Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

20
1 Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dengan Liposom terhadap Aktivitas Antiproliferasi Sel Kanker Payudara T47D Muhammad Sahlan 1 , Iskandarsyah 2 1 Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia E-mail : [email protected]/[email protected] Abstrak Tanaman sambiloto (Andrographis Paniculata Nees ) memiliki banyak manfaat dalam pengobatan, salah satunya sebagai obat antikanker. Liposom merupakan salah satu perkembangan dari sistem penghantaran obat yang telah diteliti dapat digunakan sebagai pembawa obat-obat, protein, dan zat–zat molekuler lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan obat dengan bahan dasar ekstrak herba sambiloto yang dienkapsulasi liposom dan diuji aktivitas antiproliferasinya terhadap sel kanker payudara T47D. Metode yang digunakan dalam pembuatan liposom ini adalah metode hidrasi lapis tipis. Pengecilan ukuran partikel dilakukan dengan cara ekstrusi. Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah distribusi ukuran partikel dan zeta potensial dengan alat DLS, efisiensi penjerapan dengan alat dialisis, morfologi ukuran dengan alat TEM. Uji antiproliferasi sel kanker menggunakan metode MTT. Hasil yang diperoleh pada TEM yang menggambarkan model liposom OLV dengan ukuran ±50 nm; distribusi ukuran partikel liposom sebesar 452,5 dan 43,82 nm serta zeta potensial sebesar -11,3 mV; efisiensi penjerapan sebesar 61,63 %. IC 50 dari liposom ekstrak dan larutan ekstrak berturut-turut adalah 11,997 ppm dan 27,488 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa enkapsulasi ekstrak herba sambiloto dengan liposom memberikan pengaruh terhadap aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara T47D Kata kunci: Aktivitas antiproliferasi; Ekstrak herba sambiloto; IC 50 ; Liposom; Sel kanker payudara T47D. The Effect in Encapsulation Bitter Herbs Extract (Andrographis paniculata Ness) in Liposomes Against Antiproliferative Activity of T47D Breast Cancer Cells Abstract A Sambiloto’s Plant (Andrographis paniculata Nees) has many benefits in the medicals treatment, one of them as an anticancer drug. Liposomes are one of the development of drug delivery systems that have been studied can be used as carriers of drugs, proteins, and other molecular substances. This research aims to develop drugs with a basis of extract of bitter herbs are encapsulated with liposomes for comparison their antiproliferation activity against T47D breast cancer cells. The method which used in the manufacture of liposomes is thin layer hydration method. Reduction of particle size liposomes is done by extrusion. Evaluations were performed in this study is the particle size distribution and zeta potential by DLS, entrapment efficiency by dialisis, morphology size by TEM. Antiproliferation cancer cells test using MTT method. Results obtained at the TEM depicting the model OLV liposomes with a size of about ±50 nm; liposome particle size distribution of 441 and 45.3 nm, and zeta potential of -11.3 mV; The entrapment efficiency of 61.69%. Showed IC 50 of liposomes extract and extract solution are respectively 11,997 ppm and 27,488 ppm. This result showed that the extract of bitter herbs encapsulation with liposomes give effect to the antiploriferative activity of T47D breast cancer cells. Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Transcript of Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

Page 1: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

1

Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dengan Liposom terhadap Aktivitas Antiproliferasi Sel Kanker

Payudara T47D

Muhammad Sahlan1, Iskandarsyah2

1Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

E-mail : [email protected]/[email protected]

Abstrak

Tanaman sambiloto (Andrographis Paniculata Nees ) memiliki banyak manfaat dalam pengobatan, salah satunya sebagai obat antikanker. Liposom merupakan salah satu perkembangan dari sistem penghantaran obat yang telah diteliti dapat digunakan sebagai pembawa obat-obat, protein, dan zat–zat molekuler lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan obat dengan bahan dasar ekstrak herba sambiloto yang dienkapsulasi liposom dan diuji aktivitas antiproliferasinya terhadap sel kanker payudara T47D. Metode yang digunakan dalam pembuatan liposom ini adalah metode hidrasi lapis tipis. Pengecilan ukuran partikel dilakukan dengan cara ekstrusi. Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah distribusi ukuran partikel dan zeta potensial dengan alat DLS, efisiensi penjerapan dengan alat dialisis, morfologi ukuran dengan alat TEM. Uji antiproliferasi sel kanker menggunakan metode MTT. Hasil yang diperoleh pada TEM yang menggambarkan model liposom OLV dengan ukuran ±50 nm; distribusi ukuran partikel liposom sebesar 452,5 dan 43,82 nm serta zeta potensial sebesar -11,3 mV; efisiensi penjerapan sebesar 61,63 %. IC50 dari liposom ekstrak dan larutan ekstrak berturut-turut adalah 11,997 ppm dan 27,488 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa enkapsulasi ekstrak herba sambiloto dengan liposom memberikan pengaruh terhadap aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara T47D

Kata kunci: Aktivitas antiproliferasi; Ekstrak herba sambiloto; IC50; Liposom; Sel kanker payudara T47D.

The Effect in Encapsulation Bitter Herbs Extract (Andrographis paniculata Ness) in Liposomes Against Antiproliferative Activity of T47D Breast

Cancer Cells

Abstract

A Sambiloto’s Plant (Andrographis paniculata Nees) has many benefits in the medicals treatment, one of them as an anticancer drug. Liposomes are one of the development of drug delivery systems that have been studied can be used as carriers of drugs, proteins, and other molecular substances. This research aims to develop drugs with a basis of extract of bitter herbs are encapsulated with liposomes for comparison their antiproliferation activity against T47D breast cancer cells. The method which used in the manufacture of liposomes is thin layer hydration method. Reduction of particle size liposomes is done by extrusion. Evaluations were performed in this study is the particle size distribution and zeta potential by DLS, entrapment efficiency by dialisis, morphology size by TEM. Antiproliferation cancer cells test using MTT method. Results obtained at the TEM depicting the model OLV liposomes with a size of about ±50 nm; liposome particle size distribution of 441 and 45.3 nm, and zeta potential of -11.3 mV; The entrapment efficiency of 61.69%. Showed IC50 of liposomes extract and extract solution are respectively 11,997 ppm and 27,488 ppm. This result showed that the extract of bitter herbs encapsulation with liposomes give effect to the antiploriferative activity of T47D breast cancer cells.

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 2: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

2

Keywords: Antiproliferation activity; Breast cancer cell; IC50; Liposomes; Sambiloto herbs extract. Pendahuluan

Kanker adalah istilah yang digunakan untuk penyakit dimana sel-sel abnormal

membelah tanpa kontrol dan mampu menyerang jaringan lain melalui darah dan limfa6.

