PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA...

52
PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN KONIDIA Peronosclerospora maydis. DAN INTENSITAS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG (Skripsi) Oleh SINTA NURHASANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA...

Page 1: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP

PERKECAMBAHAN KONIDIA Peronosclerospora maydis.

DAN INTENSITAS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG

(Skripsi)

Oleh

SINTA NURHASANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

ABSTRAK

PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP

PERKECAMBAHAN KONIDIA Peronoscleospora maydis.

DAN INTENSITAS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG

Oleh

SINTA NURHASANAH

Penyakit bulai merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman jagung

karena dapat menyebabkan kerugian yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh fungisida metalaksil dalam menghambat perkecambahan

dan panjang tabung kecambah konidia Peronosclerospora maydis serta

keefektifannya dalam menurunkan intensitas penyakit bulai pada tanaman jagung.

Percobaan dilakukan di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan dan Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lampung dari bulan Maret sampai dengan Juli 2018. Metode penelitian terdiri

atas tiga bagian yaitu percobaan in vitro yang menggunakan rancangan acak

lengkap dengan dua perlakuan dan tiga ulangan serta dua percobaan in vivo

menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) terdiri dari dua perlakuan dengan

sepuluh ulangan untuk percobaan in vivo 1 dan empat ulangan pada in vivo 2.

Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett kemudian untuk pemisahan nilai

Page 3: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

Sinta Nurhasanah

iii

tengah digunakan uji t pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa

patogen yang menyerang tanaman jagung merupakan spesies Peronosclerospora

maydis. Berdasarkan percobaan secara in vitro fungisida metalaksil tidak efektif

dalam menekan perkecambahan dan panjang tabung kecambah konidia

Peronosclerospora maydis. Metalaksil juga tidak efektif dalam menekan

intensitas penyakit bulai pada tanaman jagung berdasarkan tingkat keterjadian dan

keparahan pada percobaan in vivo 1. Namun fungisida metalaksil mampu

menurunkan intensitas penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 yang ditunjukan

dengan tingkat keterjadian dan keparahan yang rendah.

Kata Kunci : in vitro, in vivo 1, in vivo 2, metalaksil, penyakit bulai, dan

Peronosclerospora maydis,

Page 4: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP

PERKECAMBAHAN KONIDIA Peronoscleospora maydis.

DAN INTENSITAS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG

Oleh

SINTA NURHASANAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora
Page 6: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora
Page 7: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora
Page 8: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cilacap, Jawa Tengah pada tanggal 04 November 1996

sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak Baban Riyana dan Ibu Wati Yuniarti.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Wisma Wati

pada tahun 2002, Sekolah Dasar (SD) Negeri 6 Pegadingan pada tahun 2008,

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Cipari pada tahun 2011, dan Sekolah

Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Cipari pada tahun 2014. Penulis terdaftar

sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SBMPTN).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Januari sampai

Maret 2017 di Desa Indra Putra Subing, Kabupaten Lampung Tengah. Pada bulan

Juli sampai Agustus 2017 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PTPN

VII Distrik Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara dengan tema Perbanyakan

Musuh alami Apanteles flavipes untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang

pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.).

Selama menjadi mahasiswa Penulis pernah mengikuti organisasi FOSI FP sebagai

anggota bidang kemuslimahan. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata

kuliah Bioekologi Penyakit Tanaman, Pengendalian Penyakit Tanaman, Biologi

Pertanian, Kimia Dasar dan Pendidikan Agama Islam.

Page 9: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat ( Q.S Al-Baqarah : 45)

Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil

Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Al-Insyirah: 5-6)

Memaafkan adalah kemenangan terbaik (Ali bin Abi Thalib)

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu

kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa harus kehilangan semangat (Winston

Chucill)

Page 10: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat serta

hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Kupersembahkan karya ini kepada :

Kedua orangtuaku,

Kakak dan adikku tersayang

sebagai suatu apresiasi dan ucapan terimakasih yang sebesarbesarnya

Sahabat-sahabatku yang selalu mendampingi dan memberi dukungan

Serta Almamater tercinta Universitas Lampung

Page 11: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Selama penulisan

skripsi ini penulis mendapat banyak bimbingan, saran, kritik dan motivasi dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan upacan terimakasih

kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan S. Banuwa, M Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung;

2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

3. Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku Ketua Bidang Proteksi Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

4. Ir. Setyo Widagdo, M.Si., selaku pembimbing akademik;

5. Prof. Dr. Ir. Cipta Ginting, M.Sc., selaku pembimbing utama penelitian;

6. Ir. Muhammad Nurdin, M. Si. selaku pembimbing kedua penelitian;

7. Ir. Joko Prasetyo, M.P., selaku dosen pembahas;

8. Ir. Dad Resiworo Yekti Sembodo, M.S., selaku pemilik lahan penelitian;

9. Kedua orang tua dan saudara penulis yang telah memberikan dukungan

doa, kasih sayang, motivasi dan nasehat kepada penulis;

10. Seluruh teman-teman angkatan 2014 serta semua pihak yang telah

membantu penulis selama penelitian.

Page 12: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xx

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3

1.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 3

1.4 Hipotesis ............................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6

2.1 Tanaman Jagung ................................................................................... 6

2.1.1 Taksonomi dan Morfologi .......................................................... 6

2.1.2 Syarat Tumbuh ............................................................................ 7

2.2 Penyakit Bulai ...................................................................................... 8

2.2.1 Gejala ......................................................................................... 9

2.2.2 Penyebab Penyakit Bulai ........................................................... 10

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit ............... 11

2.2.4 Pengendalian Penyakit ............................................................... 11

2.3 Fungisida .............................................................................................. 12

III. BAHAN DAN METODE .................................................................. 14

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 14

3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 14

3.3 Metode Penelitian ................................................................................. 14

Page 13: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

xiii

3.4 Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 15

3.4.1 Pengujian Secara In vitro ........................................................... 15

3.4.1.1 Pengenceran Konsentrasi Fungisida .............................. 15

3.4.1.2 Penyiapan Suspensi Konidia Peronosclerospora sp. yang

Diambil dari Lapangan .................................................. 16

3.4.1.3 Percampuran Suspensi Konidia dan Konsentrasi

Fungisida ......................................................................... 16

3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia

Peronosclerospora sp. .................................................... 16

3.4.1.5 Pengamatan Panjang Tabung Kecambah Konidia

Peronosclerospora sp. ................................................... 17

3.4.2 Pengujian In vivo 1 ..................................................................... 17

3.4.2.1 Persiapan Media Tanam ................................................ 18

3.4.2.2 Pengenceran Konsentrasi Fungisida .............................. 18

3.4.2.3 Penyiapan Suspensi Konidia Peronosclerospora sp. .... 19

3.4.2.4 Percampuran Suspensi Konidia dan Konsentrasi

Fungisida ......................................................................... 19

3.4.2.5 Inokulasi Peronosclerospora sp. ................................... 19

3.4.3 Pengujian In vivo 2 ..................................................................... 20

3.4.3.1 Pengolahan Tanah .......................................................... 20

3.4.3.2 Penanaman Benih Jagung .............................................. 21

3.4.3.3 Pemeliharaan Tanaman ................................................. 21

3.4.3.4 Penyiapan Sumber Inokulum ......................................... 22

3.4.3.5 Inokulasi Peronosclerospora sp. ................................... 22

3.4.3.6 Aplikasi Fungisida Metalaksil ....................................... 23

3.4.3.7 Pengamatan dan Pengumpulan Data ............................. 24

3.4.3.7.1 Keterjadian Penyakit ....................................... 24

3.4.3.7.2 Keparahan Penyakit ........................................ 24

3.4.3.7.3 Kerapatan Konidia Patogen Bulai pada Tanaman

Jagung ............................................................ 25

3.5 Variabel Pengamatan ........................................................................... 26

3.6 Analisis Data ........................................................................................ 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 28

