Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

22
Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III Minggu III PENGANTAR TEKNOLOGI BANGUNAN II (LANJUTAN) CAKUPAN ISI Dalam modul minggu ini, seperti pada minggu sebelumnya, akan dibahas hal-hal umum yang terkait dengan struktur dan konstruksi bangunan bertingkat rendah. Adapun materi pengantar teknologi bangunan ini akan dibahas berturut-turut pada tiga minggu diawal perkuliahan berturut-turut. TUJUAN PEMBELAJARAN Dari modul minggu pertama ini, mahasiswa diharapkan mengetahui dan memahami tentang pengertian umum struktur dan konstruksi bangunan bertingkat rendah. KRITERIA PENILAIAN PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati TEKNOLOGI BANGUNAN II 1

description

Teknologi Bangunan

Transcript of Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Page 1: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

Minggu III

PENGANTAR TEKNOLOGI BANGUNAN II(LANJUTAN)

CAKUPAN ISI

Dalam modul minggu ini, seperti pada minggu sebelumnya, akan dibahas hal-

hal umum yang terkait dengan struktur dan konstruksi bangunan bertingkat

rendah.

Adapun materi pengantar teknologi bangunan ini akan dibahas berturut-turut

pada tiga minggu diawal perkuliahan berturut-turut.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Dari modul minggu pertama ini, mahasiswa diharapkan mengetahui dan

memahami tentang pengertian umum struktur dan konstruksi bangunan

bertingkat rendah.

KRITERIA PENILAIAN

Mengerti dan mampu menunjukkan serta memahami tentang pengertian struktur

bangunan bertingkat rendah dengan baik dan benar.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 1

Page 2: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

METODA PENYAMPAIAN DAN PENILAIAN

Metoda penyampaian materi yang digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran seperti yang disebutkan diatas adalah:

1. Perkuliahan/ceramah

2. Diskusi

3. Visualisasi contoh-contoh

4. Kerja studio

Sedangkan metode penilaian yang digunakan adalah:

1. Tanya-jawab

2. Pemberian tugas

Adapun materi penugasan belum diberikan pada perkuliahan di minggu ini.

PERSYARATAN STRUKTUR

Untuk memenuhi fungsinya sebagai tumpuan bangunan dalam merespons

beban apapun yang mungkin dibebankan di atasnya, sebuah struktur harus

memenuhi 4 hal: struktur tersebut harus mampu mencapai keadaan setimbang,

harus stabil, harus mempunyai kekuatan yang cukup, dan kekakuan yang

cukup. Pengertian dari hal-hal di atas akan dijelaskan pada bab ini. Pengaruh

persyaratan struktur terhadap bentuk struktur yang diambil juga dibahas.

Perlakuan ini diungkapkan dalam sebuah cara, tanpa perhitungan matematik dan

definisinya diberikan bukan dalam bentuk teori fisika; hal-hal ini merupakan

ungkapan sederhana yang cukup tepat secara ilmiah untuk memberikan

pengertian akan pentingnya konsep-konsep yang berhubungan dengan

perencanaan struktur.

KESETIMBANGAN

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 2

Page 3: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

Struktur harus mampu mencapai keadaan setimbang akibat aksi beban yang

diberikan. Hal ini mensyaratkan konfigurasi internal struktur bersama juga

dengan sarana dengan apa struktur ini harus dihubungkan dengan pondasinya

berada, dalam keadaan setimbang, yang dihasilkan oleh reaksi-reaksi pada

pondasi akibat beban yang diterapkan padanya. Sebuah kereta sorong

memberi sebuah gambaran sederhana dari prinsipprinsip yang terlibat. Ketika

kereta sorong dalam keadaan diam maka kereta sorong ini berada dalam kea-

daan kesetimbangan statik. Gaya gravitasi yang dihasilkan oleh berat sendiri

dan muatannya bergerak ke bawah secara vertikal dan tepat disetimbangkan

oleh gaya reaksi pada rods dan tumpuan yang lain. Ketika sebuah gaya

horisontal diberikan terhadap kereta sorong oleh operatornya, kereta tersebut

bergerak secara horisontal dan menyebabkan kereta tidak berada dalam

keadaan kesetimbangan statik. Ini i ter adi karena gesekan antara kereta,

sorong dan tanah tidak mampu menghasilkan gaya reaksi horisontal. Kereta

sorong merupakan gabungan antara struktur dan mesin; kereta ini merupakan

sebuah struktur ketika tedadi beban gravitasi dan merupakan sebuah mesin

ketika tedadi beban horisontal.

