PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANONITROFOS PLUS, …digilib.unila.ac.id/40314/6/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANONITROFOS PLUS, …digilib.unila.ac.id/40314/6/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANONITROFOS PLUS, PUPUKANORGANIK DAN KOMBINASINYA TERHADAP BIOMASSA
KARBON MIKROORGANISME (C-MIK) PADA TANAH ULTISOLYANG DITANAMI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
(Skripsi)
Oleh
WENING TYAS APRILIA
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
Wening Tyas Aprilia
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANONITROFOS PLUS, PUPUKANORGANIK DAN KOMBINASINYA TERHADAP BIOMASSA
KARBON MIKROORGANISME (C-MIK) PADA TANAH ULTISOLYANG DITANAMI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
Oleh
WENING TYAS APRILIA
Tanah ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang berpotensi untuk
lahan pertanian dan masih memiliki banyak kendala. Kendala tersebut dapat
diatasi dengan melakukan kegiatan pemupukan berimbang antara pupuk organik
dan pupuk anorganik, serta penambahan bahan pembenah tanah berupa dolomit
dan biochar (sekam padi). Biomassa karbon mikroorganisme (C-mik) tanah dapat
digunakan sebagai indikator tingkat kesuburan tanah karena tingginya populasi
mikroorganisme menunjukkan peningkatan kondisi biologi, fisik, dan kimia yang
baik. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian
pupuk Organonitrofos, anorganik dan kombinasinya terhadap biomassa karbon
mikroorganisme (C-mik) tanah selama pertumbuhan tanaman jagung manis di
tanah ultisol di Kebun Percobaan Natar. Penelitian dilaksanakan di Kebun
Percobaan (BPTP) Natar di Desa Negara Ratu, Lampung Selatan pada bulan Mei
sampai dengan Agustus 2016. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak
kelompok (RAK) yang terdiri dari 11 perlakuan dan 3 ulangan. Homogenitas
Wening Tyas Aprilia
ragam diuji dengan Uji Bartlet dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey setelah
itu dilakukan Uji Ortogonal Kontras. Penelitian ini menggunakan dosis pupuk
100% Organonitrofos = 10.000 kg ha-1 dan 100% pupuk anorganik (Urea = 600
kg ha-1, SP-36 = 300 kg ha-1, KCl = 150 kg ha-1). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Pada pengamatan 0 dan 45 HST, aplikasi kombinasi pupuk tidak
meningkatkan kandungan C-mik tanah. Pada pengamatan 30 dan 90 HST, C-mik
tanah pada seluruh perlakuan kombinasi lebih tinggi dibandingkan perlakuan
Kontrol (P0) . Secara keseluruhan C-mik tanah perlakuan 100% pupuk
Organonitrofos + 100% anorganik (P6) lebih tinggi dibandingkan dengan
kombinasi dosis pupuk perlakuan 100% Organonitrofos + 25% anorganik (P3),
100% Organonitrofos + 50% anorganik (P4), 100% Organonitrofos + 75%
anorganik (P5), 25% Organonitrofos + 75% anorganik (P7), 50% Organonitrofos +
75% anorganik (P8), 75% Organonitrofos + 75% anorganik (P9), 50%
Organonitrofos + 50% anorganik (P10) pada pengamatan 30 HST, 60 HST, 75
HST, dan 90 HST.
Kata Kunci : C-mik, pupuk anorganik, pupuk Organonitrofos
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANONITROFOS PLUS, PUPUKANORGANIK DAN KOMBINASINYA TERHADAP BIOMASSA KARBON
MIKROORGANISME (C-MIK) PADA TANAH ULTISOL YANGDITANAMI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
Oleh
Wening Tyas Aprilia
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Fakultas PertanianUniversitas Lampung
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Wening Tyas Aprilia, dilahirkan di Bandar Jaya pada
tanggal 17 April 1994 dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari
pasangan Bapak Sutadwiyanto dan Ibu Weny Sumarsih.
Penulis mengawali pendidikan formal di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Poncowati
yang diselesaikan pada tahun 2000, SD Negeri 1 Poncowati diselesaikan pada tahun
2006, SMP Negeri 1 Poncowati diselesaikan pada tahun 2009, dan SMA Negeri 1
Terusan Nunyai, Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2012. Selanjutnya pada
tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur ujian mandiri Perguruan Tinggi Negeri
(UMPTN).
Pada Januari sampai dengan Maret 2016 selama 60 hari penulis melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung di Pekon Penyandingan, Kecamatan
Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus. Pada Juli sampai dengan Agustus 2016 selama
30 hari penulis melaksanakan Praktik Umum di PTPN VII Unit Way Berulu, Gedong
Tataan, Pesawaran.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :Bapak dan ibu tercinta yang selalu menjadi sumber motivasi dan jembatan
perjalanan hidupku.
MOTTO
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh jadi
kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah Maha mengetahui
sedangkan kamu tidak mengetahui”
(QS. Al-Baqarah [2] : 216)
Amalan yang lebih dicintai Allah adalah amalan yang terus-menerus dilakukan
walaupun sedikit.
(H.R. Al-Bukhari)
“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak mampu untuk
menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari
(nikmat Allah).”
(QS. Ibrahim [14] : 34)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala kasih, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pupuk Organonitrofos Plus, Pupuk
Anorganik dan kombinasinya terhadap Biomassa Karbon Mikroorganisme (C-mik)
Pada Tanah Ultisol yang ditanami Kacang Tanah”. Dalam menyelesaikan skripsi
ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan, dorongan, saran, bimbingan dan
kritik dari berbagai pihak. Maka dengan segenap kerendahan hati penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung;
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
sekaligus pembimbing kedua atas bimbingan, saran, nasihat-nasihat, serta
kesabaran dalam memberikan bimbingannya kepada penulis;
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku pembimbing pertama atas
bimbingan, saran, nasihat-nasihat, serta kesabaran dalam memberikan
bimbingannya kepada penulis;
4. Bapak Ir. M. A. Syamsul Arif, M.Sc., Ph.D. selaku pembahas pada ujian
skripsi atas kesediannya untuk meluangkan waktu, memberikan nasihat,
ilmu, saran-saran yang telah diberikan;
5. Ibu Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas
motivasi, nasihat serta dukungan kepada penulis sejak mahasiswa baru
hingga dapat menyelesaikan skripsi ini;
6. Seluruh staf dosen dan civitas akademika Fakultas Pertanian Universitas
Lampung atas ilmu, waktu, dan bimbingan yang telah diberikan dalam
proses perkuliahan;
7. Kedua Orangtuaku, Bapak Sutadwiyanto dan Ibuku Weny Sumarsih yang
sangat saya cintai dan sayangi atas cinta, kasih sayang, perhatian, dukungan
dan doa yang selalu mengalir setiap saat serta pendidikan terbaik yang
diberikan padaku, baik pendidikan akademis maupun nonakademis untuk
bekal dimasa depan, serta adikku tercinta Insan Wicaksana atas doa,
dukungan, semangat, motivasi, kasih sayang, dan bahkan kritikan yang
membangun dan selalu menjadi alasan saya untuk terus berjuang sampai saat
ini.
8. Teman-teman Organonitrofos plus seperjuangan skripsi Rizki Noviyani, Trio
Fajar Subekti, Riyandi Eka Putra, Ni’malia Estika Ratna, Nidya Triana Putri,
Robi Nasrullah, S. Bherliana Maharani, Kharla Kurniawati, Reni Novrianti,
Chintya Fransischa, Aftimar Safitri, Gaby Cintya, Irfan Putra, Eka Aprilia,
dan Dominicus atas perjuangan dan kerjasamanya hingga skripsi ini
terselesaikan.
9. Sahabat-sahabatku Dewi Delliana Nurdiati Al-Hamidy, Silvia Setiawati,
Nurul Annisa Ridwan, Mercia Devana Safitri, Riska Chairani Yuka, Eka
Diyah Puspita Dewi, Riyan Younkha, Dimas Santiaji, Hafis Baihaqi dan
Mentari Pertiwi yang telah berjuang bersama selama ini.
10. Serta semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan
manfaat dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Terima
kasih.
