PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

62
1 PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN SURVEILANS DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN Oleh Dr I Made Sutarga, M.Kes Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokter UNUD

Transcript of PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

Page 1: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

1

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN

SURVEILANS DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

Oleh

Dr I Made Sutarga, M.Kes

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokter UNUD

Page 2: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Menurut Mac Mahon dalam Buchari Lapau (2009), epidemiologi

didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari kejadian dan distribusi

penyakit beserta “determinant”nya atau faktor faktor yang berhubungan atau

mempengaruhi distribusi itu. Kejadian penyakit mencakup riwayat alamiah

penyakit dan distribusi penyakit dilihat berdasarkan faktor tempat , orang, dan

waktu. Epidemiologi yang mempelajari kejadian dan distribusi penyakit disebut

epidemiologi deskriptif,sedangkan epidemiologi yang mempelajari “determinant”

itu disebut epidemiologi analitis (Buchari Lapau,2009).

Salah satu penyebab meluasnya jangkauan epidemiologi ialah masalah

penyakit yang kompleks di negara berkembang. Hal tersebut ialah peningkatan

kasus penyakit tidak menular dan belum teratasinya masalah penyakit menular.

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mengahadapi 2 masalah

kesehatan di atas. Oleh sebab itu masih diperlukan epidemiolog untuk

memecahkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Puskesmas ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai

pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam

bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan pada suatu masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah

tertentu (Azwar,1996). Upaya kesehatan yang dilaksanakan puskesmas ialah

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Upaya-upaya tersebut berupa upaya kesehatan wajib dan kesehatan

pengembangan. Salah satu upaya yang wajib dilaksanakan puskesmas ialah

program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), penelusuran

KLB, dan Surveilans penyakit. Kedua program ini sangat erat kaitannya dalam

membangun kesehatan masyarakat berbasis wilayah kerja yang merupakan tugas

dan fungsi pokok puskesmas. Program ini sangat penting di Indonesia mengingat

masih tingginya angka kejadian penyakit menular yang seharusnya dapat dicegah.

Page 3: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

3

Berdasarkan pemaparan di atas penulis ingin mengetahui tentang kegiatan yang

dilaksanakan oleh progam P2M, dan program Surveilans penyakit di Puskesmas II

Denpasar Selatan. Kegiatan pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan pada

penulis untuk untuk mengetahui gambaran pemberantasan penyakit menular

(P2M) dan Surveilans di Puskesmas II Denpasar Selatan?

Page 4: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

4

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Kondisi Geografis Puskesmas II Denpasar Selatan

Puskesmas II Denpasar Selatan terletak di Jl. Danau Buyan III Kelurahan

Sanur tepatnya pada 08o.40.976 LS dan 115

o.15.430´ BT. Puskesmas II Denpasar

Selatan merupakan salah satu dari empat puskesmas di Kecamatan Denpasar

Selatan yang berdiri pada tahun 1983. Adapun wilayah kerja Puskesmas II

Denpasar Selatan merupakan dataran rendah tepi pantai dengan ketinggian 3-6

meter dari permukaan air laut serta memiliki luas ± 13,11 Km 2. Wilayah kerja

Puskesmas II Denpasar Selatan terdiri dari dua kelurahan dan dua desa yaitu

Kelurahan Sanur, Kelurahan Renon, Desa Sanur Kauh dan Desa Sanur Kaja yang

terbentuk dari 34 banjar. Puskesmas II Denpasar Selatan memiliki 3 ( tiga )

Puskesmas Pembantu yaitu : Puskesmas Pembantu Renon, Puskesmas Pembantu

Sanur Kauh dan Puskesmas Pembantu Sanur Kaja. Adapun batas wilayah kerja

Puskesmas II Denpasar Selatan sebagai berikut:

Utara : Kelurahan Kesiman (Wilayah Puskesmas I Dentim)

Timur : Selat Badung

Selatan : Kelurahan Sidakarya (Wilayah Puskesmas I Densel)

Barat : Kelurahan Panjer (Wilayah Puskesmas I Densel)

Kondisi wilayah Puskesmas II Denpasar Selatan secara umum merupakan

pemukiman penduduk yang cukup padat serta banyak terdapat tempat-tempat

umum yang dipergunakan untuk sekolah, sarana kesehatan,

pertokoan/perdagangan, tempat industri, dan lainnya. Sedangkan luas lahan yang

dipergunakan untuk huma atau tegal sekitar 25 Ha, pekarangan 844 Ha,

perkebunan 6 Ha, kuburan untuk setiap desa dan kelurahan adalah 1 Ha, dan

lainnya. Berikut merupakan tabel data wilayah kerja Puskesmas II Denpasar

Selatan.

Page 5: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

5

Tabel 2.1 Luas, Jarak Tempuh, dan Waktu Tempuh Wilayah Kerja Puskesmas II

Denpasar Selatan ke Puskesmas Induk

Kelurahan /Desa Luas

(Km2)

Jarak tempuh

(Km)

Waktu Tempuh

(menit)

Kel. Sanur 2,87 0 0

Kel. Renon 3,86 3 10

Ds. Sanur Kauh 2,69 3 10

Ds. Sanur Kaja 3,69 1 5

Jumlah 13,11 - -

2.2 Kondisi Demografi di Puskesmas II Denpasar Selatan

Jumlah penduduk pada masing –masing desa dan kelurahan di wilayah

kerja Puskesmas II Denpasar Selatan memiliki perbedaan. Berikut merupakan

data sasaran penduduk di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010.

Tabel 2.2 Sasaran penduduk di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

No Variabel Kelurahan/Desa Jumlah

Kel.

Sanur

Kel.

Renon

Sanur

Kauh

Sanur

Kaja

1 Penduduk 11221 8691 9801 6202 35915

2 KK 2244 1738 1960 1240 7182

3 Bumil 260 200 227 143 830

4 Bulin 248 191 216 137 792

5 Buteki 232 180 203 123 726

6 Bufas 248 191 216 137 792

7 Bayi 236 182 206 130 754

8 Vit. A Bayi (6-11

Bulan)

130 100 113 72 415

9 Anak Balita (12-35

Bulan)

931 721 813 515 2981

10 Anak Balita (36-59

Bulan)

258 200 225 143 826

11 Anak Balita (12-59

Bulan)

1189 921 1039 657 3807

12 Balita 1470 1139 1284 812 4705

13 Apras 1683 1303 1470 930 5386

14 Penduduk Wanita 5611 4346 4901 3101 17958

15 Penduduk Laki-

Laki

5610 4345 4900 3101 17957

Page 6: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

6

16 WUS 3030 2347 2646 1675 9697

17 PUS 1757 1360 1534 971 5622

18 Remaja 2244 1738 1960 1240 7183

19 Keluarga Miskin 161/43 45/45 336/85 223/54 765/227

20 Banjar/Posyandu 9/9 5/5 11/13 9/8 34/35

21 Lansia 943 730 823 521 3017

Sumber : PTP Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2009

Berdasarkan tabel di atas total penduduk di wilayah kerja Puskesmas II

Denpasar Selatan total penduduk dari keempat desa dan kelurahan yaitu 43.934

jiwa, di mana jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa Sanur yaitu 13.728

jiwa dengan 2.746 KK. Sedangkan Desa Sanur Kaja memiliki jumlah penduduk

paling sedikit yaitu sebesar 7.583 jiwa dengan jumlah 1.517 KK. Jumlah sasaran

spesifik seperti Bumil,,Bumil Resti, Bulin, Buteki, Bufas, dan sabegainya

berdasarkan jumlah penduduk yang dihitung berdasarkan rumus-rumus tertentu.

• Crude Birth Rate (CBR)

= jumlah kematian bayi <1 th 2010 x 1000

bayi lahir hidup 2010

=

x 1000

= 0 per 1000 kelahiran hidup

• Crude Death Rate (CDR)

= jumlah kematian bayi <1th 2010x 1000

jumlah penduduk tahun 2010

=

x 1000

= 0 per 1000 penduduk

2.3 Visi dan Misi Puskesmas II Denpasar Selatan

a. Visi

“Menjadikan Puskesmas II Denpasar Selatan sebagai penyedia pelayanan

kesehatan terbaik untuk mewujudkan masyarakat Indonesia sehat 2015”

Page 7: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

7

b. Misi

1. Menyelenggarakan upaya kesehatan meliputi kegiatan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara berkesinambungan.

2. Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan secara profesional dan

bertanggung jawab sesuai standar mutu.

3. Mengembangkan upaya kesehatan inovatif sesuai dengan sumber daya

yang dimiliki dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat.

4. Mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki.

c. Motto

“Kepuasan Anda adalah Kepuasan Kami”

d. Janji Layanan “CERMAT”

Cekatan : Pelayanan yang segera dan cepat tanggap

Empati : Pemberi pelayanan bisa merasakan apa yang dirasakan

oleh pasien

Ramah : Pelayanan menerapkan sistem 3S (senyum, salam, sapa)

Mudah : Pelayanan yang mudah dimengerti

Adil : Pelayanan yang tidak membeda-bedakanorang

Terjangkau : Pelayanan dengan biaya terjangkau

2.4 Sumber Daya Puskesmas

Adapun ketenagaan di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2011 adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.3 Tenaga Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2011

No Kualifikasi Pendidikan Jumlah Keterangan

1 Dokter Umum

a. Pegawai Negeri Sipil ( PNS )

b. Calon Pegawai negeri Sipil

(CPNS )

3

1

1 or. Ka. Pusk, 2 or

: fungsional

Page 8: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

8

2 Dokter Gigi

a. Pegawai Negeri Sipil ( PNS )

b. Calon Pegawai Negeri Sipil

( CPNS )

2

1

3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 1

4 Sarjana Teknik Lingkungan 1

5 D III Keperawatan 5

6 D III Kebidanan

a. Pegawai Negeri Sipil ( PNS )

b. Pegawai Tidak Tetap

c. Calon Pegawai Negeri Sipil

2

1

2

7 Ahli Madya Kesling (DIII Kesling ) 2

8 Ahli Madya Gizi ( D III Gizi ) 1

9 Analis Kesehatan ( DIII ) 1

10 Asisten Apoteker ( DIII ) 1

11 DI Kebidanan 2

12 Perawat 6

13 Perawat Gigi 2

14 Asisten Apoteker 1

15 Pekarya Kesehatan 1

16 SMA 1

Jumlah 37

17 Tenaga Out Sourcing

a. Penjaga Kantor

b. Clening Service

c. Pengelola sampah

d. Petugas Loket

e. Sopir

2

3

1

2

1

Sumber : PTP Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

Daftar ketenagaan di atas ditempatkan di Puskesmas Induk sebanyak 31

orang dan di Puskesmas Pembantu sebanyak 6 orang yang terdiri dari 1 orang

bidan dan 1 orang perawat pada masing-masing puskesmas pembantu. Setelah

dilakukan analisa, di Puskesmas II Denpasar Selatan masih membutuhkan tanaga

pranata komputer, keuangan , tenaga umum, dan apoteker. Ketenagaan di atas bila

dilihat dari pendidikannya terdiri dari 9 orang S1, 15 orang D3, 2 orang D1, dan

11 orang SMA.

Page 9: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

9

2.5 Upaya Kesehatan Puskesmas II Denpasar Selatan

Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas II Denpasar

Selatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor:

128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

Adapun upaya kesehatan tersebut yaitu:

a. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib yang dilaksanakan di Puskesmas II Denpasar

Selatan adalah:

1. Upaya Promosi Kesehatan

2. Upaya Kesehatan Lingkungan

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Upaya Pengobatan

b. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan diselenggarakan berdasarkan

permasalahan kesehatn yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas II

Denpasar Selatan. Beberapa upaya pengembangan yang diselenggarakan

yaitu:

1. Upaya Kesehatan Sekolah dan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah

2. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

3. Upaya Kesehatan Usia Lanjut\

4. Klinik IMS

c. Program Inovasi

1. KIA Komprehensif

2. Klinik IMS

3. Klinik VCT

2.6 Kegiatan Puskesmas II Denpasar Selatan

Kegiatan pelayanan kesehatan di Puskesmas II Denpasar Selatan

dilakukan di dalam dan di luar gedung.

Page 10: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

10

a. Kegiatan Dalam Gedung

1. Balai pengobatan/ Poli umum

2. Poliklinik gigi

3. Kesehatan Ibu dan Anak

4. Keluarga Berencana

5. Konseling Kesehatan Lingkungan

6. Pemberantasan Penyakit Menular

7. Pemeriksaan Laboratorium

8. UGD (Ruang Tindakan)

9. Konseling Gizi

10. Apotek

b. Kegiatan Luar Gedung

1. Puskesmas Keliling (Pusling)

2. Kesehatan Lingkungan

3. Kegiatan P3K

4. Kegiatan Posyandu

5. Kegiatan UKS

6. Gertak DBD/PSN dan Surveilance

7. Perawatan Kesehatan Masyarakat

8. Penemuan Kasus dan Penyuluhan Infeksi Menular Seksual

9. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

2.7 Daftar Sepuluh Besar Penyakit

Gambaran 10 besar penyakit di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun

2010 dapat dilihat oada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Daftar 10 Besar Penyakit di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

No Penyakit Jumlah

1 Infeksi akut pada saluran

pernafasan bagian atas

11345

2 Infeksi lain pada saluran

pernafasan bagian atas

3815

Page 11: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

11

3 Penyakit kulit infeksi 3524

4 Penyakit pulpa dan jaringan

periapikal

3432

5 Penyakit tekanan darah tinggi 2693

6 Penyakit sistem otot dan

jaringan pengikat

2002

7 Penyakit kulit alergi 2048

8 Penyakit rongga mulut ,

kelenjar ludah, rahang dan

lainnya

1389

9 Diare 1078

10 Penyakit mata lainnya 395

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas, ISPA menduduki peringkat pertama yang diikuti

oleh infeksi lain pernafasan bagian atas, penyakit kulit infeksi, dan lainnya. Pada

tahun 2010 kasus ISPA mencapai 11345.

