pembenihan kerapu

download pembenihan kerapu

of 17

Transcript of pembenihan kerapu

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    1/17

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    2/17

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    3/17

    Metoda yang digunakan adalah manipulasi lingkungan. Untuk merangsang

    terjadinya perkawinan antara jantan dengan induk betina matang kelamin

    digunakan metoda manipulasi lingkungan di bak terkontrol. Teknikpemija han

    dengan manipulasi lingkungan ini dikembangkan berdasarkan pemijahan ikan

    kerapu di alam, yaitu dengan rangsangan atau kejutan faktorfaktor lingkungan

    seperti suhu, kadar garam, kedalaman air dan lain-lain. Pemijahan mengikuti fase

    peredaran bulan; pada saat bulan terang atau bulan gelap.

    2.2.3Pemeliharaan Induk

    Induk ikan kerapu yang dipijahkan dipelihara di laut dalam kurungan apung dengan

    padat penebaran induk 7,5 10 kg/m3. Pakan yang diberikan berupa ikan rucah

    segar berkadar lemak rendah. Diluar pemijahan ikan, takaran pakan yang diberikan

    sebesar 3 5% dari total berat badan ikan/hari, sedangkan pada musim pemijahan

    diturunkan menjadi 1%. Disamping itu diberikan pula vitamin E dengan dosis 10

    15 mg/ekor/minggu.

    2.2.4 Sex reversal

    Kerapu termasuk ikan yang hermaprodit protogyni, yaitu pada kehidupan awal

    belum ditentukan jenis kelaminnya. Sel kelamin betina terbentuk setelah berumur 2

    tahun dengan panjang 50 cm dan berat 5 kg. Sel kelamin betina berubah menjadi sel

    kelamin jantan pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh sekitar 70 cm dan berat 11kg. Pada kenyataannya lebih banyak ditemui ikan kerapu jantan atau mempercepat

    perubahan kelamin dari betina ke jantan dapat dipacu/dirangsang dengan hormon

    testosteron. Pemberian hormon testosteron dilakukan secara oral melalui makan

    setiap minggu, diikuti dengan penambahan multivitamin.Takaran yang diberikan

    adalah :

    1. Hormon testosteron 2 mg/kg induk2. Multivitamin 10 mg/kg induk2.2.5Seleksi Induk

    Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui denan cara mengurut

    bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma yang keluar warnan putih susu

    dan jumlahnya banyak diamati untuk menentukan kualitasnya. Kematangannya

    kelamin induk betina diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang

    plastik ke dalam lubang kelamin ikan, kemudian dihisap.Telur yang diperoleh

    diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya, garis tengah (diameter) telor

    diatas 450 mikron.

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    4/17

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    5/17

    e. Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen dan dipindahkan ke

    bak penetasan.bak pemeliharaan larva.

    2.2.8 Penetasan telur

    Bak yang dipergunakan untuk penetasan telur sekaligus juga merupakan bak

    pemeliharaan larva, terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjangdengan

    ukuran 4 x 1 x 1 m3. Tiga hari sebelum bak penetasan/bak pemeliharaan larva

    digunakan, perlu dipersiapkan dahulu dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan

    memakai larutan chlorine (Na OCI) 50 100ppm.Setelah itu dinetralkan dengan

    penambahan larutan Natrium thiosulfat sampai bau yang ditimbulkan oleh chlorine

    hilang. Air laut dengan kadar garam 32 dimasukkan ke dalam bak, satu hari

    sebelum larva dimasukkan dengan maksud agar suhu badan stabil berkisar antara 27

    280C.Telur hasil pemijahan dikumpulkan dengan sistim air mengalir. Telur yang

    dibuahi akan mengapung dipermukaan air dan berwarna jernih (transparan).

    Sebelum telur ditetaskan perlu direndam dalam larutan 1 5 ppm acriflavin untuk

    mencegah serang bakteri. Padat penebaran telur di Bak Penetasan berkisar 20 60

    butir/liter air media. Ke dalam bak penetasan perlu ditambahkan Chlorella sp

    sebanyak 50.000 100.000 sel/ml untuk menjaga kualitas air.Telur akan menetas

    dalam waktu 18 22 jam setelah pemijahan pada suhu 27 280C dan kadar garam

    30 32 .