Bandar Lampung, 06 September 2018
Wening Tyas Aprilia
i
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL................................................................................ ........... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... ........... vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah.................................................... .......... 11.2 Tujuan Penelitian ..................................................................... .......... 51.3 Kerangka Pemikiran................................................................. .......... 51.4 Hipotesis................................................................................... .......... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah Ultisol............................................................................ .......... 92.2 Biochar ..................................................................................... .......... 102.3 Pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dan
kombinasinya terhadap Perubahan Sifat Tanah................................... 122.4 Peran dan Faktor-faktor yang mempengaruhi C-mik.......................... 14
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. .......... 163.2 Alat dan Bahan......................................................................... .......... 163.3 Metode Penelitian..................................................................... .......... 163.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................. .......... 18
3.4.1 Penyiapan Biochar........................................................ .......... 183.4.2 Pembuatan Petak Percobaan......................................... .......... 193.4.3 Aplikasi Pupuk Organonitrofos dan Biochar ............... .......... 203.4.4 Penanaman Kacang Tanah....................................................... 203.4.5 Aplikasi Pupuk Kimia .................................................. .......... 203.4.6 Pengambilan Contoh Tanah........................................ . .......... 213.4.7 Analisis Tanah .............................................................. .......... 21
3.5 Variabel Pengamatan..... .......................................................... .......... 213.5.1 Variabel Utama............................................................. .......... 213.5.2 Variabel Pendukung ..................................................... .......... 24
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ......................................................................................... ........... 254.1.1 Pengaruh Pupuk Organonitrofos plus, pupuk
Anorganik dan kombinasinya terhadap C-miktanah................................... .......................................... ........... 25
4.1.2 Analisis Sifat Kimia Awal Tanah Ultisol KebunPercobaan Natar ........................................................... ........... 28
4.1.3 Uji Korelasi C-Organik, N-total, P-tersedia, pH, danKadar Air terhadap C-mik tanah .................................. ........... 30
4.2 Pembahasan.............................................................................. ........... 30
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan.............................................................................................. 445.2 Saran..................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Tabel 8-56..................................................................... ....................... ........... 54Gambar 5-10..................................................................................................... 88
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman1. Perlakuan Aplikasi Pupuk Organonitrofos plus, Pupuk
Anorganik dan kombinasinya pada Tanah Ultisol yangditanami Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)..................... 17
2.
3.
4.
Perbandingan ortogonal kontras pengaruh pemberian pupukOrganonitrofos, anorganik dan kombinasinya terhadap C-mik Tanah...............................................................................
Analisis kandungan unsur hara yang terdapat di pupukOrganonitrofos........................................................................
Pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos plus, pupukanorganik dan kombinasinya terhadap C-mik tanah yangditanami kacang tanah (Arachis hypogaea L.).......................
18
20
25
5. Analisis kimia awal tanah ultisol Kebun PercobaanNatar....................................................................................... 28
6. Analisis akhir sifat kimia tanah perlakuan kombinasi pupukOrganonitrofos dan pupuk anorganik pada tanah ultisol saatpanen (90 HST)..................................................................... 29
7. Ringkasan uji korelasi antara C-mik tanah dengan beberapasifat tanah................................................................................ 30
8. Pengaruh pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dankombinasinya terhadap C-mik tanah pada 0 HST.................. 54
9. Pengaruh pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dankombinasinya terhadap C-mik pada 0 HST setelahditransformasi (√√(x).............................................................. 54
10.
11.
Uji homogenitas C-mik tanah pada 0 HST setelahditransformasi (√√(x)).............................................................
Uji Ortogonal kontras pengaruh pupuk Organonitrofos danpupuk anorganik terhadap C-mik pada saat 0 HST (√√(x))...
55
56
iv
12.
13.
Analisis ragam C-mik tanah pada 0 HST setelahditransformasi (√√(x))....………....................................….....
Pengaruh pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dankombinasinya terhadap C-mik tanah pada 15 HST................
57
57
14. Pengaruh pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dankombinasinya terhadap C-mik tanah pada 15 HST setelahditransformasi (√√(x))....................................................…..... 58
15. Uji homogenitas C-mik tanah pada 15 HST setalah ditransformasi (√√(x))..........................................................…. 58
16.
17.
18.
Uji Ortogonal kontras pengaruh pupuk Organonitrofos plus,pupuk anorganik dan kombinasinya terhadap C-mik padasaat 15 HST (√√(x))................................................................
Analisis ragam C-mik tanah pada 15 HST setelahditransformasi (√√(x))....……....................................…….....
Pengaruh pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dankombinasinya terhadap C-mik tanah pada 30 HST................
59
60
60
19. Pengaruh pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dankombinasinya terhadap C-mik tanah pada 30 HST setelahditransformasi (√√(x)).........................................................… 61
20.
21.
Uji homogenitas C-mik tanah pada 30 HST setalah ditransformasi (√√(x)).......…....................................................
Uji Ortogonal kontras pengaruh pupuk Organonitrofos plus,pupuk anorganik dan kombinasinya terhadap C-mik padasaat 30 HST (√√(x))................................................................
61
62
22. Analisis ragam C-mik tanah pada 30 HST setelahditransformasi (√√(x))....……....................................……..... 63
23. Pengaruh pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dankombinasinya terhadap C-mik tanah pada 45 HST setelahditransformasi.........................................…............................ 63
24. Pengaruh pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dankombinasinya terhadap C-mik tanah pada 45 HST setelahditransformasi (√√(x))……..............................................…... 64
25. Uji homogenitas C-mik tanah pada 45 HST setelahditransformasi (√√(x)).......................................................….. 64
v
26.
27.
Uji Ortogonal kontras pengaruh pupuk Organonitrofos plus,pupuk anorganik dan kombinasinya terhadap C-mik padasaat 45 HST (√√(x))................................................................
Analisis ragam C-mik tanah pada 45 HST setelahditransformasi (√√(x))....…..........……..........................….....
65
66
28. Pengaruh pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dankombinasinya terhadap C-mik pada 60 HST.......…...........… 66
29. Pengaruh pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dankombinasinya terhadap C-mik pada 60 HST setelahditransformasi (√√(x))............................................................. 67
30.
31.
Uji homogenitas C-mik tanah pada 60 HST setelahditransformasi (√√(x)).............................................................
Uji Ortogonal kontras pengaruh pupuk Organonitrofos plus,pupuk anorganik dan kombinasinya terhadap C-mik padasaat 60 HST (√√(x))................................................................
67
68
32. Analisis ragam C-mik tanah pada 60 HST setelahditransformasi (√√(x)).............................................……….... 69
33. Pengaruh pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dankombinasinya terhadap C-mik pada 75 HST....................….. 69
34. Pengaruh pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dankombinasinya terhadap C-mik pada 75 HST setelah ditransformasi (√√(x))................................................................ 70
35. Uji homogenitas C-mik tanah pada 75 HST setelahditransformasi (√√(x))............................................................. 70
36.
37.
Uji Ortogonal kontras pengaruh pupuk Organonitrofos plus,pupuk anorganik dan kombinasinya terhadap C-mik padasaat 75 HST (√√(x))................................................................
Analisis ragam C-mik tanah pada 75 HST setelahditransformasi (√√(x)).............................................................
71
72
38. Pengaruh pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dankombinasinya terhadap C-mik pada 90 HST (Panen)............ 72
39. Pengaruh pupuk Organonitrofos plus, pupuk anorganik dankombinasinya terhadap C-mik pada 90 HST setelah ditransformasi (√√(x))...........................………..........……....... 73
vi
40.
41.
Uji homogenitas C-mik tanah pada 90 HST setelahditransformasi (√√(x)).............................................................
Uji Ortogonal kontras pengaruh pupuk Organonitrofosplus, pupuk anorganik dan kombinasinya terhadap C-mikpada saat 90 HST (√√(x)).......................................................
73
74
42. Analisis ragam C-mik tanah pada 90 HST setelahditransformasi (√√(x))....................................................…..... 75
43. Uji korelasi C-Organik tanah dengan C-mik tanah 90 HST... 76
44. Analisis ragam uji korelasi C-Organik dengan C-mik tanah90 HST.................................................…………................... 77
45. Uji korelasi N-total tanah dengan C-mik tanah 90 HST......... 78
46. Analisis ragam uji korelasi N-total dengan C-mik tanah 90HST..……………....…........................................................... 79
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
Uji korelasi P-tersedia tanah dengan C-mik tanah 90 HST....
Analisis ragam uji korelasi P-tersedia dengan C-mik tanah90 HST....................................................................................
Uji korelasi pH tanah dengan C-mik tanah 90 HST...............
Analisis ragam uji korelasi pH dengan C-mik tanah 90HST.........................................................................................
Uji korelasi Kadar air tanah dengan C-mik tanah 90 HST.....
Analisis ragam uji korelasi Kadar air tanah dengan C-miktanah 90 HST..........................................................................
Data Suhu Tanah di Kebun Percobaan Natar........................
Data Curah Hujan di Kebun Percobaan Natar........................
Data Suhu Udara di Kebun Percobaan Natar..........................
Kriteria Penilaian Parameter Tanah........................................
80
81
82
83
84
85
86
86
86
87
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.
2.
Cerobong alumunium untuk pembuatan biochar.....................
Tata letak percobaan pengaruh pemberian pupukOrganonitrofos dan kimia dengan penambahan biocharterhadap biomassa karbon mikroorganisme (C-mik) dilapang.......................................................................…….......
19
19
3. Diagram Proses pengukuran C-mik tanah............................... 23
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Dinamika C-mik tanah dengan perlakuan pupukOrganonitrofos dan pupuk anorganik..............................…....
Penimbangan Sampel Tanah Keperluan Inkubasi...................
Pelaksanaan Fumigasi menggunakan kloroform (CHCl3) 30ml dalam desikator dengan tekanan 50 cm Hg (60 menit)......