Menurut data WHO tahun 2013, penyakit kanker mengalami peningkatan dari 12,7 juta kasus

tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Kanker merupakan penyebab kematian

nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular16. Berdasarkan data Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000

penduduk, atau sekitar 330.000 orang dimana salah satu jenis kanker yang paling banyak

diderita adalah kanker payudara.

Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan untuk kanker payudara. Kemoterapi

merupakan terapi yang menggunakan obat-obatan kimia untuk membunuh atau

memperlambat pertumbuhan sel kanker. Obat kimia yang digunakan untuk kemoterapi

merupakan agen yang bersifat sitotoksik sehingga dapat memberikan efek samping berupa

alopesia (kerontokan rambut), mukositis, mual dan muntah pada penderita kanker31.

Efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan kimia dapat diminimalisir dengan

penggunaan tanaman obat15. Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan untuk

pengobatan penyakit kanker adalah tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Ness).

Tanaman sambiloto memiliki beberapa kandungan senyawa kimia pada herbanya seperti

diterpen, flavonoid dan steroid33. Kandungan kimia dari ekstrak herba sambiloto yang

memiliki aktivitas antikanker adalah andrografolid yang merupakan golongan senyawa

diterpen lakton13. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Li, Zhang, Jiang, & Cheng, 2015)

menunjukkan bahwa, IC50 atau 50% konsentrasi penghambatan proliferasi dari andrografolid

terhadap sel kanker payudara T47D adalah 11,3 µM atau setara dengan 3,96 µg/ml. Hal ini

menunjukkan bahwa andrografolid merupakan kandungan zat yang sitotoksik. Pada

penelitian lain, andrografolid pada tanaman sambiloto memiliki aktivitas terhadap kanker

serviks11, payudara, leukemia4, kolon, paru-paru, melanoma, ovarium, prostat dan ginjal19.

Aktivitas antikanker dari tanaman sambiloto dapat ditingkatkan dengan menggunakan

sistem penghantaran obat tertarget, salah satunya dengan pembuatan liposom ekstrak herba

sambiloto. Liposom telah diteliti dapat digunakan sebagai pembawa obat, protein, dan zat-zat

molekuler lainnya yang larut air maupun larut lemak23. Penghantaran obat dengan liposom

mampu mengurangi risiko hilangnya obat akibat degradasi, memperpanjang waktu sirkulasi

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 3: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

3

dalam darah, dan membantu membawa kandungan aktif obat agar sampai ke sisi target yang

dituju1.

Penelitian mengenai peningkatan aktivitas dan efektifitas dari ekstrak yang dibuat

liposom telah banyak dilaporkan, salah satunya terdapat pada jurnal yang berjudul

“Assessment of Cytotoxic Properties of Safranal and Nanoliposomal Safranal In Various

Cancer Cell Lines”. Pada penelitian tersebut, ekstrak saffron yang terenkapsulasi liposom

dapat meningkatkan efek apoptosis pada sel HeLa dan MCF7 bila dibandingkan dengan

larutan ekstrak saffron yang tidak dienkapsulasi liposom21.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada penelitian ini dilakukan pembuatan

liposom ekstrak herba sambiloto untuk mengetahui pengaruh enkapsulasi liposom ekstrak

herba sambiloto terhadap aktivitas antipfoliferasinya pada sel kanker payudara T47D. Untuk

mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari enkapsulasi ekstrak dengan liposom, liposom

ekstrak dibandingkan aktivitas antiproliferasinya dengan larutan ekstrak dalam dapar fosfat

pH 7,4.

Tinjauan Teoritis

a. Kanker

Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh benjolan yang disebut tumor, dimana sel-

sel normal berubah sehingga mereka tumbuh dengan cara yang tidak terkendali melalui

proses kasrsinogenesis. Pada proses karsinogenesis ini melibatkan beberapa tahap, yaitu

tahapan inisiasi oleh agen karsinogen yang menyebabkan terjadinya mutasi gen, promosi

yang merupakan penyesuaian diri sel yang termutasi dengan lingkungannya, progresi yang

mengarah pada tingkat proliferasi sel, dan metastasis yang menyebabkan sel kanker

menyebar di jaringan lain5.

Agen karsinogen yang dapat menyebabkan mutasi pada sel normal secara garis besar

dibagi menjadi dua bagian, yaitu karsinogen endogen dan eksogen. Karsinogen eksogen

merupakan faktor dari luar yang dapat memicu terbentuknya kanker. Agen-agen karsinogen

eksogen tersebut dapat berupa agen kimia, agen fisik yang dipengaruhi radiasi, dan agen

biologi yang dipengaruhi kanker. Agen karsinogen endogen merupakan faktor dari dalam

tubuh yang dapat memicu terbentuknya kanker. Karsinogen endogen tersebut terdiri dari

faktor genetik dan hormonal5,7,17.

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 4: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

4

Jenis kanker yang digunakan pada penelitian ini adalah kanker payudara. Kanker

payudara (Carcinoma mammae) adalah kanker pada jaringan payudara dan paling sering

berasal dari lapisan dalam duktus dan lobules. Kanker yang berasal dari duktus dikenal

sebagai karsinoma duktal dan yang berasal dari lobules dikenal dengan karsinoma lobular.

Kanker payudara merupakan kanker tertua yang ditemukan didunia18. Kanker payudara

merupakan salah satu jenis kanker yang menyebabkan kematian tertinggi kedua di Indonesia.

Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Namun, berbagai riset telah

mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko pada individu tertentu

untuk terkena kanker payudara, yang meliputi faktor genetik, kelebihan hormon estrogen

endogen atau ketidakseimbangan hormon pada kanker payudara, dan faktor lingkugan seperti

pengaruh alkohol, diet tinggi lemak, kecanduan kopi, dan inveksi virus18.

b. Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)

Sambiloto yang dikenal sebagai “King of bitter” merupakan tanaman herba semusim

yang memiliki rasa yang pahit dan berasal dari Asia. Nama ilmiah sambiloto adalah

Andrographis paniculata Nees. Sambiloto memiliki beberapa sinonim, yakni Justicia

paniculata Burm. Justicia latebrosa Russ, dan Justicia stricta Lamk27,28. Masyarakat jawa

tengah dan jawa timur mengenal sambiloto dengan nama bidara, sandiroto, sadilata, takilo,

pitah, dan sambiloto.

Kandungan kimia yang terdapat dalam herba sambiloto diantaranya adalah diterpen,

flavonoid dan steroid33. Kandungan kimia utama dari tanaman sambiloto adalah diterpen

lakton yang meliputi andrografolid, deoksiandrografolid, 11,12-didehidro-14-

deoksiandrografolid, neoadrografolid, andrografisid, deoksiandrografisid, andropanosid, 14-

deoksiandrografolid, isoandrografolid, 14-deoksiandrografolid-19-β-D-glukosid,

homoandrografolid, andrografan, andrografosterin, dan stigmasterol14.