    Gambar 1. Grafik Prosentase Telur yang Dibuahi

    2.3 Perkembangan Dan Pemeliharaan Larva

    2.3.1 Perkembangan Larva

    Larva yang baru menetas terlihat transparan, melayang-melayang dan gerakannya

    tidak aktif serta tampak kuning telur dan oil globulenya. Larva akan berubah bentuk

    menyerupai kerapu dewasa setelah berumur 31 hari.

    Gambar 2 Perkembangan Bentuk Larva kerapu

    Adapun perkembangan larva kerapu dari umur 1 hari (D1) sampai umur 31 hari

    (D31) dapat ilihat pada tabel 1.

    Tabel 1. Perkembangan larva ikan kerapu.

    Hari Ke Tahap Perkembangan

    Panjang

    (mm)

    D1 Larva menetas transparan,melayang dan tidak aktif 1,892,11

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    6/17

    D3 Timbul bintik hitam dikepala dan pangkal perut 2,14-2,44

    D7-8 Timbul calon sirip Punggung yang keras dan panjang 7,988,96

    D9-11 Timbul calon sirip punggung yang keras dan panjang.

    15,88

    17,24

    D15-17 Duri memutih, bagian ujung agak kehitaman 17,218,6

    D23-26

    Sebagian duri mengalami reformasi dan patah, pada

    bagian ujung tumbuh sirip awal lunak

    20,31

    22,64

    D29-31

    Sebagian larva yang pertumbuhannya capat telah

    berubah menjadi burayak (juvenil),bentuk dan

    warnanya telah menyerupai ikan

    22,40

    23,42

    Masa kritis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8) memasuki umur 9

    hari (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuh yang sangatpanjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larva berkembang dengan baik

    dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda kematian, akan tetapi memasuki hari

    ke 22 (D22), 23 (D23) sebagian dari larva baik yan masih kecil maupun yang sudah

    besar mulai nampak adanya kematian. Diawali dengan adanya gerakan memutar

    (whirling) yang tidak terkendali kemudian terbalik lalu mati. Pada kasus tersebut

    diupayakan dengan cara merubah pakan Artemia dengan kandungan W3 HUFA

    yang lebih tingi. Dari kasus ini tentunya dapat diajukan suatu hepotesa sementara

    bahwa kurannya unsur tertentu pada larva kerapu dalam waktu yang cukup lamaakan mempengaruhi kondisi fisik dan kelangsungan hidup larva.

    2.3.2 Pemeliharaan Larva

    Larva kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning

    telur. Pakan ini akan dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2) setelah menetas dan

    selama kurun waktu tersebut larva tidak memerlukan dari luar. Umur 3 hari (D3)

    kuning telur mulai terserap habis, perlu segera diberi pakan dari luar berupa

    Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 3ekor/ml. Disamping itu

    ditambahkan pula Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan antara 5.10 10

    sel/ml. Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari (D16) dengan

    penambahan secara bertahap hingga mencapai kepadatan 5 10 ekor/ml

    plytoplankton 10 2.10 sel/ml media.Pada hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan

    naupli artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 0,75 ekor/ml media.

    Pemberian pakan naupli artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25)

    dengan peningkatan kepadatan hingga mencapai 2 5 ekor/ml media.Disamping itu

    pada hari ke tujuh belas (D17) larva mulai diberi pakan Artemia yang telah berumur

    1 hari, kemudian secara bertahap pakan yang diberikan diubah dari Artemia umur 1

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    7/17

    hari ke Artemia setengah dewasa dan akhirnya dewasa sampai larva berumur 50

    hari. Skema jenis dan pemberian pakan larve kerapu dapat dilihat pada Gambar 3.

    Pemberian pakan dengan cincangan daging ikan mulai dicoba pada saat

    metamorfosa larva sempurna menjadi benih ikan kerapu.

    Gambar 3. Grafik Jenis Pakan

    2.3.3 Pengelolaan Kualitas Air

    Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva perlu dijaga

    kualitas airnya dengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan

    5.103 104 sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang

    ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang

    ditinggalkan. Pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan pada hari

    pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan

    cangkang telur. Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur

    6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan

    dengan bertambahnya umur larva, maka volume air yang perlu diganti juga semakin

    banyak.Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan

    sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak

    40%. Prosentase pengantian air selama pemeliharaan larve kerapu dapat dilihat

    pada gambar 4.

