PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)
Transcript of PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)
PEMBELAJARAN
LUAR KELAS
(OUTDOOR
LEARNING)
By: HUSAMAH
Jakarta: Prestasi Pustaka Raya Publisher, 2013
Katakanlah: “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk
(menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah
lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambaan sebanyak
itu (pula).”
(QS al-Kahfi: 109).
“Sebelum kedua telapak kaki seseorang menetap di hari
kiamat akan ditanyakan tentang empat hal lebih dulu:
pertama tentang umurnya untuk apa dihabiskan, kedua
tentang masa mudanya untuk apakah dipergunakan,
ketiga tentang hartanya dari mana diperoleh dan untuk
apakah dibelanjakan, dan keempat ilmunya, apa saja
yang ia amalkan dengan ilmunya itu.”
(HR Bukhari-Muslim).
“Siapa saja yang menginginkan sukses di dunia, maka
raihlah dengan ilmu. Siapa saja yang menginginkan
sukses di akhirat, maka raihlah dengan ilmu. Dan Siapa
saja yang menginginkan sukses di dunia dan di akhirat,
maka raihlah keduanya dengan ilmu.” (al-Hadist).
Ku Persembahkan buku ini kepada:
Ibunda Zakiyah al-Huraibi (Allahyarham),
Ayahanda Muhammad Irham, Istriku Yanur
Setyaningrum, Mertuaku, adik-adikku,
keluarga besarku dan almamaterku
tercinta Universitas Muhammadiyah
Malang.
Ucapan Terima Kasih
Segala puja dan puji hanya untuk Allah SWT, karena atas perkenan-Nya jualah sehingga penulisan buku ini dapat terselesaikan. Ya Allah ya Rabb, izinkanlah hamba-Mu yang lemah ini memanjatkan rasa terima kasih karena Engkau selalu menuntun jalanku untuk terus memahami, memaknai, belajar, berkarya dan berbagi kepada sesama. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Rektor (Dr. Muhadjir Effendy, MAP), Pembantu Rektor I (Prof. Dr. Ir. Sujono, M.Kes), Pembantu Rektor II (Drs. Mursidi, MM), dan Pembantu Rektor III (Drs. Joko Widodo, M.Si) Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan untuk “belajar dan mengabdi” di kampus putih tercinta. Terima kasih pula kepada jajaran Dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM, Pimpinan Prodi Pendidikan Biologi UMM yang selalu memberikan ruang kepada para “tenaga pengajar/dosen muda” untuk meningkatkan kualitas dan aktualisasi diri. Kepada para guru/dosen kami sejak TK di Kampung Korma Pagerungan Kecil, SDN Pagerungan Kecil III, SMP Negeri 2 Sapeken, SMA Negeri 1 Banyuwangi, hingga S1 Pendidikan Biologi FKIP UMM, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas kesabaran dan keistiqomahannya mendidik serta membekali ilmu hidup. Semoga Allah SWT memberikan pahala berlimpah atas ilmu dan kebaikan yang telah ditebarkan.
Untuk Emmaku Zakiyah al-Huraibi (alm) dan Uwwaku Moh. Irham Ridha, ucapan cinta yang tulus penuh hormat, doa yang khusyuk dan bakti yang ikhlas nanda haturkan. Terima kasihku atas doa, nasihat, pembelajaran, cinta, dukungan dan nilai-nilai yang diwariskan. Terima kasih atas kekuatan dan support yang telah diberikan oleh keluarga besar kami, kelaurga besar Jiddil Muhammad Huraibi (alm), dan keluarga Besar Bapak Suroto Ali Purwoko. Ucapan cinta yang tulus penuh hormat, doa yang khusyuk dan bakti yang ikhlas saya haturkan.
