Pembahasan Struma

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher manusia.Fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid. Antara hormon yang terpenting ialah Thyroxine (T4) dan Triiodothyronine (T3). Hormonhormon ini mengawal metabolisma (pengeluaran tenaga) manusia.Kerusakan atau kelainan pada kelenjar tiroid akan menyebabkan terganggunya sekresi hormon-hormon tiroid (T3 & T4), yang dimana dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dan kelainan bagi manusia.Kerusakan atau kelainan pada kelenjar tiroid disebabkan oleh beberapa faktor. Untuk kasus hipotiroid, kelainan kelenjar tiroid disebabkan oleh defisiensi yodium, sedangkan untuk kasus hipertiroid disebabkan oleh adanya hiperplasia kelenjar tiroid sehingga sel-sel hiperplasia aktif mensekresikan hormon tiroid, dan kadar hormon tiroid dalam darah meningkat.Untuk menilai fungsi tiroid dewasa ini tersedia berbagai metode pemeriksaan in vitro yang dapat menentukan kadar hormon tiroid T4 (tiroksin) dan T3 (Thyroid Stimulating Hormon) konvensional atau sensitive. Metode penentuannya dapat berupa metode isotopic seperti RIA (radioimmunoassay) dan IRMA (immunoradiometric assay), atau metode non-isotopik seperti ELISA (enzyme linked immunosorbent assay), ICMA (immunochemiluminescent assay), FPIA (fluorescence polarization 1

description

gh

Transcript of Pembahasan Struma

Page 1: Pembahasan Struma

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher manusia.Fungsinya

ialah mengeluarkan hormon tiroid. Antara hormon yang terpenting ialah Thyroxine

(T4) dan Triiodothyronine (T3). Hormonhormon ini mengawal metabolisma

(pengeluaran tenaga) manusia.Kerusakan atau kelainan pada kelenjar tiroid akan

menyebabkan terganggunya sekresi hormon-hormon tiroid (T3 & T4), yang

dimana dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dan kelainan bagi

manusia.Kerusakan atau kelainan pada kelenjar tiroid disebabkan oleh beberapa

faktor. Untuk kasus hipotiroid, kelainan kelenjar tiroid disebabkan oleh defisiensi

yodium, sedangkan untuk kasus hipertiroid disebabkan oleh adanya hiperplasia

kelenjar tiroid sehingga sel-sel hiperplasia aktif mensekresikan hormon tiroid, dan

kadar hormon tiroid dalam darah meningkat.Untuk menilai fungsi tiroid dewasa ini

tersedia berbagai metode pemeriksaan in vitro yang dapat menentukan kadar

hormon tiroid T4 (tiroksin) dan T3 (Thyroid Stimulating Hormon) konvensional

atau sensitive. Metode penentuannya dapat berupa metode isotopic seperti RIA

(radioimmunoassay) dan IRMA (immunoradiometric assay), atau metode non-

isotopik seperti ELISA (enzyme linked immunosorbent assay), ICMA

(immunochemiluminescent assay), FPIA (fluorescence polarization immunnosay),

dan lain-lain. Secara tidak langsung fungsi tiroid dapat ditentukan pula melalui

pemeriksaan isotopik yaitu uji tangkap iodium (iodine uptake test) yang

menggambarkan kinetik iodium intratiroid.

B. Rumusan Masalaha. Jelaskan defenisi dari struma ?

b. Jelaskan anatomi fisiologi dari struma ?

c. Jelaskan manifestasi klnis dari struma ?

d. Jelaskan etiologi dari struma ?

e. Jelaskan patofisiologi dari struma ?

f. Jelaskan komplikasi dari struma ?

1

Page 2: Pembahasan Struma

C. Tujuan penulisanUntuk mengetahui salah satu penyakit dari sistem endokrin salah satunya

struma.bagaimana kita lebih mengetahui tinjauan teori dari penyakit penyakit

endokrin khususnya struma

2

Page 3: Pembahasan Struma

BAB II

PEMBAHASANA. Defenisi struma

Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher

oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid

dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan

morfologinya.Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran

kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di

sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan

esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea,

esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia.

Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen,

nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan

memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai

kesulitan bernapas dan disfagia.

B. Anatomi

Kelenjar tiroid/gondok terletak di bagian bawah leher, kelenjar ini

memiliki dua bagian lobus yang dihubungkan oleh ismus yang masing-

masing berbetuk lonjong berukuran panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5 cm, tebal

1-1,5 cm dan berkisar 10-20 gram. Kelenjar tiroid sangat penting untuk

mengatur metabolisme dan bertanggung jawab atas normalnya kerja setiap

sel tubuh. Kelenjar ini memproduksi hormon tiroksin (T4) dan

triiodotironin (T3) dan menyalurkan hormon tersebut ke dalam aliran

darah. Terdapat 4 atom yodium di setiap molekul T4 dan 3 atom yodium

pada setiap molekul T3. Hormon tersebut dikendalikan oleh kadar hormon

perangsang tiroid TSH (thyroid stimulating hormone) yang dihasilkan oleh

lobus anterior kelenjar hipofisis. Yodium adalah bahan dasar pembentukan

hormon T3 dan T4 yang diperoleh dari makanan dan minuman yang

mengandung yodium.4 Gambar anatomi tiroid dapat dilihat di bawah ini.

3

Page 4: Pembahasan Struma

C. Fisiologi kelenjar tiroid

Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan

dan metabolisme energi. Selain itu hormon tiroid mempengaruhi

pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energi, mengatur kecepatan

metabolisme tubuh dan reaksi metabolik, menambah sintesis asam

ribonukleat (RNA), menambah produksi panas, absorpsi intestinal terhadap

glukosa,merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam

perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak adanya hormon-hormon

ini, membuat retardasi mental dan kematangan neurologik timbul pada saat

lahir dan bayi.

D. Patogenesis struma

Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat

pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula

penghambatan dalam pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal

tersebut memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang

berlebihan. TSH

4

Page 5: Pembahasan Struma

kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin

dalamjumlah yang besar (kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh

makin lama makin bertambah besar. Akibat kekurangan yodium maka

tidak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel menjadi

lebih besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah berat sekitar 300-500

gram.20

Selain itu struma dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital yang

menghambat sintesa hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon oleh zat

kimia (goitrogenic agent), proses peradangan atau gangguan autoimun

seperti penyakit Graves. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau

neoplasma dan penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan

misalnya thiocarbamide, sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik

misalnya struma kolid dan struma non toksik (struma endemik).

E. Klasifikasi Struma

a. Berdsarkan fisiologinya

Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

a) Eutiroidisme

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar

tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada

di bawah normal sedangkan kelenjar hipofisis menghasilkan

TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau struma

semacm ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali

pembesaran pada leher yang jika terjadi secara berlebihan

dapat mengakibatkan kompresi trakea.

b) Hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau

fungsional kelenjar tiroid sehingga sintesis dari hormon

tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar untuk

mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon.

Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang

mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid

akibat pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi

5

Page 6: Pembahasan Struma

oleh antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi.25,26

Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan,

sensitif terhadap udara dingin, dementia, sulit

berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar,

rambut rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran

terganggu dan penurunan kemampuan bicara. 27,28 Gambar

penderita hipotiroidisme dapat terlihat di bawah ini.

c) Hipertiroidisme

Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang

dapat didefenisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh

terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang

berlebihan.29 Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya

sejenis antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar

tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon yang

berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar.

Gejala hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu

makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka

udara dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala

jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas,

mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur,

rambut rontok, dan atrofi otot.27,28 Gambar penderita

hipertiroidisme dapat terlihat di bawah ini.

6

Page 7: Pembahasan Struma

b. Berdasarkan klinisnya

Secara klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan

menjadi sebagai berikut :

a) Struma Toksik

Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa

toksik dan struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih

mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma

diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak

diberikan tindakan medis sementara nodusa akan

memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau

lebih benjolan (struma multinoduler toksik).Struma diffusa

toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena

jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan

dalam darah. Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok

eksoftalmik/exophtalmic goter),bentuk tiroktosikosis yang

paling banyak di temukan di antara hipertiroidisme lainnya.

Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun

telah diiidap selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk

reseptor TSH beredar dalam sirkulasi darah, mengaktifkan

reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid

hiperaktif.Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung

7

Page 8: Pembahasan Struma

menyebabkan peningkatan pembentukan antibodi sedangkan

turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai hasilpengobatan

penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan

mencegah pembentukyna.Apabila gejala gejala hipertiroidisme

bertambah berat dan mengancam jiwa penderita maka akan

terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik adanya rasa khawatir yang

berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit berbicara dan

menelan, koma dan dapat meninggal.

b) Struma Non Toksik

Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang

dibagi menjadi struma diffusa non toksik dan struma nodusa non

toksik. Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium

yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma

endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah

yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan

goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat

kimia.Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu

nodul, maka pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma

nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme dan

hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya

tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang

menjadi multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita

tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau

hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan

kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian

pasien mengeluh adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada

esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas), biasanya tidak

disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul

c. Berdasarkan morfologinya

a)    Struma Hyperplastica Diffusa

Suatu stadium hiperplasi akibat kekurangan iodine (baik

absolut ataupun relatif).Defisiensi iodine dengan kebutuhan

excessive biasanya terjadi selama pubertas, pertumbuhan, laktasi

dan kehamilan. Karena kurang iodine kelenjar menjadi hiperplasi

8

Page 9: Pembahasan Struma

untuk menghasilkan tiroksin dalam jumlah yang cukup banyak

untuk memenuhi kebutuhan supply iodine yang terbatas.  Sehingga

terdapat vesikel pucat dengan sel epitel kolumner tinggi dan koloid

pucat. Vaskularisasi kelenjar juga akan bertambah. Jika iodine

menjadi adekuat kembali (diberikan iodine atau kebutuhannya

menurun) akan terjadi perubahan di dalam struma koloides atau

kelenjar akan menjadi fase istirahat.

b)  Struma Colloides Diffusa

Ini disebabkan karena involusi vesikel tiroid. Bila kebutuhan

excessive akan tiroksin oleh karena kebutuhan yang fisiologis

(misal, pubertas, laktasi, kehamilan, stress, dsb.) atau defisiensi

iodine telah terbantu melalui hiperplasi, kelenjar akan kembali

normal dengan mengalami involusi. Sebagai hasil vesikel distensi

dengan koloid dan ukuran kelenjar membesar.

c) Struma Nodular

Biasanya terjadi pada usia 30 tahun atau lebih yang

merupakan sequelae dari struma colloides. Struma noduler

dimungkinkan sebagai akibat kebutuhan excessive yang lama dari

tiroksin. Ada gangguan berulang dari hiperplasi tiroid dan involusi

pada masing-masing periode kehamilan, laktasi, dan emosional

(fase kebutuhan). Sehingga terdapat daerah hiperinvolusi, daerah

hiperplasi dan daerah kelenjar normal. Ada daerah nodul hiperplasi

dan juga pembentukan nodul dari jaringan tiroid yang hiperinvolusi.

Tiap folikel normal melalui suatu siklus sekresi dan istirahat untuk

memberikan kebutuhan akan tiroksin tubuh. Saat satu golongan

sekresi, golongan lain istirahat untuk aktif kemudian. Pada struma

nodular, kebanyakan folikel berhenti ambil bagian dalam sekresi

sehingga hanya sebagian kecil yang mengalami hiperplasi, yang

lainnya mengalami hiperinvolusi (involusi yang

berlebihan/mengecil)

9

Page 10: Pembahasan Struma

F. Etologi

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :         Defisiensi iodiumPada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.         Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.         Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol,lobak, kacang kedelai).         Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya :thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).

