PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK MENGKAJI PENGARUH JUMLAH TANGKAP … · 2011-11-08 ·...

13
PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK MENGKAJI PENGARUH PERUBAHAN JUMLAH TANGKAP IKAN LEMURU TERHADAP INDUSTRI COLD STORAGE DI PELABUHAN MUNCAR Ester Kerisnati Ginting, Ahmad Rusdiansyah, Niniet Indah Arvitrida Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] Abstrak Penelitian ini membahas mengenai fenomena yang terjadi di Pelabuhan Muncar. Pelabuhan Muncar merupakan salah satu pelabuhan perikanan terbasar di Indonesia yang hasil produksi perikanannya didominasi oleh ikan lemuru. Hasil produksi lemuru di Muncar berfluktuasi setiap tahunnya dan tidak dapat diprediksi. Pada akhir tahun 2010 terjadi penurunan hasil tangkap lemuru secara drastis yang diduga disebabkan oleh pengaruh perubahan iklim global. Fenomena ini berdampak pada seluruh stakeholder perikanan di Muncar, dari nelayan hingga pelaku industri pengolahan ikan. Industri yang sangat merasakan dampak dari kelangkaan lemuru ini adalah industri cold storage yang banyak ditutup akibat menderita kerugian yang cukup besar. Penelitian ini melakukan kajian terhadap akibat dari perubahan jumlah tangkap lemuru terhadap industri cold storage di pelabuhan Muncar menggunakan pendekatan sistem dinamis. Penelitian ini merupakan pengembangan model terdahulu yang ditambahkan dengan model dinamik pada industri cold storage. Model sistem dinamis yang dibuat disimulasikan untuk mengkaji 2 skenario. Skenario pertama ditujukan untuk mencari jumlah cold storage yang optimum untuk menghasilkan keuntungan terbesar. Sedangkan skenario kedua ditujukan untuk mengetahui pengaruh kelangkaan yang terjadi. Selain itu juga dilakukan simulasi untuk mencari kebijakan pengelolaan perikanan untuk menjaga stabilitas stok lemuru di Selat Bali. Kata kunci: Sistem Dinamik, Perubahan Iklim, Lemuru, Cold Storage, Perikanan ABSTRACT This research discusses the phenomenon that happened in Port Muncar. Port Muncar is one of the biggest fishery port in Indonesia which results fishery product dominated by lemuru fish. The result of lemuru production in Muncar has different fluctuation each year and cannot be predicted. By the end of 2010, degradation of lemuru production happened drastically because of the of global climate change effects. This phenomenon affected entire fishery stakeholders in Muncar, from fisherman to the fish processing industries. The industries that very feel this impact is cold storage industries. Many of them were closed because they did not get profit. This research conducted a study to assess the effects of total catch of lemuru fish to cold storage industries in port Muncar used approach of dynamic systems. This research developed the previous model by enhanced the dinamic model of cold storage industries. The dynamic systems model simulated to study 2 scenarios. First scenario is aimed to know the amount of optimum cold strage to yield the biggest profit. Second scenario is aimed to know the impact from lemuru scarcity. The simulation also conducted to find policy of fisheries management according to take care the stock of lemuru in Bali strait. Keywords: Dynamic Systems, Global Climate Change, Lemuru, Cold Storage, Fisheries

Transcript of PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK MENGKAJI PENGARUH JUMLAH TANGKAP … · 2011-11-08 ·...

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK MENGKAJI

PENGARUH PERUBAHAN JUMLAH TANGKAP IKAN LEMURU TERHADAP

INDUSTRI COLD STORAGE DI PELABUHAN MUNCAR

Ester Kerisnati Ginting, Ahmad Rusdiansyah, Niniet Indah Arvitrida Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email: [email protected] ; [email protected]; [email protected]

Abstrak Penelitian ini membahas mengenai fenomena yang terjadi di Pelabuhan Muncar. Pelabuhan

Muncar merupakan salah satu pelabuhan perikanan terbasar di Indonesia yang hasil produksi

perikanannya didominasi oleh ikan lemuru. Hasil produksi lemuru di Muncar berfluktuasi setiap

tahunnya dan tidak dapat diprediksi. Pada akhir tahun 2010 terjadi penurunan hasil tangkap

lemuru secara drastis yang diduga disebabkan oleh pengaruh perubahan iklim global. Fenomena

ini berdampak pada seluruh stakeholder perikanan di Muncar, dari nelayan hingga pelaku

industri pengolahan ikan. Industri yang sangat merasakan dampak dari kelangkaan lemuru ini

adalah industri cold storage yang banyak ditutup akibat menderita kerugian yang cukup besar.