Buat istri tercinta, Yanur Setyaningrum, terima kasihku atas pengertian dan perhatianmu, menemaniku dalam suka dan duka, mendoakanku, memberikan semangat dikala energi untuk menulis sedang merosot, menyiapkan makanan dan minuman saat harus menulis hingga larut malam serta bersabar ketika selalu aku tinggal. Dan semuanya yang telah engkau berikan dengan ketulusan dan keihklasan. Terima kasih atas kekuatan dan support yang telah diberikan oleh adik-adikku, Husni Mubarak, Ika, Abdurraman, Zikriyah dan keponakannku yang lucu Alina Azkia Azzahra. Terima kasih atas dukungan sepenuh hati, tiada henti dari Mas Hanung, Mbak Tantin dan keponakan laki-lakiku Arya.
Semangat dan dukungan untuk selalu kuat, lebih baik, tegar dan berprestasi pun selalu diberikan oleh Drs. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si, Tim BKMA (Prof. Dr. Noor Harini, Prof. Dr. Wahyu Widodo, Dr. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes), Bapak Agus Santoso, Sahabat Sejatiku (Rina Wahyu S, Dyah Worowirastri E, Minatun Nadlifah) dan Keluarga Besar UKM Forum Diskusi Ilmiah UMM.
Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar Pinus Group, direktur, editor, dan staf serta distributor yang telah bersedia menerbitkan dan mengedarkan buku-buku saya sehingga sampai ke tangan pembaca, termasuk buku ini dan buku-buku selanjutnya.
Akhirnya, terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang menjadi sumber inspirasi buku ini yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu. Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak. Demikian pula adanya buku ini. Oleh karena itu, tegur sapa demi perbaikan buku ini sangat kami harapkan.
“Kota Dingin” Malang, Februari 2013
HUSAMAH
UNIT 1
LINGKUNGAN SEBAGAI ELEMEN PENTING OUTDOOR
LEARNING
A. Lingkungan Sebagai Sumber dan Media Pembelajaran
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai
bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang
terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini
cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain,
range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau
segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling.
Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan
makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup
lainnya. Lingkungan terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda
mati) dan budaya manusia. Lingkungan yang ada di sekitar anak- anak kita merupakan
salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil
pendidikan yang berkualitas. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini
tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk
kepentingan pendidikan.
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak
pertama kali akan belajar dan memahami sesuatu dari lingkungannya. Begitu pula
halnya dalam belajar dan memahami konsep dan prinsip dalam IPA diperlukan suatu
pendekatan yang mampu mewujudkan hal-hal yang diinginkan, yakni salah satunya
dengan pendekatan lingkungan. Pendekatan lingkungan berarti mengajak siswa belajar
langsung di lapangan tentang topik-topik pembelajaran. Tang (2002) mengemukakan
adanya hubungan antara manusia dengan lingkungan merupakan hubungan yang saling
mempengaruhi sehingga lahir interaksi. Pendekatan lingkungan merupakan suatu
interaksi yang berpangkal kepada hubungan antara perkembangan fisik dengan
lingkungan sekitarnya. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar berarti siswa
menampilkan contoh-contoh penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
sekitarnya. Dengan kata lain siswa datang menghampiri sumber-sumber belajarnya.
Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan
pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas, Selain
itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat
mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan
tersebut. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab
lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan.
Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan
dalam rangka penyiapan masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya
manusia di masa mendatang. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari
lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan, bahkan hampir semua tema
kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya
kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar.
Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai tanaman
padi, dengan memanfaatkan lingkungan persawahan, anak akan dapat memperoleh
pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat
membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam
terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di
dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti
halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan. Artinya belajar tidak
hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini
lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
fisik, keterampilan sosial, budaya, perkembangan emosional serta intelektual. Anak-
anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan
menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep
seperti warna, angka, bentuk dan ukuran. Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya
adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui
dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru
mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada
lingkungan sekitar (Eko, 2009).
Menurut Abulraihan (2008) lingkungan bisa lingkungan sekolah dan luar sekolah,
yang terpenting bahwa aktivitas pembelajaran di luar kelas yang dilakukan siswa, guru
harus pandai-pandai memilih model atau jenis pembelajaran yang tepat sesuai situasi
lingkungan, memperhatikan faktor keamanan karena di alam bebas mempunyai tingkat
keriskanan yang tinggi terhadap keselamatan siswa.
