Pemulihan Tanaman Pasca Erupsi Baru

16
DAFTAR ISI BAB I ............................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................................... 2 C. Batasan Masalah................................................................................................. 2 D. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2 E. Manfaat Penulisan .............................................................................................. 2 BAB II ........................................................................................................................... 3 PEMULIHAN TANAMAN DAN LINGKUNGAN PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI........................................................................................................................ 3 A. Kondisi Geografis Gunung Merapi .................................................................... 3 B. Erupsi Gunung Merapi ....................................................................................... 5 C. Dampak Erupsi Gunung Merapi pada Tanaman dan Lingkungan ..................... 7 D. Pemulihan Tanaman dan Lingkungan Pasca Erupsi Gunung Merapi .............. 10 BAB III ....................................................................................................................... 14 PENUTUP ................................................................................................................... 14 A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14 B. Saran................................................................................................................. 14 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

Transcript of Pemulihan Tanaman Pasca Erupsi Baru

  • DAFTAR ISI

    BAB I ............................................................................................................................ 1

    PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

    A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

    B. Perumusan Masalah ........................................................................................... 2

    C. Batasan Masalah................................................................................................. 2

    D. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2

    E. Manfaat Penulisan .............................................................................................. 2

    BAB II ........................................................................................................................... 3

    PEMULIHAN TANAMAN DAN LINGKUNGAN PASCA ERUPSI GUNUNG

    MERAPI ........................................................................................................................ 3

    A. Kondisi Geografis Gunung Merapi .................................................................... 3

    B. Erupsi Gunung Merapi ....................................................................................... 5

    C. Dampak Erupsi Gunung Merapi pada Tanaman dan Lingkungan ..................... 7

    D. Pemulihan Tanaman dan Lingkungan Pasca Erupsi Gunung Merapi .............. 10

    BAB III ....................................................................................................................... 14

    PENUTUP ................................................................................................................... 14

    A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14

    B. Saran ................................................................................................................. 14

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perubahan keadaan di alam merupakan serangkaian dari rentetan

    proses perubahan yang tidak ada akhirnya. Kerusakan di alam adalah hal yang

    sangat wajar terjadi. Hal tersebut bisa terjadi karena aktivitas manusia, ada

    pula yang terjadi secara alami. Hal ini pula yang terjadi pada ekosistem di

    sekitar wilayah gunung Merapi, sebelah utara kota Yogyakarta, Provinsi

    Daerah IstimewaYogyakarta. Kerusakan kawasan ini tentunya disertai dengan

    kepunahan ekosistem yang berada di dalamnya, terutama vegetasi yang

    menjadi sumber kehidupan.

    Erupsi Gunung Merapi telah berdampak luar biasa. Awan panas, hujan

    abu, dan hujan kerikil mengakibatkan 356.816 penduduk mengungsi dan 270

    lainnya tewas1. Sedangan ekosistem di sekitar gunung merapi mengalami

    kerusakan yang sangat parah. Bahkan letusan gunung Merapi yang terjadi

    pada 26 Oktober 2010 telah menyebabkan alam di sekitar gunung tersebut

    tertutup pasir yang sangat tebal. Tanaman-tanaman mati, dan semua yang

    dilewati lava pijar panas dari gunung tersebut terbakar.

    Hal ini kemudian menyebabkan pertanyaan, apakah lingkungan di

    sekitar Gunung Merapi yang telah mati tersebut dapat kembali seperti semula?

    Lalu bagaimanakah proses lingkungan tersebut dapat kembali seperti semula?

    Makalah ini akan menjelaskan jawaban dari pertanyaan tersebut.

    1Mudrajat Kuncoro Pemulihan pasca erupsi Merapi,

    http://cetak.kompas.com/read/2010/12/01/02483657/pemulihan.pascaerupsi.merapi (19 Februari 2014)

  • 2

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dan

    diungkapkan dalam makalah ini adalah :

    a. Apakah ekosistem yang telah mati dapat hidup kembali?

    b. Bagaimanakah proses yang terjadi di dalam memulihkan ekosistem pasca

    erupsi Merapi?