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 28

4.1.1 Gejala Penyakit Bulai ................................................................ 28

4.1.2 Identifikasi Patogen ................................................................... 29

4.1.3 Perkecambahan Patogen Penyakit Bulai .................................... 30

4.1.3.1 Daya Kecambah ............................................................. 30

4.1.3.2 Panjang Tabung Kecambah ........................................... 31

4.1.4 Keterjadian Penyakit .................................................................. 31

4.1.5 Keparahan Penyakit ................................................................... 32

4.1.6 Kerapatan Konidia Patogen Bulai .............................................. 33

Page 14: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

xiv

4.2 Pembahasan .......................................................................................... 33

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 40

5.1 Simpulan .............................................................................................. 40

5.2 Saran ..................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 41

LAMPIRAN .............................................................................................. 44

Tabel 10-75 ................................................................................................. 45-66

Gambar 8-18................................................................................................ 67-71

Page 15: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produksi jagung di Provinsi Lampung tahun 2011 sampai 2015 . ........ 2

2. Skor keparahan penyakit ..................................................................... 25

3. Daya kecambah Peronosclerospora maydis ......................................... 30

4. Panjang tabung Peronosclerospora maydis ......................................... 31

5. Keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 1 ............................. 31

6. Keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 . ........................... 32

7. Keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 1 ............................. 32

8. Keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 .............................. 33

9. Kerapatan konidia patogen bulai pada petak in vivo 2 ........................... 33

10. Data daya kecambah patogen penyakit bulai pada waktu pengamatan

2 jam setelah inkubasi ........................................................................ 45

11. Uji Homogenitas daya kecambah patogen penyakit bulai pada waktu

pengamatan 2 jam setelah inkubasi ..................................................... 45

12. Data daya kecambah patogen penyakit bulai pada waktu pengamatan

4 jam setelah inkubasi ......................................................................... 45

13. Uji Homogenitas daya kecambah patogen penyakit bulai pada waktu

pengamatan 4 jam setelah inkubasi ..................................................... 45

14. Data daya kecambah patogen penyakit bulai pada waktu pengamatan

6 jam setelah inkubasi ......................................................................... 46

15. Uji Homogenitas daya kecambah patogen penyakit bulai pada waktu

pengamatan 6 jam setelah inkubasi ..................................................... 46

Page 16: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

xvi

16. Uji t daya kecambah patogen penyakit bulai pada waktu pengamatan

2-6 jam setelah inkubasi ....................................................................... 46

17. Data panjang tabung kecambah patogen penyakit bulai pada waktu

pengamatan 2 jam setelah inkubasi ..................................................... 46

18. Uji Homogenitas panjang tabung kecambah patogen penyakit bulai

pada waktu pengamatan 2 jam setelah inkubasi ................................. 47

19. Data panjang tabung kecambah patogen penyakit bulai pada waktu

pengamatan 4 jam setelah inkubasi ..................................................... 47

20. Uji Homogenitas panjang tabung kecambah patogen penyakit bulai

pada waktu pengamatan 4 jam setelah inkubasi ................................. 47

21. Data panjang tabung kecambah patogen penyakit bulai pada waktu

pengamatan 6 jam setelah inkubasi ..................................................... 48

22. Uji Homogenitas panjang tabung kecambah patogen penyakit bulai pada

waktu pengamatan 6 jam setelah inkubasi .......................................... 48

23. Uji t panjang tabung kecambah patogen penyakit bulai pada waktu

pengamatan 2-6 jam setelah inkubasi ................................................. 48

24. Data keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 1 (1 msi) ...... 49

25. Uji Homogenitas data keterjadian penyakit bulai pada percobaan

in vivo 1 (1 msi) .................................................................................. 49

26. Data keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 1 (2 msi) ...... 50

27. Uji Homogenitas data keterjadian penyakit bulai pada percobaan

in vivo 1 (2 msi) .................................................................................. 50

28. Data keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 1 (3 msi) ...... 51

29. Uji Homogenitas data keterjadian penyakit bulai pada percobaan

in vivo 1 (3 msi) .................................................................................. 51

30. Data keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 1 (4 msi) ...... 52

31. Uji Homogenitas data keterjadian penyakit bulai pada percobaan

in vivo 1 (4 msi) .................................................................................. 52

32. Data keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 1 (5 msi) ...... 53

33. Uji Homogenitas data keterjadian penyakit bulai pada percobaan

in vivo 1 (5 msi) .................................................................................. 53

Page 17: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

xvii

34. Uji t keterjadian penyakit bulai pada percobaan In vivo 1

dalam waktu pengamatan 1-5 minggu setelah inokulasi .................... 54

35. Data keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 1 (1 msi) ........ 54

36. Uji Homogenitas data keparahan penyakit bulai in vivo 1 (1 msi) ...... 54

37. Data keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 1 (2 msi) ........ 55

38. Uji Homogenitas data keparahan penyakit bulai pada percobaan

in vivo 1 (2 msi) .................................................................................. 55

39. Data keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 1 (3 msi) ......... 56

40. Data transformasi keparahan penyakit bulai pada in vivo 1

(3 msi) ................................................................................................. 56

41. Uji Homogenitas keparahan penyakit bulai pada percobaan

in vivo 1 (3 msi) .................................................................................. 56

42. Data keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 1 (4 msi) ........ 57

43. Uji Homogenitas data keparahan penyakit bulai pada percobaan

in vivo 1 (4 msi) .................................................................................. 57

44. Data keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 1 (5 msi) ........ 58

45. Uji Homogenitas data keparahan penyakit bulai pada percobaan

in vivo 1 (5 msi) .................................................................................. 58

46. Uji t keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 1 dalam waktu

pengamatan 1-5 minggu setelah inokulasi .......................................... 59

47. Data keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 (1 msi) ...... 59

48. Data transformasi keterjadian penyakit bulai pada percobaan

in vivo 2 (1 msi) .................................................................................. 59

49. Uji Homogenitas data keterjadian penyakit bulai pada percobaan

in vivo 2 (1 msi) .................................................................................. 59

50. Data keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 (2 msi) ...... 60

51. Uji Homogenitas data keterjadian penyakit bulai pada percobaan

in vivo 2 (2 msi) .................................................................................. 60

52. Data keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 (3 msi) ...... 60

Page 18: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

xviii

53. Uji Homogenitas data keterjadian penyakit bulai pada percobaan

in vivo 2 (3 msi) .................................................................................. 60

54. Data keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 (4 msi) ...... 61

55. Uji Homogenitas data keterjadian penyakit bulai pada percobaan

in vivo 2 (4 msi) .................................................................................. 61

56. Data keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 (5 msi) ...... 61

57. Uji Homogenitas data keterjadian penyakit bulai pada percobaan

in vivo 2 (5 msi) .................................................................................. 61

58. Uji t keterjadian penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 dalam waktu

pengamatan 1-5 minggu setelah inokulasi .......................................... 62

59. Data keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 (1 msi) ........ 62

60. Data transformasi keparahan penyakit bulai pada percobaan

in vivo 2 (1 msi) .................................................................................. 62

61. Uji Homogenitas keparahan penyakit bulai pada percobaan

in vivo 2 (1 msi) .................................................................................. 62

62. Data keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 (2 msi) ........ 63

63. Data transformasi keparahan penyakit bulai pada in vivo 2

(2 msi) ................................................................................................ 63

64. Uji Homogenitas keparahan penyakit bulai pada percobaan

in vivo 2 (2 msi) .................................................................................. 63

65. Data keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 (3 msi) ........ 63

66. Uji Homogenitas keparahan penyakit bulai pada percobaan

in vivo 2 (3 msi) .................................................................................. 64

