PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi...

118
i PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SANDUBAYA KOTA MATARAM BERBASIS GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS) Oleh: DESI HERIAWATI NIM: 151.145.113 JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2017

Transcript of PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi...

Page 1: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

i

PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASARPENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI KECAMATAN SANDUBAYA KOTA MATARAM BERBASISGEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)

Oleh:

DESI HERIAWATINIM: 151.145.113

JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGIFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAMMATARAM

2017

Page 2: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

ii

PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASARPENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI KECAMATAN SANDUBAYA KOTA MATARAM BERBASISGEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataran untuk melengkapipersyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:DESI HERIAWATINIM: 151.145.113

JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGIFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAMMATARAM

2017

Page 3: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian
Page 4: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian
Page 5: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian
Page 6: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian
Page 7: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian
Page 8: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan berharap ridho dan hidayah dari sang penguasa alam semesta yaitu

Allah SWT Skripsi ini saya persembahkan teruntuk:

1. Yang terhormat Abah (H. Gunawan), Bunda (Rospitasari) dan Almarhumah

mama tercinta (Hajariah), adik-adik tersayang (Firi Rahmawati, M. Ridwan

dan A. Khalid). Terimakasih atas segala do’a dan dukungan yang telah

diberikan walau mungkin kata terima kasih belum cukup untuk mewakili

kasih sayang dan perhatian yang telah diberikan.

2. Keluarga besar yang tak bisa disebutkan satu persatu, yang selalu

mendoakan, menasihati dan memotivasi serta berbagai dukungan lainnya.

3. Keluarga bapak prof. Dr. H. Abdul wahab jufri, M.sc., yang telah

memberikan berbagai dukungan moril maupun materil, nasihat serta

berbagai pelajaran lainnya.

4. Keluarga bapak H. Abdul Mu’is. S.Pd., yang selalu memberikan berbagai

bentuk dukungan selama menjalankan proses perkuliahan

5. Bapak ibu dokter yang telah memberikan perawatan dan semangat menjalani

pengobatan dalam menyelesaikan perkuliahan khususnya bapak Wayan

Tunjung beserta segenap asisten dan k’ Ari yang telah bersedia melayani

konsultasi jarak jauh 24 jam

6. Bapak Ibu Dosen jurusan Pendidikan IPA Biologi, terutama untuk Bapak Dr.

Ir. Edi M. Jayadi, MP., Bapak Dadan Supardan M. Biotech., dan Ibu Sri

Sofiati Umami. M.Bioed., Selaku pembimbing yang selalu sabar

Page 9: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

ix

mengarahkan selama penelitian dan penyusunan skripsi. Bapak Alwan

mahsul, M.Pd., selaku wali dosen, beserta segenap dosen dan jajaran jurusan

Pendidikan IPA Biologi yang tak bisa disebutkan satu persatu.

7. Kepada saudara rantauan Putri Ayu Wandiradan k’ Nurdin yang telah

menemani dalam mengejar impian, adik-adik yang telah senantiasa memberi

semangat, Nurul, Dini dan Saska. Teman-teman yang telah meluangkan

waktunya untuk membantu selama penelitian berlangsung(K’Riski, Mulyati,

Nurhayati the love Amirah M. Umar, azmi), teman-teman lainnya yang

tidak bisa di sebutkan satu persatu, dan segenap keluarga besar kelas D

angkatan 2014.

8. Rekan-rekan satu team yang telah bersedia bekerja sama selama

melaksanakan penelitian dan penyelesaian tugas akhir (Suci, Resi dan Roy)

9. Alamamater yang selama ini menjadi kebanggaan dan selalu diperjuangkan.

Page 10: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikanskripsi dengan judul penelitian “Pemetaan

SebaranAedes albopictusdi Kecamatan Sandubaya, Kota Mataram Berbasis

Geographic Information System(GIS) Sebagai Dasar Pengendalian Penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) tepat pada waktunya.

Salawat serta salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Besar Muhammad

Saw., beserta keluarga dan para sahabatnya yang membebaskan ummatnya dari

kejahiliahan sehingga dapat merasakan nikmatnya iman dan Ad-dinul islam.

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk mencapai gelar pendidikan Strata-I di Jurusan Pendidikan IPA Biologi,

Fakultas Tarbiyyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Mataram. Penulis

menyadari bahwa dalam proses penyusunan Skripsi ini tidak akan selesai tanpa

bantuan dan keterlibatan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada ksempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Edi M. Jayadi MP., selaku pembimbing I dan Bapak Dadan

Supardan, S.Si., M, Biotech., selaku pembimbing II yang selalu

memberikan arahan dalam penyusunan proposal skripsi ini.

2. Bapak Dr. Suhirman, M.Si selaku dosen penguji I dan Ibu Lutvia

Krismayanti, M.Kes., selaku dosen penguji II yang telah berkenan

memberikan pertanyaan, kritik serta saran yang membangun dalam

proses ujian skripsi.

Page 11: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

xi

3. Bapak Alwan Mahsul M.Pd, selaku Dosen wali sekaligus Dosen

pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan selama

perjalanan studi.

4. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Biologi UIN

Mataram, Bapak Dr. Ir. Edi M. Jayadi MP., dan Bapak Alwan Mahsul.,

M.Pd.

5. Semua Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan IPA Biologi UIN

Mataram yang telah memberikan bimbingan selama menjalani

perkuliahan.

6. Ibu Hj. Lubna, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Mataram.

7. Bapak Prof. Dr. H. Mutawalli, M.Ag., selaku rektor UIN Mataram dan

segenap civitas akademika FITK yang telah memberikan kemudahan

dalam penyusunan proposal skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah berperan serta membantu dalam penyusunan

Skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kepada semua pihak tersebut, semoga apa yang telah diberikan kepada

penulis tercatat sebagai amal baik dan mendapatkan ridha serta balasan

dari Allah SWT. Amin

Page 12: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

xii

Penulis menyadari Skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh

karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun peulis harapkan, agar

terciptanya pendekatan kepada taraf yang sempurna dan dapat memberikan

manfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya

Mataram, Desember 2017

Penulis,

Page 13: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL.............................................................................. i

HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

DAFTAR ISI.............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ................................... 5

1. Rumusan Masalah.................................................................. 5

2. Batasan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................... 6

1. Tujuan .................................................................................... 6

2. Manfaat Penelitian ................................................................. 6

D. Defenisi Operasional .................................................................. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN .......... 8

A. Kajian Pustaka ............................................................................ 8

1. Demam Berdarah Dengue (DBD).......................................... 8

a. Pengertian DBD............................................................... 8

b. Etiologi DBD ................................................................... 9

Page 14: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

xiv

c. Faktor Yang Mempengaruhi Kasus DBD ....................... 10

2. Aedes albopictus.................................................................... 12

a. Klasifikasi Aedes albopictus............................................ 14

b. Perbedaan Genus Aedes dengan Genus Anopheles dan

Culex................................................................................ 14

c. Perbedaan Aedes aegypti dan Aedes albopictus.............. 18

d. Siklus Hidup Aedes albopictus ........................................ 24

3. Geographich Information system(GIS) ................................ 32

a. Pengertian GIS................................................................. 33

b. Sejarah Singkat GIS......................................................... 35

c. Kelebihan Pemetaan Wilayah Menggunakan GIS........... 35

B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 38

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................ 38

B. Populasi dan Sampel.............................................................. 38

C. Waktu dan Tempat Penelitian................................................ 39

D. Variabel Penelitian................................................................. 40

E. Alat dan Bahan Penelitian...................................................... 40

F. Tehnik Pengumpulan Data..................................................... 40

G. Prosedur Kerja ....................................................................... 41

1. Pembuatan Ovitrap............................................................ 41

2. Peninjauan Kondisi Lingkungan ....................................... 41

3. Pencarian dan Pengkoleksian Larva dan Telur NyamuK . 42

Page 15: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

xv

4. Identifikasi dan Analisis Larva nyamuk ........................... 42

5. Pembuatan Peta Sebaran MenggunakanGeographic ...... 42

Information System(GIS) ................................................. 42

H. Tehnik Analisis Data ........................................................... 43

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 46

A. Hasil Penelitian ..................................................................... 46

B. Analisis Data ......................................................................... 48

C. Pembahasan........................................................................... 52

BAB V. PENUTUP.................................................................................... 65

A. Kesimpulan ............................................................................. 65

B. Saran........................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Perbedaan Telur Aedes, Anopheles dan Culex .......................... 15

Gambar 2 : Perbedaan Larva Anopheles, larva Aedes dan larva Culex ......... 15

Gambar 3 : Perbedaan Pupa Anopheles, Aedes dan Culex .......................... 17

Gambar 4 : Perbedaan tahap dewasa Anopheles, Aedes dan Culex .............. 17

Gambar 5: Perbedaan posisi pada fase istirahat Anopheles, Aedes danCulex....................................................................................................18

Gambar 6 : perbedaan larvaAe aegypti dan Ae albopictus ............................19

Gambar 7 : bagian thoraks ScutumAedes aegyptidanAedes albopictus.....20

Gambar 8 : Bagian clypeus KepalaAedes aegyptidan Aedes albopictus.....21

Gambar 9 : Bagian clypeus KepalaAedes (Stegomyia) aegyptidan Aedes(Stegomyia) albopictus ...............................................................21

Gambar 10: BagianmesepimeronKepala Aedes (Stegomyia) aegypti danAedes (Stegomyia) albopictus. ....................................................22

Gambar 11: Bagiankaki Aedes (Stegomyia) aegypti dan Aedes (Stegomyiaalbopictus....................................................................................26

Gambar 12: TelurAedes albopictusdengan mikroskopSkala: bar 100 μ m. 26

Gambar 13:Aedes albopictus. (a) Bagian dorsal larva instar ke-4. (b) skalasisir yang representatif. (c) bagian dahi. (d) Tampilan lateralsegmen terminal. ........................................................................ 28

Gambar 14:Aedes albopictuspada fase pupa dan bagianpaddlepupa .......... 29

Gambar 15 :Ae albopictuspada fase dewasa .................................................. 30

Gambar 16 : Pemetaan Kasus DBD di Kota Kotamobagu tahun 2014 Skala1:300.000 KM............................................................................. 36

Gambar 17 : Bagan Kerangka Teori Penelitian ............................................... 39

Page 17: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

xvii

Gambar 18:Spesies yang ditemukan di Kelurahan Mandalika. (a)Anophelessp, (b)Aedes albopictus, (c) Culexsp (d)Aedes aegyptidan (e)Pupa Aedes albopictus ................................................................ 49

Gambar 19: Spesies yang ditemukan di Kelurahan Babakan (a) larvaAedesalbopictus, (b) larvaAedes aegypti, (c) larvaCulexsp, (d) pupaAedes albopictusdan (e) larvaAnophelessp.............................. 49

Gambar 20:Spesies yang ditemukan di Kelurahan Turida. (a) larvaAnopheles sp, (b) larva Aedes aegypti, (c) larva Aedesalbopictusdan (d) larvaCulexsp ............................................... 50

Gambar 21: Spesies yang ditemukan di Kelurahan Selagalas (a) larva Aedesalbopictus....................................................................................51

Gambar 22: Spesies yang ditemukan di Kelurahan Abian Tubuh (a) larvaAnophelessp, (b) pupaAedes albopictus, (c) larva Aedesalbopictus, (c) imago Aedes albopictusdan (d) imagoAnophelessp .............................................................................. 52

Gambar 23: Spesies yang ditemukan di Kelurahan Abian Tubuh (a) larvaAedes aegypti, (b) larvaAedes albopictus, (c) larvaCulex spdan (d) pupaAedes albopictus ...................................................53

Gambar 24: Hasil pemetaan sebaranAedes albopictusdi KecamatanSandubaya Kota Mataram tahun 2017 ....................................... 56

Page 18: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Luas Wilayah Per Kelurahan Kecaatan Sandubaya Tahun 2015...... 47

Tabel 2 : Sebaran nyamukAedes albopictusdi Kecamatan Sandubaya KotaMataram ........................................................................................ 48

Tabel 3 : Persentase IKR dan Fi spesiesAedes albopictusdi KecamatanSandubaya Kota Mataram ............................................................. 53

Page 19: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 :Data Perolehan SpesiesAedes albopictusDi KecamatanSandubaya…………………………………………………… 73

Lampiran 2 : Data Faktor Abiotik Di Sekitar Tempat Pengambilan Sampel . 78

Lampiran 3 : Gambar Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian .......................... 83

Lampiran 4 : Analisis Data .............................................................................. 85

Page 20: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

xx

Pemetaan Sebaran Aedes Albopictus Di Kecamatan Sandubaya Kota

Mataram Berbasis Geographic Information System (GIS) Sebagai Dasar

Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Oleh

Desi HeriawatiNIM: 151.145.113

ABSTRAK

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalahkesehatan yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu, DBD juga merupakansalah satu penyakit yang belum ditemukan vaksinasi untuk menghentikanpenyebarannya. DBD ditularkan melalui nyamuk genus Aedes yaituAedesaegypti sebagai vektor primer danAedes albopictussebagai vektor sekunderTingginya angka kejadian DBD di Kecamatan Sandubaya Kota Matarammembuat kita harus melakukkan tindakan pencegahan penyebaran vektor diwilayah tersebut. Salah satu langkah awal untuk pencegahan adalah mengontroldan memonitor vektor dengan berfokus pada lokalisasi.Geographic informationsystem(GIS) merupakan sistem informasi khusus yang mengelola data denganinformasi spasial (bereferensi keruangan), sehingga dapat membantu dalamproses pemetaan sebaran vektor pada wilayah tersebut untuk dilakukan upayatindakan pencegahan dan pengendalian lanjutan di wilayah yang berpotensitinggi terhadap keberadaan vektor. Jenis penelitian yang digunakan yaitudeskriptif analitik yang dilakukan pada bulan November 2017 di KecamatanSandubaya Kota Mataram. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa frekuensiketerdapatan tertinggi terdapat di kelurahan Abian Tubuh yaitu 80% dan Fiterendah kelurahan Selagalas yaitu 15%

Kata kunci : Demam berdarah,Aedes albopictus, Geographic InformationSystem(GIS)

Page 21: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan

yang dapat menyebabkan kematian. Terdapat 2,5 milyar orang di dunia berisiko

terinfeksi virus dengue. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Negara-negara

tropis di Asia seperti Asia tenggara termasuk dalam daerah endemikdemam

berdarah dengue (DBD), salah satunya adalah Indonesia.1 World Health

Organization(WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus

DBD tertinggi di Asia Tenggara. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan

Indonesia pada tahun 2014– 2016, terdapat 201.885 kasus demam dengue yang

tersebar di seluruh provinsi, dengan 77,96Incidence Rate (IR)atau angka

kesakitan per 100.000 penduduk, 0,79%Case Fatality Rateatau angka kematian

serta terdapat 1.585 kasus menyebabkan kematian.2

DBD merupakan suatu penyakit endemik yang disebabkan oleh virus

dengue yang ditransmisikan oleh vektor nyamuk.3 Vektor utama DBD adalah

nyamuk Aedes aegyptidan Aedes albopictussebagai vektor sekunder. Kedua

1 Andriani, N. W. E. et al.,”Kajian Penatalaksanaan Terapi Pengobatan Demam BerdarahDengue (DBD) Pada Penderita Anak Yang Menjalani Perawatan Di RSUP Prof. Dr. R.D KandouTahun 2013”, Jurnal Ilmiah Farmasi. 2014 Vol. 3 (2): 2

2Data dan informasi profil kesehatan republik indonesia 2016. Kementerian kesehatanRepublik indonesia. Hlm. 137

3Andriani, N. W. E. et al.,”Kajian Penatalaksanaan ..,” hlm. 2

Page 22: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

2

vektor tersebut tersebar di seluruh Indonesia termasuk Nusa Tenggara Barat.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), pada

tahun 2016 kasus DBD mencapai 1.939 orang yang tersebar di 10 Kabupaten/Kota

se-NTB. Kasus terbanyak dilaporkan terjadi di Kota Mataram, Lombok Timur dan

Kabupaten Sumbawa.4 Kasus DBD terbilang meningkat setiap tahunnya.

Berdasarkan data yang diperoleh secara spesifik dari keseluruhan daerah di

wilayah kota Mataram, kecamatan Sekarbela dan Sandubaya merupakan daerah

yang paling banyak ditemukan kasus DBD.5

Tingkat kasus DBD di suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor, di

antaranya adalah kondisi lingkungan, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk,

adanya kontainer buatan ataupun alami di tempat pembuangan akhir sampah

(TPA) ataupun di tempat sampah lainnya serta perilaku masyarakat. Semakin

tinggi tingkat kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, tersedianya banyak

kontainer di tempat-tempat TPA maupun tempat lainnya serta rendahnya

pengetahuan masyarakat dalam pengendalian DBD dapat menyebabkan

meningkatnya kasus DBD pada masyarakat setempat.6 Dalam menghadapi

berbagai factor-faktor tersebut, maka perlu dilakukan pengelolaan lingkungan

sebagai salah satu upaya pengendalian penyebaran DBD.

4Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015. Hlm 375Profil Kesehatan kota Mataram. Hlm 286Fathi. et al., “Peran Faktor Lingkungan Dan Perilaku Terhadap Penularan Demam

Berdarah Dengue Di Kota Mataram”, Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2005. 2 (1): 3

Page 23: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

3

Pengelolaan lingkungan yang paling populer dikalangan masyarakat dalam

pengendalian vektor dengue adalah kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) dengan 3M (menguras, menutup dan menimbun atau mendaur ulang).

Kegiatan PSN sudah lama dilaksanakan namun hasilnya masih kurang dari yang

diharapkan.7 Selain itu, pengendalian vektor DBD yang biasa dilakukan atau

diterapkan oleh dinas kesehatan lingkungan yaitu dengan cara pengasapan atau

fogging. Berdasarkan hasil penelitian Kusumawatiet al. (2007), menunjukkan

bahwa metode pengasapan/fogging sebenarnya bukan upaya yang efektif untuk

menaggulangi DBD karena secara garis besar hanya mampu membunuh nyamuk

dewasa.8 Selain fogging, upaya lain yang sering dilakukan masyarakkat yakni

penggunaan larvasida. Akan tetapi, cara ini tidak menjamin terbasminya larva

nyamuk secara permanen serta dapat menimbulkan bau yang kurang sedap.9 Pada

dasarnya, pencegahan maupun pemberantasan nyamuk menggunakan PSN, teknik

fogging, larvasida serta teknik yang lainnya menjadi kurang efektif jika belum

diketahui daerah-daerah yang menjadi titik pusat sebaran vektor DBD tersebut.

Karenanya, salah satu cara pengendalian nyamuk Aedes yang diterapkan di

beberapa negara adalah dengan caramapping atau pemetaan geografis untuk

mengetahui wilayah-wilayah yang memiliki potensi tinggi dalam penyebaran DBD

7Hamzah. E., et al., “Perbedaan Ovitrap Indeks Botol, Ember dan Port Mosquito Trapsebagai Perangkap NyamukAedessp. di Area Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II SamarindaWilayah Kerja Sangatta Kabupaten Kutai Timur”, Higiene. 2016. 2 (3): 2

8Kusumawati,et al ”Upaya Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti Dengan Pengasapan(Fogging) Dalam Rangka Mencegah Peningkatan Kasus Demam Berdarah”, Warta. 2007 10 (1) : 1-9

9Tairas. S.,et al., “Analysis of Implementation of Control ofDengue Hemorrhagic FeverinNorth Minahasa Regency”, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Umum. 2015. 5 (1): 22

Page 24: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

4

sehingga dapat dilakukan berbagai upaya penangggulangan penyebarannya.

Adapun teknik pemetaan yang sering digunakan saat ini yaituGeographic

Information System(GIS).

GIS merupakan sistem informasi yang sifatnya geografis yang menjelaskan

suatu keadaan “ruang” atau wilayah atau yang dikenal dengan istilah spasial

(analisis keruangan). GIS mampu menunjukkan secara spasial persebaran

penderita dan pola penyebarannya. Dengan menggunakan peta antara kondisi

lokasi dengan persebaran penderita, dapat pula diprediksi lokasi yang potensial

endemik penyakit menular dan membahayakan. Salah satu penelitian mengenai

penggunaan GIS telah dilakukanSumunar (2007), menunjukkan bahwa

Penginderaan jauh danGeographic Information System(GIS) dapat membantu

dalam menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap perkembagbiakan nyamuk

Aedes AegyptidanAedes Albopictus.10

Pengendalian penyakit demam berdarah dengan pemetaan GIS masih

merupakan salah satu cara baru yang mulai diterapkan di Indonesia, salah satunya

yakni di kota Mataram. Mengingat penyakit DBD merupakan salah satu penyakit

yang berbahaya bahkan bisa menyebabkan kematian serta jumlah penderita yang

semakin meningkat setiap tahunnya, maka perlu dilakukan tindakan pencegahan

terhadap permasalahan tersebut. Langkah awal dalam melakukan pencegahan dan

10Sumunar“Penentuan Tingkat Kerentanan Wilayah Terhadap Perkembangbiakan NyamukAedes AegyptiDan Aedes AlbopictusDengan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis”

Paper of: International Seminar on Mosquito and Mosquito borne Disease Control ThroughEcological Approaches Departement of Parasitology, Faculty of Medicine Gadjah Mada University,27 November 2007

Page 25: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

5

pengendalian DBD adalah dengan membuat peta sebaran vektor pembawa virus

dengue.Salah satu daerah di Kota Mataram yang memiliki kasus DBD tergolong

tinggi serta belum memiliki peta sebaran vektor virus dengue hingga saat ini

adalah kecamatan Sandubaya. Keadaan tersebut dapat didukung oleh tingkat

kepadatan penduduk yang cukup tinggi, adanya beberapa pasar– pasar besar yang

menjadi sumber sampah dapat menjadi tempat perindukan vektor serta pola

prilaku masyarakat belum memahami penuh masalah pengendalian vektor DBD.

Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga penting dilakukannya studi dengan

judul “Pemetaan SebaranAedes albopictusDi Kecamatan Sandubaya, Kota

Mataram MenggunakanGeographic Information Systems(GIS) Sebagai Dasar

Pengendalian Penyakit Demam Berdarah” yang diharapkan dapat membantu

proses pengendalian DBD di wilayah tersebut.

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

a. Bagaimanakah penyebaranAedes albopictusdi Kecamatan Sandubaya,

Kota Mataram ?

b. Berapa kelimpahanAedes albopictusdi Kecamatan Sandubaya, Kota

Mataram?

2. Batasan Masalah

Agar tidak tejadi perluasan makna pada penelitian yang dilakukan,

maka masalah yang dibahas terbatas pada:

Page 26: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

6

a. Penelitian dilakukan di Kecamatan Sandubaya, Kota Mataram sebagai

tempat pengambilan sampel dan analisis sampel akan dilakukan di

laboratorium Universitas Islam Negeri Mataram

b. Sampel penelitian yang akan dianalisis yaitu larva, pupa dan imago

nyamuk Aedes albopictusyang didapatkan dari beberapa titik

pengambilan sampel di Kecamatan Sandubaya, kota Mataram

c. Jenis penelitian ini yaitu observasional deskriptif analitik dengan teknik

sampling yang digunakan yaitupurposive sampling

d. Data akan diolah menggunakan softwareGeographic Information

Systems(GIS)

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

a. Mengetahui penyebaranAedes albopictusdi Kecamatan Sandubaya,

Kota Mataram

b. Mengetahui kelimpahanAedes albopictusdi Kecamatan Sandubaya,

Kota Mataram

2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data penting bagi Dinas

Kesehatan Kota Mataram sebagai dasar pengendalian virus Dengue

penyebab DBD di Kota Mataram

Page 27: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

7

b. Dapat menjadi data penting sebagai dasar pengendalian vektor virus

dengue (Aedes albopictus) di Kota Mataram

c. Dapat menjadi informasi ilmiah bagi masyarakat Kota Mataram

D. Defenisi Operasional

1. Pemetaan sebaran

Pemetaan sebaran merupakan proses pembuatan peta atau

penggambaran wilayah mengenai persebaran suatu obyek.

2. Geographich Information System(GIS)

Teknologi Georaphic Information System(GIS) atau SIG (Sistem

Informasi Geografis) merupakan suatu sistem informasi teknologi

mengenai geografis yang memiliki kemampuan yang sangat baik dalam

memvisualisasikan data spasial berikut atribut-atributnya, memodifikasi

bentuk, warna, ukuran, dan symbol.11

3. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit

disebabkan oleh virus dengue yang ditransmisikan oleh vektor nyamuk.12

Vektor utama DBD adalah nyamukAedes aegyptidan Aedes albopictus

sebagai vektor sekunder

11Anwar, C.et al., “Identifikasi dan Distribusi NyamukAedesSp. Sebagai Vektor PenyakitDemam Berdarah Dengue di Beberapa Daerah di Su matera Selatan”, Makara Kesehatan. 2014. 46(2): 5

12Andriani, N. W. E. et al.,”Kajian Penatalaksanaan ..,” hlm. 2

Page 28: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Telaah Pustaka

1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

a. Pengertian

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) ataudengue

haemorrhagic fever(DHF) merupakan penyakit demam akut terutama

sering menyerang anak–anak namun juga menyerang orang dewasa.13

Demam berdarah adalah suatu penyakit menular yang ditandai demam

mendadak, perdarahan baik di kulit maupun bagian tubuh lainnya serta

dapat menimbulkan shock (renjatan) dan kematian.14 Kasus DBD

dilaporkan terjadi pada tahun 1953 di Filipina kemudian disusul negara

Thailand dan Vietnam. Pada dekade enam puluhan, penyakit ini mulai

menyebar ke negara-negara Asia Tenggara antara lain Singapura, Malaysia,

Srilanka, dan Indonesia. DBD menjadi salah satu penyakit endemis di

Indonesia, dengan daerah terjangkit yang semakin meluas dan angka

kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, bahkan sering

menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Penyakit DBD di Indonesia

mulai dikenal sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta. Setelah itu jumlah

13Suhardiono, “sebuah analisis faktor resiko perilaku masyarakat terhadap kejadian demam

berdarah dengue (DBD) di kelurahan Helvetia tengah, Medan, tahun 2005” Jurnal mutiarakesehatan Indonesia. 2005. 1 (2): 1

14Sukana,B. “Pemberantasan Vektor DBD di Indonesia” Media Litbangkesehatan. 1993. 3(1): 10

Page 29: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

9

kasus DBD terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya daerah

endemis DBD. Penyakit DBD dahulu hanya menyerang atau ditemukan

pada anak-anak, namun sekarang juga banyak ditemukan pada orang

dewasa. Prevalensi terendah ditemukan pada bayi (0,2%) dan prevalensi

tertinggi ditemukan pada kelompok umur 25–34 tahun (0,7%).15

b. Etiologi Demam Dengue (DBD)

Penyakit DBD adalah penyakit yang infeksi oleh virus dengue yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri demam tinggi

mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan

renjatan (shock) dan kematian. Sampai sekarang penyakit DBD belum

ditemukan obat maupun vaksinnya, sehingga satu-satunya cara untuk

mencegah terjadinya penyakit ini dengan memutuskan rantai penularan

yaitu dengan pengendalian vektor.16 Penyakit DBD ini sangat di pengaruhi

oleh faktor risiko lingkungan dan penyebaran vector yang membawa virus

‘dengue’.17 Vektor penyebab demam dengue yang paling sering di sebut

yaitu nyamukAedessp, baik Aedes aegyptymaupunAedes albopictus.

Kedua spesies nyamuk tersebut dapat menularkan virus dengue melalui

15Murniani, A. P.et al., “Pemetaan Kejadian DBD Berdasarkan Angka Bebas Jentik Dan

Jenis Infeksi Virus Dengue”, Jurnal Keperawatan & Kebidanan Stikes-Dian Husada Mojokerto.Hlm. 32

16Fathi, et al., “Peran Faktor Lingkungan Dan Perilaku Terhadap Penularan DemamBerdarah Dengue Di Kota Mataram”, Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2005. 2 (1): 2

17Andri, R.et al., “Tingkat Kerawanan Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Sistem

Informasi Geografi Dan Penginderaan Jauh Di Kota Banjar Propinsi Jawa Barat” Jurnal EkologiKesehatan2013. 12(2): 106– 116

Page 30: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

10

nyamuk betina ke telur sampai keturunannya.Aedes albopictuspada

dasarnya adalah spesies hutan yang beradaptasi dengan lingkungan

manusia dipedesaan, pinggiran kota maupun diperkotaan. Meskipun tidak

banyak diketahui, akan tetapiAedes albopictusjuga merupakan salah satu

vektor penyebab terjadinya demam dengue.18 Oleh karena keberadaan

vektor tersebut yang telah akrab dengan lingkungan manusia, maka

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh rudi (2015) dengan

judul faktor risiko penyakit demam berdarah dengue di wilayah kerja

puskesmas guntung payung kota banjarbaru, maka dapat disimpulkan

bahwa faktor risiko penyakit demam berdarah dengue diantaranya perilaku

keluarga, faktor lingkungan serta keberadaan larvaAedes aegypti

(container index).19

c. Faktor yang mempengaruhi kasus DBD

Tingkat kasus DBD di suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya adalah kepadatan penduduk, kondisi lingkungan,

kontainer buatan ataupun alami serta perilaku masyarakat.

1. Kepadatan Penduduk

Menurut WHO tahun 2000 Kepadatan penduduk turut

menunjang atau sebagai salah satu faktor risiko penularan penyakit

18Rahayu, D. F.et al., IdentifikasiAedes aegyptiDan Aedes albopictus”, Balaba. 201N3. 9(1) : 1

19Fakhriadi, R.et al., “Faktor Risiko Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Wilayah KerjaPuskesmas Guntung Payung Kota Banjarbaru (Tinjauan Terhadap Faktor Manusia, Lingkungan, DanKeberadaan Jentik”, Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2015. 2 (1): 5

Page 31: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

11

DBD. Semakin padat penduduk, semakin mudah nyamuk Aedes

menularkan virusnya dari satu orang ke orang lainnya. Pertumbuhan

penduduk yang tidak memiliki pola tertentu dan urbanisasi yang tidak

terencana serta tidak terkontrol merupakan salah satu faktor yang

berperan dalam munculnya kembali kejadian luar biasa penyakit DBD.

2. Iklim

Beberapa unsur iklim yang berpengaruh dominan terhadap angka

kejadian DBD adalah curah hujan, kelembaban dan suhu. Curah hujan

merupakan faktor penentu tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk.

Hujan dengan intensitas yang cukup akan menimbulkan genangan air di

beberapa tempat penampungan air yang merupakan tempat

perkembangbiakan nyamuk. Suhu menentukan kecepatan tumbuh

kembang nyamuk. Nyamuk Aedes akan berkembang optimum pada

suhu 280 C – 320 C. selain curah hujan dan suhu, kelembaban udara juga

menentukan daya hidup nyamuk, yaitu menentukan daya tahan trachea

yang merupakan alat pernafasan nyamuk. Kasus penyakit DBD tertinggi

di Indonesia terjadi pada kelembaban 82%20

3. Keberadaan kontainer

Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor

nyamuk Aedes, karena semakin banyak kontainer akan semakin banyak

20Rahayu. D. K., et al “Pemodelan Pengaruh Iklim Terhadap Angka Kejadian DemamBerdarah Dengue Di Surabaya”, Jurnal Sains Dan Seni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).2012. ISSN: 2301-928X

Page 32: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

12

tempat perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes.

Semakin padat populasi nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula risiko

terinfeksi virus DBD dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga

jumlah kasus penyakit DBD menjadi meningkat. Dengan demikian

program pemerintah berupa penyuluhan kesehatan masyarakat dalam

penanggulangan penyakit DBD antara lain dengan cara menguras,

menutup, dan mengubur (3M) serta mendaur ulang dapat dilakukan

sebagai upaya dasar bersama masyarakat dalam mengendalikan DBD

melalui pengurangan container untuk vector DBD.

4. Perilaku masyarakat

Perilaku atau sikap masyarakat terhadap penyakit DBD memiliki

pengaruh yang cukup besar yaitu semakin tidak serius dan tidak berhati-

hati terhadap penularan penyakit DBD akan semakin bertambah risiko

terjadinya penularan penyakit DBD. Secara sederhana, sikap dapat

dikatakan adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah

terkondisikan. Disimpulkan bahwa semakin kurang sikap seseorang atau

masyarakat terhadap penanggulangan dan pencegahan penyakit DBD

maka akan semakin besar kemungkinan timbulnya KLB penyakit

DBD.21

21Fathi, et al., “Peran Faktor Lingkungan Dan Perilaku Terhadap Penularan DemamBerdarah Dengue Di Kota Mataram”, Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2005. 2 (1): 2

Page 33: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

13

3. Aedes albopictus

Menurut Barraud (1928), melaporkan bahwaAedes albopictuspertama

kali dijelaskan oleh Skuse pada tahun 1894 dari spesimen yang dikumpulkan

di kota Calcutta India. Secara filogenetik, SpesiesAedes albopictustelah

ditempatkan dalam kelompok Diptera, famili Culicidae dan genus Aedes.22

Nyamuk Aedes albopictus(Ae. Albopictus) merupakan salah satu vektor

penyakit DBD di Indonesia.23 Widjana (2012), menjelaskankan bahwaAedes

aegypti dan Aedes albopictusmempunyai potensi untuk menularkan kasus-

kasus DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) atau lebih sering dikenal dengan

DBD.24 Penelitian serupa juga pernah dilakukan Rozilawatiet al. (2007),

menjelaskankan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 14

bulan di wilayah Taman Permai Indah (TPI) dan Kampung Pasir Gebu (KPG)

di Penang Malaysia dinyatakan bahwaAedes albopictusberpotensi tinggi

sebagai penyebab DBD.25 Oleh karena itu, keberadaan vektorAedes

albopictus juga perlu diwaspadai dengan pengelolaan dan penanganan

lingkungan yang tepat disekitar kita untuk mencegah penyebaran dan

mewaspadai penularan virus dengue.