Page 12: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

12

BAB III

LAPORAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

3.1 Gambaran Umum program Pemberantasan Penyakit Menular

Salah satu upaya kesehatan masyarakat yang wajib ada di puskesmas ialah

upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M). Tujuan dari

upaya ini ialah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit, serta menurunkan

angka kesakitan dan kematian di masyarakat. Beberapa kegiatan yang

dilaksanakan yaitu di bidang pencegahan berupa imunisasi dan penyuluhan

kesehatan, penanggualangan penyakit meliputi pengobatan pasien dan penemuan

serta pemberantasan sumber infeksi, dan melaksanakan pencatatan dan pelaporan

kasus, pelaporan kematian, dan penyajian data kasus dalam tabel atau grafik.

3.2 Sub Unit Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) di

Puskesmas II Denpasar Selatan

Puskesmas II Denpasar Selatan memiliki Program Pemberantasan

Penyakit Menular (P2M) yang kegiatan pemberantasan penyakitnya meliputi P2

DBD, P2 TB, P2 Diare, P2 ISPA, P2 Kusta, P2 Cacingan, P2 Malaria, P2 PMS,

P2 Suspek Rabies, dan P2 Imunisasi. Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh

setiap program P2M di Puskesmas II Denpasar Selatan adalah sebagai berikut.

1. P2 DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular

yang disebabkan infeksi virus dengue dengan vektor nyamuk Aedes aegypty. Di

dalam program P2 DBD beberapa target yang telah ditentukan adalah IR DBD<

55 kasus per 100.000 penduduk, ABJ ≥ 95%, dan CFR ≤ 0,89%. Adapun kegiatan

P2 DBD yang dilaksanakan di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu:

Page 13: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

13

a. Pendataan sasaran yang dilaksanakan dengan koordinasi lintas sektoral

dalam menentukan pendataan sasaran di wilayah kerja Puskesmas II

Denpasar Selatan yang dilakukan oleh petugas P2 DBD pada bulan

b. Perencanaan meliputi kegiatan rekapitulasi data, analisis data,

identifikasi masalah, serta penyusunan rencana kegiatan untuk

pemecahan masalah yang dilakukan oleh petugas P2 DBD pada bulan

Januari. Sasarannya adalah semua kegiatan upaya P2 DBD.

c. Pemantauan Jentik Berkala (PJB) atau Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN), Gertak, dan KIE oleh jumantik dan koordinator. Pemeriksaan

jentik dilakukan setiap hari pada kontainer, melaksanakan gertak setiap

minggu, serta melakukan kegiatan PSN dan menaburkan bubuk abate

pada kontainer yang positif jentik. Kegiatan di atas dilaksanakan oleh

petugas P2 DBD , jumantik , dan Darbin yang dilaksanakan pada

Januari s.d Desember. Sasarannya adalah rumah, sekolah, dan tempat-

tempat umum. Target yang ditetapkan untuk ABJ sebesar 95%.

d. PJB oleh petugas puskesmas atau darbin dengan melaksanakan

pemeriksaan jentik tahunan yang dilakukan pada bulan Maret, Juni,

September, dan Desember. Sasarannya adalah rumah, sekolah, dan

tempat-tempat umum.

e. Penanganan penderita dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan,

pengobatan,dan rujukan penderita oleh dokter dan paramedis yang

dilakukan sepanjang tahun. Sasarannya adalah penderita yang datang

ke puskesmas.

f. Penanggulangan kasus berdasarkan hasil penelusuran epidemiologi

(PE) berupa fogging focccus, penyuluhan 3M, dan abatisasi oleh

petugas DBD bersama pihak desa/kelurahan. Kegiatan ini dilakukan

sepanjang tahun dan sasarannya adalah penderita dan lingkungan

penderita.

g. Rapat rutin bulanan jumantik untuk menganalisis masalah, evaluasi

kinerja jumantik, penyusunan rencana kerja bulanan dan penyegaran

kader. Rapat diikuti oleh kepala puskesmas, supervisor, koordinator,

dan jumantik. Sasarannya adalah koordinator jumantik dan kader.

Page 14: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

14

Januari. Sasarannya adalah rumah, sekolah, dan tempat-tempat umum

di wilayah kerja puskesmas.

h. Evaluasi kinerja jumantik lintas sektor oleh petugas puskesmas yang

diadakan pada bulan April, Juli, Oktober, dan Januari. Sasarannya

adalah instansi terkait, koordinator, kader jumantik, dan petugas

puskesmas.

i. PSN MOS (Masa Orientasi Siswa) oleh murid SMA dan SMP dengan

melakukan kegiatan pemeriksaan jentik ke rumah-rumah. Sasarannya

adalah rumah atau KK yang dilaksanakan pada bulan Juli bersamaan

dengan kegiatan orientasi siswa baru.

j. Pencatatan, pelaporan, dan monev semua kegiatan untuk membuat

analisa, rencana tindak lanjut, dan laporan kegiatan oleh petugas P2

DBD pada bulan Januari-Desember. Sasarannya adalah semua

kegiatan program P2 DBD.

Grafik 3.1 Angka Insiden DBD per Desa/Kelurahan Tahun 2008-2010

Pada grafik 3.1 dapat dilihat insiden tertinggi terjadi tahun 2010 di seluruh

kelurahan/desa di Puskesmas II Denpasar Selatan. Angka insiden tertinggi tahun

2010 terjadi di kelurahan Renon yaitu sebesar 3,81 per 1000 penduduk,

sedangkan Desa Sanur Kaja merupakan daerah dengan angka insiden terendah

yaitu sebesar 1,28 per 1000 penduduk. Pada tahun 2009 kelurahan Renon

memiliki insiden DBD tertinggi yaitu 2,85 per 1000 penduduk dan kelurahan

Sanur Kaja dengan insiden terendah yaitu 0,91 per 1000 penduduk. Pada tahun

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

Kel Sanur Kel Renon Ds SanurKauh

Ds SanurKaja

AI

DB

D p

er

10

00

pe

nd

ud

uk

2008

2009

2010

Page 15: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

15

2008 terjadi perbedaan di mana insiden DBD tertinggi terjadi di Desa Sanur Kaja

yaitu 2,26 kasus per 1000 penduduk dan terendah di Desa Sanur Kauh yaitu

sebesar 1,49 per 1000 penduduk.

Grafik 3.2 Angka Insiden DBD berdasarkan Bulan Tahun 2010

Berdasarkan grafik 3.2 di atas angka insiden tertinggi terjadi pada bulan

Juli 2010 yaitu sebesar 1,78 kasus per 1000 pendduk. Sedangkan angka insiden

terendah terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 0,56 kasus per 1000

penduduk.

Dari data-data yang telah disajikan di atas, dapat disimpulkan bahwa

tingginya angka insiden DBD dipengaruhi oleh musim penghujan, kepadatan

jumlah penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat di setiap keluarga serta angka

bebas jentik di tiap-tiap desa/ kelurahan. Pada grafik 3.1 dapat dilihat bahwa

kelurahan Renon dan Kelurahan Sanur memiliki angka insiden DBD dua teratas

disebabkan kepadatan jumlah penduduk di wilayah kelurahan Renon dan Sanur

lebih tinggi dibandingkan desa/ kelurahan lainnya. Pada tahun 2010 merupakan

siklus lima tahunan puncak peningkatan kejadian DBD di Kota Denpasar , begitu

pula di wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Peningkatan angka insiden

pada tahun 2010 terjadi di Kelurahan Sanur, Renon, Desa Sanur Kauh , dan Desa

Sanur Kaja. Pada tahun 2010 angka insiden DBD tertinggi terjadi di Kelurahan

Renon hal ini sebanding dengan hasil pendataan, penyuluhan , dan pembinaan

PHBS pada tatanan rumah tangga yang memenuhi syarat hanya mencapai 74,71

00.20.40.60.8

11.21.41.61.8

2A

I D

BD

pe

r 1

00

0 p

dd

k

Page 16: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

16

% dan merupakan kelurahan dengan kepadatan tertinggi yaitu 3909 jiwa per km2

pada tahun 2010.

2. P2 TB

TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacteriun tuberculosis. Pada umumnya jenis penyakit TB yang menjadi

fokus kegiatan puskesmas adalah TB paru. Di dalam program P2 TB ada beberapa

target yang telah ditetapkan target penemuan kasus 230/100.000 penduduk,

penemuan BTA (+) yaitu 10% dari suspek diperiksa, angka kesembuhan TB BTA

(+) sebesar 85%, proporsi penderita TB Paru BTA (+) di antara seluruh penderita

TB sebesar 65%, case detection rate sebesar 70%, dan angka konversi sebesar

80%. Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh P2 TB di Puskesmas II Denpasar

Selatan yaitu:

a. Perencanaan meliputi kegiatan mengumpulkan data hasil kegiatan,

analisis data, identifikasi masalah, serta menyusun rencana kegiatan

yang dilakukan oleh petugas P2 TB setiap bulan Januari. Sasarannya

adalah semua kegiatan P2 TB.

b. Penemuan tersangka/suspect yang bertujuan untuk meningkatkan

temuan penderita TB dengan anamnesa penderita batuk dan

pemeriksaan sputum oleh dokter, petugas P2 TB, dan petugas PPTI.

Kegiatan dilakukan setiap hari kerja di puskesmas maupun pustu

dengan sasaran masyarakat/penderita batuk >2minggu.

c. Penemuan TB BTA (+) dengan pemeriksaan/rujukan laboratorium dan

rontgen (+). Kegiatan ini meliputi anamnesa, pemeriksaan,

pengambilan sputum tersangka batuk >2 minggu untuk dirujuk

laboratorium ke PRM, serta untuk BTA (-) dirujuk rontgen. Kegiatan

dilaksanakan oleh dokter, petugas P2 TB, dan petugas PPTI dengan

sasarannya suspek TB.

d. Pengobatan penderita TB yang memiliki hasil laboratorium BTA (+)

dan BTA (-) dengan rontgen positif. Kegiatan dilaksanakan oleh

dokter, petugas P2 TB, dan petugas PPTI dengan sasarannya penderita

TB.

Page 17: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

17

e. Follow up penderita dengan kunjungan rumah dan pemeriksaan

kontak serumah yang dilaksanakan oleh petugas PMO (Pengawas

Minum Obat). Sasarannya adalah penderita dan suspek yang serumah.

f. Penyuluhan TB dilakukan dengan koordinasi lintas program untuk

memberikan penyuluhan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas P2

TB, darbin, dan dokter setiap bulan Oktober. Sasarannya adalah

masyarakat.

g. Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi kegiatan dokumentasi

semua kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis

data, evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 TB. Sasarannya adalah

semua kegiatan program P2 TB.

Tabel 3.1 Target, Cakupan, dan Kesenjangan dalam Pencapaian Kegiatan

Program P2 TB di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2009

No Indikator Target Pencapaian Kesenjangan

1 Proporsi suspek diperiksa 100% 42,7 % -57,3 %

2

Proporsi penderita TB Paru

BTA (+) diantara suspek yang

diperiksa dahaknya

10% 14,8% 4,8%

3

Proporsi penderita TB Paru

BTA (+) diantara seluruh

penderita TB

≥65% 42,5% -22,5 %

4 Angka Konversi ≥ 80% 88,2% 8,2 %

5 Angka Kesembuhan ≥ 85 % 94,1% 9,1%

6 Case Detection Rate 70 % 65,4% -4,6 %

Pada tabel 3.1 dapat dilihat dari enam indikator pelaksanaan program P2

TB tahun 2009 masih ada kesenjangan pada cakupan proporsi suspek yang

diperiksa yaitu sebesar -57,3%, proporsi penderita TB Paru BTA (+) diantara

seluruh penderita TB yaitu sebesar -22,5%, dan case detection rate sebesar -4,6%.

Page 18: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

18

Tabel 3.2 Target, Cakupan, dan Kesenjangan dalam Pencapaian Kegiatan

Program P2 TB di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

No Indikator Target Pencapaian Kesenjangan

1 Proporsi suspek diperiksa 100% 66,08 % -33,92%

2

Proporsi penderita TB Paru

BTA (+) diantara suspek yang

diperiksa dahaknya

10% 9,2% -0,8%

3

Proporsi penderita TB Paru

BTA (+) diantara seluruh

penderita TB

≥65% 45,1% -19,9 %

4 Angka Konversi ≥ 80% 78,2% -1,8%

5 Angka Kesembuhan ≥ 85 % 100% 15%

6 Case Detection Rate 70 % 60,8% -9,2 %

Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat ada beberapa indikator kegiatan

program P2 TB pada tahun 2010 yang belum tercapai atau masih terdapat

kesenjangan pada cakupan proporsi suspek yang diperiksa yaitu sebesar -33,9%,

proporsi penderita TB Paru BTA (+) diantara seluruh penderita TB yaitu sebesar -

19,9%, proporsi penderita BTA(+) diantara suspek yang diperiksa dahaknya yaitu

sebesar -0,8%, dan angka konversi yaitu sebesar -1,8%, dan case detection rate

yaitu sebesar -9,2%.

Bila dibandingkan cakupan kegatan program P2 TB tahun 2009 dan 2010

cakupan proporsi suspek yang diperiksa, proporsi penderita TB Paru BTA (+)

diantara seluruh penderita TB , dan case detection rate masih terdapat

kesenjangan. Sedangkan cakupan angka kesembuhan pada tahun 2009 dan 2010

selalu memnuhi target. Cakupan proporsi penderita BTA(+) diantara suspek yang

diperiksa dahaknya dan angka konversi merupakan indikator yang telah mencapai

target minimal pada tahun 2009 namun mengalami penurunan pada tahun 2010.

Grafik 3.3 Distribusi Kejadian TB per Bulan di Puskesmas II Denpasar Selatan

Tahun 2010

0

2

4

6

8

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des

Ke

jad

ian

TB

Pe

r B

lan

Page 19: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

19

Berdasarkan grafik 3.3 dapat dilihat jumlah kejadian TB paru tertinggi

terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 7 kasus. Terdapat 4 kasus TB paru pada

bulan Januari, April, Mei, Juni, dan Desember. Sedangkan pada bulan Februari

tahun 2010 tidak ada kasus si wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.

