Pemodelan 2 species
-
Upload
nurafni-rahman -
Category
Documents
-
view
1.902 -
download
3
Transcript of Pemodelan 2 species
Tugas Kelompok Dosen Pengampu
Pemodelan Matematika Mohammad Soleh M.sc
PEMODELAN MATEMATIKA DUA SPECIES
MODEL MANGSA - PEMANGSA
KELOMPOK IV
ILFADILAH (11154203228)
JUWITA SARI (1115420)
NURAFNI (11154201774)
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2013/2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb…
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang mana dengan rahmat dan hidayah-Nya kami
kelompok IV bisa menyelesaikan makalah Pemodelan Matematika ini dengan judul
PEMODELAN MATEMATIKA DUA SPECIES MODEL MANGSA - PEMANGSA atas
izin-Nya tepat pada waktunya.
Dan tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu karena telah
memberi bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah wawasan kita terutama penulis dalam
materi ini. “TAK ADA GADING YANG TAK RETAK” demikian juga dengan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis ,mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar makalah
selanjutnya yang penulis buat lebih baik dari yang sebelumnya. Atas kritik dan sarannya, penulis
ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb…
Pekanbaru, 12 November 2013
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1.1 Latarbelakang ................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN ...............................................................................
2.1 Hasil Akhir .....................................................................................
BAB III. PENUTUP .......................................................................................
3.1 Kesimpulan ...................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. JUDUL
Adapun judul nya adalah PEMODELAN MATEMATIKA UNTUK DUA SPECIES
MODEL MANGSA - PEMANGSA
B. LATAR BELAKANG
Ekologi merupakan cabang ilmu dalam biologi yang mempelajari tentang hubungan
makhluk hidup dengan habitatnya. Dalam ekologi, dikenal istilah rantai makanan. Rantai
makanan merupakan lintasan konsumsi makanan yang terdiri dari beberapa spesies. Bagian
paling sederhana dari rantai makanan berupa interaksi antara spesies mangsa (prey) dengan
pemangsa (predator)
Makhluk hidup dibumi ini sangat beraneka ragam, yang terdiri dari campuran populasi
dari berbagai species yang hidup bersama atau disebut komunitas. Hal ini menunjukkan pada
hakikatnya makhluk hidup dibumi ini tidak dapat hidup sendiri secara normal, tetapi akan saling
berinteraksi dengan berbagai species yang ada.
Pada umumnya terdapat dua atau lebih spesies yang saling berinteraksi, sehingga keadaan
suatu spesies dipengaruhi oleh keadaan spesies lain yang berinteraksi dengannya. Interaksi yang
terjadi dapat berupa predasi (makan dimakan), kompetisi (persaingan) maupun simbiosis
(persekutuan hidup).
Model mangsa pemangsa dapat dimanfaatkan pada Taman Nasional dimana mangsa dan
pemangsa dapat hidup bersama. Mangsa yang harus dilestarikan dapat dilindungi dari pemangsa
dengan menciptakan batasan atau tempat penampungan yang akan membagi habitat menjadi dua
wilayah yaitu wilayah yang dilindungi dan wilayah bebas. Adapun yang dimaksud dengan
wilayah yang dilindungi adalah dimana spesies pemangsa tidak diperbolehkan masuk kedalam
wilayah tersebut, kemudian yang dimaksud dengan wilayah bebas adalah dimana ada
percampuran dari spesies mangsa pemangsa pada wilayah tersebut.
Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah populasi suatu spesies, selain kematian alami, yaitu
predasi, pemanenan, pencemaran, dsb. Predasi merupakan salah satu faktor yang sering dibahas
dalam interaksi antar spesies. Kehadiran predator memberikan pengaruh pada jumlah prey. Oleh
karena itu, pada interaksi tiga spesies, kehadiran predator kedua berpengaruh pada jumlah
predator pertama dan prey sehingga dalam rantai makanan tiap komponennya saling
memberikan pengaruh.
Model yang mendiskripsikan interaksi dua spesies yang terdiri dari prey dan predator
adalah model rantai makanan dua spesies, sedangkan model yang mendiskripsikan interaksi tiga
spesies yang terdiri dari prey, predator pertama, dan predator kedua adalah model rantai
makanan tiga spesies. Model ini terdiri dari model laju perubahan populasi predator dan model
laju perubahan populasi prey.
