penetapan kadar Antalgin

30
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II PENETAPAN KADAR ANTALGIN DISUSUN OLEH : KELAS A KELOMPOK 2 MEJA 1 NUR FAUZIAH KASIM NUREVA RAMLI NURNANENGSIH SITI HAJAR IRMAWATI ULMI FAJRI

description

Laporan praktikum kimia farmasi

Transcript of penetapan kadar Antalgin

Page 1: penetapan kadar Antalgin

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II

PENETAPAN KADAR ANTALGIN

DISUSUN OLEH :

KELAS A KELOMPOK 2

MEJA 1

NUR FAUZIAH KASIM

NUREVA RAMLI

NURNANENGSIH

SITI HAJAR IRMAWATI

ULMI FAJRI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

JURUSAN FARMASI

2013

Page 2: penetapan kadar Antalgin

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kimia analitik pada dasarnya menyangkut panen kimiawi suatu

materi. Dahulu hal tersebut adalah tujuan utama seorang ahli kimia analitik.

Tetapi dalam kimia analitik modern , aspek- aspeknya juga meliputi identifikasi

suatu zat, elusidasi struktur dan analisa kuantitatif komposisinya.

Dalam analisa kimia farmasi kuantitatif , dikenal dua metode yakni analisa

gravimetric dan analisis titrimetrik. Dimana, metode titirimetri masih digunakan

secara luas karena merupakan metode yang tahan, mudah, dan mampu

memberikan ketetapan (presisi) yang tinggi. Keterbatasan metode ini adalah

bahwa metode titrimetri kurang spesifik.

Selanjutnya, salh satu metode titrasi yang akan digunakan adalah reaksi

oksidasi- reduksi (redoks). Dasar yang digunakan adalah perpindahan electron.

Penetapan kadar senyawa berdasarkan reaksi ini digunakan secara luas seperti

permanganometri, serimetri iodo- iodi. Titrasi iodometri digunakan untuk

menentukan kadar dari zat- zat yang bersifat reduktor dengan titrasi langsung.

Sedangkan untuk titrasi iodimetri adalah kebalikannya.

Titrasi iodometri- iodimetri ini sering digunakan dalam industry farmasi.

Khususnya pada penentuan kadar zat- zat uji yang bersifat reduktor oksidator.

Adapun dalam farmakope Indonesia, titrasi iodometri digunakan untuk

menetapkan kadar dari asam karbonat, natrium askorbat, metampiron (antalgin),

natrium tiosulfat, dan lain- lain. Pada praktikum ini akan dilakukan penentuan

kadar antalgin dengan metode iodimetri- iodometri.

I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami penentuan kadar antalgin dengan menggunkan

metode iodimetri dan iodometri.

Page 3: penetapan kadar Antalgin

I.2.2 Tujuan Percobaan

Menentukan kadar antalgin dengan metode iodimetri dan iodometri.

1.3 Prinsip Percobaan

1. Penentuan kadar antalgin dalam sediaan obat dengan metode iodimetri.

Metode ini berdasarkan reaksi redoks dengan cara titrasi langsung dimana

antalgin tablet sebagai zat uji dengan I2 sebagai latutan baku (titran).

Terakhir ditandai dengan perubahan warna indikator dari larutan tidak

berwarna menjadi larutan ungu biru.

2. Penentuan kadar antalgin dengan sediaan tablet dengan metode iodometri.

Metode ini berdasarkan reaksi redoks dengan cara titrasi langsung, dimana

antalgin direaksikan dengan larutan baku I2 berlebih kemudian kelebihan

I2 dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N sampai warna bitu tepat

hilang dengan menggunakan indikator kanji.

