Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan...

32
PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP JUMLAH DAN UKURAN HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU JAWA BARAT ABSTRAK Mario Limbong. Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat. Dibimbing oleh Domu Simbolon Penentuan daerah penangkapan ikan dapat diduga dari kondisi perairan yang merupakan habitat dari suatu spesies. Kondisi perairan biasanya digambarkan dengan parameter oseanografi. Salah satu indikator untuk mengetahui keberadaan suatu spesies ikan yaitu suhu permukaan laut. Keberadaan ikan cakalang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi, salah satunya yaitu suhu permukaan laut. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu, tahap pertama di perairan Teluk Palabuhanratu dengan basis operasi di PPN Palabuhanratu (Agustus-Oktober 2007). Penelitian ini menggunakan metode survei, sedangkan pengambilan data melalui eksperimental fishing dengan cara purposive sampling, sebanyak 10 kapal payang. Suhu permukaan laut diperoleh dengan men-download dari internet ( http://oceancolor.gsfc.nasa.gov ) . Suhu permukaan laut di perairan Teluk Palabuhanratu pada bulan Agustus, SPL berkisar 22 o C – 29 o C dengan SPL dominan antara 26 o C-29 o C. Kisaran SPL pada bulan September yaitu antara 21 o C – 27 o C dengan SPL dominan antara 24 o C – 27 o C. Kisaran SPL pada bulan Oktober adalah 20 o C-31 o C dengan suhu dominan pada kisaran 24 o C-

description

upwelling

Transcript of Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan...

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP JUMLAH DAN UKURAN HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU JAWA BARAT

abstrakMario Limbong. Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat. Dibimbing oleh Domu Simbolon

Penentuan daerah penangkapan ikan dapat diduga dari kondisi perairan yang merupakan habitat dari suatu spesies. Kondisi perairan biasanya digambarkan dengan parameter oseanografi. Salah satu indikator untuk mengetahui keberadaan suatu spesies ikan yaitu suhu permukaan laut. Keberadaan ikan cakalang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi, salah satunya yaitu suhu permukaan laut.

Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu, tahap pertama di perairan Teluk Palabuhanratu dengan basis operasi di PPN Palabuhanratu (Agustus-Oktober 2007). Penelitian ini menggunakan metode survei, sedangkan pengambilan data melalui eksperimental fishing dengan cara purposive sampling, sebanyak 10 kapal payang. Suhu permukaan laut diperoleh dengan men-download dari internet (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov).

Suhu permukaan laut di perairan Teluk Palabuhanratu pada bulan Agustus, SPL berkisar 22oC 29oC dengan SPL dominan antara 26oC-29oC. Kisaran SPL pada bulan September yaitu antara 21oC 27oC dengan SPL dominan antara 24oC 27oC. Kisaran SPL pada bulan Oktober adalah 20oC-31oC dengan suhu dominan pada kisaran 24oC-29oC. Ikan cakalang banyak tertangkap pada kisaran suhu 25oC-29oC. Daerah penangkapan ikan cakalang pada bulan Agustus sampai Oktober 2007 terdapat di perairan Teluk Ciletuh, Ujung Karangbentang, Cimaja, Teluk Cikepuh, Ujung Genteng dan Gedogan. Suhu permukaan laut (SPL) tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan cakalang di perairan Teluk Palabuhanratu. Kata kunci: Suhu Permukaan Laut, Cakalang dan Palabuhanratu=========================================================================

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Singkam pada tanggal 6 Maret 1986 dari pasangan J. Limbong dan E. Sitanggang. Penulis adalah anak ke tiga dari enam bersaudara. Tahun 1992 mengawali pendidikan di SD N 173783 Singkam dan pada tahun 1998 penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Sianjur Mula-Mula. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Umum Kartika I-2 Medan.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Informasi dan Komunikasi HIMAFARIN 2005-2006, Ketua Persekutuan Fakultas FPIK, Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa PMK tahun 2004 sampai sekarang.

