PENCIPTAAN DAN TIPU DAYA IBLIS DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinbanten.ac.id/4212/1/PDF.pdfModern...
Transcript of PENCIPTAAN DAN TIPU DAYA IBLIS DALAM PERSPEKTIF ...repository.uinbanten.ac.id/4212/1/PDF.pdfModern...
PENCIPTAAN DAN TIPU DAYA IBLIS
DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Studi Komparatif Tafsir Al-Mizan Dan Tafsir Ath-Thabari)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud) Pada Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab Institut Agama Islam
Negeri “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten.
Oleh:
MUHAMAD FADINI NIM : 103200094
FAKULTAS USHULUDDIN, DAKWAH DAN ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2015 M/1436 H
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin
(S.Ud) dan diajukan pada Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin, Dakwah dan Adab, Institut Agama Islam Negeri Sultan
Maulana Hasanuddin Banten, Ini sepenuhnya asli merupakan hasil
karya ilmiah saya pribadi.
Adapun tulisan maupun pendapat orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini telah saya sebutkan kutipannya secara jelas sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa sebagian atau seluruh
isi skripsi ini merupakan hasil perbuatan plagiarisme atau mencontek
karya tulis orang lain, saya bersedia untuk menerima sanksi berupa
pencabutan gelar kesarjanaan yang saya terima atau sanksi akademik
lain sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Serang, 24 April, 2015
MUHAMAD FADINI NIM:103200094
ABSTRAK Nama: Muhamad Fadini, NIM: 103200094, Judul Skripsi:
Penciptaan dan Tipu Daya Iblis dalam Perspektif al-Qur’an (Studi Komparatif Tafsir al-Mizan dan Tafsir ath-Thabari)
Alam gaib merupakan alam yang secara empirik tidak bisa dijangkau oleh manusia. Keberadaan alam gaib menjadi sangat misterius ketika hal tersebut dihubungkan dengan kehidupan nyata. Salah satunya adalah iblis.Tidak dapat disangkal bahwa banyak hal yang gaib bagi manusia, serta beragam pula tingkat kegaibannya. Ada gaib mutlak, yang tidak dapat diungkap sama sekali karena hanya Allah yang dapat mengetahuinya, dan ada pula gaib nisbi. Sesuatu yang tidak dapat diketahui seseorang tetapi diketahui orang lain, ia adalah gaib nisbi. Kegaiban makhluk spiritual ini banyak menimbulkan persoalan dan salah persepsi, yang akhirnya muncul berbagai perbedaan pendapat di kalangan mufassir.
Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah: 1) Apa yang dimaksud denganIblis dalam al-Qur‟an?, 2) Bagaimana penafsiran Thabathaba‟i dalam -
n dan penafsiran Abu Ja‟far Muhammad Ibn Jarir Ath-Thabari dalam Tafsir Ja l Ayi Al- n dalam memahami penciptaan dan tipu daya iblis dalam Al-Qur‟an?
Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Yang dimaksud denganIblis dalam al-Qur‟an; dan 2) Penafsiran Thabathaba‟i dalam - n dan penafsiran Abu Ja‟far Muhammad Ibn Jarir Ath-Thabari dalam Tafsir l Ayi Al-Qur‟an dalam memahami penciptaan dan tipu daya iblis dalam Al-Qur‟an.
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research). Sedangkan analisis yang digunakan yaitu analisis komparatif, yaitu membandingkan sumber data primer yang berupa kitab - n ri‟ l-Qur‟an karya Allamah Sayyid Muhammad Husain Tabataba‟i dengan mi al- - n karya Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari.
Iblis dalam Al-Qur‟an adalah makhluk ciptaan Allah yang enggan bersujud kepada Adam. Thabathaba‟i yang lebih cenderung menggunakan ra‟yi, iblis bukanlah dari golongan malaikat tapi dari golongan jin. Sedangkan menurut Ath-Thabari dengan penafsirannya yang berbentuk ma‟tsur, mencoba menafsirkan Iblis sebagai mahluk yang berasal dari malaikat.Thabathaba‟i mengatakan kata syajaroh adalah pohon Himalaya sebuah tanaman yang bau harumnya kekal, yang mana pada waktu iblis menipu daya dan menggelincirkan Adam dan ath-Thabari mengatakan tidak perlu bagi kita mengetahui apa pohon tersebut, karena Allah tidak menjelaskannya kepada kita, baik melalui al-Qur‟an maupun Sunnah.
FAKULTAS USHULUDDIN, DAKWAH DAN ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
“SULTAN MAULANA HASANUDDIN” BANTEN
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dipermaklumkan dengan hormat, bahwa setelah membaca dan
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat skripsi
Saudara Muhamad Fadini yang berjudul : “Penciptaan dan Tipu Daya
Iblis dalam Perspektif al-Qur’an(Studi Komparatif Tafsir al-
Mizan dan Tafsir ath-Thabari)", kiranya dapat diajukan sebagai
salah satu syarat untuk melengkapi ujian munaqosyah pada Fakultas
Ushuluddin, Dakwah dan Adab IAIN Sultan Maulana Hasanuddin
Banten, maka kami ajukan skripsi ini dengan harapan dapat segera
dimuaqosyahkan.
Demikian, atas perhatian Bapak kami ucapkan terimakasih.
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Serang, 24 April2015
Pembimbing I
Dr. H. Endad Musaddad, M.A
NIP. 19720626 199803 1 002
Pembimbing II
Drs. KH. IkhwanHadiyin, M.A
NIP. 1973020 `99903 1 001
Nomor : Nota Dinas
Lampiran : Skripsi
Perihal : Pengajuan Ujian
Munaqosyah
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Ushuluddin,
Dakwah dan Adab IAIN “SMH”
Banten
di
Serang
PENCIPTAAN DAN TIPU DAYA IBLIS DALAM
PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Studi Komparatif Tafsir al-Mizan dan Tafsir ath-Thabari )
Oleh:
MUHAMAD FADINI
NIM: 103200094
Menyetujui,
Pembimbing I
Dr. H. Endad Musaddad, M.A
NIP. 1972062 6199803 1 002
Pembimbing II
Drs. KH. IkhwanHadiyin, M.A
NIP. 1973020 `99903 1 001
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab
Prof. Dr. H. Udi Mufradi
Mawardi, Lc, M.Ag.
NIP : 1961029 199403 1 001
Ketua
JurusanIlmu Al-Qur‟an danTafsir
Dr. H. Badrudin, M.Ag
NIP.19750405 200901 1014
PENGESAHAN
Skripsi a.n. Muhamad Fadini, NIM: 103200094, yang
berjudulPenciptaan dan Tipu Daya Iblis dalam Perspektif al-
Qur’an(Studi Komparatif Tafsir al-Mizan dan Tafsir ath-Thabari),
telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ushuluddin, Dakwah
dan Adab Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir pada tanggal 18 Mei
2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud) pada Institut Agama
Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Serang, 18 Mei 2015
Sidang Munaqasyah,
Ketua Merangkap Anggota,
Dr. Sholahuddin Al Ayubi, M.A
NIP: 19730420 199903 1 001
Sekretaris Merangkap Anggota,
Eneng Purwanti, M.A
NIP : 19780607 200801 2 014
Anggota
Penguji I
Dr. H. Badrudin, M.Ag NIP: 19750405 200901 1014
Penguji II
Lalu Turjiman Ahmad, M.A NIP: 19820911 200912 1 005
Pembimbing I
Dr. H. Endad Musaddad, M.A NIP: 1972062 6199803 1 002
Pembimbing II
Dr. KH. IkhwanHadiyin, M.A
NIP: 1973020 `99903 1 001
MOTTO
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah ku.( QS. aZ-
zariat 56)
PERSEMBAHAN
Skripsiinisayapersembahkanuntukmu yang berjiwatulus: OrangtuakuIbuNur AinidanBapak Muhammad soleh di
Kampunghalaman, Dan adik-adikkutercintaAnisa Rahma, Islaiyah, Muhammad aslah,
Aam Amalia. Barakallahu fikum..
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkapMuhammad Fadini dilahirkan di
Serang, Banten pada tanggal 22 Desember 1990, merupakan anak
kesatu dari empat bersaudara berasal dari pasangan Bapak Muhammad
Soleh dan Ibu Nur Aini.
Pendidikan formal diselesaikan oleh penulis pada SDN Ciceri
Indah lulus tahun 2002, melanjutkan studyke Pondok Pesanteren
Modern Ulul al-Bab Ciomas lulus tahun 2005, setelah itu melanjutkan
ke Madrasah Aliyah al-Bayan Rangkas Bitung lulus tahun 2009.
Sempat mengenyam pendidikan pondok pesantren tahfid di
daerah Jawa Timur-Sedayu al-Munawwar tahun 2009-2010, dan
sempat mengenyam pendidikan pondok pesantren tradisional di daerah
Pelamunan Keramat watu at-Tohiriah pada tahun 2013, dan sempat
membantu mengajar ngaji di pondok pesanteren Ulul al-Bab Ciomas
Serang Banten pada tahun 2013-2014.
Pada tahun 2010 penulis mulai masuk diInstitut Agama Islam
Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Program Strata Satu
(S1),FakultasUshuluddinDakwah dan Adab, Jurusan Tafsir Hadits atau
yang sekarangdigantimenjadiIlmu Al-Qur'an danTafsir.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada kegiatan
organisasi kemahasiswaan, yaitu: HMI Komisariat USHADA IAIN
Sultan Maulana Hasanuddin Banten sebagai anggota pada tahun 2011-
2012.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wata‟ala,yang telah
memberikan lautan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,
sehinggadengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Shallallahu‟alaihi wasallam, Keluarga,Sahabat dan
Pengikutnya sampai akhir zaman.
Dengan pertolongan Allah dan usaha yang sungguh-sungguh
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Penciptaan dan
Tipu Daya Iblis dalam Perspektif al-Qur’an(Studi Komparatif Tafsir
al-Mizan dan Tafsir ath-Thabari).
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari
kekurangan, kelemahan, dan masih jauh dari kesempurnaan,
keterbatasan pengetahuan, pengamalan serta kemampuan penulis, oleh
sebab itu penulis mengharapkan pendapat, saran dan kritik yang
bersifat membangun guna mencapai kesempurnaan pada masa yang
akan datang.
Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Fauzul Iman, MA. Rektor Institut Agama
Islam Negeri “Sultan Maulana Hasanuddin Banten” Serang,
yang telah mengelola dan mengembangkan IAIN “SMH”
Banten ke arah yang lebih maju.
2. Bapak Prof. Dr. H. Udi Mufradi Mawardi, Lc., M.Ag. Dekan
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam
Negeri “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten, yang telah
memberikan motivasi dan arahan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
3. Bapak Dr. H. Badrudin M.Ag. Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an
dan Tafsir dan ibu Eneng Purwanti, M.A sebagai Sekretaris
Jurusan Al-Qur‟an dan Tafsir IAIN “Sultan Maulana
Hasanuddin” Banten yang telah memberikan persetujuan
kepada penulis untuk menyusun skripsi dan banyak meluangkan
waktu membantu penulis menyelesaikan administrasi menuju
proses pembuatan skripsi.
4. Bapak Dr. H. Endad Musaddad, MA.,selaku Pembimbing I dan
Dr. KH. Ikhwan Hadiyin, M.A., selaku pembimbing II yang
telah meluangkan waktunya dalam memberikan nasehat,
pengarahan dan keilmuan.
5. Bapak dan Ibu Dosen, yang telah memberikan bekal
pengetahuan yang begitu berharga selama penulis kuliah di
IAIN “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten.
6. Seluruh Civitas Akademika, IAIN “SMH” Banten yang telah
membantu pelayanan administrasi selama perkuliahan dalam
rangka menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluarga tercinta di kampung halaman: „Bapa‟, „Ma‟, kakak
dan adik-adikku yang selalu memberikan do‟a dan dukungan
selama proses study dan penyusunan skripsi ini.
8. Para Asatidzku, Ust. Khairul Iksan, Ust. Humaidi, Ust. Jasiman,
segala ilmu yang telah engkau berikan menjadi bekal berharga
bagiku hari ini dan masa yang akan datang.
9. Rekan-rekan KALIMAH tercinta: Rhosa Armeliani, kang
Makroni, Fahrul, kang Tato Sugiarto, Muhammad Rianto,
Yayan Harianto, Nurul Jihad, Sahari, Manarul Hidayat
terimakasih atas bantuan dan kebersamaanmu, jazakumullah
khoiral jaza‟.
10. Sahabatku tercinta dan semua pihak yang membantu dalam
menyusun skripsi ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah jualah penulis memohon agar
seluruh kebaikan dari semua pihak yang membantu selesainya skripsi
ini, semoga di beri balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap
kiranya karya alit ini turut mewarnai khazanah Ilmu Pengetahuan dan
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Serang, 24 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... i
ABSTRAK................................................................................................. ii
NOTA DINAS ........................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN MUNAQOSAH ........................................... iv
PENGESAHAN......................................................................................... v
MOTTO ..................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ..................................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 10
D. Kerangka Pemikiran ............................................................... 10
E. Kajian Pustaka ......................................................................... 13
F. Metode Penelitian ................................................................... 14
G. Sistematika Pembahasan.......................................................... 16
BAB II MENGENAL THABATHABA’I DAN ATH-THABARI
A. Deskripsi Tafsir al-Mizan karya Sayyid Muhammad
Husain Thabathaba‟i ................................................................ 18
1. Biografi Sayyid Muhammad Husain Thabathaba‟i .......... 18
2. Metode dan Corak Tafsir al-Mizan ................................... 21
3. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir al-Mizan ..................... 22
B. Deskripsi Tafsir ath-Thabari KaryaImam Abu Ja‟far
Muhammad Bin Jarir ath- Thabari .......................................... 23
1. Biografi Imam Abu Ja‟far Muhammad Bin Jarir
ath- Thabari........................................................................ 23
2. Metode dan Corak Tafsir ath- Thabari .............................. 28
3. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir ath-Thabari ................. 29
BAB III MAKNA DAN TIPU DAYA IBLIS DALAM AL’QUR’AN
A. Pengertian Iblis sacara Etimologi dan Terminologi ................ 30
B. Makna Iblis dalam al-Qur‟an ................................................... 32
C. Sejarah Penciptaan Iblis dalam al-Qur‟an ............................... 34
D. Tipu dayaIblis dalam Kehidupan Manusia dalam al-Qur‟an... 37
BAB IV PENAFSIRAN TENTANG PENCIPTAAN DAN
TIPU DAYA IBLIS MENURUT TAFSIR AL-
MIZAN DAN TAFSIR ATH-THABARI
A. Penafsiran Sayyid Muhammad Husain Thabathaba‟i
Tentanng Penciptaan dan Tipu Daya Iblis dalam
Kitab Tafsir al-Mizan............................................................... 42
B. Penafsiran Imam Abu Ja‟far Muhammad Bin Jarir
ath- Thabari Tentang Penciptaan dan Tipu Daya Iblis
Dalam Kitab Tafsir ath-Thabari ............................................... 46
C. Analisis Komparatif Tentang Penafsiran Penciptaan
dan Tipu Daya Iblis (Perbandingan Sayyid
Muhammad Husain Thabathaba‟i dan Abu Ja‟far
Muhammad Bin Jarir ath-Thabari ........................................... 52
D. Dari SegiPenafsiran ................................................................. 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 56
B. Saran ....................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN .
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Blakang Masalah
Al-Qur‟anul Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan
mukjizatnya selalu diprkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia
diturunkan Allah ke pada Rasulullah, Muhammad saw, untuk
mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap mnuju yang terang,
serta membimbing mereka ke jalan yang lurus. 1Di akhir dasawarsa
tahun 90-an sampai sekarang di Amerika Serikat dan Eropa Barat
khususnya berkembang arus pembicaraan tentang ilmu pengetahuan
dengan kitab suci. Dimulai oleh Ian G. Barbour, yang mengemukaan
teori tentang munculnya empat tipologi hubungan sains dengan agama
atau kitab suci.2
Ke empat tipologi hubungan ilmu pengtahuan dengan agama
atau kitab suci yang diungkapkan oleh Barbour tersebut, hemat penulis
dapat ditarik kepada hubungan ilmu pengetahuan dengan teks al-
Qur‟an. Ke empat tipologi yang di maksud adalah, sebagai berikut.
Pertama, tipologi konflik; tipe ini menganggap bahwa agama dan ilmu
pengetahuan itu saling bertentangan, kedua, tipologi independensi;
Pandangan ini beranggapan bahwa semestinya tidak perlu ada konflik,
karena ilmu pengetahuan atau sains dan agama berada di dominan yang
berbeda. Ketiga, adalah tipologi dialog; bentuk ini membandingkan
metodologi kedua bidang ini (agama dan sains) yang dapat menunjukan
adanya teologis, dan pencarian ilmiah tentang hubungan ini, kemiripan,
dan perbedaannya. Keempat, adalah integarasi;pendekatan tersebut
dapat terjadi pada kalangan yang mencari titik temu di antara keduanya. 3
Kitab suci al-Qur‟an sebetulnya tidak pernah membisu bila
diminta pertimbangan oleh siapa saja untuk menjawab setiap
permasalahan hidupnya. Namun pertimbangan dan petunjuk al-Qur‟an
itu baru bisa ditangkap jika secara bijak dan cermat dapat dikenali sifat-
1 Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu Al-Qur‟an, (Jakarta: P T Pustaka
Lentera Nusantara 1992), hlm 1 2 Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial, (Jakarta:
AMZAH 2007), hlm. 15-19 3 Ibid., hlm. 19
sifat dan kandungannya. Kemudian menggunakan metode yang tepat
untuk mengenali makna yang terkandung di dalamnya.4
Pada kesempatan kali ini akan lebih menyoroti hal-hal yang
bersifat gaib dan memahami kalimat/kata iblis yang terkandung dalam
nas-nas al-Qur‟an, baik dari segi penciptaan dan tipu dayanya terhadap
manusia.
Kalau kita membuka lembaran kitab suci al-Qur‟an, tepatnya
setelah QS.al-Fatihah, yang merupakan induk al-Qur‟an sekaligus
kesimpulannya, hal pertama yang ditemukan adalah uraian tentang
fungsi al-Qur‟an sebagai hudan /petunjuk bagi orang-orang bertakwa
adalah yu‟minuna bi al-ghaib (percaya yang ghaib).