Page 4: penetapan kadar Antalgin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Reaksi- reaksi kimia yang melibatkan oksidasi- reduksi dipergunakan

secara luas oleh analisis titrimetrik. Ion- ion dari beberapa unsur- unsur dapat

hadir dalam kondisi oksidator yang berbeda- beda, menghasilkan kemungkinan

banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi- reaksi ini memenuhi syarat untuk

dipergunakan dalam analisis tirimetrik dan penerapan. Penerapannya cukup

banyak, iodometri adalah salah satu analisa titrimetrik secara tidal langsung untuk

zat yang bersifat oksidator seperti besi (III), dimana zat ini akan mengoksidasi

iodide yang ditambahkan membentuk iodine . Iodin yang terbentuk akan

ditentukan dengan menggunakan larutan baku tiosulfat.

Oksidasi + KI I2 + 2e

I2 + Na2S2O3 NaI + Na2S4O6

Sedangkan iodometri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara

langsung digunakan untuk zat indikator atau natrium tiosulfat dengan

menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebih.

Kelebihan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan

iodin atau dengan penambahan larutan baku berlabihan. Kelebihan iodin dititrasi

kembali dengan larutan tiosulfat.

Reduktor + I2 2I-

Na2S2O3 + I2 NaI + Na2S4O6

Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan warna dimana terjadi

kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan

bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai bilangan electron sedangkan

reduksi memperoleh electron. Oksidasi adalah senyawa dimana atom yang

terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor,

atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi- reduksi

Page 5: penetapan kadar Antalgin

harus selalu berlangsung bersama dan saling mengkompersasi satu sama lain.

Istilah oksidator- reduktor mengacu kepada suatu senyawa tidak mengacu kepada

atom saja.

II.2. Uraian Bahan

1) Antalgin

NR : METHAMPTRONUM

NL : Metampiron, Antalgin

BM : 351,37

Pemerian : serbuk hablur; putih atau putih kekuningan

Penyimpanan : Dalam wadah tetrutup baik

K&P : Analgetikum, Antipiretikum

2) Aquadest

NR : AQUA DESTILLATA

NL : Air Suling

BM : 18,02

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3) Iodiun

NR : Iodium

NL : Iodium

BM : 120,91

Pemerian : Keping atau butir, mengkilat seperti logam hitam kelabu,

bau khas

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Larutan baku

Page 6: penetapan kadar Antalgin

4) KI

NR : KALII IODIUM

NL : Kalium Iodida

Pemerian : Hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna , opak

dan putih atau serbuk

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air

mendidih, larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam

gliserol P.

Penggunaan : Zat tambahan

5) HCL

NR : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

NL : Asam KloridA

Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika

diencerkan dengan 2 bagian air asap dan bau hilang.

penggunaan : HCL

6) Na2S2O3

NR : NATRII THIOSULFAS

NL : Natrium Tiosulfat

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur kasar. Dalam

udara lembab meleleh basah dalam hampa udara pada

suhu di atas 330 merapuh

Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol

(95 %) P.

Kegunaan : Larutan baku

7) NaHCO3

NR : NATRII SUNCARBONAS

NL : Natrium bikarbonat, Natrium Subkarbonat

Page 7: penetapan kadar Antalgin

Pemerian : Hablur besar tidak berwarna atau serbuk hablur kasar.

Dalam udara lembab meleh basah dalam hampa udara

pada suhu di atas 330 merapuh.

Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air , praktis tidak larut dalam

etanol (95%) P.

Penggunaan : Zat tambahan

8) HCL

NR : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

NL : Asam Klorida

Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika

diencerkan dengan dua bagian air asap dan bau hilang

Keguanaan : Zat tambahan

9) K2Cr2O7

NR : KALII BIKROMAT

NL : Kalium Bikromat

Pemerian : Zat berkristal jingga kemerahan

Kelarutan : Dalam air 5 g/ 100 ml pada suhu 00 C dan 102 g/ 100 ml

pada suhu 1000C

Kegunaan : Zat tambahan

Sampel (Zat Uji)

ANTALGIN

Komposisi : Tiap tablet mengandung 500 mg

Indikasi : Untuk menghilangkan rasa sakit, terutama kolik

Pabrik : Indofarma, Bekasi- Indonesia

Page 8: penetapan kadar Antalgin

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan yang digunakan

III.1.1 Alat yang digunakan yaitu :