Sambiloto dapat digunakan sebagai antiinflamasi, antidiare, antifertilitas, antikanker,

antiviral, antimalarial, kardiovaskuler, immunostimulan, hepatoprotektor, dan hipoglikemik14.

c. Liposom

Liposom merupakan suatu sistem penghantaran obat tertarget yang berbentuk sferis dan

terdiri atas susuan membran lipid lapis ganda. Komponen utama dari liposom yaitu fosfolipid

yang memiliki bagian kepala hidrofilik dan bagian ekor hidrofobik sehingga dapat digunakan

sebagai pembawa untuk obat-obat yang larut air maupun obat-obat yang larut lemak. Dengan

adanya struktur tersebut, maka bagian hidrofilik akan mengarah ke fase aqueous sedangkan

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 5: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

5

bagian hidrofobik akan mengarah ke fase lipid. Ciri-ciri liposom adalah uniform, dengan

ukuran 20 nm sampai 200 nm, namun dalam aplikasi medis diperlukan ukuran yang homogen

sekitar 80 sampai 100 nm24.

[Sumber: (www.andros.com.tw, akses 4 januari 2015)]

Gambar 1. Sistem Liposom

Dengan menggunakan liposom, ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan, antara

lain9 :

a) Memfasilitasi passive targeting ke jaringan tumor (Liposomal doxorubicin).

b) Meningkatkan efikasi dan indeks terapetik.

c) Meningkatkan stabilitas melalui enkapsulasi.

d) Mengurangi toksisitas dari agen yang terenkapsulasi.

e) Menghindari efek samping.

f) Meningkatkan efek farmakokinetik

g) Meningkatkan fleksibilitas untuk berpasangan dengan sisi spesifik ligan untuk

mencapai target yang aktif.

Bahan yang digunakan sebagai penyusun liposom, yaitu fosfolipid. Fosfolipid

merupakan lipid penyusun liposom. Selain fosfolipid, lipid golongan sterol seperti kolesterol

juga berperan dalam penyusunan liposom. Fosfolipid dalam hal ini merupakan penyusun

utama liposom karena dia memiliki bagian yang hidrofilik dan hidrofobik yang berperan

penting dalam pengikatan senyawa aktif obat. Kolesterol yang digunakan berfungsi sebagai

penstabil liposom dan peningkat rigiditas dari liposom. Bahan tambahan lain yang berfungsi

sebagai penstabil liposom dan pembantu liposom dalam penargetan obat juga sering

digunakan, seperti PEG, tween, antibody monoclonal, DOTAP, DOPE.

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 6: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

6

Mekanisme pembentukkannya belum diketahui secara pasti. Ada dua teori yang

mencoba untuk menjelaskan mekanisme pembentukkan liposom, yaitu “Budding Off” dan

model “Bilayer Fosfolipid Fragment”3. Pada “Budding Off Model” menjelaskan tentang

pembentukkan liposom yang dipengaruhi oleh tekanan, sedangkan pada “Bilayer Fosfolipid

Fragment” menjelaskan bahwa pembentukkan liposom didasarkan pada ketidakstabilan

termodinamik.

Menurut (Dua et al., 2012), liposom dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok

berdasarkan parameter struktural, metode preparasi, dan komposisi.

a) Klasifikasi liposom berdasarkan parameter struktural

Menurut (Samad, Sultana, & Aqil, 2007), berdasarkan parameter struktural liposom,

liposom dapat diklasifikasikan menjadi:

Tabel 1. Klasifikasi liposom berdasarkan parameter struktural

Klasifikasi Liposom Berdasarkan Parameter Struktural

MLV Multilamellar

Vesicle

(>0,5 µm) dan

5-25 lapisan

lipid.

OLV

Oligolamelar

Vesicle

(0,1-1 µm) dan

1-5 lapisan

lipid.

ULV (Unilamelar Vesicle) MLV

Multilamelar

Vesicle

(> 1 µm) dan banyak lapisan lipid

SUV

Small

Unilamelar

Vesicle

(0,02 – 0,1

µm) dan 1

lapisan lipid.

LUV

Large

Unilamelar

Vesicle

(> 0,1 µm)

dan 1

lapisan lipid

GUV

Giant

Unilamelar

Vesicle

(> 1 µm)

dan 1

lapisan lipid.

b) Klasifikasi liposom berdasarkan metode preparasi

Menurut (Samad, Sultana, & Aqil, 2007) , berdasarkan metode preparasinya,

vesikel dari liposom terbentuk berdasarkan metode-metode berikut, seperti:

1. DRV (dehydration-redehydration method)

2. REV (reverse phase evaporation method)

3. MLV-REV ( Multi lamellar vesicle made by reverse phase evaporation

method)

4. VET (Vesicle Prepared Extrusion technique)

5. FATMLV (Frozen and Thawed multi lamellar vesicle)

6. SPLV (Stable Pluri Lamellar vesicle)

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 7: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

7

c) Klasifikasi liposom berdasarkan komposisi

Menurut (Dua et al., 2012), berdasarkan komposisi dan kharakter sistem penghantaran

obat, liposom dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Liposom konvensional

2. Liposom sirkulasi panjang (Long Circulating Liposomes)

3. Imunoliposom

4. Liposom magnetik

5. Liposom Kationik

6. Liposom sensitif pH dan sensitif suhu

Dalam preparasi liposom, ada dua metode yang digunakan, yaitu pemuatan pasif dan

pemuatan aktif 9 :

Gambar 2. Skema metode preparasi liposom

Metode pemuatan pasif merupakan metode yang paling sederhana dan paling banyak

digunakan diantara metode dispersi mekanik lain. Bahan aktif dimasukkan sebelum atau saat

produksi liposom. Pada metode pemuatan aktif, molekul obat dimasukkan dalam pre-formed

liposom menggunakan gradien pH dan perbedaan potensial pada membran liposom. Bahan

Metode preparasi liposom

Pemuatan Aktif Pemuatan pasif

Metode disperse mekanik Metode disperse pelarut Metode pemurnian

a). Sonication

b). French pressure cell :

extrusion

c). Lipid film hydration by hand

shaking, non-hand shaking or

freeze drying

d). Micro-emulsification

e). Membrane extrusion.

f). Freeze-thawed liposomes

g). Dried reconstituted vesicles

a). Ether injection method

b). Ethanol injection method

c). Reverse phase evaporation

a) Dialisis

b) Filtrasi Gel

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 8: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

8

aktif tertentu dengan gugus yang dapat diionisasi dan senyawa larut minyak dan air

dimasukkan ke dalam liposom setelah pembentukan vesikel utuh. Beberapa asam atau basa

lemah dapat ditransportasikan melewati membran akibat beberapa gradien transmembran,

seperti gradien elektrikal, ionik (pH), atau garam spesifik (potensi kimia). Perbedaan

konsentrasi pada proton di membran liposom membuat molekul amfipatik dapat dimasukkan

ke dalam liposom36.