    C. Batasan Masalah

    Agar masalah yang dikemukakan terarah pada sasaran maka perlu

    dibatasi, yaitu berkaitan dengan kerusakan pasca erupsi Gunung Merapi dan

    pemulihan ekosistem pasca erupsi.

    D. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

    a. Menjelaskan mengenai pemulihan ekosistem yang mati menjadi hidup

    kembali

    b. Menjelaskan mengenai proses yang terjadi di dalam pemulihan ekosistem

    pasca erupsi Gunung Merapi.

    E. Manfaat Penulisan

    Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai

    berikut:

    a. Menambah pengetahuan mengenai erupsi Gunung Merapi dan proses

    pemulihan ekosistem pasca erupsi Gunung Merapi.

  • 3

    BAB II

    PEMULIHAN TANAMAN DAN LINGKUNGAN PASCA ERUPSI GUNUNG

    MERAPI

    A. Kondisi Geografis Gunung Merapi

    Gunung Merapi merupakan salah satugunung berapi aktif di Indonesia. Gunung

    ini memiliki ketinggian 2.965 m danberlokasi 28 km sebelah utara kota Yogyakarta,

    Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta.2Gunung Merapi sendiri merupakan satu-

    satunya gunung aktif diantara jajaran gunung di pulau Jawa. Letaknya di tengah

    pulau, sebagian berada dalam wilayah administrative Propinsi DI Yogyakarta dan

    sebagian lagi masuk wilayah Propinsi Jawa Tengah.3

    Secara fisik Gunung Merapi mempunyai batas sebagai berikut:

    1. Bagian utara dilingkupi oleh pegunungan yang merupakan pertemuan antara

    Gunung Merbabu dan Gunung Merapi sendiri. Batas alam ini dibentuk dari

    hulu sungai pepe di wilayah timur dan hulu sungai Pabelan di wilayah barat.

    Secara adminitratif masuk dalam Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah.

    2. Kaki gunung bagian timur dan selatan merupakan wilayah yang datar dan

    merupakan persawahan dengan kesuburan tanah yang tinggi. Bagian timur ini

    membentang sampai bertemu dengan sungai Bengawan Solo dan bagian

    selatan bertemu dengan hulu sungai Dengkeng.

    3. Hulu Sungai Progo menjadikan batas alam gunung di bagian barat.

    2Irkhas Aliyah, Paper Irkhas Aliyah Pasca Erupsi Merapi, https://www.facebook.com/notes/irkhas-

    aliyah/paper-irkhas-aliyah-pasca-erupsi-merapi/581300095259724 (23 Februari 2014)

    3Letak Geografis http://www.tngunungmerapi.org/kondisi-umum/kondisi-fisik/ (23 Februari 2014)

  • 4

    Gambar 1. Letak Gunung Merapi dalam peta

    Secara klimatologis, keberadaan Gunung Merapi masuk wilayah iklim muson

    tropis, yang dicirikan hujan dengan intensitas yang tinggi pada musim hujan

    (November-April) yang kemudian berganti dengan bulan-bulan kering (April-

    Oktober). Hujan tahunannya berkisar antara 2500-3000 mm. Variasi hujan di

    sepanjang lereng Gunung Merapi dipengaruhi oleh hujan orografis. Seperti juga

    wilayah muson tropis lainnya, variasi suhu dan kelembaban udara pada dasarnya

    tidaklah menyolok. Suhu berkisar antara 20-33 C dan kelembaban udara bervariasi

    antara 80% 99%.

    Kawasan ini berjenis tanah Regosol dan mendominasi kawasan gunung Merapi.

    Dengan masih aktifnya gunung Merapi menjadikan material vulkanis merupakan

    bahan induk tanah di kawasan ini. Dengan demikian tanahnya merupakan tanah muda

    karena belum mengalami perkembangan profil. Tanah di kawasan ini dicirikan oleh

    warna kelabu sampai kehitaman dengan tekstur pasiran. Struktur tanah belum

    terbentuk sehingga masih merupakan struktur granuler. Dengan struktur ini maka

  • 5

    kemampuan untuk menyerap air cukup tinggi, namun kandungan bahan organiknya

    relatif rendah. Kemasaman tanah pada umumnya netral.