Menurut Holling (1959), model perubahan populasi predator dikelompokkan menjadi
tiga tipe renspon fungsional, yaitu tipe linear, hiperbolik, dan sigmoidal. Model linear dianggap
tidak akurat karena tidak mungkin laju pertumbuhan dianggap konstan (linear) untuk waktu tak
terbatas sedangkan pada model hiperbolik, predator tidak memiliki sumber makanan alternatif
lain, sehingga cocok untuk model rantai makanan tiga spesies, dan pada model sigmoidal,
predator memiliki sumber makanan alternatif lain, sehingga kurang cocok untuk model rantai
makanan tiga spesies karena akan melibatkan lebih dari tiga spesies.
Model perubahan populasi prey didapat dari model pertumbuhan logistik yang kemudian
dikombinasikan dengan tipe hiperbolik (Holling Tipe II) selanjutnya dari model rantai makanan
dua spesies dan tiga spesies ini akan dicari 3 solusi kesetimbangan dan dianalisis perilaku dari
sistem yang dapat ditentukan dengan menganalisis kestabilan dari solusi kesetimbangan.
C. MANFAAT
Adapun manfaat nya sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu matematika,
dalam bidang biologi yaitu tentang keseimbangan interaksi antar makhluk hidup
khususnya model predator-prey.
2. Memberikan informasi tentang keseimbangan suatu ekosistem khususnya model
predator-prey.
3. Dapat digunakan untuk memprediksi seberapa besar populasi predator dan populasi prey
agar terjadi keseimbangan ekosistem.
BAB II
PEMBAHASAN
Model mangsa-pemangsa yang banyak dikenal adalah model Lotka-Voltera. Model ini
disusun berdasarkan asumsi-asumsi berikut:
1. Dalam keadaan tanpa pemangsa, lingkungan hidup populasi mangsa sangat ideal
sehingga perkembangannya tak terbatas.
2. Pertumbuhan pemangsa juga ideal, kecuali terdapat kendala makanan.
3. Laju pemangsaan proporsional dengan laju pertemuan antara mangsa dan pemangsa.
4. Laju kematian pemangsa adalah konstan, tidak terpengaruh terhadap kepadatan dan umur
pemangsa.
5. Efisiensi pemangsaan tidak tergantung umur pemangsa dan mangsa.
6. Efisiensi penggunaan mangsa sebagai makanan pemangsa untuk bereproduksi adalah
konstan dan tidak tergantung umur dan kepadatan pemangsa.
7. Gerakan dan kontak mangsa dan pemangsa berlangsung secara acak. Setiap individu
mangsa memiliki peluang yang sama untuk dimangsa.
8. Waktu yang digunakan pemangsa untuk memangsa diabaikan.
9. Kepadatan mangsa tidak mempengaruhi peluang pemangsaan.
10. Kepadatan pemangsa tidak mempengaruhi peluang pemangsa untuk memangsa.
11. Keadaan lingkungan adalah homogen.
Diberikan 2 (dua) spesies, sebutlah pemangsa (predator) dan mangsa (prey), hidup dalam
suatu habitat yang sama dan bersifat tertutup. Selama perjalanan hidupnya, kedua spesies
tersebut saling berinteraksi. Hubungan interaksinya adalah sebagai berikut :
1. Pemangsa
Dalam hal ini pemangsa memakan mangsa, tetapi mangsa memakan makanan lain. Tanpa
adanya mangsa, populasi menurun dan lama kelamaan akan musnah.
2. Mangsa
Dalam hal ini mangsa dimakan oleh pemangsa. Mangsa memakan makanan lain yang ada
di alam dalam habitat tempat hidupnya. Tanpa adanya pemangsa, populasinya tumbuh
terus secara tak terbatas. Dalam hal ini dianggap bahwa sumberdaya pendukung
pertumbuhan (makanan) tersedia secara takterbatas.