Kamus besar bahasa indonesia mengartikan gaib dengan suatu
yang tersembunyi, tidak kelihatan, atau tidak diketahui sebab-
sebabnya. Sementara, kamus bahasa arab menjelaskannya dengan
antonim dari syahadat. Kata syahadat berarti hadir atau kesaksian, baik
dengan mata kepala maupun mata hati. Jika demikian, yang tidak hadir
adalah gaib.
Tidak dapat disangkal bahwa banyak hal yang gaib bagi
manusia, serta beragam pula tingkat kegaibannya. Ada gaib mutlak,
tidak dapat diungkap sama sekali kerna hanya Allah yang dapat
mengetahuinya, dan ada pula gaib yang relatif. Sesuatu yang tidak
dapat diketahui seseorang tetapi diketahui orang lain,ia adalah gaib
relatif.5
Kegaiban mahluk spiritual ini banyak menimbulkan persoalan
dan salah persepsi, yang akhirnya muncul berbagai perbedaan pendapat
di kalangan mufassir, iblis,merupakan sebagai salah satu mahluk gaib
yang mendapat perhatian bagi para mufassir, dan para Orientalis, dan di
dalam al-Qur‟an lahfad iblis disebutkn sebanyak 11 kali, dan hampir
semua ayat tersebut berkaitan dengan kedurhakaannya dan
pembangkangannya tarhadap perintah Allah.
AYAT-AYAT TENTANG IBLIS DALAM AL-QUR‟AN
Kata “iblis” dalam al-Qur‟an, dalam kitab al-Mu‟jam al-
Mufahras Li Alfazh al-Qur‟an al-Karim, tercatat sejumlah 11 ayat
dalam 9 surat, yaitu :6
4 Syahrin Harahap, Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-Ilmu Ushuludin,
(Jakarta: PT Raja Gerafindo Persada 2000), hlm. 5 5 M. Quraish Shihab, yang halus dan tak terlihat: jin dalam Al-Qur‟an,
(Jakarta : Lentera Hati, 2010), hlm. 12 6 Muhammad Fuad „Abd Al-Baqi, Al-Mu‟jam Al-Mufahras Li Alfazh Al-
Qur‟an Al-Karim, hlm. 170
1. al-Baqarah : 34;
2. al-A‟raaf : 11;
3. al-Hijr : 31 dan 32;
4. al-Israa‟ : 61;
5. al-Kahfi : 50;
6. Thaahaa : 116;
7. asy-Syu „araa : 95;
8. Saba‟ : 20; serta
9. Shad : 74 dan 75.
Ayat-ayat dalam al-Qur‟an yang menerangkan tentang
penciptaan iblis dan pembangkangannya terhadap tuhannya :
. Allah berfirman:
"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di
waktu aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik
daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau
ciptakan dari tanah".(Q.S al-A‟raf 12)
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para
Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, Maka sujudlah mereka
kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, Maka ia mendurhakai
perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil Dia dan turanan-
turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka
adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari
Allah) bagi orang-orang yang zalim.(Q.S al-Kahfi 50)”7
7 Mir Aneesuddin, Buku Saku Ayat-Ayat Semesta, (Jakarta: Zaman, 2014),
hlm. 135-137
Ayat-ayat al-Qur‟an ini menunjukan bahwa iblis juga diciptakan
dalam bentuk energi yang sama sebagaimana jin. Iblis tersusun dari
energi dan manusia tersusun dari materi. Barangkali karna menyadari
kemungkinan terjadinya interaksi antara materi dan energi, iblis
menyatakan “Aku akan mesesatkan manusia dan menggoda mereka
dengan kesenang-senangan semu.”8
Sikap kedurhakaan iblis kepada Allah swt tersebut, dapat
memunculkan perbedaan pendapat di kalangan mufassir, terutama
menyangkut siapakah sebenarnya iblis itu. Apakah pnerapan yang
dinyatakan oleh al-Qur‟an kepada iblis atas keenggannannya untuk
bersujud, merupakan penerapan yang menunjukan iblis termasuk
golongan malaikat, atau penerapan lain, shingga iblis digolongkan
dalam golongan jin.
Menurut ath-Tabari dalam tafsirnya, iblis adalah dari golongan
malaikat 9. Sedangkan iblis tersebut dari golongan Jin,menurut ath-
Thabari bukan dilihat dari segi asalnya, akan tetapi dilihat dari segi
penciptaannya. Beda dengan Allamah Sayyid Muhammad Husain
Thabathaba‟i, menyatakan bahwa iblis dari golongan Jin10
, karna jelas
iblis terbuat dari api dan malaikat tercipta dari nur ( cahaya ).
Ini merupakan kemuliaan besar dari Allah bagi Adam yang juga
dianugerahkan kepada anak keturunannya. Di mana ia memberitahukan
bahwa dia telah menyuruh para malaikat untuk bersujud pada Adam.
Adapun maksudnya, bahwa ketika Allah menyuruh para
malaikat bersujud kepada Adam, maka iblis pun termasuk dalam
perintah itu. Karena meskipun iblis bukan termasuk dari golongan
malaikat, namun ia telah menyarupai malaikat dan meniru tingkah laku
mereka. Oleh karna itu, iblis termasuk dalam perintah yang ditujukan
oleh para malaikat, dan tercela atas pelarangan yang dilakukan atas
perintahnya.
Ibnu Jarir, meriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri, katanya:
“Iblis itu bukan dari golongan malaikat. Iblis adalah asli dari bangsa
8 Ibid., hlm. 137
9 Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir,
Tafsir Ath-Thabari, Juz 1,(Jakarta: pustaka Azzam, 2008), hlm. 602 10
„Allamh Sayid muhammad Husain Thabathaba‟i, Tafsir Al-Mizan (Jakarta:
Lentera,2010) hlm. 247
Jin, sebagai mana Adam adalah asli bangsa manusia.” Dan isnad
riwayat ini sahih dari al-Hasan al-Bashri11
Banyak pakar bahasa Arab berpendapat bahwa kata iblis
terambil dari kata Arab ( ) ablasa yang berarti putus asa atau dari
kata ( ) balasa yang berarti tiada kebaikannya. Iblis, menurut al-
Qur‟an, adalah dari jenis jin (QS.al-Khaf 18:50). Dialah yang enggan
sujud kepada Adam as. Dan dia juga yang di panjangkan usianya oleh
Allah hingga menjelang kiamat.12
Konon iblis, pada mulanya bernama Azazil dalam arti ketua
para malaikat karena ia sangat taat beribadah. Itu pula sebabnya
permohonannya untuk dimasukan dalam kelompok malaikat
dikabulkan Allah dan karena itu, ketika Allah memerintah malaikat
untuk sujud kepada Adam, perintah ini tertuju juga kepadanya, tetapi
ternyata ia membangkang dan durhaka. Sampai kini, Iblis masih hidup
dan dialah yang memimpin para setan, baik setan manusia maupun
setan jin. 13
Dalam kitab/kamus Kata Iblis
dalam al-Qur‟an, tercatat sejumlah 11 ayat dalam 9 surat dalam al-
Qur‟an, yaitu :14
1. Surat al-Baqarah ayat 34
. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para
Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah
mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia
Termasuk golongan orang-orang yang kafir.(QS. al-Baqarah
,34)15
11
Abdullah Bin Muhammad Bin „Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaihk,
Tafsir Ibnu Katsir, Juz I, (Jakarta: Pustaka Imam syafi‟i 2008), hlm.106 12
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keseharian al-
Qur‟an, juz 9 (Jakarta:Lentera Hati, 2002), hlm. 276 13
Ibid 14
Muhammad Fuad „Abd Al-Baqi, Al-Mu‟jam Al-Mufahras Li Alfazh Al-
Qur‟an Al-Karim, hlm. 170 15
Ibid
2. Surat al-A‟raaf ayat 11
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam),
lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada
Para Malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", Maka
merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak Termasuk mereka
yang bersujud.(QS.al-A‟raaf, 11)16
3. Surat al-Hijr ayat 31 dan 32
Kecuali iblis. ia enggan ikut besama-sama (malaikat)
yang sujud itu, Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu
tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud
itu?"(QS.al-Hijr31-32)17
4. Surat al-Israa ayat 61
Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada Para
Malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka
sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud
kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?"(QS.al-
Israa,61)18
16
Ibid 17
Ibid 18
Ibid
5. Surat al-Kahfi ayat 50
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para
Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam Maka sujudlah mereka
kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, Maka ia
mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil
Dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain
daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah
iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang
zalim.(QS.al-Kahfi, 50)19
6. Surat Thaahaa ayat 116
Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada Malaikat:
"Sujudlah kamu kepada Adam", Maka mereka sujud kecuali
iblis. ia membangkang. (QS.Thaahaa, 116)20
7. Surat asy-syu‟araa ayat 95
Dan bala tentara iblis semuanya.(QS.asy-syu‟araa, 95)21
8. Surat Saba ayat 20
Dan Sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan
kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka
19
Ibid 20
Ibid 21
Ibid
mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang
beriman.(QS.Saba, 20)22
9. Surat Shaad ayat 74 dan 75
Kecuali Iblis; Dia menyombongkan diri dan adalah Dia
Termasuk orang-orang yang kafir, Allah berfirman: "Hai iblis,
Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-
ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu
menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) Termasuk orang-
orang yang (lebih) tinggi?".(QS. Shaad, 74-75)23
Kata-kata iblis yang terdapat dalam al-Qur‟an menurut kitab
yang di dalamnya terdapat 11 ayat dalam
9 surat. Kata iblis hampir semuanya ayat-ayat tersebut membahas
tentang kedurhakaan iblis kepada Allah dan ke keengganannya untuk
bersujud kepada Adam.
Thabathaba‟i mengatakan iblis bukan dari golongan malaikat
melainkan dari golongan jin, karena sudah dikatakn dalam ayat lain
bahwa iblis adalah dari golongan jin.
Thabathaba‟i menjelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 34 yang
berbunyi:
dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat:
"Sujudlah, kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis;
ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang
yang kafir. (QS. Al-Baqarah 34)
22
Ibid 23
Ibid
Dalam ayat di atas thabathaba‟i mengatakan dan
menerjemahkan kata “kafir” menunjukan spesies jin, dan iblis
merupakan bagian dari spesies jin.24
Kalimat terakhir ayat ini juga
membawa kepada kesimpulan yang sama. Bukannya mengatakan, “Dia
menolak mempelihara arogansi, dan dia kafir”, ayat ini mengatakan,
“dia adalah satu di antara mereka yang kafir”. Itu bukan bahwa dia
menjadi seorang kafir pada waktu itu, dia sudah sejak lama kafir, tetapi
dia senantiasa merahasiakannya kekufurannya, dan kejadian ini telah
mengungkapkan apa yang selama ini dirahasiakannya.
Ulama berbeda
pendapat tentang makna sujud yang diperintahkan Allah. Ada yang
memahaminya dalam arti menampakan ketundukan dan penghormatan
kepada Adam as. Atas kelebihan yang dianugerahkan Allah kepadanya.
Dengan demikian, sujud yang di maksud bukan dalam arti meletakan
dahi di lantai. Ini adalah pendapat mayoritas ulama ahl as-sunnah.
Dengan demikian tidak ada alasan untuk berkata bahwa iblis enggan
bersujud kepada Adam as. Karna ia enggan bersujud kecuali kepada
Allah. Ada juga yang berpendapat bahwa sujud yang di maksud adalah
sujud kepada Allah, tetapi dengan menjadikan posisi Adam as sebagai
arah yang di tuju, persis seperti kaum muslimin yang shalat dengan
menjadikan posisi Ka‟bah sebagai arah/kiblat. Tentu saja, menampakan
penghormatan kepada beliau, sebagai mana pendapat pertama di atas,
lebih tinggi nilainya buat Adam as. Dari pada menjadikan beliau
sebagai arah.25
Penulis mencoba menguraikan skripsi dengan judul di atas.
Yang penulis harapkan dapat sedikit membuka wacana kita tentang,
“Pengetahuan yang bersifat gaib, dan mengetahui penciptaan dan tipu
daya iblis dalam al-Qur‟an yang selama ini menjadi bahan penelitian
bagi para mufasir (Studi komparatif Antara Tafsir Al-Mizan fii tafsiri‟
l-Qur‟an karya Allamh sayyid Muhammad Husain Thabathaba‟i
dengan Tafsir Jami al- Bayan an Ta‟wil Ayi Al-Qur‟an karya Abu
Ja‟far Muhammad ibn Jarir Ath-Thabari )”.
24
„Allamah Sayid Muhammad Husain Thabathaba‟i, Tafsir Al-Mizan,
(Jakarta: Lentera, 2010) hlm 247 25
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keseharian al-
Qur‟an, juz 4 (Jakarta:Lentera Hati, 2002), hlm. 28
B. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan iblis dalam al-Qur‟an ?
2. Bagaimana penafsiran Thabathaba‟i dalam tafsir al-Mizan dan
penafsiran Abu Ja‟far Muhammad Ibn Jarir ath-Thabari dalam
Tafsir Jami‟ Al Bayan an Ta‟wil Ayi Al Qur‟an dalam
memahami penciptaan dan tipu daya iblis dalam al-Qur‟an ?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui makna Iblis yang terdapat dalam nas-nas al-
Qur‟an.
2. Untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an yang
berkaitan dengan penciptaan dan tipu daya Iblis dalam al-Qur‟an
menurut Thabathaba‟i dan ath-Thabari.
D. Kerangka Pemikiran
Secara epistimologi makna iblis yang terkandung dalam nas-nas
al-Qur‟an masih diperselisihkan di kalangan para mufassir tentang
siapakah iblis itu sebenarnya: Pertama mereka mengtakan iblis
termasuk dalam golongan jin dan menafsirkan surat al-Baqarah ayat 34
mengatakan dan menerjemahkan kata “kafir” menunjukan spesies jin,
dan iblis merupakan bagian dari spesies jin.26
Yang kedua mereka
mengatakan iblis dari golongan malaikat dan mereka menafsirkan surat
al-Baqarah ayat 34 mengtakan ketika Allah memerintahkan kepada
seluruh malaikat agar bersujud kepadanya, lalu merekapun bersujud
kepadanya. Kemudian Allah mengecualikan iblis, dan ini menunjukkan
bahwa iblis termasuk golongan mereka, dan termasuk yang
diperintahkan untuk bersujud kepadanya.
Ibnu Jarir, meriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri, katanya:
“Iblis itu bukan dari golongan malaikat. Iblis adalah asli dari bangsa
Jin, sebagai mana Adam adalah asli bangsa manusia.” Dan isnad
riwayat ini sahih dari al-Hasan al-Bashri27
26
„Allamah Sayyid Muhammad Husain Thabathaba‟i, Tafsir Al-Mizan,
(Jakarta: Lentera, 2010) hlm 247 27
Abdullah Bin Muhammad Bin „Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaihk,
Tafsir Ibnu Katsir, Juz I, (Jakarta: Pustaka Imam syafi‟i 2008), hlm. 106
Dia berfirman, “Para malaikat pun sujud, „Kecuali Iblis‟.
Sesungguhnya “Dia tidak termasuk mereka yang bersujud,” kepada
Adam.28
Salah satu kutipan al-Quran yang cukup detil mengenai asal
mula kisah Adam dan iblis terdapat dalam Surat Shaad ayat 71-85
sebagai berikut:29
28
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir,
Tafsir Ath-Thabari, Juz 10,( Jakarta: Pustaka Azzam, 2008 ), hlm. 842 29
Al-Qur‟an Terjemah dan Transliterasi, Depag RI, Juz 23 (Semarang,
Aneka Ilmu), hlm. 939-940
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat:
"Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka
apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan
kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur
dengan bersujud kepadaNya". lalu seluruh malaikat-malaikat itu
bersujud semuanya, kecuali Iblis; Dia menyombongkan diri dan
adalah Dia Termasuk orang-orang yang kafir. Allah berfirman:
"Hai iblis, Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang
telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu
menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) Termasuk orang-
orang yang (lebih) tinggi?". Iblis berkata: "Aku lebih baik
daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan
Dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Maka
keluarlah kamu dari surga; Sesungguhnya kamu adalah orang
yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai
hari pembalasan". Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah
aku sampai hari mereka dibangkitkan". Allah berfirman:
"Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang diberi tangguh,
sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari
kiamat)". Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan
menyesatkan mereka Semuanya, Kecuali hamba-hamba-Mu yang
mukhlis di antara mereka. Allah berfirman: "Maka yang benar
(adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran Itulah yang Ku-
katakan". Sesungguhnya aku pasti akan memenuhi neraka
Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang
mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya.30
Dan telah banyak kajian tentang iblis dan tipu dayanya, yang
dilakukan oleh ulama, mufassir atau penulis-penulis, dengan sudut
pandang yang berbeda, di antara karya yang pernah ada yaitu, Kitab
Talbis Iblis karangan Ibnu Jauzi. Di dalamnya dijabarkan seluk beluk
kehidupan iblis yang berusaha mengganggu manusia dari berbagai
aspek kehidupan, di mana aktivitas iblis dalam kehidupan manusia
cenderung untuk merusak dan menyesatkan agar manusia berbelok dari
jalan yang sudah digariskn oleh al-Qur‟an dengan cara mengendalikan
hawan nafsu manusia, hingga hati manusia tertutup akan kebaikan dan
terjerumus dari berbagai kesesatan yang sudah dikemas oleh iblis.
30
Ibid
Hanya saja dalam pembahasannya, Ibnu Jauzi tidak membedakan Iblis
dan syaitan. Hal ini bisa dilihat secara impelisit dari isi kitab tersebut.31
Jauh sebelum manusia mengenal agama-agama besar, bahkan
sejak masa awal sejarah kemanusiaan, kepercayaan tentang mahluk
halus telah ada. Mahluk itu dalam pandangan mereka bermacam-
macam. Ada yang tidak dapat dilihat sama sekali, ada yang
menampakan dirinya pada orang-orang tertentu melalui mantra atau
jimat, dan ada juga yang merusak pada sesuatu sehingga siapapun
berkesempatan dapat melihatnya.
