Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...
Transcript of Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis ...
1
Pengaruh Enkapsulasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dengan Liposom terhadap Aktivitas Antiproliferasi Sel Kanker
Payudara T47D
Muhammad Sahlan1, Iskandarsyah2
1Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
E-mail : [email protected]/[email protected]
Abstrak
Tanaman sambiloto (Andrographis Paniculata Nees ) memiliki banyak manfaat dalam pengobatan, salah satunya sebagai obat antikanker. Liposom merupakan salah satu perkembangan dari sistem penghantaran obat yang telah diteliti dapat digunakan sebagai pembawa obat-obat, protein, dan zat–zat molekuler lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan obat dengan bahan dasar ekstrak herba sambiloto yang dienkapsulasi liposom dan diuji aktivitas antiproliferasinya terhadap sel kanker payudara T47D. Metode yang digunakan dalam pembuatan liposom ini adalah metode hidrasi lapis tipis. Pengecilan ukuran partikel dilakukan dengan cara ekstrusi. Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah distribusi ukuran partikel dan zeta potensial dengan alat DLS, efisiensi penjerapan dengan alat dialisis, morfologi ukuran dengan alat TEM. Uji antiproliferasi sel kanker menggunakan metode MTT. Hasil yang diperoleh pada TEM yang menggambarkan model liposom OLV dengan ukuran ±50 nm; distribusi ukuran partikel liposom sebesar 452,5 dan 43,82 nm serta zeta potensial sebesar -11,3 mV; efisiensi penjerapan sebesar 61,63 %. IC50 dari liposom ekstrak dan larutan ekstrak berturut-turut adalah 11,997 ppm dan 27,488 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa enkapsulasi ekstrak herba sambiloto dengan liposom memberikan pengaruh terhadap aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara T47D
Kata kunci: Aktivitas antiproliferasi; Ekstrak herba sambiloto; IC50; Liposom; Sel kanker payudara T47D.
The Effect in Encapsulation Bitter Herbs Extract (Andrographis paniculata Ness) in Liposomes Against Antiproliferative Activity of T47D Breast
Cancer Cells
Abstract
A Sambiloto’s Plant (Andrographis paniculata Nees) has many benefits in the medicals treatment, one of them as an anticancer drug. Liposomes are one of the development of drug delivery systems that have been studied can be used as carriers of drugs, proteins, and other molecular substances. This research aims to develop drugs with a basis of extract of bitter herbs are encapsulated with liposomes for comparison their antiproliferation activity against T47D breast cancer cells. The method which used in the manufacture of liposomes is thin layer hydration method. Reduction of particle size liposomes is done by extrusion. Evaluations were performed in this study is the particle size distribution and zeta potential by DLS, entrapment efficiency by dialisis, morphology size by TEM. Antiproliferation cancer cells test using MTT method. Results obtained at the TEM depicting the model OLV liposomes with a size of about ±50 nm; liposome particle size distribution of 441 and 45.3 nm, and zeta potential of -11.3 mV; The entrapment efficiency of 61.69%. Showed IC50 of liposomes extract and extract solution are respectively 11,997 ppm and 27,488 ppm. This result showed that the extract of bitter herbs encapsulation with liposomes give effect to the antiploriferative activity of T47D breast cancer cells.
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
2
Keywords: Antiproliferation activity; Breast cancer cell; IC50; Liposomes; Sambiloto herbs extract. Pendahuluan
Kanker adalah istilah yang digunakan untuk penyakit dimana sel-sel abnormal
membelah tanpa kontrol dan mampu menyerang jaringan lain melalui darah dan limfa6.
Menurut data WHO tahun 2013, penyakit kanker mengalami peningkatan dari 12,7 juta kasus
tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Kanker merupakan penyebab kematian
nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular16. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000
penduduk, atau sekitar 330.000 orang dimana salah satu jenis kanker yang paling banyak
diderita adalah kanker payudara.
Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan untuk kanker payudara. Kemoterapi
merupakan terapi yang menggunakan obat-obatan kimia untuk membunuh atau
memperlambat pertumbuhan sel kanker. Obat kimia yang digunakan untuk kemoterapi
merupakan agen yang bersifat sitotoksik sehingga dapat memberikan efek samping berupa
alopesia (kerontokan rambut), mukositis, mual dan muntah pada penderita kanker31.
Efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan kimia dapat diminimalisir dengan
penggunaan tanaman obat15. Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan untuk
pengobatan penyakit kanker adalah tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Ness).
Tanaman sambiloto memiliki beberapa kandungan senyawa kimia pada herbanya seperti
diterpen, flavonoid dan steroid33. Kandungan kimia dari ekstrak herba sambiloto yang
memiliki aktivitas antikanker adalah andrografolid yang merupakan golongan senyawa
diterpen lakton13. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Li, Zhang, Jiang, & Cheng, 2015)
menunjukkan bahwa, IC50 atau 50% konsentrasi penghambatan proliferasi dari andrografolid
terhadap sel kanker payudara T47D adalah 11,3 µM atau setara dengan 3,96 µg/ml. Hal ini
menunjukkan bahwa andrografolid merupakan kandungan zat yang sitotoksik. Pada
penelitian lain, andrografolid pada tanaman sambiloto memiliki aktivitas terhadap kanker
serviks11, payudara, leukemia4, kolon, paru-paru, melanoma, ovarium, prostat dan ginjal19.
Aktivitas antikanker dari tanaman sambiloto dapat ditingkatkan dengan menggunakan
sistem penghantaran obat tertarget, salah satunya dengan pembuatan liposom ekstrak herba
sambiloto. Liposom telah diteliti dapat digunakan sebagai pembawa obat, protein, dan zat-zat
molekuler lainnya yang larut air maupun larut lemak23. Penghantaran obat dengan liposom
mampu mengurangi risiko hilangnya obat akibat degradasi, memperpanjang waktu sirkulasi
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
3
dalam darah, dan membantu membawa kandungan aktif obat agar sampai ke sisi target yang
dituju1.