Dari sifat hubungannya dan keadaan populasi kedua spesies tersebut, maka kita akan
memperkirakan bagaimana populasi kedua spesies diwaktu yang akan datang. Apabila populasi
pemangsanya lebih sedikit dibanding dengan populasi mangsa, maka populasi mangsanya
berkembang lebih cepat. Hal ini akan mengakibatkan sumber daya alam yang dimakan oleh
mangsa akan lebih cepat berkurang daripada kecepatan pertumbuhannya. Sebaliknya apabila
populasi pemangsanya jauh lebih besar dibanding dengan populasi mangsa, maka populasi
mangsanya semakin cepat berkurang (dibanding pertumbuhannya), bahkan lama-kelamaan
akan menunju kepunahan. Ini akan berakibat pula populasi pemangsanya akan berkurang juga
dan juga lama kelamaan akan punah. Sebagai masalah lebih lanjut adalah bagaimanakah kita
harus menjaga (mengurangi atau menambah) populasi kedua jenis spesies tersebut agar
keduanya tidak punah dengan tetap menjaga kelestarian alam sekitarnya. Hal ini merupakan
salah satu kajian dalam ekologi.
Sebagai contoh 2, (dua) spesies yang interaksi kehidupannya dipandang sebagai
pemangsa dan mangsa adalah serigala dan kelinci, ular dan tikus sawah, cicak dan nyamuk, ikan
dan plankton (lumut), dan sebagainya.
Pada Gambar diatas diberikan serigala dan kelinci yang hidup dalam suatu habitat
tertutup. Untuk kelangsungan hidupnya serigala memakan mangsa, sedangkan kelinci memakan
makanan lain yang ada di alam sekitarnya (misal rumput-rumputan)
MENENTUKAN PARAMETER
Misalkan:
1. : populasi mangsa pada saat t
2. : populasi pemangsa pada saat t
a. Dari sisi mangsa:
Asumsi :
- Tanpa adanya pemangsa:
Tanpa adanya pemangsa, populasinya tumbuh cepat tak terbatas. Dalam hal ini, laju
pertumbuhan populasinya sebanding populasi pada saat yang sama. Secara matematis :
Dalam hal ini, a = tetapan kesebandingan atau tetapan pertumbuhan mangsa
- Dengan adanya pemangsa
Dengan adanya pemangsa maka akan terjadi interaksi antara mangsa dan pemangsa, yaitu
mangsa dimakan pemangsa. Dengan demikian populasi mangsa akan berkurang
(meluruh). Dalam hal ini, laju peluruhan populasi mangsa sebanding dengan interaksi
antara keduanya. Secara matematis,
Dalam hal ini, b = tetapan interaksi antara mangsa dan pemangsa
Gabungan antara kedua hal di atas memberikan laju pertumbuhan populasi mangsa.
Secara matematis dapat dinyatakan sebagai : dihambat
Hal ini menyatakan bahwa walaupun populasi mangsa tumbuh tetapi laju pertumbuhan
populasi nya dihambat oleh interaksinya dengan pemangsa.
menyatakan laju pertumbuhan mangsa
menyatakan populasi mangsa
menyatakan interaksi populasi mangsa dan pemangsa
Tanda ‘-‘ menyatakan bahwa laju pertumbuhan mangsa dihambat (berkurang) karena
adanya interaksi mangsa dan pemangsa
Selanjutnya perhatikan, Dalam hal y = 0 (tidak ada pemangsa), maka diperoleh
persamaan diferensial (1), yang berarti bahwa populasi mangsa tumbuh secara tak terbatas.
b. Dari sisi pemangsa
- Tanpa adanya mangsa :
Tanpa adanya mangsa, populasinya akan meluruh menuju kepunahan. Dalam hal ini, laju
peluruhan populasinya sebanding populasi pada saat yang sama. Secara matematis :
c = tetapan keseimbangan atau tetapan peluruhan pemangsa
- Dengan adanya mangsa
Dengan adanya mangsa maka akan terjadi interaksi antara pemangsa dan mangsa, yaitu
pemangsa akan makan mangsa. Dengan demikian akan menyebabkan bertumbuhnya
populasi populasi pemangsa. Dalam hal ini, Laju pertumbuhan populasi pemangsa
sebanding dengan interaksi antara pemangsa dan mangsa. Secara matematis :
Gabungan antara kedua hal diatas memberikan laju pertumbuhan populasi pemangsa.