Dalam kepercayaan mereka, mahluk-mahluk itu ada yang
bersahabat dengan manusia, ada yang memusuhi, ada yang memberi
manfaat, dan ada juga yang mengakibatkan mudarat. Ketika itu, mereka
belum mengenal ruh jahat atau ruh baik. Memang, tulis Abbas al-
Aqqad agamawan dan sastrawan Mesir kenamaan (1889-1964) yang
menguraikan hal diatas dalam bukunya iblis, ada perbedaan antara
kejahatan dan mudarat.32
E. Kajian Pustaka
Dalam skripsi ini penulis menggunakan kajian pustaka, dari
telaah yang dilakukan para ahli berbeda-beda dalam mengartikan kata
iblis. Menurut thabathaba‟i ketika menafsirkan surat al-Baqarah ayat
34 mengatakan dan menerjemahkan kata “kafir” menunjukan spesies
jin, dan iblis merupakan bagian dari spesies jin.33
Kalimat terakhir ayat
ini juga membawa kepada kesimpulan yang sama. Bukannya
mengatakan, “Dia menolak mempelihara arogansi, dan dia kafir”, ayat
ini mengatakan, “dia adalah satu di antara mereka yang kafir”. Itu
bukan bahwa dia menjadi seorang kafir pada waktu itu, dia sudah sejak
lama kafir, tetapi dia senantiasa merahasiakannya kekufurannya, dan
kejadian ini telah mengungkapkan apa yang selama ini
dirahasiakannya. Dalam hal ini thabathaba‟i lebih mendasarkan pada
aspek jenis iblis itu sendiri yang termasuk dari golongan jin.
Dalam kitab Jami‟ Al Bayan an Ta‟wil Ayi Al Qur‟an, ath-
Thabari mengatakan bahwa iblis termasuk dari golongan malaikat.
Beliau beralasan ketika Allah memerintahkan kepada seluruh malaikat
31
Ibnul jauzi, Talbis Iblis, Perangkap Iblis 560 Tipu Muslihat Iblis Yang Tak
Disadari Manusia,(Solo, Pustaka Arafah, 2012) hlm. 22 32
M. Quraish Shihab, Malaikat dalam Al-Qur‟an, yang halus dan tak
terlihat,(Jakarta: Lentera Hati, 2010), hlm. 1-2 33
„Allamah Sayyid Muhammad Husain Thabathaba‟i, Tafsir Al-Mizan,
(Jakarta: Lentera, 2010) hlm 247
agar bersujud kepadanya, lalu merekapun bersujud kepadanya.
Kemudian Allah mengecualikan iblis, dan ini menunjukkan bahwa iblis
termasuk golongan mereka, dan termasuk yang diperintahkan untuk
bersujud kepadanya. Dalam hal ini ath-Thabari lebih melihat dari segi
asal penciptaannya, yakni diciptakan khusus dari api samum (angin
panas) tidak seperti malaikat yang lain.34
Menurut Syekh Muhammad Ash-Shayim dalam buku Kisah-
kisah Nyata Raja Jin, mengatakan bahwa iblis adalah segolongan
makhluk dari jenis jin. Karena iblis adalah pengabdi yang patuh yang
telah memimpin pasukan malaikat untuk membersihkan bumi dari
golongan jin. Setelah iblis mengetahui bahwa Allah Swt. Akan
menciptakan manusia dari tanah, lalu mengatakannya sebagai khalifah
di bumi, dia iri terhadap Adam. Iblis meyakini bahwa manusialah
makhluk yang telah merebut apa yang sejak dahulu didambakannya.
Dalam hal ini Syekh Muhammad Ash-Shayim melihat dari segi sifat
iblis yang iri hati terhadap Adam. 35
F. Metode Penelitian Untuk mengungkapkan permasalahan-permasalahan, perlu
digunakan suatu metode agar tujuan penelitian dapat tercapai sesuai
dengan apa yang diharapkan. Dalam penyusunan skripsi ini penulis
menggunakan metode sebagai berikut ini:
1. Jenis Penelitian
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian
kepustakaan (Library Research) yaitu bentuk penelitian yang
bersifat teoritis dengan mempelajari literatur-literatur, pendapat
para ahli dan catatan kuliah serta hasil penelitian-penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan masalah yang teliti atau
dibahas dalam skripsi ini.
2. Sumber Penelitian
Dalam menyusun skripsi ini, penulis mengambil atau
menggunakan dua jenis sumber yaitu sumber primer dan sumber
sekunder.
a. Sumber primer adalah data-data utama yang dipergunakan,
yaitu Tafsir Al-Mizan karya allamah Sayyid Muhammad
34 Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir,
Tafsir Ath-Thabari, Juz 1,(Jakarta: pustaka Azzam, 2008), hlm. 610 35 Syekh Muhammad Ash-Shayim, Kisah-Kisah Nyata Raja Jin, (Bandung:
pustaka Sinar Baru Algensindo, 2007), hlm. 9
Husain Thabathaba‟i dan Tafsir Jami‟ Al Bayan an Ta‟wil Ayi
Al Qur‟an atau yang dikenal dengan Tafsir Ath-Thabari karya Abu Ja‟far Muhammad bin Jari Ath-Thabari.
b. Sumber sekunder adalah data-data yang diperoleh berupa
informasi-informasi tertulis yang berhubungan dengan
pembahasan yang terkait, seperti literatur-literatur berupa buku,
majalah, koran, dan sebagainya.
3. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data skripsi ini, penulis menggunakan
metode al-Tafsir al-Muqoron, adalah salah satu metode tafsir yang
penafsirannya dengan mengumpulkan pelbagai kitab tafsir.
Pendapat mufasir tersebut kemudian diperbandingkan, baik dari
ulama salaf maupun ulama khalaf, baik dari jurusan tafsir bi al-
manqul maupun bi al-ma‟qul.36
Ada tiga bentuk perbandingan dalam tafsir ini, antara lain
yaitu:
1) Perbandingan antara ayat dengan ayat
2) Perbandingan antara ayat dengan hadits
3) Perbandingan antara pendapat ulama
Ada beberapa tahapan dalam tafsir muqoron, antara lain
yaitu:
1) Memusatkan perhatian pada sejumlah ayat tertentu
2) Lalu mencari berbagai pendapat mufassir tentang ayat tersebut,
baik yang klasik atau modern
3) Membandingkan pendapat-pendapat mereka untuk mengetahui
kecenderungan-kecenderungan atau aliran-aliran yang
mempengaruhi mereka, keahlian yang mereka kuasai, dan
kondisi sosial yang mengitari masing-masing mereka.37
Nasrudin Baidan merinci berbagai definisi tafsir muqaran
dari para ahli sebagai berikut:
a. Membandingkan teks (nash) ayat-ayat al-Qur‟an yang memiliki
persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih,
dan atau memiliki redaksi yang berbeda bagi satu yang sama
b. Membandingkan ayat al-Qur‟an dengan hadis yang pada
lahirnya terlihat bertentangan
36
Endad Musaddad MA, Studi Tafsir Di Indonesia, Kajian atas Tafsir Karya
Ulama Nusantara, (Tangerang Selatan: Sintesis,2012), hlm. 21 37
Ibid
c. Membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam
menafsirkan al-Qur‟an.38
4. Metode Analisis Data
Adapun metode analisis data yang digunakan dalam skripsi
ini yaitu bersifat komparatif yaitu suatu pendekatan melalui
perbandingan. Dan penulis membandingkan antara penafsiran
tabataba‟i dengan Ath-Thabari, yang disajikan sesuai dengan
datanya kemudian ditelaah dan dianalisa sehingga dilahirkan
menjadi suatu kesimpulan.
5. Teknik Penulisan
Dalam teknik penulisan ini, penulis berpedoman kepada:
a. Buku pedoman penulisan karya Ilmiah IAIN BANTEN.39
b. Teknik penulisan ayat-ayat Al-Qur‟an , berpedoman kepada
penulisan Al-Qur‟an dan terjemahannya karya Departemen
Agama.
c. Penulisan Al-Hadits dikutip dari kitab aslinya, akan tetapi
apabila mengalami kesulitan maka penulis mengutip dari buku
lain.
G. Sistematika Pembahasan
Adanya sistematika penulisan adalah untuk mempermudah
pembahasan dalam penulisan atau memperoleh gambaran yang jelas
dari skripsi ini, maka sistematika yang penulis susun adalah sebagai
berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan masalah, kerangka pemikiran,
langkah-langkah penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II MENGENAL TABATABA‟I DAN ATH-THABARI
Pada bab ini membahas tentang biografi dari Thabathaba‟i,
metode dan corak penafsiran dari tafsir al-Mizan, dan kajian
analisa kekurangan dan kelebihan tafsir al-Mizan dengan Abu
ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, metode dan corak
penafsiran dari Tafsir ath-Thabari,dan kajian analisa kelebihan
dan kekurangan tafsir ath-Thabari
38
Endad Musaddad MA, Studi Tafsir Di Indonesia, Kajian atas Tafsir Karya
Ulama Nusantara, (Tangerang Selatan: Sintesis,2012), hlm. 21 39
Prof. Dr. H. M. A. Tihami, M.A., M.M. ,Pedoman Penulisan Karya
Ilmiyah, insetitut Agama Islam Negeri “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten,
(Serang : 2006) , hlm. 26
BAB III MAKNA DAN TIPU DAYA IBLIS DALAM AL-QUR‟AN
Pada bab ini membahas tentang ,pengertian iblis secara
etimologi dan terminologi, makna iblis dalam al-Qur‟an, sejarah
penciptaan iblis dalam al-Qur‟an, dan tipu daya iblis dalam
kehidupan manusia dalam al-Qur‟an
BAB IV PENAFSIRAN TENTANG PENCIPTAAN DAN TIPU
DAYA IBLIS MENURUT TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR
ATH-THABARI
Pada bab ini akan membahas tentang penafsiran penciptaan dan
tipu daya iblis studi komparatif antara Tafsir Al-Mizan dengan
Tafsir Ath-Thabari
BAB V PENUTUP
Pada bab ini akan membahas tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
MENGENAL TABATABA’I DAN ATH-THABARI
A. Deskripsi Tafsir Al-Mizan karya Sayyid Muhammad Husain
Thabathaba’i
1. Biogerafi Singkat Sayyid Muhammad Husain Thabathaba‟i
Al-Allamah ath-Thabathaba‟i adalah putra as-Sayid
Muhammad bin as-Sayid Muhammad Husain ath-Thabathaba‟i. al-
Allamah lahir di Tabriz pada 30/12/1321 H (17/3/1904 M).
Ayahnya meninggal pada 1330 (1912). Anak yatim ini tumbuh
besar di Tabriz, dan setelah menyelesaikan pendidikan keagamaan
disana, pada sekitar 1341 (1923) dia pergi ke an-Najaf al-Asyraf
(Irak), pusat paling penting untuk pendidikan keagamaan Islam.40
Di an-najaf al-Asyraf, dia mengawali studi-studi tingginya
bersama ulama-ulama termasyhur seperti asy-Syaikh (al-Mirza)
Muhammad Husain (putra Syaikhul Islam al-Mirza abdurrahim)
Na‟ini al-Gharawi (1277/1860/-1-3-1355/1936) dan as-Syaikh
Muhammad Husain (putra al-Hajj Muhammad Hasan, Muinut
Tujjar) Ishfahni (1296/1878/-1361/1942).41
Keduanya ini, bersama asy-Syaikh Dihiyauddin (putra
maula Muhammad) Iraqi (1278/1861-2-1361/1942), sangat
dihormati di dunia Syiah. Mereka termasuk ulama-ulama yang
paling menonjol bukan saja di bidang-bidang yurisperudensi Syiah
dan perinsip-perinsip dasar yurisperudensi, namun juga dalam
semua studi islam. al-Allamah ath-thabathaba‟i banyak
dipengaruhi oleh dua guru ini, (dan khususnya oleh Ishfahani)
dalam perkrmbangan pemikiran-pemikiran dan pengetahuannya.
Pengaruh ketiga datang dari as-Sayid Abdil Qasim Ja‟far (putra as-
Sayid muhammad al-Musawi) Khwansari (1313/1895-6-
1380/1961), yang dikenal sebagai “ahli matematika.” al-Allamah
ath-thabathaba‟i merasa bangga dapat belajar metematika darinya.
Juga, dia menulis sebuah buku tentang beberapa topik metematika
tinggi, di sisni diaplikasikan beberapa teori khusus gurunya. 42
Darakah, sebuah desa kecil disisi pegunungan dekat
Teheran, di tempat inilah Allamah Thabathaba‟i menghabiskan
40
„Allamah Sayid muhammad Husain Thabathaba‟i, Tafsir Al-Mizan
(Jakarta: Lentera,2010) hlm 11 41
Ibid 42
Ibid ,hlm 12
bulan-bulan musim panas, menyingkir dari panas kota Qum,
kediamannya. Di desa inilah perofesor Kenneth Morgan, seorang
orientalis terkemuka berkunjung untuk meminta menulis mengenai
pandangan-pandangan Islam Syi‟ah untuk masyarakat intelektual
Barat. Dengan kemampuannya yang mumpuni dan penguasaannya
pada ilma-ilmu Islam tradisional serata pengenalannya terhadap
pemikiran Barat menjadikan Allamah Tahbataba‟i memang orang
yang tepat untuk menulis hal tersebut.43
Di dalam dirinya terdapat kerendahan hati dan kemampuan
analisis intelektualnya bergabung. Dalam kelompok ulama
tradisional Allamah Thbathaba‟i memiliki kelebihan sebagai
seorang syaikh dalam bidang syariat dan ilmu-ilmu esoteris,
sekaligus seorang hakim (filosof atau, tepatnya, teosof Islam
tradisional) terkemuka. Allamah Thabathaba‟i telah membaktikan
segenap hidupnya untuk mengkaji agama. Sebuah dedikasi tinggi
terhadap perkembangan ilmu-ilmu Islam dan ilmu pengetahuan
pada umumnya.44
Namun menjadi mujtahid bukan tujuannya. Thabathaba‟i
lebih tertarik pada ilmu-ilmu aqidah, dan mempelajari dengan
tekun seluruh dasar matematika tradisional dari Sayyid Abul
Qasim Khwansari, dan filsafat Islam tradisional, termasuk naskah
baku asy-Syifa karya Ibnu Sina dan al-Asfar karya Sadr al-Din
Syirazi serta Tahmid al-Qawa‟id karya Ibnu Turkah dari Sayyid
Husain Badkuba‟i.45
Thabathaba‟i juga mempelajari „ilm Hudhuri (ilmu-ilmu
yang dipelajari langsung dari Allah SWT), atau ma‟rifat, yang
melaluinya pengetahuan menjelma menjadi penampakan hakekat-
hakekat supranatural. Gurunya, Mirza Ali Qadhi, yang mulai
membimbingnya ke arah rahasia-rahasia Ilahi dan menuntunnya
dalam perjalanan menuju kesempurnaan spritual. Sebelum
berjumpa dengan Syaikh ini, Thbathaba‟i mengira telah benar-
benar mengerti buku Fushulli al-Hikam karya Ibn Arabi. Namun
ketika bertemu dengan Syaikh besar ini, ia baru sadar bahwa
sebenarnya ia belum tau apa-apa. Berkat sang Syaikh ini, tahun-
tahun di Najaf tak hanya menjadi kurun pencapaian intelektual,
43
Andi Rosadisastra, Tafsir Kontemporer : Metode dan Cara Moder n dari
Para Ahli Tafsir dalam Menafsirkan Al-Qur‟an,( Serang,Dinas Pendidikan Peropinsi
Banten, 2012) hlm. 113 44
Ibid. 45
Ibid.
melainkan juga kezuhudan dan peraktek-peraktek sepiritual yang
memampukannya untuk mencapai keadaan relasi spiritual.46
Pada tahun 1934 Allamah Thabathaba‟i kembali ke Tabriz
dan menghabiskan beberapa tahun yang sunyi di kota itu, mengajar
sejumlah kecil murid. Kejadian-kejadian perang Dunia Kedua dan
pendudukan Rusia atas persia lah yang membawa Allamah
Thabathaba‟i dari Tabriz ke Qum (1945). Pada waktu itu, dan
seterusnya sampai sekarang, Qum merupakan pusat kajian
keagamaan di persia. Ia mengajar tafsir Qur‟an serta filsafat dan
teosofi tradisional, yang selama bertahun-tahun sebelumnya tidak
di ajarkan di Qum.47
Dengan demikian Allamah Thabathaba‟i telah memberikan
pengaruh yang amat besar, baik di dalam basis tradisional maupun
modern. Dia telah mencoba untuk menciptakan suatu elite
intelektual baru di kalangan kelompok masyarakat berpendidikan
modern yang ingin menjadi akrab dengan intelektualitas Islam di
samping dengan dunia modern. Banyak murid tradisionalnya yang
termasuk kelompok ulama lelah mencoba untuk mengikuti
teladannya dalam upaya yang amat penting ini. Beberapa muridnya
seperti Sayyid Jalal al-Din Asytiyani dari Universitas Masyhad dan
Murtadha Muthahhari dari Universitas Teheran juga dikenal
sebagai sarjana yang mempunyai reputasi istimewa. 48
Dia adalah peribadi yang agung, yang telah mencurahkan
segenap hidupnya untuk didedikasikan kepada kebenaran.
Kecintaannya kepada ilmu telah mengejawantah dalam peribadi
agung ini. Dia telah menjadi lambang dari suatu teradisi panjang
kesarjanaan dari ilmu-ilmu teradisional islam. Kehadirannya
meniupkan suatu aroma dari peribadi yang telah mendapatkan
buah pengetahuan Ketuhanan. Ia mencontohkan dalam
keperibadiannya, kemuliaan, kerendah-hatian dan kecintaannya
kepada kebenaran, yang selama berabad-abad telah terdapat dalam
pribadi-pribadi muslim sejati.