Penelitian mengenai peningkatan aktivitas dan efektifitas dari ekstrak yang dibuat
liposom telah banyak dilaporkan, salah satunya terdapat pada jurnal yang berjudul
“Assessment of Cytotoxic Properties of Safranal and Nanoliposomal Safranal In Various
Cancer Cell Lines”. Pada penelitian tersebut, ekstrak saffron yang terenkapsulasi liposom
dapat meningkatkan efek apoptosis pada sel HeLa dan MCF7 bila dibandingkan dengan
larutan ekstrak saffron yang tidak dienkapsulasi liposom21.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada penelitian ini dilakukan pembuatan
liposom ekstrak herba sambiloto untuk mengetahui pengaruh enkapsulasi liposom ekstrak
herba sambiloto terhadap aktivitas antipfoliferasinya pada sel kanker payudara T47D. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari enkapsulasi ekstrak dengan liposom, liposom
ekstrak dibandingkan aktivitas antiproliferasinya dengan larutan ekstrak dalam dapar fosfat
pH 7,4.
Tinjauan Teoritis
a. Kanker
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh benjolan yang disebut tumor, dimana sel-
sel normal berubah sehingga mereka tumbuh dengan cara yang tidak terkendali melalui
proses kasrsinogenesis. Pada proses karsinogenesis ini melibatkan beberapa tahap, yaitu
tahapan inisiasi oleh agen karsinogen yang menyebabkan terjadinya mutasi gen, promosi
yang merupakan penyesuaian diri sel yang termutasi dengan lingkungannya, progresi yang
mengarah pada tingkat proliferasi sel, dan metastasis yang menyebabkan sel kanker
menyebar di jaringan lain5.
Agen karsinogen yang dapat menyebabkan mutasi pada sel normal secara garis besar
dibagi menjadi dua bagian, yaitu karsinogen endogen dan eksogen. Karsinogen eksogen
merupakan faktor dari luar yang dapat memicu terbentuknya kanker. Agen-agen karsinogen
eksogen tersebut dapat berupa agen kimia, agen fisik yang dipengaruhi radiasi, dan agen
biologi yang dipengaruhi kanker. Agen karsinogen endogen merupakan faktor dari dalam
tubuh yang dapat memicu terbentuknya kanker. Karsinogen endogen tersebut terdiri dari
faktor genetik dan hormonal5,7,17.
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
4
Jenis kanker yang digunakan pada penelitian ini adalah kanker payudara. Kanker
payudara (Carcinoma mammae) adalah kanker pada jaringan payudara dan paling sering
berasal dari lapisan dalam duktus dan lobules. Kanker yang berasal dari duktus dikenal
sebagai karsinoma duktal dan yang berasal dari lobules dikenal dengan karsinoma lobular.
Kanker payudara merupakan kanker tertua yang ditemukan didunia18. Kanker payudara
merupakan salah satu jenis kanker yang menyebabkan kematian tertinggi kedua di Indonesia.
Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Namun, berbagai riset telah
mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko pada individu tertentu
untuk terkena kanker payudara, yang meliputi faktor genetik, kelebihan hormon estrogen
endogen atau ketidakseimbangan hormon pada kanker payudara, dan faktor lingkugan seperti
pengaruh alkohol, diet tinggi lemak, kecanduan kopi, dan inveksi virus18.
b. Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)
Sambiloto yang dikenal sebagai “King of bitter” merupakan tanaman herba semusim
yang memiliki rasa yang pahit dan berasal dari Asia. Nama ilmiah sambiloto adalah
Andrographis paniculata Nees. Sambiloto memiliki beberapa sinonim, yakni Justicia
paniculata Burm. Justicia latebrosa Russ, dan Justicia stricta Lamk27,28. Masyarakat jawa
tengah dan jawa timur mengenal sambiloto dengan nama bidara, sandiroto, sadilata, takilo,
pitah, dan sambiloto.
Kandungan kimia yang terdapat dalam herba sambiloto diantaranya adalah diterpen,
flavonoid dan steroid33. Kandungan kimia utama dari tanaman sambiloto adalah diterpen
lakton yang meliputi andrografolid, deoksiandrografolid, 11,12-didehidro-14-
deoksiandrografolid, neoadrografolid, andrografisid, deoksiandrografisid, andropanosid, 14-
deoksiandrografolid, isoandrografolid, 14-deoksiandrografolid-19-β-D-glukosid,
homoandrografolid, andrografan, andrografosterin, dan stigmasterol14.
Sambiloto dapat digunakan sebagai antiinflamasi, antidiare, antifertilitas, antikanker,
antiviral, antimalarial, kardiovaskuler, immunostimulan, hepatoprotektor, dan hipoglikemik14.
c. Liposom
Liposom merupakan suatu sistem penghantaran obat tertarget yang berbentuk sferis dan
terdiri atas susuan membran lipid lapis ganda. Komponen utama dari liposom yaitu fosfolipid
yang memiliki bagian kepala hidrofilik dan bagian ekor hidrofobik sehingga dapat digunakan
sebagai pembawa untuk obat-obat yang larut air maupun obat-obat yang larut lemak. Dengan
adanya struktur tersebut, maka bagian hidrofilik akan mengarah ke fase aqueous sedangkan
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
5
bagian hidrofobik akan mengarah ke fase lipid. Ciri-ciri liposom adalah uniform, dengan
ukuran 20 nm sampai 200 nm, namun dalam aplikasi medis diperlukan ukuran yang homogen
sekitar 80 sampai 100 nm24.
[Sumber: (www.andros.com.tw, akses 4 januari 2015)]
Gambar 1. Sistem Liposom
Dengan menggunakan liposom, ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan, antara
lain9 :
a) Memfasilitasi passive targeting ke jaringan tumor (Liposomal doxorubicin).
b) Meningkatkan efikasi dan indeks terapetik.
c) Meningkatkan stabilitas melalui enkapsulasi.
d) Mengurangi toksisitas dari agen yang terenkapsulasi.
e) Menghindari efek samping.
f) Meningkatkan efek farmakokinetik
g) Meningkatkan fleksibilitas untuk berpasangan dengan sisi spesifik ligan untuk
mencapai target yang aktif.
Bahan yang digunakan sebagai penyusun liposom, yaitu fosfolipid. Fosfolipid
merupakan lipid penyusun liposom. Selain fosfolipid, lipid golongan sterol seperti kolesterol
juga berperan dalam penyusunan liposom. Fosfolipid dalam hal ini merupakan penyusun
utama liposom karena dia memiliki bagian yang hidrofilik dan hidrofobik yang berperan
penting dalam pengikatan senyawa aktif obat. Kolesterol yang digunakan berfungsi sebagai
penstabil liposom dan peningkat rigiditas dari liposom. Bahan tambahan lain yang berfungsi
sebagai penstabil liposom dan pembantu liposom dalam penargetan obat juga sering
digunakan, seperti PEG, tween, antibody monoclonal, DOTAP, DOPE.