67. Data keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 (4 msi) ........ 64

68. Uji Homogenitas keparahan penyakit bulai pada percobaan

in vivo 2 (4 msi) .................................................................................. 64

69. Data keparahan penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 (5 msi) ........ 64

70. Uji Homogenitas keparahan penyakit bulai pada percobaan

in vivo 2 (5 msi) .................................................................................. 65

Page 19: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

xix

71. Uji t keparahan penyakit bulai pada percobaan In vivo 2 dalam waktu

pengamatan 1-5 minggu setelah inokulasi .......................................... 65

72. Data kerapatan penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 ..................... 65

73. Data transformasi kerapatan penyakit bulai pada percobaan in vivo 2 . 65

74. Uji Homogenitas kerapatan penyakit bulai pada percobaan

in vivo 2 ............................................................................................... 66

75. Uji t kerapatan penyakit bulai pada percobaan In vivo 2 ..................... 66

Page 20: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bentuk konidia Peronosclerospora spp. ............................................... 10

2. Letak petak percobaan tanaman jagung untuk percobaan in vivo 1 ...... 18

3. Tata letak tanaman jagung pada lahan percobaan in vivo 2 .................. 21

4. Tata letak penempatan sumber inokulum pada petak percobaan in vivo 2 23

5. Pemotongan daun jagung untuk menghitung kepadatan konidia

patogen bulai pada tanaman jagung ..................................................... 26

6. Gejala dan tanda penyakit bulai pada tanaman jagung .......................... 29

7. Identifikasi Peronosclerospora maydis .................................................. 29

8. Proses pencucian daun tanaman jagung (a): (b) penyungkupan dan (c)

Pemanenan spora ................................................................................ 67

9. Kemasan fungisida metalaksil (a) : (b) Pembuatan suspensi fungisida

dan (c) Percampuran suspensi ............................................................. 67

10. Perkecambahan konidia P. maydis dan panjang tabung kecambah ..... 68

11. Benih jagung varietas P27 sebelum dicuci (a) dan (b) Benih jagung

yang telah dicuci ................................................................................ 68

12. Tanaman berumur 7 MST pada percobaan in vivo 1 (a) dan (b) Inokulasi

buatan pada titik tumbuh ...................................................................... 68

13. Pengolahan tanah untuk percobaan in vivo 2 (a): (b) Penyiapan sumber

inokulum dan (c) sumber inokulum yang telah bergejala bulai .......... 69

14. Penugalan untuk penanaman benih jagung (a) : (b) Pemupukan

tanaman berumur 7 MST .............................................................................. 69

Page 21: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

xxi

15. Pemindahan sumber inokulum pada petak (a): (b) Tanaman yang telah

menunjukan gejala bulai ...................................................................... 69

16. Penyemprotan Fungisida ..................................................................... 70

17. Scoring tanaman jagung yang teinfeksi bulai ...................................... 70

18. Pemanenan dan pengukuran kerapatan spora ..................................... 71

Page 22: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di Indonesia yang

menduduki peringkat kedua setelah padi. Jagung banyak dikonsumsi masyarakat

karena kandungan karbohidrat sebagai sumber energi yang tidak berbeda jauh

dengan padi. Komoditas jagung mempunyai fungsi multiguna yaitu sebagai

sumber pangan, pakan dan bahan baku industri (Semangun,1996).

Kebutuhan komoditas jagung dari tahun ke tahun terus meningkat seiring

bertambahnya jumlah penduduk, sehingga produksi jagung perlu ditingkatkan

agar dapat memenuhi kebutuhan jagung tersebut. Namun dalam upaya

peningkatkan produksi jagung terdapat beberapa kendala, salah satunya karena

adanya penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur patogen

Peronosclerospora spp. Berdasarkan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan

Hortikultura Lampung (2012), pada tahun 2010 penyakit bulai menyebabkan

kerusakan tanaman jagung seluas 599 hektar dan meningkat menjadi 1.138 hektar

pada tahun 2011 yang tersebar di wilayah Lampung Selatan, Lampung Tengah,

Lampung Timur, Tanggamus dan Pesawaran. Penurunan produksi jagung di

Provinsi Lampung berlanjut sampai tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 23: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

2

Tabel 1. Produksi jagung di Provinsi Lampung tahun 2011 sampai 2015

Tahun Poduksi (Ton)

2011 1.817.906

2012 1.760.275

2013 1.760.278

2014 1.719.386

2015 1.502.800

(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016).

Penyakit bulai merupakan penyakit utama pada tanaman jagung di Indonesia dan

di negara-negara penghasil jagung lainnya di dunia. Kerusakan akibat infeksi

patogen bulai pada umur antara 10-15 HST dapat mencapai 100% terutama pada

jagung varietas rentan (Talanca, 2013).

Tanaman jagung yang terserang patogen penyakit bulai menunjukkan gejala

klorosis pada daun tanaman jagung muda. Kemudian klorosis tersebut melebar

menjadi jalur yang sejajar dengan tulang induk. Gejala klorosis meluas hingga

ujung daun dan pada waktu pagi hari pada sisi bawah daun terdapat lapisan beludu

putih yang merupakan konidiofor dan konidium jamur. Selain itu daun jagung

yang terserang patogen penyakit bulai akan menjadi kaku, dan lebih tegak

dibandingkan dengan daun jagung yang sehat. Akar tanaman jagung kurang

terbentuk sehingga tanaman mudah rebah (Semangun, 1996).

Pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya

menggunakan fungisida sintetik. Dilaporkan oleh McGrath (2001) bahwa

fungisida memegang peranan penting dalam pengendalian penyakit tanaman.

Fungisida yang banyak digunakan untuk mengendalikan penyakit bulai adalah

fungisida yang bekerja secara sistemik. Fungisida yang bekerja secara sistemik

Page 24: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

3

dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit bulai karena dapat diserap oleh

jaringan tanaman sehingga efektif dalam mengendalikan penyakit bulai. Salah

satu fungisida sistemik yang telah banyak digunakan untuk mengendalikan

penyakit bulai adalah fungisida dengan bahan aktif metalaksil (Ginting, 2013).

Berdasarkan Semangun (1996), Metalaksil merupakan fungisida sistemik yang

mengandung asilalanin yang mana fungisida metalaksil dapat berperan dalam

menghambat metabolisme patogen sehingga pertumbuhan patogen dapat

terhambat.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengaruh fungisida metalaksil dalam menekan daya

berkecambah konidia dan panjang tabung kecambah.

2. Mengetahui pengaruh perlakuan fungisida metalaksil pada konidia

P. maydis terhadap intensitas penyaki bulai pada tanaman jagung.

3. Mengetahui pengaruh fungisida metalaksil dalam menurunkan intensitas

penyakit bulai.

1.3 Kerangka Pemikiran

Perkecambahan Peronosclerospora spp. diawali dengan pembengkakan dan

perubahan ukuran serta bentuk konidia. Konidia berkecambah dengan

memproduksi satu atau lebih tabung kecambah dari bagian konidia (Thurston,

1998). Perkecambahan konidia patogen bulai dapat dihambat melalui penggunaan

fungisida metalaksil. Menurut Barkai-Golan (2001) metalaksil pada konsentrasi

Page 25: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

4

rendah umumnya dapat menghambat pembentukan sporangia, klamidospora, dan

oospora.

Menurut Moekasan et al. (2014), metalaksil mempunyai mekanisme kerja dengan

cara menghambat sintesis asam nukleat dan sintesis protein pada patogen

sehingga metalaksil mampu menghambat pertumbuhan miselia jamur patogen

bulai dan berpeluang menghambat perkecambahan patogen bulai.