Keuntungan metode pemuatan aktif dibanding metode pemuatan pasif :

a. Menghindari senyawa aktif biologi selama tahap preparasi saat dispersi, sehingga

mengurangi bahaya keamanan.

b. Enkapsulasi memiliki efisiensi dan kapasitas yang tinggi

c. Mengurangi kehilangan obat akibat difusi atau degradasi obat selama penyimpanan

d. Mengurangi kebocoran bahan yang telah dienkapsulasi

e. Fleksibilitas penggunaan lipid konstitutif, karena obat dimasukkan setelah

pembentukan beberapa unit pembawa

Liposom yang telah sampai ke target akan melepaskan substansi obat yang dibawanya.

Pelepasan substansi obat dari matriks liposom dapat berupa fusi maupun endositosis32.

Liposom merupakan sebuah suspensi koloid sehingga kestabilan liposom merupakan

kestabilan koloid. Koloid dikatakan stabil apabila tidak mudah berkoagulasi dan mengalami

sedimentasi.

Kestabilan koloid secara garis besar terbagi menjadi dua bagian, yaitu kestabilan ionik

dan kestabilan sterik. Kestabilan ionik merupakan kestabilan yang dapat dicapai dengan

melengkapi partikel-partikel terdispers dengan suatu muatan listrik sedangkan kestabilan

sterik merupakan kestabilan yang dapat dicapai dengan melindungi sekeliling tiap partikel

dengan selimut pelarut pelindung yang mencegah saling melekatnya partikel bila partikel-

pertikel tersebut bertumbukan karena adanya gerak Brown. Kestabilan koloid ini telah

dijelaskan dalam teori DLVO, dimana gaya pada partikel-partikel koloid dalam suatu dispersi

adalah karena tolak menolak elektrostatik dan Tarik menarik van der Walls tipe London25.

d. Evaluasi liposom

Evaluasi bentuk morfologi baik itu dari segi ukuran dan bentuknya, maka digunakan

Transmission Electron Microscope (TEM) untuk mengukur ketebalan yang terbentuk karena

analisisnya merupakan analisis tiga dimensi3.

Distribusi ukuran partikel dan zeta potensial liposom diukur dengan menggunakan DLS

(Dynamic Ligth Scattering). Mekanismenya dalam metode laser light scattering adalah

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 9: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

9

difraksi cahaya, difusi cahaya, atau keduanya. Metode ini sangat sederhana dan sangat

efisien.

Evaluasi daya jerap obat dilakukan dengan menghitung zat aktif yang telah terdialisis.

Dialisis merupakan cara yang dilakukan untuk membersihkan ekstrak herba sambiloto yang

tidak terjerap oleh liposom. Daya jerap ekstrak herba sambiloto oleh liposom diukur dengan

membandingkan konsentrasi ekstrak herba sambiloto yang terjerap dengan konsentrasi

ekstrak herba sambiloto total.

e. Uji Sitotoksik

Pengembangan obat baru untuk penyakit kanker diawali dengan uji in vitro dan uji in

vivo. Pengujian secara in vitro dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis sel

kanker, salah satunya dengan sel kanker payudara T47D, sedangkan pengujian secara in vivo

dilakukan dengan menggunakan model tumor pada hewan. Pengujian sitotoksik secara in

vitro dapat digunakan sebagai penapisan awal untuk mendeteksi senyawa-senyawa yang

bersifat sitotoksik10.

Salah satu uji sitotoksik terhadap sel kanker yang paling mudah dilakukan adalah

menggunakan metode MTT assay2,8 (Alley et al., 1998; Doyle & Graffiths, 2000). Selain

mudah, uji MTT juga merupakan uji yang cepat, sensitif, kuantitatif, dan terpercaya34. MTT

adalah (3-(4,5-dimetiltiazolil-2)-2,5-difenil-tetrazolium bromide). Pengujian sitotoksik

dengan menggunakan metode MTT bertujuan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik ekstrak

melalui pengamatan proliferasi dan viabilitas sel. Prinsip uji MTT adalah reduksi selular

garam tetrazolium MTT membentuk formazan berwarna ungu oleh enzim suksinat

dehydrogenase dari mitokondria sel hidup yang dapat diukur secara spektrofotometri pada

panjang gelombang 570 nm. Semakin berwarna ungu menunjukkan semakin banyak sel yang

hidup, karena mitokondria akan menyerap MTT sehingga sel-sel tersebut akan berwarna biru

akibat terbentuknya Kristal tetrazolium (formazan)34.

Sel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai pengujian in vitro adalah sel kanker

payudara T47D. Sel T47D merupakan continuous cell line yang diisolasi dari jaringan tumor

duktal payudara seorang wanita34. Continuous cell line sering dipakai dalam penelitian

kanker in vitro karena mudah penanganannya, memiliki kemampuan replikasi yang tidak

terbatas, homogenitas yang tinggi serta mudah diganti dengan frozen stock jika terjadi

kontaminasi.

Pada uji sitotoksik menggunakan sel kanker, hambatan proliferasi sel dinyatakan dalam

IC50 (Inhibitory Concentration)8. Nilai IC50 adalah nilai respon yang pada konsentrasi

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 10: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

10

tertentu menimbulkan hambatan prosliferasi sel sebesar 50% dari populasi sel yang sama

dalam waktu yang spesifik dan kondisi percobaan yang sesuai. Semakin kecil harga IC50

maka senyawa tersebut semakin toksik, begitu pula sebaliknya.

Metode penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2015 di Laboratorium

Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Tahapan awal penelitian ini adalah

pembuatan liposom ekstrak herba sambiloto dengan metode hidrasi lapis tipis. Pembuatan

liposom ekstrak herba sambiloto dengan metode ini dilakukan dengan proses yang steril agar

tidak mempengaruhi hasil pengamatan IC50. Metode hidrasi lapis tipis ini dilakukan dengan

cara mencampurkan ekstrak herba sambiloto bersama dengan fosfatidilkolin kedelai dan

kolesterol sesuai jumlah yang tertera pada formula untuk dilarutkan kedalam 20 ml

diklorometan. Larutan diklorometan kemudian dievaporasi menggunakan alat rotary

evaporator dengan suhu ± 50°C, kecepatan 100 rpm, dan kondisi vakum selama 1 jam.

Lapisan tipis yang sudah terbentuk kemudian dialiri gas nitrogen, dan didiamkan selama 24

jam. Setelah 24 jam didiamkan, lapis tipis di dalam labu evaporator tersebut dihidrasi dengan

50 ml larutan dapar pH 7,4 pada suhu 45°C sambil dikupas dengan gelas beads hingga

terbentuk

suspensi yang

homogen.

Tabel 3.