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
6
Mekanisme pembentukkannya belum diketahui secara pasti. Ada dua teori yang
mencoba untuk menjelaskan mekanisme pembentukkan liposom, yaitu “Budding Off” dan
model “Bilayer Fosfolipid Fragment”3. Pada “Budding Off Model” menjelaskan tentang
pembentukkan liposom yang dipengaruhi oleh tekanan, sedangkan pada “Bilayer Fosfolipid
Fragment” menjelaskan bahwa pembentukkan liposom didasarkan pada ketidakstabilan
termodinamik.
Menurut (Dua et al., 2012), liposom dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok
berdasarkan parameter struktural, metode preparasi, dan komposisi.
a) Klasifikasi liposom berdasarkan parameter struktural
Menurut (Samad, Sultana, & Aqil, 2007), berdasarkan parameter struktural liposom,
liposom dapat diklasifikasikan menjadi:
Tabel 1. Klasifikasi liposom berdasarkan parameter struktural
Klasifikasi Liposom Berdasarkan Parameter Struktural
MLV Multilamellar
Vesicle
(>0,5 µm) dan
5-25 lapisan
lipid.
OLV
Oligolamelar
Vesicle
(0,1-1 µm) dan
1-5 lapisan
lipid.
ULV (Unilamelar Vesicle) MLV
Multilamelar
Vesicle
(> 1 µm) dan banyak lapisan lipid
SUV
Small
Unilamelar
Vesicle
(0,02 – 0,1
µm) dan 1
lapisan lipid.
LUV
Large
Unilamelar
Vesicle
(> 0,1 µm)
dan 1
lapisan lipid
GUV
Giant
Unilamelar
Vesicle
(> 1 µm)
dan 1
lapisan lipid.
b) Klasifikasi liposom berdasarkan metode preparasi
Menurut (Samad, Sultana, & Aqil, 2007) , berdasarkan metode preparasinya,
vesikel dari liposom terbentuk berdasarkan metode-metode berikut, seperti:
1. DRV (dehydration-redehydration method)
2. REV (reverse phase evaporation method)
3. MLV-REV ( Multi lamellar vesicle made by reverse phase evaporation
method)
4. VET (Vesicle Prepared Extrusion technique)
5. FATMLV (Frozen and Thawed multi lamellar vesicle)
6. SPLV (Stable Pluri Lamellar vesicle)
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
7
c) Klasifikasi liposom berdasarkan komposisi
Menurut (Dua et al., 2012), berdasarkan komposisi dan kharakter sistem penghantaran
obat, liposom dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Liposom konvensional
2. Liposom sirkulasi panjang (Long Circulating Liposomes)
3. Imunoliposom
4. Liposom magnetik
5. Liposom Kationik
6. Liposom sensitif pH dan sensitif suhu
Dalam preparasi liposom, ada dua metode yang digunakan, yaitu pemuatan pasif dan
pemuatan aktif 9 :
Gambar 2. Skema metode preparasi liposom
Metode pemuatan pasif merupakan metode yang paling sederhana dan paling banyak
digunakan diantara metode dispersi mekanik lain. Bahan aktif dimasukkan sebelum atau saat
produksi liposom. Pada metode pemuatan aktif, molekul obat dimasukkan dalam pre-formed
liposom menggunakan gradien pH dan perbedaan potensial pada membran liposom. Bahan
Metode preparasi liposom
Pemuatan Aktif Pemuatan pasif
Metode disperse mekanik Metode disperse pelarut Metode pemurnian
a). Sonication
b). French pressure cell :
extrusion
c). Lipid film hydration by hand
shaking, non-hand shaking or
freeze drying
d). Micro-emulsification
e). Membrane extrusion.
f). Freeze-thawed liposomes
g). Dried reconstituted vesicles
a). Ether injection method
b). Ethanol injection method
c). Reverse phase evaporation
a) Dialisis
b) Filtrasi Gel
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
8
aktif tertentu dengan gugus yang dapat diionisasi dan senyawa larut minyak dan air
dimasukkan ke dalam liposom setelah pembentukan vesikel utuh. Beberapa asam atau basa
lemah dapat ditransportasikan melewati membran akibat beberapa gradien transmembran,
seperti gradien elektrikal, ionik (pH), atau garam spesifik (potensi kimia). Perbedaan
konsentrasi pada proton di membran liposom membuat molekul amfipatik dapat dimasukkan
ke dalam liposom36.
Keuntungan metode pemuatan aktif dibanding metode pemuatan pasif :
a. Menghindari senyawa aktif biologi selama tahap preparasi saat dispersi, sehingga
mengurangi bahaya keamanan.
b. Enkapsulasi memiliki efisiensi dan kapasitas yang tinggi
c. Mengurangi kehilangan obat akibat difusi atau degradasi obat selama penyimpanan
d. Mengurangi kebocoran bahan yang telah dienkapsulasi
e. Fleksibilitas penggunaan lipid konstitutif, karena obat dimasukkan setelah
pembentukan beberapa unit pembawa
Liposom yang telah sampai ke target akan melepaskan substansi obat yang dibawanya.
Pelepasan substansi obat dari matriks liposom dapat berupa fusi maupun endositosis32.
Liposom merupakan sebuah suspensi koloid sehingga kestabilan liposom merupakan
kestabilan koloid. Koloid dikatakan stabil apabila tidak mudah berkoagulasi dan mengalami
sedimentasi.
Kestabilan koloid secara garis besar terbagi menjadi dua bagian, yaitu kestabilan ionik
dan kestabilan sterik. Kestabilan ionik merupakan kestabilan yang dapat dicapai dengan
melengkapi partikel-partikel terdispers dengan suatu muatan listrik sedangkan kestabilan
sterik merupakan kestabilan yang dapat dicapai dengan melindungi sekeliling tiap partikel
dengan selimut pelarut pelindung yang mencegah saling melekatnya partikel bila partikel-
pertikel tersebut bertumbukan karena adanya gerak Brown. Kestabilan koloid ini telah
dijelaskan dalam teori DLVO, dimana gaya pada partikel-partikel koloid dalam suatu dispersi
adalah karena tolak menolak elektrostatik dan Tarik menarik van der Walls tipe London25.
d. Evaluasi liposom
Evaluasi bentuk morfologi baik itu dari segi ukuran dan bentuknya, maka digunakan
Transmission Electron Microscope (TEM) untuk mengukur ketebalan yang terbentuk karena
analisisnya merupakan analisis tiga dimensi3.