Proses infeksi Peronosclerospora spp. di mulai dari konidia yang terlepas pada

tangkai konidia (konidiofor), kemudian disebarkan oleh angin dan jatuh pada

permukaan daun jagung berumur muda. Selanjutnya konidia akan berkecambah

dengan membentuk apressoria, lalu masuk kedalam jaringan tanaman melalui

stomata (Thurston, 1998). Menurut Sumardiyono et al. (2013), pemberian

fungisida metalaksil pada tanaman jagung berpengaruh positif terhadap kerapatan

dan panjang stomata daun jagung menjadi lebih kecil, sehingga berpeluang

menghambat infeksi jamur penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung.

Menurut Hasibuan dan Aeny (2003), fungisida berbahan aktif metalaksil termasuk

fungisida yang bekerja secara sistemik yang dapat terabsorpsi oleh organ-organ

tanaman dan ditranslokasikan ke bagian tanaman melalui aliran cairan tanaman

sehingga mampu menghambat infeksi jamur yang sudah masuk ke dalam jaringan

tanaman. Bahan aktif metalaksil setelah berada pada jaringan tanaman akan

mengalami perubahan molekul sehingga dapat menimbulkan efek toksik namun

tetap mempunyai sifat yang selektif, yaitu dapat membedakan jaringan tumbuhan

yang terinfeksi dengan yang tidak terinfeksi jamur patogen bulai dan berpeluang

dalam menekan intensitas penyakit bulai di lapangan.

Page 26: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

5

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Fungsida metalaksil mampu menghambat perkecambahan dan panjang

tabung kecambah konidia Peronosclerospora maydis pada tanaman

jagung.

2. Perlakuan fungisida metalaksil pada konidia P. maydis mampu menekan

intensitas patogen bulai pada tanaman jagung.

3. Fungisida metalaksil mampu menurunkan intensitas penyakit bulai pada

tanaman jagung.

Page 27: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman hari pendek dengan jumlah daun yang

ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan dan dikendalikan oleh genotipe, lama

penyinaran dan suhu. Daun tanaman jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun

jagung tumbuh pada setiap buku dan berhadapan satu sama lain. Bunga jantan

terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi

penyerbukan silang (Kasrino, 2006).

Jagung merupakan tanaman serelia yang termasuk bahan pangan penting karena

merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber

bahan pangan, jagung telah menjadi komoditas utama setelah beras (Purwono dan

Hartono, 2011).

2.1.1 Taksonomi dan Morfologi

Menurut Iriyanni et al. (2006), tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monokotiledon

Ordo : Poales

Page 28: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

7

Famili : Poaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

Jagung merupakan tanaman semusim (annual) dengan siklus hidup antara 80-150

hari. Tanaman jagung dapat tumbuh hingga ketinggian 3 meter. Tanaman jagung

merupakan satu satunya tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah. Biji

jagung memiliki bentuk tipis dan bulat. Biji jagung diklasifikasikan sebagai

kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur embrio yang sempurna

serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru untuk pertumbuhan dan

perkembangan menjadi tanaman jagung (Wulandari dan Batoro, 2016).

Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah sekitar 10-40 ruas. Tanaman

jagung umumnya tidak bercabang. Akar tanaman jagung merupakan akar serabut.

Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih ditanam.

Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai muncul ke permukaan tanah.

Tanaman jagung mempunyai bunga jantan dan betina yang letaknya terpisah.

Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga

betina terdapat pada tongkol jagung. Tangkai kepala putik merupakan rambut

yang terjumbai di ujung tongkol yang selalu dibungkus kelobot yang jumlahnya

6-14 helai. Pada bunga betina, terdapat sejumlah rambut yang ujungnya

membelah dan jumlahnya cukup banyak (Iriyanni el al., 2006).

2.1.2 Syarat Tumbuh

Tanaman jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50o LU hingga

0-40o LS. Tanaman jagung dapat tumbuh di daerah yang beriklim sedang hingga

Page 29: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

8

daerah yang beriklim sub tropis atau tropis yang basah. Pada lahan yang tidak

beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200

mm/bulan. Tanaman jagung biasanya ditanam diawal musim hujan menjelang

musim kemarau kaena pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung

perlu mendapatkan cukup air. Tanaman jagung dapat tumbuh pada suhu optimum

antara 23-27 derajat (Prihatman, 2012).

2.2 Penyakit Bulai

Penyakit bulai merupakan penyakit utama pada tanaman jagung yang paling

berbahaya di Indonesia karena dapat menyebabkan kerusakan hingga 90% hingga

100% (puso) terutama pada varietas jagung yang rentan terhadap penyakit bulai.

Faktor yang memicu serangan jamur patogen ini adalah suhu yang tinggi sampai

30°C dan hujan yang sesekali turun sehingga menciptakan kondisi lingkungan

cenderung lembab dan mendukung pertumbuhan jamur patogen. Selain itu,

penyakit ini dapat ditularkan juga melalui angina yang menerbangkan spora

(Semangun, 2004).

Penyakit bulai di Indonesia telah dilaporkan tersebar di semua propinsi, spesies

yang ada pada satu propinsi berbeda dengan spesies yang ada di propinsi lainnya.

Seperti spesies Peronosclerospora maydis dominan ditemukan di Pulau Jawa dan

Kalimantan, sedangkan spesies P. philippinensis dominan di Pulau Sulawesi atau

umumnya di luar Pulau Jawa. Hingga tahun 2006 tempat penyebaran spesies

Peronosclerospora yang telah teridentifiksi pada 20 Kabupaten atau Kota di

Indonesia (Burhanudin, 2011).

Page 30: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

9

2.2.1 Gejala

Tanaman jagung yang terinfeksi penyakit bulai dapat menimbulkan gejala

sistemik yang meluas ke seluruh badan tanaman dan dapat juga menimbulkan

gejala lokal (setempat). Hal ini tergantung dari meluasnya jamur penyebab

penyakit di dalam tanaman yang terinfeksi. Gejala sistemik terjadi jika infeksi

jamur patogen mencapai titik tumbuh sehingga dapat menginfeksi semua daun

yang dibentuk oleh titik tumbuh. Sementara itu, gejala penyakit pada tanaman

yang masih muda menyebabkan daun-daun yang baru saja membuka mempunyai

bercak klorotis kecil-kecil. Bercak ini berkembang menjadi jalur yang sejajar

dengan tulang induk. Kemudian jamur penyebab penyakit berkembang menuju

pangkal daun. Daun-daun yang berkembang sesudah terjadinya infeksi akan

tampak gejala klorotis merata merata pada daun atau bergaris-garis. Diwaktu pagi

hari pada sisi bawah daun ini terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari

konidiofor dan konidium jamur (Semangun, 1996).

Benang-benang jamur berada dalam ruang antar sel yang menyebakan daun-daun

tampak kaku, agak menutup, dan lebih tegak daripada biasa. Infeksi penyakit juga

menimbulkan gejala pada akar yang kurang terbentuk dan tanaman mudah rebah.

Tanaman yang terinfeksi pada waktu masih sangat muda biasanya tidak

membentuk buah. Bila infeksi terjadi pada tanaman yang lebih tua, tanaman

dapat tumbuh terus dan membentuk buah namun budah sering mempunyai tangkai

yang panjang, dengan kelobot yang tidak menutup pada ujungnya, dan hanya

membentuk sedikit biji ( Semangun, 2004).

Page 31: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

10

2.2.2 Penyebab Penyakit

Penyebab penyakit bulai di Indonesia ada tiga jenis spesies yaitu

Peronosclerospora maydis, Peronosclerospora. phillipinensis dan

Peronosclerospora sorghi (Gambar 1). Peronosclerospora maydis umumnya

menyerang tanaman jagung di Pulau Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan

DIY. Peronosclerospora philipinensis banyak menyerang tanaman jagung di

Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan sampai Sulawesi Utara, sedangkan

Peronosclerospora sorghi banyak ditemukan di Tanah Karo Sumatera Utara dan

Batu-Malang.

(a) P. maydis (b) P.Sorgi (c) P.hillipinensis

Gambar 1. Bentuk konidia Peronoscleospora spp.