Penelitian ini melakukan kajian terhadap akibat dari perubahan jumlah tangkap lemuru terhadap

industri cold storage di pelabuhan Muncar menggunakan pendekatan sistem dinamis. Penelitian

ini merupakan pengembangan model terdahulu yang ditambahkan dengan model dinamik pada

industri cold storage. Model sistem dinamis yang dibuat disimulasikan untuk mengkaji 2 skenario.

Skenario pertama ditujukan untuk mencari jumlah cold storage yang optimum untuk menghasilkan

keuntungan terbesar. Sedangkan skenario kedua ditujukan untuk mengetahui pengaruh

kelangkaan yang terjadi. Selain itu juga dilakukan simulasi untuk mencari kebijakan pengelolaan

perikanan untuk menjaga stabilitas stok lemuru di Selat Bali.

Kata kunci:

Sistem Dinamik, Perubahan Iklim, Lemuru, Cold Storage, Perikanan

ABSTRACT

This research discusses the phenomenon that happened in Port Muncar. Port Muncar is one of the

biggest fishery port in Indonesia which results fishery product dominated by lemuru fish. The

result of lemuru production in Muncar has different fluctuation each year and cannot be predicted.

By the end of 2010, degradation of lemuru production happened drastically because of the of

global climate change effects. This phenomenon affected entire fishery stakeholders in Muncar,

from fisherman to the fish processing industries. The industries that very feel this impact is cold

storage industries. Many of them were closed because they did not get profit. This research

conducted a study to assess the effects of total catch of lemuru fish to cold storage industries in

port Muncar used approach of dynamic systems. This research developed the previous model by

enhanced the dinamic model of cold storage industries. The dynamic systems model simulated to

study 2 scenarios. First scenario is aimed to know the amount of optimum cold strage to yield the

biggest profit. Second scenario is aimed to know the impact from lemuru scarcity. The simulation

also conducted to find policy of fisheries management according to take care the stock of lemuru

in Bali strait.

Keywords: Dynamic Systems, Global Climate Change, Lemuru, Cold Storage, Fisheries

2

1. Pendahuluan

Potensi perikanan Indonesia yang sangat besar

telah diakui oleh dunia. FAO (2009)

menyatakan bahwa Indonesia termasuk dalam

sepuluh negara penghasil perikanan tertinggi di

dunia. Produksi perikanan tangkap nasional

tahun 2007 mencapai 5,04 juta ton atau senilai

48,4 trilyun, 93,8% berasal dari penangkapan di

laut dan 6% dari perairan umum. Provinsi Jawa

Timur termasuk penghasil produksi perikanan

terbesar dari penangkapan laut di Indonesia.

Muncar termasuk salah satu pelabuhan

perikanan penghasil produksi perikanan terbesar

di Jawa Timur.

Hasil tangkap ikan di Muncar didominasi oleh

ikan lemuru (Sardinella lemuru) yang berasal

dari perairan Selat Bali. Joesidawati, et al

(2004) menyatakan bahwa sumber daya

perikanan lemuru merupakan sumberdaya

perikanan yang paling dominan dan bernilai

ekonomis di Selat Bali. Muncar merupakan

daerah pelabuhan perikanan paling penting

untuk lemuru (Buchary, 2010). Dominasi

lemuru terhadap hasil tangkap di Muncar

mencapai lebih dari 80% total hasil tangkap

yang ada.

Tidak hanya sebagai daerah penangkapan ikan,

Muncar juga dijadikan lokasi produksi dari

sejumlah usaha pengolahan ikan. Jenis-jenis

industri pengolahan yang memanfaatkan lemuru

dan terdapat di Muncar meliputi industri

pengalengan, cold storage, pemindangan,

pengasinan, penepungan, dan industri

pengolahan lainnya.

Salah satu industri pengolahan ikan yang paling

banyak ditemui di kawasan Muncar adalah

industri cold storage. Cold storage merupakan

industri pengolahan ikan dengan membekukan

ikan yang selanjutnya dijual ke industri

perikanan lain yang membutuhkan. Hasil cold

storage biasanya digunakan sebagai bahan baku

industri olahan ikan lainnya seperti pengalengan

(sarden), penepungan, minyak ikan, atau

diekspor sebagai pakan ikan tuna. Menurut

BPPPI (2010), cold storage bertambah pesat

sejak tahun 2006. Hingga 2010, cold storage di

Muncar berjumlah 30 unit.