Tanah inokulan (tanah segar) yang disimpan di dalam lemaripendingin untuk keperluan inkubasi........................................
Pelaksanaan inkubasi menggunakan tanah fumigasi denganpenambahan tanah inokulan beserta botol film berisi 10 ml0,5 N KOH dan 10 ml aquades...............................................
Pelaksanaan Titrasi dengan HCl 0,1 N yang ditambahkanindikator PP (phenophtalein) pada beaker berisi KOH............
Hasil Titrasi HCl 0,1 yang ditambahkan 2 tetes MO (metilorange)....................................................................................
27
88
88
89
89
90
90
1
I
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Ultisol adalah tanah yang berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia banyak
ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Ultisol merupakan salah satu
jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha
atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia (Subagyo dkk., 2004). Tanah ini
dapat dijumpai pada berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung. Tanah ini
merupakan bagian terluar dari lahan kering yang masih berpotensi untuk pertanian
dan mempunyai lapisan permukaan yang sangat tercuci berwarna kelabu cerah
sampai kekuningan di atas horizon akumulasi yang bertekstur relatif berat,
berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal agregat kurang stabil dan
permeabilitas rendah dengan kandungan bahan organik rendah (Kemala, 2010).
Beberapa kendala yang umum pada tanah Ultisol adalah kemasaman tanah tinggi,
pH rata-rata < 4,50, kejenuhan Al tinggi, Unsur hara mikro Zn, Ma, Cu, dan B
miskin kandungan hara makro terutama P, K, Ca, dan Mg, serta kandungan bahan
organik. Untuk mengatasi kendala tersebut dapat diterapkan teknologi pengapuran,
pemupukan P dan K, dan pemberian bahan organik (Prasetyo dan Suriadikarta,
2006). Pemanfaatan tanah Ultisol untuk pengembangan tanaman pangan lebih
banyak menghadapi kendala dibandingkan dengan untuk tanaman perkebunan.
2
Oleh karena itu, tanah ini banyak dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan kelapa
sawit, karet, dan hutan tanaman industri, terutama di Sumatera dan Kalimantan
(Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Pemupukan pada tanah ultisol mutlak diperlukan untuk memperbaiki kesuburan
tanah Ultisol. Nugroho dkk. (2012) telah memformulasi pupuk organik baru yang
dipopulerkan dengan nama Organonitrofos. Pupuk Organonitrofos adalah salah
satu jenis pupuk organik yang mampu menyediakan unsur hara N dan P yang
cukup tinggi. Pupuk Organonitrofos merupakan pupuk organik formula baru dari
bahan-bahan 70-80 % kotoran sapi dan 20-30 % limbah padat dari industri MSG
(Monosodium glutamat) yang diinokulasi dengan mikroorganisme pelarut P
(Aspergillus niger dan Pseudomonas fluorescens) dan mikroorganisme penambat N
(Azotobacter sp. dan Azospirillum sp.) yang diinkubasikan lalu limbah tersebut
dijadikan pupuk berbentuk remah. Pupuk Organonitrofos dapat meningkatkan
kualitas bahan organik didalam tanah sehingga dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah selain itu pupuk tersebut diharapkan dapat mengurangi
kebutuhan pupuk kimia sehingga dapat menciptakan kegiatan pertanian yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Pemberian pupuk Organonitrofos yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik
dengan penambahan biochar diharapkan mampu meningkatkan produktivitas tanah
Ultisol. Selain pemberian pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah
Ultisol, perlu ditambahkan bahan pembenah tanah lainnya untuk memberikan hasil
yang lebih baik lagi. Salah satunya yaitu dengan pemberian biochar (arang hayati).
Biochar merupakan butiran halus substansi arang kayu yang porous, bila digunakan
sebagai suatu pembenah tanah dapat mengurangi CO2 dari udara dengan cara
3
mengikatnya ke dalam tanah. Dalam tanah, biochar menyediakan habitat bagi
mikroorganisme tanah, tapi tidak dikonsumsi dan umumnya biochar yang
diaplikasikan bisa tinggal dalam tanah selama ratusan atau ribuan tahun.
Mikroorganisme tanah merupakan faktor penting dalam ekosistem tanah, karena
berpengaruh terhadap siklus dan ketersediaan hara tanaman serta stabilitas struktur
tanah (Paul dan Clark, 1989). Dalam jangka panjang biochar tidak mengganggu
keseimbangan karbon-nitrogen, tapi bisa menahan dan menjadikan air dan nutrisi
lebih tersedia bagi tanaman. Jika pembakaran berlangsung sempurna, biochar
berubah menjadi abu dan melepaskan karbon yang nilainya lebih rendah ditinjau
dari pertimbangan masalah lingkungan (Gani, 2010).
Produktivitas tanah Ultisol mencakup produktivitas secara fisik, kimia dan biologi,
dari segi biologi tanah pengaruh Organonitrofos terhadap tanah Ultisol mampu
menyediakan unsur hara N dan P yang cukup tinggi dan dapat meningkatkan
biomassa karbon mikroorganisme didalam tanah. Biomassa karbon
mikroorganisme (C-mik) tanah sendiri dapat digunakan sebagai indikator
kesuburan tanah, karena tingginya populasi mikroorganisme tanah hanya mungkin
terjadi jika tanah tersebut memiliki sifat yang mampu mendukung aktivitas dan
perkembangan mikroorganisme tanah. Biomassa Mikroorganisme merupakan
bagian yang hidup dari bahan organik tanah yaitu bakteri, fungi, algae, dan
protozoa, tidak termasuk akar tanaman dan fauna tanah yang lebih besar dari
amuba terbesar (yang kurang lebih 5 x 103 µm3) (Jenkison dan Powlson, 1976).
Menurut Lavahun (1995) biomassa mikroorganisme tanah merupakan sumber
bervariasi hara-hara tanaman dan juga sebagai agen pembentukan hara-hara
tersebut. Selain itu mikroorganisme merupakan agen perombak dari semua bahan
4
organik yang masuk kedalam tanah, mengubahnya kedalam bentuk senyawa
anorganik sederhana, sehingga dapat digunakan oleh tanaman.
Biomassa mikroorganisme ini memegang peranan penting dalam memelihara
kesuburan tanah dan dalam siklus karbon, nitrogen, fosfor,dan sulfur. Seperti yang
kita ketahui pupuk Organonitrofos adalah salah satu jenis pupuk organik yang
mampu menyediakan unsur hara N (nitrogen) dan P (fosfor) yang cukup tinggi.
Sumber utama N didalam tanah yaitu bahan organik, sedangkan unsur hara P lebih
berfungsi untuk penyerapan akar tanaman dan lebih banyak dalam bentuk
anorganik dibandingkan organik. Didalam tanah kandungan P bisa tinggi tetapi
hanya sedikit yang tersedia bagi tanaman. Karbon dalam bahan organik merupakan
sumber energi utama bagi aktivitas mikroorganisme tanah. Penambahan C/N rasio
yang tinggi pada tanah dapat merangsang perkembangbiakan mikroorganisme
tanah.
Pupuk anorganik merupakan pupuk yang dibuat secara komersial dengan
kandungan unsur-unsur yang terukur. Pupuk anorganik ada yang mengandung N
(ion ammonium, ion nitrat, atau urea), P (ion phosphat) dan K (ion kalium).
Dengan tersedianya N, P, dan K dalam tanah maka dapat meningkatkan aktivitas
mikroorganisme atau C-mik dalam tanah. Kombinasi pupuk organonitrofos dengan
pupuk anorganik dapat memperbaiki siat-sifat tanah dan dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi. Selain itu terdapat penambahan biochar yang akan
semakin memberikan manfaat. Dari kombinasi tersebut karena biochar memiliki
manfaat memperbaiki kondisi tanah (struktur, tekstur, dan pH tanah) sehingga
memacu petumbuhan akar tanaman, meningkatkan nilai biomassa mikroorganisme
yang ada dalam tanah.
5
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh perlakuan pupuk
Organonitrofos, anorganik dan kombinasinya terhadap biomassa karbon
mikroorganisme (C-mik) di tanah Ultisol yang ditanami kacang tanah.
1.3 Kerangka Pemikiran
Menurut Septiana (2012), salah satu faktor penentu biomassa karbon
mikroorganisme (C-mik) ialah kandungan bahan organik. Bila jumlah bahan
organik dalam tanah dapat diketahui jumlahnya maka kandungan bahan organik
merupakan salah satu indikator tingkat kesuburan tanah dan kandungan bahan
organik juga merupakan salah satu sumber energi dan sumber hara atau nutrisi bagi
mikroorganisme tanah. Besar kecilnya kandungan bahan organik tanah
mempengaruhi populasi mikroorganisme tanah yang dapat di produksi dengan
kandungan C-mik tanah. Tolak ukur untuk mendeteksi penurunan kadar bahan
organik tanah umumnya dilakukan dengan mengukur kandungan C-organik total
tanah.
