCl dan CH 3 OH pada campuran phenol-air dimana perandingan phenol-air adalah 4 : 6 yang akan diuji dengan 6 mL NaCl dan 6 mL CH 3 OH pada tabung yang berbeda. Menrut teori, NaCl akan menaikkan titik kritis, karena NaCl larut dalam air dan akan mengurangi kelarutan phenol dalam air, sedangkan metanol akan menurunkan titik kritis larutan. Hasil percobaan menunjukkan penambahan NaCl menghasilkan suhu larutan saat jernih adalah 79˚C telah sesuai dengan teori namun dengan metanol menghasilkan suhu 79˚C, dan percobaan ini tidak sesuai dengan

description

biner

Transcript of pembahasan biner

Page 1: pembahasan biner

Diagram biner disebut juga binary isomorphous ally system. Diagram biner merupakan cara mudah untuk

menampilkan wujud zat segabai fungsi suhu dan tekanan. Bahan yang digunakan adalah phenol dan air, dengan berbagai

perbandingan. Saat diampurkan larutan menjadi dingin yang menandakan terjadi reaksi endoterm. Campuran air-phenol ini

menghasilkan dua lapisan, dimana lapisan atas adalah air dan lapisan bawah phenol. Hal ini dikarenakan massa jenis air lebih

rendah dibanding phenol yaitu 1 gr/mL sedangkan phenol 1,003 gr/mL. Selain itu air bersifat polar dan phenol sedikit polar,

dimana phenol hanya sekitar 8,3 gram larut dalam 100 mL air.

Campuran air-phenol dalam 8 tabung reaksi dengan perbandingan yang berbeda ini kemudian dipanaskan hingga

larutan jernih yang menandakan terbentuknya satu fase. Untuk mengetahui temperatur perubahan digunakan termometer yang

disiapkan dengan sumbat gabus agar uap larutan yang terbentuk saat pemanasan tidak keluar dari tabung reaksi. Setelah larutan

jernih dan dicatat suhunya, larutan kembali didinginkan hingga larutan kembali keruh dan dicatat suhunya. Perubahan

campuran menjadi keruh dan jernih dikarenakan larutan mengalami perubahan larutan yang dipengaruhi oleh suhu yang

diberikan. Semakin tinggi suhu maka kelarutan phenol pun meningkat sehingga terbentuk satu fase yang disebut dengan titik

kritis.

Hasil yang diperoleh titik kritis berada pada tabung 3 dengan perbandingan phenol-air 4 : 6 dan suhu yang diperoleh

saat pemanasan adalah 78˚C. Titik kritis ini dilihat dari suhu tertinggi yang dicapai oleh suatu campuran. Menurut teori suhu

teoritis dari titik konsulat phenol-air adlaah 65,85˚C. Kesalahan ini terjadi karena kurang telitinya Praktikan dalam meneliti

perubahan fase, sehingga kesalahan pun menjadi fatal. Dalam percobaan ini phenol dan air yang digunakan karena sistem ini

mudah untuk diamati, kelarutan phenol air (8,3 gr/100 mL), memperlihatkan kelarutan timbal baik antara phenol dan air pada

suhu dan tekanan tetap, serta dapat menunjukkan pengaruh penghambat bila dicampurkan dengan NaCl dan CH 3OH, dimana

NaCl larut dalam air dan tak larut dalam phenol, sedangkan CH3OH larut dalam air dan phenol sehingga mempengaruhi suhu

kritis.

Percobaan kedua dengan uji penambahan NaCl dan CH3OH pada campuran phenol-air dimana perandingan phenol-

air adalah 4 : 6 yang akan diuji dengan 6 mL NaCl dan 6 mL CH 3OH pada tabung yang berbeda. Menrut teori, NaCl akan

menaikkan titik kritis, karena NaCl larut dalam air dan akan mengurangi kelarutan phenol dalam air, sedangkan metanol akan

menurunkan titik kritis larutan. Hasil percobaan menunjukkan penambahan NaCl menghasilkan suhu larutan saat jernih adalah

79˚C telah sesuai dengan teori namun dengan metanol menghasilkan suhu 79˚C, dan percobaan ini tidak sesuai dengan teori

yang dikarenakan adanya zat polutan dalam larutan maupun kuran telitinya Praktikan saat mengamati

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika Jilid 1 Edisi 4. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Kuswandi, Rosmaysari, dan Septiyana. 2012. Kesetimbangan Uap-Cair-Cair Sistem Biner N-Butanol + Air dan Isobutanol + Air pada 101,34 kPa. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol. 1, No. 1.