(Sumber : Balai Penelitian Tanaman Serealia, 2007).

Penyakit bulai disebabkan oleh jamur Peronosclerospora maydis. Jamur ini

hifanya tidak bersekat. Miselium Peronosclerospora maydis berkembang di ruang

antar sel. Pada waktu permukaan daun berembun, miselium membentuk

konidiofor yang tampak seperti batang, kemudian konidiofor membentuk sterigma

(tangkai konidium). Konidium yang masih muda berbentuk bulat dan setelah

masak berbentuk jorong dengan ukuran 19,2 x 17,0μm (Semangun, 2004).

Page 32: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

11

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit

Faktor-faktor penyebab terjadinya wabah penyakit bulai di suatu daerah, antara

lain adalah menanam varietas jagung peka bulai, menanam jagung secara

berkesinambungan, efektivitas fungisida rendah akibat dosis dikurangi atau

dipalsukan, tidak melakukan tindakan eradikasi terhadap populasi tanaman yang

terinfeksi dini di pertanaman, terjadinya peningkatan virulensi bulai terhadap

tanaman inang jagung, dan terjadinya resistensi bulai terhadap fungisida berbahan

aktif metalaksil (Burhanudin, 2013).

2.2.4 Pengendalian Penyakit

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit bulai

pada tanaman jagung adalah melalui penggunaan varietas tahan seperti jagung

hibrida varietas Bima-1, Bima-3, Bima-9, Bima-14 dan Bima-15 serta jagung

komposit varietas Lagaligo dan Lamuru, penanaman jagung secara serempak

sehingga tidak terjadi variasi umur yang menyebabkan ketersediaan sumber

inokulum untuk pertanaman jagung berikutnya. Kemudian upaya melalui sanitasi

lingkungan pertanaman jagung perlu dilakukan untuk meminimalisir adanya inang

alternatif untuk patogen bulai bertahan sehingga menjadi sumber inokulum

pertanaman berikutnya, melakukan rotasi tanaman dengan tujuan untuk memutus

ketersediaan inokulum bulai, eradikasi tanaman yang terserang bulai serta

penggunaan fungisida dengan bahan aktif metalaksil sebagai perlakuan benih

(seed treatment) untuk mencegah terjadinya infeksi bulai lebih awal dengan dosis

2,5 -5,0 g/kg benih ( Badan Litbang Pertanian, 2012).

Page 33: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

12

2.3 Fungisida

Menurut Djodjosumarto (2000) fungisida adalah senyawa kimia baik kimia

organik maupun anorganik yang beracun untuk membunuh atau menghambat

perkembangan jamur. Penggunaan fungisida termasuk dalam pengendalian secara

kimia. Adapun keuntungan yang diperoleh dari penggunaan fungisida adalah

mudah diaplikasikan, memerlukan sedikit tenaga kerja, penggunaanya praktis,

jenis dan ragamnya bervariasi.

Pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun yang

banyak dilakukan selama ini adalah penggunaan fungisida berbahan aktif

metalaksil melalui perlakuan benih (seed treatment). Penggunaan fungisida

metalaksil secara terus menerus dalam jangka waktu lama dan semakin

intensifnya penanaman jagung tanpa disertai tertib tanam yang tepat, akan

memicu terjadinya resistensi jamur penyebab penyakit bulai, seperti kasus

resistensi P. maydis terhadap fungisida metalaksil di Bengkayang Kalimantan

Barat dan Kediri Jawa Timur. Perlakuan benih (seed treatment) dengan fungisida

Saromil 35SD berbahan aktif metalaksil dengan dosis 5 g/kg benih jagung efektif

menekan serangan penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur P. philippinensis

pada jagung di Maros Sulawesi Selatan (Burhanudin, 2009).

Cara untuk mengurangi keterjadian penyakit bulai pada tanaman jagung antara

lain berupa penggunaan varietas yang tahan dan penggunaan fungisida berbahan

aktif metalaksil. Penyemprotan metalaksil dilakukan pada saat stomata terbuka

maksimum, yaitu pada pagi hari. Metalaksil juga dapat digunakan untuk

Page 34: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

13

perlakuan benih jagung agar tanaman jagung muda terlindungi dari spora jamur

penyebab penyakit bulai (Hasibuan dan Aeny, 2003).

Metalaksil yang diaplikasikan pada daun hanya akan menyebar terbatas di bagian

daun saja. Di dalam jaringan tumbuhan, senyawa aktif metalaksil mengalami

perubahan molekul. Efek yang ditimbulkan merupakan pengaruh langsung dari

senyawa metalaksil dan akibat berubahnya senyawa metalaksil di jaringan

tumbuhan. Senyawa tersebut bersifat toksik jika telah berada di dalam jaringan

tumbuhan dan mempunyai sifat yang selektif yaitu dapat membedakan jaringan

tumbuhan yang terinfeksi jamur patogen bulai (Hasibuan dan Aeny, 2003).

Page 35: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

14

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret 2018 sampai dengan Juli 2018 di

Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan di

Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah haemocytometer, rotamixer,

tabung reaksi, cawan petri, pipet tetes, mikropipet, gelas preparat, gelas piala,

pengaduk atau spatula, nampan, mikroskop cahaya yang dilengkapi dengan

kamera untuk menyimpan gambar hasil pengamatan konidia patogen bulai, alat

tulis, timbangan, plastik sekat, cangkul , polibag, plastik sungkup, ember, botol

semprot, dan kuas.

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih jagung varietas

P27, fungisida berbahan aktif metalaksil, air, tanah, pasir, pupuk kandang,

aquades, pupuk urea, pupuk SP-36 dan KCl.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu satu tahap pengujian secara in vitro dan

dua tahap pengujian secara in vivo. Tahap pengujian secara in vitro disusun

Page 36: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

15

dalam rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari dua perlakuan yaitu

perlakuan tanpa fungisida sebagai kontrol (T0) dan perlakuan menggunakan

fungisida (T1). Masing-masing perlakuan tersebut dilakukan sebanyak 3 ulangan.

Pengujian secara in vivo yang dilakukan terdiri dari dua tahap, in vivo 1 (tahap

satu) disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan dua perlakuan yaitu

kontrol (T0) dan perlakuan fungisida (T1), masing-masing dengan 10 ulangan dan

setiap unit percobaan terdiri atas 6 tanaman. Percobaan in vivo 2 disusun dalam

rancangan acak kelompok (RAK) dengan dua perlakuan (T0) dan (T1) yang

diulang sebanyak empat kali (empat kelompok).

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pengujian Secara In Vitro

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, tahap yang pertama adalah pengujian

secara in vitro untuk melihat pengaruh fungisida terhadap perkecambahan konidia

dan panjang bulu kecambah. Pengujian ini terdiri dari :

3.4.1.1. Pengenceran Konsentrasi Fungisida

Dosis atau konsentrasi yang akan digunakan sesuai rekomendasi fungisida yang

tertera pada kemasan yaitu 2 gr/L. Suspensi fungisida disiapkan pada konsentrasi

dua kali dari konsentrasi anjuran sehingga pada saat dicampurkan dengan suspensi

konidia dalam volume yang sama, konsentrasi yang diujikan sama dengan

konsentrasi anjuran tersebut. Dengan demikian, konsentrasi yang disiapkan yaitu

4 gr/L. Namun pada percobaan ini, konsentrasi yang digunakan sebanyak 2 gr

yang dilarutkan pada 500 ml air.