Formulasi

sediaan

Bahan Formulasi

F1 F2 F3 F4

Ekstak (mg) 40 60 80 100

Fosfatidilkolin (mg) 500 500 500 500

Kolesterol (mg) 50 50 50 50

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 11: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

11

Liposom ektrak herba sambiloto yang telah dibuat, dikecilkan ukurannya dengan

menggunakan metode ekstrusi, metode ini dilakukan dengan memasukkan liposom ekstrak ke

dalam syiringe dan melewatkannya pada membran polikarbonat yang dipasngkan pada alat

ekstruder dengan ukuran 0,4 µm dan 0,1 µm. pengecilan ukuran partikel ini dilakukan dengan

menempatkan alat ekstruder di atas hot plate pada suhu ± 45°C.

Liposom yang telah dikecilkan ukurannya selanjutnya dievaluasi. Evaluasi yang

dilakukan meliputi karakterisasi liposom untuk mengukur karakteristik fisik dan ukuran

globul liposom menggunakan alat Transmission Electron Microscopy (TEM) yang dilakukan

di balai besar paska panen bogor, distribusi ukuran partikel dan zeta potensial dengan alat

Dynamic Ligth Scattering (DLS) yang dilakukan di DKSH, dan pengukuran efisiensi

penjerapan dengan menggunakan alat dialisis.

Sebelum melakukan pengukuran efisiensi penjerapan, terlebih dulu dilakukan

penetapan kadar. Penetapan kadar berfungsi untuk menentukan jumlah kadar ekstrak yang

terenkapsulasi pada liposom. Penetapan kadar dilakukan terhadap liposom ekstrak dan

larutan ekstrak dalam dapar fosfat pH 7,4. Penetapan kadar ini dilakukan dengan alat

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan kondisi fase gerak methanol-air (70 : 30),

kecepatan alir 1 ml/menit, dengan menggunakan kolom Shimidzu C18.

Efisiensi penjerapan dilakukan dengan menggunakan metode dialisis. Metode ini

digunakan untuk memisahkan komponen liposom ekstrak dan ekstrak yang tidak terjerap

oleh liposom. Liposom ekstrak yang telah terpisahkan melalui proses dialisis dalam waktu 38

jam dengan menggunakan membran selofan, diukur efisiensi penjerapannya dengan

menggunakan alat kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

Bagian terakhir dari penelitian ini adalah analisis pengaruh liposom ekstrak herba

sambiloto terhadap aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara T47D. Uji sitotoksisitas ini

dilakukan dengan menggunakan metode MTT di LAPTIAB kawasan Puspitek BPPT,

Serpong.

Uji sitotoksisitas dilakukan dengan menggunakan dua sampel yang telah diukur

kadarnya, yaitu sampel liposom ekstrak dan larutan ekstrak dalam buffer fosfat pH 7,4 untuk

membandingkan sifat poten dari kedua sampel terhadap sel kanker payudara T47D. Kedua

sampel larutan tersebut dibuatkan pengenceran dengan enam konsentrasi larutan. Dari

keenam konsentrasi tersebut selanjutnya di uji triplo terhadap sel kanker payudara T47D

dengan kepadatan sel 5 x 104 sel/ml menggunakan metode MTT.

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 12: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

12

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil yang diperoleh pada pembuatan liposom dari keempat formula menunjukkan

bahwa, formulasi liposom F1 yang paling stabil diantara formulasi liposom F2, F3, dan F4.

Hasil ini diliat berdasarkan pembantukkan agregat yang cepat dari partikel koloid liposom.

Formula F1 dikatakan lebih stabil karena waktu pembentukkan agregat lebih lama

dibandingkan formula F2-F4. Meskipun F1 lebih stabil dibandingakan dengan formulasi

liposom F2, F3, dan F4, namun pengendapan yang terjadi pada formula F1 masih tergolong

cepat karena agregasi terjadi dalam waktu ± 4 jam 30 menit waktu penyimpanan.

Penambahan surfaktan dilakukan agar partikel koloid dari liposom menjadi lama

beragregasi dan lebih stabil26. Surfaktan yang dipilih untuk ditambahkan dalam formulasi

adalah Tween 80. Tween 80 dipilih karena memiliki viskositas yang kecil, saponifikasi yang

kecil, merupakan surfaktan nonionik, dan memiliki LD50 yang besar sehingga tidak

mempengaruhi hasil pengamatan IC5029. Kestabilan yang ditunjukkan oleh tween 80

merupakan kestabilan sterik karena tween tidak memberikan muatan pada partikel koloid

namun hanya melapisi permukaan partikel koloid liposom untuk mengurangi gaya van der

walls yang akan menyebabkan antara partikel terjadi gaya tarik menarik dan menyatu satu

sama lain. Gaya van der walls dari partikel tersebut dapat dipicu dengan adanya gerak brown

dari partikel koloid yang dapat menyebabkan terjadinya tumbukan antara partikel. Oleh

karena itu, Liposom yang dipakai dan dilakukan uji lebih lanjut adalah liposom yang telah

ditambahkan tween 80 karena tween 80 menyebabkan liposom menjadi lebih stabil dengan

waktu pengendapan yang lebih lama, yaitu lebih dari tiga minggu.

Berdasarkan hasil evaluasi morfologi dengan menggunakan TEM, maka diperoleh hasil

liposom ekstrak herba sambiloto steril dengan dua lapis lamela.

ba

50nm 50nm

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 13: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

13

Gambar 3. Hasil pengamatan TEM liposom ekstrak herba sambiloto dengan perbesaran

135.000x. (a) dengan staining, (b) tanpa staining.

Liposom jenis ini digolongkan kedalam liposom OLV (Oligolamelar Vesikel) karena

memiliki dua lapis lamella dan distribusi ukuran liposom yang kecil, yaitu ±0,1-1 µm.

Distribusi ukuran liposom yang terbentuk dapat dilihat dari hasil pengamatan distribusi

ukuran partikel dengan menggunakan DLS (Dynamic Light Scattering).

Tabel 4. Data hasil pengukuran Distribusi ukuran partikel berdasarkan distribusi volume

Distribusi Ukuran Partikel Dv 90%

(nm)

Zeta

potensial

(mV) Sampel Peak 1 Peak 2

nm % Vol nm %Vol

Liposom tanpa Tween

Liposom dengan Tween

732,7

452,5

425,2

97,27

133,2

43,82

14,1

6,2

3370

567

-5,97

-11.3

Dari hasil distribusi ukuran partikelnya, liposom dengan tween menunjukkan distribusi

ukuran yang terkecil, sedangkan liposom tanpa tween menunjukkan distribusi ukuran partikel

yang lebih besar. Hal ini kemungkinan disebabkan karena dengan penambahan tween 80,

suspensi koloid liposom menjadi semakin stabil.