Lahirnya konsep pendidikan di alam adalah manifestasi dari pendidikan di luar
ruangan. Alam sebagai media belajar merupakan solusi ketika terjadi kejenuhan atas
metodologi pendidikan di dalam kelas. Dari pemikiran inilah Walt Whitmant mencoba
memperbaharuhi metodologi itu dengan penekanan pada proses aktivitas di luar kelas.
Pendidikan dan latihan di luar kelas dapat menggantikan proses pendidikan
konvensional (kelas/ ruangan) yang selama ini dilakukan secara masif. Akibatnya model
pendidikan tersebut lebih berorientasi pada nilai-nilai kuantitatif , bukan pada proses
pengenalan lebih dalam pada sumber-sumber pengetahuan (Herry, 2008).
B. Jenis Lingkungan Belajar
Pendidikan sebaiknya disesuaikan dengan keadaan alam sekitar (Hamalik, 2001).
Alam sekitar siswa merupakan lingkungan sekitar kehidupan siswa yang dapat berupa
lingkungan alam, sosial, dan buatan.
1. Lingkungan Alam
Alam, dalam hal ini, dipandang sebagai sebuah laboratorium yang sangat besar.
Laboratorium alam ini menyediakan sumber belajar yang melimpah ruah, sehingga akan
sayang kalau sumber belajar ini tersia-siakan (Amin, 2008).
Pengalaman yang harus dimiliki siswa ialah pengalaman lingkungan fisik yang
menyangkut fisik secara mikro yaitu dirinya sendiri maupun secara makro (alam
semesta). Pemahaman siswa yang benar terhadap dirinya dan alam semesta, akan
menumbuhkan kesadaran yang tinggi untuk senantiasa, meningkatkan serta
memanfaatkan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam bagi kepentingan manusia
pada umumnya (Suherli, 2009).
Menurut Sudjana & Rivai (2010) lingkungan alam berkenaan dengan segala
sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim,
curah hujan, flora (tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (air, hutan , tanah,
batu-batuan dan lain-lain).
Aspek-aspek lingkungan alam di atas dapat dipelajari secara langsung oleh siswa.
Mengingat sifat-sifat dari gejala alam relatif tetap tidak seperti dalam lingkungan sosial,
maka akan mudah dipelajari para siswa. Siswa dapat mengamati dan mencatatnya
secara pasti, dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi termasuk termasuk
prosesnya dan sebagainya. Gejala lain yang dapat dipelajari adalah kerusakan-kerusakan
lingkungan alam termasuk faktor-faktor penyebabnya seperti erosi, penggundulan
hutan, pencemaran air tanah, udara dan sebagainya.
Dengan mempelajari lingkungan alam diharapkan para siswa dapat lebih
memahami materi pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan cinta alam, kesadaran
untuk menjaga dan memelihara lingkungan, turut serta dalam menanggulangi kerusakan
dan pencemaran lingkungan serta tetap menjaga kelestarian kemampuan sumberdaya
alam bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh: dalam rangka mempelajari IPA, siswa
diminta mencatat dan mempelajari lingkungan alam di sekitarnya. Siswa diminta
mencatat dan mempelajari suhu udara, jenis tumbuhan, hewan, batu-batuan, kerusakan
lingkungan, pencemaran dan lain-lain. Baik secara individual maupun kelompok para
siswa akan melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, bertanya kepada orang lain,
membuktikan sendiri atau mencobanya. Ia akan memperoleh sesuatu yang berharga dari
kegiatan belajarnya yang mungkin tidak ditemukan dari pengalaman belajar di sekolah
sehari-hari.