22Franco, J.G.E., “Biology, Disease Relationships, And Control Of Aedes albopictus”

Washingto: Paito, 1995: 123Lidia. K. et al., “Deteksi Dini Resistensi NyamukAedes albopictusTerhadap Insektisida

Organofosfat Di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Di Palu (Sulawesi Tengah)” MaktabKontribusi Malaysia.2008. 3 (2): 105

24Widjana. D.P,et al., “The Fauna of Aedes Mosquito and Its Potential Role in theTransmission ofDengue Hemorrhagic Feverin the Hamlet of Graha Kerti and Kerta Petasikan,Denpasar” Jurnal Kedokteran Yarsi. 2012.20 (2) : 081-086

25Rozilawati, H.dkk., “Seasonal abundance ofAedes albopictusin selected urban andsuburban areas in Penang, Malaysia”, Tropical Biomedicine. 2007. 24(1): 83–94

Page 34: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

14

a. Klasifikasi Aedesalbopictus

Klasifikasi Aedesalbopictusadalah sebagai berikut:

Golongan : AnimaliaFilum : ArthropodaClass : InsektaOrdo : DipteraFamily : CulicidaeGenus : AedesSpesies :Aedes albopictus26

b. Perbedaan Aedes dengan genus Anopheles dan Culex

1. Perbedaan genus Aedes, Anopheles dan Culex pada tahap telur

Telur Aedes berbentuk cerutu dengan ujung sedikit lancip,

berukuran kecil, tidak memiliki pelampung serta berwarna hitam.

Berbeda halnya dengan Culex dan Anopheles yang meletakkan

telurnya dalam bentuk rakit yang bisa mengambang di permukaan

air. Saat bertelur, mereka berwarna putih namun akan berubah

menjadi gelap gulita dalam beberapa jam setelahnya. Rata-rata

jumlah telur per satu kumpulan telur berbentuk rakit adalah 155

telur.27 Pada genus anophelesbetina dewasa dapat menghasilkan

50-200 butir telur per oviposisi. Telur diletakkan sendiri secara

langsung di atas air dan uniknya, telur anopheles memiliki

pelampung di kedua sisinya. Telur ini tidak tahan terhadap

26Boesri, H. “Biologi dan PerananAedes albopictus,…”hlm 11827Subra. R., “Biology And Control OfCulexPipiensUlnquefasciatus" Say, 1823 (Diptera,

Culicidae) With Special Reference To Africa”, intsect Science Applicofion. 1981. 1 (4): 319-338

Page 35: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

15

pengeringan dan biasanya menetas dalam 2-3 hari, meskipun

penetasan bisa memakan waktu hingga 2-3 minggu di iklim yang

lebih dingin.28

(a) (b) (c)

Gambar 1Telur Aedes (a), Anopheles (b), Culex (c)29

2. Perbedaan genus Aedes, Anopheles dan Culex pada tahap larva

Larva nyamuk memiliki kepala yang berkembang dengan baik

dengan sikat mulut yang digunakan untuk makan, thorax besar, dan

perut tersegmentasi. Berbeda dengan nyamuk Aedes dan Culex,

larva Anopheles tidak memiliki sifon pernafasan. Oleh karena itu,

larva anopheles selalu memposisikan diri sejajar dengan permukaan

air. Larva bernafas melalui spirakel yang terletak di segmen perut

ke 8 oleh karena itu harus sering datang ke permukaan.30 berbeda

halnya dengan larva Aedes dan Culex yang bisa menggantung atau

bergerak ke bawah permukaan karena memiliki siphon. Siphon

pada Culex lebih panjang dengan 2 atau lebih kelompok rambut

28Centers forDisease Control and Prevention(CDC)., “Anopheles Mosquitoes”, U.S.

Department of Health & Human Services. Hal: 2329 Pictorial Keys Of mosquitoes30Ibid

Page 36: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

16

pada bagian pecten dibandingkan siphon pada Aedes yang hanya

ditemukan satu kelompok rambut pada bagian pecten .31

(a) (b) (c)

Gambar 2 :Larva Anopheles (a), larva Aedes (b), larva Culex (c)32

3. Perbedaan dengan genus Anopheles dan Culex pada tahap pupa

Pupa berbentuk koma bila dilihat dari samping. Kepala dan

toraks bergabung menjadicephalothoraxdengan perut melengkung

di bawahnya. Seperti halnya larva, kepompong harus segera muncul

ke permukaan untuk bernafas. Pupa Aedes berukuran lebih kecil

dibandingkan 2 lainnya. Anopheles melakukan pernapasan melalui

sepasang terompet pernafasan dicephalothorax. Setelah beberapa

hari sebagai pupa, permukaan dorsal daricephalothoraxterbelah

dan nyamuk dewasa akan muncul muncul.33

31Michele. M.et al., ”Photographic Guide To Common Mosquitoes Of Florida”, Universityof Florida. Florida Medical Entomology Laboratory. Hal : 20

32 Pictorial Keys Of mosquitoes33

Centers for Disease Control and Prevention (CDC)., “Anopheles…,” hal: 25

Page 37: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

17

(a) (b) (c)

Gambar 3 :Pupa Anopheles (a), Aedes (b), Culex (c)34

4. Perbedaan dengan genus anopheles dan culex pada tahap dewasa

Pada tahap ini, perbedaan yang sangat mencolok pada ketiga

genus tersebut adalah panjangnya palps yang berbeda- beda.

Anopheles dewasa memiliki palp dan proboscis yang hampir sama

panjang, sedangkan pada Aedes dan Culex memiliki palpi yang

pendek.35 Selain itu, ciri yang paling mudah dikenali yaitu genus

Aedes memiliki bintik– bintik berwarna putih di tubuhnya.36

(a) (b) (c)

Gambar 4 :tahap dewasa. Anopheles (a), Aedes (b), Culex (c)37

34 Pictorial Keys Of mosquitoes35Ibid36Michele. M.et al., ”Photographic…,” hal: 2337 Pictorial Keys Of mosquitoes

Page 38: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

18

5. Perbedaan dengan genus anopheles dan culex pada saat istirahat

Ciri lain yang membedakan antar genus adalah tipe posisi saat

beristirahat. Nyamuk Anopheles memilih cara istirahat yang unik

yaitu dengan menaikkan bagian abdomen ke udara saat istirahat

baik betina maupun jantan, sedangkan genus Aedes dan genus

Culex memposisikan diri seperti biasa dengan Aedes lebih rendah

menekuk kakinya dibandingkan genus Culex.38

(a) (b) (c)

Gambar 5 :posisi pada fase istirahat. Anopheles (a), Aedes (b), Culex (c)39

b. Perbedaan Aedes albopictus dan Aedes aegypti

Pada proses identifikasiAedes albopictus, ciri-ciri serta

perbedaan yang harus diperhatikan tidak hanya terletak pada

perbedaan antar genus melainkan juga disertai perbedaan-perbedaan

antar spesies dalam genus yang sama.Aedes albopictusdan Aedes

aegyptiyang sama-sama merupakan vector DBD memiliki kemiripan

38Ibid39 Pictorial Keys Of mosquitoes

Page 39: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

19

yang sangat signifikan. Oleh karena itu, beberapa perbedaan padaAe

albopictusdanAe aegyptiadalah sebagai berikut.

1. PerbedaanAedes albopictusdanAedes aegyptipada tahap larva

Pada bagian thorax,Aedes albopictusmemiliki kelompok

rambut yang tidak memiliki duri panjang yang ditemukan diAedes

aegypti. Terdapat dua cabang di seta 7-C Pada kepalaAedes

albopictus, sementaraAedes aegyptihanya memiliki sikat ventral.

Bagian comb (sisir) Ae albopictusterlihat polos, namun terdapat

spinulus kecil pada bagian dasarnya di setiap masing-masing sisi,

sementara Sisik sisirAedes aegyptimemiliki ujung sisir yang di

sertai beberapa duri pendek yang ukurannya lebih panjang dari

spinulus padaAedes albopictussehingga nampak jelas jika

diamati.40

Gambar 6 :perbedaan larvaAe aegyptidan Ae albopictus41

40Franco,J.G.E., “Biology, Disease Relationships.,,, “, hal 1641 Pictorial Keys Of mosquitoes

Page 40: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

20

2. PerbedaanAedes albopictusdanAedes aegyptipada bagian kepala

Pada thoraxAedesbagian atas terdapat perbedaan antara

Aedes aegyptidanAedes albopictus. Perbedaan pada thoraks kedua

spesies tersebut terletah ada garis atau strip putih yang terdapat

pada bagian longitudinal kepala. Secara morfologi keduanya sangat

mirip, namun dapat dibedakan berdasarkan strip putih yang terdapat

pada bagian scutumnya. ScutumAedes aegyptiberwarna hitam

dengan dua strip putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit

oleh dua garis lengkung berwarna putih. SedangkanAedes

albopictusyang juga berwarna hitam hanya berisi satu garis putih

tebal pada bagian dorsalnya.42

a. b

Gambar 7 :bagian thoraks. Scutum.Aedes (Stegomyia) aegypti (a) dan Aedes (Stegomyia)

albopictus.(b).43

42Purnamasari, A.B.et al., “Distribusi Keruangan Spesies LarvaAedes Sp. DanKarakteristik Tempat Perkembangbiakan Di Kelurahan Karunrung Kota Makassar”, JurnalBionature. 2016. 17 (1): 5

43 Zootaxa 589

Page 41: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

21

3. PerbedaanAedes albopictusdanAedes aegyptipada bagianclypeus

kepala

Pada bagianclypeus kepala Aedes aegyptidan Aedes

albopictus memiliki perbedaan yaitu denganClypeusbersisik putih

padaAedes aegypti, sedangkanAedes albopictusmemiliki bagian

clypeus yang berwarna cokelat hingga hitam polos serta tidak

memiliki sisik putih pada bagianclypeusnya44

(b) (b)

Gambar 8 :Bagian clypeus. Kepala.Aedes (Stegomyia) aegypti (a)danAedes (Stegomyia)

albopictus.(b).45

4. PerbedaanAedes albopictusdan Aedes aegyptipada bagian

mesepimeron

Aedes aegyptimemiliki mesepimeron dengan dua skala

putih yang terpisah dengan baik seperti pada gambar, sedangkan

pada Aedes albopictusmemiliki skala putih yang tidak terpisah atau

tersambung membentuk huruf V.

44Rueda, L.M., “Pictorial keys for the identification of mosquitoes (Diptera: Culicidae)associated with Dengue Virus Transmission(Zootaxa 589)”, 2004. New Zealand. Magnolia Press.Hlm 16 - 17

45 Zootaxa 589

Page 42: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

22

(a) (b)

Gambar 9:BagianmesepimeronKepala. Aedes (Stegomyia) aegypti (a)danAedes

(Stegomyia) albopictus.(b).46

5. PerbedaanAedes albopictusdanAedes aegyptipada bagian kaki

Secara morfologi, perbedaan antaraAedes aegyptidan

Aedes albopictustidak hanya terletak pada bagian kepala atau

bagian tubuh yang lainnya, melainkan juga terdapat perbedaaan

pada bagian kaki. Pada bagian kaki, tepatnya setiap ruas kaki yang

berada ruas tengah atau ruas kedua, padaAedes aegyptimemiliki

garis putih yang memanjang di sepanjang bagian ruas tengah

tersebut. Berbeda halnya dengan kaki padaAedes albopictusyang

tidak memiliki garis putih dan tampak polos berwarna hitam

kecoklatan seperti gambar di bawah ini.47’48

46 Zootaxa 58947Rahayu, D. F. et al., “Identifikasi…, “ hlm. 348Franco,J.G.E., “Biology, Disease Relationships.,,, “, hal 16

Page 43: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

23

(a)

(b)

Gambar 10 :Bagiankaki. Aedes (Stegomyia) aegypti (A) dan Aedes (Stegomyia

albopictus.(B).49

6. PerbedaanAedes albopictusdan Aedes aegyptipada kemampuan

beradaptasi

Aedes albopictusdiketahui lebih mudah beradaptasi terhadap

perubahan suhu dibandingkan denganAedes aegyptiBahkan,

telurnya masih dapat bertahan selama musim dingin berlangsung.

Keadaan ini menjadi salah satu penyebab mudahnya menemukan

Aedes albopictusdi berbagai lokasi dengan berbagai ketinggian,

sekalipun tidak didapatkanAe aegypti. Suhu udara yang tinggi

menjadi faktor yang meningkatkan laju pertumbuhan nyamuk.50

7. PerbedaanAedes lbopictusdan Aedes aegyptipada periode

menghisap darah dan istirahat

Nyamuk Aeds aegyptiditemukan mengisap darah di dalam

rumah (60,53%) dengan puncak kepadatan jam 10.00-11.00 (0,42

nyamuk/orang/jam). NyamukAedes albopictus lebih banyak

49 Zootaxa 58950Anwar, C.et al., “Identifikasi dan Distribusi NyamukAedesSp. Sebagai Vektor Penyakit

Demam Berdarah Dengue di Beberapa Daerah di Sumatera Selatan”, Majalah Kedokteran Sriwijaya.2014. 46 (2): 5

Page 44: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

24

tertangkap di luar rumah (77,27%) dengan puncak aktivitas

mengisap darah pada jam 10.00-11.00 (0,42 nyamuk/orang/jam).

Perilaku istirahat nyamukAedes aegypticenderung lebih menyukai

di dalam rumah danAedes albopictuslebih menyukai istirahat di

luar rumah.51

8. Perbedaan habitatAedes albopictusdanAedes aegypti

Larva (jentik) nyamukAedes aegyptibiasanya lebih banyak

ditemukan di tempat-tempat penampungan air buatan di dalam

rumah dan lingkungan sekitar pemukiman. SedangkanAedes

albopictus lebih banyak ditemukan terutama pada wilayah

pinggiran kota dan pedesaan di penampungan air alami luar rumah,

seperti pada lubang pohon, potongan bambu dan sejenisnya, meski

ada juga yang ditemukan di tempat penampungan buatan di dalam

dan luar rumah.52 Saat ini pendataan dan pengendalian DBD lebih

banyak dilakukan dan difokuskan padaAedes aegyptikarena lebih

sering ditemukan berada di dalam rumah dan sekitarnya saat

dilakukan beberapa pendataan, sedangkanAedes albopictuskurang

mendapat perhatian dalam proses pengendalian vektor DBD. Hal ini

disebabkan karenaAedes albopictuslebih sering ditemukan di luar

rumah. Akan tetapi, keberadaanAedes albopictusjuga perlu

51Fadilla, Z.et al., “Bioekologi vektor…,” hlm. 752Sukowati,S., “Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue dan Pengendaliannya di

Indonesia”.Buletin Jendela Epidemiologi. 2010: 26

Page 45: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

25

diperhatikan dalam pengendaliannya karenaAedes albopictusjuga

merupakan vektor DBD.

c. Siklus hidup Aedes albopictus

spesies vektor DBD ini tergolong nyamuk pemukiman dengan

habitat perkembangbiakan stadium pra dewasanya ada di tempat

penampungan air jernih yang ada di pemukiman penduduk. Selain air

jernih, tempat perkembangbiakan nyamukAedes aegyptidan Aedes

albopictusjuga di temukan pada beberapa media yang telah terpolusi

seperti air tanah, air rendaman jerami dan air yang tercampur kotoran

sapi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wurisastuti (2013),

dengan membandingkan perilaku bertelur nyamukAedes pada

beberapa media air Tercemar, menyatakan bahwa Air yang tercemar

kotoran sapi merupakan media yang paling disukai nyamukAedes

untuk meletakkan telur dan larvanya.53 Dari pernyataan tersebut dapat

diketahui bahwa ada pergeseran tingkat kesukaan bertelur nyamuk

genus Aedes dari air jernih menjadi air tercemar.