Ada ungkapan terkenal dari seorang komentator yang ternama, bahwa

bangunan bukanlah mesinI Oleh karena itu, struktur-struktur arsitektur harus

mampu mencapai kesetimbangan akibat beban pada semua arch.

STABILITAS GEOMETRIK

Stabilitas geometrik merupakan sifat yang mempertahankan geometri pada

sebuah struktur dan memungkinkan elemen-elemennya untuk beraksi bersama-

sama menahan beban.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 3

Page 4: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

Perbedaan antara stabilitas dan kesetimbangan digambarkan oleh rangka yang

terlihat pada di bawah ini yang mampu mencapai keadaan setimbang akibat aksi

beban gravitasi. Bagaimanapun, kesetimbangan ini tidak berarti stabil karena

rangka akan runtuh jika dibebani secara, lateral.

Susunan sederhana ini menunjukkan bahwa faktor kritis, sejauh berkenaan

dengan stabilitas dari berbagai sistem yang diperhatikan, adalah efek dari

gangguan kecil yang diberikan padanya. Dalam konteksnya sebagai struktur hal

ini digambarkan dengan sangat sederhana pada, Gambar gambar di bawah ini

dengan perbandingan elemen-elemen tarik dan tekan. Jika salah satu dari

jajaran ini diganggu, elemen tarik akan ditarik kembali ke dalam garis yang

mengikuti perpindahan dari perantara gangguannya, tetapi elemen tekan,

sepenuhnya berubah ke dalam posisi baru jika jajaran awalnya yang sempurna

telah diubah. Persoalan yang mendasar dari kestabilan diperlihatkan di sini,

yaitu bahwa sistem yang stabil kembali pada keadaannya semula untuk

mengikuti gangguan kecil, tetapi sistem yang tidak stabil akan berkembang men-

jadi keadaan yang sepenuhnya baru.

Bagian-bagian struktur yang cenderung tidak stabil adalah bagian di mana

terdapat aksi gaya tekan clan pada bagian-bagian ini harus diberikan perhatian

khusus ketika stabilitas geometri dari sebuah susunan dipertimbangkan. Kolom-

kolom pada sebuah rangka segiempat sederhana adalah contohnya. Struktur

jembatan tiga dimensi pada gambar di bawah ini menggambarkan kemungkinan

lain dari sistem yang secara potensial tidak stabil. Tekan akan terjadi pada

elemen horisontal bagian atas dari rangka ini ketika sebuah obyek dengan berat

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 4

Page 5: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

tertentu melintasi j tan. Susunan akan menjadi rusak oleh ketidaks ketika beban

ini diberikan, jika pengekangan ada tidak cukup pada bagian-bagian tekannya.

dalam tekan yang akan terjadi tanpa dapat dengan derajat eksentrisitas, akan

mendorong bagian atas keluar dari jajarannya dan menye keruntuhan seluruh

struktur.

Ketidakstabilan geometri dari susunan dalam gambar di bawah ini akan jelas jika

respons terhadap beban horisontal telah dipertimbangkan. Hal ini

menggambarkan satu ratan mendasar untuk geometri yang stabil dari bagai

susunan elemen-elemen, yang harus menahan beban dari arah ortogonal (dua

arah gonal terhadap susunan bidang dua dimensi dan arah ortogonal untuk

susunan tiga dimensi). merupakan cars lain untuk mengungkapkan b sebuah

susunan harus mampu mencapai seb keadaan setimbang dalam merespons

gaya-gaya tiga arah ortogonal. Kestabilan atau ketakstabilan susunan yang

diajukan harus dapat dinilai dengan mempertimbangkan pengaruh dari

kumpulan gaya percobaan yang saling tegak lurus: jika susunan mampu

menahan semua itu maka struktur dikatakan stabil, bagaimanapun jugs pola

pembebanan akan secara aktual diberikan kepada struktur dalam kerja.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 5

Page 6: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

Sebaliknya, jika sebuah susunan tidak mampu menahan beban dari tiga arah

ortogonal, maka susunan ini akan tidak stabil sekalipun beban yang di-

rencanakan untuk ditahannya diberikan dari satu arah saja.