    B. Erupsi Gunung Merapi

    Erupsi Gunung Merapi di abad ini terjadi 2 kali, yaitu pada tahun 2006 dan tahun

    2010. Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan

    meletus kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah

    daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya

    evakuasi. Instruksi juga sudah dikeluarkan oleh kedua pemda tersebut agar penduduk

    yang tinggal di dekat Merapi segera mengungsi ke tempat-tempat yang telah

    disediakan.

    Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan

    bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah

    Istimewa Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume

    lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah

    memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru

    akan langsung keluar dari kubah Merapi

    1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat,

    tiga hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa

    Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan

    abu ini.

    8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan

    panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan

    berusaha melarikan diri ke tempat aman. Pada hari ini tercatat dua letusan Merapi,

    letusan kedua terjadi sekitar pukul 09:40 WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km

    lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian

    kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman.

  • 6

    Peningkatan status dari "normal aktif" menjadi "waspada" pada tanggal 20

    September 2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan

    Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada

    tanggal 21 Oktober status berubah menjadi "siaga" sejak pukul 18.00 WIB. Pada

    tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena aktivitas yang

    semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan

    gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober BPPTK Yogyakarta

    merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi "awas" dan semua

    penghuni wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan

    ke wilayah aman.

    Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober. Sedikitnya

    terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi

    kurang lebih 1,5 km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem,

    Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. dan menelan korban 43 orang,

    ditambah seorang bayi dari Magelang yang tewas karena gangguan pernapasan.

    Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28

    Oktober, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan

    dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB. Selanjutnya mulai teramati titik

    api diam di puncak pada tanggal 1 November, menandai fase baru bahwa magma

    telah mencapai lubang kawah.

    Namun demikian, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi

    pembentukan kubah lava baru, malah yang terjadi adalah peningkatan aktivitas

    semburan lava dan awan panas sejak 3 November. Erupsi eksplosif berupa letusan

    besar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November 2010, menghasilkan kolom awan

    setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi.

    Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-

    hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5

    November 2010. Menjelang tengah malam, radius bahaya untuk semua tempat

    diperbesar menjadi 20 km dari puncak. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh

  • 7

    terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang,

    dan pusat Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km). Hujan kerikil dan pasir mencapai

    Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga

    Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui telah

    mencapai Tasikmalaya, Bandung, dan Bogor.

    Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih

    rendah setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi.

    Pada tanggal 5 November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan

    berstatus "awas" (red alert).

    Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu,

    sebelum kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap

    "Awas". Pada tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten

    Magelang dikurangi menjadi 15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya

    menjadi 10 km. Hanya bagi Kab. Sleman yang masih tetap diberlakukan radius

    bahaya 20 km.

    C. Dampak Erupsi Gunung Merapi pada Tanaman dan Lingkungan

    Dalam suatu letusan gunung berapi, beberapa material akan keluar dari kepundan

    gunung berapi. Material letusan tersebut antara lain adalah Abu vulkanik, lava, gas

    beracun, hingga batuan beku yang terlempar ke atmosfer. Semua material tersebut

    memiliki dampak yang berbeda beda terhadap lingkungan hidup, terdapat dampak

    negatif dan ada pula dampak positif yang dapat kita ambil dari bencana yang

    melanda.

    Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke

    udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan

    ribuan kilometer dari kawah karena pengaruh hembusan angin. Dalam jangka pendek,

    abu vulkanik memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan hidup. Namun dalam

    jangka panjang, abu vulkanik memiliki manfaat untuk kehidupan manusia khususnya

  • 8

    di bidang pertanian. Abu vulkanik memiliki dampak yang buruk dalam jangka

    pendek karena di awal keluarnya dari kepundan gunung berapi, material ini memiliki

    sifat kimiawi yang akan menurunkan kesuburan tanah. Abu vulkanik memiliki kadar

    keasaman (Ph) sekitar 4 4,3. Dengan kadar keasamannya, tanah yang terkena abu

    vulkanik akan memiliki kadar keasaman (Ph) tanah sebesar 5 5,5. Padahal

    normalnya suatu tanah dikatakan subur jika memiliki tingkat keasaman (Ph) sebesar 6

    7. Turunnya kadar keasaman (Ph) tanah ini akan turut menurunkan tingkat

    kesuburan tanah. Sehingga tanah yang terkena abu vulkanik, akan mengalami

    penurunan produktivitas lahan, jika dimanfaatkan untuk bidang pertanian. Di

    samping itu, dalam jangka pendek abu vulkanik dapat mengusir hama serangga atau

    gulma yang biasa menjadi musuh petani. Hal ini dikarenakan, makhluk hidup tersebut

    tidak dapat hidup dalam suasana terlalu asam, sehingga populasi makhluk tersebut

    akan menurun. Dalam jangka panjang, abu vulkanik juga akan memberikan dampak

    yang sangat positif bagi peningkatan produktivitas tanah. Saat kadar keasaman dari

    abu vulkanik telah dapat dinormalisasi melalui proses alamiah ataupun dengan

    bantuan manusia menggunakan dolomit sebagai penetral, maka kandungan mineral

    yang tersimpan dalam abu vulkanik akan menjadi pupuk alamiah yang sangat baik

    untuk perkembangan tanaman pertanian. Dengan menggunakan metode analisis

    aktivitas neutron cepat (AANC) terhadap sampel abu vulkanik, maka didapatkan data

    kuantitatif atas kandungan mineral yang terkandung di dalam sampel abu vulkanik.

    Terdapat empat buah mineral utama yang terkandung di dalam abu vulkanik,

    diantaranya : Besi (Fe), Aluminium (Al), Magnesium (Mg), Silika (Si). Keempat

    mineral tersebut adalah zat hara yang dapat membantu menyuburkan tanaman.

    Kandungan unsur Fe, Al, Mg dan Si yang terdeteksi pada abu vulkanik

    merupakan beberapa unsur logam yang ikut mempengaruhi kondisi kesuburan tanah

    di sekitar gunug berapi. Selama kadar masing-masing unsur yang ada pada abu

    vulkanik masih berada dalam batas aman, maka abu vulkanik tidak bersifat racun

    bagi tanaman.

  • 9

    Selain abu vulkanik, sebuah gunung pasti mengeluarkan magma yang terkandung

    di dalamnya. Magma yang keluar ini dinamakan lava. Pada jangka pendek daerah

    yang dilalui oleh lava akan terkesan sangat gersang dan tidak ada kehidupan, hal ini

    dikarenakan lava adalah benda cair panas yang memiliki temperature hingga 1.200

    C. Makhluk apapun yang dilalui oleh lava akan musnah, karena panasnya.

    Namun, pada jangka panjang daerah yang dilalui oleh lava akan menjadi daerah

    yang kaya mineral. Banyak mineral yang dapat kita temukan dalam magma yang

    telah membeku.

    Kerusakan sumberdaya lahan yang terjadi akibat letusan Gunung Merapi adalah

    erupsi abu dan pasir yang menutupi lahan pertanian dengan ketebalan abu dan pasir

    yang bervariasi untuk setiap lokasi tergantung jarak dari pusat letusan dan arah serta

    kecepatan angin. Kerusakan lahan mencakup 2 Propinsi yaitu Jawa`Tengah dan

    Provinsi DI. Yogyakarta. Provinsi Jawa Tengah mencakup Kabupaten Magelang,

    Boyolali, dan Klaten, sedangkan Provinsi DI. Yogyakarta hanya kabupaten Sleman.