    Gambar 4. Grafik Prosentase Penggantian Air

    2.3.4 Pengelolaan Pakan

    Ikan kerapu merupakan ikan laut yang buas (karnivora ) dan sifat kanibalisme akan

    muncul jika kekurangan pakan .oleh sebab itu pakan yang diberikan harus cukup

    baik kualitas maupun kuantitas . pakan yang baik harus emenuhi gizi ikan kerapu

    berupa : protein, karbohidrat, lemat, mineral, dan vitamin, sehingga ikan yang

    dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik.

    Keberhasilan pembenihan ikan kerapu sangat tergantung pada kecukupan pakan.

    Pemberian pakan harus tepat agar pakan yang diberikan dapat efisien dikonsumsi

    ikan yang dipelihara dan memberikan kelansungan hidup dan pertumbuhan yang

    baik sehingga penggunaan pakan menjadi efisien, karena berkaitan dengan

    pencernaan dan pemakaian energi. Pemilihan jenis dan ukuran pakan yang tepat

    akan mempengaruhi efisiensi pemanfaatan pakan. Pakan yang digunakan dapat

    berupa pakan alami/ pakan segar atau pakan buatan.

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    8/17

    2.3.5 Hama dan Penyakit

    Hama

    Menurut Kordi, (2002) mengatakan bahwa hama merupakan organisme yang dapat

    menimbulkan gangguan pada ikan budidaya di dalam kolam hama pada budidaya

    ikan kerapu C. ada 2 macam yaitu : predator dan kompetitor.

    Penyakit

    Penyakit yang sering di menyerang ikan kerapu ada dua macam yaitu penyakit

    infeksi, penyakit yang dapat menginfeksi ikan kerapu yaitu berupa jamur, bakteri

    maupun virus. Sedangkan yang ke dua yaitu penyakit non infeksi adalah penyakit

    pada ikan kerapu yang di sebabkan oleh ketidak sesuaian media pemeliharaan ikan

    kerapu yang ada di tambak dengan kondisi aslinya di alam sehingga menyabakan

    ikan kerapu tersebut stress.

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1. Waktu dan Tempat

    Pelaksanaanpengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) yang akan dilaksanakan

    selama tiga bulan yaitu taanggal 13 Maret 2013 sampai bulan juni 2013 di Balai

    Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar di Desa Bentoloe kecamatan Galesong Selatan

    3.2. Survei lokasi

    Keadaan umum lokasi :Balai Budiday Air Payau terletak di Desa Bentoloe kecamatan Galesong Selatan

    Kabupaten Takalar kurang lebih 30 km kearah Selatan Kota Makassar.

    Tempat pembenihan ikan berada di tepi perairan selatan Makassar. Berdasarkan

    letak topografinya, pantai BBAP berdasar landai dan stuktur dasar perairan

    lahannya tidak terjangkau pasang tertinggi, tidak mengalami erosi air laut terlindung

    dari bahaya banjir, kualitas air laut bersalinitas 30 ppt, pH 7-8,5 dan suhu antara 27-

    30 oC. BBAP terdiri atas tiga lokasi yang berjarak kurang lebih 1 km satu dengan

    yang lainnya. Lokasi satu terdiri dari atas bangunan kantor, asrama, rumah jaga,

    perumahan karyawan, aula, sarana olahraga dan sarana pembenihan. Lokasi dua

    terdiri atas sarana pembenihan, perumahan pegawai, tambak serta laboratorium.

    Dan lokasi tiga terdiri atas pembenihan, perumahan pegawai.