Pada gambar berikut, kondisi rangka kerja yang stabil. (a) Sistem dua

dimensi yang stabil jika Sistem ini mampu mencapai kesetimbangan sebagai

respon untuk beban-beban dari dua arah yang saling tegak lurus. (b)

Sistem tiga dimensi yang stabil jika Sistem ini mampu melawan beban-

beban dari tiga arah. Perhatikan bahwa pada kasus yang digambarkan ini

gaya perlawanan terhadap beban horisontal melintang dicapai dengan

membuat sambungan kaku pada ujung bentang.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 6

Page 7: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

Seringkali terjadi dalam perencanaan arsitektur bahwa sebuah geometri yang

mungkin tidak stabil harus digunakan agar persyaratan arsitektur yang lain dapat

dipenuhi. sebagai contoh, salah satu dari banyak geometri struktur yang sesuai

untuk bangunan, yaitu rangka persegi empat, adalah tidak stabil dalam bentuk

sambungan sendi sederhana, seperti yang sudah digambarkan di atas. stabilitas

dapat dicapai geometri ini dengan menggunakan sambungan kaku, yang

didapadm dengan memasukkan elemen diagonal atau dengan menggunakan

diafragma kaku yang mengisi bagian dalam dari rangka (lihat gambar berikut).

Masing-masing cara ini mempunyai kerugiannya. sambungan kaku paling sesuai

jika dilihat dari sudut pandang perencanaan ruang tetapi menjadi persoalan

secara struktural karena sambungan tersebut dapat membuat struktur menjadi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 7

Page 8: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

statis tak tentu. Elemen diagonal dan diafragma yang menahan rangka

dapat menyulitkan perencanaan ruang. Dalam susunan panel banyak,

bagaimanapun, adalah mungkin untuk menghasilkan stabilitas tanpa mena-

han setiap panel. Jajaran rangka pada gambar diatas, sebagai contoh, menjadi

stabil dengan memasukkan sebuah diagonal tunggal.

Pada rangka-rangka yang paralel satu sama lainnya susunan tiga dimensi ini

akan stabil jika beberapa panel dalam masing-masing dua arah utama disetim-

bangkan pada bidang vertikal dan rangka yang lainnya dihubungkan dengan

elemen-elemen diagonal atau diafragma pada bidang horisontal (lihat gambar

berikut). Sebuah rangka tiga dimensi dengan demikian dapat disetimbangkan

dengan menggunakan elemen-elemen diagonal atau diafragma dalam sejumlah

kecil panel dalam bidang vertikal dan horisontal. Pada susunan bertingkat

banyak, Sistem-Sistem ini harus tersedia pada setiap tingkatnya.

Tak satu pun komponen yang ditambahkan untuk menstabilkan geometri pada

rangka segiempat dalam gambar berikut memberikan sumbangan langsung

untuk menahan beban gravitasi (seperti memikul baik berat struktur itu sendiri

maupun elemen-elemen dan benda-benda yang ditumpunya). Elemen-

elemen seperti itu dinamakan elemen bracing. susunan yang tidak memerlukan

elemen-elemen bracing, salah satunya karena susunan tersebut pada dasamya

stabil atau karena kestabilannya disediakan oleh sambungan kaku, dapat

dikatakan menjadi bracing dengan sendirinya.

Kebanyakan struktur memiliki elemen-elemen bracing yang keberadaannya

sering mempengaruhi perencanaan awal dan tampilan akhir dari bangunan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 8

Page 9: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

yang ditopangnya. Persoalan kestabilan, khususnya dalam perencanaan sistem

bracing, adalah sesuatu yang mempengaruhi arsitektur bangunan.

Di tempat sebuah struktur dikenai beban-beban dari arah yang berbeda,

elemen-elemen yang sematamata digunakan untuk bracing ketika beban utama

diberikan berkali-kali berperan langsung dalam menahan beban sekunder.

Elemen-elemen diagonal dalam rangka pada Gambar diatas, sebagai contoh,

akan secara langsung menahan berbagai beban horisontal yang diterapkan,

seperti aksi dari angin. Karena struktur-struktur nyata biasanya dikenai beban-

beban dari arah yang berbeda, hal ini sangat jarang terjadi pada elemen-elemen

yang hanya digunakan sebagai bracing.