Ukuran yang besar dari liposom tanpa tween yang diperoleh pada pengukuran dengan

DLS kemungkinan disebabkan karena pada saat pembacaan sampel oleh alat, telah terjadi

pembentukkan agregat partikel menjadi semakin besar. Partikel kecil yang terbentuk

cenderung tidak stabil karena dengan adanya gerak brown dan luas permukaan partikel yang

besar memungkinkan partikel kecil tersebut bergerak dengan cepat dan terjadi tumbukan

antara partikel sehingga menyebabkan partikel membentuk agregat menjadi partikel yang

lebih besar22.

Keberagaman ukuran dalam satu formulasi liposom dengan tween kemungkinan

disebabkan oleh kemampuan dari liposom yang deformable dengan penambahan tween 80,

sehingga partikel liposom pada saat diesktrusi ada yang mengalami pengecilan ukuran dan

ada juga yang kembali ke bentuk semula setelah melewati membran karena sifatnya yang

deformable.

Peak yang besar pada liposom dengan menggunakan tween menggambarkan ukuran

sebesar 452,5 nm, sedangkan peak kedua menggambarkan ukuran sebesar 43,82 nm. Peak

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 14: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

14

pertama dengan ukuran 452,5 nm memiliki % volume sebesar 97,27 % karena pada ukuran

partikel tersebut volume liposom besar dengan jari-jari liposom yang besar. Begitupula

sebaliknya, pada peak kedua dengan ukuran 43,82 nm memiliki % volume sebesar 6,2% yang

berarti akan menghasilkan peak yang lebih kecil dari peak yang sebelumnya. Pada 10%

distribusi volume, terdapat ukuran partikel liposom yang berkisar ≤ 39,0 nm sedangkan pada

90% distribusi volume liposom ekstrak menggambarkan bahwa 90% partikel liposom

ekstrak herba sambiloto memiliki ukuran yang berkisar ≤ 567 nm.

Liposom ekstrak herba sambiloto bila ditinjau dari segi ukurannya dapat dengan mudah

berpenetrasi ke dalam sel kanker karena dengan adanya efek EPR dari sel kanker yang

meningkatkan permeabilitas dari membran sel kanker sehingga partikel liposom yang

berukuran >200 nm dapat dengan mudah menembus membran sel kanker. Pada hasil

pengukuran distribusi ukuran partikel masih terdapat beberapa partikel yang ukurannya >200

nm yang dapat memicu pengenalan oleh makrofag sebagai sel asing dan memicu terjadinya

fagositosis. Fagositosis dapat terjadi apabila partikel liposom yang dibuat berada pada kisaran

ukuran 0,1-7 µm, bersifat hidrofilik, dan muatan dari partikel yang negatif12. Liposom ekstrak

herba sambiloto dapat tidak dikenali untuk difagositosis dan bekerja sinergis dengan efek

EPR yang diberikan sel kanker karena bersifat hidrofil yang diberikan oleh fase hidrofil dari

tween, muatannya sedikit hampir netral yang ditunjukkan dengan zeta potensial mendekati

titik isoelektrik yaitu titik nol, dan adanya ukuran partikel yang <100 nm12.

Hasil dari zeta potensial antara liposom yang diberikan tween dengan yang tidak

diberikan tween mengalami perbedaan. Nilai zeta potensial yang negatif diperoleh karena

pengaruh pH dari larutan dapar fosfat yaitu pH 7,422.

Tween sendiri merupakan surfaktan nonionik dimana seharusnya tidak memberikan

muatan. Namun pada hasil percobaan ini, dengan penambahan tween terjadi penurunan nilai

zeta potensial menjadi sedikit lebih negatif namun tidak begitu signifikan karena fungsi dari

tween itu sendiri pada penstabilan liposom adalah sebagai koloid pelindung bukan sebagai

penambah muatan25. Zeta potensial yang menjadi sedikit lebih negatif tersebut kemungkinan

disebabkan karena semakin berkurangnya gaya tarik menarik antar partikel yang disebabkan

oleh penambahan tween22. Dari hasil zeta potensial didapatkan bahwa liposom yang

diberikan tween ternyata lebih stabil bila dibandingkan dengan liposom yang tidak

ditambahkan tween.

Kemampuan liposom untuk menjerap ekstrak herba sambiloto dapat dinilai berdasarkan

efisiensi penjerapan liposom. Efisiensi penjerapan dari liposom yang diperoleh adalah

sebesar 61,69%. Nilai efisiensi penjerapan tersebut diperoleh dengan menghitung kadar

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 15: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

15

liposom ekstrak herba sambiloto dan membandingkannya dengan kadar ekstrak yang terjerap

oleh liposom. Kadar ekstrak yang terjerap liposom diperoleh dari hasil pemisahan ekstrak

yang terjerap liposom dengan ekstrak yang tidak terjerap liposom dengan proses dialisis.

Kadar liposom total yang diperoleh adalah sebesar 71,22% dan kadar ekstrak yang dilarutkan

dalam dapar fosfat pH 7,4 adalah sebesar 77,16%.

Dengan menggunakan kadar liposom ekstrak herba sambiloto dan kadar larutan ekstrak

dalam dapar fosfat pH 7,4, maka dibuat enam konsentrasi berbeda untuk diuji

sitotoksisitasnya dengan menggunakan metode MTT terhadap sel kanker payudara T47D.

hasil dari uji sitotoksik tersebut adalah diperolehnya IC50 liposom ekstrak herba sambiloto

dan larutan ekstrak herba sambiloto dalam dapat fosfat pH 7,4.

Tabel 5. Data IC50 ekstrak herba sambiloto

Sampel Konsentrasi

(µg/ml)

Log

Konsentrasi

(µg/ml)

%

Penghambatan

proliferasi

(%)

Probit IC50

berdasarkan

probit

(µg/ml)

Ekstrak

herba

sambiloto

dalam

dapar

3,8892 0,6847 32,206 4,53 11,997

12,9642 1,2076 50,27 5,00

25,9285 1,5086 57,519 5,40

129,6429 2,2077 91,904 6,41

259,2858 2,5087 96,168 6,75

518,5716 2,8098 99,496 7,33

Liposom

ekstrak

herba

sambiloto

4,3805 0,7713 -0,374 0 27,488

14,6017 1,2942 36,471 4,64

29,2034 1,5952 54,982 5,13

146,0170 2,2942 90,587 6,34

292,0340 2,5952 96,849 6,88

467,2544 2,7993 94,407 6,55

Pada hasil uji sitotoksisitas dari larutan ekstrak herba sambiloto dalam dapar fosfat pH

7,4 menyatakan bahwa IC50 dari ekstrak adalah sebesar 11,997 µg/ml. Hasil ini bila

dikonversikan dengan kadar andrografolid dalam ekstrak untuk mengetahui IC50 dari ekstrak,

maka diperoleh hasil IC50 sebesar 3,5991 µg/ml. IC50 hasil ini menunjukkan kasil yang lebih

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 16: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

16

kecil dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Li, Zhang, Jiang, & Cheng,

2015) yaitu sebesar 3,96 µg/ml. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena cara ekstraksi

yang dilakukan dari tanaman sambiloto berbeda, sumber tanaman yang berbeda, dan kadar

andrografolid tanaman yang berbeda. Tanaman yang dapat tumbuh baik di lingkungan yang

sesuai akan mempunyai kandungan ekstrak yang lebih banyak. Cara ekstraksi dan pelarut

yang digunakan juga mempengaruhi kadar yang diperoleh. Hasil IC50 dari andrografolid ini

hanya merupakan perbandingan untuk membedakan IC50 yang diperoleh dari penelitian dan

IC50 Andrografolid yang sudah pernah dilakukan sebelumnya karena pada penelitian ini

memfokuskan pada IC50 pada ekstrak herba sambiloto.