1. Erlenmeyer

2. Buret

3. Stock Erlenmeyer

4. Labu ukur 100

5. Statif

6. Pipet Volume 25 ml dan 15 ml

7. Timbangan Analitik

8. Sendok tanduk

III.1.2 Bahan yang digunakan yaitu :

1. Tablet Antalgin

2. Aquadest

3. HCL 2N

4. I2

5. Larutan Kanji

6. Na2S2O3

7. Kalium bikromat

8. KI

9. NaHCO3

10. HCL pekat

III.2 Cara Kerja

III.2.1 Metode Iodometri

a) Pembakuan Na2S2O3 :

1. ditimabang saksama 300 mg kalium bikromat, dimasukkan dalam labu

ukur 100 ml.

Page 9: penetapan kadar Antalgin

2. dilarutkan dengan air, dicukupkan volumenya hingga tanda.

3. diukur 25 ml larutan, dimasukkan dalam Erlenmeyer bertutup

4. ditambahkan 0,5 g NaHCO3 serta 3 ml HCL pekat.

5. digoyangkan hingga tercampur lalu segera ditutup, dibiarkan di tempat

gelap selama 10 menit, dibilas dengan air.

6. dititrasi dengan larutana Na2S2O3 0,1 N dengan menggunakan 2 ml

indikator kanji sampai titik akhir tercapai.

b) Penetapan Kadar Antalgin :

1. ditimbang berat 20 tablet, lalu dihitung berat rata- rata per tablet

2. diserbukkan lau ditimbang saksama serbuk tablet setara dengan 200 mg

Antalgin

3. Dilarutkan dengan 25 ml air, dikocok

4. disaring secara kuantitatif ke dalam labu erkenmeyer

5. ditambahkan 5 ml HCL 2 N, kemudian ditamnahkan 25,0 ml larutan baku

I2 0,1 N

6. dibiarkan 10 menit di tempat gelap

7. dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N hingga berwarna kuning

8. ditambahkan 2 ml larutan kanji, kemudian titrasi dilanjutkan hingga titik

akhir tercapai.

III.2.2 Metode Iodometri

a) Pembakuan I2 N

1. diukur saksama 15,0 ml larutan baku Na2S2O3 0,1 N, dimasukkan dalam

labu Erlenmeyer

2. dititrasi dengan larutan I2 0,1 N yang hendak dibakukan menggunakan 2

ml indikator kanji sampai titik akhit tercapai.

b) Penetapan Kadar Antalgin

1. ditimbang berat 20 tablet, lalu dihitung berat rata-rata per tablet

2. diserbukkan, lalu ditimbang saksama setara dengan 20 mg antalgin

Page 10: penetapan kadar Antalgin

3. dilarutkan dengan 25 ml air, dikocok

4. disaring secara kuantitatif ke dalam labu Erlenmeyer, ditambahkan 2 ml

HCL 2 N

5. dititrasi dengan larutan I2 baku 0,1 N menggunakan 2 ml indikator kanji

sampai titk akhir tercapai.

Page 11: penetapan kadar Antalgin

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Hasil Percobaan

V.1.1 Metode Iodometri

Perhitungan Bobot Sampel

Berat 10 tablet = 5,9866 g

Berat rata- rata per tablet = 5,9866g

10 = 0,5986 g

Berat yang ditimbang = 200mg500mg

x 0,5986 g

= 0,2394 g

= 239,4 mg

a) Data hasil titrasi pembakuan Na2S2O3 0,1 N

No.Volume

(ml)

Pembacaan Skala Buret (ml) Volume

Titrasi (ml)Titik Awal Titik Akhir

1. 25,0 0,0 18,6 18,6 ml

2. 25,0 18,6 36,6 18 ml

3. 25,0 10 27,2 17,2 ml

V rata- rata= 17,93 ml

Perhitungan Normalitas

Cr2O72- + 14 H+ + 6e- 2Cr3+ + 7H2O

BE = 1/6 BM

= 1/6 (294,19)