Sifat dasar gays internal pada komponen bracing bergantung pada suatu

arah di mans ketidakstabilan yang dicegahnya terjadi. Pada Gambar dibawah,

sebagai contoh, elemen diagonal akan ditempatkan pada keadaan tarik jika

rangka-rangka tersebut bergoyang ke kanan dan pada keadaan tekan jika

bergoyang ke kiri. Karena arah goyangan tak stabil tidak perkirakan pada seat

perencanaan struktur, elemen bracing tunggal harus cukupkuat untuk menahan

baik tarik maupun tekan. Tahanan tekan membutuhkan ukuran penampang

yang lebih besar dibandingkan tarik, terutama jika elemennya panjang. Hal ini

merupakan factor krisis dalam menentukan ukurannya. Normalnya lebih

ekonomis untuk memasukkan ke dua elemen diagonal dalam rangka segiempat

(cross- bracing) dibandingkan dengan sebuah elemen tunggal dan untuk

merancang keduanya sebagai elemenelemen tarik saja. Ketika suatu panel

bergoyang karena ketidakstabilannya, elemen yang dalam keadaan tekan cukup

sedikit menekuk dan seluruh pengekangan diadakan oleh diagonal tariknya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 9

Page 10: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

Adalah praktek yang biasa untuk menyediakan lebih banyak elemen-elemen

bracing dibanding kebu tuhan jumlah minimum untuk menambah ketahanan

rangka tiga dimensi terhadap beban horisontal. Rangka pada pada gambar

diatas, sebagai contoh, meskipun secara teoritis stabil, akan mendapat banyak

distorsi dalam respons terhadap beban horisontal yang diberikan secara paralel

pada sisi rangka yang panjang dari rangka ini pada bagian ujung yang

berlawanan dari bracing bidang vertikal. Sebuah beban yang diberikan secara

paralel terhadap sisi yang panjang pada ujung rangka ini akan mengakibatkan

terjadinya sejumlah distress seperti perpindahan pergerakan titik sambungan

yang tidak dapat dihindari dalam pengiriman beban ini menuju bracing bidang

vertikal di ujung lainnya. Pada prakteknya keda bentuk rangka ini lebih

memuaskan jika bracing bidang vertikal di buat pada kedua ujung rangka (lihat

gambar berikut). Perlakuan ini memberikan kekangan lebih dari yang dibu

tuhkan untuk stabilitas dan membuat struktur statis tidak menentu, tapi

mengakibatkan beban horisontal yang ditahan lebih dekat pada titik-titik di mana

beban-beban diberikan pada struktur tersebut.

(c)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 10

Page 11: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

Pertimbangan praktis lainnya dalam hubungannya dengan bracing rangka tiga

dimensi adalah panjang elemen-elemen diagonal yang digunakan. Elemen ini

akan melengkung sebagai respons terhadap beratnya sendiri dan oleh karena

itu, lebih menguntungkan untuk membuatnya sependek mungkin. Untuk alasan

ini elemen-elemen bracing Bering dibatasi pada sebuah bagian panel di mana

bracing tersebut ditempatkan. Rangka yang diperlihatkan pada Gambar berikut.

berisi perbaikan tersebut.

Kedua gambar dibawah memperlihatkan sistem bracing yang tipikal untuk

konstruksi rangka kerja tingkat banyak.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 11

Page 12: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

Salah satu susunan yang umum, di mana pelat lantai bertindak sebagai bracing

jenis diafragma pada bidang horisontal bersarna dengan bracing bidang vertikal

dari ripe diagonal, digambarkan pada Gambar berikut. Ketika metode

sambungan kaku digunakan, adalah biasa untuk menstabilkan semua panel

secara individu dengan membuat sambungansambungan kaku. Hal ini

menghilangkan kebutuhan untuk seluruh bracing bidang horisontal, meskipun

lantai-lantai secara normal beraksi untuk mendistribusikan ke seluruh struktur

yang tidak rata dalam penerapan gays horisontal. Metode sambungan kaku

adalah metode biasa yang digunakan beban-beban untuk rangka beton

bertulang, yang menerus karena pertemuan antara elemen-elemen dapat

dengan mudah dicapai; meskipun bracing diafragma jugs dapat digunakan

dalam kedua bidang vertikal dan horisontal pada tipe-tipe rangka beton bertulang

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 12

Page 13: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

tertentu.