Hal ini menyatakan bahwa Laju pertumbuhan populasi pemangsa didorong karena
adanya interaksi dengan mangsa tetapi dihambat oleh kelangkaan mangsa. Oleh karena mangsa
dan pemangsa hidup dalam habitat yang sama, maka model matematis dari masalah pemangsa
dan mangsa, yaitu :
… (5)
Sesuai dengan observasi yang dilakukan, pada awal observasi ditentukan populasi
mangsa dan pemangsa : Populasi awal dari hasil observasi ini merupakan syarat awal dari (5),
yaitu
…(5*)
Dilihat dari bentuknya, (5) merupakan suatu sistem persamaan diferensial (atau secara
lengkap disebut dengan sistem persamaan diferensial) non linear orde satu (dengan koefisien
tetapan) Di sini dikatakan non linear karena adanya suku non linear, yaitu dan . Dan
pers. (5*) disebut dengan persamaan differensial dengan syarat awal.
Sistem persamaan diferensial (5) di atas disebut juga dengan Model Matematis Masalah
Pemangsa dan Mangsa (Predator and Prey) atau singkatnya Model Pemangsa – Mangsa atau
dapat juga disebut Model Mangsa – Pemangsa. Sistem persamaan diferensial (5) tersebut sering
disebut juga dengan persamaan Lotka- Volterra.
MODEL MATEMATIS PENYELESAIAN MASALAH
Penyelesaian dari (5) merupakan 2 fungsi terhadap t, yaitu x(t) dan y(t). Jadi apabila
diberikan (5) kita harus mencari x(t) dan y(t) yang keduanya memenuhi (5). Dalam memeriksa
hubungan perilaku pertumbuhan populasi mangsa dan pemangsa, kita cari dahulu titik kritis dari
sistem persamaan (5).
(1)Titik kritis Nyatakan sistem persamaan (5) sebagai :
Yang dalam hal ini memberikan :
Dari (i) dan (ii) diperoleh titik kritisnya yaitu
Jenis Titik Kritis :
Kita ketahui bahwa matriks Jacobian dari (6) adalah :
Nilai eigen matriks tersebut adalah a dan –c, yaitu dua bilangan real berbeda tanda.
Dalam hal ini titik kritis (0,0) berjenis titik pelana, bersifat tak stabil.
Nilai eigen matriks tersebut adalah dan , yaitu berupa dua bilangan
kompleks (dengan bagian real yang sama) berbeda tanda. Dalam hal ini titik kritis (c/d, a/b)
berjenis pusat, bersifat stabil Yang dipertimbangkan selanjutnya adalah titik kritis kedua yaitu
yang memberikan kestabilan sistem.
Untuk memeriksa secara visual perilaku pertumbuhan populasi mangsa dan pemangsa
dapat digunakan trayektori pada bidang fase.
(2) Trayektori pada bidang fase Dari sistem persamaan (5) kita nyatakan dalam hal ini,
Selanjutnya, kita nyatakan sebagai kedua ruas di integralkan,
Memberikan, tetapan pengintegralan.
Persamaan terakhir memberikan penyelesaian (implisit) yaitu :
…(7)
Persamaan (7) di atas disebut dengan trayektori (atau disebut juga potret) dari x(t) dan
y(t) pada bidang fase xy. Trayektori pada bidang fase tersebut menggambarkan hubungan
pertumbuhan x(t) dan y(t) untuk setiap t.
Contoh . Dengan x(t) : populasi kelinci (sebagai mangsa) y(t) : populasi serigala (sebagai
pemangsa) dan pada awalnya terdapat 80 ekor kelinci dan 100 ekor serigala.
Dengan melihat kembali (5), maka dalam contoh ini kita ketahui bahwa a = 0,5 ; b =
0,01 ; c = 0,5 ; d = 0,01 Kita ketahui dari contoh 1, titik kritis pertama adalah (0,0) sedangkan
titik kritis kedua adalah (50, 50).
(1) Fungsi pertumbuhan Pertumbuhan serigala dan kelinci untuk setiap saat t, diberikan dalam
bentuk kurva pertumbuhan seperti yang diberikan pada gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3 . kurva pertumbuhan populasi kelinci dan serigala, padaawalnya terdapat 80
ekor kelinci dan 100 ekor serigala. Pada Gambar 3 di atas terlihat bahwa pertumbuhan x(t) (yaitu
kelinci) dan y(t) (yaitu serigala) mengikuti pertumbuhan sinusoidal secara periodik. Hal ini
karena matriksnya adalah mempunyai nilai eigen bilangan kompleks.