Grafik 3.4 Distribusi Kasus TB Paru Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010 di

Puksesmas II Denpasar Selatan

Berdasarkan grafik 3.4 dapat diketahui distribusi kejadian TB paru

berdasarkan jenis kelamin kejadian TB lebih banyak terjadi pada perempuan yaitu

sebanyak 22 orang dibandingkan dengan penderita TB paru pada laki-laki

sebanyak 18 orang.

Grafik 3.5 Distribusi Kejadian TB Paru Berdasarkan Kelompok Umur di

Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

Berdasarkan grafik 3.5.kejadian TB paru tertinggi tahun 2010 terjadi pada

kelompok umur 25-44 tahun dengan 15 kasus. Sedangkan pada tahun 2010 tidak

ada kasus pada kelompok usia <1 tahun, 1-4 tahun, dan 5-14 tahun. Perhitungan

18 22 L

P

0

4

8

12

16

<1th 1-4 th 5-14 th 15-24 th 25-44 th > 45 th

0 0 0

14 15

11

Kas

us

TB

Page 20: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

20

besarnya insiden rate TB tahun 2010 di Puskesmas II Denpasar Selatan sebesar

1,113 per 1000 penduduk.

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa

adanya kesenjangan antara target dengan pencapaian program kerja P2 TB

dipengaruhi oleh sasaran proporsi suspek yang diperiksa yang ditetapkan Dinas

Kesehatan Kota Denpasar terlalu tinggi, keengganan penderita dengan batuk

>2minggu untuk memeriksakan dahaknya, serta target BTA (+) yang digunakan

terlalu tinggi sehingga pencapaiannya belum memenuhi target.

3. P2 Diare

Diare merupakan penyakit menular yang ditandai oleh perubahan bentuk

dan konsistensi dari tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya

frekuensi berak lebih dari biasanya. Di dalam program P2 Diare ditetapkan

beberapa target IR diare ≤ 335kasus/1000 penduduk, penanganan diare pada balita

sebesar 100%, dan kaporitisasi SAB 100% pada daerah kumuh. Adapun rencana

kegiatan P2 diare di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu:

a. Pendataan sasaran melalui koordinasi lintas sektoral serta

mengumpulkan data dari puskesmas, pustu, dan kader oleh petugas P2

diare. Kegiatan dilakukan pada bulan Januari dengan sasaran penduduk

(balita dan masyarakat).

b. Perencanaan kegiatan yang meliputi rekapitulasi, pengolahan, analisis

data, dan identifikasi masalah yang dipergunakan untuk penyusunan

rencana kerja dan rencana kegiatan oleh petugas P2 diare. Kegiatan

dilakukan pada bulan Januari dengan sasaran semua kegiatan P2 diare.

c. Penemuan dan pengobatan kasus dilakukan dengan anamnesa,

pemeriksaan , dan pengobatan pasien sesuai diagnosa oleh dokter,

paramedis, petugas darbin, dan kader. Sasarannya adalah penduduk

dan balita. Dengan target IR : 335 per 1000 penduduk.

d. Pemantauan rehidrasi oral rumah tangga terhadap pasien balita,

lingkungan penderita, dan perbaikan lingkungan oleh petugas P2 diare

atau darbin. Sasarannya adalah balita penderita diare.

Page 21: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

21

e. Kaporitisasi dengan koordinasi lintas program ataupun sektoral untuk

melaksanakan kaporitisasi di desa/ kelurahan dengan tujuan perbaikan

kualitas air sumur. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas P2 diare

dan petugas sanitasi pada bulan April dan Oktober. Sasarannya adalah

sumber air bersih (sumur).

f. Penyuluhan diare di dalam maupun di luar gedung dilaksanakan oleh

petugas P2 diare dan Promkes pada bulan September. Sasarannya

adalah masyarakat.

g. Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi kegiatan dokumentasi

semua kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis

data, evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 diare. Sasarannya adalah

semua kegiatan P2 diare.

Grafik 3.6 Angka Insiden Diare berdasarkan Kelompok Umur di

Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2009-2010

Berdasarkan grafik 3.6 dapat dilihat pada kelompok umur 0-5 tahun terjadi

peningkatan angka insiden diare yaitu sebesar 122,66 per 1000 balita tahun 2009

menjadi 140,28 per 1000 balita tahun 2010. Sedangkan pada kelompok umur >5

tahun terjadi penurunan angka insiden diare dari 21,55 per 1000 penduduk tahun

2009 menjadi 19,74 per 1000 penduduk tahun 2010.

0

50

100

150

0-5 th >5 th

122.66

21.55

140.28

19.74

AI

Dia

re B

erd

asar

kan

K

elo

mp

ok

Um

ur

pe

r 1

00

0

pd

dk AI 2009

AI 2010

Page 22: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

22

Grafik 3.7 Angka Insiden Diare berdasarkan Bulan di Puskesmas II

Denpasar Selatan Tahun 2009-2010

Berdasarkan grafik 3.7 pada tahun 2009 angka insiden diare tertingi terjadi

pada bulan Desember (4,02 per 1000 penduduk) dan angka insiden terendah

terjadi pada bulan Maret (1,88 per 1000 penduduk). Sedangkan pada tahun 2010

terjadi perubahan, angka insiden tertinggi terjadi Februari (5,15 per 1000

penduduk) dengan titik terendah terjadi pada bulan April (1,48 per 1000

penduduk).

Grafik 3.8 Angka Insiden berdasarkan Desa/Kelurahan di Puskesmas II

Denpasar Selatan Tahun 2009-2010

Berdasarkan grafik 3.8 dapat diketahui angka insiden diare tertinggi terjadi di

Kelurahan Sanur yaitu pada tahun 2009 sebesar 41,66 per 1000 penduduk dan

meningkat menjadi 73,34 per 1000 penduduk pada tahun 2010. Angka insiden

0

1

2

3

4

5

6

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des

AI

Dia

re p

er

10

00

pd

d

AI 2009

AI 2010

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

Kel Sanur Renon Sanur Kauh Sanur Kaja

41.66

19.58

35.36 42.77

73.34

15.53 18.16 22.57

AI

Dia

re P

er

10

00

pd

d

AI 2009

AI 2010

Page 23: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

23

terendah terjadi di Kelurahan Renon pada tahun 2009 yaitu sebesar 19,58 per

1000 penduduk dan pada tahun 2010 sebesar 15,53 per 1000 penduduk. Dari data

tahun 2009 ke 2010 insiden diare di Kelurahan Renon, Sanur Kauh, dan Sanur

Kaja mengalami penurunan namun di Kelurahan Sanur insiden diare justru

meningkat.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat digambarkan bahwa angka

insiden diare yang cukup tinggi dipengaruhi oleh perubahan musim, kepadatan

balita dan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat dalam setiap keluarga, dan

kondisi sarana air bersih. Angka insiden diare tertinggi pada tahun 2010 terjadi di

Kelurahan Sanur yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar 3909

penduduk per km2. Namun penurunan angka kejadian diare pada tahun 2010

justru terjadi Kelurahan Renon, Desa Sanur Kaja, dan Desa Sanur Kauh, hal ini

kemungkinan terjadi karena masyarakat sudah mampu melaksanakan

penanggulangan diare di tingkat rumah tangga ataupun memilih berobat ke

praktek dokter atau bidan swasta yang belum melaporkan ataupun direkap oleh

petugas P2 Diare di puskesmas II Denpasar Selatan. Sedangkan kejadian diare

banyak dilaporkan dari Kelurahan Sanur karena jarak tempuh ke Puskesmas Induk

lebih dekat dibandingkan dari 3 desa/kelurahan lainnya.

4. P2 ISPA

ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang salah satu

atau lebih dari saluran pernafasan yang meliputi dari hidung hingga alveoli. Di P2

ISPA pengklasifikasian penyakit berdasarkan pneumonia dan bukan pneumonia.

Di dalam program P2 ISPA ditetapkan beberapa target yaitu penemuan kasus

pneumonia pada balita (10% dari jumlah balita) dan penanganan pneumoni pada

balita sebesar 100%. Adapun kegiatan yang dilakukan di program P2 ISPA

meliputi:

a. Pendataan sasaran dengan koordinasi lintas sektoral pendataan sasaran

serta mengumpulkan data dari puskesmas, pustu, dan desa/kelurahan.

Kegiatan dilaksanakan oleh petugas P2 ISPA dengan sasarannya

adalah balita.

Page 24: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

24

b. Perencanaan kegiatan meliputi rekapitulasi, pengolahan, analisa data,

serta identifikasi masalah untu menyusun rencana kegiatan oleh

petugas P2 ISPA. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari dengan

sasaran semua kegiatan P2 ISPA.

c. Penemuan kasus pneumonia dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan

pasien, dan penentuan klasifikasi/diagnosa oleh dokter ,petugas P2

ISPA, dan paramedis. Sasarannya adalah balita.

d. Pengobatan pasien dan rujukan penderita bila diperlukan oleh dokter

,petugas P2 ISPA, dan paramedis. Sasarannya adalah balita dengan

pneumonia. Target penanganan balita pneumonia/pneumonia

berat/dengan tanda bahaya sebesar 100%.

e. Kunjungan rumah untuk mengetahui keadaan penderita dan

lingkungannya oleh petugas P2 ISPA, paramedis, dan petugas darbin.

Sasaranya adalah balita dengan pneumonia. Kegiatan ini lebih sering

terlaksana di dalam gedung setelah pengobatan berlangsung akibat

keterbatasan tenaga P2 ISPA.

f. Penyuluhan ISPA di dalam maupun di luar gedung oleh petugas P2

ISPA dan promkes. Sasarannya adalah pasien dan masyarakat.

g. Pencatatan, pelaporan, dan monev yang meliputi dokumentasi semua

kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,

evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 ISPA. Sasarannya adalah

semua kegiatan P2 ISPA.

Grafik 3.9 Angka Insiden Pneumonia pada Balita di Puskesmas II

Denpasar Selatan Tahun 2009-2010

0

2

4

6

8

10

Kel Sanur Renon SanurKauh

Sanur Kaja

3.05

0.87

2.83 1.96

8.71

3.61 4.89

5.53

AI

Pn

eu

mo

nia

pad

a B

alit

a p

er

10

00

pd

d

AI 2009

AI 2010

Page 25: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

25

Pada grafik 3.9 diketahui angka insiden Pneumonia meningkat pada tahun

2010 lebih dari dua kali angka insiden pada tahun 2009. Kelurahan Sanur

memiliki angka insiden tertinggi yaitu 3,01 per 1000 balita pada tahun 2009 yang

meningkat menjadi 8,71 per 1000 balita. Sedangkan angka insiden terendah dua

tahun terakhir terdapat di Renon yaitu sebesar 0,87 per 1000 balita meningkat

menjadi 3,61 per 1000 penduduk. Namun rata-rata pada tahun 2010 di keempat

kelurahan/desa di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan mengalami

kenaikan angka insiden pneumonia khususnya pada balita.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa angka

insiden pneumonia yang tinggi disebabkan oleh kepadatan balita per desa,

perilaku hidup bersih dan sehat. Bila dilihat dari tingkat kepadatan balita

Kelurahan Sanur memiliki kepadatan balita tertinggi baik pada tahun 2009 dan

2010 yaitu dari 499 balita per km2 menjadi 512 balita per km

2. Namun pada 3

kelurahan/desa lainnya tidak semua yang memiliki kepadatan balita lebih besar

memiliki angka kejadian pneumonia balita lebih tinggi. Hal ini harusnya dapat

diidentifikasi dari hasil care seeking penderita pneumonia balita mengenai faktor

risiko dominan yang dimiliki oleh balita dengan pneumonia. Namun hal ini tidak

dapat dilakukan karena kegiatan care seeking yang seharusnya dilakukan dengan

kunjungan ke rumah balita setelah 2 hari pengobatan justru dilakukan di dalam

gedung sehingga hasil care seeking menjadi semu terutama faktor lingkungan

rumah balita.

5. P2 Kusta

Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

leprae yang menyerang sistem saraf tepi dan jariangan tubuh lainnya yang bersifat

menahun. Di dalam program P2 Kusta ditetapkan beberapa target yaitu skrining

dan penyuluhan kusta di 14 SD/tahun dan pengobatan penderita (100%). Adapun

kegiatan yang dilaksanakn dalam program P2 Kusta yaitu:

a. Perencanaan kegiatan meliputi analisis data dan identifikasi masalah

yang digunakan untuk penyusunan rencana kegiatan oleh petugas P2

kusta. Kegiatan dilakukan pada bulan Januari dengan sasaran semua

kegiatan P2 kusta.

Page 26: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

26

b. Penemuan atau skrining penderita dengan anamnesa dan pemeriksaan

suspek oleh dokter, petugas P2 kusta, dan paramedis. Sasarannya

adalah masyarakat.

c. Screening pada anak SD dan case survey melalui anamnesa dan

pemeriksaan oleh dokter, petugas P2 kusta, dan paramedis. Untuk

screening anak sekolah meliputi pemeriksaan secara fisik atau klinis

terhadap anak TK, SD, SMA/SMK juga.Kegiatan dilaksanakan pada

bulan Agustus atau pada pelaksanaan BIAS dengan sasaran anak SD

dan masyarakat. Target yaitu sebanyak 14 SD/tahun.

d. Pengobatan penderita sesuai diagnosa oleh dokter, petugas P2 kusta,

dan paramedis. Sasarannya adalah penderita kusta.

e. Pemeriksaan kontak dengan menjelaskan tujuan dari kegiatan ini serta

melakukan pemeriksaan fisik dan pengambilan specimen oleh petugas

P2 kusta atau paramedis. Sasarannya adalah keluarga atau lingkungan

penderita yang dilaksanakan bila ada kasus.

f. Penyuluhan kusta di dalam maupun di luar gedung oleh petugas P2

kusta, darbin, dan promkes yang dilaksanakan pada bulan Oktober.

Sasarannya adalah pasien atau murid.

g. Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua

kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,

evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 kusta. Sasarannya adalah

semua kegiatan program P2 kusta.