1. Tahap telur

Perkembang biakan nyamukAedes albopictus. mengalami

metamorfosa lengkap (helometabola) yakni dari telur, larva, pupa

dan nyamuk dewasa. Melihat metamorfosa pada umumnya

53Tri Wurisastuti “Perilaku Bertelur NyamukAedes aegyptipada Media Air Tercemar”,

Jurnal Biotek Medisiana Indonesia. 2013. 2 (1):25

Page 46: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

26

nyamuk Aedes albopictussp. dari telur sampai menjadi larva

dalam kurun waktu selama 2 hari, dari larva menjadi pupa

membutuhkan waktu 6– 8 hari dan sampai menjadi nyamuk

dewasa selama 2 hari.54

Selama masa bertelur, seekor nyamuk betina mampu

meletakkan 100 - 400 butir telur. Telur-telur tersebut diletakkan

dibagian yang berdekatan dengan permukaan air. Setiap kali

nyamuk betina bertelur, diletakkan satu-satu pada dinding ovitrap

yang telah diberi kertas saring. Telur berwarna hitam, ukuran ±

0,8 mm. Telur akan menetas menjadi jentik larva dalam waktu

kurun 2 hari setelah terendam air.55

Telur Aedes albopictusberbentuk cerutu tidak jauh

berbeda sepertiAe aegypti, dan tanpa pelampung. Morfologi telur

berbasis pengamatan mikroskop elektronscanning, adalah sebagai

berikut

54Rosilawati, H. et al., Seasonal abundance ofAedes albopictusin selected urban andsuburbaewn areas in Penang, Malaysia”, Tropical Biomedicine. 2007. 24(1): 83

55Adifian, et al., “Adaptability In Breeding OfAedes aegyptiAnd Aedes albopictusMosquitoes In Breeding Based On The Type Of Water” Bagian Kesehatan Lingkungan, FakultasKesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar. Hlm. 5

Page 47: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

27

Gambar 11:Telur Aedes albopictusdengan mikroskop,Skala: bar 100 μ m.

56

2. Tahap larva

Stadium larva merupakan stadium penting karena

gambaran jumlah larva akan menunjukkan populasi dewasa,

selain itu stadium larva juga mudah untuk diamati dan

dikendalikan karena berada di tempat perindukan (air).57 Larva

Aedes albopictuspada dasarnya dapat berkembang biak di

wadah alami maupun buatan.Aedes albopictustelah ditemukan

berkembang biak di habitat alami seperti lubang pohon, lubang

bambu, tempurung kelapa, tangkai tanaman, kolam tanah dan

kolam batu. Habitat buatannya termasuk ban karet, kaleng,

drum, wadah gerabah, waduk, dan ember. Di benua Amerika

Serikat, infestasiAe. Albopiclustelah ditemukan di ban bekas,

56Franco,J.G.E., “Biology, Disease Relationships.,,, “, hal 1657Rosa. E., “Studi Tempat Perindukan Nyamuk Vektor Demam Berdarah Dengue di Dalam

Dan di Luar Rumah di Rajabasa Bandar Lampung”, JurnalSains MIPA. 2007. 13 (1) : 57 - 60

Page 48: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

28

tempat pembuangan sampah ilegal, tempat dealer truk dan

peralatan besar.58

Dalam kondisi alamiah larvaAedes albopictus

berkembang di air dengan kekeruhan rendah dan pada pH

mulai dari 5,2-7,6, dengan pH optimal antara 6,8 dan 7-6 di

Asia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Laird,

(1959) dan Hien (1975), Air yang mengandung asam amino,

amonia, dan secara umum, memiliki kandungan nitrogen

organik tinggi tampaknya menjadi habitat yang ideal untuk

Aedes albopictus.Selain itu, ukuran interval atau durasi

perkembangan larva dipengaruhi oleh suhu, persediaan

makanan dan kepadatan larva. Dalam kondisi laboratorium,

menunjukkan Suhu mempengaruhi durasi perkembangan larva,

pada suhu 300 C terlihat fase larva dilewati selama 6 hari,

sedangkan pada 250 C dan 200 C, Butuh waktu 9 dan 13 hari.59

Larva umumnya mempunyai masa hidup rata-rata 6-8 hari.60

berdasarkan penelitian yang diilakukan oleh Bahang (1978)

melaporkan perincian masa instar berkisar kira-kira yaitu :

instar I antara 1-2 hari; instar II antara 2-3 hari; instar III antara

58Moore, C. G.et al., “Aedes AlbopictusIn The United States: Rapid Spread Of A PotentialDisease Vector”, Journal of the American mosquito control association. 1988. 4(3):356

59Franco,J.G.E., “Biology, Disease Relationships.,,, “, hal 6160Christopers, S.R. 1960.Aedes aegypti(L) The Yellow Fever Mosquito. Cambridge

University Press. London.

Page 49: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

29

2-3 hari dan instar IV sampai menjadi pupa rata-rata selama 3

hari61

Gambar 12:Aedes albopictus. (a) Bagian dorsal larva instar ke-4. (b) skala sisiryang representatif. (c) bagian dahi. (d) Tampilan lateral segmen terminal.APP = anal papilla; CS = comb scale; LH = lateral hair (seta1-X); Pt =pecten teeth; S = siphon; Sa = saddle; ST = siphonal tuft (seta 1-S); 5C,upper head hair; 6-C, lower head hair;7-C, preantennal head hair62

Pada mesothorax dan metathorax,Aedes albopictus

memiliki kelompok rambut yang tidak memiliki duri panjang .

Terdapat dua cabang di seta 7-C Pada bagian kepala. Bagian

ujung bawah comb (sisir) Aedes albopictusterlihat polos,

namun terdapat spinulus kecil pada bagian dasarnya di setiap

masing-masing sisi.63

3. Tahap pupa

Pada tahap pupa,Aedes albopictusserta nyamuk lain

pada umumnya hanya akan berdiam diri dan tidak melakukan

61Boesri,H. “Biologi dan PerananAedes albopictus,…”hlm 12162Farajollahi. A. et al., “A Rapid Identification Guide for Larvae of the Most Common

North American Container-Inhabiting Aedes Species of Medical Importance” Journal of theAmerican Mosquito Control Association. 2013. 29(3):203–221

63Franco,J.G.E., “Biology, Disease Relationships.,,, “, hal 17

Page 50: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

30

pergerakan apapun di dalam kepompongnya. Berdasarkan

penelitian Hien (1975) menunjukkan bahwa perkembangan

pupa berlangsung dua hari pada suhu 30 C, tiga hari pada suhu

25 C, dan lima hari di 200 C. PupaAedes albopictusbertahan

pada keadaan kering sampai dua hari pada suhu 26 C dan

kelembaban relatif 87%. Angka kematian pada fase pupa

sekitar 1% dalam kondisi lapangan.64

A B

Gambar 13:Aedes albopictuspada fase pupa. Gambar pupa lengkap (A) dan bagian

paddle pupa (B)65

4. Nyamuk dewasa

Rauben, R melaporkan dalam “Pictorial key to the mosquitoes

Aedes (Stegomyia) SPP” bahwa Aedes albopictusmemiliki

tubuh berwarna hitam dengan bercak/garis-garis putih pada

notum dan abdomen, antena berbulu/plumose, pada yang jantan

palpus sama panjang dengan proboscis sedang yang betina

palpus hanya 1/4 panjang proboscis, mesonotum dengan garis

64Franco,J.G.E., “Biology, Disease Relationships.,,, “, hal 1665Cutwa. .M. et al., “Photographic Guide To Common Mosquitoes Of Florida”, University

of Florida; Florida Medical Entomology Laboratory

Page 51: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

31

putih horizontal, femur kaki depan sama panjang dengan

proboscis, femur kaki belakang putih memanjang di bagian

posterior, tibia gelap/ tidak bergelang pucat dan sisik putih pada

pleura tidak teratur66

Gambar 14 :Aedes albopictuspada fase dewasa67

d. PerilakuAedes albopictus

Nyamuk Aedes albopictusmerupakan nyamuk yang mirip

Aedes aegyptidengan perindukan pada tempat penampungan air di

dalam maupun di luar rumah dengan kecenderungan lebih sering di

luar rumah. Umur nyamuk dewasa betina rata-rata berkisar antara 12

sampai 40 hari, dapat hidup tanpa makan darah sampai 104 hari dan

dengan makan darah dapat bertahan hidup selama 122 hari di

66Boesri, H. “Biologi dan PerananAedes albopictus,…”hlm 12267 Quick Guide To Mosquito Genera

Page 52: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

32

laboratorium. Kemampuan bertelur antara 60 sampai 80 perekornya

setiap masa bertelur. Telur dapat bertahan berbulan bulan karena

pengeringan dengan daya menetas tidak berubah.68 Perilaku mengisap

darah nyamukAedes spp. hasil penelitian menunjukan bahwa nyamuk

Aedes albopictuslebih banyak tertangkap saat mengisap darah di luar

rumah dengan puncak aktivitas pada jam 10:00-11:00 dan 14:00-

15:00.69 Aedes albopictuslebih menyukai darah manusia (antropofilik)

dan bersifat anautogenik atau memerlukan darah untuk perkembangan

telurnya. Sifat mengigit multipel atau mengigit berkali-kali /

berpindahpindah pada beberapa individu.70

e. DistribusiAedes albopictus

Penyebaran nyamuk ini cukup luas meliputi Australia, Jepang,

Asia Tenggara, India, kepulauan Hawaii sampai Afrika Timur. Di

Indonesia telah ditemui di semua pulau terutama di pulau-pulau besar

dan berpenduduk. Habitatnya adalah tempat-tempat penyimpanan air

bersih termasuk tempat tertampungnya air hujan di alam terutama di

luar rumah dan teduh/ terlindung seperti kebun.71 ketinggian maksimal

untuk distribusi Aedes sp adalah 525 mdpl . Dari fakta ini, dapat

68Boesri, H. “Biologi dan PerananAedes albopictus(Skuse) 1894 sebagai PenularPenyakit”, Aspirator. 2011. 3 (2): 7

69Fadilla, Z.et al., “Bioekologi vektor demam berdarah dengue (DBD) serta deteksi virusdengue padaAedes aegypti(Linnaeus) danAe. albopictus(Skuse) (Diptera: Culicidae) di kelurahanendemik DBD Bantarjati, Kota Bogor”, Jurnal Entomologi Indonesia. 2015. 12 (1): 6

70Boesri, H. “Biologi dan Peranan…,” hlm. 771Ibid

Page 53: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

33

disimpulkan bahwa semakin tinggi suatu wilayah, akan semakin sulit

bagi nyamukAedessp untuk bertahan hidup. Hal ini dibuktikan

dengan tidak ditemukannya nyamukAedessp di wilayah dengan

ketinggian 1458 m dpl, 1477 m dpl dan 2392 m dpl, karena suhu di

wilayah tersebut tidak dapat menunjang kehidupan Aedes sp.

Aedes albopictusdiketahui lebih mudah beradaptasi terhadap

perubahan suhu dibandingkan denganAedes aegyptiBahkan, telurnya

masih dapat bertahan selama musim dingin berlangsung . Keadaan ini

menjadi salah satu penyebab mudahnya menemukanAedes albopictus

di berbagai lokasi dengan berbagai ketinggian, sekalipun tidak

didapatkanAedes aegypti. Suhu udara yang tinggi menjadi faktor yang

meningkatkan laju pertumbuhan nyamuk. Sebaliknya, suhu yang lebih

dingin dapat menghambat laju pertumbuhan tersebut. Penelitian di

Amerika Utara menunjukkan adanya peningkatan kepadatanAedes

albopictusdi musim dingin yang suhunya mulai menghangat sebagai

dampak dari perubahan iklim. Perubahan iklim sangat mempengaruhi

bionomik dari Aedes sp yang merupakan vektor pembawa virus

dengue. Faktor musim menjadi faktor pendukung meningkatnya

distribusiAedes spdan berpotensi menimbulkan wabah.72

72Anwar, C.et al., “Identifikasi dan Distribusi NyamukAedesSp. Sebagai Vektor PenyakitDemam Berdarah Dengue di Beberapa Daerah di Sumatera Selatan”, Makara Kesehatan. 2014. 46(2): 5

Page 54: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

34

5. Geografic Information system (GIS)

a. Pengertian

Teknologi Georaphic Information System(GIS) atau SIG (Sistem

Informasi Geografis) merupakan suatu sistem informasi teknologi

mengenai geografis yang sangat berkembang. GIS memiliki kemampuan

yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut atribut-

atributnya, memodifikasi bentuk, warna, ukuran, dan symbol. GIS dapat

digunakan oleh berbagai bidang ilmu, pekerjaan, dan peristiwa.Banyak

sekali aplikasi–aplikasi yang dapat ditangani oleh sistem informasi

geografis, di antaranya adalah pada bidang kesehatan. Peristiwa yang dapat

diteliti dengan dasar SIG adalah daerah yang dilanda wabah penyakit

demam berdarah dengue (DBD).73 Sistem informasi geografis mampu

menunjukkan data secara spatial persebaran penderita dan pola

penyebarannya. Dengan menggunakan pertampalan peta antara kondisi

lokasi dengan persebaran penderita, dapat pula diprediksi lokasi yang

potensial endemik penyakit menular.74

b. Sejarah Singkat GIS

Geographich Information System(GIS) pertama kali diperkenalkan

di Kanada pada tahun 1963 dengan namaCanadian Geographic

73Astuti. H.D., “Perancangan Sistem Informasi Geografis Penyebaran DBD Di WilayahKota Depok Dengan Menggunakan Arcview” Jurusan Sistem Informasi, Ilmu Komputer danTeknologi Informasi Universitas Gunadarma

74Widyawati. et al., “Penggunaan Sistem Informasi Geografi Efektif Memprediksi PotensiDemam Berdarah Di Kelurahan Endemik”, Makara Kesehatan. 2011.15 (1). 21-30

Page 55: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

35

Information System(CGIS). Dua tahun kemudian Amerika serikat juga

mengembangkan system serupa dengan nama MIDAS dibidang

epidemiologi kesehatan, pemetaan penyakit telah diperkenalkan sejak

tahun 1849 oleh Dr. Jhon snow saat terjadi wabah kolera di kota London.

Pada tahun 1993 kerjasamaWorld Health Organization(WHO) dan

UNICEF dalam suatu badan yang bernamaDivisi pengendalian penyakit

tropis (Divission of Control Of Tropical Desease(CTD) membentk

Healthmap untuk pengembangan GIS dalam upaya pngelolaan dan

pementauan program eradikasi penyakit kecacingan (The Guinea Worn

Eradication Programme) di Afrika. Sejak tahun 1995, terjadi peningkatan

untuk pemetaan dan GIS dari banyak kalangan administrasi kesehatan

masyarakat di berbagai Negara.

Perkembangan GIS di Indonesia dimulai sejak tahun 1990 an yang

dikenal dengan SIG PPM (system infirmasi Geografis– pemberantasan

penyakit menular) yang mengembangkan GIS Archview kesehatan

masyarakat untuk pemetaan penyekit malaria, TB serta imunisasi. Sejak

saat itu, GIS banyak dimanfaatkan di institusi kesehatan dari tingkat

puskesmas hingga tingkat pusat.75

75Sunaryo, “Sistem Informasi Geografis Untuk Kajian Masalah Kesehatan”, Balaba2010 6(1): 26-27

Page 56: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

36

c. Kelebihan pemetaan wilayah menggunakan GIS

Adapun beberapa Kelebihan pemetaan wilayah menggunakan

GISyaitu Interface yang mudah dipahami dan menggunakan tampilan web

sehingga kedepannya mempermudah para user dalam mengakses informasi

via online atau internet, data penderita dan jumlah yang meninggal

ditampilkan kedalam bentuk grafik dan data spasial, informasi jumlah

penderita dan jumlah orang meninggal akibat DBD dapat di update sesuai

perkembangan setiap tahunnya, user atau pengunjung dapat mengetahui

sebaran penderita DBD di tiap kecamatan secara kenampakan

kegeografisan, jadi tidak hanya berupa data tulisan, data informasi tentang

puskesmas, informasi tentang rumah sakit, info nama jalan dapat diupdate

secara langsung oleh admin sesuai kebutuhan dan sesuai perubahan data

yang telah didapat. Semisal pelayanan tentang DBD atau jaminan

kesehatan pada instansi.76 Adapun salah satu contoh penggunaan aplikasi

GIS dalam pemetaan kasus DBD olehRiska (2015) di kotamobagu

Sulawesi utara adalah sebagai berikut:

76Nugroho. G.S. dkk., “Geographic Information SystemPenyebaran DBD Berbasis Web diWilayah Kota Solo”, Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi Sinar Nusantara. 2012: 6. ISSN :2338-4018

Page 57: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

37

Gambar 15 :Pemetaan Kasus DBD di Kota Kotamobagu tahun 2014 Skala 1:300.000 KM

Berdasarkan gambar, dapat kita ketahui bahwa hasil penelitian yang

telah dilakukan menggambarkan Penyebaran penderita penyakit DBD di

Kota Kotamobagu tahun 2013 dan 2014 tertinggi terdapat di kecematan

Kotamobagu Barat dengan jumlah 54 penderita dan terendah terdapat di

kecamatan Kotamobagu Selatan dengan jumlah 12 penderita. Melalui

penelitian tersebut dapat kita ketahui bahwa penggunaan GIS dalam

pemetaan vector maupun kasus DBD dapat mempermudah proses

pengendalian.77

1. Kerangka Berpikir

Demam dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan

oleh gigitan nyamukAedessp. Penyakit DBD tergolong salah satu penyakit yang

77Riska R..S., “Pemetaan Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue DenganGeographicInformationSystem(GIS) Di Kota Kotamobagu” Jurnal kedokteran komunitas dan tropik.2015. 3 (2): 5

Page 58: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

38

banyak menelan korban di berbagai belahan dunia. Pada dasarnya, penyebab

terjadinya demam dengue adalah virus dengue yang dapat ditularkan melalui

nyamuk tersebut. Nyamuk genusAedeshanya berperan sebagai vector pembawa

virus tersebut. Vektor penyebab demam dengue yang paling dikenal oleh

masyarakat umum yaituAedes aegypti. Akan tetapi, ada spesies lain yang dapat

menyebabkan penyakit tersebut yakniAedes albopictus.