Page 37: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

16

3.4.1.2 Penyiapan Suspensi Konidia Peronoscleospora sp. yang Diambil dari

Lapangan

Konidia Peronoscleospora sp. tersebut diambil dari tanaman yang menunjukan

gejala penyakit bulai. Konidia diambil dengan cara, polybag dengan tanaman

jagung terinfeksi bulai diletakkan di atas nampan yang diberi air dan disungkup

menggunakan plastik bening berukuran 1x1 meter sampai rapat. Kemudian

polybag dengan tanaman tersebut dipindahkan ke dalam ruangan bersuhu 17oC

pada pukul 18.30 WIB. Konidia dipanen dari permukaan bawah daun yang

bergejala bulai pada pukul 04.00 WIB. Konidia dipanen dengan menggunakan

kuas kemudian dimasukan ke dalam gelas piala berisi 5 ml aquades steril dan

disesuaikan densitasnya menjadi 105ml

-1.

3.4.1.3 Pencampuran Suspensi Konidia dan Konsentrasi Fungisida

Fungisida yang telah diencerkan dicampur dengan suspensi konidia yang

homogen. Percampuran suspensi terbagi menjadi 3 ulangan dengan perbandingan

1:1 yang dimasukan dalam tabung reaksi, masing-masing ulangan berisi sebanyak

500 µl suspensi fungisida dan 500 µl suspensi spora patogen. Kemudian

percampuran suspensi dalam tabung reaksi digoyangkan menggunakan tangan

agar campuran suspensi homogen. Suspensi yang telah homogen, didiamkan

selama ±2 jam dari percampuran tersebut kemudian dilakukan pengamatan

perkecambahan konidia Peronoscleospora sp.

3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora sp.

Pengamatan perkecambahan konidia patogen bulai dilakukan setiap 2 jam setelah

perlakuan sampai semua atau sebagian besar konidia perlakuan kontrol

Page 38: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

17

berkecambah. Suspensi konidia diletakan pada kaca preparat dan perkecambahan

konidia Peronosclerospora sp. diamati menggunakan mikroskop cahaya.

Pengamatan dilakukan dengan melihat lima konidia masing-masing pada tiga

bidang pengamatan sehingga diperoleh sampel 15 konidia. Konidia yang

berkecambah ditandai dengan munculnya tabung kecambah yang panjangnya

telah melebihi diameter spora. Perhitungan perkecambahan konidia dilakukan

dengan menggunakan rumus:

V=

x 100%

Keterangan :

V = Viabilitas (daya kecambah) konidia

g = Banyaknya konidia yang berkecambah

G = Total konidia yang diamati

3.4.1.5 Pengamatan Panjang Tabung Kecambah Konidia

Peronoscleospora sp.

Pengamatan panjang tabung kecambah konidia Peronosclerospora sp. dilakukan

dengan mengukur panjang tabung kecambah. Konidia yang sedang berkecambah

dipotret lalu panjang tabung kecambah diukur dari dinding konidia sampai ujung

tabung kecambah.

3.4.2 Pengujian In Vivo 1

Pengujian in vivo 1 merupakan tahap kedua dalam penelitian ini. Percobaan

dilakukan untuk melihat pengaruh fungisida terhadap kemampuan konidia

Page 39: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

18

menginfeksi tanaman jagung. Tahap yang akan pengujian yang dilakukan sebagai

berikut:

3.4.2.1 Persiapan Media Tanaman

Media tanam yang digunakan adalah tanah yang diambil disekitar Laboratorium

Hama dan Penyakit, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung. Tanah dicampur dengan pupuk kandang dan pasir dengan

perbandingan 1:1:1 kemudian dimasukan kedalam polybag yang berukuran 8 kg.

Benih jagung yang digunakan adalah benih jagung varietas P27. Benih tersebut

sebelumnya telah dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan fungisida yang

digunakan sebagai seed treatment pada benih. Selanjutnya benih ditanam pada 20

polybag yang telah terisi media tanam, masing-masing polybag berisi 10 benih

dan dilakukan tindakan pemeliharaan yaitu berupa penyiraman dan pengendalian

gulma yang tumbuh. Tata letak percobaan pengujian in vivo 1 dapat dilihat pada

Gambar 2.

Fungisida

U1 U2

U3 U4

U5 U6

U7 U8

U9 U10

Gambar 2. Letak petak percobaan tanaman jagung untuk pengujian in vivo 1.

3.4.2.2 Pengenceran Konsentrasi Fungisida

Suspensi fungisida akan disiapkan pada konsentrasi dua kali dari konsentrasi

anjuran sehingga pada saat dicampurkan dengan suspensi konidia dalam volume

yang sama maka konsentrasi yang diujikan sama dengan konsentrasi anjuran

tersebut. Dengan demikian, konsentrasi fungisida yang disiapkan yaitu 4 g/L.

Kontrol

U1 U2

U3 U4

U5 U6

U7 U8

U9 U10

Page 40: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

19

3.4.2.3 Penyiapan Suspensi Konidia Peronosclerospora sp.

Suspensi konidia Peronosclerospora sp. akan disiapkan dengan prosedur yang

sama dalam namun disiapkan volume yang lebih besar. Konidia dipanen dari

tanaman jagung yang menunjukan gejala bulai dari permukaan bawah daun

dengan menggunakan kuas kemudian dimasukan ke dalam gelas piala yang telah

berisi aquades dan disesuaikan densitasnya menjadi 105 ml

-1.

3.4.2.4 Pencampuran Suspensi Konidia dan Konsentrasi Fungisida

Suspensi konidia sebanyak 10 ml dimasukan ke dalam gelas piala berukuran 50

ml kemudian sebanyak 10 ml suspensi fungisida dimasukan ke dalam erlenmeyer

lalu digoyang dengan tangan sampai kedua suspensi homogen. Langkah ini

berlaku untuk perlakuan T1 yaitu perlakuan menggunakan fungisida sedangkan

perlakuan T0 atau tanpa fungsida, suspensi konidia sebanyak 10 ml di campurkan

dengan aquades sebanyak 10 ml dalam gelas piala berukuran 50 ml dan

dihomogenkan dengan cara menggoyangkan tabung erlenmeyer menggunakan

tangan. Kemudian suspensi kedua perlakuan didiamkan ± 2 jam setelah

perlakuan.

3.4.2.5 Inokulasi Peronosclerospora sp.

Inokulasi Peronosclerospora sp. pada saat tanaman jagung berumur 7 HST,

sebagian tanaman dicabut sehingga pada setiap polybag akan berisi enam

tanaman. Suspensi konidia yang telah disiapkan sebelumnya dan telah didiamkan

± 2 jam kemudian diinokulasikan pada tanaman jagung. Inokulasi dilakukan

dengan cara meneteskan suspensi tersebut pada titik tumbuh tanaman jagung

menggunakan pipet tetes sebanyak 3 tetes per tanaman. Sebelum suspensi

diteteskan, cairan pada titik tumbuh tanaman jagung dibersihkan dengan cara

Page 41: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

20

disedot menggunakan pipet tetes kemudian suspensi konidia diteteskan pada titik

tumbuh tanaman jagung. Tanaman jagung dibiarkan hingga menunjukkan gejala

penyakit bulai (Ningsih, 2017).

3.4.3 Pengujian Secara In Vivo 2

Kemudian tahap yang ketiga adalah pengujian secara in vivo 2 yang dilakukan

sebagai berikut :

3.4.3.1 Pengolahan Tanah

Sebelum dilakukan pengolahan tanah, lahan yang diolah dibersihkan dari gulma

dan sisa-sisa tanaman sebelumnya. Kemudian lahan akan diolah sempurna

dengan mencangkul lebih kurang 20 cm untuk menghancurkan bongkahan tanah

sehingga diperoleh tanah yang gembur kemudian tanah diratakan menggunakan

cangkul. Lahan yang telah diolah tersebut akan dibuat petak-petak percobaan

dengan total 2 x 4 yaitu 8 petak yang terbagi menjadi 4 ulangan (kelompok).