Al-Allamah ath-Thabathaba‟i kembali ke Tbriz pada 1353
(1934). Di sini dia disanbut hangat sebagai seorang ulama. Di
Tabriz inilah dia menghabiskan waktunya dengan mengajar filosofi
tinggi kepada murid-murid yang antusias namun ini merupakan
46
Ibid. 47
Ibid. 48
Ibid.
sebuah tempat kecil bagi talenta-talentanya. Pada 1364 (1945) dia
hijrah ke Qum, pusat pendidikan keagamaan paling terpenting di
Iran. Di Qum, tenggelam dalam berbagai pengetahuan etika,
filososfi dan tafsir Al-Qur‟an kepada murid-murid yang sudah
mencapai tingkat pengetahuan yang tinggi. Di sini dia tinggal
sampai kewafatannya pada Ahad, 18/1/1402 (15/11/1981).49
2. Metode Dan Corak Penafsiran Tafsir al-Mizan
Muhammad Husain Thabataba‟i dalam menulis tafsir al-
Mizan menggunakan beberapa macam persepektif, antara lain
persepektif ilmiah, teknis, filosofis, spiritualitas, sosiologi, dan
periwayatan. Di antara ketujuh persepektif tersebut, ada tiga yang
lebih menonjol, antara lain:50
1. Persepektif riwayat; untuk memahami dan menafsirkan al-
Qur‟an, Thabataba‟i menggunakan bantuan ayat al-Qur‟an yang
terkait.
2. Persepektif sosiologis;
3. Pesepektif filosofis;
Tafsir al-Mizan memiliki karakteristik metode penafsiran,
berikut ini:51
a. Merujuk kepada literatur dalam bidang tafsir, hadis, sejarah,
yang ditulis oleh ulama syi‟ah dan suni.
b. Membagi ayat dalam beberapa kelompok dan menyatukannya
dalam satu konteks.
c. Terlebih dahulu menjelaskan makna setiap kata dan merujuk
kepada ayat lain tentang makna yang dimaksud.
d. Dalam menentukan makna ini memperlihatkan kontek,
periodesasi Makiyyah-Madaniyyah, dan riwayat yang saling
bertentangan. Juga menggunakan hadits mutawatir dan qaul
sahabat, serta tabi‟in.
e. Menunjukan aspek munasabah ketika menafsirkan ayat.
f. Ia menganut al-ibrah bi umum al- lafazh la bi khusuhusi
shabab.
49
„Allamah Sayid muhammad Husain Thabathaba‟i, Tafsir Al-Mizan
(Jakarta: Lentera,2010) hlm 13 50 Andi Rosadisastra, Tafsir Kontemporer: Metode dan Cara Modern dari
Para Ahli Tafsir dalam Menafsirkan Al-Qur‟an, (Serang: Dinas Pendidikan Provinsi
Bantan, 2012) hlm. 104 51
Ibid
g. Menjelaskan aspek bahasa, i‟rab, dan balaghah dalam
menyingkap makna ayat.
h. Mengmukakan perbedaan pendapat lalu mentarjih-nya.
i. Takwil bukanlah pembahasan literal teks, tetapi diluar teks.
Takwil seperti perumpamaan dengan di umpamakan.
j. Menggunakan makna literal-eksoteris untuk menjelaskan ayat
yang tidak jelas.
k. Ia banyak memperkuat ajaran ilmiyah, seperti imamah,
(raj‟ah)52
3. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir al-Mizan
Kelebihan Tafsir al-Mizan
1. Diantaranya adalah dalam menafsirkan al-Qur‟an itu sendiri
berhubung karena Thabathaba‟i memiliki disiplin ilmu yang
begitu banyak mulai dari yang berhubungan dengan agama
sampai dengan ilmu-ilmu umum sekalipun dalam
penafsirannya banyak ilmu-ilmu yang dapat menunjang
dalam penafsiran ayat tersebut terhadap al-Qur‟an itu
sendiri.
2. Thabathaba‟i sangat teliti dalam menuklil riwayat baik itu
yang dinuklil dari Rasulullah, sahabat, maupun di kalangan
tabi‟in.
3. Dapat menggunakan argumen akademis atau filosofis pada
makna-makna al-Qur‟an, menyelaraskan al-Quran dengan
sebuah ide, keyakinan, konsepsi, pendapat atau perinsip
yang tak ada hubungannya. Dengan cara demikian,
penjelasan berubah menjadi adaptasi, realitas-lealitas al-
Qur‟an direduksi menjadi kiasan, dan makna-makna jelas
dan nyata dikorbankan demi apa yang disebut
“interperetasi” atau “penafsiran”.53
Kekurangan Tafsir al-Mizan
1. Tidak menyebutkan sanad hadis secara sempurna akan
tetapi cukup menyebut sumber pertamanya meskipun
terkadang menyebutnya. Sedangkan hadis yang berkaitan
dengan fadhilah-fadhilah surah tidak disebutkan.
52 Ibid. hlm 141 53
„Allamh Sayid muhammad Husain Thabathaba‟i, Tafsir Al-Mizan (Jakarta:
Lentera,2010) hlm 27
B. Deskeripsi Tafsir Ath-Thabari Karya Imam Abu Ja’far
Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari
1. Biogerafi Singkat Imam Abu Ja‟far Muhammad Bin Jarir ath-
Thabari
Namanya Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin
Ghalib dan kunyahnya adalah Abu Ja‟far. Kelahirannya pada 224
H, menurut pendapat yang paling kuat, ada yang menyebutkn pada
225 H. Ath-Thabari sendiri menyebabkan sebab keraguan dan
kebimbangan ini. Ketika dia ditanya tentang hal itu oleh muridnya,
Abu Bakar bin Kamil, dia menjawab “Penduduk negeri kami
mencatat sejarah berdasarkann dengan peristiwa yang terjadi di
negeri itu, maka para sejarawan itu terjadi pada akhir 224 H.
Sebagian lainnya berpendapat, bahkan itu terjadi pada awal 225 H.
Seringkali para penulis dan sejarawan mencukupkan pada tarikh
yang pertama. Dia dilahirkan di Amul Thabaristan yaitu ibu kota
Thabaristan.54
Semenjak dini Beliau terarah untuk menuntut ilmu dan
mempelajari ilmu-ilmu agama. Beliau sudah hafal al-Qur‟an
semenjak berumur tujuh tahun. Beliau sudah menulis hadis ketika
berumur sembilan tahun. Beliau selalu bepergian menuntut ilmu
bertemu dengan ulama dan guru-guru, beliau selalu paham apa
yang diucapkan guru-gurunya, selalu menyimpan wawasan dan
berbagai macam maklumat yang diberikan, hingga beliau mampu
menjadi rujukan dan sandaran. Pada akhirnya beliau bisa
mengarang kitab-kitab yang bermanfaat dan akan menjadikan
namanya abadi dan tinggi dalam martabat serta menjadikan
namanya berada di kelas atas para ulama.55
Beliau pernah bepergian ke daerah Ray, berguru kepada
Muhammad bin Hamid al-Razi dan ulama hadis yang terkenal
lainnya. Kemudian beliau pindah ke Bashrah dan berguru kepada
Muhammad bin Mu‟alla dan Muhammad bin Basyar yang lebih
dikenal dengan sebutan Bandar. Kemudian beliau pergi ke Kuffah
berguru dengan Hana‟a bin al-Sary, Abu Kerib Muhammad bin
„Ala al-Hamdani. Perjalanan beliau di negeri Irak berakhir di
Baghdad, beliau telah banyak mempelajari bermacam-macam ilmu
54 Syaikh Ahmad
Farid, Biografi 60 Ulama Ahlussunah. (Jakarta: Darul Haq, 2012) hlm. 669-670
55
Mani‟ Abd Halim
Mahmud, Metodologi Tafsir Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir. (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2006).hlm 68
pengetahuan dan memiliki wawasan yang sangat luas. Dari
Baghdad beliau pergi ke negeri Syam, beliau belajar qiraat Syam
dengan al-Abbas bin al-Walid al-Bairuni.56
Perjalanan beliau berakhir di Mesir, beliau berguru dengan
ulama-ulama yang terkenal seperti Muhammad bin Abdullah al-
Hakam, Muhammad bin Ishak bin Khuzaimah dan kepada murid-
murid Ibn Wahab. Perjalan beliau kembali ke Thabrasan kemudian
beliau mengajar di Baghdad sampai meninggal dunia pada hari
ahad akhir Syawal dua hari hari sebelum bulan Zulka‟dah tahun
310 H.57
Ciri-ciri fisik ath-Thabari berkulit coklat kehitaman,
bermata lebar, bertubuh kurus, berpostur tinggi, berlisan fasih,
berambut hitam, rambut dan jenggotnya masih tetap hitam hingga
wafat. Ada sedikit uban padanya, tapi dia tidak merubahnya dengan
menyemirnya atau selainnya.58
Para ulama sangat banyak membicarakan tentang beliau,
baik dari kepribadian maupun kehidupan beliau yang ditinjau dari
berbagai siisi dan sudut pandang. Al-Khatib berkata: “Ibn Jarir ath-
Thabari adalah salah satu imam dan pemimpin umat, perkataannya
dapat dijadikan hukum dan pendapatnya dapat dijadikan rujukan.
Hal ini dikarenakan keilmuan dan kelebihan yang beliau miliki.
Beliau mengumpulkan bermacam-macam ilmu pengetahuan yang
tidak ada bandingannya pada masa itu. Beliau adalah seorang yang
hafiz (hafal) al-Qur‟an, mengetahui makna ayat-ayatnya serta
paham dan mengenal hukum-hukum al-Qur‟an. Beliau mengenal
sunah-sunah baik dari segi perawinya maupun kedudukannya baik
sahih atau tidak, nasakh atau mansukh. Beliau juga mengetahui
perkataan para sahabat dan tabi‟in serta ulama penerusnya. Beliau
juga mengetahui tentang masalah yang diharamkan dan yang
dihalalkan. Selain itu beliau juga tahu tentang sejarah dan kisah-
kisah masa lalu.59
56
Ibid. 57
Ibid. hlm 68-69 58
Syaikh Ahmad Farid, Biografi 60 Ulama Ahlussunah. (Jakarta: Darul Haq,
2012).hlm 670 59
Mani‟ Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir Kajian Komprehensif
Metode Para Ahli
Tafsir. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006).hlm 69-70
Ibnu Suraij mengatakan, “Muhammad bin Jarir ath-Thabari
adalah faqih dunia”. Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah
mengatakan, “Aku tidak pernah mengetahui di bawah kolong langit
ada yang lebih tahu dari pada Muhammad bin Jarir”. Yaqut al-
H,awawi mengatakan, “Abu Ja‟far ath-Thabari, muhaddits faqih,
pembaca al-Qur‟an sekaligus sejarawan, dikenal lagi masyhur. Ibnu
Khallikan mengatakan, “Dia adalah penulis tafsir yang sangat besar
dan tarikh yang masyur. Dia adalah imam dalam berbagai cabang
keilmuan. Dia memiliki banyak karya yang mempesona di berbagai
disiplin ilmu, yang menunjukkan keluasan ilmunya dan
keutamaannya yang melimpah. Dia termasuk imam mujtahid”.60
Al-Qifthi mengatakan, “Dia adalah alim yang sempurna,
faqih sekaligus pembaca al-Qur‟an, ahli nahwu sekaligus bahasa,
penghafal sekaligus penutur berita, dan penghimpun ilmu-ilmu.
Belum pernah dilihat orang semisalnya di bidang ini. Dia menulis
karya-karya besar”. Demikian pula dia (al-Qifthi) mengatakan, “Dia
adalah imam alim, orang kesatu di zamannya, dan orang yang tiada
duanya di masanya. Penulis at-Tarikh dan at-Tafsir yang masyhur
dan berukuran besar. Dia memiliki harga yang melebihi harga para
ulama lainnya”.61
Abu Muhammad al-Farghani mengatakan, Abu Bakar ad-
Dinawari menceritakan kepadaku, dia mengatakan, “Tatkala waktu
Shalat Zhuhur pada hari Senin di mana Ibnu Jarir wafat di akhir
hari itu, dia minta air untuk memperbaharui wudhunya. Maka
dikatakan kepadanya, “Akhirkan Zhuhur, jamaklah antara Zhuhur
dan Ashar. Namun dia menolaknya. Dia Shalat Zhuhur tersendiri,
dan Shalat Ashar pada waktunya, dengan menyempurnakan
waktunya dan memperbagus shalatnya.62
Segolongan ulama menghadiri kematiannya, diantaranya
Abu Bakar bin Kamil. Dikatakan kepadanya sebelum ruhnya
keluar, “Wahai Abu Ja‟far, engkau adalah hujjah antara kami
dengan Allah berkenaan dengan ajaran yang kami anut dalam
agama kami. Apakah ada sesuatu yang hendak engkau wasiatkan
kepada kami berupa urusan agama, dan jelaskanlah kepada kami,
yang dengannya kami mengharapkan keselamatan di akhir kami?”
60
Syaikh Ahmad Farid, Biografi 60 Ulama Ahlussunah. (Jakarta: Darul Haq,
2012).hlm 670 61 Ibid.hlm 671 62
Syaikh Ahmad Farid, Biografi 60 Ulama Ahlussunah. (Jakarta: Darul Haq,
2012).hlm 690
Dia mengatakan, “Ajaran yang aku anut yang dengannya aku
menaati Allah dan aku berpesan kepada kalian, ialah apa yang
tercantum dalam kitab-kitabku, maka kerjakanlah itu.” Dan kata-
kata yang semakna dengannya. Dia memperbanyak tasyahhud dan
mengingat Allah, lalu mengusapkan tangannya pada wajahnya,
memejamkan matanya dengan tangannya, dan membentangkan
tangannya. Kemudian ruhnya berpisah dari dunia.63
Ahmad bin Kamil mengatakan, “Ibnu Jarir meninggal pada
petang hari Ahad, dua hari yang tersisa dari bulan Syawal, 310 H,
dan dimakamkan dirumahnya, di Rahbah Ya‟qub, yakni Baghdad.
Dia mengatakan, “Dia tidak merubah ubannya, dan rambut
hitamnya banyak. Dia berkulit coklat kehitaman, bermata lebar,
bertubuh kurus, tinggi, berlisan fasih. Jenazahnya dilayat oleh
banyak orang yang tidak ada yang bisa menghitungnya kecuali
Allah. Dilakukan shalat di atas kuburannya selama beberapa bulan,
baik malam maupun siang. Hingga dia mengatakan, “Dia dipuji
oleh banyak penyair dan ahli agama.64
Diantaranya, ialah perkataan Abu Sa‟ad bin al-A‟rabi,
Kejadian yang mengerikan dan musibah yang besar
menimpanya
Kesabaran penyabar menyamarkan musibah besar sepertinya
Peratap ilmu seluruhnya berdiri
Tatkala pemberitahu kematian Ibnu Jarir berdiri berseru65
Guru-gurunya ath-Thabari yaitu: Adz-Dzahabi mengatakan,
“Dia mendengar dari Muhammad bin Abdul Malik bin Abi asy-
Syawarib, Ismail bin Musa as-Suddi, Ishaq bin Abu Israi‟il,
Muhammad bin Abu Ma‟syar; dia menceritakan kepadanya dengan
al-Maghazi dari ayahnya, Muhammad bin Humaid ar-Razi, Ahmad
bin Maru‟, Abu Kuraib Muhammad bin al-Ala‟, Hannad bin AS-
Sarri, Abu Hammam as-Sakuni, Muhammad bin Abdul A‟la ash-
63
Ibid. 64
Ibid. 65 Ibid
Shan‟ani, Bundar, Muhammad binb al-Mutsanna, Sufyan bin
Waki‟, al-Fadl bin ash-Shabbah.66
Abdah bin Abdullah ash-Shaffar, Salm bin Junadah, Yunus
bin Abdul A‟la, Ya‟qub ad-Dauraqi, Ahmad bin al-Miqdam al-Ijli,
Bisyr bin Mu‟adz al-Aqadi, Sawwar bin Abdullah al-Anbari, Amr
bin Ali al-Fallas, Mujahid bin Musa, Tamim bin al-Muntashir, al-
Hasan bin Arafah, Muhanna bin Yahya, Ali bin Sahl ar-Ramli,
Harun bin Ishaq al-Hamdani, al-Abbas bin al-Walid al-Udzri, Sa‟id
bin Amr as-Sakuni, Ahmad bin Akhi Ibnu Wahb, Muhammad bin
Ma‟mar al-Qaisi, Ibrahim bin Sa‟id al-Jauhari, Nashr bin Ali al-
Jahdzami, Muhammad bin Abdullah bin Bazi‟, Shalih bin Mismar
al-Marwazi, Sa‟id bin Yahya al-Umawi, Nashr bin Abdurrahman
al-Audi, Abdul Hamid bin Bayan as-Sukkari, Ahmad bin Abu
Syuraij ar-Razi, al-Hasan bin ash-Shabbah al-Bazzar, Abu „Ammar
al-Husain bin Huraits, dan banyak orang yang selain mereka.67
Murid-muridnya ath-Thabari yaitu: Adz-Dzahabi
mengatakan, “Sedangkan yang menceritakan hadits darinya, ialah
Abu Syu‟aib Abdullah bin al-Hasan al-Harrani-dan dia lebih tua
dari padanya-, Abu al-Qasim ath-Thabrani, Ahmad bin Kamil al-
Qadhi, Abu Bakar asy-Syafi‟i, Abu Ahmad bin Adi, Maklad bin
Ja‟far al-Baqarhi, al-Qadhi Abu Muhammad bin Zabr, Ahmad bin
al-Qasim al-Khasysyab, Abu Amr Muhammad bin Ahmad bin
Hamdan, Abu Ja‟far Ahmad bin Ali al-Katib, Abdul Ghaffar bin
Ubaidullah al-Hudhaini, Abu al-Mufadhdhal Muhammad bin
Abdullah asy-Syaibani, al-Mu‟alla bin Sa‟id, dan banyak lainnya.68
Karya-Karya tulis Muhammad bin Jarir ath-Thabari yaitu:
Jami‟ al-Bayan fi Ta‟wil „Ayi al-Qur‟an, yang dikenal dengan
Tafsir ath-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk, yang dikenal
dengan Tarikh ath-Thabari, Dzail al-Mudzayyal, sudah dicetak satu
juz darinya, Ikhtilaf Ulama‟ al-Amshar fi Ahkam Syara‟i‟ al-Islam,
yang dikenal dengan Ikhtilaf al-Fuqaha, Lathif al-Qaul fi Ahkam
Syara‟i‟ al-Islam, ini mengenai fikih Jariri, al-Khafif fi Ahkam
Syara‟i‟ al-Islam, ini ringkasan dari kitab sebelumnya, Basith al-
66
Syaikh Ahmad Farid, Biografi 60 Ulama Ahlussunah. (Jakarta: Darul Haq,
2012).hlm 688 67
Ibid. 68
Ibid.