Aedes albopictusmerupakan salah satu jenis nyamuk yang sudah

beradaptasi dengan lingkungan manusia seperti di sekitar lingkungan tempat

tinggal kita. NyamukAedes albopictusbiasanya pada fase larva lebih banyak

terdapat pada genangan-genangan air yang berada pada tempat alami di

lingkungan kita seperti pada lubang pepohonan, bebatuan, potongan bambu dan

lainnya. Aedes albopictusbiasanya di katakana sebagai vektor sekunder

penyebab demam dengue karena spesies ini tidak terlalu sering teridentifikasi

sebagai penyebab DBD pada berbagai kasus. Akan tetapi tetap harus diwaspadai

karenaAedes albopictusjuga merupakan salah satu vektor penyebabnya. Salah

satu cara yang bisa dilakukan yaitu dengan melakukan berbagai pencegahan.

Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan dalam upaya pencegahan.

Salah satu upaya pencegahan yang sering dilakukan yakni 3M (menguras,

menutup dan menimbun atau mendaur ulang), Fogging, menggunakan abate,

namun hasilnya belum sesuai harapan. Selain itu, hingga saat ini belum

ditemukan vaksin untu virus dengue tersebut. Oleh karena itu, salah satu upaya

pencegahan yang dapat dilakukan yaitu memutus rantai persebaran vector

Page 59: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

39

penyebab penyakit tersebut seperti Aedes albopictus. Berbagai kendala dalam

melakukan pencegahan menjadi faktor utama penyebab meningkatnya kasus

DBD di berbagai daerah, salah satunya Kota Mataram Nusa Tenggara Barat

(NTB). salah satu kendala dalam menanggulangi demam dengue di Kota

Mataram khususnya Kecamatan Sandubaya yakni tidak tersedianya data sebaran

vektor penyebab demam tersebut di Dinas Kesehatan dan lembaga terkait di

Kota Mataram.

Berdasarkan paparan di atas, sebagai salah satu tindakan pengendalian

dan pencegahan awal yang dapat dilakukan yaitu pembuatan peta sebaran vektor.

pemetaan sebaran dapat dilakukan demngan menggunakan programGeographich

Information System(GIS). Program ini merupakan salah satu system yang dapat

menyejikan data yang bersifat spasial atau data keruangan, sehingga dapat

mempermudah proses pemetaan serta mempermudah dalam memahami data

yang telah di modifikasi dalam berbagai bentuk, warna, symbol, dan berbagai

modifikasi lainnya. Oleh karena itu, dengan adanya data sebaran yang diperoleh

dari peenelitian ini diharapkan dapat mempermudah dalam penanggulangan

penyakit DBD di wilayah Sandubaya, Kota Mataram.

Page 60: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

40

Gambar 16 :bagan kerangka teori penelitian

Peningkatan penderitaDBD

Pengendalian vektorDBD

Penularan melaluivektor Aedes

Aedes albopictuspembuatan ovitrap

Aedes aegypti

Penentuan titik sampling

Peletakkan ovitrap

Menunggu selama1 minggu

Tindakanpengendalian

Pengambilan sampelpada ovitrap yang telah

dipasang

Pemetaan sebaran vektormenggunakan GIS

Identifikasi larva, pupadan imago dari sampel di

laboratoriumAnalisis data

Page 61: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu observasional deskriptif analitik dengan

pendekatanecological study(studi ekologi), dilaksanakan di Kecamatan

Sandubaya, Kota Mataram. Subjek penelitiannya yaitu larvaAedes Albopictus

dengan sampel 7 kelurahan yaitu Abian Tubuh Baru, Babakan, Bertais,

Turida, Mandalika, Selagalas dan Dasan Cermen. Tehnik sampling yang

digunakanpurposive sampling.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua telur, larva dan imago

nyamuk di Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara

Barat.

2. Sampel

Sampel penelitian ini yaitu telur, larva, pupa dan imago hasil

koleksi pada ovitrap dari beberapa titik pengambilan sampel di Kecamatan

Sandubaya Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sampel akan

diambil sekitar 20% dari luas wilayah kecamatan dengan diletakkan 20

ovitrap pada 10 titik di setiap Kelurahan.

Page 62: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

42

C. Waktu dan Tempat Penelitan

Penelitian ini akan dilakukan dikecamatan Sandubaya, Kota Mataram

Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai lokasi pengambilan sampel dan di

Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Islam Negeri Mataram sebagai

lokasi tempat analisis sampel yang didapat dari lapangan. Penelitian ini

direncanakan akan dilaksanakan pada Bulan November 2017.

D. Variabel Penelitian

Variabel terikat pada penelitian ini yaitu kelimpahan nyamuk genus Aedes

dan sebarannya, variabel bebasnya yaitu penentuan jumlah titik sampling

untuk peletakan ovitrap.

E. Alat dan Bahan

Alat dan bahan pada penelitian ini yaitu GPS, Hygrometer, Mikroskop

stereo, Ember (Ovitrap), Waring, kawat kecil, Gelas Beaker, erlenmeyer, Luv,

Kamera, Pinset, Gunting, tang, lem, kotoran sapi dan Alkohol 95%.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti

dalam melakukan penelitian ini adalah

1. Observasi langsung

Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan observasi langsung

kelapangan yakni pada 7 kelurahan di kecamatan sandubaya, kota

Mataram yaitu Abian Tubuh Baru, Babakan, Bertais, Turida, Selagalas,

Page 63: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

43

Mandalika dan Dasan Cermen. pengambilan sampel dilakukan di daerah

tersebut untuk dilakukan analisis data di laboratorium

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan sebagai bukti penelitian berupa

pengambilan gambar serta berbagai data prndukung lainnya.

G. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Ovitrap

Penelitian ini dimulai dengan pembuatan ovitrap (perangkap telur

dan larva nyamuk) menggunakan ember hitam dengan ukuran diameter ±

20 cm kemudian ditengah ember di beri waring/jaring ikan, dan ditahan

menggunakan kawat. Selanjutnya ovitrap tersebut diberi label kode sesuai

lokasi tempat peletakan ovitrap tersebut dan akan di letakan di pekarangan

rumah penduduk pada 7 kelurahan di Kecamatan Sandubaya. Setiap

kelurahan akan diletakkan masing-masing 2 ovitrap pada setiap titik

dengan kondisi yang berbeda, yaitu pada tempat yang ternaungi dan

tempat terbuka. Ovitrap akan diletakkan pada 10 titik di setiap kelurahan,

dengan jumlah total ovitrap menjadi 140 ovitrap dari keseluruhan yang

digunakan. Titik koordinat setiap lokasi peletakan ovitrap dicatat dan

disimpan menggunakan GPS. Peletakan ovitrap dilakukan selama 1

minggu, lalu akan diambil kembali untuk mengoleksi telur, larva, puva

dan nyamuk dewasa yang terperangkap dalam ovitrap tersebut.

Page 64: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

44

2. Peninjauan kondisi lingkungan dan peletakan ovitrap

Peninjauan kondisi lingkungan yang dilakukan pada penelitian ini

berupa pengukuran intensitas cahaya dan suhu. Pengukuran intensitas

cahaya menggunakan luxmeter atau multimeter digital dan pengukuran

suhu menggunakan termometer. Pengkuran kondisi lingkungan pada

wilayah penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi

lingkungan terhadap kelimpahan sebaran nyamukAedes albopictus.

Setelah dilakukan peninjauan kondisi lingkungan, lalu ovitrap akan

diletakkan di tempat yang telah diukur tersebut.

3. Pencarian dan pengkoleksian larva dan telur nyamuk

Setelah 1 minggu peletakan ovitrap kemudian akan dilakukan

pencarian dan pengkoleksian larva dan telur nyamuk dari ovitrap yang

telah dibuat. Pencarian dan pengkoleksian juga dilakukan di sekitar rumah

warga pada lokasi peletakan ovitrap. Pencarian dan pengkoleksian larva

dan telur nyamuk dilakukan untuk tujuan identifikasi di laboratorium

4. Identifikasi dan analisis larva nyamuk

Identifikasi dan analisis larva nyamuk dilakukan menggunakan luv

dan mikroskop stereo di Laboratorium. Identifikasi yang dilakukan yaitu

identifikasi morfologi terhadap telur, larva, pupa dan dewasa dari hasil

koleksi nyamuk yang ditemukan di wilayah penelitian. Identifikasi akan

dilakukan dengan panduan identifikasi jenis nyamuk. Semua data hasil

Page 65: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

45

identifikasi dilaboratorium di analisis kepadatan dan kelimpahannya, serta

dibuat peta sebarannya.

5. Pembuatan peta sebaran menggunakanGeografic Information

System(GIS)

Pembuatan peta sebaran akan menggunakan perangkat lunak GIS

dan pemetaan yang dikembangkan oleh ESRI (Environmental System

Research Institut). Dengan perangkat lunak ini akan melakukan

visualisasi, mengeksplore serta menganalisis data secara geografis.

H. Analisis Data

Data yang dihasilkan dari lapangan dan Laboratorium kemudian

dihitung kepadatan dan kelimpahannya menggunakan rumus:

a. Perhitungan indeks kelimpahan relatif (IKR) dengan persamaan yang

diadopsi dari Krebs (1989) yaitu:

= ( )( )×100%

Selanjutnya nilai indeks kelimpahan relatif digolongkan dalam tiga

kategori yaitu tinggi (>20%), sedang (15%-20%), dan rendah (<15%).

b. Perhitungan frekuensi keterdapatan (Fi) menggunakan persamaan yang

diadopsi dari Misra (1968) yaitu:

Page 66: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

46

= ×100%

Setelah itu, data lokasi sebaran nyamuk genus Aedes (berupa titik

koordinat GPS) kemudian diolah pada software QGIS, sehingga

menghasilkan peta sebaran vector virus dengue berbasis GIS

Page 67: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

47

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Geografis Lokasi

Sandubaya merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota

Mataram. Kecamatan Sandubaya memiliki luas wilayah 10,32 km² dengan

letak astronomi 117 30’ – 118 30’ Bujur Timur dan antara 05 54’– 08

04’’Lintang Selatan. Kecamatan Sandubaya di sebelah selatan berbatasan

dengan Kecamatan Labuapi Lombok Barat dan utara berbatasan dengan

Kecamatan Cakranegara, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Mataram dan Kecamatan Cakranegara dan di sebelah timur

Page 68: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

48

berbatasan dengan Kecamatan Lingsar dan Kecamatan Narmada Lombok

Barat

Tabel 1Luas Wilayah Per Kelurahan Kecamatan Sandubaya tahun 2015

Kelurahan Luas Wilayah(km2)

Mandalika 1,00

Babakan 1,10

Turida 1,97

Selagalas 2,99

Abian Tubuh 0,64

Dasan Cermen 1,58

Bertais 1,04

Jumlah 10,32

Kecamatan Sandubaya memiliki luas wilayah sebesar 10,32 km²,

yang terbagi dalam tujuh kelurahan dan kelurahan Selagalas merupakan

kelurahan dengan luas wilayah paling besar yaitu 2,99 km² atau sekitar

28,97% dari total luas wilayah. Sementara kelurahan Abian Tubuh hanya

seluas 0,64 km² atau 6,20% dari total luas wilayah dan merupakan kelurahan

terkecil di Kecamatan Sandubaya.

Page 69: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

49

2. Hasil Penelitian

a. Tabel hasil pengamatan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan

Sandubaya pada tiap-tiap kelurahan, maka dapat diketahui persebaran

Aedes albopictusdi wilayah tersebut bervariasi pada tiap-tiap wilayahnya.

Dari hasil tersebut maka didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 2:Sebaran nyamuk Aedes albopictus di Kecamatan Sandubaya Kota

Mataram

No Kelurahan

Jumlah Faktor Abiotik

Larva Pupa Imago SuhuRerata

(0C)

IntensitasCahayaRerata

1 Mandalika 85 0 0 28,40 4499.80

2 Babakan 466 21 0 27,60 4555.10

3 Turida 140 8 0 27,50 4852.50

4 Selagalas 57 0 0 26,00 3455.30

5 Abian tubuh 519 66 6 30,10 10872,00

6 Dasan Cermen 127 7 0 31,00 16000.20

7 Bertais 13 0 0 28,20 1683,00

Berdasarkan Tabel 1.2, dapat kita ketahui bahwa jumlah individu

Aedes albopictusterbanyak terdapat di Kelurahan Abian Tubuh yaitu

larva sebanyak 519, pupa sebanyak 66 dan 6 imago. Jumlah sebaran

Page 70: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

50

Aedes albopictuspaling sedikit ditemukan di Kelurahan Bertais yaitu 13

larva serta tidak di temukan pupa dan imago pada kelurahan tersebut.

Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan mikroskop stereo,

didapatkan 3 genus nyamuk yang tersebar di Kecamatan Sandubaya yaitu

genus Aedes, Anopheles dan Culex seperti ditunjukkan pada gambar

berikut.

A B C

D E

Gambar 17:Spesies yang ditemukan di Kelurahan Mandalika. (A)Anophelessp, (B)Aedes albopictus,

(C) Culexsp (D)Aedes aegyptidan (E) PupaAedes albopictus

A B C

Page 71: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

51

D E

Gambar 18:Spesies yang ditemukan di Kelurahan Babakan (A) larvaAedes albopictus, (B) larva

Aedes aegypti, (C) larvaCulexsp, (D) pupaAedes albopictusdan (E) larvaAnophelessp

A B

C D

Gambar 19:Spesies yang ditemukan di Kelurahan Turida. (A) larvaAnophelessp, (B) larvaAedes

aegypti, (C) larvaAedes albopictusdan (D) larvaCulexsp

A

Gambar 20:

Spesies yang ditemukan di Kelurahan Selagalas (A) larvaAedes albopictus

Page 72: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

52

A B C

D E

Gambar 21:Spesies yang ditemukan di Kelurahan Abian Tubuh (A) larvaAnophelessp, (B) pupa

Aedes albopictus, (C) larvaAedes albopictus, (D) imagoAedes albopictusdan (E) imagoAnophelessp

A B C

C D

Gambar 22:Spesies yang ditemukan di Kelurahan Abian Tubuh (A) larvaAedes aegypti, (B) larva

Aedes albopictus, (C) larvaCulexsp dan (D) pupaAedes albopictus

Page 73: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

53

A B

C D

Gambar 23:Spesies yang ditemukan di Kelurahan Mandalika. (A)Anophelessp, (B)Aedes albopictus,

(C) Culexsp (D)Aedes aegypti

B. Analisis Data

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk mendapatkan

persentase kelimpahan serta frekuensi keterdapatan spesiesAedes albopictus

pada tiap-tiap kelurahan di Kecamatan Sandubaya Kota Mataram maka di

lakukan Perhitungan Indeks Kelimpahan Relatif (IKR) dan Frekuensi

Keterdapatan (Fi). Perhitungan Indeks Kelimpahan Relatif (IKR) dihitung

dengan menggunakan persamaan yang diadopsi dari Krebs (1989) yaitu:

= ( )( )×100%

Selanjutnya, perhitungan frekuensi keterdapatan (Fi) menggunakan

persamaan yang diadopsi dari Misra (1968) yaitu:

Page 74: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

54

= ×100%

Adapun hasil penghitunganIKR dan Fi pada penelitian tersebut

berdasarkan rumus di atas dapat lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3:Persentase IKR dan Fi spesies Aedes allbopictus di Kecamatan Sandubaya

Kota Mataram.