Masing-masing petak berukuran 2 x 2 m dengan unit satuan percobaan per petak

terdiri atas 21 tanaman sehingga total tanaman pada lahan tersebut sebanyak

168 tanaman. Tata letak percobaan dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 42: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

21

T0 T1 U1

T1 T0 U2

T0 T1 U3

T1 T0 U4

Gambar 3. Tata letak tanaman jagung pada lahan dalam pengujian secara

in vivo 2.

3.4.3.2 Penanaman Benih Jagung

Benih jagung ditanam dengan cara ditugal sedalam 3-4 cm dengan jarak tanam

25 x 75 cm. Benih jagung varietas P27 sebelum ditanam telah dicuci terlebih

dahulu untuk menghilangkan fungisida yang digunakan sebagai seed treatment

pada benih kemudian ditanam sebanyak 3 benih per lubang tanam. Setelah

tanaman jagung tumbuh dilakukan penjarangan dengan menyisakan satu tanaman

jagung per lubang sehingga populasi tanaman jagung dalam petak berukuran

2 x 2 m menjadi 21 tanaman per petak.

3.4.3.3 Pemeliharaan Tanaman

Tanaman pada lahan tersebut akan dipupuk untuk memenuhi kebutuhan unsur

hara tanaman jagung. Pemupukan tanaman dilakukan secara tugal di samping

tanaman dengan jarak 5 cm dari batang tanaman jagung dengan dosis pupuk urea

Page 43: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

22

sebanyak 300 kg/ha, TSP atau SP-36 sebanyak 200 kg/ha dan KCl sebanyak 50

kg/ha (Sirappa dan Razak, 2010). Sehingga pada petak seluas 2 x 2 m, diperlukan

pupuk urea sebanyak 120 g/petak, TSP 80 g/petak dan KCl 20 g/petak. Aplikasi

pupuk urea dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada saat tanaman berumur 7 hari

sebanyak 40 g/petak bersama dengan seluruh pupuk TSP dan KCl. Sisa pupuk

urea akan diaplikasikan pada saat tanaman berumur 30 HST sebanyak 60 g dan

pada umur tanaman 45 HST sebanyak 20 g.

Kegiatan pemeliharaan lainnya yang dilakukan adalah penyiangan gulma untuk

mengendalikan gulma agar gulma tidak menghambat pertumbuhan tanaman

jagung dan tanaman jagung disiram untuk memenuhi kebutuhan air tanaman

jagung.

3.4.3.4 Penyiapan Sumber Inokulum

Persiapan sumber inokulum dilakukan dengan menanam tanaman jagung pada

polybag. Benih jagung ditanam pada 8 polybag dengan masing masing polybag

berisi 3 benih. Tanaman jagung yang telah tumbuh diinokulasikan dengan

suspensi konidia yang diperoleh melalui prosedur yang sama seperti pada

pengujian in vitro dan in vivo 1. Inokulasi dilakukan dengan cara di teteskan pada

bagian titik tumbuh tanaman. Metode tetes dilakukan menggunakan pipet tetes

sebanyak ± 1 ml per tanaman. Kemudian tanaman jagung dibiarkan hingga

menunjukan gejala penyakit bulai (Ningsih, 2017).

3.4.3.5 Inokulasi Peronosclerospora sp.

Inokulasi dilakukan secara alami pada saat tanaman jagung telah berumur 5-7

HST dengan meletakan tanaman jagung yang menunjukan gejala penyakit bulai

Page 44: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

23

pada petak percobaan diantara tanaman jagung yang sehat. Pada setiap petak akan

diletakan satu polybag tanaman jagung yang menunjukan gejala penyakit bulai

dengan tata letak seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Tata letak penempatan tanaman bergejala bulai pada tiap petak.

Keterangan :

: tanaman jagung percobaan

: tanaman jagung bergejala bulai sebagai sumber inokulum alami.

3.4.3.6 Aplikasi Fungisida Metalaksil

Aplikasi fungisida berbahan aktif metalaksil dilakukan dengan menggunakan

teknik semprot pada saat tanaman berumur 2, 3, 4 dan 5 MST. Fungisida

diaplikasikan pada dosis anjuran 2gr/l dengan frekuensi penyemprotan yang

dilakukan satu kali per minggu.

Page 45: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

24

3.4.3.7 Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan pada pengujian in vivo 1 dan 2 dilakukan dengan mengamati

keterjadian dan keparahan penyakit dilakukan pada 1, 2, 3, 4 minggu setelah

inokulasi (MSI).

3.4.3.7.1 Keterjadian penyakit

Menurut Ginting (2013) tingkat keterjadian penyakit dapat dihitung menggunakan

rumus:

Keterangan :

Pt : keterjadian penyakit (%)

n : jumlah unit tanaman terserang

N : jumlah unit tanaman diamati

3.4.3.7.2 Keparahan Penyakit

Pengamatan keparahan penyakit dilakukan 1 minggu setelah inokulasi dan

berlangsung selama 4 kali pengamatan. Pengukuran tingkat keparahan penyakit

dapat dilakukan menggunakan rumus :

PP = ∑

Keterangan : PP = Keparahan penyakit (%)

n = Jumlah tanaman dengan skor tertentu

N = Jumlah tanaman yang diamati (sampel)

V = Skor atau skala tertinggi

Page 46: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

25

Untuk penilaian skor atau skala keparahan suatu penyakit, menurut Ginting

(2013), dapat digunakan skala penyakit terdiri dari 5 kategori sebagai berikut :

Tabel 2. Skor Keparahan Penyakit

SKOR KETERANGAN TINGKAT SERANGAN

0

1

2

3

4

Tidak terdapat gejala

Gejala timbul sampai 10% luas/volume

tanaman

Gejala terjadi pada lebih 10% sampai

25% tanaman

Gejala terjadi pada lebih 25% sampai

50% tanaman

Gejala terjadi pada lebih 50% atau

tanaman mati

Tanaman sehat

Ringan

Agak parah

Parah

Sangat parah

3.4.3.7.3 Kerapatan Konidia Patogen Bulai pada Tanaman Jagung

Untuk menghitung kepadatan konidia pada tanaman jagung dapat dilakukan

dengan memotong daun jagung dengan ukuran 2 cm2(Gambar 5) sebanyak 3-5

potongan, daun yang telah dipotong kemudian dipanen konidianya dengan cara

menjepit daun tersebut dengan pinset di dalam cawan petri yang berisi 5 ml

aquades lalu konidia dipanen menggunakan kuas, kemudian konidia di cawan

petri tersebut diteteskan pada haemocytometer dan ditutup dengan cover glass.

Didiamkan menit agar letak konidia stabil. dan dihitung kerapatan pada 25

kotak sedang pada alat tersebut. Pengamatan dilakukan pada pukul 04.00 WIB

(Kurniawan et al., 2017).

Page 47: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

26

Gambar 5. Pemotongan daun jagung untuk menghitung kepadatan konidia

patogen bulai pada tanaman jagung.

Hasil dari kepadatan konidia ini dihitung dengan rumus (Syahnen et al., 2014).

S= R x K

Keterangan :

S = Jumlah konidia

R = Jumlah rata-rata konidia pada 25 kotak pengamatan

K = Konstanta koefisien alat (2,5 x 105)

3.5 Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan pada pengujian secara in vitro adalah daya perkecambahan

konidia patogen Peronoscleospora sp dan panjang tabung kecambah

Peronoscleospora sp. Sedangkan variabel pengamatan pada pengujian secara in

vivo 1 dan 2 meliputi tingkat keterjadian penyakit Peronoscleospora sp,

keparahan Peronoscleospora sp dan kerapatan konidia Peronoscleospora sp.

Page 48: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

27

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengujian secara in vitro, in vivo 1 dan in vivo 2 diuji

menggunakan uji t pada taraf 5% (Susilo, 2013).

Page 49: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

28

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Fungisida metalaksil tidak berpengaruh nyata terhadap penghambatan

daya perkecambahan dan panjang tabung kecambah konidia

Peronosclerospora maydis.