Pada tahun 2007 penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.==========================================================================

PENDAHULUAN Latar BelakangPerikanan merupakan salah satu sektor ekonomi potensial yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin sulit. Peningkatan pertumbuhan manusia tidak sebanding dengan peningkatan sumber daya alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hal ini mendorong sektor perikanan untuk meningkatkan hasil tangkapannya. Indonesia merupakan negara perairan yang masih memiliki kendala dalam bidang penangkapan ikan. Salah satu kendala yang dihadapi oleh nelayan-nelayan Indonesia adalah keterbatasan pengetahuan dalam penentuan posisi penangkapan yang efisien atau daerah penangkapan ikan yang potensial. Perairan Palabuhanratu yang terletak di selatan Jawa Barat, merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial di Indonesia. Nelayan di Palabuhanratu melakukan penangkapan ikan hanya berdasarkan pengalaman untuk menentukan daerah penangkapan sehingga mereka memerlukan biaya yang besar dan waktu yang lama. Jenis-jenis ikan yang terdapat di Palabuhanratu sangat banyak sehingga daerah ini merupakan tempat yang strategis bagi nelayan lokal maupun nelayan yang datang dari luar Palabuhanratu. Cakalang merupakan salah satu jenis ikan yang paling banyak tertangkap oleh alat tangkap payang dan gillnet di Palabuhanratu. Musim penangkapan cakalang berlangsung antara Juni sampai Oktober dan puncaknya terjadi pada Agustus sampai September. Informasi tentang keberadaan cakalang tersebut masih sulit diperoleh secara pasti di Palabuhanratu. Daerah penangkapan cakalang di perairan Teluk Palabuhanratu seyogianya dapat diketahui dengan memperhatikan parameter oseanografi, seperti suhu permukaan laut. Hal ini disebabkan karena setiap spesies ikan memiliki kisaran suhu tertentu yang sesuai dengan kebiasaan hidupnya yang dapat ditoleransi oleh tubuhnya sehingga dapat mempengaruhi penyebaran ikan di suatu perairan. Dengan cara membandingkan keberadaan ikan yang tertangkap dengan suhu permukaan laut yang disukainya, keberadaan ikan cakalang dan jenis ikan lain dapat diketahui.

Pengamatan suhu permukaan laut untuk mendeteksi keberadaan ikan cakalang sangat tepat karena cakalang merupakan spesies yang lapisan renangnya terdapat pada lapisan atas dekat permukaan. Laevastu dan Hayes (1981) mengemukakan bahwa suhu berpengaruh terhadap penyebaran ikan cakalang. Suhu optimum untuk ikan cakalang di Pasifik Timur Laut sebesar 20 26oC, sedangkan di Pasifik Tenggara berada pada kisaran 20-28oC. Untuk Indonesia menurut Gunarso (1985) cakalang dapat ditemukan pada kisaran suhu antara 28-29oC.

Gunarso (1985) mengatakan bahwa kebiasaan cakalang bergerombol sewaktu dalam keadaan aktif mencari makan. Jumlah cakalang dalam suatu gerombolan berkisar beberapa ekor sampai ribuan ekor. Individu suatu schooling cakalang mempunyai ukuran yang relatif sama. Ikan yang berukuran lebih besar berada pada lapisan yang lebih dalam dengan schooling yang kecil, sedangkan ikan yang berukuran kecil berada pada lapisan permukaan dengan kepadatan yang besar (Waldrom diacu dalam Irawan, 1995). Apakah faktor oseanografi berpengaruh terhadap penyebaran ukuran ikan cakalang? Ikan cakalang ukuran besar berbeda kemampuan adaptasinya dengan ikan cakalang ukuran kecil dalam mengatasi perubahan lingkungan. Dengan mengetahui ukuran ikan cakalang, maka dapat melihat sebagian sifat-sifatnya dalam mengatasi perubahan lingkungan.