Pada hasil uji sitotoksisitas dari liposom ekstrak herba sambiloto menunjukkan IC50

yang lebih besar dibandingkan dengan IC50 dari larutan ekstrak herba sambiloto dalam dapar

fosfat pH 7,4, yaitu masing-masing sebesar 27,488 µg/ml dan 11,997 µg/ml. Perbedaan

tersebut menunjukkan adanya pengaruh dari liposom ekstrak herba sambiloto. Nilai IC50 dari

larutan ekstrak bisa lebih kecil karena ekstrak langsung berinteraksi dengan sel kanker

sehingga dalam waktu yang singkat dapat langsung menyebabkan penghambatan terhadap sel

kanker. Sedangkan nilai IC50 dari liposom ekstrak bisa lebih besar karena waktu yang

dibutuhkan untuk inkubasi terlalu singkat, sehingga kadar ekstrak yang dilepaskan oleh

liposom belum sepenuhnya keluar dari liposom. Mengingat efisiensi penjerapan dari liposom

adalah sebesar 61,69%, maka masih ada ekstrak yang belum keluar dari enkapsulasinya

sebesar 61,69%. Hasil ini dapat diliat dari tabel yang menunjukkan bahwa pada konsentrasi 4

ppm liposom ekstrak herba sambiloto yang belum menunjukkan adanya penghambatan

proliferasi sel kanker, sedangkan pada konsentrasi yang hampir sama dengan liposom ekstrak

yaitu 3 ppm dari ekstrak yang dilarutkan dalam dapar, sudah menunjukkan adanya

penghambatan proliferasi sel kanker sebesar 32%. Liposom ekstrak herba sambiloto memulai

penghambatan proliferasinya pada konsentrasi sekitar 15 ppm dengan %PP sebesar 36,47%.

Pada konsentrasi yang hampir sama, larutan ekstrak dalam dapar sudah menunjukkan %PP

sebesar 50,27%. %PP yang hampir sama antara kedua sampel baik liposom ekstrak ataupun

ekstrak dalam dapar dimulai pada konsentrasi sekitar 26 ppm, yaitu secara berturut-turut

sebesar 54,98% dan 57,19%.

Kemungkinan yang terjadi bila waktu inkubasi diperpanjang adalah liposom ekstrak

herba sambiloto akan memiliki nilai IC50 yang lebih kecil karena semua ekstrak sudah lepas

dari enkapsulasinya. Ekstrak yang keluar dari enkapsulasi liposom kemungkinan memiliki

kadar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan larutan ekstrak pada dapar fosfat pH 7,4

karena ekstrak yang dienkapsulasi liposom dapat dipertahankan jumlahnya dari degradasi

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 17: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

17

atau eliminasi pada saat interaksi dengan membran sel kanker, sehingga bila diberikan waktu

yang cukup untuk melepaskan ekstrak dari enkapsulasi, kemungkinan nilai IC50 dari liposom

akan lebih kecil dibandingkan dengan nilai IC50 larutan ekstrak dalam dapar fosfat pH 7,4.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Formulasi liposom yang digunakan untuk pengujian IC50 adalah formulasi F1

karena lebih stabil dibandingkan dengan formulasi F2-F4. Formulasi liposom

ekstrak herba sambiloto F1 merupakan jenis liposom OLV (Oligolamelar

Vesikel) karena memiliki distribusi ukuran partikel sebesar 0,1-1 µm dan dua

lapis lamela.

b. Enkapsulasi liposom ekstrak herba sambiloto memberikan pengaruh terhadap

antiproliferasi sel kanker T47D dengan nilai IC50 liposom ekstrak herba

sambiloto yang lebih besar dibandingkan dengan IC50 larutan ekstrak pada dapar

fosfat pH 7,4, yaitu masing-masing sebesar 27,488 µg/ml dan 11,997 µg/ml.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui stabilitas liposom ekstrak herba

sambiloto terhadap suhu, penyimpanan, dan pH. Selain itu, perlu juga dilakukan uji sterilitas

sediaan untuk memastikan bahwa tidak ada bakteri yang mempengaruhi aktivitas ekstrak

herba sambiloto terhadap sel kanker. Uji sitotoksisitas liposom ekstrak herba sambiloto

terhadap aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara T47D dengan waktu inkubasi yang

lebih lama juga perlu dilakukan untuk lebih mengetahui aktivitas maksimum dari liposom

ekstrak herba sambiloto terhadap sel kanker.

Daftar Referensi

1. Akbarzadeh, A., Rezaei-Sadabady, R., Davaran, S., Joo, S. W., Zarghami, N.,

Hanifehpour, Y., et al. (2013). Liposome : classification, preparation, and application.

Nanoscale research latters, 8, 102, 1-9.

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 18: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

18

2. Alley, M. C, Scudiero, D. A., Monks, A., Hursey, M. L., Czerwinski, M. J., Fine, D. L, et

al. (1998). Fleksibility of Drug Screening with Panel of Human Tumor cell Lines Using a

Microculture Tertazolium assay. Cancer Research, 48, 589-601.

3. Barenholz, Y., & Crommelin, D. J. (1994). Liposomes as Pharmaceutical Dossage

Forms. Dalam J. Swarbrick, & J. C. Boyland, Encyclopedia of Pharmaceutical

Technology (Third ed., Volume 9). New York: Marcel Dekker.

4. Cheung, H. Y., Cheung, S.H., Li, J., Cheung, C.S., Lai, W.P., Fong, W.F., et al. (2005).

Andrographolide Isolated from Andrographis paniculata Induces Cell Cycle Arrest and

Mitochondrial-Mediated Apoptosis in Human Leuchemic HL-60 Cells. Planta Med, 71,

12, 1106-11.