Pada tahun 2006, hasil tangkap ikan melimpah

sehingga peluang usaha di bidang cold storage

terbuka lebar. Hal tersebut disebabkan industri

olahan ikan seperti pengalengan, penepungan,

dan minyak ikan memiliki keterbatasan

kapasitas produksi. Sedangkan industri cold

storage dapat menyimpan ikan dengan

mempertahankan bentuk ikan dengan baik

dalam jangka waktu yang sangat lama. Akan

tetapi, produksi ikan yang terus-menerus

meningkat mengakibatkan banyak ikan yang

telah ditangkap dibuang kembali ke laut. Hal

tersebut terjadi disebabkan harga jual ikan turun

dan sudah tidak dapat ditampung oleh cold

storage maupun industri lainnya.

Sejak awal tahun 2010, kondisi produksi lemuru

di Muncar mengalami penurunan. Penurunan

produksi lemuru ini terus berlangsung hingga

menyebabkan terjadinya kelangkaan lemuru

yang masih dialami hingga tahun 2011. Dinas

terkait menduga bahwa kelangkaan yang terjadi

ini disebabkan oleh perubahan iklim global yang

berakibat terhadap temperatur perairan. Akibat

dari kelangkaan ini dirasakan oleh seluruh

kalangan, mulai dari nelayan hingga investor

sejumlah industri pengolahan ikan. Kerugian

sering sekali dialami oleh nelayan yang melaut

karena hasil penangkapan ikan yang diperoleh

tidak sebanding dengan modal yang

dikeluarkan. Sedangkan pihak industri

pengolahan terus memerlukan ikan sebagai

material produksinya.

Kelangkaan yang terjadi hingga kini juga

menyebabkan sejumlah cold storage tidak lagi

beroperasi. Hal ini disebabkan karena jumlah

cold storage yang sangat banyak tidak lagi

sebanding dengan hasil tangkap ikan yang

diperoleh. Kerugian yang cukup besar dialami

oleh sejumlah cold storage karena harus tetap

membayar biaya beban listrik, karyawan, dan

bunga pinjaman di bank walaupun cold storage

sudah tidak beroperasi lagi. Bahkan sejumlah

usaha cold storage terpaksa mengimpor ikan

dari sejumlah negara lain, seperti Cina dan India

agar tetap dapat beroperasi dan memenuhi

permintaan industri pengalengan atau sarden.

Sejumlah penelitian dengan objek perikanan,

khususnya tentang lemuru di selat Bali telah

dilakukan. Dalam penelitian Merta, et al (2000)

dinyatakan bahwa perilaku lemuru hingga kini

belum dapat dipahami. Salah satu penyebab

fluktuasi yang diamati adalah akibat terjadinya

El Nino di alam. Buchary (2010) menyatakan

ketidakpastian yang disebabkan El Nino

semakin tidak menentu akibat adanya perubahan

iklim global. Hartata (2010) telah membuat

pengembangan model klaster industri perikanan

berkelanjutan. Hidayat (2010) telah membuat

model dinamika pendapatan nelayan pada

industri perikanan tangkap.

3

Penelitian ini merupakan kelanjutan dari

penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini

akan dibuat suatu instrumen pemodelan dinamis

yang bertujuan untuk mengetahui pemodelan

sistem penangkapan hingga industri cold

storage di Muncar saat ini, pengaruh perubahan

iklim global terhadap jumlah tangkap lemuru

dan industri cold storage di Pelabuhan Muncar,

jumlah cold storage yang menghasilkan

keuntungan secara maksimal, serta kebijakan

pada sistem penangkapan dan industri cold

storage yang baik. Model dikembangkan

berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Hidayat (2010), yakni model

dinamika pendapatan nelayan pada industri

perikanan tangkap. Pengembangan model yang

dilakukan adalah dengan menambahkan sub

model cold storage dan menambahkan variabel

penurunan hasil tangkap yang diperoleh

berdasarkan data hasil tangkap 2010. Hal

tersebut dilakukan karena belum diketahui

secara pasti bagaimana menerjemahkan sistem

dinamis perubahan iklim global terkait dengan

sistem perikanan. Variabel tersebut memberikan

gambaran pengaruh perubahan iklim global

terhadap hasil tangkap di Muncar.

2. Metodologi Penelitian

2. 1 Sumber dan Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini mencakup pemodelan sistem

penangkapan lemuru hingga industri cold

storage di pelabuhan Muncar, Banyuwangi.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

diperoleh dari literatur (penelitian yang telah

sebelumnya), data dari instansi pemerintah

terkait, dan wawancara dengan pelaku industri

cold storage serta instansi pemerintah terkait.