Pada pertumbuhannya, baik populasi kelinci maupun populasi serigala mencapai populasi
maksimal dan minimal yang sama. Dalam hal ini populasi maksimalnya adalah 112 ekor dan
populasi minimalnya adalah 16 ekor. Dapat dilihat pada gambar tersebut, (i) populasi kelinci
pada awalnya 80 ekor menurun menuju populasi minimal, yaitu 16 ekor. Pada saat yang sama
populasi serigala adalah 49 ekor. Kemudian populasi kelinci naik mencapai populasi maksimal
yaitu 112 ekor (pada saat yang sama, populasi serigala adalah 51 ekor).
Demikian seterusnya populasinya menurun dan naik secara periodik. (ii) Sedangkan
populasi serigala pada awalnya 100 ekor, naik mencapai populasi maksimal 112 ekor (pada saat
yg sama populasi kelinci adalah 48 ekor). Selanjutnya turun sampai mencapai 16 ekor (pada saat
yang sama populasi kelinci adalah 51 ekor). Kemudian naik lagi sampai mencapai populasi
maksimal 112 ekor. Demikian seterusnya populasinya menurun dan naik secara periodik.
(2). Perilaku pertumbuhan populasi Selanjutnya, dari gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa
pada waktu setelah saat awal :
(I) Populasi kelinci menurun, populasi serigala naik. Kemudian,
(II) Populasi kelinci menurun, populasi serigala menurun Selanjutnya
(III) populasi kelinci naik, populasi serigala turun Selanjutnya,
(IV) Populasi kelinci naik, populasi serigala naik Demikian seterusnya perilaku
pertumbuhan kedua populasi tersebut. Secara lebih jelas perilaku pertumbuhan
tersebut dapat dilihat dalam diagram bidang fase sebagai berikut:
Lengkungan (di sini disebut dengan trayektori) tertutup dalam gambar 4 di atas
merupakan potret hubungan pertumbuhan populasi kelinci dan populasi serigala yang disajikan
dalam bidang fase. Pada bidang fase tsb, sumbu mendatar menyatakan populasi kelinci,
sedangkan sumbu tegak menyatakan populasi serigala.
Berdasarkan titik kritis yang diperoleh yaitu (50,50), bidang fase tersebut terbagi menjadi
4 daerah atau kuadran, yaitu kuadran I, II, III, dan IV. Terlihat pada Gambar 4 di atas, dengan
melihat arah panah dan kurvanya dapat diperiksa bahwa pada, Kuadran I : populasi kelinci
menurun, populasi serigala naik, Kuadran II : populasi kelinci dan populasi serigala menurun
Kuadran III : populasi kelinci naik, populasi serigala menurun Kuadran IV : populasi kelinci dan
populasi serigala naik.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Makhluk hidup pada hakekatnya tidak dapat hidup sendirian, sehingga diperlukan adanya
suatu interaksi antar berbagai populasi dan berbagai spesies yang hidup secara bersamaan. Pada
populasi tersebut akan terjadi suatu interaksi antar spesies, di mana kedua spesies berinteraksi
dalam suatu rantai makanan.
Dari sifat hubungannya dan keadaan populasi kedua spesies tersebut, maka kita akan
memperkirakan bagaimana populasi kedua spesies diwaktu yang akan datang. Apabila populasi
pemangsanya lebih sedikit dibanding dengan populasi mangsa, maka populasi mangsanya
berkembang lebih cepat. Hal ini akan mengakibatkan sumber daya alam yang dimakan oleh
mangsa akan lebih cepat berkurang daripada kecepatan pertumbuhannya. Sebaliknya apabila
populasi pemangsanya jauh lebih besar dibanding dengan populasi mangsa, maka populasi
mangsanya semakin cepat berkurang (dibanding pertumbuhannya), bahkan lama-kelamaan
akan menunju kepunahan. Ini akan berakibat pula populasi pemangsanya akan berkurang juga
dan juga lama kelamaan akan punah. Sebagai masalah lebih lanjut adalah bagaimanakah kita
harus menjaga (mengurangi atau menambah) populasi kedua jenis spesies tersebut agar
keduanya tidak punah dengan tetap menjaga kelestarian alam sekitarnya. Hal ini merupakan
salah satu kajian dalam ekologi.