Kelurahan Indeks KelimpahanRelatif (IKR) ( %)

FrekuensiKeterdapatan (Fi) (%)

Mandalika 17,31 40

Babakan 33,92 75

Turida 60,41 55

Selagalas 100 15

Abian Tubuh 97,52 80

Dasan Cermen 58,26 25

Bertais 18,05 65

Indeks Kerapatan Relatif (IKR) merupakan perbandingan jumlah

individu suatu spesies terhadap jumlah total individu yang ditemukan.

Menurut Krebs (1989), nilai indeks kelimpahan relatif (IKR) digolongkan

dalam tiga kategori yaitu tinggi (>20%), sedang (15% - 20%), dan rendah

(<15%). Berdasarkan acuan tersebut, maka dapat diketahui bahwa

Kelurahan Mandalika merupakan kelurahan dengan nilai IKR paling

rendah, namun dikategorikan sedang karena memiliki IKR dengan nilai

Page 75: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

55

17,31 %. sedangkan kelurahan yang lainnya memiliki nilai IKR relatif

tinggi yaitu di atas 20%. Selagalas merupakan kelurahan yang memiliki

nilai IKR tertinggi yaitu mencapai 100%. Dari keseluruhan tempat titik

pengambilan sampel di wilayah Kelurahan Selagalas, hanya ditemukan

spesiesAedes albopictus. Oleh karena itu, perbandingan jumlah individu

Aedes albopictusterhadap jumlah total individu bernilai 100%.

Pada Tabel 1.3, data frekuensi keterdapatan juga bervariasi pada

setiap kelurahannya. Berdasarkan tabel frekuensi keterdapatan tertinggi

spesiesAedes albopictusterdapat di Kelurahan Abian tubuh yakni sebesar

80%, sedangkan frekuensi keterdapatan terendah terdapat di Kelurahan

Selagalas yakni sebesar 15% .

C. Pembahasan

Penelitian di Kecamatan Sandubaya dilakukan di semua Kelurahan

yaitu Kelurahan Mandalika, Babakan, Turida, Bertais, Abian Tubuh,

Selagalas dan Dasan Cermen dengan jumlah titik pengambilan sampel yang

sama pada setiap kelurahan yaitu 10 titik, dengan jumlah ovitrap sebanyak 20

buah, sehingga total titik pengambilan yaitu 70 titik. Berdasarkan hasil

pengamatan, setiap kelurahan memiliki sebaran nyamuk yang berbeda. Tinggi

rendahnya angka keterdapatan spesies pada tiap-tiap wilayah diduga

dipengaruhi oleh berbagai faktor berupa faktor biotik dan faktor abiotik.

Pendapat ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jacob

Page 76: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

56

(2014), yang menyatakan bahwa perkembangan nyamukAedessp dipengaruhi

oleh faktor biotik maupun abiotik.78

Larva nyamuk Aedes albopictuspaling banyak ditemukan di

Kelurahan Abian Tubuh dengan total larva Aedes sebanyak 519 larva, 66

pupa, dan 6 imago. Pada kelurahan ini tercatat rata - rata suhu sekitar 300C

dan intensitas cahaya rata– rata 10872 lx. Jumlah individuAedes albopictus

paling sedikit ditemukan di Kelurahan Bertais, dengan total larva sebanyak 13

larva serta tidak ditemukan pupa dan imago dalam keseluruhan ovitrap yang

dipasang. Rata– rata suhu di Kelurahan ini tercatat 28,200C dan intensitas

cahaya sebesar 1683 lx. Perbedaan kelimpahan sebaran tersebut diduga

dipengaruhi oleh berbagai fakor, di antaranya habitat, jenis ovitrap, jenis

atraktan, suhu, kepadatan penduduk, keberadaan tempat pembuangan akhir

sampah (TPA), ketersediaan kontainer, intensitas cahaya serta perilaku

masyarakat sekitar. Dugaan ini sejalan dengan hasil penelitian Yudhastuti

(2005), yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan, keberadaan kontainer

dan perilaku masyarakat memberikan pengaruh terhadap keberadaan larva

nyamuk.79

78Jacob. A.,et al., “Ketahanan Hidup Dan Pertumbuhan Nyamuk Aedes Spp Pada BerbagaiJenis Air Perindukan”, Jurnal e-Biomedik. 2014. 2 (3): 1

79Yudhastuti. R., et al., “Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer dan PerilakuMasyarakat Dengan Keberadaan Jentik NyamukAedes AegyptiDi Daerah Endemis DemamBerdarah Dengue Surabaya“,Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2005. 1 (2): 1

Page 77: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

57

1. Habitat

Data keseluruhan yang telah diperoleh memberikan informasi

bahwa genus Aedes merupakan genus nyamuk yang paling dominan

ditemukan pada tiap-tiap kelurahan dibandingkan genus lain seperti

Anopheles dan Culex. Selain itu, genus Aedes juga paling sering

ditemukan pada tiap-tiap titik tempat pengambilan sampel, terutama

spesiesAedes albopictus. Hal ini diduga karena lokasi peletakan ovitrap di

halaman-halaman rumah yang masih menjadi bagian dari habitat spesies

tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya oleh Sitorus (2004), yang menyebutkan bahwaAedessp, baik

Aedes aegyptimaupunAedes albopictusdapat ditemukan dalam kontainer

alami maupun buatan manusia.80 Aedes aegyptilebih senang meletakkan

telurnya pada tempat yang teduh seperti di dalam ruangan dibandingkan

denganAedes albopictusyang justru lebih senang meletakkan telurnya di

luar ruangan.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat kita

ketahui bahwa keterdapatanAedes albopictuslebih besar dibandingkan

dengan Aedes aegypti diduga karena titik pengambilan sampel

dilingkungan luar rumah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sari

(2012), yang menyebutkan bahwa larvaAedes aegyptilebih sering

80Sitorus. H.,et al “Pengamatan Larva Aedes Di Desa Sukaraya Kabupaten Oku Dan DiDusun Martapura Kabupaten Oku Timur Tahun 2004”, Media Litbang Kesehatan2007. 17(2): 28

Page 78: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

58

ditemukan pada kontainer yang berada dalam ruangan dibandingkan

Aedes albopictusyang lebih sering dimukan di luar ruangan.81

Jenis ovitrap yang telah digunakan dalam pengamatan yaitu ovitrap

sederhana yang terbuat dari ember plastik berwarna hitam dengan

diameter sekitar 20 cm. Penggunaan ember plastik berwarna hitam

diharapkan dapat menarik perhatian vektor nyamuk, sebagaimana

penelitian yang dilakukan oleh Hendri (2010) dan Budiyanto (2012),

menyatakan bahwa berdasarkan pengamatan mengenai tempat

perkembangbiakan nyamukAedes spp. di Pasar Wisata Pangandaran

ditemukan bahwa ember yang berbahan plastik,82 serta berwarna gelap

merupakan tempat ditemukannya larva nyamuk paling banyak

dibandingkan tempat perindukan yang lain.83 Hasil penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian Widjaja (2011), yang menyatakan bahwa wadah

yang berbahan plastik seperti ember dan berwarna gelap sangat

berpengaruh terhadap kelimpahan genus Aedes termasukAedes albopictus

serta dapat meningkatkan risiko terjangkit penyakit DBD.84

81Sari. P.,et al., Hubungan Kepadatan JentikAedes SpDan Praktik PSN Dengan KejadianDBD Di Sekolah Tingkat Dasar Di Kota Semarang”, Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012. 1 (2):413 - 422

82Hendri. J., et al., “Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedes spp. Di Pasar WisataPangandaran”, Aspirator. 2010. 2 (1): 23-31

83Budiyanto. A., “Perbedaan Warna Kontainer Berkaitan dengan Keberadaan Jentik Aedes

aegyptidi Sekolah Dasar”, Jurnal Biotek Medisiana Indonesia. 2012. 1 (2): 65-7184Widjaja. J., et al. “Keberadaan Kontainer sebagai Faktor Risiko Penularan Demam

Berdarah Dengue di Kota Palu, Sulawesi Tengah”, Aspirator.2011. 3 (2) 82-88

Page 79: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

59

Selain jenis ovitrap, kelimpahan vektor nyamuk yang dapat

terkoleksi juga diduga dipengaruhi oleh jenis atraktan yang digunakan.

Adapun jenis atraktan yang telah digunakan yaitu dari kotoran sapi yang

dicampur dengan air dengan konsentrasi 10%. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan oleh Wiriastusi (2012), melaporkan bahwa media

yang lebih efektif untuk dijadikan larutan pada ovitrap adalah media yang

tercampur dengan kotoran sapi dibandingkan media tercemar lain yang

telah digunakan seperti air sabun, air cucian beras, air yang tercampur

kotoran ayam, air yang tercampur kotoran kuda dan air yang tercampur

dengan tanah.85

2. Kepadatan Hunian Penduduk

Dari keseluruhan wilayah yang diamati diketahui bahwa kuantitas

dan jenis larva nyamuk yang diperoleh berbeda-beda di setiap kelurahan.

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, ovitrap yang diletakkan di

lingkungan hunian penduduk yang padat, kurang bersih serta kumuh

ditemukan lebih banyak larva nyamuk dibandingkan dengan lingkungan

yang memiliki kepadatan hunian yang rendah serta bersih. Salah satu

kelurahan yang memiliki kepadatan dan pola pemukiman yang cukup

padat yaitu kelurahan Abian tubuh dan Babakan. Kedua kelurahan

tersebut memiliki indeks keterdapatan vektor yang cukup tinggi

85Wurisastuti. T., “Perilaku Bertelur NyamukAedes aegyptipada Media Air Tercemar”,

Jurnal Biotek Medisiana Indonesia. 2013. 2 (1):25– 32

Page 80: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

60

dibandingkan kelurahan yang lain. Hal tersebut memberikan gambaran

bahwa faktor kepadatan hunian penduduk juga diduga dapat

mempengaruhi keterdapatan dan kelimpahan vektorAedes albopictuspada

suatu wilayah.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Oktikasari (2008),

yang mengatakan bahwa kepadatan hunian dapat mempengaruhi

keberadaan vektor nyamuk.86

Hasil penelitian yang diperoleh tersebut juga sejalan dengan hasil

penelitian yang telah dilaporkan dalam data WHO (2000), yang

menyatakan bahwa semakin padat penduduk, semakin besar peluang

keterdapatan vektor di lingkungan hunian penduduk yang padat sehingga

semakin mudah pula bagi nyamuk Aedes menularkan virusnya dari satu

orang ke orang lainnya. Selain itu, hasil penelitian Hasyimi (2007),

melaporkan bahwa kepadatan hunian atau kepadatan penduduk juga dapat

meningkatkan resiko kejadian DBD. Hal ini dapat terjadi karena di daerah

dengan kepadatan penduduk tinggi dapat memberi banyak peluang

tumbuh dan berkembang bagi vektor pada berbagai media serta limbah

rumah tangga dari penduduk yang padat tersebut.87

86Oktikasari. F. Y.,et al., “Faktor Sosiodemografi Dan Lingkungan Yang MempengaruhiKejadian Luar Biasa Chikungunya Di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok 2006”,

MakaraKesehatan. 2008. 12 (1): 20-2687Hasyimi. M., et al., “Hubungan Tempat Penampungan Air Minum Dan Faktor Lainnya

Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Provinsi DKI Jakarta Dan Bali (Analisis dataRiskesdas 2007)”, Media Litbang Kesehatan. 2011. 21 (2): 2011

Page 81: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

61

3. Tempat Penampungan Air (TPA) dan Keberadaan Kontainer

Tempat penampungan air (TPA) merupakan salah satu tempat

yang disenangi olehAedes albopictus.Keberadaan TPA pada suatu

lingkungan sangat berperan dalam indeks keterdapatanAedes albopictus.

Semakin banyak terdapat TPA pada suatu lingkungan, diduga semakin

besar peluang meningkatnya keterdapatan vektor pada wilayah tersebut.

Data yang diperoleh dari wilayah penelitian memberikan informasi bahwa

kelurahan-kelurahan yang memiliki banyak tempat-tempat penampungan

air terutama yang digunakan oleh warga memiliki indeks kelimpahan yang

tinggi seperti kelurahan Abian Tubuh, Babakan dan Turida yang memiliki

nilai frekuensi keterdapatan masing-masing 80%, 75% dan 55%. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Fathi (2005), yang menyatakan

bahwa keberadaan tempat penampungan air berperan terhadap

keterdapatan nyamuk Aedes.88

Kecamatan Sandubaya merupakan salah satu Kecamatan yang

memiliki pasar dan pusat bisnis lokal terbesar di wilayah Kota Mataram.

Keberadaan pasar besar tidak hanya menimbulkan banyak TPA,

melainkan juga dapat menyediakan lebih banyak kontainer yang berasal

dari sisa barang-barang yang diperjualbelikan dan selanjutnya dapat

menjadi perindukan vektor nyamuk. Selain di wilayah sekitar pasar,

88Fathi. et al., “Peran Faktor Lingkungan Dan Perilaku Terhadap Penularan DemamBerdarah Dengue Di Kota Mataram”, Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2005.2. (1): 1 - 10

Page 82: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

62

lingkungan sekitar rumah penduduk yang terdapat kontainer yang tidak

diperhatikan pemiliknya juga dapat meningkatkan keterdapatan vektor.

Seperti yang terjadi di wilayah Abian Tubuh, lingkungan rumah penduduk

masih terdapat banyak kontainer-kontainer sehingga mendukung tingginya

keterdapatan vektor.

Berdasarkan hasil penelitian Azizah (2010), melaporkan bahwa

keberadaan kontainer lebih dari 3 kontainer memiliki risiko untuk

mengalami DBD 6,75 kali lebih besar daripada responden yang

mempunyai kontainer kurang dari 3.89 Data tersebut menggambarkan

bahwa keberadaan kontainer sangat berperan penting terhadap keberadaan

vector demam berdarah, salah satunya yaituAedes albopictus.Hasil

penelitian tersebut sesuai dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan.

Lingkungan yang jarang memiliki kontainer seperti Kelurahan Selagalas

memiliki frekuensi keterdapatan paling sedikit yaitu 15% jika

dibandingkan dengan kelurahan lain yang memiliki indeks keterdapatan

rata - rata di atas 25%.

4. Suhu dan Intensitas Cahaya

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.3, di perkirakan

bahwa keterdapatan dan kelimpahan spesiesAedes albopictusdi suatu

wilayah dapat dipengaruhi oleh faktor suhu, sebagaimana hasil penelitian

89Gama. A. T.,et al., “Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue Di DesaMojosongo Kabupaten Boyolali” Eksplanasi. 2010. 5 (2):9

Page 83: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

63

dari beberapa peneliti sebelumnya seperti pada penelitian Rahayu (2012),

yang menyatakan bahwa terdapat beberapa unsur iklim yang berpengaruh

dominan terhadap angka kejadian DBD, salah satunya adalah suhu. Pada

suhu tertentu vektor DBD dapat berkembang secara optimal. Suhu optimal

untuk perkembanganAedes albopictusberdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Rahayu (2012), melaporkan bahwa suhu optimal untuk

perkembanganAedes albopictusyaitu 28-32 oC.90 Dari pernyataan

tersebut dapat diketahui bahwa angka keterdapatanAedes albopictus

dipengaruhi oleh suhu. Larva terbanyak diperoleh di Kelurahan Abian

Tubuh dengan rata-rata suhu di wilayah tersebut sekitar 300C, yang

merupakan suhu optimal untuk perkembanganAedes albopictus.