Untuk mengetahui parameter oseanografi suhu permukaan laut (SPL) perairan Indonesia yang sangat luas maka metode konvensional sangat sulit dilakukan karena membutuhkan biaya yang sangat besar dan waktu yang lama. Hal ini mendorong untuk memanfaatkan teknologi satelit dalam pengamatan fenomena oseanografi khususnya suhu permukaan laut. Satelit ini mampu menentukan nilai SPL optimum yang disukai ikan, termasuk ikan cakalang. Dengan mengetahui penyebaran SPL optimum ikan cakalang, maka nelayan dapat memprediksi daerah penangkapan sehingga menghemat waktu, biaya dan tenaga untuk melakukan operasi penangkapan. Oleh karena itu penelitian tentang pengaruh SPL terhadap jumlah dan ukuran hasil tangkapan ikan cakalang di peraiaran Teluk Palabuhanratu ini perlu dilakukan. Tujuan1) Menentukan penyebaran SPL di perairan Palabuhanratu2) Menentukan komposisi (jumlah dan ukuran) hasil tangkapan cakalang3) Memprediksi pengaruh SPL terhadap jumlah dan ukuran panjang (size) hasil tangkapan cakalang Manfaat1) Nelayan dapat melakukan penangkapan ikan cakalang secara produktif dengan mengetahui penyebaran daerah penangkapan ikan yang potensial2) Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya penerapan berbagai penginderaan jauh dalam pendeteksian daerah penangkapan ikan

=========================================================================

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah tahap pengumpulan data di perairan Teluk Palabuhanratu dengan pendaratan di PPN Palabuhanratu, Kecamatan Sukabumi (Gambar 3) yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2007. Tahap kedua dilaksanakan pada bulan Desember sampai Januari 2007 dengan men-download citra suhu permukaan laut dari internet (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov).Gambar Peta daerah penelitian.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh melalui penangkapan ikan yaitu posisi dan waktu penangkapan, jumlah hasil tangkapan cakalang, ukuran panjang cakalang. Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah citra SPL, jumlah alat tangkap, jumlah kapal dan jumlah nelayan di Palabuhanratu. Tabel Sumber sumber data primer dan sekunderNoJenis DataSumber

I 1 2 3II 1 2 3 4Data PrimerPosisi dan waktu penangkapan cakalangJumlah hasil tangkapan cakalangUkuran panjang cakalangData SekunderCitra SPLJumlah alat tangkap di PalabuhanratuJumlah kapal di PalabuhanratuJumlah nelayan di PalabuhanratuNelayan kapal sampelNelayan kapal sampelNelayan kapal sampelhttp://oceancolor.gsfc.nasa.govKantor PPN Palabuhanratu 2006Kantor PPN Palabuhanratu 2006Kantor PPN Palabuhanratu 2006

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei merupakan penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan yang aktual (Nazir, 1998). Untuk penentuan sampel kapal pada kegiatan penangkapan ikan dilakukan secara sengaja atau purposive sampling yaitu kapal payang sebanyak 10 unit dengan pertimbangan sebagai berikut : sampel kapal beroperasi di Perairan Teluk Palabuhanratu, sampel kapal layak beroperasi, sampel kapal terpilih dapat mewakili seluruh jenis unit penangkapan dengan tujuan utama penangkapannya adalah ikan cakalang. Pada setiap kapal sampel dicatat waktu operasi penangkapan ikan, posisi penangkapan, jumlah dan ukuran panjang cakalang.