2. 2 Kerangka Pendekatan Studi

2. 2. 1 Pengembangan Model

Model dinamik yang dikembangkan berasal dari

penelitian Hidayat (2010). Model tersebut

mencakup pendugaan stok lemuru di Selat Bali

hingga perhitungan pendapatan nelayan di

Muncar. Model tersebut terdiri dari beberapa

sub sistem, yakni sub sistem stok ikan,

penduduk, penangkapan, dan ekonomi.

Pada sub sistem stok ikan, teknik pendugaan

stok lemuru yang digunakan adalah teknik

pendugaan stok surplus yang dikembangkan

oleh Schaefer. Inti konsep ini adalah bahwa

setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk

berproduksi yang melebihi kapasitas produksi

(surplus), sehingga apabila surplus ini dipanen

(tidak lebih dan tidak kurang), maka stok ikan

akan mampu bertahan secara

berkesinambungan.

Pada sub sistem penangkapan dilakukan

standarisasi alat tangkap. Hal ini disebabkan

karena alat tangkap di Muncar bersifat multi

gear (Hidayat, 2010). Standarisasi alat tangkap

dilakukan dengan menjadikan purse seine

sebagai alat tangkap standar karena jumlah alat

dan hasil tangkapan purse seine tersebut adalah

yang terbanyak di Muncar dibandingkan dengan

alat tangkap lainnya.

2. 2. 2 Pendekatan Sistem Dinamik

Pengembangan model dilakukan dengan

menggunakan pendekatan sistem dinamik.

Metode sistem dinamik dapat meningkatkan

pembelajaran pada sistem yang kompleks

(Sterman, 2000). Untuk memodelkan

permasalahan sistem dinamik diperlukan tools

seperti Vensim, Stella, Powersim, dan perangkat

lunak simulasi lainnya. Untuk itu, perangkat

lunak Stella 9.1.3 digunakan dalam penelitian

ini.

Pengembangan model dimulai dari

konseptualisasi sistem yang dilakukan melalui

pembuatan model konseptual yang digambarkan

melalui causal loop diagram. Konseptualisasi

sistem digunakan untuk menggambarkan secara

umum mengenai simulasi sistem dinamis yang

akan dilakukan. Selanjutnya model konseptual

diterjemahkan menjadi model sistem dinamik

melalui stock and flow maps. Formulasi pada

model dilakukan dengan cara memahami dan

menguji konsistensi model apakah sudah sesuai

dengan tujuan dan batasan yang dibuat. Setelah

model dibuat, selanjutnya dilakukan tahap

verifikasi. Pada tahap verifikasi dilakukan

pengecekan terhadap model yang dibuat, apakah

model sudah sesuai dengan yang diinginkan,

masuk akal, dan formulasi maupun satuannya

sudah konsisten. Selanjutnya model sistem

disimulasikan. Kemudian, validasi hasil

simulasi model dilakukan untuk memastikan

bahwa model yang dibuat benar-benar dapat

merepresenta-sikan kondisi riil sistem.

3. Kondisi Umum Muncar

Selain menjadi daerah penangkapan ikan,

Muncar juga dijadikan lokasi produksi dari

sejumlah usaha pengolahan ikan. Jenis-jenis

industri pengolahan yang memanfaatkan lemuru

dan terdapat di Muncar meliputi industri

pengalengan, cold storage, pemindangan,

4

pengasinan, penepungan, dan industri

pengolahan lainnya.

3. 1 Alat Tangkap Ikan

Alat tangkap di Muncar bersifat multi gear

(Hidayat, 2010). Beberapa alat tangkap yang

digunakan di Muncar adalah sebagai berikut:

a. Purse seine (pukat cincin)

Purse seine berbentuk jaring dengan ukuran

panjang antara 210-500 m, kedalaman 60-

70 m, dan ukuran mata jaring 1 inchi.