Ramlan dan Johan. 2009. Identifikasi Keramik Na-β”-Al2O3 dengan Penambahan Variasi Komposisi (0%, 3%, dan 6%) Berat MgO. Jurnal Penelitian Sains. Vol. 12. No.1.

Rohman dan Mulyani. 2004. Kimia Fisika 1. Jurusan Kimia FMIPA UPI. Jakarta.

Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Jurusan Kimia FMIPA UNM. Makassar.

Page 2: pembahasan biner

Pada percobaan ini saat 0,2 ml air ditambahkan ke dalam 2,5 gram fenol larutan menjadi keruh, saat dipanaskan larutan

kembali jernih ketika suhu larutan mencapai 880C. Setelah dihentikan pemanasan larutan kembali menjadi keruh. Perubahan

tersebut diakibatkan karena zat tersebut mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh temperatur. Kelarutan akan

meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur. Penambahan air menyebabkan kenaikan suhu karena semakin luas zat

permukaan yang dipanaskan semakin banyak kalor yang dapat diserap sehingga suhu larutan timbal balik fenol-air meningkat.

Setelah air ditambahkan terus menerus sampai 5,5 ml air yang ditambahkan kedalam fenol larutan menjadi sangat

keruh, seperti putih susu kental, karena terjadi larutan jenuh fenol dalam air dan ditambahkan lagi 2,5 ml air larutan membentuk 2

lapisan masing – masing mengandung fenol dan air, hal ini disebabkan karena larutan mengalami peristiwa lewat jenuh akibat

semakin banyaknya penambahan air pada fenol tersebut, namun saat dipanaskan larutan fenol masih kembali menjadi jernih.

Saat penambahan 9 ml air larutan kembali menjadi keruh dan membentuk dua lapisan, kemudian dipanaskan larutan

kembali menjadi jernih, namun saat didinginkan larutan tidak kembali menjadi keruh dan ketika ditambahkan lagi 13 ml air

larutan tidak menjadi keruh lagi hal ini disebabkan karena penambahan air yang terus menerus dilakukan mengakibatkan

terbentuknya suatu larutan satu fasa yaitu larutan air dalam air.

Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa semakin tinggi suhu persentase berat fenol dalam larutan semakin menurun

sedangkan persentase berat air semakin meningkat, karena semakin tinggi suhu kemampuan saling melarutkan kedua zat tersebut

semakin besar dan pada suhu tertentu akan didapat bahwa fenol dan air dapat saling melarutkan pada berbagai komposisi. Suhu

disaat tepat terjadinya perubahan dari dua fasa ke satu fasa untuk berbagai macam komposisi dinamakan suhu kelarutan kritis

(tc).

Suhu kelarutan kritis percobaan ini yaitu 37 ˚C, dan berat fenol yang diperoleh yaitu 21%. Hasil yang diperoleh tidak

sesuai dengan literatur sebab menurut Hougen dalam Chemical Process Principles halaman 168 temperatur kritis sistem fenol air

adalah 66C dengan komposisi berat fenol 34%. Ketidaksesuaian hasil yang diperoleh dengan literatur yang ada dapat disebabkan

karena kurang cermatnya praktikan dalam membaca termometer pada saat larutan berubah dari keruh menjadi jernih dan dari

jernih ke keruh kembali karena perubahan larutan dari keruh menjadi jernih terjadi dalam waktu yang singkat, praktikan kurang

memahami saat terjadinya kekeruhan alat yang untuk pertama kali sehingga penambahan air untuk pertama kali terlalu banyak,

dan dapat juga disebabkan karena alat yang digunakan telah kurang layak digunakan.

Page 3: pembahasan biner