Distribusi ukuran partikel dan zeta potensial liposom diukur dengan menggunakan DLS
(Dynamic Ligth Scattering). Mekanismenya dalam metode laser light scattering adalah
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
9
difraksi cahaya, difusi cahaya, atau keduanya. Metode ini sangat sederhana dan sangat
efisien.
Evaluasi daya jerap obat dilakukan dengan menghitung zat aktif yang telah terdialisis.
Dialisis merupakan cara yang dilakukan untuk membersihkan ekstrak herba sambiloto yang
tidak terjerap oleh liposom. Daya jerap ekstrak herba sambiloto oleh liposom diukur dengan
membandingkan konsentrasi ekstrak herba sambiloto yang terjerap dengan konsentrasi
ekstrak herba sambiloto total.
e. Uji Sitotoksik
Pengembangan obat baru untuk penyakit kanker diawali dengan uji in vitro dan uji in
vivo. Pengujian secara in vitro dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis sel
kanker, salah satunya dengan sel kanker payudara T47D, sedangkan pengujian secara in vivo
dilakukan dengan menggunakan model tumor pada hewan. Pengujian sitotoksik secara in
vitro dapat digunakan sebagai penapisan awal untuk mendeteksi senyawa-senyawa yang
bersifat sitotoksik10.
Salah satu uji sitotoksik terhadap sel kanker yang paling mudah dilakukan adalah
menggunakan metode MTT assay2,8 (Alley et al., 1998; Doyle & Graffiths, 2000). Selain
mudah, uji MTT juga merupakan uji yang cepat, sensitif, kuantitatif, dan terpercaya34. MTT
adalah (3-(4,5-dimetiltiazolil-2)-2,5-difenil-tetrazolium bromide). Pengujian sitotoksik
dengan menggunakan metode MTT bertujuan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik ekstrak
melalui pengamatan proliferasi dan viabilitas sel. Prinsip uji MTT adalah reduksi selular
garam tetrazolium MTT membentuk formazan berwarna ungu oleh enzim suksinat
dehydrogenase dari mitokondria sel hidup yang dapat diukur secara spektrofotometri pada
panjang gelombang 570 nm. Semakin berwarna ungu menunjukkan semakin banyak sel yang
hidup, karena mitokondria akan menyerap MTT sehingga sel-sel tersebut akan berwarna biru
akibat terbentuknya Kristal tetrazolium (formazan)34.
Sel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai pengujian in vitro adalah sel kanker
payudara T47D. Sel T47D merupakan continuous cell line yang diisolasi dari jaringan tumor
duktal payudara seorang wanita34. Continuous cell line sering dipakai dalam penelitian
kanker in vitro karena mudah penanganannya, memiliki kemampuan replikasi yang tidak
terbatas, homogenitas yang tinggi serta mudah diganti dengan frozen stock jika terjadi
kontaminasi.
Pada uji sitotoksik menggunakan sel kanker, hambatan proliferasi sel dinyatakan dalam
IC50 (Inhibitory Concentration)8. Nilai IC50 adalah nilai respon yang pada konsentrasi
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
10
tertentu menimbulkan hambatan prosliferasi sel sebesar 50% dari populasi sel yang sama
dalam waktu yang spesifik dan kondisi percobaan yang sesuai. Semakin kecil harga IC50
maka senyawa tersebut semakin toksik, begitu pula sebaliknya.
Metode penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2015 di Laboratorium
Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Tahapan awal penelitian ini adalah
pembuatan liposom ekstrak herba sambiloto dengan metode hidrasi lapis tipis. Pembuatan
liposom ekstrak herba sambiloto dengan metode ini dilakukan dengan proses yang steril agar
tidak mempengaruhi hasil pengamatan IC50. Metode hidrasi lapis tipis ini dilakukan dengan
cara mencampurkan ekstrak herba sambiloto bersama dengan fosfatidilkolin kedelai dan
kolesterol sesuai jumlah yang tertera pada formula untuk dilarutkan kedalam 20 ml
diklorometan. Larutan diklorometan kemudian dievaporasi menggunakan alat rotary
evaporator dengan suhu ± 50°C, kecepatan 100 rpm, dan kondisi vakum selama 1 jam.
Lapisan tipis yang sudah terbentuk kemudian dialiri gas nitrogen, dan didiamkan selama 24
jam. Setelah 24 jam didiamkan, lapis tipis di dalam labu evaporator tersebut dihidrasi dengan
50 ml larutan dapar pH 7,4 pada suhu 45°C sambil dikupas dengan gelas beads hingga
terbentuk
suspensi yang
homogen.
Tabel 3.
Formulasi
sediaan
Bahan Formulasi
F1 F2 F3 F4
Ekstak (mg) 40 60 80 100
Fosfatidilkolin (mg) 500 500 500 500
Kolesterol (mg) 50 50 50 50
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
11
Liposom ektrak herba sambiloto yang telah dibuat, dikecilkan ukurannya dengan
menggunakan metode ekstrusi, metode ini dilakukan dengan memasukkan liposom ekstrak ke
dalam syiringe dan melewatkannya pada membran polikarbonat yang dipasngkan pada alat
ekstruder dengan ukuran 0,4 µm dan 0,1 µm. pengecilan ukuran partikel ini dilakukan dengan
menempatkan alat ekstruder di atas hot plate pada suhu ± 45°C.
Liposom yang telah dikecilkan ukurannya selanjutnya dievaluasi. Evaluasi yang
dilakukan meliputi karakterisasi liposom untuk mengukur karakteristik fisik dan ukuran
globul liposom menggunakan alat Transmission Electron Microscopy (TEM) yang dilakukan
di balai besar paska panen bogor, distribusi ukuran partikel dan zeta potensial dengan alat
Dynamic Ligth Scattering (DLS) yang dilakukan di DKSH, dan pengukuran efisiensi
penjerapan dengan menggunakan alat dialisis.
Sebelum melakukan pengukuran efisiensi penjerapan, terlebih dulu dilakukan
penetapan kadar. Penetapan kadar berfungsi untuk menentukan jumlah kadar ekstrak yang
terenkapsulasi pada liposom. Penetapan kadar dilakukan terhadap liposom ekstrak dan
larutan ekstrak dalam dapar fosfat pH 7,4. Penetapan kadar ini dilakukan dengan alat
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan kondisi fase gerak methanol-air (70 : 30),
kecepatan alir 1 ml/menit, dengan menggunakan kolom Shimidzu C18.