G. Patofisiologi

Berbagai faktor diidentifikasi sebagai penyebab terjadinya hipertrofi kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi iodium, goitrogenik glikosida agent ( zat atau bahan ini dapat memakan sekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan atau tumor atau neoplasma.Sedangkan secara fisiologis menurut Benhard (1991) kelenjar tiroid dapat membesar sebagai akibat peningkatan aktivitas kelenjar tiroid sebagai upaya mengimbangi kebutuhan tubuh yang meningkat pada masa pertumbuhan dan masa kehamilan. Bahkan dikatakan pada kondisi stress sekalipun kebutuhan tubuh akan hormon ini cenderung meningkat. Laju metabolisme tubuh pada kondisi-kondisi diatas meningkat.

Berdasarkan kejadian atau penyebarannya ada yang disebut Struma Endemis dan Sporadis. secara sporadis dimana kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab, maka struma sporadis banyak disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali dan penggunaan obat-obatan anti tiroid, peradangan dan neoplasma. Secara endemis dimana kasus-kasus ini struma ini dijumpai pada sekelompok orang di suatu daerah tertentu, dihubungkan dengan penyebab defisiensi iodium.

Bahan dasar pembentukan hormon-hormon kelenjar tiroid adalah iodium yang diperoleh dari makanan dan minuman yang mengandung iodium. Ion iodium (iodida) darah masuk kedalam kelenjar tiroid secara transport aktif dengan ATP sebagain sumber energi. selanjutnya sel-sel folikel kelenjar tiroid akan mensintesis Tiroglobulin (sejenis glikoprotein) dan selanjutnya

10

Page 11: Pembahasan Struma

mengalami iodinisasi sehingga akan terbentuk iodotironin (DIT) dan mono iodotironin (MIT). Proses ini memerlukan enzim peroksida sebagai katalisator. Proses akhir adalah berupa reaksi penggabungan. Penggabungan dua molekul DIT akan membentuk tetra iodotironin tiroxin (T4) dan molekul DIT bergabung dengan MIT menjadi tri iodotironin (T3) untuk selanjutnya masuk kedalam plasma dan berikatan dengan protein binding iodine. Reaksi penggabungan ini dirangsang oleh hormon TSH dan dihambat oleh tiourasil, Tiourea, sulfonamid dan metilkaptoimidazol.

Melihat proses singkat terbentuknya hormon tiroid maka pemasukan iodium yang berkurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi TSH, bahan atau zat yang mengandung tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metilkaptoimidazol, glukosil goitrogenik, gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta faktor pengikat dalam plasma sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormon tiroid. bila kadar hormon-hormon tiroid kurang makan akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga aktivitas kelenjar meningkat dan terjadi pembesaran (hipertropi). Dengan kompensasi ini kadar hormon seimbang kembali.Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ disekitarya. Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esofagus. Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong trakea, esofagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan berdampak thdp gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. penekanan pada pitasuara akan menyebabkan suara menjadi serak atau parau.

Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia. tentu dampaknya lebih ke arah estetika atau kecantikan. perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri klien.

H. Manifestasi KlinisStruma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal

(Mansjoer, 2001) :         Berdasarkan jumlah nodul: bila jumlah nodul hanya satu disebut

struma nodosa soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa.

         Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radoiaktif : nodul dingin, nodul hangat, dan nodul panas.

         Berdasarkan konsistensinya : nodul lunak, kistik, keras, atau sangat keras.

11

Page 12: Pembahasan Struma

Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan struma nodosa besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esophagus (disfagia) atau trakea (sesak napas) (Noer, 1996). Gejala penekanan ini data juga oleh tiroiditis kronis karena konsistensinya yang keras (Tim penyusun, 1994). Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul (Noer, 1996).

Keganasan tiroid yang infiltrasi nervus rekurens menyebabkan terjadinya suara parau (Tim penyusun, 1994). Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher sebelah lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjar getah bening, sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya masih kecil. Atau penderita datang karena benjolan di kepala yang ternyata suatu metastase karsinoma tiroid pada kranium (Tim penyusun, 1994).

I. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan kadar TSH, T3 serum, T4 serum, Tiroksin bebas.