    Sesuai dengan kebutuhan usaha pembenihan maka harus dipilih daerah yang dekat

    dengan sumber air laut yang bersih serta ditunjang dengan sarana yang memadai

    seperti transportasi, listrik serta telepon, hal ini menjadi syarat pembenihan seperti

    diungkapkan oleh Suyanto dan Mustahal (1997) yaitu bahwa pembenihan yang ideal

    antara lain mempunyai sarana seperti :

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    9/17

    1. Laboratorium kering untuk pengamatan2. Laboratorium basah untuk pengamatan dan perawatan telur dan larva3. Ruang Plankton4. Ruang Mesin5. Bak-Bak Pemijahan6. Resevoar dan Filter7. Kantor dan GudangDisekitar pembenihan terdapat pemukiman penduduk, pembenihan udang skala

    rumah tangga (Backyard) serta pembenihan udang skala besar (haetchery untuk

    kelancaran pengadaan saran produksi dan pemasaran benih terdapat jalan raya yang

    cukup baik dan juga jaringan telepon tersedia.

    3.3. Metode Pengumpulan Data

    Metode Pengumpulan Data yang akan digunakan dalam kegiatan pengalaaman

    kerja praktek mahasiswa (PKPM) yang akan dilaksanakan yaitu dengan cara

    pengumpulan data berupa :

    Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara melaksanakan dan mengikutikegiatan teknik produksi pemeliharaan larva kerapu secara lansung serta ikut

    berperang akti dilapangan.

    Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui stidi pustaka dengan caramengumpulkan data dari berbagai literatur dan melakukan wawancara denganpembimbing dan teknisi lapangan.

    3.4. Metode Analisis Data

    Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yang bersumber pada

    data primer dan data sekunder yang didapatkan selama kegiatan PKPM berlangsung

    dan disajikan dalam bentuk tabel.

    3.5. Alat dan Bahan

    Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam Praktek Kerja Pengalaman

    Mahasiswa (PKPM) Pada pembenihan ikan kerapu Tikusdi Balai Besar Budidaya Air

    Payau (BBAP) adalah sebagai berikut :

    3.2.1 Alat Dan Bahan

    A. Bak Pemeliharaan Induk Dan Pematangan Gonad

    1. Bak Beton 5. Sikat pembersih bak2. Seser 6. Pakan Induk3. Ember4. Alat pengukur kulitas air(Thermometer,PH,Handrefraktomet)B. Bak Penetasan Telur

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    10/17

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    11/17

    tengah bak, dimana terdapat saluran pembuangan. Setelah bak pemeliharaan selesai

    disipon, air bak diganti dengan air baru. Untuk menjaga air bak tetap bersih dan

    dapat terganti hingga 200- 300% setiap harinya, pompa sirkulasi dioperasikan agar

    air dalam bak pemeliharaan tersirkulasi selama 24 jam

    1. D. Pengelolaan Pakan IndukPakan yang baru dibeli berupa ikan rucah (tembang dan ciko ciko) dan cumi- cumi

    ditempatkan ke dalam baskom. Pakan ikan rucah dibersihkan dan dihilangkan

    bagian kepalanya dan isi perutnya, sedangkan cumi- cumi dihilangkan tintanya.

    Pakan yang sudah dibersihkan, dimasukkan kedalam kantong pakan yang terbuat

    dari saringan hijau. Pakan yang sudah dikemas tersebut dimasukkan ke dalam

    freezer. Pemberian pakan dilakukan setiapa hari dengan frekuensi pemberian satu

    kali sehari yaitu pada pagi atau sore hari dengan dosis 3- 5% dari berat badan ikan.

    1. E. PemijahanA. Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang

    sebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan salinitas +

    32 .

    B. Manipulasi lingkungan dilakukan menjelang bulan gelap yaitu dengan caramenaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai jam

    09.00 sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman 40cmdari dasar bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan ke possisi

    semula (tinggi air 1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus menerus sampai

    induk memijah secara alami.

    C. Rangsangan hormonal induk kerapu matang kelamin disuntik denganhormonHuman Chorionic Gonadotropin (HGG) dan Puberogen untuk merangsang

    terjadinya pemijahan. Takaran hormon yang diberikan adalah : HGG 1.000

    2.000 IU/kg induk dan Puberogen 150 225 RU/kg induk

    D. Pengamatan pemijahan ikan dilakukan setiap hari setelah senja sampaimalam hari. Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari antara jam22.00

    24.00 WIB. Diduga musim pemijahannya terjadi 2 kali bulan Juni

    September dan bulan Nopember Januari.