Efisiensi penjerapan dilakukan dengan menggunakan metode dialisis. Metode ini
digunakan untuk memisahkan komponen liposom ekstrak dan ekstrak yang tidak terjerap
oleh liposom. Liposom ekstrak yang telah terpisahkan melalui proses dialisis dalam waktu 38
jam dengan menggunakan membran selofan, diukur efisiensi penjerapannya dengan
menggunakan alat kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Bagian terakhir dari penelitian ini adalah analisis pengaruh liposom ekstrak herba
sambiloto terhadap aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara T47D. Uji sitotoksisitas ini
dilakukan dengan menggunakan metode MTT di LAPTIAB kawasan Puspitek BPPT,
Serpong.
Uji sitotoksisitas dilakukan dengan menggunakan dua sampel yang telah diukur
kadarnya, yaitu sampel liposom ekstrak dan larutan ekstrak dalam buffer fosfat pH 7,4 untuk
membandingkan sifat poten dari kedua sampel terhadap sel kanker payudara T47D. Kedua
sampel larutan tersebut dibuatkan pengenceran dengan enam konsentrasi larutan. Dari
keenam konsentrasi tersebut selanjutnya di uji triplo terhadap sel kanker payudara T47D
dengan kepadatan sel 5 x 104 sel/ml menggunakan metode MTT.
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
12
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil yang diperoleh pada pembuatan liposom dari keempat formula menunjukkan
bahwa, formulasi liposom F1 yang paling stabil diantara formulasi liposom F2, F3, dan F4.
Hasil ini diliat berdasarkan pembantukkan agregat yang cepat dari partikel koloid liposom.
Formula F1 dikatakan lebih stabil karena waktu pembentukkan agregat lebih lama
dibandingkan formula F2-F4. Meskipun F1 lebih stabil dibandingakan dengan formulasi
liposom F2, F3, dan F4, namun pengendapan yang terjadi pada formula F1 masih tergolong
cepat karena agregasi terjadi dalam waktu ± 4 jam 30 menit waktu penyimpanan.
Penambahan surfaktan dilakukan agar partikel koloid dari liposom menjadi lama
beragregasi dan lebih stabil26. Surfaktan yang dipilih untuk ditambahkan dalam formulasi
adalah Tween 80. Tween 80 dipilih karena memiliki viskositas yang kecil, saponifikasi yang
kecil, merupakan surfaktan nonionik, dan memiliki LD50 yang besar sehingga tidak
mempengaruhi hasil pengamatan IC5029. Kestabilan yang ditunjukkan oleh tween 80
merupakan kestabilan sterik karena tween tidak memberikan muatan pada partikel koloid
namun hanya melapisi permukaan partikel koloid liposom untuk mengurangi gaya van der
walls yang akan menyebabkan antara partikel terjadi gaya tarik menarik dan menyatu satu
sama lain. Gaya van der walls dari partikel tersebut dapat dipicu dengan adanya gerak brown
dari partikel koloid yang dapat menyebabkan terjadinya tumbukan antara partikel. Oleh
karena itu, Liposom yang dipakai dan dilakukan uji lebih lanjut adalah liposom yang telah
ditambahkan tween 80 karena tween 80 menyebabkan liposom menjadi lebih stabil dengan
waktu pengendapan yang lebih lama, yaitu lebih dari tiga minggu.
Berdasarkan hasil evaluasi morfologi dengan menggunakan TEM, maka diperoleh hasil
liposom ekstrak herba sambiloto steril dengan dua lapis lamela.
ba
50nm 50nm
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
13
Gambar 3. Hasil pengamatan TEM liposom ekstrak herba sambiloto dengan perbesaran
135.000x. (a) dengan staining, (b) tanpa staining.
Liposom jenis ini digolongkan kedalam liposom OLV (Oligolamelar Vesikel) karena
memiliki dua lapis lamella dan distribusi ukuran liposom yang kecil, yaitu ±0,1-1 µm.
Distribusi ukuran liposom yang terbentuk dapat dilihat dari hasil pengamatan distribusi
ukuran partikel dengan menggunakan DLS (Dynamic Light Scattering).
Tabel 4. Data hasil pengukuran Distribusi ukuran partikel berdasarkan distribusi volume
Distribusi Ukuran Partikel Dv 90%
(nm)
Zeta
potensial
(mV) Sampel Peak 1 Peak 2
nm % Vol nm %Vol
Liposom tanpa Tween
Liposom dengan Tween
732,7
452,5
425,2
97,27
133,2
43,82
14,1
6,2
3370
567
-5,97
-11.3
Dari hasil distribusi ukuran partikelnya, liposom dengan tween menunjukkan distribusi
ukuran yang terkecil, sedangkan liposom tanpa tween menunjukkan distribusi ukuran partikel
yang lebih besar. Hal ini kemungkinan disebabkan karena dengan penambahan tween 80,
suspensi koloid liposom menjadi semakin stabil.
Ukuran yang besar dari liposom tanpa tween yang diperoleh pada pengukuran dengan
DLS kemungkinan disebabkan karena pada saat pembacaan sampel oleh alat, telah terjadi
pembentukkan agregat partikel menjadi semakin besar. Partikel kecil yang terbentuk
cenderung tidak stabil karena dengan adanya gerak brown dan luas permukaan partikel yang
besar memungkinkan partikel kecil tersebut bergerak dengan cepat dan terjadi tumbukan
antara partikel sehingga menyebabkan partikel membentuk agregat menjadi partikel yang
lebih besar22.
Keberagaman ukuran dalam satu formulasi liposom dengan tween kemungkinan
disebabkan oleh kemampuan dari liposom yang deformable dengan penambahan tween 80,
sehingga partikel liposom pada saat diesktrusi ada yang mengalami pengecilan ukuran dan
ada juga yang kembali ke bentuk semula setelah melewati membran karena sifatnya yang
deformable.