Qaul fi Ahkam Syara‟i‟ al-Islam, Tahdzib al-Atsar wa Tafshil ats-
Tsabit an Rosulillah min al-Akhbar.69
Adab al-Qudhah, Adab an-Nufus al-Jayyidah wa al-Akhlaq
al-Hamidah, Al-Musnad al-Mujarrad, Ar-Radd ala Dzi al-Asfar,
dan ini adalah bantahan terhadap Dawud bin Ali azh-Zhahiri, Al-
Qira‟at wa Tanzil al-Qur‟an, Sharih as-Sunnah, At-Tabshir fi
Ma‟alim ad-Din, Fadha‟il Ali bin Abi Thalib, Fadha‟il Abi Bakr wa
Umar, Fadha‟il al-Abbas, Kitab fi Ibarah ar-Ru‟ya fi al-Hadits,
belum dia selesaikan, Mukhtashar Manasik al-Hajj, Mukhtashar al-
Fara‟idh, Ar-Radd „ala Ibni Abdil Hakam „ala Malik, Al-Mujaz fi
al-Ushul, Ar-Ramyu bi an-Nusyab, Ar-Risalah fi Ushul al-Fiqh, Al-
Adad wa at-Tanzil, Musnad Ibni Abbas, Kitab al-Mustarsyid,
Ikhtiyar min Aqawil al-Fuqaha‟.70
2. Metode dan corak penafsiran Tafsir Jami „ Al- Bayan an Ta‟wil
Ayi al- Qur‟an (Tafsir Ath-Thabari)
Metode yang digunakan dalam tafsir ini adalah metode
tahlili. Tahlili berasal dari bahasa Arab hallala-yuhallili-tahlil yang
berarti “mengurai”, “menganalisis”. Tafsir metode tahlili adalah
tafsir yang menyoroti ayat-ayat al-Qur‟an dengan memaparkan
segala makna dan aspek yang terkandung di dalamnya, sesuai
dengan urutan bacaan yang terdapat dalam al-Qur‟an “mushaf
„Usmani”. Muhammad Baqir Sadr menyebutnya dengan tafsir
Taj‟ziy, yang secara harfiah berarti “tafsir yang menguraikan
berdasarkan bagian-bagian, atau tafsir parsial”.71
Dalam metode ini, mufassir biasanya menguraikan makna
yang terkandung dalam al-Qur‟an, secara ayat demi ayat dan surah
demi surah sesuai urutan mushaf. Uraian tersebut menyangkut
berbagai aspek yang dikandung ayat yang ditafsirkan, mulai dari
kosa kata, konotasi kalimatnya, asbab al-nuzulnya, munasabahnya
dengan ayat lain (sesudah maupun sebelumnya), dan tak
ketinggalan pendapat-pendapat di sekitar ayat tersebut baik berasal
dari Nabi, sahabat, tabi‟in atau ahli tafsir yang lainnya.72
69
Syaikh Ahmad Farid, Biografi 60 Ulama Ahlussunah. (Jakarta: Darul Haq,
2012).hlm 689-690 70
Ibid. 71
Endad Musaddad, Studi Tafsir di Indonesia. (Tangerang Selatan: Sintesis,
2012) hlm 18 72
Ibid .
Imam ath-Thabari menitikberatkan tafsir ini ke dalam corak
fiqih. Mengingat beliau adalah seorang ulama di bidang fiqih.
Bahkan beliau sudah menjadi mujtahid mutlak.
Secara garis besar tafsir tahlili dibedakan menjadi dua
macam, yaitu: tafsir bil ma;tsur yang operasionalnya menafsirkan
ayat dengan ayat, penafsiran ayat dengan hadis Nabi, penafsiran
ayat dengan hasil ijtihad para sahabat, atau penafsiran ayat dengan
hasil ijthad para tabi‟in. Sedangkan tafsir bil al-ra‟yi, yaitu
penafsiran al-Qur‟an dengan lebih banyak menggunakan nalar akal
atau ijtihad, terutama setelah penafsir itu betul-betul mengetahui
perihal bahasa Arab, asbab nuzul, nasikh wa mansukh dan hal-hal
lain yang diperlukan oleh lazimnya seorang mufassir.73
3. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir ath-Thabari
Kelebihan Tafsir ath-Thabari
1. Tafsir ath-Thabari mengandung banyak cabang ilmu yang
menunjang kelengkapan dan kesempurnaan, seperti ilmu
bahasa, hahwu, riwayat, qira‟at, dan sebagainya.
2. Dan ath-thabari sangat bersungguh-sungguh dalam menjelaskan
semua perkara. Hal ini terdapat dalam kitabnya, karena dia
meneliti dangan sangat sabar dalam meneliti setiap hadits dan
atsar yang menyangkut penafsiran setiap ayat al-Qur‟an, tanpa
pernah lalai menerangkan asbab nuzul-nya, hukum-hukum,
qira‟at, dan beberapa kalimat yang maknanya perlu dijelaskan
lebih detail.74
Kekurangan Tafsir ath-Thabari
Karena banyaknya riwayat yang dimuatnya, beliau pun
mengomentarinya, namun terkadang ada juga riwayat yang tidak
dikomentarinya, sehgingga dibutuhkan lagi penelitian lebih lanjut
pada riwayat yang tidak dikomentarinya tersebut. Seperti yang di
katakan Adz-Dzahabi menyebutkan bahwa ath-Thabari
mengumpulkan riwayat hadits yang sangat banyak dalam empat
bagian, kemudian dia mengomentarinya, “Aku malihat setengahnya
dan aku pun kagum dengan riwayat yang sangat luas.75
73
Hamka Hasan, Tafsir Gender Studi Perbandingan antara Tokoh Indonesia
dan Mesir.
(Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009).hlm 105 74
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir,
Tafsir Ath-Thabari, Juz 1,(Jakarta: pustaka Azzam, 2008), hlm. 42 75 Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir,
Tafsir Ath-Thabari, Juz 1,(Jakarta: pustaka Azzam, 2008), hlm. 31
BAB III
MAKNA DAN TIPU DAYA IBLIS DALAM AL-QUR’AN
A. Pengertian Iblis Secara Etimologi dan Terminologi
Kata iblis secara etimologi ialah: ( ) iblis, menurut
sementara cendikiawan, tidak terambil dari bahasa Arab. Konon
asalnya dari bahasa yunani, yakni Diabolos. Kata ini terdiri dari kata
dia, yang berarti di tengah atau sewaktu, dan ballen, yang berarti
melontar atau mencampakan. Dari penggabungannya, lahir beberapa
makna antara lain menentang, manghalangi, dan yang berada antara
dua belah pihak untuk memecah belah dan menciptakan
kesalahpahaman antara keduanya.76
Banyak pakar bahasa Arab berpendapat bahwa kata iblis
terambil dari kata Arab ( ) ablasa yang berarti putus asa atau dari
kata ( ) balasa yang berarti tiada kebaikannya. 77
Makna iblis dalam kamus al-Munjid ialah terambil dari kata
( ) yang artinya jahat, bersedih hati yang bingung, bersedih
hati ( ) orang yang jahat ( ) jama dari :
yaitu pengetahuan jenis-jenis syaitan.78
Makna iblis dalam kamus al-Munawwir, kata iblis terambil dari
kata ( ) artinya jahat ( ) artinya orang yang jahat, dan( )
yaitu artinya orang yang bingung.79
Kata iblis dalam kitab al-Mu‟jam al-Mufahras li alfazh al-
Qur‟an al-Karim, tercatat sejumlah 11 ayat dalam 9 surat, yaitu :
al-Baqarah : 34,
al-A‟raaf : 11, al-Hijr : 31 dan 32, al-Israa‟ : 61, al-Kahfi : 50, Thaahaa
: 116, asy-Syu „araa : 95, Saba‟ : 20, serta Shad : 74 dan 75.80
Hampir
semua ayat ini berkaitan dengan kisah pembangkangannya terhadap
perintah Allah. Salah satunya yang terdapat dalam surat al-Kahfi: 50 ,
yaitu :
76
M. Qiraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-
Qur‟an, juz 9 (Jakarta: Lentera Hati 2002.). hlm 276 77
Ibid 78 Ma‟luf, Louwis. Al-Munjid Fi lughah Wal A‟lam. (Beirut: Daar al-
Masyriq, 1986) , hlm. 38 79 Ahmad Warson Munawwir, kamus al-Munawwir (Surabaya: Progresif,
1997), hlm. 105 80 Muhammad Fuad „Abd Al-Baqi, Al-Mu‟jam Al-Mufahras Li Alfazh Al-
Qur‟an Al-Karim, hlm. 170
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para
Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, Maka sujudlah
mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, Maka ia
mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil
Dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain
daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah
iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang
zalim.(QS.al-Kahfi 50)
Konon iblis, pada mulanya bernama Azazil dalam arti ketua
para malaikat karena ia sangat taat beribadah. Itu pula sebabnya
permohonannya untuk dimasukan dalam kelompok malaikat
dikabulkan Allah dan karena itu, ketika Allah memerintah malaikat
untuk sujud kepada Adam, perintah ini tertuju juga kepadanya, tetapi
ternyata ia membangkang dan durhaka. Sampai kini, Iblis masih hidup
dan dialah yang memimpin para setan, baik setan manusia maupun
setan jin. 81
Kata iblis Secara istilah (menurut al-Qur‟an) iblis adalah salah
satu golongan jin yang durhaka/enggan kepada perintah Allah untuk
sujud kepada Adam. Seperti dalam firman nya :
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para
Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, Maka sujudlah
81 M. Qiraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-
Qur‟an, juz 9 (Jakarta: Lentera Hati 2002.) hlm 276
mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, Maka ia
mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil
Dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain
daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah
iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang
zalim.(QS.al-Kahfi 50)
B. Makna Iblis Dalam Al-Qur’an
Seperti yang sudah diterangkan di atas bahwa kata iblis terambil
dari kata Arab ( ) ablasa yang berarti putus asa atau dari kata ( )
balasa yang berarti tiada kebaikannya. Iblis, menurut al-Qur‟an, adalah
dari jenis jin (QS.al-Khaf 18:50). Dialah yang enggan sujud kepada
Adam as. Dan dia juga yang di panjangkan usianya oleh Allah hingga
menjelang Kiamat.82
Allah Swt berfirman seraya mengingatkan anak cucu Adam
akan permusuhan iblis terhadap mereka dan juga terhadap bapak
mereka. Dan Dia juga sangat mengecam orang-orang yang
mengikutinya, menentang pencipta dan perlindungannya, padahal
Dialah yang telah mencipta dan memulai kejadiannya. Dengan
kelembutan-Nya, Dia memberi rizki dan makanan. Kemudian setelah
itu semua, iblis justru berpaling dan memusuhi Allah Ta‟ala. Di mana
Dia berfirman: “Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para
Malaikat,” yakni, kepada seluruh malaikat, sebagai mana yang telah
dikemukakan pembahasannya di awal surat al- Baqarah. ( )
“Sujudlah kamu kepada Adam.” Yakni, sujud penghormatan,
pemuliaan dan pengagungan.83
Dan firman-Nya ( ) “Maka sujudlah
mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin.” Maksudnya,
kecuali iblis yang mengkhiyanati. Asalnya iblis diciptakan dari nyala
api, sedangkan malaikat diciptakan dari cahaya. Sebagai mana yang
ditegaskan dalam Shahih Muslim, dari Aisyah, dari Rasulullah Saw,
beliau bersabda:
82
M. Qiraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-
Qur‟an, juz 9 (Jakarta: Lentera Hati 2002.) hlm 276 83 Abdullah Bin Muhammad Bin „Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaihk,
Tafsir Ibnu Katsir, Juz I, (Jakarta: Pustaka Imam syafi‟i 2008), hlm. 347
“Para Malaikat itu diciptakan dari nur, dan Iblis diciptakan
dari nyala api, sedangkan Adam diciptakan seperti yang telah
disifatkan kepada kalian.”(HR. Muslim)84
Allah swt menyebutkan isyarat-Nya dengan menyebutkan
Adam di tengah-tengah para malaikat sebelum diciptakannya, dan
Allah memberikan kemuliaan kepada Adam dengan memerintahkan
malaikat supaya sujud kepadanya. Dan menyabutkan keengganan iblis,
musuh Adam, bersujud di antara para Malaikat, disebabkan oleh rasa
dengki, kufur, keras kepala, sombong, dan membanggakan kebathilan.
Karna itu Iblis berkata:( )
“Aku sekali-kali tidak akan bersujud kepada manusia yang Engkau
telah menciptakannya dari tanah liat kering( yang berasal) dari tanah
lumpur yang diberi bentuk.” Iblis juga berkata: (
) “Aku lebih baik dari padanya, Engkau telah
menciptakanku dari api sedang Engkau menciptakan dia dari tanah.”
(QS.Al-A‟raaf:12)85
Allah swt berfirman, memberitakan tentang iblis dan
pembangkangannya serta arogansinya, dia berkata kepada Rabb:
“ Oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat.”
Sebagian ulama mengatakan: Iblis bersumpah dengan penyesatan Allah
swt kepadanya.” Aku mengatakan: “Ada kemungkinan artinya adalah
disebabkan Engkau telah menyesatkanku: „Pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat),”
Maksudnya, bagi anak cucu Adam as, “Di muka bumi,” aku
akan menjadikan mereka senang berbuat bermaksiat atau durhaka,
menyukainya membantu mereka dan mendorong mereka kepadanya
dengan sungguh-sungguh, “Dan pasti aku akan
menyesatkan mereka semuanya.” Maksudnya, sebagaimana Engkau
telah menyesatkanku dan mentakdirkanku demikian.86
84 Ibid, hlm. 348 85 Abdullah Bin Muhammad Bin „Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaihk,
Tafsir Ibnu Katsir, Juz I, (Jakarta: Pustaka Imam syafi‟i 2008), hlm. 97 86 Abdullah Bin Muhammad Bin „Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaihk,
Tafsir Ibnu Katsir, Juz I, (Jakarta: Pustaka Imam syafi‟i 2008), hlm. 99
C. Sejarah Penciptaan Iblis dalam Al-Qur’an
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud
(kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya
lebih baik dari padanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia
Engkau ciptakan dari tanah".(Q.S. al-A‟raf 12)
Ayat al-Qur‟an ini menunjukan bahwa iblis juga diciptakan dari
bentuk energi yang sama sebagaimana jin. Iblis tersusun dari energi dan
manusia tersusun dari materi. Barangkali karena menyadari
kemungkinan terjadinya interaksi antara materi dan energi, iblis
menyatakan: “Aku akan menyesatkan mereka (manusia) dan menggoda
mereka dengan kesenangan-kesenangan semu.”87
Abu Karib
menceritakan kepada kami, dia berkata: Utsman bin Sa‟id menceritakan
kepada kami, dia berkata: Bisyr bin Umarah dari Abu Rauq dari Adh-
Dhahak, dari Ibnu Abbas, dia berkata: Abu Karib menceritakan kepada
kami, dia berkata: Bisyr bin Umarah dari Abu Rauq, dari Adh-Dhahak,
dari Ibnu Abbas, dia berkata: Iblis adalah salah satu mahluk dari jenis
malaikat yang disebut Al Hin, mereka tercipta dari apai samum, antara
para malaikat yang lain. Namanya adalah Al-Harits. Dia merupakan
kepala penjaga surga. Seluruh malaikat diciptakan dari cahaya, kecuali
jenis ini. Adapun jin, diciptakan dari api marij, seperti disebutkan
dalam al-Qur‟an, yaitu lidah api yang paling ujung ketika melalap.88
PERBEDAAN JIN, IBLIS, SETAN, DAN MALAIKAT
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata jin diartikan
sebagai makhluk halus (yang dianggap berakal). Dari segi bahasa al-
Qur‟an, kata jinn terambil dari akar kata yang terdiri dari tiga huruf, jim
( ), nun ( ), dan nun ( ). Menurut pakar-pakar bahasa, semua kata
87
Mir Aneesuddin, M.Sc. ,Buku Saku Ayat-Ayat Semesta, Mengerti Rahasia
Alam Nyata dan Alam Gaib dalam Al-Quran dan Sains, (jakarta, zaman 2014) hlm
137 88
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir,
Tafsir Ath-Thabari, Juz 1,(Jakarta: pustaka Azzam, 2008), hlm 603
yang terdiri dari rangkaian ketiga huruf ini mengandung makna
ketersembunyian atau ketertutupan. Kata janna ( ) dalam QS. al-
An‟am ayat 76 berarti menutup.89
Allah berfirman:
“Ketika malam telah menutupinya, Dia melihat sebuah bintang”
Fakhruddin ar-Razi, seorang pakar tafsir al-Qur‟an kenamaan
yang digelari dengan al-Imam (w. 1210), menjelaskan bahwa sejak
dahulu hingga kini terjadi perbedaan pendapat tentang eksistensi jin. Sebagian besar filsuf dalam tulisannya tidak percaya adanya makhluk
yang bernama jin. Ibn Sina ( 980-1037 M ) dalam risalahnya
menyangkut Definisi Berbagai Hal, menyebutkan bahwa jin adalah:
binatang yang bersifat hawa yang dapat mewujud dalam berbagai
bentuk. Kemudian, lanjut Ibn Sina: Ini adalah penjelasan tentang nama.
Fakhruddin ar-Razi yang menuklil pendapat di atas mengomentari
bahwa penjelasan lanjutan Ibn Sina ini mengandung makna definisi
yang dikemukakannya tadi hanyalah penjelasan tentang arti kata jinn,
sedangkan jin itu sendiri tidak memiliki eksistensi di dunia nyata.