    E. Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen dan dipindahkanke bak penetasan.bak pemeliharaan larva.

    F. F. Pengendalian PenyakitBak fiber yang akan digunakan untuk penyembuhan, diisi dengan air laut steril

    hingga penuh dan diberi aerasi. Induk yang luka dipisahkan dari induk yang sehat,

    kemudian induk tersebut diobati dengan cara menempelkan bubuk elbazin pada

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    12/17

    bagian tubuh yang luka. Induk yang sudah diobati, dipelihara dalam bak

    penyembuhan hingga lukanya benar- benar sembuh.

    1. G. Seleksi Induk Matang GonadInduk jantan dan betina ditangkap dengan menggunakan saringan hijau. Untuk

    mengetahui induk yang matang gonad, dilakukan dengan cara stripping (bagian

    perut induk diurut ke arah anus). Jika terdapat cairan putih pada jantan yang

    jumlahnya cukup banyak, sedangkan induk betina dikanulasi. Induk yang matang

    gonad dipisahkan untuk dipijahkan dengan system manipulasi lingkungan.

    3.5.3. Pemijahan Alami Sistem Manipulasi Lingkungan

    Induk kerapu tikusD. yang matang gonad dimasukkan ke dalam bak pemijahan

    yang telah disiapkan sebelumnya dengan sex ratio 1: 2. Pada siang hari dilakukan

    penjemuran yaitu menurunkan volume air bak sehingga volume air bak tersisa 20%

    dari volume bak dan pada sore hari menjelang malam, air dinaikkan atau ditambah

    sehingga volume air mencapai 80% dari volume bak. Pemberian pakan tetap

    dilakukan pada pagi hari. Kolektor telur dipasang dikotak panen dengan cara diikat

    pada bagian pipa pengeluaran telur.

    3.5.4. Penyiapan Pakan Alami untuk Larva

    Kultur ChlorellaPersiapan untuk kultur Chlorella adalah mencuci bak dengan sikat kemudian dibilashingga bersih dan dikeringkan selama 2 jam. Setelah itu diisi dengan air sebanyak 8

    ton (8000 liter) dan diberi kaporit yang berfungsi untuk treatment air dan air

    dibiarkan selama 12 jam. Setelah ditreatment selama 12 jam, bibit Chlorella sp

    dimasukan sebanyak 1-2 ton dengan menggnakan pompa celup. Bibit tersebut

    berasal dari bak lain yang telah berumur 7-8 hari. Kemudian dilakukan pemupukan

    dengan cara dilarutkan dalam ember. Dosis pupuk yang digunakan adalah urea 40

    ppm. ZA 30 ppm, SP-36 20 ppm, FeCl31-3 ppm dan EDTA 1-3 ppm.

    Kultur Rotifera (Branchionus plicatilis)Ukuran akuarium yang dapat digunakan sebagai wadah pemeliharaan adalah 60 x

    40 x 50 cm, sedangkan fiberglass yang biasa dipakai adalah yang berukuran hingga 1

    ton. Wadah dicuci bersih dan dikeringkan di bawah terik matahari.Akuarium diisi

    dengan air kolam dan volume air yang dimasukkan dihitung. Hal ini diperlukan

    untuk memperkirakan jumlah pupuk yang akan digunakan. Pupuk yang digunakan

    adalah kotoran ayam atau kotoran kuda dengan dosis 300-400 g/liter air. Pemberian

    pupuk dilakukan dengan jalan membungkus pupuk tersebut dalam kain, kemudian

    digantung hingga seluruh pupuk terendam air. Setelah tujuh hari, kondisi air media

    sudah siap sitebari bibit rotifer. Panen dapat dilakukan pada minggu berikutnya

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    13/17

    ketika populasi rotifera mencapai puncak. Pemanenan dilakukan dengan

    menggunakan planktonnet dengan cara menciduk langsung atau melaluio

    penyifonan. Kepadatan populasi akan bisa dipertahankan tetap tinggi selama satu

    bulan apabila setiap 5-6 hari dilakukan pemupukan ulang sebanyak separuh dosis

    pupuk awal.

    Kultur artemia salinaPenetasan artemia yang baik yaitu dengan penetasan dekapsulasi. Dekapsulai adalah

    proses penipisan cangkang telur luar kista dengan menngunakan larutan clorin.