Selain suhu, intensitas cahaya juga diduga dapat mempengaruhi

aktifitas dan keberadaanAedes albopictus. Spesies tersebut lebih sering

pada lingkungan yang memiliki intensitas cahaya yang rendah

dibandingkan lingkungan dengan intensitas cahaya tinggi. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Waluyo (2011), yang menyatakan bahwa nyamuk

Aedes lebih banyak ditemukan dan lebih aktif melakukan aktifitas pada

intensitas cahaya yang lebih rendah.91

90Rahayu. D. K., et al “Pemodelan Pengaruh Iklim Terhadap Angka Kejadian DemamBerdarah Dengue Di Surabaya”, Jurnal Sains Dan Seni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).2012. ISSN: 2301-928X

91Waluyo. B., at al., “Pengaruh Penggunaan Cahaya Buatan Terus Menerus TerhadapPerilakuAedesMenghisap Darah”, Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2011. 7 (1): 40

Page 84: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

64

5. Perilaku Masyarakat

Perilaku masyarakat dapat berperan penting terhadap keberadaan

vektor nyamuk di lingkungan sekitar. Perilaku masyarakat sangat

didukung oleh pengetahuan dari masyarakat di wilayah tersebut. Semakin

tinggi pendidikan dan pengetahuan mengenai keberadaan, faktor serta

dampak yang diakibatkan keberadaan vector DBD, maka semakin tinggi

pula kesadaran dan keseriusan masyarakat untuk melakukan upaya

pencegahan keberadaan vektor tersebut. Salah satu upaya yang bisa

dilakukan yaitu gerakan pemberantasan sarang nyamuk, abate,fogging,

pemakaian reflane dan lainnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat kita amati frekuensi

keterdapatan dari seluruh kelurahan menggambarkan bahwa Kelurahan

Selagalas merupakan kelurahan yang memiliki frekuensi keterdapatan

paling rendah yaitu 15% serta indeks kelimpahan relatif 100%. Hasil ini

sangat didukung oleh hasil penelitian Cahyo (2006) dan Monintja (2015),

yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat

dapat mempengaruhi keberadaan vektor DBD tersebut.92’93

92Cahyo. K., ”Kajian Faktor – Faktor Dalam Keluarga yang mempengaruhi Pencegahan

Penyekit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Metesh Kota Semarang”, 2006. MediaLitbang Kesehatan. 16(4): 9

93Monintja, T. C. N., “Hubungan Antara Karakteristik Individu, Pengetahuan Dan Sikap

Dengan Tindakan PSN DBD Masyarakat Kelurahan Malalayang I Kecamatan Malalayang KotaManado.Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. 2015. 5 (2):516

Page 85: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

65

6. Curah Hujan

Curah hujan merupakan faktor penentu tersedianya tempat

perindukan bagi nyamuk. Hujan yang cukup akan menimbulkan genangan

air di beberapa tempat penampungan air yang merupakan tempat

perkembangbiakan nyamuk. jumlah hari hujan tertinggi di Kecamatan

Sandubaya terjadi di bulan November yaitu sekitar 25 hari.94 Oleh karena

itu, penelitian yang telah dilakukan bulan November ini juga diperkirakan

dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi tersebut. tingginya curah hujan

dapat mendukung persentase keterdapatan vektor teutama di wilayah

kelurahan yang tersedia banyak container seperti kelurahan Abian Tubuh,

Babakan dan Bertais.

D. Geographic Information System(GIS)

Geographic Information System(GIS) adalah sistem informasi khusus

yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan).

Dalam arti sempit, GIS adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan

untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi

berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya,

dalam sebuah database.95 Adapun hasil pemetaan sebaran nyamukAedes

albopictusdi Kecamatan Sandubaya tahun 2017 menggunakan GIS adalah

sebagai berikut:

94Badan Pusat StatistikKota Mataram “kecamatan Sandubaya dalam angka” 2017: 1-240

95 Tumimomor, M.,et al., “Sistem Informasi Geografis Pariwisata Kota Kupang”, JurnalNasional Pendidikan Teknik Informatika.2013. 1 (2) :1-11

Page 86: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

66

Gambar 24:hasil pemetaan sebaranAedes albopictusdi Kecamatan

Sandubaya Kota Mataram tahun 2017

Keterangan:Fi=Frekuensi Keterdapatan

: Fi = 0 - 24% :Fi = 50 - 74%

: Fi = 25 - 49% :Fi = 75 - 100%

Page 87: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

67

Berdasarkan Gambar 24 dapat diketahui bahwa peta tersebut

menggambarkan persebaran vectorAedes albopictusdi Kecamatan Sandubaya

bervariasi pada setiap Kelurahan. Kelurahan Abian Tubuh merupakan

Kelurahan dengan Frekuensi Keterdapatan (Fi) paling tinggi yaitu 80 %,,

kemudian disusul oleh kelurahan Babakan dengan nilai (Fi) 75%. Kelurahan

Mandalika dan Turida memiliki nilai (Fi) masing-masing 40 % dan 55%,

sedangkan Kelurahan Selagalas dan Dasan Cermen merupakan Kelurahan

dengan nilai (Fi) paling rendah yaitu masing-masing 15% dan 25%.

Berdasarkan peta tersebut maka dapat diketahui hasil pemetaan sebaranAedes

albopictusmenggambarkan bahwa di Kecamatan Sandubaya tergolong daerah

yang berisiko tinggi terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Page 88: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. penyebaranAedes albopictusdi Kecamatan Sandubaya Kota Mataram

bervariasi pada setiap kelurahan. Frekuensi keterdapatan (Fi) terdapat pada

kelurahan Abian Tubuh yaitu 80% dan terendah terdapat pada kelurahan

Selagalas yaitu 15%

2. KelimpahanAedes albopictusdi Kecamatan Sandubaya juga berbeda–

beda. Indeks Kelimpahan Relatif (IKR) tertinngi terdapat pada Kelurahan

Selagalas yaitu 100% sedangkan frekuensi keterdapatan terendah terdapat

pada kelurahan Mandalika yaitu 17,31%. Dengan demikian, dapat

diketahui bahwa masyarakat Kecamatan Sandubaya berpotensi tinggi

terkena penyakit Demam berdarah Dengue (DBD). Oleh karena itu perlu

dilakukan upaya pengendalian dengan melihat potensi keterdapatan vektor

Aedes albopictuspada wilayah–wilayah yang telah dipetakan

B. Saran

Berdasarkan hasil peneltian yang telah dilaksanakan, beberapa hal

yang dapat disarankan sebagai tindakan lanjutan yaitu:

a. Kepada masyarakat untuk dapat meningkatkan kepedulian terhadap

kebersihan lingkungan, terutama pelaksanaan PSN

Page 89: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

69

b. Kepada Dinas Kesehatan agar memberikan penyuluhan rutin kepada

masyarakat mengenai bahaya DBD serta upaya penanggulangan yang

bisa dilakukan.

c. Kepada peneliti selanjutnya agar mencoba menggunakan jenis ovitrap

dan jenis atraktan yang berbeda dan lebih efektif

Page 90: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

70

DAFTAR PUSTAKA

Alfonso, J & Morales. L., “Mappingmalaria in municipalities of the Coffee Triangleregion of Colombia usingGeographic Information Systems(GIS)”, Journal ofInfection and Public Health. 2015. Vol 8 : 1– 650

Andriani, N. W. E., “Tjitrosantoso. H., Paulina V & Yamlean. Y., “Kajian

Penatalaksanaan Terapi Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD) PadaPenderita Anak Yang Menjalani Perawatan Di Rsup Prof. Dr. R.D KandouTahun 2013”, Jurnal Ilmiah Farmasi. 2014. 3 (2): 57– 61

Andri, R., Gunawan. T & Juwono M., “Tingkat Kerawanan Demam BerdarahDengue Berdasarkan Sistem Informasi Geografi Dan Penginderaan Jauh DiKota Banjar Propinsi Jawa Barat”, Jurnal Ekologi Kesehatan.2013. 12(2): 72– 81

Anwar, C., Lavita. R.A & Handayani. D., “Identifikasi dan Distribusi Nyamuk AedesSp. Sebagai Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue di Beberapa Daerah diSumatera Selatan”, Majalah Kedokteran Sriwijaya. 2014. 46 (2): 111– 117

Boesri, H. “Biologi dan PerananAedes albopictus(Skuse) 1894 sebagai PenularPenyakit”, Aspirator. 2011. 3 (2): 117– 125

Budiyanto,A., “Perbedaan Warna Kontainer Berkaitan dengan Keberadaan JentikAedes aegyptidi Sekolah Dasar”, Jurnal Biotek Medisiana Indonesia. 2012. 1(2): 65-71

Cahyo,K., ”Kajian Faktor – Faktor Dalam Keluarga yang mempengaruhi PencegahanPenyekit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Metesh KotaSemarang”, 2006. Media Litbang Kesehatan. 16(4): 9

Christopers, S.R.,Aedes aegypti(L) The Yellow Fever Mosquito. CambridgeUniversity Press. London. 1960: 1– 750

Data dan informasi profil kesehatan republik indonesia 2016.Kementerian KesehatanRepublik indonesia. Hlm. 1– 175

Fadilla, Z. Hadi. U. K & Setiyaningsih.S., “Bioekologi vektor demam berdarahdengue (DBD) serta deteksi virus dengue padaAedes aegypti(Linnaeus) danAe. albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae) di kelurahan endemik DBDBantarjati, Kota Bogor”, Jurnal Entomologi Indonesia. 2015. 12 (1): 31– 38

Page 91: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

71

Fakhriadi, R., Yulidasari. F & Setyaningrum. R., “Faktor Risiko Penyakit DemamBerdarah Dengue Di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung KotaBanjarbaru (Tinjauan Terhadap Faktor Manusia, Lingkungan, Dan KeberadaanJentik”, Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2015. 2 (1): 7– 14

Farajollahi, A & Dana C., “A Rapid Identification Guide for Larvae of the MostCommon North American Container-Inhabiting Aedes Species of MedicalImportance”, Journal of the American Mosquito Control Association. 2013.29(3): 203– 213

Fathi, Keman. S & Wahyuni. C. U., “Peran Faktor Lingkungan Dan PerilakuTerhadap Penularan Demam Berdarah Dengue Di Kota Mataram”, JurnalKesehatan Lingkungan. 2005. 2 (1): 1– 10

Franco,J.G.E., “Biology, Disease Relationships, And Control Of Aedes albopictus”,Washington: Paito, 1995 : 1– 61

Gama,A. T., “Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Desa

Mojosongo Kabupaten Boyolali”, Eksplanasi. 2010. 5 (2): 9

Hamzah, E & Basri. S., “Perbedaan Ovitrap Indeks Botol, Ember dan Port MosquitoTrap sebagai Perangkap Nyamuk Aedes sp. di Area Kantor KesehatanPelabuhan Kelas II Samarinda Wilayah Kerja Sangatta Kabupaten KutaiTimur”, Higiene. 2016. 2 (3): 156– 158

Hasyimi, M., “Hubungan Tempat Penampungan Air Minum Dan Faktor Lainnya

Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Provinsi DKI JakartaDan Bali (Analisis data Riskesdas 2007)”, Media Litbang Kesehatan. 2011. 21(2): 2011

Hendri, J., Nusa, R & Prasetyowati, H., “Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedesspp. Di Pasar Wisata Pangandaran”, Aspirator. 2010. 2 (1): 23-31

Jacob,A., “Ketahanan Hidup Dan Pertumbuhan Nyamuk AedesSpp Pada BerbagaiJenis Air Perindukan”, Jurnal e-Biomedik. 2014. 2 (3): 1

Lidia, K & Setianingrum. E. L. S., “Deteksi Dini Resistensi NyamukAedesAlbopictus Terhadap Insektisida Organofosfat Di Daerah Endemis DemamBerdarah Dengue Di Palu (Sulawesi Tengah)”, Maktab Kontribusi Malaysia2008. 3 (2): 105– 110

Kusumawati, Y., Suswardany. D.L., Yuniarno. S & Darnoto. S.,” UpayaPemberantasan NyamukAedes aegyptiDengan Pengasapan (Fogging) Dalam

Page 92: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

72

Rangka Mencegah Peningkatan Kasus Demam Berdarah”, Warta. 2007. 10 (1):1 – 11

Murdani, A. P., Martini. S & Purnomo.W., “Pemetaan Kejadian DBD Berdasarkan

Angka Bebas Jentik Dan Jenis Infeksi Virus Dengue”, Jurnal Keperawatan &Kebidanan Stikes-Dian Husada Mojokerto. Hlm. 30– 43

Monintja, T. C. N., “Hubungan Antara Karakteristik Individu, Pengetahuan Dan

Sikap Dengan Tindakan PSN DBD Masyarakat Kelurahan Malalayang IKecamatan MalalayangKota Manado”, Jurnal Ilmu Kesehatan MasyarakatUniversitas Sam Ratulangi. 2015. 5 (2): 516

Moore, C. G., Francy.D. B., Eliason. D. A & Monath. T. P., “Aedes AlbopictusInThe United States: Rapid Spread Of A Potential Disease Vector”, Journal of theAmerican mosquito control association. 1988. 4(3): 1– 360

Nugroho, G.S., Nugroho. D & Hasbi. M., “Geographic Information SystemPenyebaran DBD Berbasis Web di Wilayah Kota Solo”, Jurnal TeknologiInformasi dan Komunikasi Sinar Nusantara. 2012: 6: 59– 65

Oktikasari, F. Y.,Susanna, D & Djaja, I. M., “Faktor Sosiodemografi Dan

Lingkungan Yang Mempengaruhi Kejadian Luar Biasa Chikungunya DiKelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok 2006”, Makara Kesehatan.2008. 12 (1): 20-26

Purnamasari, A.B. Kadir. S & Marhtyni., “Distribusi Keruangan Spesies LarvaAedesSp. Dan Karakteristik Tempat Perkembangbiakan di Kelurahan KarunrungKota Makassar”, Jurnal Bionature. 2016. 17 (1): 1– 7

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015. Hlm 37

Rahayu, D. F & Ustiawan. A.,“Identifikasi Aedes AegyptiDan Aedes albopictus”,Balaba. 2013. 9 (1) : 7– 10

Rahayu, D. K.,“Pemodelan Pengaruh Iklim Terhadap Angka Kejadian Demam

Berdarah Dengue Di Surabaya”, Jurnal Sains Dan Seni Institut TeknologiSepuluh Nopember(ITS). 2012.

Riska, R..S., “Pemetaan Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue DenganGeographic Information System(GIS) Di Kota Kotamobagu”, Jurnalkedokteran komunitas dan tropik.2015. 3 (2): 1– 11

Page 93: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

73

Rueda, L.M., “Pictorial keys for the identification of mosquitoes (Diptera: Culicidae)associated with Dengue Virus Transmission(Zootaxa 589)”, New Zealand.Magnolia Press. 2004:1– 60

Rosa,E., “Studi Tempat Perindukan Nyamuk Vektor Demam Berdarah Dengue diDalam Dan di Luar Rumah di Rajabasa Bandar Lampung”, Jurnal SainsMIPA.2007. 13 (1) : 57– 60

Rosilawati, H & Zairil. J., Seasonal abundance ofAedes albopictusin selected urbanand suburbaewn areas in Penang, Malaysia”, Tropical Biomedicine. 2007.24(1): 83– 94

Sari. P., Martini & Ginanjar, P., Hubungan Kepadatan Jentik Aedes Sp Dan PraktikPSN Dengan Kejadian DBD Di Sekolah Tingkat Dasar Di Kota Semarang”,

Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012. 1 (2): 413 - 422

Sitorus,H., “Peng Amatan Larva Aedes Di Desa Sukaraya Kabupaten Oku Dan Di

Dusun Martapura Kabupaten Oku Timur Tahun 2004”, Media LitbangKesehatan2007. 17(2): 28

Suhardiono, “sebuah analisis faktor resiko perilaku masyarakat terhadap kejadian

demam berdarah dengue (DBD) di kelurahan Helvetia tengah, Medan”, 2005”

Jurnal mutiara kesehatan Indonesia. 2005. 1 (2): 1– 7

Subra, R., “Biology And Control Of CulexPipiensUlnquefasciatus" Say, 1823(Diptera, Culicidae) With Special Reference To Africa”, Intsect ScienceApplicofion. 1981. 1 (4): 250– 340

Sukana, B. “Pemberantasan Vektor DBD di Indonesia” Media Litbangkesehatan.1993. 3 (1): 9– 16

Sumunar “Penentuan Tingkat Kerentanan Wilayah Terhadap PerkembangbiakanNyamukAedes AegyptiDan Aedes AlbopictusDengan Penginderaan Jauh DanSistem Informasi Geografis” Paper of: International Seminar on Mosquito andMosquito borne Disease Control Through Ecological Approaches Departementof Parasitology, Faculty of Medicine Gadjah Mada University, 27 November2007: 1– 10

Sunaryo “Sistem Informasi Geografis Untuk Kajian Masalah Kesehatan” Balaba2010. 6(1) : 26-27

Sukowati, S., “Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue dan Pengendaliannya diIndonesia”, .Buletin Jendela Epidemiologi. 2010:20–28

Page 94: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

74

Tairas, S., “Analysis of Implementation of Control of Dengue Hemorrhagic Fever in

North Minahasa Regency”, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Umum. 2015. 5

(1): 22– 28

Widjaja, J., “Keberadaan Kontainer sebagai Faktor Risiko Penularan Demam

Berdarah Dengue di Kota Palu, Sulawesi Tengah”, Aspirator. 2011. 3 (2) 82-88

Waluyo, B., “Pengaruh Penggunaan Cahaya Buatan Terus Menerus TerhadapPerilaku Aedes Menghisap Darah”, Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia.2011. 7 (1): 40

Widjana, D. P. Sudarmaja. M & Sutisna. P., “The Fauna of Aedes Mosquito and ItsPotential Role in the Transmission ofDengue Hemorrhagic Feverin theHamlet of Graha Kerti and Kerta Petasikan, Denpasar”, Jurnal KedokteranYarsi. 2012.20 (2) : 81– 86