Peak yang besar pada liposom dengan menggunakan tween menggambarkan ukuran
sebesar 452,5 nm, sedangkan peak kedua menggambarkan ukuran sebesar 43,82 nm. Peak
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
14
pertama dengan ukuran 452,5 nm memiliki % volume sebesar 97,27 % karena pada ukuran
partikel tersebut volume liposom besar dengan jari-jari liposom yang besar. Begitupula
sebaliknya, pada peak kedua dengan ukuran 43,82 nm memiliki % volume sebesar 6,2% yang
berarti akan menghasilkan peak yang lebih kecil dari peak yang sebelumnya. Pada 10%
distribusi volume, terdapat ukuran partikel liposom yang berkisar ≤ 39,0 nm sedangkan pada
90% distribusi volume liposom ekstrak menggambarkan bahwa 90% partikel liposom
ekstrak herba sambiloto memiliki ukuran yang berkisar ≤ 567 nm.
Liposom ekstrak herba sambiloto bila ditinjau dari segi ukurannya dapat dengan mudah
berpenetrasi ke dalam sel kanker karena dengan adanya efek EPR dari sel kanker yang
meningkatkan permeabilitas dari membran sel kanker sehingga partikel liposom yang
berukuran >200 nm dapat dengan mudah menembus membran sel kanker. Pada hasil
pengukuran distribusi ukuran partikel masih terdapat beberapa partikel yang ukurannya >200
nm yang dapat memicu pengenalan oleh makrofag sebagai sel asing dan memicu terjadinya
fagositosis. Fagositosis dapat terjadi apabila partikel liposom yang dibuat berada pada kisaran
ukuran 0,1-7 µm, bersifat hidrofilik, dan muatan dari partikel yang negatif12. Liposom ekstrak
herba sambiloto dapat tidak dikenali untuk difagositosis dan bekerja sinergis dengan efek
EPR yang diberikan sel kanker karena bersifat hidrofil yang diberikan oleh fase hidrofil dari
tween, muatannya sedikit hampir netral yang ditunjukkan dengan zeta potensial mendekati
titik isoelektrik yaitu titik nol, dan adanya ukuran partikel yang <100 nm12.
Hasil dari zeta potensial antara liposom yang diberikan tween dengan yang tidak
diberikan tween mengalami perbedaan. Nilai zeta potensial yang negatif diperoleh karena
pengaruh pH dari larutan dapar fosfat yaitu pH 7,422.
Tween sendiri merupakan surfaktan nonionik dimana seharusnya tidak memberikan
muatan. Namun pada hasil percobaan ini, dengan penambahan tween terjadi penurunan nilai
zeta potensial menjadi sedikit lebih negatif namun tidak begitu signifikan karena fungsi dari
tween itu sendiri pada penstabilan liposom adalah sebagai koloid pelindung bukan sebagai
penambah muatan25. Zeta potensial yang menjadi sedikit lebih negatif tersebut kemungkinan
disebabkan karena semakin berkurangnya gaya tarik menarik antar partikel yang disebabkan
oleh penambahan tween22. Dari hasil zeta potensial didapatkan bahwa liposom yang
diberikan tween ternyata lebih stabil bila dibandingkan dengan liposom yang tidak
ditambahkan tween.
Kemampuan liposom untuk menjerap ekstrak herba sambiloto dapat dinilai berdasarkan
efisiensi penjerapan liposom. Efisiensi penjerapan dari liposom yang diperoleh adalah
sebesar 61,69%. Nilai efisiensi penjerapan tersebut diperoleh dengan menghitung kadar
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
15
liposom ekstrak herba sambiloto dan membandingkannya dengan kadar ekstrak yang terjerap
oleh liposom. Kadar ekstrak yang terjerap liposom diperoleh dari hasil pemisahan ekstrak
yang terjerap liposom dengan ekstrak yang tidak terjerap liposom dengan proses dialisis.
Kadar liposom total yang diperoleh adalah sebesar 71,22% dan kadar ekstrak yang dilarutkan
dalam dapar fosfat pH 7,4 adalah sebesar 77,16%.
Dengan menggunakan kadar liposom ekstrak herba sambiloto dan kadar larutan ekstrak
dalam dapar fosfat pH 7,4, maka dibuat enam konsentrasi berbeda untuk diuji
sitotoksisitasnya dengan menggunakan metode MTT terhadap sel kanker payudara T47D.
hasil dari uji sitotoksik tersebut adalah diperolehnya IC50 liposom ekstrak herba sambiloto
dan larutan ekstrak herba sambiloto dalam dapat fosfat pH 7,4.
Tabel 5. Data IC50 ekstrak herba sambiloto
Sampel Konsentrasi
(µg/ml)
Log
Konsentrasi
(µg/ml)
%
Penghambatan
proliferasi
(%)
Probit IC50
berdasarkan
probit
(µg/ml)
Ekstrak
herba
sambiloto
dalam
dapar
3,8892 0,6847 32,206 4,53 11,997
12,9642 1,2076 50,27 5,00
25,9285 1,5086 57,519 5,40
129,6429 2,2077 91,904 6,41
259,2858 2,5087 96,168 6,75
518,5716 2,8098 99,496 7,33
Liposom
ekstrak
herba
sambiloto
4,3805 0,7713 -0,374 0 27,488
14,6017 1,2942 36,471 4,64
29,2034 1,5952 54,982 5,13
146,0170 2,2942 90,587 6,34
292,0340 2,5952 96,849 6,88
467,2544 2,7993 94,407 6,55
Pada hasil uji sitotoksisitas dari larutan ekstrak herba sambiloto dalam dapar fosfat pH
7,4 menyatakan bahwa IC50 dari ekstrak adalah sebesar 11,997 µg/ml. Hasil ini bila
dikonversikan dengan kadar andrografolid dalam ekstrak untuk mengetahui IC50 dari ekstrak,
maka diperoleh hasil IC50 sebesar 3,5991 µg/ml. IC50 hasil ini menunjukkan kasil yang lebih
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
16
kecil dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Li, Zhang, Jiang, & Cheng,
2015) yaitu sebesar 3,96 µg/ml. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena cara ekstraksi
yang dilakukan dari tanaman sambiloto berbeda, sumber tanaman yang berbeda, dan kadar
andrografolid tanaman yang berbeda. Tanaman yang dapat tumbuh baik di lingkungan yang
sesuai akan mempunyai kandungan ekstrak yang lebih banyak. Cara ekstraksi dan pelarut
yang digunakan juga mempengaruhi kadar yang diperoleh. Hasil IC50 dari andrografolid ini
hanya merupakan perbandingan untuk membedakan IC50 yang diperoleh dari penelitian dan
IC50 Andrografolid yang sudah pernah dilakukan sebelumnya karena pada penelitian ini
memfokuskan pada IC50 pada ekstrak herba sambiloto.