2. Lingkungan Sosial
Menurut Supriatna (2011) masalah-masalah sosial sehari-hari yang dihadapi oleh
para siswa merupakan pengalaman belajar sekaligus sebagai sumber belajar. Dalam
kurikulum terdahulu, masalah-masalah sosial tersebut sangat jarang dibawa oleh guru
ke ruang kelas sebagai bahan pelajaran. Masalah-masalah sosial tersebut sangat erat
kaitannya dengan tuntutan kurikuler pada pelajaran serta terkait pula dengan kehidupan
siswa sehari-hari.
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi manusia
dengan kehidupan masyarakat, seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata
pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama
dan sistem nilai. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial
dan kemanusiaan. Dalam praktek pembelajaran, penggunaan lingkungan sosial sebagai
media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling dekat, seperti
keluarga, tetangga, rukun tetangga, rukun warga, kampung, desa, kecamatanm dan
seterusnya. Hal ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan tingkat
perkembangan anak didik (Sudjana & Rivai, 2010).
Menurut Suherli (2009) lingkungan sosial dijadikan media pembelajaran agar
siswa memiliki bekal hidup dalam sosial atau dalam masyarakat. Dengan bekal
pengetahuan ini, siswa setelah lulus atau tamat sekolah siap hidup bermayarakat. Siswa
akan dengan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya di mana ia tinggal. Selain
itu siswa juga harus dibekali dengan pengalaman budaya. Dengan bekal ini, siswa
diharapkan memahami, mencintai, menghargai, dan menikmati serta memilih budaya
yang menguntungkan dirinya sendiri maupun orang lain sehingga siswa tidak akan
terjerumus dalam budaya yang menyesatkan.
Melalui kegiatan belajar seperti itu, siswa lebih aktif dan lebih produktif sebab ia
mengarahkan usahanya untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari sumber-
sumber yang nyata dan faktual.
3. Lingkungan Buatan
Di samping lingkungan alam dan lingkungan sosial yang sifatnya alami, ada juga
yang disebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau
dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Lingkungan buatan antara lain irigasi atau pengairan, bendungan, pertamanan,
kebun binatang, perkebunan, penghijauan, dan pembangkit tenaga listrik.
Menurut Sudjana & Rivai (2010) siswa dapat mempelajari lingkungan buata dari
berbagai aspek seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya
dukungnya, serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan
manusia dan masyarakat pada umumnya. Lingkungan buatan dapat dikaitkan dengan
kepentingan berbagai bidang studi yang diberikan di sekolah.
C. Jenis-jenis Sumber Belajar yang Ada di Lingkungan
Pada bagian sebelumnya, kita telah mengenal adanya dua jenis sumber belajar,
yaitu sumber belajar yang dirancang (by design resources) dan sumber belajar yang
dimanfaatkan ( by utility resources). Berbagai benda yang terdapat di lingkungan kita
dapat kita kategorikan ke dalam jenis sumber belajar yang dimanfaatkan (by design
resources) ini. Dibanding dengan dengan jenis sumber belajar yang dirancang, jenis
sumber belajar yang dimanfaatkan ini jumlah dan macamnya jauh lebih banyak. Oleh
karena itu, sangat dianjurkan setiap guru mampu mendayagunakan sumber belajar yang
ada di lingkungan ini. Pengertian lingkungan dalam hal ini adalah segala sesuatu baik
yang berupa benda hidup maupun benda mati yang terdapat di sekitar kita (di sekitar
tempat tinggal maupun sekolah).
Sebagai guru, kita dapat memilih berbagai benda yang terdapat di lingkungan
untuk kita jadikan media dan sumber belajar bagi siswa di sekolah. Bentuk dan jenis
lingkungan ini bermacam macam, misalnya: sawah, hutan, pabrik, lahan pertanian,
gunung, danau, peninggalan sejarah, musium, dan sebagainya. Media di lingkungan
juga bisa berupa benda-benda sederhana yang dapat dibawa ke ruang kelas, misalnya :
batuan, tumbuh-tumbuhan, binatang, peralatan rumah tangga, hasil kerajinan , dan
masih banyak lagi contoh yang lain. Semua benda itu dapat kita kumpulkan dari sekitar
kita dan dapat kita pergunakan sebagai media pembelajaran di kelas. Benda-benda
tersebut dapat kita perloeh dengan mudah di lingkungan kita sehari-hari. Jika mungkin,
guru dapat menugaskan para siswa untuk mengumpulkan benda-benda tertentu sebagai
sumber belajar untuk topik tertentu. Benda-benda tersebut juga dapat kita simpan
untuk dapat kita pergunakan sewaktu-waktu diperlukan.