Kasus kusta tahun 2011 merupakan kusta tipe MB untuk kesembuhan

diperlukan pengobatan selama 1 tahun yang menyerang seorang laki-laki berumur

31 tahun.

6. P2 Cacingan

Program P2 cacingan merupakan program yang bergerak dalam

pencegahan dan penanggulangan penyakit akibat cacing. Adapun kegiatan yang

dilaksanakan oleh P2 cacingan yaitu:

a. Perencanaan kegiatan meliputi analisis data dan identifikasi masalah

yang digunakan untuk penyusunan rencana kegiatan oleh petugas P2

Page 27: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

27

cacingan. Kegiatan dilakukan pada bulan Januari dengan sasaran

semua kegiatan P2 cacingan.

b. Penemuan penderita dilakukan dengan anamnesa, pengambilan

specimen, dan pemeriksaan laboratorium oleh dokter, paramedis, dan

petugas laboratorium. Sasarannya adalah masyarakat atau pasien.

c. Pengobatan penderita dan penanggulangan kasus oleh dokter dan

paramedis. Sasarannya adalah penderita.

d. Penyuluhan kepada pasien bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

tentang penyakit cacingan oleh petugas P2 cacingan dan promkes.

Sasarannya adalah pasien.

e. Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua

kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,

evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 cacingan. Sasarannya adalah

semua kegiatan program P2 cacingan

Pada tahun 2010 dan 2011 tidak terdapat kasus cacingan di wilayah

kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.

7. P2 Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi oleh parasit

plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Di dalam

program P2 Malaria ditetapkan target pengobatan penderita sebesar 100%.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh program P2 malaria di Puskesmas II

Denpasar Selatan yaitu:

a. Perencanaan kegiatan meliputi analisis data dan identifikasi masalah

yang digunakan untuk penyusunan rencana kegiatan oleh petugas P2

malaria. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari dengan sasaran

semua kegiatan P2 malaria.

b. Penemuan penderita melalui anamnesa, pengambilan sampel darah

untuk pemeriksaan laboratorium oleh dokter, paramedis, dan petugas

P2 malaria. Sasarannya adalah masyarakat yang mengalami gejala

klinis malaria.

c. Penanggulangan kasus dan pengobatan penderita sesuai diagnosa oleh

dokter dan paramedis. Sasarannya adalah penderita.

Page 28: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

28

d. Penyuluhan ke pasien atau masyarakat oleh petugas P2 malaria dan

promkes pada bulan Agustus. Sasarannya adalah pasien atau

masyarakat.

e. Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua

kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,

evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 malaria. Sasarannya adalah

semua kegiatan P2 malaria

Pada tahun 2010 dan 2011 tidak ditemukan kasus malarian di wilayah kerja

Puskesmas II Denpasar Selatan.

8. P2 PMS

PMS (Penyakit Menular Seksual) merupakan penyakit yang dapat

ditularkan melalui hubungan seksual yang berisiko. Beberapa target yang

ditetapkan adalah penemuan penderita dengan keluhan sakit pada organ genital

serta pengobatan dan konseling. Adapun kegiatan yang dilaksanakan program P2

PMS di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu:

a. Perencanaan berisikan kegiatan menganalisis data dan identifikasi

masalah yang digunakan untuk menyusun rencana kegiatan oleh

petugas P2 PMS. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Januari dengan

sasaran adalah semua kegiatan P2 PMS.

b. Penemuan penderita melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,

pengambilan specimen, serta pemeriksaan laboratorium oleh dokter,

paramedic, dan petugas laboratorium. Sasarannya adalah masyarakat.

c. Pengobatan penderita dilakukan dengan memberikan pengobatan yang

tepat pada semua penderita IMS serta penanganan HIV/AIDS yang

bertujuan menurunkan angka insiden HIV/AIDS. Kegiatan ini

dilaksanakan oleh dokter dan paramedis dengan sasaran penderita.

d. Penyuluhan atau konseling dilaksanakan oleh dokter, petugas P2 PMS,

dan promkes. Sasarannya adalah penderita dengan jadwal konseling

setiap hari kerja dan masyarakat dengan jadwal penyuluhan pada bulan

Juli.

Page 29: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

29

e. Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua

kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,

evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 PMS. Sasarannya adalah

semua kegiatan P2 PMS.

Grafik 3.10 Distribusi Penyakit PMS berdasarkan Kunjungan di Klinik

IMS Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

Berdasarkan grafik 3.10 jumlah kasus IMS terbanyak tahun 2010 yaitu

servisitis sebanyak 1080 kasus yang diikuti oleh candidiasis sebanyak 373 kasus.

Sedangkan jenis penyaki menular seksual dengan jumlah terendah yaitu

trichomoniasis sebanyak 2 kasus pada tahun 2010.

Grafik 3.11 Persentase Kunjungan Klinik IMS berdasarkan Faktor Risiko

di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

0200400600800

10001200

1080

164 2 11

373

38

Jum

lah

Kas

us

IMS

44.10%

0.25%

55.56%

0.08% WPS

Pelanggan

Lainnya (IRT danRemaja)

Pasangan Risti

Page 30: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

30

Berdasarkan grafik 3.11 persentase kunjungan klinik IMS tertinggi yaitu

dari kelompok lainnya (ibu rumah tangga dan remaja). Sedangkan untuk WPS

menempati urutan persentase kunjungan klinik IMS terbanyak kedua yaitu

sebesar 44,10%.

Angka penjaringan kasus IMS di Puskesmas II Denpasar Selatan tergolong

tinggi, hal ini disebabkan tersedianya klinik khusus IMS dan VCT bagi mereka

yang ingin memeriksakan diri. Selain itu di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar

Selatan terdapat tempat-tempat lokalisasi yang sebagaian besar telah mampu

dipantau. Hal ini terlihat tingginya kunjungan klinik IMS oleh WPS yang

diwajibkan memeriksakan diri sebulan sekali yang tercatat pada kartu kunjungan

mereka. Para WPS berhasil dipantau setelah melakukan kerja sama dengan

pemilik usaha lokalisasi yang mengantar para WPS setiap bulan ke klinik IMS.

Bilamana pada pemeriksaan diketahui adanya faktor risiko tinggi untuk terkena

HIV/AIDS maka disarankan untuk melakukan konseling dan tes HIV begitu pula

pada ibu hamil yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. Untuk kelompok lainnya

seperti ibu rumah tangga dan remaja datang karena adanya keluhan pada alat

kelamin.

9. P2 Suspek Rabies

Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus rabies dengan

reservoar anjing, kucing, kera, dan kelelawar. Beberapa target dalam P2 Suspek

Rabies adalah cuci luka 100% dan vaksinasi 100%. Adapun kegiatan yang

dilaksanakan oleh program P2 Suspek Rabies yaitu:

a. Perencanaan meliputi kegiatan analisis data serta identifikasi masalah

yang dipergunakan untuk menyusun rencana kegiatan oleh petugas P2

suspek rabies. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari dengan

sasaran semua kegiatan P2 suspek rabies.

b. Penemuan kasus dari register pasien, anamnesa, menemukan penderita

yang datang ke puskesmas, melakukan pelacakan kasus, dan

pengamatan kasus oleh petugas surveilans, dokter, dan paramedis.

Sasarannya adalah pasien dengan gigitan hewan penular rabies.

Page 31: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

31

c. Penanganan dan pengobatan luka dilakukan dengan pengobatan

pertama dan merujuk penderita ke rabies center (RS Sanglah,

Wangaya, dan Puskesmas I Denpasar Selatan) untuk pemberian vaksin

anti rabies. Kegiatan ini dilaksanakan oleh dokter maupun paramedis

dengan sasarannya adalah penderita.

d. Penyidikan epidemiologi yang meliputi pencatatan data kasus,

penyelidikan kasus di lapangan,serta pelaporan oleh petugas P2 suspek

rabies dan surveilans. Sasarannya penderita dan masarakat sekitarnya.

e. Penyuluhan diberikan kepada pasien dan keluarganya oleh dokter dan

paramedis.

f. Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua

kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,

evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 suspek rabies. Sasarannya

adalah semua kegiatan P2 suspek rabies.

Grafik 3.12 Distribusi Kasus GHPR berdasarkan Desa/Kelurahan di

Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

Berdasarkan grafik 3.12 kasus GHPR tertinggi pada tahun 2010 terjadi di

Desa Sanur Kauh yaitu sebesar 53 kasus yang diikuti oleh Kelurahan Sanur

sebesar 48 kasus. Sedangkan kasus GHPR terendah terjadi di Kelurahan Renon

yaitu sebesar 48 kasus.

Berdasarkan data diatas dapat dianalisis bahwa jumlah kasus gigitan

hewan penular rabies yang masih tinggi disebabkan oleh tidak adanya pemantauan

langsung ke lapangan terhadap kasus gigitan yang terjadi dan tidak tindak lanjut

terhadap hewan yang telah menggigit. Cakupan vaksinasi juga tidak mencapai

0

10

20

30

40

50

60

Kel Sanur Kel Renon Ds SanurKauh

Ds SanurKaja

48

21

53

26

Jum

lah

Kas

us

GH

PR

Page 32: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

32

target karena di Puskesmas II Denpasar Selatan tidak tersedia vaksin,pasien

penderita gigitan HPR hanya diberika rujukan untuk mencari vaksin di Rumah

Sakit Umum Sanglah. Selain itu juga tidak dilakukan pemantauan terhadap

riwayat vaksinasi pasien gigitan HPR.

10. P2 Imunisasi

Imunisasi merupaka suatu cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh dari

suatu penyakit dengan memasukkan bibit penyakit yang telah dilemahkan ke

dalam tubuh yang merangsang terbentuknya antibodi dalam tubuh. Beberapa

target dalam P2 Imunisasi yaitu imunisasi BCG (100%), DPT (100%), Polio

(90%), HB (90%), Campak (90%), TT (100%), dan DT (90%). Adapun beberapa

kegiatan yang dilaksanakan P2 Imunisasi

a. Pendataan sasaran dilakukan secara lintas sektoral oleh petugas P2

imunisasi dan darbin. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari

dengan sasarannya adalah bayi, murid SD, bumil, WUS, dan calon

pengantin.

b. Perencanaan dilakukan dengan menganalisis data dan identifikasi

masalah yang dipergunakan untuk menyusun rencana kegiatan oleh

petugas P2 imunisasi. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari

dengan sasarannya adalah semua kegiatan P2 imunisasi.

c. Penghitungan kebutuhan alat dan bahan (masing-masing pelarut

dengan vaksinnya) berdasarkan jumlah sasaran oleh petugas P2

imunisasi. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari.

d. Pengelolaan vaksin yang meliputi persiapan form pengamprahan

vaksin , pengambilan vaksin ke Dikes Kota Denpasar setiap awal

bulan, mendistribusikan vaksin ke pustu, serta mempersiapkan vaksin

untuk kegiatan dalam dan luar gedung). Kegiatan dilaksanakan oleh

petugas P2 imunisasi

e. Pengontrolan suhu vaksin setiap pagi dan siang, pencatatan suhu

vaksin pada kertas grafik, mengatur penyimpanan vaksin sesuai

kondisi vaksin, dan perawatan cold chain setiap minggu . Kegiatan

dilaksanakan oleh petugas P2 imunisasi dengan sasarannya adalah

alamari penyimpanan vaksin.

Page 33: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

33

f. Pelaksanaan imunisasi oleh bidan, dokter, dan perawat dengan rincian

kegiatan sebagai berikut:

g. Analisis PWS melalui pengumpulan data, analisis hasil kegiatan,

penemuan masalah, serta menyusun upaya tindak lanjut oleh petugas

P2 imunisasi. Sasarannya adalah hasil kegiatan imunisasi.

h. Sweeping sasaran dilakukan jika hasil imunisasi tidak mencapai target.

Kegiatan dilakukan oleh petugas P2 imunisasi dengan sasaran bayi,

murid SD, bumil, calon penganten, balita, dan WUS.

i. Penyuluhan imunisasi dilaksanakan oleh petugas P2 imunisasi dan

promkes pada bulan September. Sasarannya adalah wanita usia subur.

j. Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua

kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,

evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 imunisasi. Sasarannya adalah

semua kegiatan P2 imunisasi.

Tabel 3.3 Target, Cakupan , dan Kesenjangan Hasil Kegiatan P2 Imunisasi

di Puskesmas II Denpasar Selatan

Indikator

Target Cakupan Kesenjangan

Abs % Abs %

DPT 1 754 100 802 106,4 -

Polio 4 754 90 718 95,2 -

Campak 754 90 778 103,2 -

HB 1<7hari 754 90 690 91,5 -

TT 1 830 - 325 39,2 -

TT2 Bumil 830 90 881 106,1 -

DT (Kls 1 SD) 840 100 837 99,6 0,4

TT (SD kls 2 dan 3) 1779 100 1771 99,5 0,5

Berdasarkan tabel hasil kegiatan P2 Imunisasi di atas untuk imunisasi DPT

1, polio 4, campak, HB 1 <7 hari, dan TT2 bumil telah mencapai target yang

ditentukan. Sedangkan untuk imunisasi DT yang diberikan pada anak SD kelas 1

dan TT yang diberikan pada anak SD kelas 2 dan 3 belum memenuhi target.

Untuk DT masih terdapat kesenjangan sebesar 0,4 % dan untuk TT masih

memiliki kesenjangan sebesar 0,5 %.

Page 34: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

34

Berdasarkan data diatas, dapat dianalisis bahwa target TT1 pada ibu hamil

yang ditentukan terlalu tinggi sehingga pencapaiannya tidak memenuhi target.

Selain itu juga adanya perbedaan perkiraan jumlah target anak sekolah yang

berbeda dengan apa yang ada di lapanngan menyebabkan cakupan pencapaian

imunisasi belum mencapai target yang ditentukan. Rendahnya cakupan

pencapaian imunisasi anak sekolah juga dapat disebabkan oleh adanya siswa yang

tidak hadir, hadir namun dalam kondisi sakit, atau tidak berani untuk diimunisasi,

serta tidak datang ke puskesmas saat dianjurkan untuk melakukan imunisasi

sebagai akibat belum diimunisasi di sekolah masing-masing.