Widyawati., Irene. F., Nitya., Syaukat. S., Rudy. P., Tambunan., Tri E. B & Soesilo.,“Penggunaan Sistem Informasi Geografi Efektif Memprediksi Potensi DemamBerdarah Di Kelurahan Endemik”, Makara Kesehatan.2011. 15 (1): 21– 30

Wurisastuti, T., “Perilaku Bertelur NyamukAedes aegyptipada Media AirTercemar”, Jurnal Biotek Medisiana Indonesia. 2013. 2 (1):25– 32

Yudhastuti, Z & Vidiyani, A., “Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer , Dan

Perilaku Masyarakat Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti DiDaerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya “, Jurnal KesehatanLingkungan. 2005. 1 (2): 1

Page 95: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

75

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 96: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

76

Data Hasil Koleksi Spesies Aedes albopictus di Kecamatan Sandubaya1. Kelurahan Mandalika

Titik SamplingJumlah

Larva Pupa Imago

A1 13 0 02 0 0 0

B1 40 0 02 4 0 0

C1 0 0 02 0 0 0

D1 26 0 02 0 0 0

E1 0 0 02 0 0 0

F1 0 0 02 0 0 0

G1 0 0 02 0 0 0

H1 0 0 02 0 0 0

I1 1 0 02 0 0 0

J1 1 0 02 0 0 0

Total 85 0 0

2. Kelurahan Babakan

Titik SamplingJumlah

Larva Pupa Imago

A1 12 1 02 0 0 0

B1 50 0 02 4 0 0

C1 136 20 02 2 0 0

D1 7 0 02 28 0 0

E 1 0 0 0

Page 97: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

77

2 0 0 0

F1 60 0 02 0 0 0

G1 0 0 02 1 0 0

H1 73 0 02 0 0 0

I1 41 0 02 44 0 0

J1 8 0 02 0 0 0

Total 466 21 0

3. Kelurahan Turida

Titik SamplingJumlah

Larva Pupa Imago

A1 0 0 02 2 1 0

B1 0 0 02 8 0 0

C1 0 0 02 25 0 0

D1 0 0 02 12 0 0

E1 0 0 02 2 0 0

F1 11 0 02 18 0 0

G1 0 0 02 0 0 0

H1 18 0 02 25 0 0

I1 0 0 02 0 0 0

J1 7 0 02 12 7 0

Total 140 8 0

Page 98: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

78

4. Kelurahan Selagalas

Titik SamplingJumlah

Larva Pupa Imago

A1 21 0 02 0 0 0

B1 0 0 02 0 0 0

C1 0 0 02 0 0 0

D1 0 0 02 0 0 0

E1 0 0 02 0 0 0

F1 0 0 02 26 0 0

G1 0 0 02 0 0 0

H1 0 0 02 10 0 0

I1 0 0 02 0 0 0

J1 0 0 02 0 0 0

Total 57 0 0

5. Kelurahan Abian Tubuh

Titik SamplingJumlah

Larva Pupa Imago

A1 14 0 02 0 0 0

B1 22 1 02 85 0 0

C1 3 0 02 0 0 0

D1 0 0 02 40 0 0

E 1 15 0 0

Page 99: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

79

2 10 0 0

F1 25 30 02 0 0 0

G1 18 0 32 49 0 0

H1 74 4 32 31 30 0

I1 68 0 02 0 0 0

J1 65 1 02 0 0 0

Total 519 66 6

6. Kelurahan Dasan Cermen

Titik SamplingJumlah

Larva Pupa Imago

A1 0 0 02 0 0 0

B1 0 0 02 0 0 0

C1 0 0 02 1 7 0

D1 0 0 02 0 0 0

E1 0 0 02 0 0 0

F1 48 0 02 0 0 0

G1 0 0 02 68 0 0

H1 0 0 02 7 0 0

I1 0 0 02 0 0 0

J1 0 0 02 3 0 0

Total 127 7 0

Page 100: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

80

7. Kelurahan bertais

Titik Sampling

JumlahLarva Pupa Imago

A1 2 0 0

2 0 0 0

B1 1 0 0

2 4 0 0

C1 3 0 0

2 0 0 0

D1 0 0 0

2 0 0 0

E1 0 0 0

2 0 0 0

F1 0 0 0

2 3 0 0

G1 0 0 0

2 0 0 0

H1 0 0 0

2 0 0 0

I1 0 0 0

2 0 0 0

J1 0 0 0

2 0 0 0

Rata-rata 13 0 0

Page 101: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

81

Data Faktor Abiotik di Sekitar tempat pengambilan Sampel1. Kelurahan Mandalika

Ovitrap I.Chaya SuhuKoordinat

G. Lintang G. Bujur

A1 49

31 C-8,605,367 116,145,493

2 5844 8 36'19,32" S 116 8'43,78" E

B1 32

31 C-8,605,253 116,145,425

2 3435 8 36'18,91" S 116 8'43,53" E

C1 552

26 C-8,605,230 116,145,475

2 5679 8 36'18,83" S 116 8'43,71" E

D1 0

29 C-8,605,332 116,145,472

2 1157 8 36'19,19" S 116 8'43,7" E

E1 712

31 C-8,604,773 116,145,212

2 3797 8 36'17,18" S 116 8'42,76" E

F1 913

26 C-8,605,087 116,144,995

2 1492 8 36'18,31" S 116 8'41,98" E

G1 1163

26 C-8,605,130 116,145,045

2 42156 8 36'18,47" S 116 8'42,16" E

H1 26

31 C-8,605,358 116,145,050

2 1810 8 36'19,29" S 116 8'42,18" E

I1 26

27 C-8,606,985 116,136,847

2 159 8 36'25,15" S 116 8'12,65" E

J1 8820

26 C-8,605,177 116,145,322

2 12174 8 36'18,64" S 116 8'43,16" ERata-rata 4499.8 28.4 C

2. Kelurahan Babakan

Ovitrap I.Chaya SuhuKoordinat

G. Lintang G. Bujur

A1 104

27 C-8,605,367 116,145,037

2 8820 8 36'19,32''s 116 8'42,13'' E

B1 1580

26 C-8,605,475 116,145,185

2 4335 8 36'1971'' S 116 8'42,67'' E

C1 794

26 C-8,605,443 116,145,420

2 13027 8 36'19,6'' S 116 8'43,51'' E

D1 75

27 C-8,607,302 116,136,245

2 1349 8 36'26,29'' S 116 8'10,48'' EE 1 4915 28 C -8,607,288 116,136,117

Page 102: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

82

2 6994 8 36'26,24'' S 116 8'10,02'' E

F1 3780

27 C-8,606,890 116,136,328

2 3985 8 36'24,8'' S 116 8'1078'' E

G1 2743

26 C-8,606,888 116,136,385

2 8119 8 36'24,82''s 116 8'10,99''e

H1 552

30 C-8607125 116,136,367

2 1515 8 36'2565'' S 116 8'10,92'' E

I1 2486

30 C-8,607,217 116,136,650

2 4579 8 36'25,98'' S 116 8'11,94'' E

J1 3217

29 C-8,607,195 116,136,247

2 18132 8 36'25,9'' S 116 10,49'' ERata-rata 4555.05 27.6 C

3. KelurahanTurida

Ovitrap I.Chaya SuhuKoordinat

G. Lintang G. Bujur

A1 40 30 C -8,606,690 116,136,2952 11706 8 36'24,08" S 116 8'10,66" E

B1 40 30 C -8,604,642 116,153,7352 52 8 36'16,71" S 116 9'13,45" E

C1 5567 29 C -8,605,732 116,153,2802 15139 8 6'20,63" S 116 9'11,81" E

D1 1106 26 C -8,605,907 116,153,0672 3042 8 36'21,26" S 116 9'11,04" E

E1 5649 26 C -8,605,852 116,152,9772 12409 8 36'21,07" S 116 9'10,72" E

F1 2200 26 C -8,606,025 116,152,9022 9929 8 36'21,69" S 116 9'10,45" E

G1 0 26 C -8,605,717 116,153,0402 1943 8 36'20,58" S 116 9'10,94" E

H1 7358 26 C -8,605,462 116,153,0572 10364 8 36'19,66"S 116 9'11" E

I1 123 26 C -8,605,413 116,153,1332 9207 8 36'19,49" S 116 9'11,28" E

J1 523 30 C -8,605,355 116,152,6872 653 8 36'19,28" S 116 9'9,67" E

Rata-rata 4852.5 27.5 C

Page 103: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

83

4. Kelurahan Selagalas

Ovitrap I.Chaya Suhu

Koordinat

G. Lintang G. Bujur

A1 40 26 C -8,604,743 116,129,7352 1108 8 36'17,08" S 116 7'47,05" E

B1 13 30 C -8,604,732 116,129,2322 16 8 36'17,03" S 116 7'45,23" E

C1 266 30 C -8,604,923 116,129,7922 9314 8 36'17,72" S 116 7'47,25" E

D1 227 30 C -8,605,223 116,129,5132 267 8 36'18,8" S 116 7'46,25" E

E1 0 24 C -8,583,262 116,154,6622 32 8 34'59,74" S 116 9'16,78" E

F1 130 24 C -8,583,315 116,154,6422 315 8 34'59,93" S 116 9'16,71" E

G1 14 24 C -8,583,413 116,154,7982 56797 8 35'0,29" S 116 9'17,27" E

H1 20 24 C -8,583,445 116,154,8132 59 8 35'0,4" S 116 9'17,33" E

I1 162 24 C -8,583,568 116,154,4222 241 8 35'0,85" S 116 9'15,92" E

J1 39 24 C -8,583,558 116,154,2372 46 8 35'0,81" S 116 9'15,25" E

Rata-rata 3455.3 26 C

5. Kelurahan Abian Tubuh

Ovitrap I.Chaya SuhuKoordinat

G. Lintang G. Bujur

A1 127

30 C-8,583,545 116,154,303

2 712 8 35'0,76" S 116 9'15,49" E

B1 29

30 C-8,583,797 116,154,562

2 527 8 35'1,67" S 116 9'16,42" E

C1 23

30 C-8,604,758 116,129,357

2 17850 8 36'17,13" S 116 7'45,68" E

D1 560

30 C-8,604,780 116,129,417

2 5206 8 36'17,21" S 116 7'45,9" EE 1 4960 30 C -8,604,752 116,129,360

Page 104: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

84

2 12155 8 36'17,11" S 116 7'45,7" E

F1 5935

30 C-8,604,838 116,129,293

2 10914 8 36'17,42" S 116 7'45,46" E

G1 17235

30 C-8,605,190 116,129,173

2 56797 8 36'18,68" S 116 7'45,02" E

H1 1242

30 C-8,605,233 116,129,310

2 56797 8 36'18,84" S 116 7'45,52" E

I1 2896

31 C-8,583,758 116,154,548

2 5008 8 35'1,53" S 116 9'16,37" E

J1 5831

30 C-8,583,722 116,154,667

2 12636 8 35'1,4" S 116 9'16,8" ERata-rata 10872 30.1 C

6. Kelurahan Selagalas

Ovitrap I.Chaya SuhuKoordinat

G. Lintang G. Bujur

A1 10166

31 C-8,611,622 116,128,350

2 32780 8 36'41,84'' S 116 7'42,06'' E

B1 391

31 C-8,611,707 116,128,455

2 926 8 36'42,14'' S 116 7'42,44'' E

C1 920

31 C-8,611,758 116,128,583

2 56797 8 36'42,33''s 116 7'42,9'' E

D1 887 -8,611,697 116,128,5952 56797 31 C 8 36'42,11''s 116 7'42,94'' E

E1 783

31 C-8,611,952 116,128,405

2 5060 8 36'43,03'' S 116 7'42,26'' E

F1 101

31 C-8,611,687 116,127,957

2 124 8 36,42,07'' S 116 7'40,64'' E

G1 14930

31 C-8,611,557 116,127,932

2 56797 8 36'41,6'' S 116 7'40,55'' E

H1 23

31 C-8,611,690 116,128,037

2 12597 8 36,42,08'' S 116 7'40,93'' E

I1 5961

31 C-8,611,917 116,128,038

2 56797 8 36''42'' S 116 7'40,94'' E

J1 2948

31 C-8,611,795 116,128,023

2 4219 8 36'42,46'' S 116 7'40,88'' ERata-rata 16000.2 31 C

Page 105: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

85

7. Kelurahan Bertais

OvitrapI.Cahaya Suhu

KoordinatG. Lintang G. Bujur

A

1

70 28 C-8.591487 116.158792

2 8 35'29,35"S 116 9'31,65"E

B

1

3850 28 C-8.591487 116.158792

2 8 35'29,35"S 116 9'31,65"E

C

1

540 28 C-8.59189 116.159088

2 8 35'31,52"S 116 9'33,18"E

D

1

730 27 C-8,591,790 116.159088

2 8 35'31,52"S 116 9'33,18"E

E

1

3890 29 C-8,591,790 116.159088

2 8 35'30,44"S 116 9'32,72"E

F

1

1170 29 C-8.59179 116.159088

2 8 35'3044S 116 9'32,72"E

G

1

1940 29 C-8.591677 116.159723

2 8 35'30,04"S 116 9'35"E

H

1

1300 28 C-8,591,677 116.159723

2 8 35'30,04"S 116 9'35"E

I

1

1900 28 C-8,591,583 116.59457

2 8 35'29,7"S 116 9'34,04"E

J

1

1440 28 C-8.591583 116.159457

2 8 35'29,34"S 116 9'3404"ERata-rata

1683 28.2 C

Page 106: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

86

LAMPIRAN GAMBAR

1. Proses pembuatan ovitrap

2. Proses pembuatan atraktan

Page 107: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

87

3. Hasil pembuatan atraktan

4. Pemberitahuan penelitian kepada kepala lingkungan dan masyarakat

Page 108: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

88

5. Penentuan titik sampling

6. Penuangan atraktan kedalam ovitrap

Page 109: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

89

7. Pengukuran faktor abiotik di tempat peletakan ovitrap

8. Pengambilan ovitrap setelah seminggu

Page 110: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

90

9. Pengambilan larva dari setiap ovitrap

10. Hasil koleksi larva yang diperoleh

Page 111: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

91

11. Identifikasi larva yang diperoleh

Page 112: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

92

LAMPIRAN DATA

E. Analisis Data

1. Perhitungan indeks kelimpahan relatif (IKR) dengan persamaan yang

diadopsi dari Krebs (1989) yaitu:

= ( )( )×100%

a. indeks kelimpahan relatif (IKR) di Kelurahan Mandalika

= ×100%

= 17,31 %

b. indeks kelimpahan relatif (IKR) di Kelurahan Babakan

= ×100%

= 33,92 %

c. indeks kelimpahan relatif (IKR) di Kelurahan Turida

= ×100%

= 60,41 %

d. indeks kelimpahan relatif (IKR) di Kelurahan Selagalas

= ×100%

= 100 %

Page 113: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

93

e. indeks kelimpahan relatif (IKR) di Kelurahan Abian tubuh

= ×100%

= 97,52 %

f. indeks kelimpahan relatif (IKR) di Kelurahan Dasan Cermen

= ×100%

= 58,26 %

g. indeks kelimpahan relatif (IKR) di Kelurahan Bertais

= ×100%

= 18,05 %

Selanjutnya nilai indeks kelimpahan relatif digolongkan dalam

tiga kategori yaitu tinggi (>20%), sedang (15%-20%), dan rendah (<15%).

Berdasarkan acuan tersebut, dapat diketahui bahwa kelurahan Mandalika

memiliki indeks kelimpahan relatif sedang dengan indeks 17,31 %.

seangkan kelurahan yang lainnya memiliki indeks kelimpahan relatif

tinggi yaitu di atas 20 %

2. Perhitungan frekuensi keterdapatan (Fi) menggunakan persamaan yang

diadopsi dari Misra (1968) yaitu:

= ×100%

Page 114: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian

94

a. frekuensi keterdapatan (Fi) Mandalika

= ×100%

= 40%

b. frekuensi keterdapatan (Fi) Babakan

= ×100%

= 75%

c. frekuensi keterdapatan (Fi) Turida

= ×100%

= 55%

d. frekuensi keterdapatan (Fi) Selagalas

= ×100%

= 15%

e. frekuensi keterdapatan (Fi) Abian Tubuh

= ×100%

= 80%f. frekuensi keterdapatan (Fi) Dasan Cermen

= ×100%

= 25 %g. frekuensi keterdapatan (Fi) Bertais

= ×100%

= 65 %

Page 115: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian
Page 116: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian
Page 117: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian
Page 118: PEMETAAN SEBARAN Aedes albopictus SEBAGAI DASAR …etheses.uinmataram.ac.id/827/1/Desi Heriawati151145113.pdf · 2018-07-16 · i pemetaan sebaran aedes albopictus sebagai dasar pengendalian