Jumlah hasil tangkapan dari kapal sampel yang telah ditentukan dicatat pada kuisioner dalam bentuk fishing log yang telah disediakan pada setiap posisi setting. Fishing log dibagikan kepada enumerator yang ada pada kapal sampel pada saat mereka melaut. Di samping jumlah hasil tangkapan pada setiap setting, enumerator juga mencatat (menandai) posisi lintang dan bujur penangkapan (setting) pada peta daerah penangkapan ikan yang telah dibagikan karena kapal-kapal sampel tidak dilengkapai dengan GPS. Peta daerah penangkapan ikan dibagi menjadi beberapa pixel dengan luasan 4.63 km x 4.63 km. Ukuran panjang cakalang dicatat dalam fishing log pada setiap setting. Ikan cakalang diambil secara acak yang lebih dekat dengan nelayan tanpa memperhatikan kriteria lain dan diukur panjang total. Data kegiatan penangkapan ini juga diperoleh melalui wawancara terhadap sejumlah responden di samping melalui eksperimental fishing. Responden ditetapkan secara purposive sampling, yaitu terhadap ABK, nahkoda atau pemilik kapal sampel. Jumlah ABK sebanyak 5 orang dan nahkoda sebanyak 5 orang. Data suhu permukaan laut diperoleh dengan cara men-download citra SPL yang bebas awan dari internet (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov). Citra SPL ini dipilih sesuai dengan waktu dan posisi operasi penangkapan ikan. Jenis citra SPL yang digunakan adalah citra Aqua MODIS level 2 karena citra ini khusus untuk keperluan kelautan dan perikanan. Dengan memilih level 2 pada citra Aqua MODIS, maka tampilan warna perairan di Teluk Palabuhanratu dapat dilihat dengan baik sehingga pengamatan perbedaan suhu permukaaan luat dapat dilihat dengan jelas.

Data tambahan diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, tempat pelelangan ikan dan instansi-instansi terkait lainnya yang erat kaitannya dengan penelitian ini. Data ini meliputi kondisi umum lokasi penelitian, data produksi bulanan dan tahunan, spesifikasi dan perkembangan unit penangkapan ikan cakalang (nelayan, kapal dan alat tangkap), informasi lainnya yang erat kaitannya dengan topik penelitian. Analisis Data Hasil tangkapan

Data hasil tangkapan yang meliputi komposisi berat hasil tangkapan dan ukuran spesies hasil tangkapan dianalisis menurut skala ruang (posisi lintang dan bujur daerah penangkapan) dan skala waktu (periode waktu operasi penangkapan). Jumlah tangkapan cakalang yang dikelompokkan dalam periode harian dan bulanan dikonversi dalam bentuk CPUE (kg/unit), kemudian disajikan dalam bentuk grafik. Selanjutnya penyebaran jumlah hasil tangkapan tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu banyak, sedang dan sedikit. Pengelompokan ini didasarkan pada hasil tangkapan bulanan pada tahun 2005 - 2006 dengan alat tangkap payang. Hasil tangkapan bulanan tahun 2005 - 2006 dibagi menjadi 3 kelas melalui penentuan rata-ratanya dan selanjutnya dijadikan kategori untuk pembagian jumlah hasil tangkapan.

Frekuensi ukuran panjang cakalang yang tertangkap menurut periode waktu (bulanan dan harian) disajikan dalam bentuk grafik. Selanjutnya penyebaran ukuran panjang tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu ukuran besar dan ukuran kecil. Ukuran ikan dikelompokkan berdasarkan ukuran ikan yang sudah dewasa yaitu mulai ukuran 40 cm (Matsumoto, 1984). Suhu permukaan laut