Berdasarkan pemaparan di atas masalah yang pada umumnya dihadapi

oleh program P2M dalam melaksanakan tugasnya adalah keterbatasan tenaga,

dana, dan waktu pada masing-masing program. Keterbatasan tenaga tercermin

dari banyaknya petugas P2 yang merangkap jabatan baik secara struktural maupun

fungsional. Keterbatasan waktu terjadi karena para petugas P2 pada umumnya

adalah petugas kesehatan dalam gedung yang memiliki tugas pelayanan pasien.

Page 35: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

35

BAB IV

SURVEILANS PENYAKIT DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

4.1 Gambaran Umum Surveilans

Menurut CDC dalam buku Epidemiologi Penyakit Menular oleh Manya

Magnus, surveilan kesehatan masyarakat adalah sistem pengumpulan,analisis,

interpretasi, dan pengumpulan data yang berkelanjutan terkait kejadian kesehatan

untuk digunakan dalam tindakan kesehatan guna mengurangi morbiditas dan

mortalitas dan meningkatkan kesehatan. Surveilans epidemiologi adalah kegiatan

analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadap penyakit atau masalah

kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan

penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan

penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,

pengolahan, dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara

program kesehatan (Depkes RI, 2003). Kegiatan penting surveilans yang harus

dilaksanakan secara berkesinambungan yaitu: pengumpulan data epidemiologi

secara sistematis, kompilasi data, analisis data, dan interpretasi data, serta

penyebarluasan hasil analisis dan interpretasi data.

Menurut WHO dalam Bhisma Murti (2003) tujuan surveilans meliputi:

a. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemic (outbreak)

b. Memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki program pencegahan dan

pengendalian penyakit

c. Memasok informasi untuk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan,

perencanaan, implementasi, dan alokasi sumber daya kesehatan

d. Monitoring kecenderungan penyakit endemis dan mengestimasi dampak

penyakit di masa mendatang

e. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.

Laporan program surveilans di Puskesmas II Denpasar Selatan meliputi

surveilans penyakit menular yang dilaporkan secara mingguan dan bulanan.

Page 36: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

36

Surveilans di Puskesmas II Denpasar Selatan merupakan Surveilans

Terpadu Penyakit Bersumber Puskesmas sehingga penyakit-penyakit yang

dilaporkan setiap bulan meliputi penyakit Kolera, Diare, Diare Berdarah, Tifus

Perut Klinis, TBC Paru BTA(+), tersangka TBC Paru, Kusta PB, Kusta MB,

Campak, Difteri, Batuk Rejan, Tetanus, Hepatitis Klinis, Malaria Klinis, Malaria

Vivax, Malaria Falsiparum, Malaria Mix, Demam Berdarah Dengue, Demam

Dengue, Pneumonia, Sifilis, Gonorrhoe, Frambusia, Filariasis, dan Influenza

(Depkes RI, 2003). Sedangkan untuk penyakit yang dilaporkan adalah Diare Akut,

Malaria Konfismasi,tersangka DBD, Pneumonia, ILI (penyakit serupa influenza),

Diare Berdarah,tersangka Demam Tifoid, Jaundice akut, tersangka Demam

Dengue,tersangka flu burung pada manusia, tersangka campak, tersangka difteri,

tersangka pertusis, AFP (lumpuh layu mendadak), kasus GHPR, tersangka antrax,

demam yang tidak diketahui penyebabnya, tersangka kolera, kluster penyakit yang

tidak diketahui, tersangka Meningitis/Enchepalitia, tersangka Tetanus

Neonatorum, dan tersangka tetanus. Kasus mingguan dilaporkan kepada petugas

surveilans setiap hari Sabtu yang dilanjutkan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kota

Denpasar dengan sistem EWARS. Surveilans khusus penyakit menular di

Puskesmas II Denpasar Selatan meliputi penyakit DBD, TB, Pneumonia, dan

Diare.

4.2 Data Penyakit Menular di Puskesmas II Denpasar Selatan

4.2.1 Penyakit Diare

Grafik 4.1 Angka Insiden Diare Berdasarkan Desa/Kelurahan di Puskesmas II

Denpasar Selatan Tahun 2009-2010.

0.

20.

40.

60.

80.

Kel Sanur Renon SanurKauh

SanurKaja

41.66

19.58

35.36 42.77

73.34

15.53 18.16 22.57

AI D

iare

Per

10

00

pd

d

AI 2009

AI 2010

Page 37: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

37

Pada grafik 4.1 dapat diketahui angka insiden diare tertinggi terjadi di

Kelurahan Sanur yaitu pada tahun 2009 sebesar 41,66 per 1000 penduduk dan

meningkat menjadi 73,34 per 1000 penduduk pada tahun 2010. Angka insiden

terendah terjadi di Kelurahan Renon pada tahun 2009 yaitu sebesar 19,58 per

1000 penduduk dan pada tahun 2010 sebesar 15,53 per 1000 penduduk. Dari data

tahun 2009 ke 2010 insiden diare di Kelurahan Renon, Sanur Kauh, dan Sanur

Kaja mengalami penurunan namun di Kelurahan Sanur insiden diare justru

meningkat.

Angka insiden diare tertinggi pada tahun 2010 terjadi di Kelurahan Sanur

yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar 3909 penduduk per

km2. Namun penurunan angka kejadian diare pada tahun 2010 justru terjadi

Kelurahan Renon, Desa Sanur Kaja, dan Desa Sanur Kauh, hal ini kemungkinan

terjadi karena masyarakat sudah mampu melaksanakan penanggulangan diare di

tingkat rumah tangga ataupun memilih berobat ke praktek dokter atau bidan

swasta yang belum melaporkan ataupun direkap oleh petugas P2 Diare di

puskesmas II Denpasar Selatan. Sedangkan kejadian diare banyak dilaporkan dari

Kelurahan Sanur karena jarak tempuh ke Puskesmas Induk lebih dekat

dibandingkan dari 3 desa/kelurahan lainnya.

4.2.2 Penyakit Pneumonia

Grafik 4.2 Angka Insiden Pneumonia Pada Balita di Puskesmas II Denpasar

Selatan Tahun 2009-2010

0

2

4

6

8

10

Kel Sanur Renon SanurKauh

SanurKaja

3.05

0.87

2.83 1.96

8.71

3.61 4.89

5.53

AI P

ne

um

on

ia p

ada

Bal

ita

per

10

00

pd

d

AI 2009

AI 2010

Page 38: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

38

Pada grafik di atas diketahui angka insiden Pneumonia meningkat pada

tahun 2010 lebih dari dua kali angka insiden pada tahun 2009. Kelurahan Sanur

memiliki angka insiden tertinggi yaitu 3,01 per 1000 balita pada tahun 2009 yang

meningkat menjadi 8,71 per 1000 balita. Sedangkan angka insiden terendah dua

tahun terakhir terdapat di Renon yaitu sebesar 0,87 per 1000 balita meningkat

menjadi 3,61 per 1000 penduduk. Namun rata-rata pada tahun 2010 di keempat

kelurahan/desa di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan mengalami

kenaikan angka insiden pneumonia khususnya pada balita.

Bila dilihat dari tingkat kepadatan balita Kelurahan Sanur memiliki

kepadatan balita tertinggi baik pada tahun 2009 dan 2010 yaitu dari 499 balita per

km2 menjadi 512 balita per km

2. Namun pada 3 kelurahan/desa lainnya tidak

semua yang memiliki kepadatan balita lebih besar memiliki angka kejadian

pneumonia balita lebih tinggi. Hal ini harusnya dapat diidentifikasi dari hasil care

seeking penderita pneumonia balita mengenai faktor risiko dominan yang dimiliki

oleh balita dengan pneumonia. Namun hal ini tidak dapat dilakukan karena

kegiatan care seeking yang seharusnya dilakukan dengan kunjungan ke rumah

balita setelah 2 hari pengobatan justru dilakukan di dalam gedung sehingga hasil

care seeking menjadi semu terutama faktor lingkungan rumah balita.

4.2.3 Penyakit Demam Berdarah Dengue

Grafik 4.3 Angka Insiden DBD di Wilayaha Kerja Puskesmas II Denpasar

Selatan Tahun 2008-2010

0.

1.

2.

3.

4.

Kel Sanur Kel Renon Ds SanurKauh

Ds SanurKaja

1.55 1.82

1.49

2.26 2.14

2.85

1.63

0.91

3.17

3.81

2.70

1.28

AI

DB

D p

er

10

00

pe

nd

ud

uk

2008

2009

2010

Page 39: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

39

Pada grafik di atas dapat dilihat insiden tertinggi terjadi tahun 2010 di

seluruh kelurahan/desa di Puskesmas II Denpasar Selatan. Angka insiden tertinggi

tahu 2010 terjadi di kelurahan Renon yaitu sebesar 3,81 per 1000 penduduk,

sedangkan Desa Sanur Kaja merupakan daerah dengan angka insiden terendah

yaitu sebesar 1,28 per 1000 penduduk. Pada tahun 2009 kelurahan Renon

memiliki insiden DBD tertinggi yaitu 2,85 per 1000 penduduk dan kelurahan

Sanur Kaja dengan insiden terendah yaitu 0,91 per 1000 penduduk. Pada tahun

2008 terjadi perbedaan di mana insiden DBD tertinggi terjadi di Desa Sanur Kaja

yaitu 2,26 kasus per 1000 penduduk dan terendah di Desa Sanur Kauh yaitu

sebesar 1,49 per 1000 penduduk.

Pada tahun 2010 merupakan siklus lima tahunan puncak peningkatan

kejadian DBD di Kota Denpasar , begitu pula di wilayah Kerja PuskesmasII

Denpasar Selatan. Peningkatan angka insiden pada tahun 2010 terjadi di

Kelurahan Sanur, Renon, Desa Sanur Kauh , dan Desa Sanur Kaja. Pada tahun

2010 angka insiden DBD tertinggi terjadi di Kelurahan Renon hal ini sebanding

dengan hasil pendataan, penyuluhan , dan pembinaan PHBS pada tatanan rumah

tangga yang memenuhi syarat hanya mencapai 74,71 % dan merupakan kelurahan

dengan kepadatan tertinggi yaitu 3909 jiwa per km2 pada tahun 2010. Sedangkan

bila dilihat dari ABJ tahun 2010 justru ABJ terkecil (97,78%) terdapat di Desa

Sanur Kaja yang memiliki angka insiden DBD terendah pada tahun 2010. Di

Kelurahan Renon angka insiden DBD pada tahun 2010 adalah yang tertinggi

namun dengan ABJ yang terbesar pula yaitu 98,25 %. Perbandingan antara ABJ

dan angka insiden DBD di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan ternyata

tidak sebanding.

4.2.4 Penyakit TB

Tabel 4.1 Target, Cakupan, dan Kesenjangan dalam Pencapaian Kegiatan

Program P2 TB di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2009

No Indikator Target Pencapaian Kesenjangan

1 Proporsi suspek diperiksa 100% 42,7 % -57,3 %

2

Proporsi penderita TB Paru BTA

(+) diantara suspek yang diperiksa

dahaknya

10% 14,8% 4,8%

3 Proporsi penderita TB Paru BTA ≥65% 42,5% -22,5 %

Page 40: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

40

(+) diantara seluruh penderita TB

4 Angka Konversi ≥ 80% 88,2% 8,2 %

5 Angka Kesembuhan ≥ 85 % 94,1% 9,1%

6 Case Detection Rate 70 % 65,4% -4,6 %

Pada tabel 4.1 dapat dilihat dari enam indikator pelaksanaan program P2

TB tahun 2009 masih ada kesenjangan pada cakupan proporsi suspek yang

diperiksa yaitu sebesar -57,3%, proporsi penderita TB Paru BTA (+) diantara

seluruh penderita TB yaitu sebesar -22,5%, dan case detection rate sebesar -4,6%.

Tabel 4.2 Target, Cakupan, dan Kesenjangan dalam Pencapaian Kegiatan

Program P2 TB di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

No Indikator Target Pencapaian Kesenjangan

1 Proporsi suspek diperiksa 100% 66,08 % -33,92%

2

Proporsi penderita TB Paru

BTA (+) diantara suspek yang

diperiksa dahaknya

10% 9,2% -0,8%

3

Proporsi penderita TB Paru

BTA (+) diantara seluruh

penderita TB

≥65% 45,1% -19,9 %

4 Angka Konversi ≥ 80% 78,2% -1,8%

5 Angka Kesembuhan ≥ 85 % 100% 15%

6 Case Detection Rate 70 % 60,8% -9,2 %

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat ada beberapa indikator kegiatan

program P2 TB pada tahun 2010 yang belum tercapai atau masih terdapat

kesenjangan pada cakupan proporsi suspek yang diperiksa yaitu sebesar -33,9%,

proporsi penderita TB Paru BTA (+) diantara seluruh penderita TB yaitu sebesar -

19,9%, proporsi penderita BTA(+) diantara suspek yang diperiksa dahaknya yaitu

sebesar -0,8%, dan angka konversi yaitu sebesar -1,8%, dan case detection rate

yaitu sebesar -9,2%.

Bila dibandingkan cakupan kegatan program P2 TB tahun 2009 dan 2010

cakupan proporsi suspek yang diperiksa, proporsi penderita TB Paru BTA (+)

diantara seluruh penderita TB , dan case detection rate masih terdapat

kesenjangan. Sedangkan cakupan angka kesembuhan pada tahun 2009 dan 2010

selalu memnuhi target. Cakupan proporsi penderita BTA(+) diantara suspek yang

diperiksa dahaknya dan angka konversi merupakan indikator yang telah mencapai

target minimal pada tahun 2009 namun mengalami penurunan pada tahun 2010.