    Dampak yang langsung terhadap lahan adalah penutupan lapisan olah bagian atas

    tanah oleh abu dan rusaknya tanaman yang tumbuh diatasnya. Kerusakan tanaman

    tergantung dari jenis, dan umur tanaman. seperti untuk tanaman sayuran lebih peka

    dibandingkan dengan tanaman padi.4

    Bencana yang ditimbulkan oleh letusan Gunung Merapi pada tahun 2010 ini

    sangat dahsyat. Tidak saja letusannya me-muntahkan material yang diperkirakan

    sekitar 410 juta meter kubik, namun juga bencana tersebut mengakibatkan bencana

    ikutan berupa lahar dingin yang menghantam banyak permukiman penduduk,

    menghancurkan berbagai prasarana / infrastruktur vital yang berdampak

    terganggunya roda per-ekonomian daerah bahkan nasional. Lebih dari 199 penduduk

    tewas akibat awan panas maupun oleh lahar dingin dan sekitar 275 ribu lebih warga

    mengungsi. Letusan pertama yang terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010, kemudian

    disusul oleh beberapa letusan lainnya dan yang paling besar adalah letusan pada

    4Balai Penelitian Tanah, IDENTIFIKASI SIFAT KIMIA ABU VOLKAN, TANAH DAN AIR DI

    LOKASI DAMPAKLETUSAN GUNUNG MERAPI, (Bogor, 2012)

  • 10

    tanggal 5 November 2010 yang memuntahkan material yang besar volumenya, dan

    kemudian ditambah dengan lahar dingin yang mengalirkan sekitar 20% material yang

    masih tertahan di Gunung Merapi melalui Kali Putih, Kali Gendol, Kali Adem dan

    Kali Code yang melewati Kota Yogyakarta.5

    Perubahan ekstrim berupa rusak atau bahkan hilangnya vegetasi berakibat

    terjadinya ketidak seimbangan ekosistem. Ketiadaan vegetasi tentu menghilangkan

    fungsi ekologi produksi gas oksigen bagi wilayah hilir Gunung Merapi dan ini tentu

    memberi dampak bagi kehidupan yang ada di sana.6 Dengan kata lain, siklus daur

    biogeokimia, khususnya daur oksigen dan nitrogen tentu akan mengalami perubahan.

    D. Pemulihan Tanaman dan Lingkungan Pasca Erupsi Gunung Merapi

    Jika habitat menjadi ekstrem tidak memenuhi syarat untuk tumbuhnya tanaman-

    tanaman maka timbul tanaman dari komunitas berikutnya yang sesuai dengan

    lingkungan yang baru, kemudian tanaman ini menjadi dominan. Setelah beberapa kali

    mengalami pergantian semacam itu,suatu saat habitat akan terisi oleh spesies-spesies

    yang sesuai dan mampu bereproduksi dengan baik. Sehingga proses ini mencapai

    Komunitas Klimaks yang matang, dominan, dapat memelihara dirinya sendiri dan

    selanjutnya bila ada pergantian, maka pergantian itu relatif sangat lambat.

    Perubahan ekstrim berupa rusak atau bahkan hilangnya vegetasi berakibat

    terjadinya ketidak seimbangan ekosistem. Ketiadaan vegetasi tentu menghilangkan

    fungsi ekologi produksi gas oksigen bagi wilayah hilir Gunung Merapi dan ini tentu

    memberi dampak bagi kehidupan yang ada di sana. Dengan kata lain, siklus daur

    biogeokimia, khususnya daur oksigen dan nitrogen tentu akan mengalami perubahan.

    5Suhadi Hadiwinoto, Catrini Pratihari Kubontubuh, Selalu Ada Semangat dan Jalan Padat Karya

    Pemulihan Pasca Merapi PNPMMandiri (Jakarta: Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan

    Rakyat Republik Indonesia dan PNPM Support Facility ,2011), hal. 9 6Irkhas Aliyah, Paper Irkhas Aliyah Pasca Erupsi Merapi, https://www.facebook.com/notes/irkhas-

    aliyah/paper-irkhas-aliyah-pasca-erupsi-merapi/581300095259724 (23 Februari 2014)