Data suhu permukaan laut diketahui dengan melakukan analisis digital terhadap citra satelit Aqua MODIS level 2 yang diperoleh dengan men-download citra suhu permukaan laut dari internet (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov) yang mempunyai akstensi file *.bz2 kemudian ditampilkan dalam bentuk JPG. Konsentrasi suhu permukaan laut pada daerah penangkapan ikan pada saat trip operasi penangkapan dapat dihitung dengan menggunakan software SeaDAS 4.7 yang dioperasikan dengan program linux. Langkah-langkah pemrosesan citra dan SPL adalah sebagai berikut :1. Import dataLangkah pertama adalah mengimpor data satelit yang sudah diekstrak. MODIS ditampilkan dalam bentuk produk sst karena yang diolah adalah SPL.2. Pemotongan citra (cropping). Perekaman oleh sensor satelit mencakup daerah rekaman yang sesuai dengan sapuan sensor, oleh karena itu perlu dilakukan pembatasan wilayah pada citra agar citra hanya memuat daerah penelitian perairan Teluk Palabuhanratu. Daerah tersebut mempunyai batas geografis pada 06o97LS 07o03 LS dan 106o59BT 106o62 BT.3. KlasifikasiKlasifikasi dilakukan untuk membedakan antara darat, awan dan laut. Laut yang dimaksudkan disini yaitu nilai suhu permukaan laut. Pemberian warna (color lut) berfungsi untuk memudahkan dalam pengamatan secara visual. . Pada perairan terdapat color bar yang memiliki selang 4 oC dan setiap 1 oC memiliki warna yang berbeda sehingga dapat terlihat jelas perbedaan konsentrasi suhu permukaan laut pada setiap daerah penangkapan ikan. Suhu terendah pada color bar adalah -2 oC dan tertinggi yaitu 35 oC.4.Menghitung Suhu Permukaan Laut

Perhitungan SPL dapat dilakukan dengan memakai fungsi cursor position pada titik daerah penangkapan ikan. Cursor position menampilkan nilai SPL, waktu pemotretan dan posisi. 5.Pembentukan peta daerah penangkapan ikan

Pembuatan daerah penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan program Photoshop CS2 dalam bentuk JPG.

6.Pembuatan layout

Pembuatan layout dilakukan di Arcview dengan menambahkan legenda, skala dan arah utara.

Citra suhu permukaan laut yang telah dibuat dalam peta sebaran suhu permukaan laut dianalisa secara visual dan diinterpretasikan dengan melihat pola distribusi suhu permukaan laut. Data suhu permukaan laut ini dapat dijadikan indikasi tentang keberadaan ikan cakalang. Penyebaran SPL disajikan dalam bentuk citra, selanjutnya dianalisis dengan program SeaDAS untuk memperoleh kisaran SPL, SPL dominan, SPL rata-rata di setiap posisi setting yang selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.

Hubungan hasil tangkapan dengan SPL

Hubungan antara hasil tangkapan dengan suhu permukaan laut pada posisi dan waktu yang bersamaan dianalisis dengan cara menyajikan diagram pencar. Kedua variabel tersebut juga disajikan dalam bentuk persamaan matematis, yaitu persamaan regresi sederhana (Wallpole, 1995) sebagai berikut:Y = a + bxKeterangan:Y: Berat hasil tangkapan ikan cakalang (kg)

x: Suhu permukaan laut ( oC )

a : Intersep

b: Koefisien regresi untuk suhu permukaan lautUntuk menentukan derajat hubungan antara variabel hasil tangkapan dan variabel SPL maka dilakukan analisis korelasi. Semakin tinggi nilai korelasi maka hubungan antara kedua koefisien semakin erat. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak microsoft excel dan SPSS ver. 13.0. Derajat hubungan dinyatakan dengan koefisien korelasi (r) yang merupakan akar dari koefisien determinasi (R2).

Dimana kisaran nilai koefisien korelasi adalah : -1 r +1Korelasi erat jika : r 0.7 dan r - 0.6 , dan korelasi tidak erat jika : -0.6 < r < 0.73.4.4 Daerah penangkapan ikan potensial

Penentuan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) potensial didasarkan pada tiga indikator, yaitu jumlah hasil tangkapan, ukuran panjang, serta profil suhu permukaan laut pada daerah penangkapan. Pada ketiga indikator tersebut diberi nilai bobot dengan teknik skooring dengan ketentuan sebagai berikut :1. Jika pada suatu DPI diperoleh nilai CPUE yang masuk dalam kategori tinggi ( >300 kg/unit ) diberi bobot 5, CPUE sedang ( 100-300 kg/unit ) diberi bobot 3 dan CPUE rendah ( 40 cm/ekor) diberi bobot 3, sedangkan ukuran kecil (