Memeng, bahasa dapat saja mamberi nama tanpa adanya eksistensi
yang dinamainya. Dalam bahasa Arab, dikenal kata: ghul ( ) yang
dipahami sebagai makhluk jahat, kejam, dan berwajah buruk, tetapi
wujudnya tidak pernah ada. 90
Iblis menurut sementara cendikiawan, tidak terambil dari
bahasa Arab. Konon asalnya dari bahasa yunani, yakni Diabolos. Kata
ini terdiri dari kata dia, yang berarti di tengah atau sewaktu, dan ballen,
yang berarti melontar atau mencampakan. Dari penggabungannya, lahir
beberapa makna antara lain menentang, manghalangi, dan yang berada
antara dua belah pihak untuk memecah belah dan menciptakan
kesalahpahaman antara keduanya.91
Konon iblis, pada mulanya bernama Azazil dalam arti ketua
para malaikat karena ia sangat taat beribadah. Itu pula sebabnya
permohonannya untuk dimasukan dalam kelompok malaikat
89 M. Quraish Shihab, jin dalam Al-Qur‟an, yang halus dan tak
terlihat,(Jakarta: Lentera Hati, 2010), hlm. 19 90 M. Quraish Shihab, jin dalam Al-Qur‟an, yang halus dan tak
terlihat,(Jakarta: Lentera Hati, 2010), hlm. 28 91
M. Qiraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-
Qur‟an, juz 9 (Jakarta: Lentera Hati 2002.). hlm 276
dikabulkan Allah dan karena itu, ketika Allah memerintah malaikat
untuk sujud kepada Adam, perintah ini tertuju juga kepadanya, tetapi
ternyata ia membangkang dan durhaka. Sampai kini, Iblis masih hidup
dan dialah yang memimpin para setan, baik setan manusia maupun
setan jin. 92
Iblis adalah salah satu golongan jin yang durhaka/enggan
kepada perintah Allah untuk sujud kepada Adam karena arogansinya
menganggap dirinya lebih baik dari Adam.
Syaithan (setan), menurut bahasa Arab, diambil dari kata
syathana, artinya ba‟uda (jauh). Jadi, secara tabiaatnya, ia memang
jauh dari tabiat manusia, dan dengan kefasikannya, ia jauh dari segala
kebaikan. Konon ia berasal dari kata syatha, karena ia adalah makhluk
yang diciptakan dari api. Di antara mereka ada yang mengatakan,
keduanya benar secara makna, tapi makna pertamalah yang paling
benar. Hal itu ditunjukan oleh bangsa Arab.93
Imam Sibawih mengatakan, bangsa Arab mengatakan:
tasyaithana fulan, jika seseorang melakukan sebagaimana perbuatan
setan. Seandainya berasal dari syatha, niscaya mereka mengatakan:
tasyayyatha. Sementara syaithan berasal dari bu‟d (jauh), menurut
pendapat yang shahih. Karena itu, mereka menyebut semua yang
durhaka, baik jin, manusia maupun hewan, sebagai setan.94
Malaikat dalam bahasa Indonesia biasanya dianggap bentuk
tunggal , sama dengan kata ulama. Dalam bahasa Arab dari mana kata-
kata itu berasal keduanya merupakan bentuk jamak dari kata malak (
) untuk malaikat dan alim ( ) untuk ulama. Ada ulama yang
berpendapat bahwa kata malak, terambil dari kata alaka ( ) malakah
( ) yang berarti mengutus atau perutusan/risalah.95
Malaikat adalah utusan-utusan Allah untuk berbagi fungsi. Al-
Qur‟an menyatakan: “Segala puji bagi Allah pencipta langit dan
bumi,yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk
mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-
masing ada yang dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada
ciptaannya apa yang dikehendakinya. Sesungguhnya, Allah Maha
kuasa atas segala sesuatu” (QS. Fatir,35, 1)96
92
Ibid 93 Syaihk Abdullah bin Jarullah Alu Jarullah, Jangan takut dengan setan,(
Jaka rta: Pustaka at-Tazkia,2009.).hlm. 24 94 Ibid 95 M. Quraish Shihab, malaikat dalam Al-Qur‟an, yang halus dan tak
terlihat,(Jakarta: Lentera Hati, 2010), hlm. 20 96 Ibid
Mantan Mufti Mesir, dan pemimpin Tertinggi al-Azhar,
Muhammad Sayyid Thanthawi, menulis dalam bukunya, al-Qishshah fi
al-Qur‟an (Kisah-kisah dalam al-Qur‟an), bahwa: Malaikat adalah
tentara Allah yang dianuggerahkan akal dan pemahaman serta naluru
untuk taat.
Perbedaan antara jin, iblis, setan, dan malaikat adalah dilihat
dari segi sifat dan penciptaannya yaitu: Tidak semua jin adalah setan.
Karena, jin juga ada yang shaleh, ada yang mukmin. Jadi setan
hanyalah ditunjukan untuk jin yang membangkang, kafir, munafik,
musrik. Demikian juga tidak semua setan adalah jin. Karena dalam
surat an-Nas ditegaskan, bahwa setan juga ada dari golongan manusia.
Setiap manusia yang membangkang, durhaka dan selalu menjauhkan
manusia lainnya dari petunjuk Allah, mereka dinamakan setan. Iblis
adalah makhluk ciptaan Allah dari golongan jin yang diciptakan dari
api samum (angin panas)97
, iblis diberikan sifat dan gelar setan kepada
Allah ketika iblis menyatakan alasan penolakan untuk sujud kepada
Adam. Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang diciptakan dari
cahaya. Allah menganuggerahkan kepada mereka akal dan pemahaman,
serta memberi mereka kemampuan untuk berbentuk indah dan
kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berat. 98
D. Tipu Daya Iblis Dalam Kehidupan Manusia dalam Al-Qur’an
Ketahuilah bahwa manusia diciptakan dengan diberi hawa nafsu
dan syahwat agar dia menggunakannya untuk mendapatkan manfaat.
Manusia juga dilengkapi dengan amarah agar dapat menepis sesuatu
yang menganggapnya. Manusia diberi akal sebagai pendidik yang
menyuruhnya untuk berbuat adil dalam mendaptkan dan menjauhi
sesuatu.99
Sementara setan diciptakan sebagai mahluk yang menghasung
manusia untuk bertindak berlebihan dalam usaha mendapatkan dan
menjauhi sesuatu. Yang harus dilakukan oleh orang yang berakal
adalah mewaspadai pergerakan musuh ini yang sudah mendeklarasikan
97 Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir,
Tafsir Ath-Thabari, Juz 1,(Jakarta: pustaka Azzam, 2008), hlm. 610 98 M. Quraish Shihab, malaikat dalam Al-Qur‟an, yang halus dan tak
terlihat,(Jakarta: Lentera Hati, 2010), hlm. 21 99
Ibnul jauzi, Talbis Iblis, (Aiman Shalih Sya‟ban, Perangkap Iblis 560
Tipu Muslihat Iblis Yang Tak Disadari Manusia), (Solo, Pustaka Arafah, 2012).hlm
55
permusuhannya sejak zaman Adam as dan sudah menghabiskan
umurnya dan dirinya dalam merusak keadaan anak keturunan Adam.
Allah memerintahkan agar manusia mewaspadai setan.100
Allah berfirman, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
setan, karna sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji
dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.”(al-
Baqarah 168-169)101
Masih banyak dalil yang semakna dengan ini di dalam al-Qur‟an.
Seharusnya diketehui bahwa iblis itu melakukan talbis. Pengacauan
pertama yang dilakukan iblis adalah membantah perintah yang jelas
agar dia bersujud. Iblis mulai membanding-bandingkan dalam hal dari
apa dia diciptakan. Dia mengatakan, Engkau menciptakan aku dari api,
sedangkan Engkau menciptakan dia (Adam) dari tanah liat.”(al-A‟raf;
12)
Setiap kali iblis menggoda manusia dengan sesuatu, sebaiknya
manusia menghindarinya sebisa mungkin dan berkata kepada iblis
ketika dia memerintah untuk melakukan keburukan, “Dengan
perintahmu itu, kamu ingin menasihatiku agar aku menggapai kepuasan
syahwatku. Bagaimana mungkin nasihatmu itu jelas kebenarannya
sementara kamu yang menasihati tidak menasihati dirimu sendiri?
Bagai mana mungkin aku akan percaya kepada nsihat musuh?
Menyingkirlah kamu. Ucapanmu takkan dapat mempengaruhiku sama
sekali.”102
Iblis hanya minta tolong kepada hawa nafsu manusia, karna iblis
menghasung manusia untuk memasukan hawa nafsunya. Hendaklah
manusia manghadirkan akal ke wahana fikirannya tentanng akibat-
akibat dari berbuat dosa. Semoga pertolongan taufik mengutus bala
tentara kekuatannya lantas membinasakan pasukan hawa nafsu.103
Dari Jarir bin Abdillah Ra, Rasulullah Saw bersabda:
100
Ibid 101
Ibid.hlm 56 102
Ibnul jauzi, Talbis Iblis,( Aiman Shalih Sya‟ban, Perangkap Iblis 560
Tipu Muslihat Iblis Yang Tak Disadari Manusia), (Solo, Pustaka Arafah, 2012).hlm
57 103 Ibid
1991.Sesungguhnya iblis meletakan singga sananya di atas
air, kemudian dia mengirim bala tentaranya. Anggota pasukan
yang paling dekat dengan Iblis adalah yang paling besar
fitnahnya. Salah satu pasukan itu datang dan berkata, “Aku telah
berbuat begini dan begitu.” Iblis berkata, “Kamu belum berbuat
apa-apa.” Selanjutnya datang lagi pasukannya yang lain seraya
berkata, “Aku tidak meninggalkan Manusia yang kugoda sampai
aku berhasil menceraikannya dengan isterinya. Lantas Iblis
mendekati tentaranya itu dengan berkata, Bagus kamu.” (Al-
A‟masy menyebutkan dalam riwayatnya, “Rasulullah saw
bersabda, Maka Iblis memeluknya‟.”) 104
Musuh yang keji lagi menipu ini sangat berkeinginan untuk
menyesatkan manusia. Sejauh mana kita mengetahui tujuan dan sarana
yang dilakukannya untuk menyesatkan. Sejauh mana kita mengetahui
musuh ini: Tujuannya, sarananya, dan cara-cara yang dipergunakan
untuk menyesatkan kita, maka sejauh itu pula kita selamat darinya. Jika
manusia lalai dari perkara-perkara tersebut, maka musuh menawannya
dan mengarahkannya ke arah yang dikehendakinya. Ibnu al-Jauzi
mengilusterasikan perlawanan antara manusia dan setan dengan
ilusterasi yang mengagumkan. Menurutnya :105
Ketahuilah hati itu seperti benteng. Di depan benteng itu terdapat
pagar. Pagar itu memiliki pintu-pintu, pada pagar itu terdapat tsulm
atau lubang (tsulm pada pagar ialah bagian yang rusak darinya).
Penghuninya adalah akal, malaikat keluar masuk pada benteng itu. Di
sisinya terdapat rabdh (bagian untuk ditempati). Di dalamnya terdapat
hawa nafsu dan setan yang lalu-luang ke tempat itu tanpa ada halangan.
Peperangan terus berkecamuk antara penghuni benteng dengan
104
Ibid.hlm 59 105
Syaihk Abdullah bin Jarullah Alu Jarullah, Jangan takut dengan setan,(
Jakarta: Pustaka at-Tazkia, 2009.).hlm 94
penghuni rabdh. Setan tidak henti-hentinya mengelilingi benteng itu
untuk mencari kelalaian penjaga dan menyeberangi sebagian lubang
yang ada. Karna itu, penjaga mestinya mengetahui semua pintu benteng
yang telah ditugaskan untuk menjaganya dan semua lubang yang ada.
Ia tidak boleh luput dari menjaganya sekejap pun. Sebab musuh tidak
akan meluputkannya. Seseorang berkata kepada al-Hasan al-Basri,
“Apakah iblis pernah tidur ?” Ia menjawab, “Seandainya ia tidur,
niscaya kita bisa istirahat sejenak.”106
Ada sebuah kisah pohon yang disembah manusia yaitu: al-Hasan
berkata, ada sebatang pohon yang dijadikan sesembahan selain Allah.
Seorang laki-laki datang ke pohon itu dan berkata, „sungguh aku akan
menebang pohon ini.‟
Akhirnya laki-laki itu berniat untuk menebang pohon dalam
keadaan marah karna Allah. Iblis menghadangnya dalam wujud
manusia.
Iblis bertanya, „Apa yang kau inginkan?‟
Laki-laki itu menjawab, „Aku akan menebang pohon yang
dijadikn sesembahan selain Allah ini.‟
Iblis memebantah, „Jika kamu sendiri tidak menyembahnya, lalu
apa madharat yang mengenai dirimu dari orang yang menyembahnya?‟
Lelaki itu bersikeras, „Aku benar-benar akan menebangnya.‟
Iblis berkata kepadanya, “Maukah kamu kutawari sesuatu yang
lebih baik bagimu. Kamu tak perlu menebangnya. Lalu imbalannya,
setiap hari kamu akan mendapatkan dua dinar di bawah bantalmu setiap
kamu bangun pagi.‟107
Laki-laki itu bertanya, „Dari mana uang dinar itu?‟
Iblis menjawab, „Aku yang memberikannya untukmu.‟
Lelaki itu akhirnya pulang. Keesokan harinya dia mendapatkan
dua keping uang dinar di bawah bantalnya. Namun, pada hari
berikutnya dia tidak mendapatkan apapun di bawah bantalnya. lelaki itu
bangkit dengan penuh kemarahan, dia hendak menebang pohon itu.108
Iblis kembali menyerupai bentuk manusia dan bertanya, „Apa
yang akan kau lakukan?‟
Lelaki itu menjawab, „ Aku akan menebang pohon yang dijadikan
sesembahan selain Allah Ta„ala itu.‟
106
Ibid 107 Ibnul jauzi, Talbis Iblis, ( Aiman Shalih Sya‟ban, Perangkap Iblis 560
Tipu Muslihat Iblis Yang Tak Disadari Manusia), (Solo, Pustaka Arafah, 2012), hlm .
74 108 Ibid
Iblis membantah, „kamu bohong. Kamu takan bisa menebang
pohon itu.‟
Lelaki itu bangkit untuk menebangnya, tetapi Iblis melawannya
hingga lelaki itu jatuh terjerembab ketanah, lalu iblis mencekiknya dan
nyaris membunuhnya.
Iblis berkata, „Tahukah kamu siapa aku. Aku adalah setan.
Pertama kali dulu kamu datang dengan amarah karna Allah dan aku
tidak mampu melawan kamu, maka aku memperdayaimu dengan dua
dinar, lantas kamu tidak jadi menebangnya. Tetapi sekarang ini kamu
datang untuk membela dua dinar, maka aku berhasil mengalahkan
kamu‟.” 109
Iblis mempunyai lima anak yaitu: Dari Zaid bin mujahid, dia
berkata, “Iblis mempunyai lima anak. Masing-masing dari mereka
mengurusi satu perintahnya. Nama-nama mereka adalah: Tsabar,
A‟war, Miswath, Dasim, dan Zaknabur.
Tsabar adalah setan setan yang mengurusi hal-hal berkaitan
dengan musibah. Dia menyuruh manusia kepada ats-tsubur, menyobek
baju, menampar pipi, dan seruan-seruan jahiliah.
A‟war adalah setan yang mengurusi zina. Dia menyuruh orang
untuk melakukan zina dan menghias-hiasinya.
Miswath adalah setan pengurus kedustaan. Dia mendengar-
dengarkan berita lalu menemui seseorang dan memberitahukan berita
yang dia dapat kepadanya, sehingga orang tersebut menemui orang
banyak, lantas dia berkata kepada mereka, “Aku melihat seorang laki-
laki yang kuketahui wajahnya tetapi aku tidak tahu siapa namanya, dia
menceritakan kepadaku begini begitu.”
Dasim adalah setan yang menemani seorang laki-laki menemui
keluarganya lalu memperlihatkan aib mereka kapada laki-laki itu,
sehingga dia marah.
Zaknabur adalah setan yang mengurusi pasar dan memusatkan
serangannya di pasar.”110
109
Ibnul jauzi, Talbis Iblis, ( Aiman Shalih Sya‟ban, Perangkap Iblis 560
Tipu Muslihat Iblis Yang Tak Disadari Manusia), (Solo, Pustaka Arafah, 2012) hlm
74 110
Ibid.hlm 75
BAB IV
PENAFSIRAN TENTANG PENCIPTAAN DAN TIPU DAYA
IBLIS MENURUT TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR ATH-
THABARI
A. Penafsiran Thabathaba’i Tentang Penciptaan dan Tipu Daya
Iblis dalam Kitab Tafsir Al-Mizan
Dalam al-Qur‟an dijelaskan bahwa Allah menciptakan tiga jenis
makhluk berakal budi yaitu malaikat, jin dan manusia. Malaikat
diciptakan dari cahaya (nur), jin dari api(nar), dan manusia diciptakan
dari tanah(turab). Iblis adalah nama salah seorang jin, sebagaimana
jibril adalah nama seorang malaikat. Begitu juga Adam yang
merupakan nama seorang manusia. Ibnu jarir, meriwayatkan dari al-
Hasan al-Bashri, katanya: “ iblis itu bukan golongan malikat. Iblis
adalah asli dari bangsa jin, sebagai mana Adam adalah asli bangsa
manusia .” Dan isnad riwayat ini sahih dari al-Hasan al-Bashri.111
Jadi, jelas bahwa Iblis adalah mahluk ciptaan Allah dari
golongan jin yang menggelincirkan dan menipu daya Adam dan Hawa
untuk mendekati dan memakan buah dari pohon yang dilarang oleh
Allah untuk mendekatinya, dan di perkuat lagi dengan ayat menurut
sebagian ulama menjelaskan bahwa iblis adalah golongan “ jin ”, dan
pohon itu adalah “pohon-pohon surga” yaitu QS. al-Baqarah ayat 34-35
karna ayat ini salah satu ayat yang menjadi bahan perdebatan oleh para
ulama, ayat tersebut yang akan penulis angkat dalam penulisan ini, dan
yang akan menjadi objek kajian ini adalah mufassir kontemporer
Sayyid Muhammad Husain Thabthaba‟i dalam kitab tafsirnya al-
Mizan dengan mufassir kelasik Abu Ja‟far Muhammad Bin Jarir ath-
Thabari dengan kitab tafsirnya ath-Thabari.