= 49,03

25 ml

Berat Zat = 0,3212 g 100 ml 25 ml

25 ml

Page 12: penetapan kadar Antalgin

Berat K2Cr2O7 = 25ml

100ml x 0,3212 g

= 0,0803 g

= 80,3 mg

mgrek Na2S2O3 = mgrek K2Cr2O7

V Na2S2O3 x N Na2S2O3 = mg K2Cr2O 7BE K 2Cr 2O 7

17,93 x N Na2S2O3 = 80,3

49,03

N Na2S2O3 = 1,637717,93

N Na2S2O3 = 0,0913 N

b) Data titrasi sampel

No.Berat Zat

(g)

Pembacaan Skala Buret (ml) Volume

Titrasi (ml)Titik Awal Titik Akhir

1. 0,2371 0,0 14,4 14,4 ml

2. 0,2487 15,0 25,9 10,9 ml

3. Blanko 14,4 39,5 25,1 ml

Perhitungan Penetapan Kadar

BE antalgin = ½ BM

= ½ (391,37)

= 175, 685

1) mgrek Antalgin = mgrek Na2S2O3

mgantalginBEantalgin

= V(blanko- sampel)Na2S2O3 x N Na2S2O3

mg Antalgin = VNa2S2O3 x N Na2S2O3 x BE antalgin

= (25,1- 14,4) x 0,0913 x 175,685

= 171,628 mg

Page 13: penetapan kadar Antalgin

kadar antalgin per tablet = berat rata−rata per tabletberat yang ditimbang

x hasil perhitungan

= 0,5986 g0,2371g

x 171,628 mg

= 433,3 mg

kadar kemurnian = kadar antalgin per tablet ( praktek )kadar antalgin per tablet (etiket ) x 100 %

= 433,3mg500mg

x 100 %

= 86,66 %

2) mgrek Antalgin = mgrek Na2S2O3

mgantalginBEantalgin

= V(blanko- sampel)Na2S2O3 x N Na2S2O3

mg Antalgin = VNa2S2O3 x N Na2S2O3 x BE antalgin

= (25,1- 10,9) x 0,0913 x 175,685

= 227,768 mg

kadar antalgin per tablet = berat rata−rata per tabletberat yang ditimbang

x hasil perhitungan

= 0,5986 g0,2487 g

x 227,768 mg

= 548,2 mg

kadar kemurnian = kadar antalgin per tablet ( praktek )kadar antalgin per tablet (etiket )

x 100 %

= 548,2mg500mg

x 100 %

= 109,64 %

Jadi, kadar kemurnian rata- rata ; 86,66 %+109,64 %

2 = 98,15 %

Page 14: penetapan kadar Antalgin

V.1.2 Metode Iodimetri

Perhitungan Bobot Sampel

Berat 10 tablet = 6,3001 g

Berat rata- rata per tablet = 6,3001g

10 = 0,63 g

Berat yang ditimbang = 200mg500mg

x 0,63 g

= 0,252 g

= 252 mg

a) Data hasil titrasi pembakuan I2 0,1 N

No.Volume

(ml)

Pembacaan Skala Buret (ml) Volume

Titrasi (ml)Titik Awal Titik Akhir

1. 15,0 0,0 13,5 13,5 ml

2. 15,0 13,5 27 13,5 ml

3. 15,0 17 40,4 13,4 ml

Volume rata- rata = 13,46 ml

Perhitungan Normalitas

mgrek I2 = mgrek Na2S2O3

V I2 x N I2 = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 (hasil iodometri)

13,46 x N I2 = 15,0 x 0,0913

N I2 =1,369513,46

= 0,17017 N

b) Data titrasi sampel

No.Berat Zat

(g)

Pembacaan Skala Buret (ml) Volume

Titrasi (ml)Titik Awal Titik Akhir

1. 0,2522 0,0 7,8 7,8 ml

2. 0,2526 7,8 15,6 7,8 ml

3. 0,2533 15,6 23,4 7,8 ml

Perhitungan Penetapan Kadar

Page 15: penetapan kadar Antalgin

BE Antalgin = ½ BM

= ½ (351,37)