D. Keuntungan Memanfaatkan Media Lingkungan
Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak
keuntungan. Beberapa beberapa keuntungan tersebut antara lain :
- Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di
lingkungan.
- Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti listrik.
- Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih
konkrit, tidak verbalistik.
- Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda
tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga
sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning).
- Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang diperoleh siswa
melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan
langsung, karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa
serupa dalam kehidupannya sehari-hari.
- Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan
media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda,
lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.
- Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa
biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang dikemas
(didesain).
Dengan memahami berbagai keuntungan tersebut, seharusnya kita dapat
tergugah untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan di sekitar kita
untuk menunjang kegiatan pembelajaran kita. Lingkungan kita menyimpan berbagai
jenis sumber dan media belajar yang hampir tak terbatas. Lingkungan dapat kita
manfaatkan sebagai sumber belajar untuk berbagai mata pelajaran. Kita tinggal
memilihnya berdasarkan prinsip-prinsip atau kriteria pemilihan media dan
menyesuaikannya dengan tujuan, karakteristik siswa dan topik pelajaran yang akan kita
ajarkan. Kriteria pemilihan media itu telah kita bahas pada bagian sebelumnya.
E. Prinsip-prinsip Pembuatan Media yang Memanfaatkan Lingkungan
Media-media yang terdapat di lingkungan sekitar, ada yang berupa benda-benda
atau peristiwa yang langsung dapat kita pergunakan sebagai sumber belajar. Selain itu,
ada pula benda-benda tertentu yang harus kita buat terlebih dulu sebelum dapat kita
pergunakan dalam pembelajaran. Media yang perlu kita buat itu biasanya berupa alat
peraga sederhana dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan kita.
Jika kita harus membuat media belajar semacam itu, maka ada beberapa prinsip
pembuatan yang perlu kita perhatikan, yaitu :
- Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya.
- Dapat membantu memberikan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu,
terutama konsep yang abstrak.
- Dapat mendorong kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri)
- Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak
mengandung unsur yang membahayakan siswa.
- Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal
- Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan kemenarikan
- Media belajar hendaknya mudah dipergunakan baik oleh guru maupun siswa
- Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat hendaknya dipilih agar mudah
diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah
- Jenis media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
sasaran didik
F. Langkah dan Prosedur Penggunaan Lingkungan sebagai Media dan
Sumber Belajar
Menurut Sudjana & Rivai (2010) menggunakan lingkungan sebagai media dan
sumber belajar dalam proses pembelajaran memerlukan persiapan dan perencanaan
yang seksama dari para guru. Tanpa perencanaan yang matang kegiatan belajar siswa
bisa tidak terkendali, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dan siswa tidak
melakukan kegiatan belajar yang diharapkan.
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan lingkungan
sebagai media dan sumber belajar, yakni langkah persiapan, pelaksanaan, dan tindak
lanjut.
1. Langkah Persiapan
Ada beberapa prosedur yang harus ditempuh pada langkah persiapan ini, antara
lain:
1) Dalam hubungannya dengan pembahasan bidang studi tertentu, guru dan siswa
menentukan tujuan belajar yang diharapkan diperoleh para siswa berkaitan
dengan penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar. Misalnya
siswa dapat menjelaskan proses kerja pembangkit listrik tenaga air atau siswa
dapat menjelaskan struktur pemerintahan tingkat kecamatan. Siswa dapat
mengidentifikasi berbagai jenis tumbuhan dan hewan di daerahnya.