Struktur-struktur dinding penahan beban terdapat pada dinding bagian luar dan

penyekat bagian dalam yang berperan sebagai elemen-elemen struktur verti

kal. Dinding-dinding tersebut biasanya dibuat dari bebatuan, beton bertulang

atau kayu, tetapi kombinasi material-material di atas dapat pula digunakan. Dalam

semua kasus, sambungan antara dinding dan lantai biasanya tidak mampu

menahan aksi lentur (dengan kata lain sambungan ini berlaku seperti send!) dan

hasilnya yang kurang menerus, berarti bahwa aksi rangka kaku tidak dapat

terjadi. Bracing diafragma, yang disediakan oleh dinding itu sendiri, digunakan

untuk menstabilkan struktur-struktur tersebut.

Sebuah panel dinding mempunyai stabilitas perputaran yang tinggi pada

bidangnya sendiri tetapi tidak stabil pada arah bidang luar (lihat gambar

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 13

Page 14: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

diatas); panel vertikal, oleh karena itu, harus digabung dalam pasangan-

pasangan dengan sudut yang benar terhadap panel-panel lainnya sehingga

panel tersebut Baling menumpu. Agar hal ini menjadi efektif hubungan struktural

yang disediakan dalam sambungan vertikal antara panel-panel harus mampu

menahan geser 4 . Karena struktur dinding penahan beban biasanya digunakan

untuk bangunan yang mempunyai banyak Bel, penentuan jumlah bracing

diafragma bidang vertikal dalam dua arah ortogonal biasanya menerus (Gambar

bawah). Oleh karena itu persyaratan bracing biasanya tidak memiliki pengaruh

penting pada perencanaan bagian dalam dari bangunan-bangunan jenis ini.

Kebutuhan untuk menjamin bahwa sebuah rangka struktur cukup kuat

merupakan sebuah faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan bagian

dalam bangunan. Persyaratan mendasar adalah bahwa beberapa bentuk bracing

harus dibuat dalam tiga bidang ortogonal. Jika bracing diagonal atau diafragma

digunakan pada bidang vertikal, ini harus ditampung dalam denah. Karena

bracing bidang vertikal lebih efektif ketika bracing tersebut disusun secara

simetris, baik pada bagian tengah dalam maupun sekeliling bangunan, hal ini

dapat mempengaruhi perencanaan ruang terutama pada bangunan tinggi di

mans pengaruh beban angin sangat terasa.

KEKUATAN DAN KEKAKUAN

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 14

Page 15: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

Penerapan beban pada sebuah struktur menghasilkan gaya-gaya dalam pada

elemen dan gays reaksi luar pada pondasi (lihat gambar berikut). Elemen Berta

pondasi tersebut harus mempunyai kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk

menahan beban-beban ini. Elemen dan pondasi harus tidak pecan ketika beban

maksi mum diberikan; demikian juga defleksi yang dihasilkan akibat beban

maksimum harus tidak berlebihan.

Persyaratan untuk kekuatan yang

cukup dipenuhi dengan

memastikan bahwa tingkat

tegangan yang tedadi pada

berbagai elemen dari sebuah

struktur ketika beban maksimum

diberikan, berada dalam batas yang

dapat diterima. Ini terutama

merupakan masalah menyediakan

elemen-elemen dengan ukuran

penampang yang cukup, dengan

mempertimbangkan kekuatan

bahan yang dipilih. Penentuan dari

ukuran yang diperlukan ditentukan

oleh perhitungan struktural. Begitu pula halnya dengan ketentuan kekakuan

yang memenuhi syarat.

Perhitungan struktural memungkinkan kekuatan dan kekakuan struktur dapat

dikendalikan secara tepat. Perhitungan tersebut didahului dengan sebuah

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 15

Page 16: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

beban taksiran yang akan dipikul oleh sebuah struktur. Perhitungan di atas

dianggap bisa dibagi menjadi dua bagian, yang pertama yaitu analisis struktur,

yaitu evaluasi gaya-gaya dalam yang tedadi pada elemenelemen struktur dan

kedua adalah perhitungan ukuran elemen untuk memastikan bahwa struktur

mempunyai kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk menahan gaya-gaya

dalam akibat beban-beban yang terjadi. Pada beberapa keadaan, dan selalu

untuk struktur statis tak tentu, dua set perhitungan dikerjakan bersama-sama,

tetapi bisa saja dianggap sebagai operasi yang terpisah dan dijelaskan di sini

secara terpisah.