= 175,685

1) mgrek Antalgin = mgrek I2

mgantalginBEantalgin

= V I2 x N I2

mg Antalgin = V I2 x N I2 x BE antalgin

= 7,8 x 0,1017 x 175,685

= 139,36 mg

kadar antalgin per tablet = berat rata−rata per tabletberat yang ditimbang

x hasil perhitungan

= 0,63g

0,2522g x 139,36 mg

= 348,1 mg

kadar kemurnian = kadar antalgin per tablet ( praktek )kadar antalgin per tablet (etiket )

x 100 %

= 348,1mg500mg

x 100 %

= 69,62 %

2) mgrek Antalgin = mgrek I2

mgantalginBEantalgin

= V I2 x N I2

mg Antalgin = V I2 x N I2 x BE antalgin

= 7,8 x 0,1017 x 175,685

= 139,36 mg

kadar antalgin per tablet = berat rata−rata per tabletberat yang ditimbang

x hasil perhitungan

= 0,63g

0,2526 g x 139,36 mg

= 347,5 mg

kadar kemurnian = kadar antalgin per tablet ( praktek )kadar antalgin per tablet (etiket ) x 100 %

Page 16: penetapan kadar Antalgin

= 347,5mg500mg

x 100 %

= 69,5 %

3) mgrek Antalgin = mgrek I2

mgantalginBEantalgin

= V I2 x N I2

mg Antalgin = V I2 x N I2 x BE antalgin

= 7,8 x 0,1017 x 175,685

= 139,36 mg

kadar antalgin per tablet = berat rata−rata per tabletberat yang ditimbang

x hasil perhitungan

= 0,63g

0,2533g x 139,36 mg

= 346,6 mg

kadar kemurnian = kadar antalgin per tablet ( praktek )kadar antalgin per tablet (etiket ) x 100 %

= 346,6mg500mg

x 100 %

= 69,32 %

Jadi, kadar kemurnian rata- rata; 69,62 %+69,5 %+69,62 %

3 = 69,48%

V.2 Pembahasan

Page 17: penetapan kadar Antalgin

Iodometri merupakan cara analisis volumetric untuk zat- zat reduktor,

seperti natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan laritan baku iodine yang

secara langsung, tetapi dapat juga langsung dengan cara penambahan larutan baku

iodine berlebih, dan kelebihan larutan iodine dititrasi kembali dengan larutan baku

tiosulfat. Sedengkan iodimetri adalah cara analisa volumetric secara tidak

langsung untuk zat- zat reduktor seperti garam besi (III), tenbaga (II) dimana zat-

zat oksidator direduksi terlebih dahulu dengan I2 yang dihasilkan dalam jumlah

yang setara dititrasi kembali dengan larutan baku Na2S2O3.

Dalam praktikum iodimetri, sampel tablet antalgin ditentukan kadarnya

dengan metode titrasi secara langsung. Untuk memulai percobaan ini, mula- muka

disiapkan terlabih dahulu alat- alat yang akan digunakan. Ditimbang serbuk tablet

setara dengan 200 mg antalgin kemudian dimasukkan dalam Erlenmeyer dan

dilarutkan dengan aquadest sebanyak 25 ml, dikocok dan disaring kuantitatif ke

dalam labu erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 5 ml HCL 2 N. Penambahan ini

dimaksudkan untuk member suasana asam karena biasanya dilakukan dalam

suasana basa. Iodin bereaksi dengan hidroksida yang mula- mula membentuk ion

hipoidit. Yang kemudian membentuk ion iodat dan ion- ion ini mengoksidasi

sebagian tiosulfatmenjadi ion sulfat. Sehingga titrik kesetaraannya tidak tepat lagi.