Page 41: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

41

Pada tahun 2009 dan 2010 cakupan proporsi suspek yang diperiksa tidak

memenuhi target, hal ini terjadi karena target yang ditetepkan di Dinas Kesehatan

Kota Denpasar terlalu tinggi. Oleh karena itu diperlukan kordinasi anatar petugas

P2 TB di puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota dalam menentukan sasaran

proporsi suspek yang diperiksa. Kesenjangan pada proporsi penderita TB Paru

BTA (+) diantara seluruh penderita TB dan case detection rate terjadi karena

cakupan proporsi suspek yang diperiksa tidak memenuhi target yang ditetapkan.

4.3 Kegiatan Program Surveilans Penyakit Menular di Puskesmas II

Denpasar Selatan Tahun 2011

4.3.1 Surveilans Penyakit Diare

Surveilans penting diterapkan untuk pemantauan penyakit diare yang

merupakan salah satu penyakit yang berpotensi KLB. Kegiatan surveilans diare

meliputi proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data, serta

penyebarluasan informasi. Tujuan dari surveilans diare di Puskesmas II Denpasar

Selatan ialah untuk memantau secara rutin kecenderungan peningkatan maupun

penuruanan kasus diare serta mewaspadai tanda-tanda KLB diare di wilayah kerja

puskesmas.

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh petugas puskesmas yang

bersumber dari laporan puskesamas pembantu dan puskesmas induk. Data

kasus diare diambil dari pencatatan pada SIK (Sistem Informasi

Kesehatan) di puskesmas induk. Untuk pelaporan dari kader dan sarana

kesehatan lainnya di wilayah kerja puskesmas belum berjalan sehingga

proses pengumpulan data kasus masih bersifat pasif. Pendataan faktor

risiko diare dilakukan pada kasus yang menyerang balita yaitu melalui

kegiatan pemantauan rehidrasi oral. Pemantauan rehidrasi oral dilakukan

dengan mengunjungi rumah pasien, namun seringkali dilakukan langsung

saat pasien berobat ke puskesmas. Data diare pada program surveilans

berbentuk rekapan kasus mingguan yang diambil dari register P2 Diare

yang mengandung variabel bulan, desa/kelurahan, jumlah penduduk,

Page 42: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

42

sasaran, target kasus, jumlah kasus yang ditemukan, kelompok umur (< 5

tahun dan > 5 tahun), serta cakupan penemuan kasus diare.

b. Pengolahan dan Penyajian Data

Data-data yang terdapat pada register diare diolah dengan

melakukan pengelompokan kasus berdasarkan kelurahan/desa, bulan, dan

kelompok umur (<5 tahun dan >5 tahun). Data disajikan dalam bentuk

tabel dan grafik berdasarkan tempat, bulan, dan pola maksimum-

minimum. Semua penyajian grafik dilaksanakan setiap tahun.

c. Analisis dan Interpretasi Data

Kegiatan analisis dan interpretasi data dilaksanakan bersama oleh

petugas program diare, surveilans, kordinator P2M, dan kepala puskesmas

melalui diskusi yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali (rapat triwulan

surveilans). Tanggal rapat bersifat fleksibel disesuaikan dengan situasi

kasus yang terjadi. Pada diskusi ini akan dibahas kecenderungan

peningkatan jumlah kasus dibandingkan bulan-bulan sebelumnya,

membandingkan dengan indikator program, perhitungan persentase

cakupan dari target beserta solusi yang akan dilaksanakan untuk mengatasi

hal tersebut. Analisis tahunan dilaksanakan pada Januari yang akan

digunakan untuk penyusunan perencanaan pelaksanaan program ke

depannya.

d. Penyebarluasan Informasi

Data yang telah dianalisis disebarkan secara lintas progam di

puskesmas, terutama program promosi kesehatan untuk melaksanakan

penyuluhan mengenai diare dan program Kesehatan Lingkungan untuk

mengintervensi faktor risiko diare dari lingkungan. Salah satu bentuk

intervensinya ialah pelaksanaan kaporitisasi. Data diare yang terkumpul di

Puskesmas II Denpasar Selatan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota

Denpasar. Khusus kasus diare di wilayah kerja puskesmas dilaporkan ke

P2 Diare Dinas Kesehatan Kota Denpasar setiap minggu dengan sistem

EWARS dan pelaporan bulanan. Sedangkan untuk total kasus diare

(meliputi luar wilayah) dilaporkan ke bagian Surveilans Dinas Kesehatan

Kota Denpasar dalam bentuk form STP (Surveilans Terpadu Penyakit)

Page 43: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

43

sebelum tanggal 5 setiap bulannya. Keseluruhan kasus diare yang terjaring

direkap pada laporan surveilans yang akan dilihat kecenderungan

perkembangan diare terutama yang berpotensi KLB. Untuk pelaporan

KLB, puskesmas harus mengirimkan laporan dalam bentuk W1 dalam

rentang waktu 24 jam.Penyebarluasan informasi dilakukan ke Dinas

Kesehatan Kota Denpasar untuk pemberitahuan gambaran kasus diare di

wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.

Keterbatasan tenaga kesehatan, dana, dan waktu menyebabkan

penjaringan kasus diare di luar pustu dan puskesmas induk tidak sempat dilakukan

oleh petugas P2 Diare dan belum adanya kordinasi antara puskesmas dengan

pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dalam pelaporan kasus diare. Selain itu ,

hasil pemantauan rehidrasi oral tidak dapat menggambarkan kondisi lingkungan

penderita diare pada balita. Hal ini dikarenakan petugas melaksanakan

pemantauan rehidrasi oral di dalam gedung saat pemeriksaan berlangsung

sehingga hasil tidak menggambarkan kondisi lingkungan beserta sarana air bersih

di sekitar rumah pasien.

4.3.2 Surveilans Penyakit Pneumonia

Surveilans penyakit pneumonia bertujuan untuk pemantauan faktor risiko

kasus pneumonia dan merupakan salah satu penyakit yang menyerang saluran

pernafasan bagian bawah. Kegiatan surveilans pneumonia di di Puskesmas II

Denpasar Selatan antara lain:

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan oleh petugas program ISPA yang

bersumber dari data di puskesmas induk dan puskesmas pembantu dalam

bentuk SIK Kota Denpasar. Petugas mengumpulkan data faktor risiko dari

kasus melalui care seeking yang mencatat identitas pasien, tanggal lahir,

nama KK, alamat, hasil pemeriksaan saat pengobatan, kondisi setelah 2

hari perawatan, dan pemeriksaan faktor risiko. Adapun faktor risiko yang

dicatat ialah status gizi, status imunisasi, perilaku membedong anak,

riwayat ASI, defisiensi vitamin A, kepadatan tempat tinggal, polusi udara

Page 44: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

44

akibat asap dapur, orang tua perokok, dan keadaan rumah yang tidak

sehat. Care seeking dilaksanakan dengan mengunjungi rumah pasien

pneumonia (balita), namun karena keterbatasan waktu kegiatan ini

dilakukan langsung di puskesmas melalui wawancara. Data pneumonia

dikumpulkan dalam bentuk register yang mengandung variabel bulan,

desa/kelurahan, jumlah penduduk, sasaran balita, target kasus, jumlah

kasus yang ditemukan, jenis pneumonia, kelompok umur (<1 tahun dan 1-

4 tahun), serta cakupan penemuan kasus. Pencatatan pada register

dilakukan secara manual.

b. Pengolahan dan Penyajian Data

Pengolahan data yang dilakukan adalah dengan pengelompokkan

kasus berdasarkan kelompok umur, desa/kelurahan, jenis pneumonia, dan

jenis kelamin. Pengolahan data dilakukan secara manual dan

komputerisasi. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel dan

grafik yang dilakukan setiap 1 tahun sekali. Data yang telah diolah

disajikan dalam grafik berdasarkan desa/kelurahan, kelompok umur <5

tahun, dan bulan.

c. Analisis dan Interpretasi Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan memaparkan

situasi kejadian pneumonia pada setiap bulannya. Interpretasi secara

deskriptif jumlah kasus yang terkumpul bulan tersebut kemudian

dibanfingkan dengan bulan sebelumnya yang akan dibahas pada rapat rutin

surveilans yang melibatkan petugas program pneumonia, petugas

surveilans, kordinator P2M, dan kepala puskesmas. Diskusi ini juga

membahas tentang hasil care seeking yang telah terkumpul dan cakupan

yang dicapai dilihat dari target yang ditentukan Data disajikan menurut

waktu dan tempat kasus. Analisis dilaksanakan setiap bulan Januari yang

dipergunakan untuk penyusunan rencana pelaksanaan program tahun

berikutnya.

d. Penyeberan Informasi

Penyeberan informasi pneumonia di wilayah kerja puskesmas

dilakukan dengan mengirimkan laporan ke Dinas Kesehatan Kota

Page 45: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

45

Denpasar oleh petugas P2 ISPA. Informasi yang dilaporkan berupa jumlah

kasus, tindakan penanganan oleh petugas, serta faktor risiko penderita

yang diperoleh melalui kegiatan care seeking yang dilaksanakan setiap

bulan. Untuk pelaporan seluruh kasus pneumonia dilakukan bersamaan

dengan pelaporan data penyakit menular lainnya dengan form STP. Data

yang terkumpul dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam

bentuk laporan mingguan dengan sistem EWARS dan bulanan pada

pelaporan program P2 ISPA serta program surveilans. Pelaporan ke Dinas

Kesehatan dilakukan setiap bulan dengan mengirimkan laporan berupa

hardcopy.

Keterbatasan tenaga kesehatan, dana, dan waktu menyebabkan

penjaringan kasus diare di luar pustu dan puskesmas induk tidak sempat dilakukan

oleh petugas P2 ISPA belum adanya kordinasi antara puskesmas dengan

pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dalam pelaporan kasus pneumonia.

Selain itu , hasil pemantauan care seeking tidak dapat menggambarkan kondisi

lingkungan penderita pneumonia pada balita. Hal ini dikarenakan petugas

melaksanakan pemantauan care seeking di dalam gedung saat pemeriksaan

berlangsung sehingga hasil tidak menggambarkan kondisi lingkungan di sekitar

rumah pasien yang merupakan faktor risiko kejadian pneumonia.

4.3.3 Surveilans Penyakit DBD

Surveilans penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan suatu

upaya pengumpulan, pengolahan dan penyajian, analisis, interpretasi, serta

penyebarluasan informasi yang berhubungan dengan kondisi DBD serta faktor

yang berhubungan dengan terjadinya peningkatan dan penularan penyakit DBD di

Puskesmas II Denpasar Selatan. Hal ini diharapkan dapat memantau

kecenderungan peningkatan kasus KLB sehingga dapat dilakukan penanganan

sedini mungkin. Surveilans DBD di Puskesmas II Denpasar Selatan berfokus pada

pemantauan kasus DBD dan vektor DBD (nyamuk Aedes agypty dan jentik).

a. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data kasus maupun tersangka DBD

dilaksanakan setiap hari oleh petugas puskesmas yang bersumber dari

Page 46: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

46

puskesmas induk, puskesmas pembantu, laporan warga sekitar, laporan

penyelidikan epidemiologi, ataupun pemberitahuan dari Dinas Kesehatan

Kota Denpasar. Data-data tersebut ditulis dalam sebuah register harian

secara manual, dimana dilakukan pencatatan terhadap tanggal informasi

masuk, nama, umur, jenis kelamin, nama KK, alamat, tanggal sakit atau

masuk rumah sakit, sumber laporan, dan keterangan jentik di rumah kasus

yang terlacak. Jika ditemukan kasus tersangka DBD petugas merujuk

pasien ke laboratorium puskesmas ataupun menyarankan ke rumah sakit

untuk melakukan pemeriksaan darah. Bila pasien didiagnosa DBD maka

akan dicatat dalam register harian. Untuk informasi dari rumah sakit

melalui Dinas Kesehatan Kota Denpasar pada umumnya diterima 1-5 hari

terhitung sejak pasien sakit. ini merupakan salah satu hambatan untuk

mencegah rantai penularan DBD sedini mungkin yakni terlambatnya

pelaksanaan PE terhadap kasus. Pada form PE dicatat nama penderita,

rumah sakit, nama KK, alamat, tanggal masuk RS, dan hasil pemeriksaan

jentik 20 rumah di sekitar rumah penderita.

Data DBD dikumpulkan dengan 2 periode yaitu laporan mingguan

dan laporan bulanan. Untuk pelaporan mingguan data DBD dikumpulkan

ke petugas surveilans setiap hari Sabtu.

b. Pengolahan dan Penyajian Data

Pengolahan data yang telah dikumpulkan dilaksanakan secara

manual ataupun komputerisasi. Data yang telah terkumpul diolah dan

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik distribusi kasus berdasarkan

tempat, kelompok umur, jenis kelamin, bulan, tempat, pola maksimum-

minimum, dan grafik rata-rata kasus per bulan. Grafik pola maksimun-

minimum dan rata-rata kasus DBD dibuat setiap tahun berdasarkan data

kasus DBD pada lima tahun terakhir.

c. Analisis dan Interpretasi

Data yang telah terkumpul dan diolah selanjutnya dianalisis dan

diinterpretasikan. Analisis dan interpretasi dilakukan dengan diskusi oleh

petugas surveilans, petugas P2 DBD, kordinator P2M, dan kepala

puskesmas. Analisis data dilaksanakan dengan membandingkan kasus

Page 47: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

47

bulan tersebut dengan kasus tahun lalu pada bulan yang sama, melihat

kecenderungan perkembangan kasus DBD, serta melihat antara

pencapaian berdasarkan indikator program. Analisis data dilakukan secara

deskrpitif dengan menampilkan insiden kasus yang dilaksanakan setiap

bulan Januari untuk penyusunan rencana pelaksanaan program pada tahun

berikutnya.

d. Penyebaran Informasi

Penyebaran data yang telah diolah dilakukan secara lintas program.

Program yang umumnya mempergunakan informasi DBD ialah program

promosi kesehatan dan program kesehatan lingkungan. Sedangkan

pelaporan mingguan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar oleh petugas

surveilans dilakukan dengan sistem EWARS, hal ini bertujuan memantau

kecenderungan peningkatan kasus DBD yang berpotensi KLB. Sedangkan

pelaporan bulanan tetap menggunakan form STP. Selain itu pelaporan

untuk KLB DBD wajib dikirimkan oleh petugas surveilans dalam periode

waktu 24 jam yang diharapkan membantu dalam menentukan kelompok

berisiko, menentukan reservoir, agen, dan cara transmisi penyakit.