Jika sebuah struktur mempunyai bentuk geometri yang stabil dan penampang

elemen-elemennya cukup besar, maka dapat dipastikan bahwa struktur ini

mempunyai kekuatan yang cukup, struktur ini tidak akan runtuh akibat aksi

beban-beban yang diberikan padanya. Oleh karena itu struktur ini akan aman,

tapi tidak berarti bahwa keadaan ini memuaskan (lihat gambar diatas). Struktur

ini mungkin menderita defleksi dalam jumlah yang besar di bawah aksi beban

dan deformasi yang cukup besar untuk mengakibatkan kerusakan pada

komponen-komponen bangunan yang rapuh seperti kaca jendela, atau dapat

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 16

Page 17: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

mengakibatkan bahaya bagi penghuni bangunan atau bahkan sedikit penyim-

pangan dari bentuk bangunan. Ito semua adalah suatu jenis kegagalan struktur.

Defleksi yang terjadi akibat respons terhadap pemberian beban pada struktur

bergantung pada ukuran penampang elemen-elemennya6 dan dapat dihitung

setelah dimensi elemen ditentukan. Jika ukuran yang telah ditentukan untuk

menyediakan kekuatan yang cukup akan menghasilkan defleksi yang berle-

bihan, maka ditambahkan ukuran dengan jumlah yang sesuai. Di sini

persyaratan kekakuan yang bersifat kritis dan menentukan ukuran elemen

struktur. Kekakuan dengan demikian merupakan sebuah fenomena yang secara

tidak langsung berhubungan dengan kekuatan; hal itu merupakan

permasalahan terpisah dan dibahas secara terpisah dalam perancangan

struktur.

KESIMPULAN

Dalam modul ini faktor-faktor yang mempengaruhi persyaratan dasar struktur

telah ditinjau. Telah ditunjukkan bahwa sesudah pencapaian kesetimbangan

stabil diperlihatkan temyata sebagian besar bergantung pada konfigurasi

geometric dari struktur tersebut dan dengan demikian merupakan sebuah

pertimbangan yang mempengaruhi penentuan bentuknya. Suatu bentuk stabil

hampir bisa selalu dibuat dengan kekuatan dan kekakuan yang memadai, tapi

bentuk yang dipilih mempengaruhi efisiensi. Sejauh menyangkut ketentuan

kekuatan yang memadai, togas perancang struktur jelas, setidaknya secara.

prinsip. Perancang harus menentukan melalui analisis struktur, jenis dan besar

gaya-gaya dalam yang akan terjadi pada seluruh elemen ketika beban

maksimum diberikan. Bentuk penampang dan ukurannya kemudian harus dipilih

sehingga tingkat tegangan dipertahankan dalam batas yang dapat diterima.

Setelah penampang ditentukan dengan cars ini maka kekuatan strukturnya

akan cukup kuat. Besamya defleksi yang akan terjadi di bawah beban

maksimum dapat dihitung. Jika besarnya berlebihan maka ukuran elemen

ditambah untuk menjadikan defleksinya berada dalam batas yang dapat

diterima. Cara terperinci yang digunakan untuk penentuan ukuran elemen

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 17

Page 18: Pengantar Teknologi Banggunan Iilanjutan 21

Program Studi Teknik Arsitektur I FTSP - UMB I Modul Perkuliahan 2008 I Minggu III

bergantung pada jenisjenis gaya dalam yang terjadi pada masing-masing

bagian struktur dan pada sifat bahan-bahan struktur tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

- Sugihardjo, BaE.; Gambar-Gambar Dasar Ilmu Bangunan, Bina Bangunan

- Moore, Fuller; Understanding Structures, Mc. Graw Hill

- Snyder, James, C.; Pengantar Arsitektur, Erlangga

- Jassin, Mauro Budi; Teknik Menggambar Arsitektur,

- Erick; Ilmu Konstruksi Bangunan, Kanisius

- Subarkah Imam; Konstruksi Bangunan Tidak Bertingkat

- Frick, Heinz; Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu

- Susilo, Ir, MM.; Diktat Perkuliahan Konstruksi Bangunan I, Jurusan

Arsitektur UMB.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Danto Sukmajati

TEKNOLOGI BANGUNAN II 18