    Proses dekapsulai adalah kista dicuci dengan air dan dimasukan dalam ember,

    kemudian dimasukan larutan clorin sebanyak 500 ml dan diaduk hingga berubah

    warna menjadi orange. Suhu saat dekapsulasi dipertahankan oC. Lama

    dekapsulasi 5-15 menit, setelah itu kista disaring dan dicuci bersih dengan air lalu

    diberi tiosulfat agar menetralkan clorin. Kista artemia siap dikultur di bak yang diisi

    dengan air dan aerasi selama 12-24 jam

    3.3.1. Penebaran/Penetasan Telur

    Telur ikan kerapu tikus yang yang baru datang di pindahkan kedalam bak

    kerucut dan diketahui volumenya untuk memudahkan dalam perhitungan jumah

    telur. Telur ikan kerapu tikus yang baik akan terapung pada permukaan air dengan

    warna transparan dengan prensentase telur yang mengapung >50%. Telur yang jelekmengendap pada dasar bak dan warna putih susu. Sebelum telur ditebar terlebih

    dahulu dilakukan perhitungan telur untuk mengetahui jumlah telur yang ada. Telur

    yang telah diketahui jumlahnya selanjutnya ditebar dalam bak pemeliharaan larva

    dengan kepadatan 10-15 btr/liter. Bak pemeliharaan larva yang digunakan adalah

    bak semen berbentuk persegi panjang tanpa sudut mati. Dilengkapi aerasi dengan

    jarak 50-80 cm. Sumber aerasi berasal dari blower yang dialirkan melalui intalasi

    pipa, selanjutnya melalui slang aerasi dan terakhir melalui batu aerasi yang

    diletakkan pada dasar bak. Kecepatan aerasi diatur berdasarkan umur dan kekuatan

    larva. Larva umur DO_D2 kekuatan aerasi agak kuat, antara umur D3-D10 kekuatan

    aerasi agak kecil/sedang, antara umur D11-D25 kekuatan aerasi ditambakan sedikit-

    demi untuk mengindari larva bergerembol pada permukaan air. Setelah larva

    berumur lebih dari D25 dan sudah mulai berenang aktif mengeliling dinding bak

    pemeliharaan, maka aerasi harus diperkuat agar oksigen yang tersedia dalam air

    media pemeliharaan cukup untuk mendukung kehidupan larva.

    3.3.3. Pemeliharaan Larva

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    14/17

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    15/17

    1. C. Pemberian rotiferRotifer yang sudah dikayakan disaring kemudian dimasukkan ke dalam ember.

    Pemberian rotifer dilakukan secara hati- hati dengan menggunakan gayung

    kemudian ditebar merata ke dalam bak pemeliharaan.

    1. D. Pemberian artemiaArtemia yang sudah dikayakan disaring kemudian dimasukkan ke dalam ember.

    Pemberian artemia dilakukan secara hati- hati dengan menggunakan gayung

    kemudian ditebar merata ke dalam bak pemeliharaan.

    1. E. Pemberian pakan buatanPakan buatan love larva dimsukkan ke dalam botol pakan. Pemberian pakan buatan

    dilakukan dengan cara botol pakan disemprotkan ke permukaan air bak

    pemeliharaan. Pada fase benih diberikan pakan pellet yang sesuai dengan ukuran

    bukaan mulutnya dengan cara menebar ke dalam bak pemaliharaan.

    1. 2. Pengelolaan kualitas airA.A. Penyiponan dan pergantian air

    Ujung pipa sipon yang dimasukkan ke dalam air pemeliharaan diberi kapas sebagai

    pembersih dasar bak dan ujung satunya disambung dengan selang sipon. Selang

    sipon dihisap agar air kotor dalam bak pemeliaharaan keluar. Penyiponan dilakukandengan menggerakkan pipa sipon secara perlahan- lahan ke dasar bak yang terdapat

    kotoran.

    Air dalam bak pemeliaharaan dibuang sekitar 20% dari volume air dengan cara pipa

    pengeluaran dicabut. Setelah dilakukan pembuangan air, pompa celup disambung

    pada selang spiral untuk mengalikan air dari bak treatment air yang sudah

    disterilkan. Pompa celup dioperasikan untuk mengalirkan air laut steril ke bak

    pemliharaan yang akan diganti airnya.