2) Tentukan objek yang harus dipelajari atau dikunjungi. Dalam menetapkan
objek kunjungan tersebut hendaknya diperhatikan relevansi dengan tujuan
belajar, kemudahan menjangkaunya misalnya cukup dekat dan murah
perjalanannya, tidak memerlukan waktu yang lama, tersedianya sumber-
sumber belajar, keamanan bagi siswa dalam mempelajarinya serta
memungkinkan untuk dikunjungi dan dipelajari siswa.
3) Menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan. Misalnya,
mencatat apa yang terjadi, mengamati suatu proses, bertanya atau wawancara
dengan petugas dan apa yang harus ditanyakannya, melukiskan atau
menggambarkan situasi baik berupa peta, sketsa dan lain-lain, kalau mungkin
mencobanya dan kegiatan lain yang diangap perlu. Di samping itu, ada baiknya
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok diberi tugas
khusus dalam kegiatan belajarnya.
4) Guru dan siswa mempersiapkan perizinan jika diperlukan. Misalnya membuat
dan mengirimkan surat permohonan untuk mengunjungi objek tersebut agar
mereka dapat mempersiapkannya. Dalam surat tersebut dapat dijelaskan
kegiatab belajar dan tujuan yag diharapkan dari kunjungan tersebut. Hal ini
penting agar petugas di sana mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan.
5) Persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar, seperti tata tertib
diperjalanan dan ditempat tujuan, perlengkapan belajar yang harus dibawa,
menyusun pertanyaan yang akan diajukan, kalau ada kamera untuk mengambil
foto, handycam, transportasi yang digunakan, biaya, makanan atau perbekalan,
dan perlengkapan P3K.
Persiapan tersebut dibuat guru bersama siswa pada waktu belajar bidang studi
yang bersangkutan, atau dalam program akhir semester.
2. Langkah Pelaksanaan
Pada langkah ini adalah melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai
dengan rencana yang telah dipersiapkan. Biasanya kegiatan belajar diawali dengan
penjelasan petugas mengenai objek yang dikunjungi sesuai dengan permintaan yang
telah disampaikan sebelumnya. Dalam penjelasan tersebut, para siswa bisa mengajukan
beberapa pertanyaan melalui kelompoknya masing-masing supaya waktunya bisa lebih
cermat. Catatlah semua informasi yang diperoleh dari penjelasan tersebut. Setelah
informasi diberikan oleh petugas, para siswa dengan bimbingan petugas melihat dan
mengamati objek yang dipelajari. Siswa bisa bertanya atau juga mempraktekkan jika
dimungkinkan serta mencatatnya. Berikutnya para siswa dalam kelompoknya
mendiskusikan hasil-hasil belajarnya, untuk lebih melengkapi dan memahami materi
yang dipelajarinya. Akhir kunjungan dengan ucapan terima kasih kepada petugas dan
pimpinan objek/wahana yang dikunjungi.
Hal yang perlu menjadi catatan, apabila objek kunjungan sifatnya bebas dan tak
perlu ada petugas yang mendampinginya, seperti kemah, mempelajari lingkungan
sosial, belajar di kebun dan taman, belajar di halaman sekolah, atau belajar di alam
terbuka lainnya, maka para siswa langsung mempelajari objek studi atau melakukan
aktivitas sesuai yang diarahkan oleh guru (yang sudah pula tertuang dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran/RPP).
3. Langkah Tindak Lanjut
Tindak lanjut dari kegiatan belajar di atas adalah kegiatan belajar di kelas untuk
membahas dan mendiskukusikan hasil belajar dari lingkungan. Setiap kelompok diminta
melaporkan hasil-hasilnya untuk dibahas bersama.
Guru dapat meminta kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar
tersebut, di samping menyimpulkan materi yang diperoleh dan dihubungkan dengan
bahan pengajaran bidang studinya. Di lain pihak guru juga memberikan penilaian
terhadap kegiatan belajar siswa dan hasil-hasil yang dicapainya. Tugas lanjutan dari
kegiatan belajar tersebut dapat diberikan sebagai pekerjaan rumah, misalnya menyusun
laporan yang lebih lengkap, membuat pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan hasil
kunjungan, atau membuat karangan berkenaan dengan kesan-kesan yang diperoleh
siswa dari kegiatan belajarnya.