2. Perlakuan fungisida metalaksil pada konidia P. maydis tidak mampu

menekan intensitas patogen bulai pada tanaman jagung.

3. Fungisida metalaksil yang diaplikasikan melalui penyemprotan dapat

menurunkan intensitas penyakit bulai pada tanaman jagung pada umur

tanaman 3 MST sampai dengan 5 MST.

5.2 Saran

Penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan

fungisida berbahan aktif metalaksil pada konsentrasi yang tepat sehingga dapat

meningkatkan keefektifannya dalam menekan penyakit bulai.

Page 50: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

41

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2012. Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung dan Teknik

Pengendaliannya. http://www.litbang.pertanian.go.id/download/one/326.

Diakses pada tanggal 29 Oktober 2017 pukul 13.30 WIB.

Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Jagung Menurut Provinsi Tahun 1993-2015.

http://www.bps.go.id/lonkTableDinamis/view/id/868. Diakses pada tanggal

31 Oktober 2017 pukul 19.30 WIB.

Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2007. Teknologi Produksi Jagung Melalui

Pendekatan Pengelolaan Sumberdaya dan Tanaman Terpadu, Sulawesi

Selatan. http://balitsereal.litbang.deptan.g.id/index.php?option=

com_content &task=view&id=63&Itemid=141KUK-DAS. Diakses pada

tanggal 03 November 2017 pukul 09.30 WIB.

Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2012. Laporan UPTD Balai

Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. Provinsi Lampung.

Barkai-Golan, R. 2001. Postharvest Diseases of Fruits and Vegetables. Elsevier

Science B.V. Netherlands.

Burhanudin. 2009. Fungisida Metalaksil tidak Efektif Menekan Penyakit Bulai

(Peronosclerospora maydis) di Kalimantan Barat dan Alternatif

Penggunaannya. Prosiding Seminar Nasional Serealia. Maros. 29 Juli 2009.

Burhanudin. 2011. Identifikasi Cendawan Penyebab Penyakit Bulai Pada

Tanaman Jagung di Jawa Timur dan Pulau Madura. Suara Perlindungan

Tanaman.1(1) : 1-2.

Burhanudin. 2013. Uji Efektivitas Fungisida Saromil 35 SD (b.a Metalaksil)

Terhadap Penyakit Bulai ( Peronoscleospora philippinesis) Pada Tanaman

Jagung. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. Banjarbaru. 26-27.

CIMMYT. 2010. Maize Doctor. http://maizedoctor.cimmyt.org/index.php.

Diakses pada 17 Agustus 2018 pukul 10.30 WIB.

Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius.

Yogyakarta. 211 hlm.

Djojosumarto, P. 2008. Panduan Lengkap Pestisida dan Aplikasinya. Agromedia.

Jakarta. 344 hlm.

Page 51: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

42

Ginting, C. 2013. Ilmu Penyakit Tumbuhan: Konsep dan Aplikasi. Lembaga

Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 203 hlm.

Hasibuan, R. dan Aeny, T. N. 2003. Modul Kuliah Pestisida dan Teknik Aplikasi.

Jurusan Proteksi Tanaman FP Unila. Bandar Lampung. 30 hlm.

Iriyanni, R. N., Yasin, M., & Andi, T. 2006. Asal, Sejarah, Evolusi, dan

Taksonomi Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Ishii, H. 2006. Impact of Fungicide Resistance in Plant Pathogens on Crops

Disease Control and Agricultural Environment. Japan Agricultural

Research Quarterly. 40 (3) : 1-6.

Kasrino, F. 2005. Suatu Penilaian Mengenai Prospek Masa Depan Jagung di

Indonesia. Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Balai Penelitian

Tanaman Serealia. Maros. 29-30 September 2005.

Kurniawan, A.F., Prasetyo, J., dan R. Sumoharjo. Identifikasi dan Tingkat

Serangan Penyebab Penyakit Bulai di Lampung Timur, Pesawaran, dan

Lampung Selatan. J. Agrotek Tropika. 5(3) : 1-6.

Mcgrath, M.T. 2001. Fungicide resistance in cucurbit powdery mildew:

experiences and challanges. Plant Disease. 85(3): 1-9.

Mcgrath, M.T. 2004. What are fungicides. The Plant Health Instructor.

www.apsnet.org/education/IntroPlantPath/Topics/fungicides/default.htm.

Diakses pada tanggal 20 Agustus 2018 pukul 09.00 WIB.

Moekasan, T.K., Prabaningrum, L., & Adiyoga, W. 2014. Pengelompokan

Pestisida Berdasarkan Cara Kerjanya. Yayasan Bina Tani Sejahtera.

Bandung. 44 hlm.

Ningsih, E.M. 2017. Efikasi Metalaksil, Dimetomorf dan Asam Fosfit untuk

Mengendalikan Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung ( Zea Mays L.)

Varietas NK22. (Skripsi). Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lampung. 79 hlm.

Prihatman, K. 2012. Budidaya Jagung ( Zea mays L). Sistem Informasi

Manajemen Pembangunan di Perdesaan, Proyek Pemda, BAPPENAS.

Diakses pada tanggal 5 November 2017.

Purwono dan Hartono, R. 2011. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya.

Jakarta. 64 hlm.

Semangun, H. 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.

Universitas Gadjah Mada Press. Yoyakarta. 449 hlm.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta. 754 hlm.

Page 52: PENGARUH FUNGISIDA METALAKSIL TERHADAP PERKECAMBAHAN ...digilib.unila.ac.id/55185/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 3.4.1.4 Pengamatan Perkecambahan Konidia Peronosclerospora

43

Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah

Mada University Press. Yogyakarta. 449 hlm.

Sirappa, M.P dan Razak, N. 2010. Peningkatan Produktivitas Jagung Melalui

Pemberian Pupuk N, P, K dan Pupuk Kandang pada Lahan Kering di

Maluku. Jurnal Tanah dan Air. 4(1):1-9.

Sumardiyono, C. 2008. Ketahanan Jamur terhadap Fungisida Di Indonesia. Jurnal

Perlindungan Tanaman Indonesia. 14(1) : 1-5.

Sumardiyono, C., Widiastuti A., Wibowo A., dan Yudistira, D. 2013. Uji

Ketahanan Peronosclerospora maydis Penyebab Penyakit Bulai Jagung

Terhadap Fungisida Metalaksil. Laporan Hibah Penelitian Fakultas

Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Syahnen, Sirait, D.D.N, dan Pinem, S.E. 2014. Teknik Uji Mutu Agens

Pengendali Hayati (ABK) di Laboratorium. http:/ /ditjenbun.pertanian.

go.id/ bbpptpmedan/ berita-279- teknik-uji- mutuagens-pengendalihayati-

aph-di-laboratorium.html.Diunduh pada tanggal 14 Februari 2018.

Susilo, F.X. 2013. Aplikasi Statistika untuk Analisis Data Riset Proteksi

Tanaman. Anugrah Utama Raharja. Bandar Lampung. 168 hlm.

Talanca, A. H. 2013. Status Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung dan

Pengendaliannya. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian.

Banjarbaru. 26-27 Maret 2013.

Thurston, H.D.1998. Tropical Plant Disease, Second edition. APS Press.

Minnesota. 200 hlm.

Widiantini, F., Pitaloka, D.J., Ceppy, N., dan Yulia, E. 2017. Perkecambahan

Peronosclerospora spp. asal Beberapa Daerah di Jawa Barat pada Fungisida

Berbahan Aktif Metalaksil, Dimetomorf dan Fenamidon. Jurnal

Agrikultura. 28 (2): 1-7.

Wulandari, F. dan Batoro, J. 2016. Etnobotani Jagung (Zea mays L.) Pada

Masyarakat Lokal di Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten

Malang. Jurnal Biotropika. 4(1) : 1-7.