Pada hasil uji sitotoksisitas dari liposom ekstrak herba sambiloto menunjukkan IC50
yang lebih besar dibandingkan dengan IC50 dari larutan ekstrak herba sambiloto dalam dapar
fosfat pH 7,4, yaitu masing-masing sebesar 27,488 µg/ml dan 11,997 µg/ml. Perbedaan
tersebut menunjukkan adanya pengaruh dari liposom ekstrak herba sambiloto. Nilai IC50 dari
larutan ekstrak bisa lebih kecil karena ekstrak langsung berinteraksi dengan sel kanker
sehingga dalam waktu yang singkat dapat langsung menyebabkan penghambatan terhadap sel
kanker. Sedangkan nilai IC50 dari liposom ekstrak bisa lebih besar karena waktu yang
dibutuhkan untuk inkubasi terlalu singkat, sehingga kadar ekstrak yang dilepaskan oleh
liposom belum sepenuhnya keluar dari liposom. Mengingat efisiensi penjerapan dari liposom
adalah sebesar 61,69%, maka masih ada ekstrak yang belum keluar dari enkapsulasinya
sebesar 61,69%. Hasil ini dapat diliat dari tabel yang menunjukkan bahwa pada konsentrasi 4
ppm liposom ekstrak herba sambiloto yang belum menunjukkan adanya penghambatan
proliferasi sel kanker, sedangkan pada konsentrasi yang hampir sama dengan liposom ekstrak
yaitu 3 ppm dari ekstrak yang dilarutkan dalam dapar, sudah menunjukkan adanya
penghambatan proliferasi sel kanker sebesar 32%. Liposom ekstrak herba sambiloto memulai
penghambatan proliferasinya pada konsentrasi sekitar 15 ppm dengan %PP sebesar 36,47%.
Pada konsentrasi yang hampir sama, larutan ekstrak dalam dapar sudah menunjukkan %PP
sebesar 50,27%. %PP yang hampir sama antara kedua sampel baik liposom ekstrak ataupun
ekstrak dalam dapar dimulai pada konsentrasi sekitar 26 ppm, yaitu secara berturut-turut
sebesar 54,98% dan 57,19%.
Kemungkinan yang terjadi bila waktu inkubasi diperpanjang adalah liposom ekstrak
herba sambiloto akan memiliki nilai IC50 yang lebih kecil karena semua ekstrak sudah lepas
dari enkapsulasinya. Ekstrak yang keluar dari enkapsulasi liposom kemungkinan memiliki
kadar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan larutan ekstrak pada dapar fosfat pH 7,4
karena ekstrak yang dienkapsulasi liposom dapat dipertahankan jumlahnya dari degradasi
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
17
atau eliminasi pada saat interaksi dengan membran sel kanker, sehingga bila diberikan waktu
yang cukup untuk melepaskan ekstrak dari enkapsulasi, kemungkinan nilai IC50 dari liposom
akan lebih kecil dibandingkan dengan nilai IC50 larutan ekstrak dalam dapar fosfat pH 7,4.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Formulasi liposom yang digunakan untuk pengujian IC50 adalah formulasi F1
karena lebih stabil dibandingkan dengan formulasi F2-F4. Formulasi liposom
ekstrak herba sambiloto F1 merupakan jenis liposom OLV (Oligolamelar
Vesikel) karena memiliki distribusi ukuran partikel sebesar 0,1-1 µm dan dua
lapis lamela.
b. Enkapsulasi liposom ekstrak herba sambiloto memberikan pengaruh terhadap
antiproliferasi sel kanker T47D dengan nilai IC50 liposom ekstrak herba
sambiloto yang lebih besar dibandingkan dengan IC50 larutan ekstrak pada dapar
fosfat pH 7,4, yaitu masing-masing sebesar 27,488 µg/ml dan 11,997 µg/ml.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui stabilitas liposom ekstrak herba
sambiloto terhadap suhu, penyimpanan, dan pH. Selain itu, perlu juga dilakukan uji sterilitas
sediaan untuk memastikan bahwa tidak ada bakteri yang mempengaruhi aktivitas ekstrak
herba sambiloto terhadap sel kanker. Uji sitotoksisitas liposom ekstrak herba sambiloto
terhadap aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara T47D dengan waktu inkubasi yang
lebih lama juga perlu dilakukan untuk lebih mengetahui aktivitas maksimum dari liposom
ekstrak herba sambiloto terhadap sel kanker.
Daftar Referensi
1. Akbarzadeh, A., Rezaei-Sadabady, R., Davaran, S., Joo, S. W., Zarghami, N.,
Hanifehpour, Y., et al. (2013). Liposome : classification, preparation, and application.
Nanoscale research latters, 8, 102, 1-9.
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
18
2. Alley, M. C, Scudiero, D. A., Monks, A., Hursey, M. L., Czerwinski, M. J., Fine, D. L, et
al. (1998). Fleksibility of Drug Screening with Panel of Human Tumor cell Lines Using a
Microculture Tertazolium assay. Cancer Research, 48, 589-601.
3. Barenholz, Y., & Crommelin, D. J. (1994). Liposomes as Pharmaceutical Dossage
Forms. Dalam J. Swarbrick, & J. C. Boyland, Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology (Third ed., Volume 9). New York: Marcel Dekker.
4. Cheung, H. Y., Cheung, S.H., Li, J., Cheung, C.S., Lai, W.P., Fong, W.F., et al. (2005).
Andrographolide Isolated from Andrographis paniculata Induces Cell Cycle Arrest and
Mitochondrial-Mediated Apoptosis in Human Leuchemic HL-60 Cells. Planta Med, 71,
12, 1106-11.
5. Baba, A. I. & Câtoi, C. (2007). Comparative Oncology. Bucharest: The Publishing
House of the Romanian Academy. ISBN-10: 973-27-1457-3. ISBN-13: 978-073-27-
1457-7. 29 juni, 2015.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9552/__NBK9552_dtls__/
6. Darmais. (2009). Pasien dan Informasi Kanker. Darmais Hospital National Cancer
Center: http://www.dharmais.co.id/index.php/what-is-cancer-id.html. [Akses 3 Januari
2015]
7. Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey, L. M.
(2008). Pharmacotherapy a Phatophisiologic Approach. (7th Ed). USA. The McGraw-
Hill Companies.