5. Baba, A. I. & Câtoi, C. (2007). Comparative Oncology. Bucharest: The Publishing

House of the Romanian Academy. ISBN-10: 973-27-1457-3. ISBN-13: 978-073-27-

1457-7. 29 juni, 2015.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9552/__NBK9552_dtls__/

6. Darmais. (2009). Pasien dan Informasi Kanker. Darmais Hospital National Cancer

Center: http://www.dharmais.co.id/index.php/what-is-cancer-id.html. [Akses 3 Januari

2015]

7. Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey, L. M.

(2008). Pharmacotherapy a Phatophisiologic Approach. (7th Ed). USA. The McGraw-

Hill Companies.

8. Doyle, A. & Griffiths, J.B. (2000). Cell and Tissue Culture for Medicinas Research.

London: Jhon Whiley & Sons, LTD. 406-409.

9. Dua, J.S., Rana Prof. A. C., Bhandari Dr. A. K. (2012). Liposome : Method Of

Preparation And Applications. International Journal of Pharmaceutical Studies and

Research. 3(2), 14-20

10. Harahap, Y., Syahfan,N. F., & Karsono B. (2007). Uji Toksisitas Sediaan Jadi Daging

Buah Mahkota Dewa (phaleria macrocarpa [Shceff.] Boerl) Terhadap sel MCF-7

Secara In Vitro. Depok: Jurnal Ilmiah Bahan Alam. 6(2), 55-59.

11. Harjotaruno, S., Widyawaruyanti, A., Sismindari, Zaini, N., C. (2007). Apoptosis

Inducing Effect of Andrographolide ON TD-47 Human Breast Cancer Cell Line. African

Journal of Traditional, Complementary and Alternative Medicines 4,3, 345-351.

12. Hillery, A. M., Lloyd, A. W., Swarbrick, J. (2001). Drug Delivery And Targeting.

London : Taylor & Fancis.

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 19: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

19

13. Jada, S.R., Subur, G.S., Matthews, C., Hamzah, A.S., Lajis, N.H., Saad, M.S., et al.

(2007). Semisynthesis and In Vitro Anticancer Activities of Andrographolide Analogues.

Phytochemistry, 68 (6), 904-12.

14. Jarukamjorn, K. & Nobuo, N. (2008). Pharmacological Aspects of Andrographis

paniculata on Health and Its Major Diterpenoid Constituen Andrographolide. Journal of

Health Science, 54, 4, 370-381

15. Katno. (2008). Tingkat Manfaat Keamanan dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat

Tradisional. Jawa Tengah: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

16. Kemenkes. (2014). Hilangkan Mitos Tentang Kanker. Retrieved December 24, 2014,

from Depkes: http://www.depkes.go.id/article/print/201407070001/hilangkan-mitos-

tentang-kanker.html

17. Kartawiguna, E. (2001). Faktor Yang Berperan Pada Karsinogenesis. Kedokteran

Trisakti.

18. Khairinal. (2012). Efek Kurkumin terhadap Proliferasi Sel Limfosit Dari Limpa Mencit

C3H Bertumor Payudara Secara In Vitro. Depok: Universitas Indonesia.

19. Kumar, R.A., Sridevi, K. Kumar N.V., Nanduri, S., Rajogopal, S. (2004). Anticancer and

Immunostimulatory Compounds from Andrographis paniculata. Journal of

Ethnopharmacology, 92, 291-295.

20. Li, J., Zhang, C, Jiang, H., Cheng, J. 2015. Andrographolide Inhibits Hypoxia-Inducible

Factor-1 Through Phosphatidylinositol 3-Kinase/Akt Pathway And Suppresses Breast

Cancer Growth. China: Dove Medical Press Limited. (8): 427–435. doi:

10.2147/OTT.S76116.

21. Malaekeh-Nikouei, Mousavi, Shahsavand, Mehri, Nassirli, &Moallem. (2013).

Assessment of Cytotoxic, Properties of Safranal And Nanoliposomal Safranal In Various

Cancer Cell Lines. Phytotherapy Research, 1868-1873

22. Malvern Instrument. (2004). Zetasizer Nano Series User Manual. United Kingdom.

23. Mansoori, M. A., Agrawal, S., Jawade, S., & Khan, M. I. (2012). A review on liposome,

2(4), 453–464.

24. Marliana, Nina. (2004). Efek liposom metilprednisolom palmitat terhadap proliferasi

limfosit T Cd4+ dan Cds+ yang distimulasi oleh concanavalin a secara in vitro. Jakarta.

Universitas Indonesia.

25. Martin, A., Swarbrick, J., Cammarata, A., (1983). Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu

Farmasetik ( Yoshita, Penerjemah). Universitas Indonesia. Ed. 3. Vol.2.

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015

Page 20: Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...

20

26. Mignet, N., Seguin, J., & Chabot, G. G. (2013). Bioavailability of Polyphenol

Liposomes: A Challenge Ahead, 457–471. http://doi.org/10.3390/pharmaceutics5030457

27. Qiang, Z. Z,. (2007). Reaction and Computation Studies of Andrografolide Analogues

with Glutathione and Biological Nucleophilic. Hongkong: City University Of Hongkong.

28. Rosidah, I. (2010). Mikroenkapsulasi Farksi Aktif Dari Herba Sambiloto (Andrographis

paniculata Ness) Yang Berkhasiat Sitotoksik Dengan Metode Semprot Kering. Depok:

Universitas Indonesia.

29. Rowe, R. C., Shaskey, P. J., & Quinn, M. E. (2009). Handbook of Pharmaceutical

Excipient (6th ed.). Grayslake: Pharmaceutical Press and American Pharmacist

Association.

30. Samad, A., Sultana, Y., & Aqil, M. (2007). Liposomal Drug Delivery System : An

Update review. India. Departement of Pharmaceutical, Faculty of Pharmacy, Jamia

Hamdard, New Delhi. 4: 297-305.

31. Skeel, Roland. 2007. Handbook of Cancer Chemotherapy.Ohio : Lippincott Williams

&Wilkins

32. Torchilin, V. P. (2005). Recent Advances With Liposomes As Pharmaceutical Carriers.

USA. Natural review : drug recovery.Vol. 4 : 145-160. doi:10.1038/nrd1632.

33. Wan, W. C. & Lin, B. F. (2010). Isolation and Identifification of Bioactive Compound in

Andrographis paniculata (Chuanxinlian). China: Chinese Medicine, 5:17

34. Winarno, E. (2011). Uji Sitotoksik Ekstrak Kapang Aspergilus sp. Terhadap Sel Kanker

Payudara T47D. Depok. Universitas Insonesia.

35. World Health Organization (WHO). (2002). WHO Monographs on Selected medicinal

Plants. Vol 2. Geneva. 12-14.

36. Wu, J., Zhao, X., & Lee, R. J. (2007). Lipid-Based Nanoparticulate Drug Delivery

System. Dalam e. Deepak Thassu, Nanoparticulate Drug Delivery System. Vol 166, hal.

89-95. New York: Infofarma Health Care USA.

Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015