  • 11

    Setelah letusan Gunung Merapi itu terjadi dan mengakibatkan ekosistem yang

    ada pada hutan-hutan di daerah sekitar gunung merapi hangus maka mula-mula

    terdapat tumbuhan tingkat rendah, seperti lumut dan paku-pakuan. Kemudian

    tumbuhan tingkat tinggi. Proses ini disebut suksesi. Suksesi adalah suatu cara umum

    perubahan progresif dalam komposisi spesies suatu komunitas yang sedang

    berkembang. Hal ini secara bertahap disebabkan oleh reaksi biotik dan berlangsung

    melalui sederetan tahapan dari tahapan pelopor menuju tahapan klimaks.

    Pada awalnya suatu daerah yang tidak tetap untuk waktu yang lama, tumbuh

    tumbuhan-tumbuhan perintis ataupun tumbuh-tumbuhan sisa dari yang lolos dari

    kerusakan alam kemudian segera dihuni oleh beragam spesies tumbuhan atau

    hewan.Organisme-organisme ini mengubah habitat sehingga sesuai bagi spesies lain.

    Masa pendewasaan perkembangan suatu daerah seringkali mencapai suatu keadaan

    relatif stabil yang diberikan sebagai tahapan klimaks. Selama masa perkembangan

    ini,penghunian suatu daerah baru, pertama-tama oleh tumbuhan melandasi jalan bagi

    hewan-hewan untuk tinggal di dalamnya.

    Vegetasi yang dibiarkan demikian saja, menunjukkan kecenderungan untuk

    berubah ke suatu arah tertentu. Biasanya dari komunitas yang tidak begitu rumit yang

    terdiri atas tumbuh-tumbuhan kecil menjadi komunitas yang lebih kompleks yang di

    dominasi oleh tumbuh-tumbuhan yang lebih besar (atau bagaimanapun menimbulkan

    kesanadanya kompetisi yang lebih besar). Perubahan itu bersifat kontinyu, tahap-

    tahap yang dikenal hanya merupakan ruas-ruas ungkapan vegetasi.

    Pasca erupsi, secara alamiah hutan di lereng selatan Merapi yang

    mengalami kerusakan akan kembali menuju ke kesetimbangan ekosistem yang baru

    melalui proses suksesi. Fakta suksesi ini sebelumnya telah ditemukan pasca erupsi

    tahun 2006 (Rio, 2008). Fakta ini juga dapat ditemukan pada situs pasca erupsi tahun

    2010. Proses suksesi yang terjadi di Merapi termasuk dalam kategori suksesi primer,

    akibat dari tidak tersisanya vegetasi di area yang terkena langsung dampak semburan

  • 12

    produk vulkaniknya. Kecepatan suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti

    luasan daerah komunitas awal yang rusak, spesies tumbuhan yang muncul atau

    terdapat di lingkungan sekitar area tersuksesi, jenis substrat baru yang terbentuk dan

    kondisi iklim.

    Persoalan jangka panjang dampak persitiwa erupsi Merapi adalah konservasi.

    Perubahan keseimbangan ekosistem dan determinasi faktor waktu pada proses

    suksesi jelas memberi dampak besar bagi kehidupan manusia yang bergantung dari

    ekosistem Merapi. Oleh sebab itu, upaya percepatan pemulihan kondisi ekosistem

    Gunung Merapi perlu dikaji dan dilakukan melalui upaya konservasi.

    Namun,kecenderungan yang terjadi adalah upaya konservasi ini dilakukan tanpa

    strategi dan mempertimbangkan kebutuhan ekologik secara baik. Penanaman bibit

    pohon yang bukan endemik hutan Merapi, adalah satu contoh upaya konservasi yang

    dapat menimbulkan masalah baru. Persoalan konservasi lain yang juga penting adalah