8. Doyle, A. & Griffiths, J.B. (2000). Cell and Tissue Culture for Medicinas Research.
London: Jhon Whiley & Sons, LTD. 406-409.
9. Dua, J.S., Rana Prof. A. C., Bhandari Dr. A. K. (2012). Liposome : Method Of
Preparation And Applications. International Journal of Pharmaceutical Studies and
Research. 3(2), 14-20
10. Harahap, Y., Syahfan,N. F., & Karsono B. (2007). Uji Toksisitas Sediaan Jadi Daging
Buah Mahkota Dewa (phaleria macrocarpa [Shceff.] Boerl) Terhadap sel MCF-7
Secara In Vitro. Depok: Jurnal Ilmiah Bahan Alam. 6(2), 55-59.
11. Harjotaruno, S., Widyawaruyanti, A., Sismindari, Zaini, N., C. (2007). Apoptosis
Inducing Effect of Andrographolide ON TD-47 Human Breast Cancer Cell Line. African
Journal of Traditional, Complementary and Alternative Medicines 4,3, 345-351.
12. Hillery, A. M., Lloyd, A. W., Swarbrick, J. (2001). Drug Delivery And Targeting.
London : Taylor & Fancis.
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
19
13. Jada, S.R., Subur, G.S., Matthews, C., Hamzah, A.S., Lajis, N.H., Saad, M.S., et al.
(2007). Semisynthesis and In Vitro Anticancer Activities of Andrographolide Analogues.
Phytochemistry, 68 (6), 904-12.
14. Jarukamjorn, K. & Nobuo, N. (2008). Pharmacological Aspects of Andrographis
paniculata on Health and Its Major Diterpenoid Constituen Andrographolide. Journal of
Health Science, 54, 4, 370-381
15. Katno. (2008). Tingkat Manfaat Keamanan dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat
Tradisional. Jawa Tengah: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
16. Kemenkes. (2014). Hilangkan Mitos Tentang Kanker. Retrieved December 24, 2014,
from Depkes: http://www.depkes.go.id/article/print/201407070001/hilangkan-mitos-
tentang-kanker.html
17. Kartawiguna, E. (2001). Faktor Yang Berperan Pada Karsinogenesis. Kedokteran
Trisakti.
18. Khairinal. (2012). Efek Kurkumin terhadap Proliferasi Sel Limfosit Dari Limpa Mencit
C3H Bertumor Payudara Secara In Vitro. Depok: Universitas Indonesia.
19. Kumar, R.A., Sridevi, K. Kumar N.V., Nanduri, S., Rajogopal, S. (2004). Anticancer and
Immunostimulatory Compounds from Andrographis paniculata. Journal of
Ethnopharmacology, 92, 291-295.
20. Li, J., Zhang, C, Jiang, H., Cheng, J. 2015. Andrographolide Inhibits Hypoxia-Inducible
Factor-1 Through Phosphatidylinositol 3-Kinase/Akt Pathway And Suppresses Breast
Cancer Growth. China: Dove Medical Press Limited. (8): 427–435. doi:
10.2147/OTT.S76116.
21. Malaekeh-Nikouei, Mousavi, Shahsavand, Mehri, Nassirli, &Moallem. (2013).
Assessment of Cytotoxic, Properties of Safranal And Nanoliposomal Safranal In Various
Cancer Cell Lines. Phytotherapy Research, 1868-1873
22. Malvern Instrument. (2004). Zetasizer Nano Series User Manual. United Kingdom.
23. Mansoori, M. A., Agrawal, S., Jawade, S., & Khan, M. I. (2012). A review on liposome,
2(4), 453–464.
24. Marliana, Nina. (2004). Efek liposom metilprednisolom palmitat terhadap proliferasi
limfosit T Cd4+ dan Cds+ yang distimulasi oleh concanavalin a secara in vitro. Jakarta.
Universitas Indonesia.
25. Martin, A., Swarbrick, J., Cammarata, A., (1983). Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu
Farmasetik ( Yoshita, Penerjemah). Universitas Indonesia. Ed. 3. Vol.2.
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015
20
26. Mignet, N., Seguin, J., & Chabot, G. G. (2013). Bioavailability of Polyphenol
Liposomes: A Challenge Ahead, 457–471. http://doi.org/10.3390/pharmaceutics5030457
27. Qiang, Z. Z,. (2007). Reaction and Computation Studies of Andrografolide Analogues
with Glutathione and Biological Nucleophilic. Hongkong: City University Of Hongkong.
28. Rosidah, I. (2010). Mikroenkapsulasi Farksi Aktif Dari Herba Sambiloto (Andrographis
paniculata Ness) Yang Berkhasiat Sitotoksik Dengan Metode Semprot Kering. Depok:
Universitas Indonesia.
29. Rowe, R. C., Shaskey, P. J., & Quinn, M. E. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipient (6th ed.). Grayslake: Pharmaceutical Press and American Pharmacist
Association.
30. Samad, A., Sultana, Y., & Aqil, M. (2007). Liposomal Drug Delivery System : An
Update review. India. Departement of Pharmaceutical, Faculty of Pharmacy, Jamia
Hamdard, New Delhi. 4: 297-305.
31. Skeel, Roland. 2007. Handbook of Cancer Chemotherapy.Ohio : Lippincott Williams
&Wilkins
32. Torchilin, V. P. (2005). Recent Advances With Liposomes As Pharmaceutical Carriers.
USA. Natural review : drug recovery.Vol. 4 : 145-160. doi:10.1038/nrd1632.
33. Wan, W. C. & Lin, B. F. (2010). Isolation and Identifification of Bioactive Compound in
Andrographis paniculata (Chuanxinlian). China: Chinese Medicine, 5:17
34. Winarno, E. (2011). Uji Sitotoksik Ekstrak Kapang Aspergilus sp. Terhadap Sel Kanker
Payudara T47D. Depok. Universitas Insonesia.
35. World Health Organization (WHO). (2002). WHO Monographs on Selected medicinal
Plants. Vol 2. Geneva. 12-14.
36. Wu, J., Zhao, X., & Lee, R. J. (2007). Lipid-Based Nanoparticulate Drug Delivery
System. Dalam e. Deepak Thassu, Nanoparticulate Drug Delivery System. Vol 166, hal.
89-95. New York: Infofarma Health Care USA.
Pengaruh enkapsulasi ..., Muhammad Sahlan, FFAR UI, 2015