    1. B. Pengukuran parameter kualitas airUnuk mengukur salinitas air, digunakan handrafraktometer. Cara mengunakan alat

    tersebut yaitu handrafraktometer dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan

    tissue kemudian dinetralkan. Air sampel diambil dari bak pemeliharaan larva

    sebanyak 1 tetes dan dimasukkan ke alat tersebut dan dilihat berapa angka yang

    ditunjukkan. Untuk mengukur suhu diperlukan thermometer yang digantung diatas

    permukaan air, sehingga setiap saat nilai suhu dapat dilihat. Untuk mengukur pH air

    digunakan pH meter, sedangkan untuk mengukur oksigen terlarut diperlukan

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    16/17

    DOmeter yang masing- masing alat tersebut dapat dicelupkan ke dalam air bak

    pemeliharaan dan nilainya langsung. Tertera di layar alat tersebut.

    1. 3. Pengamatan laju pertumbuhan2. A. GradingLarva ikan kerapu yang digrading, ditangkap ddengan menggunakan seser dan

    dimasukkan ke dalam baskom da diberi aerasi. Dalam bskom tersebut

    digrading antara larva ukuran kecil, sedang dan besar dipisahkan pada baskom yang

    berbeda dengan menggunakan potongan botol air mineral dan gayung. Larva yang

    sudah digrading, dimasukkan kedalam bak peneliharaan baru sesuai dengan

    ukurannya yaitu satu tempat utuk ukuran kecil, satu tempat untuk ukuran sedang

    dan demikian pula untuk ukuran yang besar.

    1. B. Perhitungan laju pertumbuhanUntuk menghitung laju pertumbuhan dapat dilakukan dengan menggunakan 5 ekor

    benih ikan kerapu sebagai sampel. Pengukuran panjang, dilakukan dengan

    mengukur mulai ujung mulut sampai ujung ekor serta lebar mulai dari sirip

    punggung sampai bagian bawah perut dengan menggunakan mistar. Penentuan

    berat dilakukan dengan menimbang sampel menggunakan timbangan analitik.

    1. C. Pemindahan benihGrading dilakukan sebelum larva dipindahkan.setelah melaewati proses grading

    maka Larva dipindahkan ke dalam baskom yang berisi air laut steril dengan

    menggunakan seser. Baskom yang sudah diisi larva kemudian dipindahkan dan

    ditebar ke bak pendederan secara perlahan- lahan.

    1. D. Pengendalian penyakitBenih yang sakit ditangkap dengan menggunakan seser dan dimasukkan ke dalam

    baskom yang berisi formalin, elbazin dan air tawar. Benih yang terkena jamur atau

    protozoa direndam dengan larutan formalin 10 ppm dan air tawar selama 10 menit.

    Sedangkan benih kerapu yang berlendir direndam dengan larutan elbazin 5 ppm

    selama 10 menit. Benih ikan yang sudah direndam dimasukkan kedalam bak

    penyembuhan atau bak karantina yang telah diisi dengan air laut steril.

    3.3.4. Panen Dan Pengepakan

    Hasil akhir dari suatu produksi yaitu panen.Benih yang akan dipanen ditangkap

    Dengan menggunakan seser kemudian dimasukkan ke dalam tudung saji untuk

    dihitung. Kantong benih diletakkan dalam baskom kemudian diisi dengan air laut

    steril. Benih yang sudah dihitung dimasukkan kedalam kantong benih dengan

  • 8/12/2019 pembenihan kerapu

    17/17

    kepadatan 100 ek/ kantong (disesuaikan dengan ukuran ikan dan lama pengakutan)

    dan diberi oksigen dengan perbandingan oksigen dan air 1 : 3. Kantong benih diikat

    dengan karet gelang dan dimasukkan kedalam sterofoam. Kotak sterofoam diberi es

    batu disekitar kantong benih kemudian diisolasi dan ditutup rapat serta diberi label.

    Kotak sterofoam yang sudah ditutup rapat siap dikirim pada konsumen.