111
Abdullah bin Muhammad bin „Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaihk, Tafsir
Ibnu Katsir, juz 1,(Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i 2008), hlm. 106
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para
Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka
kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk
golongan orang-orang yang kafir, dan Kami berfirman: "Hai
Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang
kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang
menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim.(Qs.al-
Baqarah 34-35)
Dalam tafsir al-Mizan mengenai QS.al-Baqarah: 34
menerjemahkan kata “kafir” menunjukan spesies jin, dan iblis
merupakan bagian dari spesies jin.112
Kalimat terakhir ayat ini juga
membawa kepada kesimpulan yang sama. Bukannya mengatakan, “Dia
menolak mempelihara arogansi, dan dia kafir”, ayat ini mengatakan,
“dia adalah satu di antara mereka yang kafir”. Itu bukan bahwa dia
menjadi seorang kafir pada waktu itu, dia sudah sejak lama kafir, tetapi
dia senantiasa merahasiakannya kekufurannya, dan kejadian ini telah
mengungkapkan apa yang selama ini dirahasiakannya. Juga, disebutkan
bahwa peristiwa sujudnya para malaikat pasti terjadi antara kata-kata
Allah, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”,
dan kata-kata, “Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang
telah kamu sembunyikan”. Bisa diajukan pertanyaan: Lantas kenapa
Allah meletakan ayat ini setelah kata-kata itu? Barangkali ini dilakukan
hanya untuk menciptakan sebuah mata rantai antara kisah-kisah tenteng
penciptaan Adam dan eksistensi Adam di surga. Para malaikat tidak
menyembunyikan apa pun dari Allah; iblis-lah yang menyembunyikan
sesuatu dari Allah. Lantas kenapa Allah memandang perbuatan ini
sebagai perbuatan mereka semua (yang tengah kamu sembunyikan)?
Allah, dalam firman ini, menggunakan metode yang bahkan juga
digunakan oleh umat manusia untuk wacana-wacana meraka sendiri,
112
„Allamah Sayid Muhammad Husain Thabathaba‟i, Tafsir Al-Mizan,
(Jakarta: Lentera, 2010) hlm 247
kita memandang pekerjaan satu individu sebagai pekerjaan kelompok,
jika pelakunya tidak diidentifikasi sebagai mana mestinya atau kalau
dia berupaya untuk tetap untuk tidak diketahui identitasnya.113
Menurut beberapa hadis, kata “kafir” (dalam anak kalimat, dan
dia adalah salah satu dari mereka yang kafir”) menunjukan spesies jin,
dan iblis merupakan bagian dari spesies jin. Dan spesies jin diciptakan
sebelum manusia. Allah befirman:
Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,
dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang
sangat panas.QS.Al-Hijr:26-27) Tipu daya iblis terhadap Adam dan Hawa yang berusaha untuk
menggelincirkannya untuk mendekati dan memakan buah dari pohon
yang dilarang oleh Allah untuk mendekatinya, kemudian iblis datang
kepada Adam, dan iblis mengatakan kepada Adam, “Jika kamu
(berdua) makan dari pohon ini, yang kamu dilarang Allah untuk
mendekatinya, kamu (berdua) akan menjadi dua malaikat dan akan
tinggal di surga untuk selamanya; dan jika (berdua) tidak makan dari
pohon ini, Allah akan mengeluarkan kamu dari surga”; dan iblis
bersumpah kepada mereka berdua bahwa dirinya tulus nenasihati
mereka berdua; sebagai mana Allah mengutip perkataan iblis: Tuhanmu
tidak melarangmu untuk mendekati pohon ini kecuali agar kamu brdua
tidak menjadi dua malakat atau agar kamu tidak menjadi bagian dari
mereka yang abadi. Dan dia bersumpah kepada mereka berdua,
“Sesungguhnya aku adalah penasihat tulus untuk kamu.”114
Thabathaba‟i menamakan dan menafsirkan ayat
“ Dan janganlah kalian mendekati pohon ini.” kata syajaroh
adalah pohon Himalaya sebuah tanaman yang bau harumnya kekal,
yang mana pada waktu Iblis menipu daya dan menggelincirkan Adam
113
„Allamah Sayid Muhammad Husain Thabathaba‟i, Tafsir Al-Mizan,
(Jakarta: Lentera, 2010) hlm 224 114
„Allamah Sayid Muhammad Husain Thabathaba‟i, Tafsir Al-Mizan,
(Jakarta: Lentera, 2010) hlm 276
untuk mendekati dan memakan buah dari pohon yang Allah larang
untuk mendekatinya.115
Adam mempercayai kata-kata iblis, dan mereka (yaitu Adam
dan istrinya) makan dari pohon ini: Ketelanjangan mereka jadi nampak
oleh mereka; pakaian yang diberikan kepada mereka berdua (yaitu
pakaian surga) lepas dari mereka berdua, dan mereka berduapun mulai
menutupi diri mereka dengan dedaunan surga; dan Tuhan mereka
berseru kepada mereka: Bukankah telah Aku larang kamu dari
mendekati pohon itu, dan katakan kepadamu bahwa setan adalah
musuh terang-teranganmu? Mereka berkata, sebagai mana Allah
mengutip perkataan mereka: “Tuhan kami telah berbuat tidak adail
terhadap diri kami sendiri; dan jika Engkau tidak mengampuni kami,
dan tidak mengasihani kami, tak pelak lagi kami akan menjadi bagian
dari mereka yang kehilangan.”116
Kemudian Allah berkata kepada mereka: “Turunlah, yang
sebagian dari kamu menjadi musuh dari sebagian yang lainnya; dan
ada bagin kamu di bumi suatu rumah tinggal dan suatu bekal untuk
suatu waktu.”
Dia (Imam) berkata: “(Waktu) itu adalah hari kebangkitan.”
Imam selanjutnya mengatakan, “ Kemudian Adam turun ke (bukit) ash-
Shafa dan bukit ini di namakan demikian karena ashfiyyullah ( = shabat tulus Allah, yaitu Adam) turun ke bukit ini; sedangkan Hawa
turun di (bukit) al-Marwah bukit ini dan di namakan al-Marwah karena
al-mar‟ah ( = si perempuan ini) turun ke bumi ini. Adam
senantiasa dalam kondisi sujud selama empat puluh hari, sembari
menangis untuk surga. Maka Jibril datang kepada Adam dan
mengatakan, „Tidakkah Allah telah menciptakan kamu dengan tangan-
Nya, dan (tidakkah Dia) meniupkan kedalam dirimu dari ruh-Nya, dan
(tidakkah Dia) membuat para malaikat-Nya sujud di hadapanmu?‟
Adam berkata, „Memang.‟ (Kemudian Jibril berkata),) „dan dia
melarang kamu makan dari pohon itu lalu kamu tidak mentaati-Nya?‟
Adam berkata, „Iblis telah bersumpah palsu kepadaku.117
115
„Allamh Sayid muhammad Husain Thabathaba‟i, Tafsir Al-Mizan
(Jakarta: Lentera,2010) hlm 250 116
Ibid 117
Ibid
B. Penafsiran Ath-Thabari tentang penciptaan dan Tipu Daya
Iblis dalam Kitab Tafsir Ath-Thabari
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat:
"Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali
Iblis; ia enggan dan takabur dan ia adalah Termasuk golongan
orang-orang yang kafir”.(Qs. Al-Baqarah 34)
Abu Ja‟far berkata: Firman-Nya, adalah huruf athf pada
firman-Nya, seakan-akan Allah menyatakan kepada
orang-orang Yahudi yang berdomosili di sekitar Madinah, “Ingatlah
kalian akan nikmat yang telah Aku berikan kepada kalian, Aku telah
menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian. Juga ingatlah ketika
Aku berfirman kepada para malaikat bahwa Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi, lalau Aku memuliakan bapak kalian
Adam dengan kemurahan dan kebaikan-Ku kepadanya. Juga ingatlah
ketika Aku memerintahkan kepada seluruh malaikat agar bersujud
kepadanya, lalu merekapun bersujud kepadanya. Kemudian Allah
mengecualikan iblis, dan ini menunjukkan bahwa iblis termasuk
golongan mereka, dan termasuk yang diperintahkan untuk bersujud
kepadanya, sebagaimana firman-Nya:
Sesungguhnya
Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu,
kemudian Kami katakan kepada Para Malaikat: "Bersujudlah kamu
kepada Adam", Maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak
Termasuk mereka yang bersujud, Allah berfirman: "Apakah yang
menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku
menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau
ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah".(Qs. Al
A‟raf 11-12)118
Para mufassir berbeda pendapat tentang penciptaan atau sosok
iblis yang sebenarnya, berasal dari malaikat atau berasal dari yang lain?
Sebagian mereka mengatakan berikut:
1. Abu Karib menceritakan kepada kami, dia berkata: Utsman bin
Sa‟id menceritakan kepada kami, dia berkata: Bisyr bin Umarah
dari Abu Rauq dari Adh-Dhahak, dari Ibnu Abbas, dia berkata:
Abu karib menceritakan kepada kami, dia berkata: Bisyr bin
Umarah dari Abu Rauq, dari Adh-Dhahak, dari Ibnu Abbas, dia
berkata: Iblis adalah salah satu mahluk dari jenis malaikat yang
disebut al-Hin, mereka tercipta dari apai samum, antara para
malaikat yang lain. Namanya adalah al-Harits. Dia merupakan
kepala penjaga surga. Seluruh malaikat diciptakan dari cahaya,
kecuali jenis ini. Adapun jin, diciptakan dari api marij, seperti
disebutkan dalam al-Qur‟an, yaitu lidah apai yang paling ujung
ketika melalap. 119
2. Ibnu Hamid menceritakan kepada kami, dia berkata: Salamah
menceritakan kepada kami dari Ibnu Ishak, dari Khalad, dari
Atha, dari Thawus, dari Ibnu Abbas, dia berkata: sebelum iblis
melakukan kemaksiatan, dia termasuk malaikat dan namanya
Azazil, dia tinggal di alam bumi dan termasuk malaikat yang
paling pintar. Oleh karena itu, dia sombong. Dia berasal dari
golongan yang mereka sebut jin.
3. Ibnu Hamid menceritakan kepada kami, dia berkata: Salamah
menceritakan kepada kami dari Ibnu Ishak, dari Khalid, dari
Atha, dari Thawus atau Mujahid Abu al-Hajjaj, dari Ibnu
Abbas, dan lainnya, dengan redaksi sepertinya, namun dia
berkata: Dia termasuk malaikat yang menduduki bumi dari
golongan jin.
4. Musa Bin Harun al- Hamdani menceritakan kepadaku, dia
berkata: Amru Bin Hamad menceritakan kepada kami, dia
berkata:Asbath menceritakan kepada kami dari As-Suddi,
118
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir,
Tafsir Ath-Thabari, Juz 1,(Jakarta: pustaka Azzam, 2008), hlm.603 119
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir,
Tafsir Ath-Thabari, Juz 1,(Jakarta: pustaka Azzam, 2008), hlm. 603
tentang berita yang disebutkannya dari Malik, dari Abu Shalih,
dari Ibnu Abbas, dari Murruah Al-Hamdani, dari Ibnu Mas‟ud,
dari sejumlah sahabat Rasulullah SAW: Iblis dijadikan sebagai
pemimpin para malaikat di langit bumi. Dia berasal dari
golongan malaikat. Disebut jin karna mereka bertugas menjaga
surga. Iblis ialah penjaga utamanya, dibantu oleh malaikat lain.
5. Al-Qasim berkata bin al-Hasan menceritakan kepada kami, dia
berkata: Hajjaj menceritakan kepadaku dari Ibnu juraij, dia
berkata: Ibnu Abbas berkata: Iblis termasuk malaikat maulia
yang berasal dari golongan yang mulia. Dia bertugas sebagai
penjaga surga. Dia memiliki kekuasaan di langit bumi dan dan
kekuasaan di alam bumi.120
Abu Ja‟far berkata: Alasan-alasan tersebut menunjukan bahwa
pengetahuan mereka adalah minim, karena tidak dipungkiri bahwa
Allah menciptakan para malaikat berjenis-jenis, segaian mereka
diciptakan dari cahaya, sebagian lain diciptakan dari api, dan sebagian
lain diciptakan dari bahan yang dikehendaki-Nya, dan tidak adanya
informasi dari Allah tentang bahan penciptaan malaikat di samping
bahan penciptaan Iblis tidak menunjukan bahwa iblis di luar jenis
malaikat, karena boleh jadi Allah menciptakan satu jenis malaikat dari
api, dan iblis termasuk di dalamnya, dan menciptakan Iblis secara
khusus dari apai samum (angin panas) tidak seperti malaikat yang
lain.121
Juga, informasi bahwa iblis beranak-pinak tidak menjadi alasan
bahwa dia bukan dari jenis malaikat, akan tetapi karena Allah telah
menjadikannya memiliki hawa nafsu akibat kemaksiatan yang
dilakukannya. Adapun informasi bahwa dia berasal dari jenis jin, itu
karena dia tersembunyi dan tidak kasat mata.122
Iblis adalah mahluk ciptaan Allah yang diciptakan khusus dari
api samum, ia dari golongan jin yang memiliki jenis seperti malaikat
tidak seperti malaikat yang lain.
Tipu daya iblis pada Adam dan Hawa yang tertipu daya dan
digelincirkan oleh iblis untuk memakan buah yang dilarang oleh Allah,
Bujuk rayunya dimulai saat ia menyatakan kepada mereka bahwa ia
adalah kawan mereka yang ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk
kebaikan dan kebahagiaan mereka. Segala cara dan kata-kata halus
120
Ibid ,hlm.604 121
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir,
Tafsir Ath-Thabari, Juz 1,(Jakarta: pustaka Azzam, 2008), hlm. 610 122
Ibid
digunakan oleh iblis untuk membuat Adam dan Hawa terbujuk. Ia
membisikkan kepada mereka bahwa larangan Allah kepada mereka
untuk memakan buah dari pohon terlarang adalah karena mereka akan
hidup kekal sebagai malaikat apabila memakannya. Bujukan itu terus
menerus diberikan kepada Adam dan Hawa sehingga akhirnya mereka
terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah
mereka melanggar ketentuan Allah sehingga Dia menurunkan mereka
ke bumi. Allah berfirman:
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu
dan dikeluarkan dari Keadaan semula dan Kami berfirman:
"Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain,
dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan
hidup sampai waktu yang ditentukan."(Qs,al-Baqarah 36)
Adam dan Hawa tertipu daya oleh syaitan karena memakan
buah pohon yang dilarang itu, yang mengakibatkan keduanya keluar
dari surga, dan Allah menyuruh mereka turun ke dunia. yang dimaksud
dengan syaitan di sini ialah iblis.
Abu Ja‟far berkata: dalam ayat ini terdapat bukti yang jelas atas
kebenaran pendapat yang mengatakan bahwa Iblis dikeluarkan dari
surga setelah berlaku sombong dengan tidak mau sujud kepada Adam.
Surga telah didiami oleh Adam sebelum iblis diturunkan ke bumi.
Tidakkah kalian mendengar firman Allah:
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu
dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya
yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu
Termasuk orang-orang yang zalim., lalu keduanya
digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari
Keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu!
sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu
ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai
waktu yang ditentukan."(Qs. al-Baqarah: 35-36)123
Jadi, jelas bahwa
upaya iblis menggelincirkan Adam dari mentaati Allah adalah setelah
dia dilaknat oleh Allah karena enggan bersujud kepada Adam, sebab
malaikat diperintahkannya untuk bersujud sesudah ditiupkannya roh
dalam jasad Adam, dan ketika itulah iblis enggan bersujud, sehingga
akhirnya Allah melaknatnya. Sebagai mana riwayat-riwayat berikut:
1. Musa bin Harun al-Hamdani menceritakan kepadaku, dia
berkata: Amru bin Hamad menceritakan kepada kami, dia
berkata: Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi
tentang berita disebutkan dari Malik, dan Abu Shalih, dari Ibnu
Abbas, dari Murrah al-Hamdani, dari Ibnu Mas‟ud, dari
sejumlah sahabat Rasulullah Saw: Iblis bersumpah dengan
nama Allah akan menjerumuskan Adam dan anak keturunannya
serta istrinya kecuali hamba-hamba-Nya yang shalih, sesudah
dia dilaknat oleh Allah dan diusir dari surga dan sebelum turun
kebumi, dan Allah mengajarkan seluruh nama kepada Adam.
2. Ibnu Hamid menceritakan kepada kami, dia berkata: Salamah
bin al- Fadhl menceritakan kepada kami dari Ibnu Ishak, dia
berkata: setelah Allah mencela Iblis karna enggan menaati-Nya
dan melaknatnya, kemudian mengusirnya dari surga, Dia
menghadap kepada Adam setelah dia diajari seluruh nama, lalu
firman, “ Wahai Adam beritahukan kepada mereka nama-nama
benda ini”124
Abu ja‟far berkata: Jadi jelas bahwa upaya iblis untuk
menggelincirkan Adam dari mentaati Allah adalah setelah dia dilaknat
oleh Allah karena ke enggannannya untuk bersujud kepada Adam.
123
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir,
Tafsir Ath-Thabari, Juz 1,(Jakarta: pustaka Azzam, 2008), hlm. 614 124
Ibid, hl m.615
Penakwilan firman Allah SWT dalam bahasa
Arab berarti setiap yang berdiri di atas batang, seperti firman Allah,
“Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan
kedua-duanya tunduk kepada Nya.” (Qs.Ar-Rahmaan 6).
Para mufassir berbada pendapat tentang buah pohon yang Adam
dilarang memakannya.
Sebagian mereka berpendapat bahwa itu adalah sunbulah, yaitu
jenis tumbuhan yang berbau wangi. Seperti riwayat berikut:
1. Muhammad bin Ismail al-Ahmasi menceritakan kepada ku, dia
berkata: Abdul Hamid al- Hamani menceritakan kepada kami
dari Nadhr, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dia berkata: pohon
yang Adam dilarang memakan buahnya adalah sunbulah.
2. Ya‟qub bin Ibrahim menceritakan kepadaku, Husyaim
menceritakan kepada kami, dia berkata: Imran bin Utaibah
menceritakan kepada kami dari Hushain, dari Abu Malik,
tentang firman Allah, “ Dan janganlah kalian
mendekati pohon ini,” bahwa itu adalah sunbulah.