Lalu ditambahkan beberapa tetes larutan kanji. Penambahan ini dimaksudkan

dimana iodin akan bereaksi pada permukaan beta- amilosa dari kanji yang

berwarna biru intensif. Kemudian dititrasi dengan larutan baku I2 0,1 N dimana

titik akhir ditandai dengan perubahan warna dari kuning ke biru hitam. Ketika

titran I2 berlebih maka sampel tablet antalgin akan habis bereaksi, sehingga

terbentuklah ikatan indikator kanji dengan I2 yang stabil sehingga dapat

menyebabkan perubahan warna dari bening ke biru.

Dalam praktikum iodometri, langkah awal dari percobaan ini adalah

ditimbang sampel tablet antalgin yang telah diserbukkan sebanyak 0,2394 g lalu

dimasukkan dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan 25 ml air, dikocok dan

disaring secara kuantitatif. Kemudian ditambahkan 5 ml HCL 2 N dan 25,0 ml

larutan baku I2 0,1 N. Setelah itu, dibiarkan selama 10 menit di tempat gelap.

Kemudian dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N sampai larutan berwarna

Page 18: penetapan kadar Antalgin

kuning pucat. Adapun penambahan indikator kanji harus menuggu sampai titik

akhir titrasi, agar amylum tidak membungkus iodium dan menyebabkan sangat

sukar lepas kembali. Hal ini akan berakibat warna biru sulit lenyap sehingga titik

akhir tidak kelihatan tajam lagi. Setelah penambahan indikator kanji, lalu dititrasi

kembali dengan larutan baku Na2S2O3 sampai larutan menjadi bening.

Ada pun alasan dilakukan titrasi kembali, yakni :

1. Ketika I2 masih banyak, otomatis ketika penambahan langsung dengan

indikator kanji maka akan menyebabkan ikatan yang terbentuk menjadi sukar

untuk terlepas.

2. Dengan iodium member suatu yang kompleks yang tidak dapt larut dengan

air, sehinnga kanji tidak boleh ditambahkan terlalu dini dalam titrasi.

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh % kadar antalgin

berdasarkan metode iodometri sebesar 98,15 %, sedangkan % kadar antalgin

berdasarkan metode iodimetri sebesaar 69,48 %. Namun hasil tersebut tidak

sesuai dengan literatur, dimana pada pustaka FI edisi III halaman 369 mengatakan

bahwa, “ Metampyron mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari

101,0 %.

IV.3 Reaksi

BAB VI

Page 19: penetapan kadar Antalgin

PENUTUP

VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan kadar

antalgin dalam sediaan, yaitu :

1) Dengan metode iodimetri diperoleh kadar antalgin sebanyak :

Titrasi I diperoleh kadar antalgin per tablet : 0,3481 g dan % kadar

kemurniaan: 69,62%

Titrasi II diperoleh kadar antalgin per tablet : 0,3475 g dan % kadar

kemurniaan: 69,5%

Titrasi III diperoleh kadar antalgin per tablet : 0,3466 g dan % kadar

kemurniaan: 69,32%

Jadi, kadar kemurniaan rata- rata yang diperoleh sebesar 69,48 %

2) Dengan metode iodometri diperoleh kadar antalgin sebanyak :

Titrasi I diperoleh kadar antalgin per tablet : 0,4333 g dan % kadar

kemurniaan: 86,66%

Titrasi I diperoleh kadar antalgin per tablet : 0,548 g dan % kadar

kemurniaan: 109,64%

Jadi, kadar kemurnian rata- rata yang diperoleh sebesar 98,15 %

Namun hal tersebut tidak sesuai dengan literatur, dimana pada pustaka FI

edisi III halaman 369 mengatakan bahwa, metampiron mengandung tidak kurang

dari 99,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

VI.2 Saran

Dalam praktikum ini, praktikan harus lebih berhati- hati pada zat- zat yang

berbahaya/ larutan- larutan pekat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: penetapan kadar Antalgin

Day, R.A, dan AL, Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Erlangga.

Sudaji. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Jakarta: Erlangga.

Page 21: penetapan kadar Antalgin