    konservasi sumber daya air yang amat dibutuhkan baik oleh masyarakat hulu maupun

    hilir Gunung Merapi

    Terlepas dari keuntungan materi (pasir, wisata) setelah erupsi, erupsi

    Gunung Merapi telah merusak ribuah hektar kawasan hutan, terutama kawasan hutan

    yang berada di wilayah Taman Nasional Gunung Merapi. Kerusakan kawasan ini

    tentunya disertai dengan kepunahan ekosistem yang ada di dalamnya,terutama

    vegetasi yang menjadi sumber kehidupan. Melalui tahapan prosessuksesi, lahan yang

    rusak sebetulnya bisa pulih kembali dengan sendirinya, akantetapi memerlukan waktu

    yang sangat lama. Penelitian Suksesi alami dan Revegetasi lahan bekas erupsi

    Gunung Merapi bertujuan untuk mengetahuivegetasi yang ada setelah 2 tahun paska

    erupsi dan mempercepat revegetasi dilahan terkena dampak erupsi.

    Untuk menghijaukan kembali lahan yang terkena tumpahan lahar diperlukan

    teknologi revegetasi dan pengelolaan yang sesuai dengan tuntutan ekologi dan

    kebutuhan hidup masyarakat sekitar letusan, antara lain dengan memilih jenis-jenis

  • 13

    tanaman yang dapat beradaptasi dengan kondisi paska letusan, cepat tumbuh dan

    mempunyai karakteristik menguntungkan bagi ekologi dan kehidupan masyarakat.

    Untuk mendukung keberhasilan revegetasi, pola tanam yang diterapkan harus sesuai

    dengan karakteristik/kondisi alami. Perbaikan kondisi lahan dilakukan dengan

    menggunakan emulsi yang dapat menjaga kelembaban tanah, sekaligus sebagai

    ameliorant dan bahan-bahan lainnya yang dapat menstimulir pertumbuhan pohon.7

    7Ibid.

  • 14

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Ekosistem Gunung Merapi yang telah mati dapat kembali hidup. Hal ini

    dinamakan suksesi primer. Diawali dengan tumbuhan perintis, lalu kemudian memicu

    tumbuhan-tumbuhan lain untuk tumbuh. Kegiatan suksesi ini memerlukan waktu

    yang sangat panjang. Maka, untuk lebih mempercepatnya, dapat digunakan teknologi

    revegetasi dan pengelolaan yang sesuai dengan tuntutan ekologi dan kebutuhanhidup

    masyarakat sekitar letusan. Sedangkan untuk daerah yang tidak terlalu parah

    kerusakan ekosistemnya, abu vulkanik Gunung Merapi justru memberikan kesuburan

    bagi tanah.

    B. Saran

    Untuk dapat memulihkan kembali ekosistem Gunung Merapi yang telah mati,

    perlu campur tangan pemerintah agar dapat terlaksana dengan baik. Sedangkan untuk

    pelaksanaannya diperlukan dukungan dan bantuan dari masyarakat agar dapat cepat

    dan mudah terlaksana.

  • 15

    DAFTAR PUSTAKA

    Mudrajat Kuncoro Pemulihan pasca erupsi Merapi,

    http://cetak.kompas.com/read/2010/12/01/02483657/pemulihan.pascaerupsi.merapi.

    Diakses pada 19 Februari 2014.

    Irkhas Aliyah, Paper Irkhas Aliyah Pasca Erupsi Merapi,

    https://www.facebook.com/notes/irkhas-aliyah/paper-irkhas-aliyah-pasca-erupsi-

    merapi/581300095259724. Diakses pada 23 Februari 2014.

    Letak Geografis http://www.tngunungmerapi.org/kondisi-umum/kondisi-fisik/.

    Diakes pada 23 Februari 2014.

    Balai Penelitian Tanah.IDENTIFIKASI SIFAT KIMIA ABU VOLKAN, TANAH

    DAN AIR DI LOKASI DAMPAK LETUSAN GUNUNG MERAPI.Bogor: 2012.

    HadiwinotoSuhadi, KubontubuhCatrini Pratihari, Selalu Ada Semangat dan Jalan

    Padat Karya Pemulihan Pasca Merapi PNPM Mandiri. Jakarta: Kementerian

    Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia dan PNPM Support

    Facility. 2011.