Penyebarluasan informasi dilakukan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar

untuk pemberitahuan gambaran kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas II

Denpasar Selatan.

Keuntungan dari P2 DBD dalam pelaksanaan surveilans DBD

dibandingkan P2 Diare dan ISPA adalah adanya para jumantik yang seringkali

melaksanakan PE terhadap kasus-kasus DBD yang dilaporkan ke puskesmas.

Namun hambatan justru berasal dari keterlambatan datangnya informasi mengenai

kasus DBD yang berarti memberi peluang terjadinya penularan di sekitar tempat

tinggal penderita.

4.3.4 Surveilans Penyakit TB

Surveilans penyakit TB di Puskesmas II Denpasar Selatan meliputi

kegiatan pengumpulan data, pengolahan dan penyajian data, analisis dan

interpretasi data, serta penyebaran informasi. Surveilans penyakit TB

Page 48: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

48

dilaksanakan untuk memantau kegiatan program TB dan tingkat keberhasilan

pengobatan pasien yang terjaring

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data TB dilaksanakan oleh petugas P2 TB yang

bersumber dari data dari laporan puskesmas induk, puskesmas pembantu,

puskesmas keliling, dan posyandu untuk menjaring suspek TB yang akan

diperiksa dahaknya oleh petugas TB. Selain itu khusus surveilans TB

dilakukan pengumpulan data dari dokter-dokter swasta yang ada di

wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Data surveilans TB

disimpan dalam bentuk register yang mencatat nama pasien, umur, jenis

kelamin, alamat, hasil pemeriksaan dahak, hasil pemeriksaan rontgen,

status pengobatan penderita, status kesembuhan pasien, dan keterangan

pasien yang lengkap pengobatan, gagal, maupun pindah. Data yang

dikumpulkan dilaporkan ke program P2 TB Dinas Kesehatan Kota

Denpasar dan program Surveilans Dinas Kesehatan Kota Denpasar yang

direkapitulasi dalam form STP.

b. Pengolahan dan Penyajian Data

Data yang dikumpulkan diolah secara manual dan komputerisasi

yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik oleh petugas P2 TB. Petugas

TB menyajikan data dalam bentuk grafik berdasarkan triwulan, tempat,

dan orang (kelompok umur dan jenis kelamin) yang dikaitkan dengan

indikator program P2 TB.

c. Analisis dan Interpretasi Data

Analisis data TB dilakukan secara deskriptif dengan menampilkan

jumlah kasus TB setiap triwulan serta perhitungan proporsi suspek yang

diperiksa, proporsi penderita TB paru BTA (+) diantara suspek yang

diperiksa dahaknya, angka konversi, angka kesembuhan, dan case

detection rate. Data-data yang telah diolah dan dianalisis akan

diinterpretasikan dalam rapat triwulan survelians yang dihadiri pula oleh

kepala puskesmas, kordinator P2M, dan petugas P2 TB. Analisis tahunan

dilaksanakan setiap bulan Januari yang dipergunakan untuk penyusunan

rencana pelaksanaan program tahun berikutnya.

Page 49: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

49

d. Penyebaran Informasi

Hasil dari analisis dan interpretasi data dipergunakan secara lintas

program untuk program-program lain yang memerlukan seperti halnya

program Kesehatan Lingkungan, program promosi kesehatan, dan program

pengobatan. Kerjasama lintas program diharapkan mampu membantu

menurunkan jumlah kejadian TB. Selain digunakan secara internal,

informasi juga disampaikan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar dengan

laporan program P2 TB maupun laporan surveilans terpadu penyakit

berbasis puskesmas.

Perbedaan jumlah petugas dan dana pada program P2 TB dibandingkan

program P2 lainnya membuat kegiatan surveilans P2 TB dapat berjalan lebih

efektif. Bantuan petugas PPTI sangat membantu petugas P2 TB dalam menjaring

suspek ataupun kasus TB di luar kasus puskesmas dan dalam pembuatan preparat

pemeriksaan dahak yang dikirim ke laboratorium Puskesmas I Denpasar Selatan.

Selama pengobatan pasien TB akan dikunjungi ke rumah minimal 1 kali untuk

pemeriksaan kontak serta disediakan layanan konseling di Puskesmas Induk.

Page 50: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

50

BAB V

LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

5.1 Gambaran Umum KLB

Wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan merupakan dataran rendah

tepi pantai dengan ketinggian 3-6 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah

kerja Puskesmas ± 13,11 Km2 . Wilayah kerja Puskesmas II Denpasar terdiri dari

dua kelurahan dan dua desa yaitu : Kelurahan Sanur, Kelurahan Renon, Desa

Sanur Kauh dan Desa Sanur Kaja dengan 34 banjar. Puskesmas II Denpasar

Selatan juga memiliki 3 ( tiga ) Puskesmas Pembantu yaitu : Puskesmas Pembantu

Renon, Puskesmas Pembantu Sanur Kauh dan Puskesmas Pembantu Sanur Kaja.

Berdasarkan UU Wabah tahun 1969 dalam Buchari Lapau (2009)

didefinisika KLB (Kejadian Luar Biasa) adalah timbulnya dan/atau meningkatnya

suatu kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologis

pada suatu kelompok penduduk dan kurun waktu tertentu. Adapun pengertian

secara epidemiologis yang dimaksudkan ialah peningkatan frekuensi kasus dalam

arti epidemiologi deskriptif yaitu menurut waktu, tempat dan orang (Lapau,2009).

KLB dapat terjadi oleh keberadaan agent ataupun perantara agent di lingkungan.

Agent penyakit penyebab KLB berupa bakteri, virus, parasit, dan lainnya.

Pencegahan dan penanggulangan KLB yang efektif dan efisien membutuhkan

kerja sama dari masyarakat, instansi kesehatan, serta pemerintahan daerah

setempat.

Di Indonesia pencegahan dan pemberantasan penyakit menular masih

menjadi fokus program P2PL. Penyuluhan kesehatan masyarakat dilaksanakan

guna meningkatkan perilaku hidup sehat pada masyarakat yang merupakan salah

satu cara pencegahan penularan penyakit. Salah satu penyakit yang berpotensi

terjadi KLB adalah Demam Chikungunya.

Chikungunya atau demam chik adalah suatu penyakit yang disebabkan

oleh virus chikungunya yang bersifat self limiting diseases, tidak menyebabkan

Page 51: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

51

kematian dan diikuti dengan adanya imunitas didalam tubuh penderita, tetapi

serangan kedua kalinya belum diketahui. Penyakit ini cenderung menimbulkan

kejadian luar biasa pada sebuah wilayah (Depkes RI,2004).

Penyakit Demam Chikungunya pada umumnya tersebar di wilayah

Indonesia pada daerah endemis penyakit Demam Berdarah Dengue. KLB sering

terjadi pada awal dan akhir musim hujan. Banyaknya tempat perindukan nyamuk

seringkali berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit Demam

Chikungunya serta sering terjadi di daerah sub urban. Pada tahun 2000-2003

terjadi KLB Chikungunya pada 20 provinsi dengan 3800 kasus tanpa kematian

(Depkes RI, 2004). Sedangkan pada tahun 2009 dilaporkan di Aceh, Sumatera

Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kep.

Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Bali, NTB,

Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur dengan jumlah

83.756 kasus tanpa kematian (Kemenkes RI, 2010).

5.2 KLB Penyakit Chikungunya

Berdasarkan investigasi yang dilaksanakan oleh petugas Surveilans di

Puskesmas II Denpasar Selatan diperkirakan telah terjadi KLB penyakit Demam

Chikungunya tanpa ada kasus yang meninggal di wilayah kerja puskesmas pada

bulan Januari 2011 sebanyak 10 kasus. Dugaan KLB penyakit Demam

Chikungunya ini belum diketahui pasti, oleh karena itu diperlukan penyelidikan

lebih lanjut untuk mendapatkan informasi oleh petugas di Puskesmas II Denpasar

Selatan.

5.2.1 Tujuan Penyelidikan

a. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi yang akurat untuk penanggulangan dan

pengendalian KLB.

b. Tujuan Khusus

1. Memastikan terjadinya KLB penyakit Demam Chikungunya

2. Mengetahui adanya faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya

KLB penyakit Demam Chikungunya

Page 52: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

52

3. Membuat gambaran KLB penyakit Demam Chikungunya menurut

orang, waktu, dan tempat

4. Merekomendasikan alternatif pemecahan masalah

5.2.2 Langkah-langkah Penelusuran KLB

Langkah- langkah investigasi yang akan dilaksanakan oleh petugas

Puskesmas II Denpasar Selatan dalam penyelidikan atau penelusuran KLB

penyakit Demam Chikungunya yaitu:

a. Persiapan Turun ke Lapangan

Sebelum petugas turun ke lapangan terlebih dahulu melaksanakan studi

tentang KLB Demam Chikungunya, memastikan alamat kasus yang terlapor,

mempersiapkan peralatan untuk pengambilan data di lapangan, serta

memperkirakan penyebab KLB Demam Chikungunya.

b. Memastikan Kejadian Tersebut Benar-benar KLB atau Tidak

Untuk menegakkan suatu kejadian termasuk KLB atau tidak maka perlu

diperhatikan beberapa aspek yaitu menetapkan definisi kasus, mencari kasus lain,

menetapkan kasus yang sudah pasti, reliabilitas sumber informasi,

membandingkan angka insiden, serta adanya faktor penyebaran penyakitnya.

Adapun beberapa kriteria penetapan KLB yang digunakan yaitu:

1. Kasus meningkat ≥ 2x dibandikan periode sebelumnya

2. Angka rata-rata kasus per bulan dalam satu tahun mengalami peningkatan

2X dibandingkan angka rata-rata kasus per bulan pada tahun sebelumnya

3. Peningkatan kasus baru dalam satu bulan sebanyak 2x rata-rata pada

tahun sebelumnya

4. Peningkatan angka kesakitan atau kematian secara terus menerus dalam 3

kurun waktu berturut-turut

5. Mempergunakan grafik maksimal – minimal yang menunjukkan jumlah

kasus pada waktu tertentu berada di atas grafik maksimal

Definisi operasional KLB Demam Chikungunya adalah ditemukannya lebih

dari satu penderita Chikungunya di suatu desa/kelurahan yang sebelumnya tidak

pernah ditemukan penderita (Depkes Ri,2004)atau ditemukannya lebih dari satu

kasus Demam Chikungunya yang berhubungan secara epidemiologis/kluster .

Page 53: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

53

Berdasarkan hasil wawancara mengenai kronologis kasus Demam

chikungunya diperoleh informasi bahwa 8 kasus dari 10 kasus yang ada 6

diantaranya tinggal di tempat yang sama dan 2 lainnya merupakan warga sekitar

derah yang masuk ke dalam daerah penyelidikan. Hal ini berarti telah terjadi KLB

Demam Chikungunya dengan ditemukannya lebih dari 1 kasus Demam

Chikungunya di desa/kelurahan yang berhubungan secara kluster.

c. Batasan Wilayah Pelacakan

Pelacakan kasus dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar

Selatan yang meliputi Kelurahan Sanur, Kelurahan Renon, Desa Sanur Kauh dan

Desa Sanur Kaja. Sedangkan penyelidikan epidemiologi dilaksanakan di rumah

kasus Demam Chikungunya beserta lingkungan di sekitarnya dengan radius 10

meter. Puskesmas tidak melaksanakan pelacakan secara khusus untuk demam

chikungunya di seluruh wilayah kerja puskesmas. Hal ini dikarenakan kegiatan

pemantauan vektor oleh jumantik telah dilaksanakan secara teratur dan bila ada

kasus penyakit dengan vektor nyamuk Aedes aegypty akan dilaporkan pula oleh

para jumantik..

d. Memastikan Diagnosa Penyakit

Diagnosa penderita didasarkan atas gejala klinis yang muncul atau didapat

saat pelacakan berlangsung antara lain timbul demam tinggi secara mendadak

yang bertahan 2-7 hari, nyeri sendi, dan ruam makulopapuler (kumpulan bintik-

bintik kemerahan) pada kulit yang dapat disertai dengan gatal, serta gejala

lainnya seperti nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva,

pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah

e. Pengumpulan Data Sekunder dan Primer

Pada penelusuran KLB dipergunakan data sekunder dan data primer. Data

sekunder bersumber dari puskesmas induk dan puskesmas pembantu di wilayah

kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Sedangkan data primer bersumber dari

kegiatan pelacakan kasus yang sedang sakit ataupun penderita yang telah sembuh

dari penyakit dengan gejala klinis yang sama. Pengumpulan data primer dilakukan

dengan wawancara mengenai kronologis kasus serta observasi terhadap kondisi

lingkungan yang masuk dalam batas daerah pelacakan. Adapun hasil dari

pelacakan ke rumah-rumah penderita disajikan pada tabel berikut:

Page 54: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

54

Tabel 5.1 Hasil Pelacakan 10 Kasus KLB Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan pada Januari 2011

Nomor

Kasus

Jenis

Kelamin

Umur Alamat Tanggal

Kondisi Jentik

Container

Keterangan

Muncul Gejala PE

Kasus 1 L 24 th Jl. Tk Balian Gg 20 2/1/2011 12/1/2011 (+)

Kasus 2-

kasus 8

tinggal di

tempat yang

sama

Kasus 2 L 25 th Jl. Tk Balian Gg 20 4/1/2011 12/1/2011 (+)

Kasus 3 P 30 th Jl. Tk Balian Gg 20 4/1/2011 12/1/2011 (+)

Kasus 4 L 26 th Jl. Tk Balian Gg 20 4/1/2011 12/1/2011 (+)

Kasus 5 P 34 th Jl. Tk Balian Gg 20 4/1/2011 12/1/2011 (+)

Kasus 6 L 23 th Jl. Tk Balian Gg 20 4/1/2011 12/1/2011 (+)

Kasus 7 P 35 th Jl. Tk Balian Gg 20 8/1/2011 12/1/2011 Tidak diperiksa Tinggal

berdekatan

dgn kasus 2 Kasus 8 P 36 th Jl. Tk Balian Gg 20 1/1/2011 12/1/2011 Tidak diperiksa

Kasus 9 L 81 th Jl. D. Buyan IV No.1 9/12/011 13/1/2011 (+) -

Kasus 10 P 15 th Jl D. Buyan IV No.2A 18/1/2011 20/1/2011 (-) Kemungkina

n kena di

sekolah

Page 55: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

55

Berdasarkan tabel 5.1 kasus demam Chikungunya pertama kali terjadi di Jl.