Nilai normal :T4 serum   : 4.9 – 12.0 µg/dLTiroksin bebas: 0.5 – 2.8 µg/dLT3 serum   : 115 - 190 µg/dLTSH serum: 0.5 – 4 µg/dL

1.      Pemeriksaan sidik tiroid

Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi Nal peroral dan setelah 24 jam secara fotografik ditentukan konsentrasi yodium radioaktif yang ditangkap oleh tiroid. Dari hasil sidik tiroid dibedakan 3 bentuk:

      Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya. Hal ini menunjukkan sekitarnya.      Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih

12

Page 13: Pembahasan Struma

      Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.

2.      Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)Pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat, cair, dan

beberapa bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti ganas atau jinak. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG :

           Kista           Adenoma           Kemungkinan karsinoma           Tiroiditis

3.      Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)Mempergunakan jarum suntik no. 22-27. Pada kista dapat

juga dihisap cairan secukupnya, sehingga dapat mengecilkan nodul (Noer, 1996).

Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir tidak menyababkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat, teknik biopsi kurang benar, pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah interpretasi oleh ahli sitologi.

4.      TermografiMetode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada

suatu tempat dengan memakaiDynamic Telethermography. Pemeriksaan ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Hasilnya disebut panas apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9o C dan dingin apabila <0,9o C. Pada penelitian Alves didapatkan bahwa pada yang ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan ini paling sensitif dan spesifik bila dibanding dengan pemeriksaan lain.

5.      Petanda TumorPada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian

tiroglobulin (Tg) serum. Kadar Tg serum normal antara 1,5-3,0

13

Page 14: Pembahasan Struma

ng/ml, pada kelainan jinak rataa-rata 323 ng/ml, dan pada keganasan rata-rata 424 ng/ml.

J. Penatalasanaan Medis

a) Konservatif / medikamentosa

a.      Indikasi :·      Usia tua·      Pasien sangat awal·      Rekurensi pasca bedah·      Pada persiapan operasi·       Struma residif·      Pada kehamilan, misalnya pada trimester ke-3

b.      Struma non toksik  :  iodium, ekstrak tiroid 20-30 mg/dlc.       Struma toksik   :

·      Bed rest·      PTU 100-200 mg  (propilthiouracil)

Merupakan obat anti-tiroid, dimana bekerjanya dengan prevensi pada sintesis dan akhir dari tiroksin. Obat ini bekerja mencegah produksi tiroksin (T4). Diberikan dosis 3x 100 mg/hari tiap 8 jam sampai tercapai eutiroid. Bila menjadi eutiroid dilanjutkan dengan dosis maintenance 2 x 5 mg/hari selama 12-18 bulan.

·         Lugol 5 – 10 tetesObat ini membantu mengubah menjadi tiroksin dan

mengurangi vaskularisasi serta kerapuhan kelenjar tiroid. Digunakan 10-21 hari sebelum operasi. Namun sekarang tidak digunakan lagi, oleh karena propanolol lebih baik dalam mengurangi vaskularisasi dan kerapuhan kelenjar. Dosis 3 x 5-10 mg/hari selama 14 hari.

·         Iodium

b) Radioterapi Menggunakan I131, biasanya diberikan pada pasien yang

telah diterapi dengan obat anti-tiroid dan telah menjadi eutiroid.

Indikasi radioterapi adalah pasien pada awal penyakit atau pasien

dengan resiko tinggi untuk operasi dan untuk pasien dengan

14

Page 15: Pembahasan Struma

hipotiroid rekuren. Radioterapi merupakan kontraindikasi bagi

wanita hamil dan anak-anak.

c) Operatif

a.       Isthmulobectomy , mengangkat isthmusb.      Lobectomy,  mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gramc.       Tiroidectomi total, semua kelenjar tiroid diangkatd.      Tiroidectomy subtotal bilateral, mengangkat sebagian lobus kanan dan sebagian kiri.e.       Near total tiroidectomi, isthmulobectomy dextra dan lobectomy subtotal sinistra dan sebaliknya.f.       RND (Radical Neck Dissection), mengangkat seluruh jaringan limfoid pada leher sisi yang bersangkutan dengan menyertakan n. accessories, v. jugularis eksterna dan interna, m. sternocleidomastoideus dan m. omohyoideus serta kelenjar ludah submandibularis.