Biomassa karbon mikroorganisme tanah (C-mik) dapat dijadikan sebagai indikator
tingkat kesuburan tanah. Tingginya populasi mikroorganisme tanah menunjukan
peningkatan kondisi biologi, fisik dan kimia tanah yang baik. Dengan perlakuan
kombinasi pemberian pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik diharapakan
dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah dan kandungan hara di dalam
tanah serta dapat berkorelasi secara positif dengan kesuburan tanah.
Mikroorganisme memegang berbagai peranan yang sangat penting dalam berbagai
proses yang terjadi di dalam tanah. Oleh karena itu untuk memahami dan
6
menjelaskan proses-proses tersebut, pengukuran biomassa mikroorganisme sangat
penting untuk dilakukan. Kompleksnya komunitas mikroorganisme yang ada di
dalam tanah menyebabkan perlunya prosedur standar untuk mengukur kandungan
biomassa mikroorganisme dengan tepat dan akurat. Metode yang digunakan yaitu
fumigasi-inkubasi sebagai penetapan biomassa karbon mikroorganisme tanah
(Bangun dan Wahono, 2002).
Pupuk Organonitrofos yang sudah direformulasi berasal dari bahan organik berupa
kotoran sapi segar dan limbah padat industri MSG (monosodium glutamat) yang
telah terdekomposisi dan diperkaya dengan mikroba penambat N dan mikroba
pelarut P. Pemberian pupuk Organonitrofos diharapkan dapat meningkatkan
populasi mikroorganisme tanah serta kandungan N, P dan C-organik tanah ultisol
sehingga kesuburan tanah secara kimia, C-mik juga dapat meningkat (Lumbanraja
dkk., 2013).
Pada penelitian ini tanah Ultisol yang ditanami kacang tanah diberikan
penambahan biochar sekam padi dan dolomit pada setiap perlakuan yang akan
memberikan manfaat cukup besar antara lain dapat memperbaiki struktur tanah,
menahan air dan tanah dari erosi karena luas permukaannya lebih besar,
memperkaya karbon organik dalam tanah, meningkatkan pH tanah sehingga secara
tidak langsung meningkatkan produksi tanaman (Ismail dan Basri, 2011). Hal ini
didukung dari hasil penelitian Chan dkk. (2008) bahwa aplikasi biochar dapat
meningkatkan C-organik tanah, pH tanah, struktur tanah, KTK tanah, dan kapasitas
penyimpanan air tanah. Penambahan dolomit membantu mengubah pH tanah
Ultisol Natar agar terkontrol sehingga tanah dapat bereaksi masam dan proses
7
penyerapan unsur hara dalam tanah seperti fosfor dan kalium oleh tanaman menjadi
optimal.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. C-mik tanah pada perlakuan pupuk tunggal Organonitrofos atau anorganik, serta
kombinasinya lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang tidak diberi pupuk.
2. Pupuk tunggal Organonitrofos lebih baik daripada pupuk tunggal anorganik.
3. C-mik tanah pada perlakuan kombinasi pupuk Organonitrofos dan anorganik
lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian pupuk tunggal Organonitrofos atau
anorganik saja.
4. C-mik tanah pada perlakuan kombinasi dosis 100% pupuk Organonitrofos +
100% anorganik lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi 100% pupuk
Organonitrofos + 25%, 50% dan 75% anorganik.
5. C-mik tanah pada perlakuan kombinasi dosis 100% pupuk Organonitrofos +
25% anorganik lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi 100% pupuk
Organonitrofos + 50%, 75% anorganik,
6. C-mik tanah pada perlakuan kombinasi dosis 100% pupuk Organonitrofos +
75% anorganik lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi 100% pupuk
Organonitrofos + 50% dosis anorganik.
7. C-mik tanah pada perlakuan kombinasi dosis 100% pupuk Organonitrofos +
100% anorganik lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi 25%, 50%, 75%
pupuk Organonitrofos + 50%, 75% anorganik.
8
8. C-mik tanah pada perlakuan kombinasi dosis 50% pupuk Organonitrofos + 50%
anorganik lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi 25%, 50%, 75% pupuk
Organonitrofos + 75% anorganik.
9. C-mik tanah pada perlakuan kombinasi dosis 25% pupuk Organonitrofos + 75%
anorganik lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi 50%, 75% pupuk
Organonitrofos + 75% anorganik.
10. C-mik tanah pada perlakuan kombinasi dosis 75% pupuk Organonitrofos +
75% anorganik lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi 50% pupuk
Organonitrofos + 75% anorganik.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah Ultisol
Tanah Ultisol, umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia banyak
ditemukan di daerah, dengan bahan induk batuan liat. Tanah Ultisol merupakan
bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk
pertanian, tersebar di daerah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian jaya.
Daerah-daerah ini direncanakan sebagai daerah perluasan arel pertanian dan
pembinaan transmigrasi. Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang
alang-alang. Problema tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tingggi sehingga
menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsur hara rendah, diperlukan
tindakan pengapuran dan pemupukan (Hardjowigeno, 2003).
Di indonesia, Ultisol umumnya belum tertangani dengan baik. Dalam skala besar,
tanah ini telah dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit, karet dan hutan
tanaman industri, tetapi pada skala petani kendala ekonomi merupakan salah satu
penyebab tidak terkelolanya tanah ini dengan baik (Prasetyo dan Suriadikarta,
2006).
10
Ultisol merupakan tanah tua yang masam, dan umumnya berada di bawah
vegetasi hutan. Selama proses pembentukan tanah bahan induknya mengalami
pelindian
sehingga lapisan atas menjadi begitu masam. Ultisol memiliki kemasaman tanah
kurang dari 5.5, bahan organik rendah, kejenuhan basa kurang dari 35%,
sedangkan kapasitas tukar kation (KTK) kurang dari 4/100 g-1 liat. Sehingga
Ultisol merupakan tanah yang miskin akan hara dan dengan adanya horizon
argilik dapat membatasi pertumbuhan dan penetrasi akar tanaman. Sedangkan
secara fısik tanah ini memiliki kandungan liat yang maksimal pada horizon Bt,
permeabilitas Iambat sampai baik sedangkan konsistensi tanahnva teguh (Munir,
1996).
Masalah pada tanah Ultisol adalah reaksi tanah yang masam, kandungan Al yang
tinggi, unsur hara yang rendah sehingga diperlukan pemupukan dan pengelolaan
yang baik agar tanah menjadi produktif dan tidak rusak. Jenis tanah ini
diperkirakan meliputi 48 juta hektar terutama di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
dan Irian jaya (Hardjowigeno, 1992).
2.2 Biochar
Biochar merupakan bahan pembenah tanah yang telah lama dikenal dalam bidang
pertanian yang berguna untuk meningkatkan produktivitas tanah. Bahan utama
untuk pembuatan biochar adalah limbah-limbah pertanian dan perkebunan seperti
sekam padi, tempurung kelapa, kulit buah kakao, serta kayu-kayu yang berasal
dari tanaman hutan industri. Teknik penggunaan biochar berasal dari basin
Amazon sejak 2500 tahun yang lalu. Penduduk asli Indian memasukkan limbah-
limbah pertanian dan perkebunan tersebut ke dalam suatu lubang di dalam tanah.
11
Sebagai contoh yaitu “Terra Preta” yang sudah cukup dikenal di Brazil. Tanah
ini terbentuk akibat proses perladangan berpindah dan kaya residu organik yang
berasal dari sisa-sisa pembakaran kayu hutan (Glaser dkk., 2002).
Menurut Lehmann dan Joseph (2009), biochar diproduksi dari bahan-bahan
organik yang sulit terdekomposisi, yang dibakar secara tidak sempurna (pyrolisis)
atau tanpa oksigen pada suhu yang tinggi. Arang hayati yang terbentuk dari
pembakaran ini akan menghasilkan karbon aktif, yang mengandung mineral
seperti kalsium (Ca) atau magnesium (Mg) dan karbon anorganik. Kualitas
senyawa organik yang terkandung dalam biochar tergantung pada asal bahan
organik dan metode karbonisasi. Dengan kandungan senyawa organik dan
inorganik yang terdapat di dalamya, biochar banyak digunakan sebagai bahan
amelioran untuk meningkatkan kualitas tanah, khususnya tanah marginal (Rondon
dkk., 2007; Hunt dkk., 2010).