Tk Balian Gg 20 (kasus no 8), namun kasus ini tidak terlapor dan justru tercatat

saat dilakukan pelacakan kasus no. 1. Keterlambatan informasi kasus dan

penyelidikan kasus no.8 yang timbul gejala klinis pada tanggal 1 Januari 2011

menyebabkan tingginya risiko penularan virus chikungunya yang didukung oleh

kondisi positif jentik di tempat tinggal kedelapan kasus pertama. Hal ini terlihat

kemungkinan adanya penularan dari kasus no 8 kepada kasus 1-7 yang

berhubungan secara kluster (lingkungan tempat tinggal yang masih merupakan

jarak terbang vektor).

Pada form kronologis hasil pelacakan hanya satu kasus yang mencantumkan

keterangan kemungkinan kasus terjadi akibat kontak di luar rumah yaitu pada

kasus 10 yang menyatakan bahwa satu minggu sebelumnya dua orang guru di

sekolah penderita mengalami sakit dengan gejala yang sama yaitu chikungunya

sehingga kemungkinan penderita tertular penyakit chikungunya di sekolah. Hal ini

didukung dengan hasil pemeriksaan jentik (-) di wilayah pelacakan kasus.

Keterbatasan jumlah petugas yang merangkap beberapa program,

keterlambatan informasi, serta peran kader yang belum maksimal mengakibatkan

terhambatnya deteksi kasus secara dini dan pelacakan di lapangan. Jika hal ini

tidak diatasi maka penyakit yang seharusnya dapat dicegah penyebarannya justru

menimbulkan KLB di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.

f. Definisi Kasus

Definisi operasional kasus awala ialah semua penderita yang ditemukan

sedang menderita Demam Chikungunya atau memiliki riwayat menderita Demam

Chikungunya dengan gejala klinis tinggi secara mendadak yang bertahan 2-7 hari,

nyeri sendi, dan ruam makulopapuler (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada

kulit yang dapat disertai dengan gatal, serta gejala lainnya seperti nyeri otot, sakit

kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah

bening di bagian leher, mual, muntah

Page 56: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

56

g. Distribusi Kasus Berdasarkan Orang, Waktu, dan Tempat

1. Distribusi Kasus Demam Chikungunya Berdasarkan Orang

Grafik 5.1 Distribusi Kasus Penyakit Demam Chikungunya Berdasarkan

Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan pada Januari

2011

Berdasarkan data yang ditampilkan grafik 5.1 di atas, dapat dilihat

persentase kasus penyakit Demam Chikungunya pada jenis kelamin laki-laki dan

perempuan adalah sama besar yaitu 50%. Pada kasus ini tidak ada perbedaan

risiko terserang penyakit chikungunya antara laki-laki dan perempuan.

Grafik 5.2 Distribusi Kasus Penyakit Demam Chikungunya Berdasarkan

Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan pada Januari

2011

Laki-laki 50%

wanita 50%

0

1

2

3

4

15-24 25-34 35-44 ≥ 45

Fre

kue

nsi

Kelompok Umur

Page 57: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

57

Berdasarkan data yang ditampilkan pada grafik 5. 2, dapat dilihat jumlah

kasus penyakit Demam Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar

tertinggi terjadi pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebanyak 4 kasus,

kemudian diikuti oleh kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 3 kasus, kelompok

umur 35-44 tahun sebanyak 2 kasus, dan kelompok umur ≥ 45 tahun sebanyak 1

kasus.

2. Distribusi Kasus Berdasarkan Waktu

Grafik 5. 3 Distribusi Kasus Demam Chikungunya Berdasarkan Minggu di

Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan pada Januari 2011

Berdasarkan data pada grafik 5.3 Dapat dilihat kasus Demam

Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan muncul pada

minggu pertama Januari 2011 sebanyak 7 kasus, sedangkan pada minggu kedua

ditemukan 2 kasus baru dan minggu ketiga ditemukan satu kasus.

3. Distribusi Kasus Berdasarkan Tempat

Grafik 5. 4 Distribusi Kasus Demam Chikungunya Berdasarkan Tempat di

Wilayah Kerja di Puskesmas II Denpasar Selatan pada Januari 2011.

7

2

1

0

2

4

6

8

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Fre

kue

nsi

0

2

4

6

8

Kelurahan Sanur Kelurahan Renon

Frek

uen

si

Page 58: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

58

Berdasarkan grafik 5.4 Di atas, dapat dilihat persebaran kasus Demam

Chikungunya terjadi di dua kelurahan di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar

Selatan. Di Kelurahan Sanur terdapat 2 kasus yang masing-masing beralamat di Jl.

Danau Buyan V No.2A dan Jl. Danau Buyan IV No.1. Sedangkan di Kelurahan

Renon terjadi 8 kasus yang beralamat di Jl. Tukad Balian Gang 20 dimana 6

penderita tinggal di tempat yang sama dan 2 kasus lainnya merupakan warga yang

tinggal dengan jarak radius 10 meter dari kasus pertama.

h. Faktor Risiko yang Kemungkinan Mengidentifikasi Sumber dan Cara

Penularan

Kasus Chikungunya merupakan penyakit menular yang melibatkan interaksi

antara penjamu, agent, dan lingkungan. Faktor penjamu mencakup perilaku dan

respon imun terhadap agent, menurut Zulhasril dalam Staf Pengajar Departemen

Parsitologi FKUI (2008) faktor agent Demam Chikunguny adalah virus

chikungunya dengan vektor utama nyamuk Aedes aegypti, dan faktor lingkungan

meliputi iklim dan curah hujan yang tinggi pada bulan Januari yang merupakan

musim penghujan dan berpotensi meningkatkan perkembangbiakan vektor

nyamuk.

i. Penanggulangan KLB

Adapun penanggulangan KLB Demam Chikungunya yang telah dilakukan

oleh petugas di Puskesmas II Denpasar Selatan antara lain:

1. Meningkatkan kewaspadaan dini dan PWS Demam Chikungunya pada

daerah yang sedang KLB maupun padadaerah yang berpotensi terjadi

KLB.

2. Melaksanakan surveilans aktif untuk memantau kecenderungan

peningkatan kasus Demam Chikungunya serta penyebarannya

3. Melaksanakan penyuluhan perorangan maupun masyarakat mengenai

pencegahan KLB Demam Chikungunya

4. Meningkatkan gerakan PSN dengan melaksanakan 3M plus, fogging,

serta penaburan altosid pada tempat-tempat perindukan vektor Demam

Chikungunya (Aedes aegypti)

5. Meningkatkan kordinasi lintas program dan lintas sektoral

6. Melaksanakan pengobatan penderita dengan gejala klinis ringan

Page 59: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

59

j. Rekomendasi

Adapun rekomendasi yang dapat diberikan untuk pencegahan dan

penanggulangan terjadinya KLB Demam Chikungunya yaitu:

1. Petugas Puskesmas II Denpasar Selatan agar mengumpulkan data lebih

awal baik bersumber dari masyarakat maupun instansi lain serta membuat

pemetaan setidaknya dengan spot map di wilayah yang terkena KLB

untuk mengidentifikasi sumber dan cara penularan.

2. Melaksanakan pemantauan kasus di lapangan yang dikordinasikan

dengan para jumantik yang bertugas melakukan pemantauan jentik yang

mengindikasikan adanya vektor penularan penyakit

3. Meningkatkan kordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota perihal umpan

balik atas pelaporan KLB oleh petugas Puskesmas II Denpasar Selatan

4. Petugas puskesmas II Denpasar Selatan agar meningkatkan peran serta

masyarakat dan kader dalam pencegahan dan penanggulangan KLB

seperti halnya pendeteksian atau pelaporan kasus di wilayah kerja

Puskesmas II Denpasar Selatan.

Page 60: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

60

60

BAB VI

PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan tentang gmabaran umum, laporan P2M,

Surveilans, dan Kejadian Luar Biasa (KLB) maka dapat ditarik simpulan sebagai

berikut:

a. Puskesmas II Denpasar Selatan terletak di Jl. Danau Buyan III

Kelurahan Sanur tepatnya pada 08o.40.976 LS dan 115

o.15.430´ BT.

Adapun wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan merupakan

dataran rendah tepi pantai dengan ketinggian 3-6 meter dari permukaan

air laut serta memiliki luas ± 13,11 Km 2. Wilayah kerja Puskesmas II

Denpasar Selatan terdiri dari dua kelurahan dan dua desa yaitu

Kelurahan Sanur, Kelurahan Renon, Desa Sanur Kauh dan Desa Sanur

Kaja yang terbentuk dari 34 banjar. Puskesmas II Denpasar Selatan

memiliki 3 ( tiga ) Puskesmas Pembantu yaitu : Puskesmas Pembantu

Renon, Puskesmas Pembantu Sanur Kauh dan Puskesmas Pembantu

Sanur Kaja. Luas wilayah Kelurahan Sanur sebesar 2,87 km2,

Kelurahan Renon sebesar 3,86 km2, Desa Sanur Kauh sebesar 2,69 km

2,

dan Desa Sanur Kaja sebesar 4,69 km2.

b. Program P2M yang dilaporkan ialah P2 DBD, P2 TB, P2 Diare, P2

ISPA, P2 Kusta, P2 Cacingan, P2 Malaria, P2 PMS, P2 Suspek Rabies,

dan P2 Imunisasi. Pada laporan ini dibahas mengenai kegiatan,

sasaran,target, jadwal, pelaksana, serta data kesakitan setiap program

P2M di Puskesmas II Denpasar Selatan. Dalam pelaksanaan masing-

masing kegiatan P2 pada umumnya keterbatasan dana, tenaga, dan

waktu masih menjadi masalah utama. Namun untuk program P2 TB

kegiatan dapat berjalan karena adanya petugas PPTI dan dana khusus

untuk penanganan TB di Indonesia.

Page 61: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

61

61

c. Program Surveilans yang dilaporkan dalam laporan ini ialah surveilans

terpadu puskesmas secara umum dan surveilans khusus program Diare,

Pneumonia, DBD, dan Tuberkulosis. Kegiatn keempat surveilans ini

meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan

penyebaran informasi. Selain itu juga dilakukan pemantauan faktor

risisko terhadap penderita Diare, Pneumonia, DBD, dan TB yang

disesuaikan dengan kriteria masing-masing penyakit. Pemantauan risiko

penyakit Diare dan Pneumonia mendapat hambatan karena petugas

tidak dapat dilakukan di lapangan. Hal inilah yang menyebabkan hasil

pemantauan khususnya yang berhubungan dengan faktor lingkungan

tidak bisa digambarkan secara nyata. Pelaporan kasus bersumber dari

masyarakat, puskesmas pembantu, dan puskesmas induk. Pelaporan

data surveilans dilanjutkan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar yang

dilaporkan dengan STP (Surveilans Terpadu Puskesmas) tiap bulan dan

sistem EWARS setiap minggu untuk penyakit tertentu.

d. KLB penyakit yang ditemukan di wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar

Selatan pada tahu 2011 adalah KLB Chikungunya yang terjadi pada

bulan Januari. Kasus yang ditemukan sebanyak 10 kasus diamana 8

kasus berhubungan secara kluster berdasarkan tempat tinggal. Faktor

yang berinteraksi adalah penjamu yang meliputi respon imun terhadap

agent, faktor agent penyakit adalah virus vhikungunya dengan vektor

Aedes aegypti, dan faktor lingkungan yang meliputi kondisi lingkungan

fisik dan adanya tempat perindukan vektor. Pada form kronologis hasil

pelacakan hanya satu kasus yang mencantumkan keterangan

kemungkinan kasus terjadi akibat kontak di luar rumah yaitu pada kasus

10 yang menyatakan bahwa satu minggu sebelumnya dua orang guru di

sekolah penderita mengalami sakit dengan gejala yang sama yaitu

chikungunya sehingga kemungkinan penderita tertular penyakit

chikungunya di sekolah.

Page 62: PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN …

62

62

6.2 Saran

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan antara lain:

a. Melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan petugas dalam

melakukan pengolahan, analisis, penyajian data baik pada program P2M

dan khususnya pada data surveilans serta KLB secara teratur sehingga

dapat bila terdapat indikasi kasus berpotensi KLB dapat dilakukan

pencegahan dan penanggulangan yang efektif dan efisien.

b. Meningkatkan peran serta masyarakat melalui pengaktivan kembali kader-

kader yang dulu pernah dibina untuk berpartisipasi dalam pelaporan kasus

di lingkungan tempat tinggal maupun untuk penyebarluasan informasi

kesehatan melalui keterlibatan dalam penyuluhan-penyuluhan yang

dilaksanakan oleh petugas puskesmas.

c. Melakukan koordinasi dengan pemberi pelayanan kesehatan di wilayah

kerja Puskesmas II Denpasar Selatan untuk penjaringan kasus utamanya

yang dilaporkan kepada petugas surveilans.

d. Meningkatkan kerja sama lintas program, dengan pemerintah setempat,

maupaun instansi terkait dalam menanggulangi masalah kesehatan yang

terjadi di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.

e. Kepada petugas P2M yang melaksanakan pemantauan lapangan

diharapkan dapat mengatur jadwal antara kegiatan di dalam gedung dan di

luar gedung sehingga hasil pemantauan faktor risiko penyakit dapat

menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. Hal ini penting untuk

memutuskan cara penanggulangan dan pencegahan yang tepat.