Tentang Penulis Husamah
Penulis adalah seorang laki-laki yang dilahirkan pada tanggal
18 Oktober 1985 di sebuah pulau terpencil nan indah yaitu Pulau
Pagerungan Kecil Kepulauan Sapeken Kabupaten Sumenep. Putra
pertama pasangan Bapak Mohammad Irham dan Ibu Zakiyah
Huraibi (alm) ini menamatkan studi di SDN Pagerungan Kecil III,
SMP Negeri 2 Sapeken dan SMA Negeri 1 Banyuwangi. Gelar
sarjana ia peroleh dari Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2008.
Laki-laki yang suka membaca, browsing, bertadabbur atau
berpetualang melihat keagungan Allah SWT di laut dan darat ini, merupakan Juara I
Mahasiswa Berprestasi Kopertis VII Jawa Timur tahun 2008. Ia juga telah puluhan kali
menjuarai lomba penulisan ilmiah kategori mahasiswa maupun umum baik tingkat
lokal, regional bahkan nasional. Ratusan tulisan artikelnya telah dimuat di jurnal ilmiah,
media massa lokal dan nasional. Ia pun sering menjadi delegasi dalam ajang ilmiah
tingkat nasional seperti PIMNAS, Pelayaran Kebangsaan, Dialog Kebangsaan,
Lokakarya Nasional Pengelolaan Jurnal dan Workshop Nasional Pengembangan Bahan
Ajar Cetak dan Noncetak.
Saat ini, penulis yang melepas masa lajangnya dengan mempersunting Yanur
Setyaningrum, S,Pd pada tanggal 26 Novemver 2010 ini aktif mengajar di Prodi
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang. Sebelum menjadi dosen,
penulis juga memperdalam ilmu mengajarnya di Laboratorium Biologi UMM sebagai
asisten dan instruktur, SMP Muhammadiyah 1 Malang (guru Biologi) dan SMA Negeri
4 Malang (Praktek). Selain mengajar penulis juga aktif diberbagai kepanitiaan, menjadi
pemateri dalam berbagai seminar dan diklat mahasiswa, membimbing mahasiswa dalam
penulisan karya ilmiah, menjadi tim pengembang bahan ajar PJJ PGSD dana hibah
DITNAGA DIKTI 2010-2011 (Perkembangan Belajar Peserta Didik, Bahasa Inggris,
Pembelajaran Kelas Rangkap, Anak Berkebutuhan Khusus), Tim Manajemen Berbasis
Sekolah/CLCC PGSD dana hibah DITNAGA DIKTI, tim DIA BERMUTU Biologi
dana Hibah DIKTI, Tim Lesson Study Biologi-Matematika Hibah DIKTI, sekretaris
jurnal JP3 FKIP, pengelola jurnal Sinaps, menulis buku serta membina Unit Kegiatan
Mahasiswa Forum Diskusi Ilmiah (UKM-FDI) Universitas Muhammadiyah Malang.
Buku ini adalah buku keempatnya yang diterbitkan oleh Pinus Group. Buku lainnya
yang telah terbit sebelumnya adalah Cerdas Menjadi Juara Karya Ilmiah (Interpre/
Pinus Group, 2010), Teacherpreneur, Cara Cerdas Menjadi Guru Kaya Raya (Pinus
Group, proses terbit), KIR Itu Selezat Ice Cream (Pinus Group, proses terbit), Dari
Kepulauan untuk Indonesia (kontributor, Tinta Mas, 2009) dan Panduan Penulisan
Skripsi (Tim, Pusat Penerbitan Biologi UMM, 2009).
Untuk diskusi dan korespondensi dengan penulis dapat mengirimkan pesan ke
email/FB: [email protected] atau komentar di husamah.blogspot.com.