Pemberian biochar dapat memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah
(Steinbeisis dkk., 2009). Pemberian biochar ke tanah berpotensi meningkatkan
kadar C-tanah, retensi air dan unsur hara di dalam tanah. Gani (2009) menyatakan
bahwa keuntungan lain dari biochar adalah bahwa karbon pada biochar bersifat
stabil dan dapat tersimpan selama ribuan tahun di dalam tanah. Biochar yang
diberikan ke dalam tanah dapat meningkatkan fiksasi N di dalam tanah (Rondon
dkk., 2007). Pencucian N dapat dikurangi secara signifikan dengan pemberian
biochar ke dalam media tanam (Steiner, 2007), sehingga N tersedia baik bagi
tanaman dan tidak mengalami kekurangan. Biochar juga dapat meningkatkan
KTK tanah, sehingga dapat mengurangi resiko pencucian hara khususnya K dan
NH4-N. Biochar juga dapat menahan P yang tidak bisa diretensi oleh bahan
12
organik biasa (Lehmann, 2007). Biochar dapat berfungsi sebagai pembenah tanah,
meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan memasok sejumlah nutrisi yang
berguna serta meningkatkan sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Mawardiana
dkk., 2013). Hasil penelitian lainnya, menunjukkan bahwa biochar dapat
menambah kelembaban dan kesuburan tanah pertanian. Di samping itu, dalam
konteks pengurangan emisi CO2, biochar persisten dalam tanah bahkan dilaporkan
sampai ribuan tahun. Potensi biochar sebagai pembenah tanah selain dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah dapat pula sebagai sumber
utama bahan untuk konservasi karbon organik di dalam tanah. Penambahan
biochar ke tanah meningkatkan ketersediaan kation utama dan fosfor, total N dan
kapasitas tukar kation tanah (KTK) yang pada akhirya meningkatkan hasil
produksi (Gani, 2010).
2.3 Pupuk Organonitrofos, pupuk anorganik dan kombinasinya terhadapperubahan sifat tanah
Pupuk Organonitrofos merupakan pupuk organik alternatif dengan bahan baku
kotoran sapi (fresh manure) yang dikombinasikan dengan limbah padat industri
dari industri MSG ( Monosodium Glutamat). Bahan ini dikomposkan dengan
menggunakan teknik pengomposan yang terkendali dan melibatkan mikroba.
Selain itu, campuran bahan baku tersebut diinokulasi dengan mikroba N2-fixer
dan pelarut P. Hal ini berfungsi dalam meningkatkan kandungan hara N dan P dari
kompos yang dihasilkan. Produk kompos diformulasikan sebagai pupuk NP
organomineral dengan kandungan N yang relatif cukup serta P-terlarut yang
cukup tinggi. Kedua bahan baku bersumber dari sumberdaya lokal yang cukup
melimpah di Provinsi Lampung, sehingga harga pupuk alternatif ini akan lebih
murah dan lebih kompetitif (Nugroho dkk., 2012).
13
Syarat tanah sebagai media tumbuh dibutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik.
Apabila keadaan fisik tanah baik maka dapat menjamin pertumbuhan akar
tanaman sehingga dapat menaikkan aerasi dan ruang pori tanah. Dengan adanya
pemberian pupuk Organonitrofos, maka dapat menaikkan sifat fisik tanah (aerasi
dan ruang pori tanah) sehingga dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman.
Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi struktur,
konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah
peningkatan ketahanan terhadap erosi (Stevenson, 1982).
Selain berperan terhadap peningkatan sifat fisik dan kimia tanah, pupuk organik
juga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah. Pupuk organik
merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna tanah. Penambahan pupuk
organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi
dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi
dan mineralisasi bahan organik serta respirasi tanah. Beberapa mikroorganisme
yang beperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan
aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan
dalam dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam protozoa,
nematoda, Collembola, dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan dalam proses
humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab
terhadap pemeliharaan struktur tanah (Tian dkk., 1997).
Bahan organik merupakan substrat alami untuk mikroorganisme dan secara
tidak langsung memberikan nutrisi bagi tanaman melalui kegiatan
mikroorganisme tanah. Bahan organik itu penting untuk pembentukan agregat
tanah dan karenanya juga untuk pembentukan struktur tanah yang pada akhirnya
14
menentukan sampai sejauh mana aerasi tanah dan kebiasaan perakaran tanaman.
Bahan organik membantu dalam konservasi nutrisi tanah dengan mencegah erosi
dan peluruhan nutrisi dan permukaan tanah (Rao, 1994).
2.4 Peran dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi C-mik
Jenkinson dan Powlson (1976) menambahkan dalam mengukur kandungan
biomassa mikroorganisme tanah metode yang digunakan adalah metode yang
dikenal dengan metode Kloroform fumigasi-inkubasi (CFI) dan biomassa
mikroorganisme tanah (C-mik) yang merupakan indikator tingkat kesuburan
tanah. Tanah yang mengandung berbagai macam mikrobiota tanah secara umum
dikatakan bahwa tanah tersebut adalah tanah yang sifat fisik dan kimianya baik.
Banyaknya mikroorganisme tanah hanya ditemukan pada tanah yang mempunyai
sifat bagi mikrobiota tanah tersebut untuk berkembang dan aktif. Menurut Smith
dkk. (1995), metode CFI ini dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa
mikroorganisme tanah yang mati, akan dimineralisasi dengan cepat dan CO2 yang
dihasilkan merupakan sebuah ukuran dari populasi awal keberadaan mikrobiota
tanah.
C-mik tanah mampu dijadikan indikator dalam penentu kesuburan tanah, karena
C-mik tanah mewakili sebagian kecil fraksi total karbon dan nitrogen tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas C-mik antara lain kandungan unsur
hara dalam tanah, struktur tanah, tekstur tanah, kelembaban tanah dan suhu tanah
Berdasarkan hasil penelitian Mustoyo dkk. (2013), C-mik tanah menentukan
tingkat kesuburan tanah, sementara itu tingkat C-mik tanah di Plateau Dieng
ditentukan oleh bahan organik tanah dan nilai konduktivitas listrik.
15
Mikroorganisme juga membutuhkan nutrisi untuk kelangsungan hidupnya
didalam tanah. Nutrisi tersebutlah yang berguna untuk memberikan energy dan
membantu mikroba untuk melaksanakan aktivitasnya. Dengan nutrisi yang
terpenuhi maka mikroba akan bereproduksi agar generasi mereka tidak punah.
Seperti yang kira ketahui pupuk Organonitrofos merupakan pupuk organik baru
yang dirakit dari pencampuran kotoran sapi dengan batuan fosfat alam yang
diperkaya mikroorganisme penambat N dan pelarut P. Dengan adanya
penambahan pupuk Organonitrofos serta kombinasinya diharapkan dapat
memperbanyak biomassa mikroorganisme tanah dan terbantu aktivitasnya untuk
mempercepat penyediaan hara dan juga sebagai sumber bahan organik tanah
untuk tanaman karena mikroorganisme sangat nyata peranannya dalam hal
mendekomposisi bahan organik pada tanaman tingkat tinggi.
Hassink (1994) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara tekstur
tanah dan biomassa karbon mikroorganisme tanah (C-mik). Biomassa
mikroorganisme tanah lebih tinggi dua kali lipat pada tanah-tanah bertekstur pasir
atau debu dari pada tanah- tanah bertekstur liat. Hal ini terjadi karena rendahnya
aktivitas mikroorganisme dan kecepatan mineralisasi pada tanah-tanah bertekstur
liat, berhubungan dengan rendahnya rasio C : N tanah.
16
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Natar di Desa Negara Ratu dari
bulan Mei sampai dengan Agustus 2016. Analisis biomassa karbon
mikroorganisme tanah (C-mik) dan analisis contoh tanah dilakukan di
Laboratorium Ilmu Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah benih kacang tanah Varietas Jerapah, biochar,
pupuk urea, SP-36, KCl, pupuk Organonitrofos, serta bahan-bahan kimia untuk
analisis sampel tanah dan biomassa karbon mikroorganisme tanah.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pirolisator, bor tanah, cangkul,
sekop, tabung gas, terpal, karung, tali, ayakan 2 mm, kulkas, oven, desikator, pH
meter, toples plastik ukuran 1 liter, botol film, dan alat laboratorium lainnya untuk
analisis tanah.
3.3 Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang terdiri atas 11 perlakuan dengan 3 ulangan, sehingga
17
diperoleh 33 unit percobaan. Pada setiap plot percobaan diambil 5 sampel tanah
yang dipilih secara acak dan selanjutnya digunakan sebagai sampel pengamatan.
Adapun kombinasi perlakuan pupuk Organonitrofos dan pupuk anorganik sebagai
berikut :
Tabel 1. Kombinasi perlakuan aplikasi pupuk Organonitrofos dan pupukanorganik pada tanah Ultisol yang di tanami kacang tanah (Arachishypogaea L.).
Perlakuan Dosis Pupuk (kg/petak)Organonitrofos Urea SP-36 KCL
P0 = Kontrol - - - -
P1 = Pupuk anorganik 100% - 0,1 0,3 0,2
P2 = Pupuk Organonitrofos 100 % 20 - - -
P3 = Pupuk Organonitrofos 100% +anorganik 25%
20 0,025 0,075 0,05
P4 = Pupuk Organonitrofos 100% +Pupuk anorganik 50%
20 0,05 0,1 0,1
P5 = Pupuk Organonitrofos 100% +Pupuk anorganik 75%
20 0,075 0,2 0,1
P6 = Pupuk Organonitrofos 100% +Pupuk anorganik 100%
20 0,1 0,3 0,2
P7 = Pupuk Organonitrofos 25% +Pupuk anorganik 75%
5 0,075 0,2 0,1
P8 = Pupuk Organonitrofos 50% +Pupuk anorganik 75%
10 0,075 0,2 0,1
P9 = Pupuk Organonitrofos 75% +Pupuk anorganik 75%
15 0,075 0,2 0,1
P10 = Pupuk Organonitrofos 50% +Pupuk anorganik 50%
10 0,05 0,1 0,1
Keterangan : Pupuk Organonitrofos 100% (10.000 kg ha-1), pupuk anorganik100% (50 kg urea ha-1, 150 kg SP-36 ha-1,dan 100 kg KCl ha-1)
Homogenitas ragam diuji dengan Uji Bartlet dan aditivitas data diuji dengan Uji
Tukey. Data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam setelah itu dilakukan uji
ortogonal kontras. Analisis Korelasi dilakukan pada C-organik, N-total, P-
tersedia, pH dan kadar air terhadap C-mik tanah.