K. Komplikasi

1.    Gangguan menelan atau bernafas

2.    Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif ( jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)

3.    Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang menjadi rapuh, keropos dan mudah patah.

L. Pencegahan

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk

menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan

yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma adalah :

a) Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola

perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium

b) Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut

c) Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium

setelah dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum

memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari makanan

d) Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara

ini memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam

15

Page 16: Pembahasan Struma

karena dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi

dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa,

yodida yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan

yodida dalam sediaan air minum.

e) Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di

daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya

adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun,

termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah

endemis berat dan endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi

sesuai umur dan kelamin.

f) Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%)

diberikan 3 tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak

di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu

penyakit, mengupayakan orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat

progresifitas penyakit yang dilakukan melalui beberapa cara yaitu :

a) Diagnosis

i. Inspeksi

Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang

berada di depan penderita yang berada pada posisi

duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit

terbuka. Jika terdapat pembengkakan atau nodul,

perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi,

ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler

kecil), gerakan pada saat pasien diminta untuk

menelan dan pulpasi pada permukaan

pembengkakan.

ii. Palpasi

Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien

diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi.

Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba

tiroid dengan menggunakan ibu jari kedua tangan

pada tengkuk penderita.

16

Page 17: Pembahasan Struma

iii. Tes fungsi hormon

Status fungsional kelenjar tiroid dapat

dipastikan dengan perantara tes-tes fungsi tiroid

untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar

total tiroksin dan triyodotiroin serum diukur dengan

radioligand assay. Tiroksin bebas serum mengukur

kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik

aktif. Kadar TSH plasma dapat diukur dengan assay

radioimunometrik.

Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya

sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada

pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada

di bawah normal pada pasien peningkatan autoimun

(hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal

penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit

tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI)

digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar

tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.

iv. Foto rontgen leher

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma

telah menekan atau menyumbat trakea (jalan nafas).

v. Ultrasonografi (USG)

Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran

gondok akan tampak di layar TV. USG dapat

memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan

adanya kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi

waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang

dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista,

adenoma, dan kemungkinan karsinoma.

vi. Sidikan (scan) tiroid

Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi

radioaktif bernama technetium-99m dan

yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah.

Setengah jam kemudian berbaring di bawah suatu

17

Page 18: Pembahasan Struma

kamera canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil

pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran,

bentuk lokasi dan yang utama adalh fungsi bagian-

bagian tiroid.

vii. Biopsi Aspirasi Jarum Halus

Dilakukan khusus pada keadaan yang

mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum

tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya

penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini

dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi

biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang

benar dan pembuatan preparat yang kurang baik atau

positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.

18

Page 19: Pembahasan Struma

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher

oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat

berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan

morfologinya.Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran

kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di

sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan

esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea,

esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia.

Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen,

nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan

memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai

kesulitan bernapas dan disfagia

B. SARAN

STRUMA dapat menyebabkan perubahan status kesehatan pada

penderitanya serta dapat menimbulkan komplikasi yang dapat memperparah

kondisi prognosis pada klien dengan kasus tersebut. Oleh karena itu perlu

adanya penanganan yang serius terhadap kasus ini.oleh karena itu kami

berharap kepada semua mahasiswa khususnya terhadap mahasiswa yang

berada pada lingkungan kampus STIKES KURNIA JAYA PERSADA

dapat memahami pembahasan dari makalah yang kami buat.saran yang

membangun dari kekurangan makalah ini,kami terima dengan baik.

19

Page 20: Pembahasan Struma

DAFTAR PUSTAKA

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi8), EGC, JakartaCarpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi, EGC,JakartaCorwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, JakartaDoenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan,(Edisi III), EGC, Jakarta. FKUI, 1979, Patologi, FKUI, JakartaGanong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC, Jakarta Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, JakartaHinchliff, 1999, Kamus Keperawatan, EGC, EGC, JakartaSherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21), EGC, Jakarta Sobotta, 2003, Atlas Anatomi, (Edisi 21), EGC, Jakarta

20