3. Ibnu Waki menceritakan kepada kami, dia berkata: Amru bin
Hamad menceritakan kepada kami, dia berkata: Asbath
menceritakan kepada kami dari As-Suddi, dia berkata, “pohon
yang dimaksud adalah anggur.”125
Abu Ja‟far berkata: Menurut kami, Allah hanya
memberitahukan kepada para hambanya bahwa Adam dan isterinya
telah memakan buah dari pohon yang dilarang memakannya, sehingga
dia telah dianggap berdosa setelah dijelaskan kepadanya pohon yang
ditentukan oleh-Nya dalam firmannya “Dan janganlah
kalian mendekati pohon ini,” Namun Allah tidak menjelaskan pada
hambanya nama pohon tersebut, baik secara tekstual maupun
kontekstual. Seandainya mengetahui nama pohon tersebut dianggap
perlu oleh Allah karna dapat mengandung keridhaan-Nya, niscaya
Allah akan menjelaskannya kepada kita, sebagai mana Dia menjelaskan
sejumlah perkara yang apabila diketahui oleh seseorang maka dia akan
memperoleh keridhaan-Nya.
Menurut kami, Allah telah melarang Adam dan isterinya
memakan pohon tertentu dari pohon-pohon surga, namun keduanya
melanggar larangan tersebut dengan memakannya, dan tidak perlu bagi
kita mengetahui apa pohon tersebut, karena Allah tidak menjelaskannya
125
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir,
Tafsir Ath-Thabari, Juz 1,(Jakarta: pustaka Azzam, 2008), hlm 621
kepada kita, baik melalui al-Qur‟an maupun Sunnah, lalu dari mana
kita mengetahuinya ? Ada yang mengatakan pohon gandum, ada pula
yang mengatakan pohon anggur, dan ada yang mengatakan pohon tin.
Boleh jadi dia salah satunya, namun yang jelas bahwa mengetahui dan
tidaknya tidak dianggap untung rugi.126
C. Analisis Komparatif Tentang Penafsiran Pencintaan dan Tipu
Daya Iblis ( Sayyid Muhammad Husain Thabathaba’i dan Abu
ja’far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari
Hemat penulis, perbandingan di antara kedua penafsir ini sangat
signifikan. Di satu sisi Sayyid Muhammad Thabathaba‟i adalah seorang
mufassir kontemporer dan Abu Ja‟far Muhammad bin Ja‟far ath-
Thabari adalah seorang mufassir klasik yang keduanya memiliki
perbedaan dalam penafsiran, metode yang digunakan serta yang lain-
lainnya.
1. Dari Segi Corak Penafsiran Thabathaba‟i dan Ath-Thabari
Kecenderungan Thabathaba‟i dalam menafsirkan al-Quran
secara umum penulis kategorikan sebagai tafsir yang multi disiplin.
Artinya, segala bidang keilmuan hampir semua corak penafsiran
dijelaskan dalam tafsir ini. Hanya saja sebagian orang ada yang
mengkategorikannya sebagai tafsir yang memiliki corak filosofis,
hal ini berangkat dari penguasaan Thabathaba‟i dalam bidang
filsafat. Sedangkan ath-Thabari adalah seorang Imam dan seorang
ahli tafsir dan seorang yang sangat ahli dalam Fiqih. Imam ath-
Thabari menitik beratkan tafsir ath-Thabari ke dalam corak fiqih
adalah tafsir yang menitik beratkan bahasan dan tinjauannya pada
aspek hukum (fiqh) dari al-Qur‟an.127
Mengingat beliau adalah
seorang ulama di bidang fiqih. Bahkan beliau sudah menjadi
mujtahid mutlak.
2. Dari Segi Metode Penafsirannya
Muhammad Husain Thabataba‟i dalam menulis tafsir al-
Mizan menggunakan beberapa macam persepektif, antara lain
persepektif ilmiah, teknis, filosofis, spiritualitas, sosiologi, dan
126
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir,
Tafsir Ath-Thabari, Juz 1,(Jakarta: pustaka Azzam, 2008), hlm 625 127
Endad Musaddad, Studi Tafsir di Indonesia. (Tangerang Selatan: Sintesis,
2012).hlm 26
periwayatan. Di antara ketujuh persepektif tersebut, ada tiga yang
lebih menonjol, antara lain:128
1. Persepektif riwayat; untuk memahami dan menafsirkan al-
Qur‟an, Thabataba‟i menggunakan bantuan ayat al-Qur‟an yang
terkait.
2. Persepektif sosiologis;
3. Pesepektif filosofis;
Tafsir al-Mizan memiliki karakteristik metode
penafsiran, berikut ini:129
a. Merujuk kepada literatur dalam bidang tafsir, hadis, sejarah,
yang ditulis oleh ulama syi‟ah dan suni.
b. Membagi ayat dalam beberapa kelompok dan menyatukannya
dalam satu konteks.
c. Terlebih dahulu menjelaskan makna setiap kata dan merujuk
kepada ayat lain tentang makna yang dimaksud.
d. Dalam menentukan makna ini memperlihatkan kontek,
periodesasi Makiyyah-Madaniyyah, dan riwayat yang saling
bertentangan. Juga menggunakan hadits mutawatir dan qaul
sahabat, serta tabi‟in.
e. Menunjukan aspek munasabah ketika menafsirkan ayat.
f. Ia menganut al-ibrah bi umum al- lafazh la bi khusuhusi
shabab.
g. Menjelaskan aspek bahasa, i‟rab, dan balaghah dalam
menyingkap makna ayat.
h. Mengemukakan perbedaan pendapat lalu mentarjih-nya.
i. Takwil bukanlah pembahasan literal teks, tetapi diluar teks.
Takwil seperti perumpamaan dengan di umpamakan.
j. Menggunakan makna literal-eksoteris untuk menjelaskan ayat
yang tidak jelas.
k. Ia banyak memperkuat ajaran ilmiyah, seperti imamah, (raj‟ah)
Ath-Thabari menggunakan metode tahlili adalah tafsir yang
menyoroti ayat-ayat al-Qur‟an dengan memaparkan segala makna
dan aspek yang terkandung di dalamnya, sesuai dengan urutan
bacaan yang terdapat dalam al-Qur‟an “mushaf „Usmani.
Muhammad Baqir Sadr menyebutnya dengan tafsir Taj‟ziy, yang
128
Andi Rosadisastra, Tafsir Kontemporer: Metode dan Cara Modern dari
Para Ahli Tafsir dalam Menafsirkan Al-Qur‟an, (Serang: Dinas Pendidikan Provinsi
Bantan, 2012) hlm.140 129
Ibid. hlm 141
secara harfiah berarti “tafsir yang menguraikan berdasarkan bagian-
bagian, atau tafsir parsial”130
Secara garis besar tafsir tahlili dibedakan menjadi dua
macam yaitu tafsir tafsir bil ma‟tsur dan tafsir bil al-ra‟yi, dan ath-
Thabari menggunakan tafsir bil ma‟tsur yang operasionalnya
menafsirkan ayat dengan ayat, penafsiran ayat dengan hadis Nabi,
penafsiran ayat dengan hasil ijtihad para sahabat, atau penafsiran
ayat dengan hasil ijthad para tabi‟in.131
D. Dari Segi Penafsiran
Thabathaba‟i dalam menafsirkan kata “kafir” dalam surat al-
Baqarah ayat 34 tertuju pada Iblis, dan Iblis termasuk dari golongan
atau spesies jin yang diciptakan dari api yang sangat panas. Allah
berfirman:
Dan
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, dan
Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat
panas.(Qs.al-Hijr:26-27
Ibnu „Abbas, meriwayatkan: “Yaitu api yang sangat panas yang
mematikan.” Dari Ibnu „Abbas, ia mengatakan bahwa jin itu diciptakan
dari nyala api.
Thabathaba‟i menamakan dan menafsirkan ayat
“ Dan janganlah kalian mendekati pohon ini.” kata syajaroh adalah pohon Himalaya sebuah tanaman yang bau harumnya kekal,
yang mana pada waktu Iblis menipu daya dan menggelincirkan Adam
untuk mendekati dan memakan buah dari pohon yang Allah larang
untuk mendekatinya.132
130
Endad Musaddad, Studi Tafsir di Indonesia. (Tangerang Selatan: Sintesis,
2012).hlm 18 131
Ibid 132
„Allamah Sayid Muhammad Husain Thabathaba‟i, Tafsir Al-Mizan
(Jakarta: Lentera,2010) hlm 250
Sedangkan penafsiran ath-Thabari dalm menafsirkan surat al-
Baqarah ayat 34 Abu ja‟far berkata: ketika Allah memerintahkan
seluruh malaikat untuk bersujud kepada Adam, maka mereka pun
bersujud kepadanya. Kemudian Allah mengecualikan iblis, dan ini
menunjukan bahwa iblis termasuk golongan mereka (malaikat).
Ath-Thabari menafsirkan ayat “Dan janganlah
kalian mendekati pohon ini,” Namun Allah tidak menjelaskan pada
hambanya nama pohon tersebut, baik secara tekstual maupun
kontekstual. Seandainya mengetahui nama pohon tersebut dianggap
perlu oleh Allah karna dapat mengandung keridhaan-Nya, niscaya
Allah akan menjelaskannya kepada kita, sebagai mana Dia menjelaskan
sejumlah perkara yang apabila diketahui oleh seseorang maka dia akan
memperoleh keridhaan-Nya.
Menurut kami, Allah telah melarang Adam dan isterinya
memakan pohon tertentu dari pohon-pohon surga, namun keduanya
melanggar larangan tersebut dengan memakannya, dan tidak perlu bagi
kita mengetahui apa pohon tersebut, karena Allah tidak menjelaskannya
kepada kita, baik melalui al-Qur‟an maupun Sunnah, lalu dari mana
kita mengetahuinya ? Ada yang mengatakan pohon gandum, ada pula
yang mengatakan pohon anggur, dan ada yang mengatakan pohon tin.
Boleh jadi dia salah satunya, namun yang jelas bahwa mengetahui dan
tidaknya tidak dianggap untung rugi.133
133
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Mahmud Muhammad Syakir,
Tafsir Ath-Thabari, Juz 1,(Jakarta: pustaka Azzam, 2008), hlm 625
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Thabathaba‟i menyatakan bahwa iblis adalah golongan jin,
karena jelas bahwa iblis diciptakan dari api, sedangkan malaikat
diciptakan dari nur (cahaya), dan Thabathaba‟i mengatakan dalam kitab
tafsirnya bahwa iblis adalah termasuk dalam sepesies jin.
Thabathaba‟i mengatakan kata syajaroh adalah pohon
Himalaya sebuah tanaman yang bau harumnya kekal, yang mana pada
waktu iblis menipu daya dan menggelincirkan Adam untuk mendekati
dan memakan buah dari pohon yang Allah larang untuk mendekatinya.
Ath-Thabari mengatakan bahwa iblis adalah salah satu mahluk
ciptaan Allah yang termasuk golongan jin yang berjenis malaikat,
karena tidak dipungkiri bahwa Allah menciptakan para malaikat
berjenis-jenis, sebagian mereka diciptakan dari cahaya, sebagian lain
diciptakan dari api, dan sebagian lain diciptakan dari bahan yang
dikehendaki-Nya, dan tidak adanya informasi dari Allah tentang bahan
penciptaan malaikat di samping bahan penciptaan iblis tidak
menunjukan bahwa iblis di luar jenis malaikat, karena boleh jadi Allah
menciptakan satu malaikat dari api, dan iblis termasuk di dalamnya,
dan menciptakan iblis secara khusus dari api samum (angin panas)
tidak seperti malaikat yang lain, dan juga informasi bahwa iblis
beranak-pinak tidak menjadi alasan bahwa dia bukan dari jenis
malaikat, akan tetapi karena Allah telah menjadikannya memiliki hawa
nafsu dia berasal dari jenis jin, itu karena dia tersembunyi dan tidak
kasat mata.
Ath-Thabari mengatakan tentang tipu daya iblis pada Adam dan
isterinya untuk memakan buah dari pohon-pohon surga, namun
keduanya melanggar larangan tersebut dengan memakannya, namun
ath-Thabari mengatakan tidak perlu bagi kita mengetahui apa pohon
tersebut, karena Allah tidak menjelaskannya kepada kita, baik melalui
al-Qur‟an maupun Sunnah, lalu dari mana kita mengetahuinya ? Ada
yang mengatakan pohon gandum, ada pula yang mengatakan pohon
anggur, dan ada yang mengatakan pohon tin. Boleh jadi dia salah
satunya, namun yang jelas bahwa mengetahui dan tidaknya tidak
dianggap untung rugi.
B. Saran
Mencermati perbandingan tafsir di atas antara Thabathaba‟i dan
ath-Thabari, penulis ingin memberikan beberapa catatan sebagai saran
sebagai berikut:
1) Semoga perbandingan ini dapat memberi sumbangan khazanah
keilmuan khususnya di lembaga pendidikan dan pengembangan
tafsir al-Qur'an. Beberapa pembahasan skripsi ini dapat
dijadikan alat bantu dalam mempelajari kitab tafsir al-Mizan
dan kitab tafsir ath-Thabari di jurusan Ilmu al-Qur'an dan tafsir
dan jurusan study lainnya. Namun patut kita waspadai dan hati-
hati dalam menelaah kitab tafsir al-Mizan ini karena
mengandung faham syiah, yang sudah terlihat kesesatan dalam
ajarannya.
2) Memahami agama bukan secara logis semata tapi juga ada yang
dogmatis, dan berdasarkan penalaran yang kritis, khususnya
tentang pemahaman agama yang menjelaskan tentang hal-hal
yang bersifat gaib yang lebih dikenal dengan “samiyyat”.
Dalam hal ini termasuk di dalamnya tentang iblis dan malaikat.
3) Mampu membedakan mana ajaran yang mutlak dan absolut
yang tidak dapat diubah sebagaimana tercantum dalam teks-teks
suci, dan mana ajaran yang relatif dan dapat diubah dalam
bentuk penafsiran dan interpretasi ulama. Dalam konteks Islam,
perlu dibedakan mana ajaran yang datang dari Allah dan Rasul-
Nya dan mana ajaran yang merupakan hasil ijtihad atau
pemikiran ulama.
4) Penelitian terhadap metodologi tafsir bukanlah hal yang
menjemukan, sebaliknya ia merupakan khazanah yang harus
terus dikembangkan. Berkaitan dengan fungsinya yang nyata
bagi proses pembelajaran tafsir itu sendiri. Tingkat pemahaman
umat yang beragam mengharuskan adanya metode yang pas,
mudah dan menarik, dengan tidak merusak esensi tafsir itu
sendiri, serta dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah yang
telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abd al-Baqi, M. Fuad, Al-Mu‟jam Al-Mufahras Li Alfazh Al-Qur‟an Al-
Karim,
Alu Syaihk, Ishaq, Tafsir Ibnu Katsir jilid 1.Mu‟assasah Daar al-hilaal
Kairo: Pustaka Imam syafi‟i, 1994
Alu Syaihk, Ishaq, Tafsir Ibnu Katsir jilid 5. Mu‟assasah Daar al-hilaal
Kairo: Pustaka Imam syafi‟i, 1994
Aneesuddin, Mir, Buku Saku Ayat-Ayat Semesta, Mengerti Rahasia
Alam nyata dan Alam Gaib dalam Al-Qur‟an dan Sains,
Jakarta: Zaman, 2014
Ash-shalabi, Ali Muhammad, Khawarij dan Syiah dalam timbangan
ahlu sunnah wal jama‟ah, Jakarta: pustaka al-kautsar 2007
Ath-thabari, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir, Tafsir Ath-Thabari jilid
1. Mesir: Dar Al Salam, 2001
Ath-thabari, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir, Tafsir Ath-Thabari jilid
2. Mesir: Dar Al Salam, 2001
Ash-Shayim Syekh Muhammad, Kisah-kisah Nyata Raja Jin, Bandung:
pustaka Sinar Baru Algensindo, 2007
Faizin, Nur, Ayo Yasinan, Membaca dan Memahami Surat Yasin, Jajar
Lawean Surakarta: Sajada, 2013
Farid, Syaikh Ahmad, Biografi 60 Ulama Ahlussunah. Jakarta: Darul
Haq, 2012.
Harahap, Syahrin, Metodologi Studi Dan Penelitian Ilmu-Ilmu
Ushuludin, Jakarta: PT Raja GrafindoPersda, 2000
Jauzi, Ibnul, talbis Iblis ,Perangkap Iblis 560 Tipu Muslihat Iblis Yang Tidak
Disadari Manusia, Solo: Pustaka Arafah, 2012
Lowis, Ma‟luf, Al-Munjid Fi lughah Wal A‟lam. Beirut: Daar al-Masyriq,
1986
Mahmud, Mani‟ Abd Halim, Metodologi Tafsir Kajian Komprehensif Metode
Para Ahli Tafsir, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006
Manna„ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an, Bogor Baru:
Puustaka AntarNusa, 1992
Munawwir, Ahmad Warson, 1997, Kamus al-Munawir, Surabaya,
Pustaka Progressif.
Musaddad, Endad, Studi Tafsir di Indonesia, Tangerang: Sintesis, 2012
Rosadisastra, Andi, Metode Tafsir Ayat-ayat Sains dan Sosial, Jakarta:
Amzah, 2007
Rosadisastra, Andi, Tafsir Kontemporer: Metode dan Cara Modern dari Para
Ahli Tafsir dalam Menafsirkan Al-Qur‟an, Serang: Dinas Pendidikan
Provinsi Bantan, 2012
Shihab, M. Quraish, Jin dalam Al-Qur‟an, Yang Halus dan Tak
Terlihat, Jakarta: lentera Hati, 2010
Shihab, M. Quraish, Malaikat dalam Al-Qur‟an, yang Halus Dan Tak
Terlihat, Jakarta: Lentera Hati, 2010
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan keseharian Al-
Qur‟an, juz 4 dan 9, Jakarta: Lentera Hati, 2002
Thabathaba‟i, M. Husain, Tafsir Al-Mizan juz 1, Jakarta: Lentera, 2010