18
Tabel 2. Perbandingan ortogonal kontras pengaruh pemberian pupukOrganonitrofos plus, anorganik dan kombinasinya terhadap C-mikTanah.
Perbandingan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
P0 vs sisa -10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1P1 vs P2 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0P1, P2 vs sisa 0 -4 -4 1 1 1 1 1 1 1 1P3, P4, P5 vs P6 0 0 0 -1 -1 -1 3 0 0 0 0P4,P5 vs P3 0 0 0 2 -1 -1 0 0 0 0 0P4 vs P5 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0P7, P8, P9, P10 vs P6 0 0 0 0 0 0 4 -1 -1 -1 -1P7, P8, P9 vs P10 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 3P8, P9 vs P7 0 0 0 0 0 0 0 2 -1 -1 0P8 vs P9 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Penyiapan Biochar
Biochar yang digunakan berbahan dasar sekam padi, sekam padi tersebut
diletakkan disekeliling dandang yang ditambah cerobong alumunium yang
dimodifikasi bagian sekeliling cerobong terdapat lubang yang berfungsi sebagai
tempat bahan pemicu timbulnya api dan keluarnya angin. Bahan pemicu dapat
berupa kayu kering, batok kelapa kering ataupun bonggol jagung kering.
Di dalam dandang dan cerobong tersebut dimasukkan kayu kering bila perlu
bensin untuk pemicu nyalanya api, kemudian bahan pemicu tersebut dibakar di
dalam dandang dan di tunggu sampai asap mulai mengepul, sekam padi
ditaburkan di sekeliling dandang, setiap beberapa menit sekam padi dibalik untuk
meratakan sekam yang telah menjadi arang.
Setelah 2-3,5 jam dan sekam yang telah menjadi arang tersebut sudah rata, arang
sekam padi tersebut (biochar) dipindahkan untuk langsung disiram air agar tidak
menjadi abu atau terjadi pembakaran sempurna (Nurida dkk., 2012). Biochar
dijemur, dihaluskan dan diayak dengan ayakan berdiameter 2 mm.
19
Gambar 1. Cerobong alumunium untuk pembuatan biochar dengan bahan dasarsekam padi yang digunakan dalam penelitian.
3.4.2 Pembuatan Petak Percobaan
Pembuatan petak percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Natar Desa Negara
Ratu. Tanah pada petak percobaan diolah dengan menggunakan mesin traktor,
kemudian dibalik sampai kedalaman 15-20 cm agar akar sisa gulma yang berada
dipermukaan tanah terambil utuh. Setelah itu tanah di garu untuk menggemburkan
strukturnya dan dibuat petak percobaan sebanyak 33 petak dengan ukuran petak
yaitu 4m x 5m (Gambar 2).
Gambar 2. Tata letak percobaan pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos plus,anorganik dan kombinasinya terhadap biomassa karbonmikroorganisme (C-mik) di lapang.
20
3.4.3 Aplikasi Pupuk Organonitrofos dan Biochar
Pupuk Organonitrofos dicampurkan ke dalam tanah sesuai dosis perlakuan pada
masing-masing petakan. Selain pupuk Organonitrofos, biochar dan dolomit juga
ditambahkan kedalam tanah. Bahan-bahan tersebut diaplikasikan satu minggu
sebelum tanam.
Tabel 3. Analisis kandungan unsur hara yang terdapat di pupuk Organonitrofos.
Jenis Analisis Nilai
pH pupuk OrganonitrofosC-organik (%) pupuk OrganonitrofosN-total (%) pupuk OrganonitrofosP-total (%) pupuk OrganonitrofosK-total (%) pupuk Organonitrofos
5,959,521,135,580,68
3.4.4 Penanaman Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah ditanam dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm. Penanaman
benih kacang tanah dilakukan dengan memasukkan 2 benih kacang tanah ke
dalam setiap lubang tanam. Penyulaman dilakukan apabila terdapat benih yang
tidak tumbuh atau mati. Penyiangan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada umur
tanaman 1 dan 6 minggu. Pembumbunan dilakukan bersamaan saat penyiangan,
bertujuan untuk menutup bagian perakaran. Pada saat tanaman berumur 2 minggu
dilakukan pemotongan terhadap tanaman yang tumbuh dua tanaman perlubang,
sehingga hanya di sisakan satu tanaman perlubang tanam.
3.4.5 Aplikasi Pupuk Kimia
Pupuk kimia (150 kg SP-36 ha-1,dan 100 kg KCl ha-1) diberikan secara bersamaan
1 minggu setelah benih kacang tanah ditanam. Sedangkan untuk Pupuk urea
diberikan sebanyak dua kali yaitu aplikasi urea pertama dilakukan saat 1 minggu
21
setelah tanam (½ dosis) dan aplikasi urea kedua dilakukan pada masa vegetatif
akhir (sisa ½ dosis).
3.4.6 Pengambilan Contoh Tanah
Sampel tanah diambil dengan menggunakan bor tanah. Contoh tanah diambil
sebanyak tiga titik setiap ulangan, sampai kedalaman 20 cm. Kemudian contoh
tanah yang diambil pada setiap titik dikompositkan. Pengambilan sampel awal
dilakukan sebelum aplikasi perlakuan, pengambilan sampel tanah berikutnya yaitu
pada 15 HST, 30 HST, 45 HST, 60 HST (vegetatif akhir tanaman), 75 HST dan
90 HST (saat panen).
3.4.7 Analisis Tanah
Analisis C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd, KTK, pH tanah, dan kadar air tanah
dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung pada saat pengambilan sampel tanah saat panen, sedangkan suhu tanah
dilakukan di lokasi percobaan dengan menggunakan alat soil temperature tester.
3.5 Variabel Pengamatan
3.5.1 Variabel Utama
Variabel utama pada penelitian adalah pengukuran Biomassa karbon
mikroorganisme tanah (C-mik) tanah yang dilakukan pada sebelum aplikasi
perlakuan, 15 HST, 30 HST, 45 HST, 60 HST (vegetatif akhir tanaman), 75 HST
dan 90 HST (saat panen). Penetapan C-mik dilakukan dengan menggunakan
metode fumigasi-inkubasi (Jenkinson dan Powlson, 1976) yang telah
disempurnakan oleh Franzluebbers dkk. (1995). Proses pelaksanaan analisis yaitu
100g tanah lembab ditempatkan dalam gelas beaker 50 ml. Tanah tersebut
22
indikator
kemudian difumigasi menggunakan kloroform (CHCl3) sebanyak 30 ml dalam
desikator yang telah diberi tekanan 50 cm Hg selama 60 menit kemudian diamkan
selama 48 jam. Sebanyak 10 gram tanah inokulan diikat rapat dalam plastik
kemudian dimasukkan ke dalam lemari pendingin.
Setelah tanah di fumigasi selama 48 jam, tanah dibebaskan dibawah
tekanan 30 cm Hg. Setelah itu setiap contoh tanah dimasukkan ke dalam toples
berukuran 1 liter bersama dua botol film, satu botol berisi 10 ml KOH 0,5 N dan
satu botol selanjutnya berisi 10 ml aquades (Gambar 3). Kemudian ditambahkan
10g tanah inokulan (tanah segar) yang telah dikeluarkan dari lemari pendingin
pada saat pertama fumigasi. Setelah dikeluarkan dari lemari pendingin, tanah
tersebut didiamkan selama kurang lebih 30 menit (proses aklimatisasi). Toples
tersebut kemudian ditutup sampai kedap udara dengan menggunakan lakban dan
diinkubasi pada suhu 25oC ditempat gelap selama 10 hari. Kuantitas C-CO2 yang
diserap
dalam KOH 0,5 N ditentukan dengan titrasi (Anderson, 1982). Pada akhir
inkubasi, ditambahkan indicator phenophtalein sebanyak 2 tetes pada beaker
berisi KOH dan dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga warna merah hilang. Jumlah
HCl yang ditambahkan dicatat, selanjutnya ditambahkan 2 tetes metil orange dan
dititrasi dengan HCl hingga warna kuning berubah menjadi merah muda.
Adapun reaksi kimia pengikatan CO2 untuk proses titrasi:
1. Reaksi pengikatan CO2 (inkubasi selama 10 hari)
2KOH + CO2 K2CO3 + H2O
2. Perubahan warna menjadi tidak berwarnaindikator
K2CO3 + HCl KHCO3 + KCl
23
Phenolphtalein
3. Perubahan warna kuning menjadi pinkindikator
KHCO3 + HCl KCl + H2O + CO2metil orange
Gambar 3. Diagram Proses pengukuran C-mik tanah.
100 g tanah lembab digelas beaker 50 ml di
masukkan ke desikator
Fumigasimenggunakan
kloroform (CHCl3) 30ml
10 g tanah inokulan(tanah segar)
Tanah fumigasidibebaskan dibawahtekanan/ 30 cm Hg
Tanah fumigasi daninokulan di masukkanke toples (1 l) dengan10 ml KOH 0,5 N dan
10 ml aquades
Toples ditutup rapatmenggunakan lakbankemudian di inkubasi
(10 hari)
2 tetes indikatorphenophtlein ke dalam
KOH
Titrasi KOH denganHCl 0,1 N hingga
warna merah hilang
2 tetes metil orangedan di titrasi denganHCl hingga warna
menjadi merah muda
Jumlah HCl yangditambahkan dicatat
24
Sedangkan untuk tanah non-fumigasi menggunakan 110 g tanah berat kering
oven. Tanah tersebut dimasukkan ke dalam toples berukuran 1 liter beserta 10 ml
0,5 N KOH dan satu botol film berisi 10 ml aquades tanpa penambahan tanah
inokulan. Kemudian toples tersebut ditutup dengan menggunakan lakban dan
diinkubasi pada suhu 25oC selama 10 hari. Pada akhir masa inkubasi kuantitas C-
CO2 yang diserap dalam KOH ditentukan dengan cara titrasi (sama dengan contoh
tanah fumigasi).
Biomassa karbon mikroorganisme tanah dihitung dengan rumus akhir:
( mg CO2 – C kg-1 10 hari ) = ( a – b ) x t x 120n
C-mik = (mg CO2 – C kg-1 10 hari)fumigasi – (mg CO2 – C kg-1 10 hari)non-fumigasi
Kc
Keterangan :
a = ml HCl untuk tanah fumigasi + inokulan
b = ml HCl blanko (inkubasi tanpa tanah)
t = normalitas HCl (0,1)
n = waktu inkubasi
kc = 0,41
3.5.2 Variabel Pendukung
Sedangkan variabel pendukung yang diamati yaitu :
a. Kadar C-organik (%) (metode Walkley & Black)
b. N-total (%) (metode Kjeldahl)
25
c. P-tersedia (ppm) (metode Bray 1)
d. pH tanah (H2O) (metode elektrometrik)
e. Kadar air tanah (%) (metode Gravimetrik)
44
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. C-mik tanah pada perlakuan berbagai kombinasi pupuk Organonitrofos dan
anorganik lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
2. C-mik tanah pada perlakuan pupuk tunggal 100 % Organononitrofos lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan tunggal 100% anorganik.
3. C-mik tanah perlakuan 100% pupuk Organonitrofos + 100% anorganik (P6)
lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi dosis pupuk perlakuan 100%
Organonitrofos + 25% anorganik (P3), 100% Organonitrofos + 50% anorganik
(P4), 100% Organonitrofos + 75% anorganik (P5).
4. C-mik tanah pada perlakuan 100% pupuk Organonitrofos + 75% anorganik (P5)
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pupuk 100% Organonitrofos +
50% anorganik (P4).
5. C-mik tanah pada perlakuan 100% pupuk Organonitrofos + 100% anorganik
(P6) lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi dosis pupuk perlakuan 25%
Organonitrofos + 75% anorganik (P7), 50% Organonitrofos + 75% anorganik
45
(P8), 75% Organonitrofos + 75% anorganik (P9), 50% Organonitrofos + 50%
anorganik (P10).
6. C-mik tanah pada perlakuan 50% pupuk Organonitrofos + 50% anorganik (P10)
lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan berbagai kombinasi dosis pupuk
perlakuan 25% Organonitrofos + 75% anorganik (P7), 50% Organonitrofos +
75% anorganik (P8), 75% Organonitrofos + 75% anorganik (P9).
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka di perlukan kombinasi pupuk
Organonitrofos dan pupuk anorganik yang seimbang untuk memperbaiki
kesuburan biologi tanah Ultisol yang terkait dengan biomassa karbon
mikroorganisme tanah.
46
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, R.A. 1982 Water absorption and solubility and amylographcharacteristics of roll-cooked small grain products. Cereal Chem 59: 265–269.
Anjani, D. J. 2013. Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinyadengan Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Produksi TanamanTomat (Lycopersicum esculantum Nill.) di Tanah Ultisol Gedung Meneng.Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 83 hlm.
Bangun, M.S. dan Wahono. 2002. Pemanfaatan Teknologi Pengindraan Jauhuntuk Pemetakan Kandungan Bahan Organik Tanah. Jurnal Teknologi 5 :23-36.
Belay, A., Classens A. S., Wehner F. C and. De Beer J. M. 2001. Influence ofresidual manure on selected nutient elements and microbial composition ofsoil under longterm crop rotation. 18: 1-6.
Chan, K.Y., Van Zwieten B.L., Meszaros I., Downie D., and Joseph S. 2008.Using Poultry Litter Biochars as Soil Amendment. Australian Journal ofSoil Research 46: 437-444.
Dwijoseputro, D. 1998. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta. 232hlm.
Effendi, S. 1995. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa.Jakarta.
Gani, A., 2009. Biochar penyelamat lingkungan. Warta Penelitian danPengembangan Pertanian 31(6) :15-16
Gani, A., 2010. Multiguna Arang – Hayati Biochar. Sinar Tani Edisi 13-19 hlm.
Glaser, B., Lehmann J., and Zech W. 2002. Ameliorating physical and chemicalproperties of highly weathered soils in the tropics with charcoal: Areview. Biol. Fertil. Soils 35:219-230.
47
Glick, B.R., Todorovic B., Czarny J., Cheng Z., and Duan J. 2007. Promotionof plant growth by bacterial ACC deaminase. Crit. Rev. Plant Sci.26:227242.
Gunalan. 1996. Penggunaan Mikroba Bermanfaat Pada Bioteknologi TanahBerwawasan Lingkungan. Majalah Sriwijaya Vol.32. No. 2. UniversitasSriwijaya.
Gusmailina. 2009. Arang kompos bioaktif; inovasi teknologi pemanfaatan limbahdalam rangka menunjang pembangunan kehutanan yangberkesinambungan. Makalah Gelar Teknologi Palembang, 4 Mei 2009.Kerjasama Puslitbang Hutan Tanaman dan Balai Penelitian KehutananPalembang. Muara Enim, Palembang.
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Agromedia Pustaka. Jakarta.138 hlm.
Hairiah, K. Van Noorwidjk M., dan Palm C. 1999. Methods for Sampling Aboveand Below Ground Organic Pools In Mudiyarso, M. V. Noorwidjk, andD.A. Suyanto. (Eds) Modelling Global Change Impacts on The SoilEnvironment GCTE Working Document no. 28 Bogor Indonesia, pp 65-66.
Hakim, N., Nyakpa Y.M., Lubis M.A., Nugroho S.G., Saul R.M., Diha A.M.,Hong B.G., dan Bailey H.H., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UniversitasLampung. Lampung
Hanafiah, K.A. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta. 360 hlm.
Handayanto, E., dan Hairiah, K. 2007. Biologi Tanah Landasan PengelolahanTanah Sehat. Penerbit Pustaka Adipura. Yogyakarta. 198 hlm.
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama SaranaPerkasa. Jakarta. 233 hlm.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. 286 hlm.
Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan danPerencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. 351 hlm.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 288 hlm.
Hassink, l. 1994. Effects of Soil Texture on The Size of The Microbial Biomassand on The Amount of C And N Mineralized per Unit Of MicrobialBiomass in Dutch Grassland Soils. Soil Biol. Biochemistry 26: 1573-1581.
48
Hunt, J., Duponte M., Sato D., and Kawabata A. 2010. The Basics of Biochar: ANatural Soil Amandment. Soil and Crop Management. Colengge ofTropical Agriculture and Human Resources. University of Hawai’I atManao. pp.1-6.
Hutagalung, H.P., Deddi S., Riyana H. 1997. Metode Analisis Air Laut Sedimendan Biota. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Indranada. K.H. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Indriani. 1999. Membuat kompos secara kilat. Penebar Swadaya. Jakarta 62 hlm.
Ismail, M., dan Basri A.B.. 2011. Pemanfaatan Biochar untuk Perbaikan KualitasTanah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh.
Jenkinson, D.S., and Powlson D.S. 1976. The Effect of Biocidal treatments onMetabolism in soil-V. Fumigation with chloroform. Soil.. Biochem 8 :209 – 213.
Kemala, V. 2010. Uji Efektivitas Pupuk NPK Plus Humik terhadap Pertumbuhandan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.), dan Sifat Kimia Tanahpada Tanah Ultisol, Cijayanti Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. 65hlm.
Kusuma, M. A. 2012. Pengaruh Variasi Kadar Air Terhadap Laju DekomposisiKompos Sampah Organik di Kota Depok. (Tesis). Depok: FakultasTeknik Program Studi Teknik Lingkungan. Universitas Indonesia. 32hlm.
Lauber CL, Hamady M, Knight R, Fierer N. (2009). Pyrosequencing-basedassessment of soil pH as a predictor of soil bacterial communitycomposition at the continental scale. Appl Environ Microbiol. 75: 5111–5120.
Lavahun, E.M.F. 1995. Depth and Time Function of Microbial Biomass inPloughed and Grassland Typudalfs of Lower Saxon, Germany. Thesis.The Faculty of Agriculture George-August-University Geottingen.
Lehmann, J. 2007. Bioenergy in The Black. Frontiers in Ecology and theEnvironment 5: 381-387.
Lehmann, J. and Joseph S. 2009. Biochar for Environmental Management:Science and Technology. Earthscan-UK. pp. 71-78.
Liang, B., Lehmann J., Solomon D., Sohi S., Thies J.E., Skjemstad J.O., LuizaoF.J., Engelhard M.H., Neves E.G., and Wirick S. 2008. Stability ofBiomassderived Black Carbon in Soils. Geochimica et CosmochimicaActa 72: 6078-6096.
49
Liebhart, W.C. 1988. Effect of potassium in photosynthesis on carbohydratemetabolism and translocation. Soil Science. Amer: 109-145.
Lumbanraja, J., Dermiyati, Triyono S., dan Ismono H. 2013. PemasyarakatanAplikasi Pupuk Organik Rakitan Baru Organonitrofos di Kelompok Tanidan Pemberdayaan Kewirausahaan Kelompok Tani di KabupatenLampung Selatan. Proposal Hi-Link. Universitas Lampung. BandarLampung.
Lombin, G., Adepetu J. A and. Ayotade K. A, 1991. Complementary use oforganic manures and inorganic fertilizers in arable crop production.Paper Presented at the Organic Fertilizer Seminar, Kaduna. March 6-8th,1991.
Makinde, E. A., Agboola A. A., and Oluwatoyinbo F. I. 2001. The effect oforganic and inorganic fertilizers on the growth and yield of maize in amaize/melon intecrop. Moor Journal of Agricultural Research 2:15-20
Mawardiana. 2013. Pengaruh Residu Biochar dan Pemupukan NPK terhadap SifatKimia Tanah dan Pertumbuhan serta Hasil Tanaman Padi Musim TanamKetiga. Jurnal Konserxasi Sumber Daya Lahan 1 (1): 16-23.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Di Indonesia, Karateristik, Klasifikasi danPemanfaatannya. Pustaka Jaya. Jakarta. Hlm. 216-238.
Mustoyo, S., Anggono, dan Simanjutak. 2013. Analisis Kesuburan Tanah denganIndikator Mikroorganisme Tanah pada Berbagai Sistem PenggunaanLahan di Plateau Dieng. Agri 25(1): 3-8.
Moat AG, Foster JW, Spector MP. 2002. Microbial Physiology. Fourth ed. NewYork: Wiley-Liss, Inc. 715 hlm.
Nasikah. 2007. Pengaruh Inokulasi Rhizobium dan Waktu Pemberian PupukN (Urea) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Sawahsetelah Kedelai (Glycine Max (L) Merril.). Skripsi pada Jurusan Biologi.Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Malang.Malang.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta;Hlm: 23-24
Nugroho, S.G., Dermiyati, Lumbanraja J., Triyono S., Ismono H., Triolanda Y. S.,and Ayuandari E. 2012. Optimum Ratio of Fresh Manure and GrainSize of Phosphate Rock Mixture in a Formulated Compost forOrganomineral NP Fertilizer. Journal of Tropical Soils 17 (2): 121 – 128.
50
Nurida, N. L., Dariah A., dan A. Rachman. 2012. Kualitas Limbah Pertaniansebagai Bahan Baku Pembenah Tanah berupa Biochar untukRehabilitasi Lahan. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Hlm. 211-218.
Nursyamsi, D, Nanan S.M., Sutisni dan IPG. Widjaja-Adhi. 1996. "Serapan P danKebutuhan Pupuk P Untuk Tanaman Pangan pada Tanah-tanah Asam".dalam Jurnal Tanah Tropika. Tahun II No.2. Pusat Penelitian Tanah danAgroklimat. Bogor.
Nyakpa, Y. M., Lubis A. M., Pulung M. A., Amrah A. G., Munawar A., Hong G.B., dan Hakim N. 1998. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung.Lampung.
Prasetyo, B.H. dan Suriadikarta D.A. 2006. Karakteristik, Potensi, dan TeknologiPengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Keringdi Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25: 1-9
Purwoko. T. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara. Jakarta. 358 hlm.
Rao, S. 1994. Mikroba Tanah dan Pertumbuhan Tanaman, Universitas IndonesiaPress, Jakarta. 352 hlm.
Rondon, M.A., Lehmann J., Ramirez J., dan Hurtado M. 2007. BiologicalNitrogen Fixation by Common Beans (Phaseolus vulgaris L.) Increaseswith Bio-char additions. Biology and Fertility Soils 43: 699-708.
Sakinata, U.2014. Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinyadengan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara, danProduksi Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Pada TanahUltisol Natar. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 71 hlm.
Santoso, D., I P.G. Wigena, Z. Eusof, and C. Xuhui. 1995. The Asian landmanagement of sloping lands network: Nutrient balance study on slopingland. pp. 103−108. In A. Maglinao and A. Sajjapongse (Eds.).Internasional Workshop on Conservation Farming for Sloping Upland inSouth East Asia: Challenge, Opportunities, and Prospects. IBSRAM Proc.No. 14. Bangkok. Thailand.
Santoso, D. dan A. Sofyan. 2005. Pengelolaan hara tanaman pada lahan kering.hlm. 73−100. Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering: Menujupertanian produktif dan ramah lingkungan. Pusat Penelitian danPengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Sarief, E. S. 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.220 hlm.
51
Septiana, L. M. 2012. Pengaruh Ekstraksi Campuran Kompos Bahan Organikdengan Dua Jenis Pengekstrak Terhadap Biomassa KarbonMikroorganisme (C-mik) pada Tanah Ultisol. Skripsi. UniversitasLampung. Bandar Lampung. 55 hlm.
Sibuea, S. M., Kardhinata, dan Harso E. 2014. Identifikasi dan Investasrisasi JenisTanaman Umbi-umbian yang Berpotensi Sebagai Sumber KarbohidratAlternatif di Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal OnlineAgroekotoknologi, 2(4):1408-1418.
Smith, J. L., Halvorson J. I. and Bolton, Jr. H. 1995. Determination and use of acorrected control factor in the chloroform fumigation method ofestimating soil microbial biomass. Biology and Fertility of Soil 19: 287-291.
Soegiman. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan dari “The Natural And Properties OfSoil’’ oleh Buckman And Brady. Bhatara karya aksara. Jakarta. 788 hlm.
Steinbess, S., G. Gleixner, and M. Antonietti. 2009. Effect of BiocharAmendment on Soil Carbon Balance and Soil Microbial Activity. SoilBiology and Biochemistry 41: 1301-1310.
Steiner, C. Teixeira W., Lehmann J., Nehls T., de Macêdo J., Blum W., and ZechW. 2007. Long Term Effects of Manure, Charcoal and MineralFertilization on Crop Production and Fertility on a Highly WeatheredCentral Amazonian Upland Soil. Journal Plant and Soil 291: 275–290.
Stevenson, F.J. 1982. Humus Chemistry. Genesis, Composition, Reaction. JohnWiley and Sons. New York. pp. 512.
Sudarkoco. 1992. Penggunaan Bahan Organik pada Usaha Budidaya TanamanLahan Kering serta Pengelolaannya. Skripsi Jurusan Tanah. FakultasPertanian. IPB. Bogor. 50 hlm.
Subagyo, H., N. Suharta dan A. B. Siswanto. 2004. Tanah – Tanah PertanianIndonesia dalam Sumberdaya Lahan di Indonesia dan Pengelolaannya.Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 58 hlm.
Sugito, Y., Yulia N, dan Ellis N. 1995. Sistem Pertanian Organik. FakultasPertanian Universitas Brawijaya. Malang. 83p.
Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung. 224hlm.
Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik SecaraEfektif Dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya. 185 hlm.
52
Syarief, E.S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.Bandung. 197 hlm.
Tian, G., Brussard L., Kang B.T. and Swift M.J. 1997. Soil fauna-mediateddecomposition of plant residues under contreined environmental andresidue quality condition. In Driven by Nature Plant Litter Quality andDecomposition, Department of Biological Sciences.(EdsCadisch, G. andK.E. Giller. pp. 125-134. Wey College, University of London, UK.
Witsell, L.E and Hobbs, J.A. 1965. Soil Compaction Effects on Field. PlantGrowth. J. 57: 534-537.