Untuk pengoperasiannya, purse seine

menggunakan dua buah kapal yang disebut

slerek dan dibutuhkan tenaga anak buah

kapal (ABK) 40 – 50 orang.

b. Gill net (jaring insang)

Gill net merupakan jaring yang berbentuk

persegi panjang, bagian bawah dilengkapi

dengan pemberat sedangkan bagian atas

dilengkapi dengan pelampung. Untuk

pengoperasiannya dibutuhkan tenaga kerja

5-6 ABK.

c. Payang

Konstruksi payang dari sayap, badan, dan

ekor dengan lebar mata jaring berturut-turut

20, 10, 5, dan 0.6 cm. Kapal yang

digunakan adalah kapal bermotor dan

dibutuhkan 6-7 ABK untuk beroperasi.

d. Bagan

Alat tangkap bagan di Muncar terdapat dua

jenis, yaitu bagan tancap dan bagan

terapung. Bagan tancap terdiri dari jaring

bagan, gulungan, rumah bagan, serok, dan

lampu dengan ukuran mata jaring kurang

dari 0,5 cm. Dalam pengoperasiaannya unit

penangkapan bagan membutuhkan 1-2

ABK.

e. Hook and lines

Alat tangkap ini terdiri dari berbagai jenis

pancing, seperti pancing ladung, pancing

prawo, dan pancing elot. Ketiga jenis

pancing tersebut memiliki cara beroperasi

yang berbeda sesuai tujuan penangkapan

dan biasannya menggunakan perahu yang

dipergunakan yaitu tipe jukung dan sekoci.

f. Unit penangkapan lainnya

Jenis alat penangkap ikan lainnya seperti

sero yang merupakan trap (perangkap).

Alat tangkap ini dapat bekerja saat air

pasang dan operasi penangkapannya

dilakukan pada waktu surut.

3. 2 Hasil Tangkapan dan Proses Penjualan

Sebagian besar ikan hasil tangkapan adalah jenis

ikan pelagis yang terdapat pada area dangkal di

sekitar Selat Bali. Hasil tangkapan di Muncar

didominasi oleh ikan lemuru. Alat-alat tangkap

yang paling banyak digunakan untuk

menangkap lemuru adalah purse seine (alat

tangkap utama lemuru), payang, bagan, dan

jaring insang hanyut. Sedangkan jenis ikan yang

tertangkap di Muncar meliputi ikan lemuru,

kembung, tembang, teri, manyun, layur, petek,

cumi-cumi, cucut, pari, rebon, bambangan,

rajungan, kerapu, udang, tengiri, dan rencek.

Hasil tangkapan ikan yang diperoleh nelayan

seharusnya dibawa ke tempat pendaratan ikan

(TPI) untuk dijual dalam pelelangan ikan. Akan

tetapi, kenyataannya banyak nelayan yang tidak

melaporkan hasil tangkapannya ke TPI. Nelayan

biasanya langsung menjual hasil tangkapannya

ke industri pengolahan ikan. Hal ini disebabkan

karena adanya nelayan yang memperoleh

pinjaman modal dari industri pengolahan ikan

sehingga hasil tangkapannya harus djual ke

pihak yang meminjamkan modal tersebut.

Selain itu, nelayan sengaja menghindari pajak

pendaratan ikan yang dibebankan di TPI.

Banyaknya peristiwa tersebut membuat

pendataan hasil tangkap di TPI tidak

merepresentasikan kegiatan penangkapan riil.

Beberapa literatur menyatakanbahwa terdapat

unreported fish, Buchary (2010) menyatakan

hanya sekitar 45% ikan hasil tangkapan di Selat

Bali yang dilaporkan.

3. 3 Produksi Lemuru di Muncar

Menurut BPPPI (2011) terdapat lebih dari 32

jenis ikan dan sumber daya laut selain lemuru

yang dapat diproduksi. Pada Gambar 1.

ditunjukkan hasil olahan data perbandingan

hasil tangkapan (produksi) ikan lemuru dan non

lemuru di Muncar. Dari grafik tersebut tampak

bahwa hasil tangkapan lemuru selalu

mendominasi jumlah produksi ikan di Muncar.

Walaupun hasil tangkapan tidak sama setiap

tahunnya, penangkapan lemuru memiliki pola

musim tangkapan. Dari pengolahan data pada

Tabel 1. seperti yang pernah dilakukan oleh

Merta, et al (2000), diperoleh bahwa musim

penangkapan lemuru terjadi antara bulan

Oktober hingga Januari dan Maret.

5

Sumber: BPPPI, 2011

Gambar 1. Perbandingan jenis hasil tangkapan

Muncar

Tabel 1. Data produksi bulanan lemuru di Muncar,

2006-2010

Sumber: BPPPI, 2011

Dari Tabel 1. tampak bahwa terdapat

peningkatan hasil tangkap yang sangat tinggi

pada bulan Nopember 2006 hingga Februari

2007. Menurut dinas terkait, peristiwa tersebut

dipicu akibat peristiwa El nino. Peristiwa El

nino tidak memiliki pola tahunan yang pasti.

Buchary (2010) menyatakan bahwa peristiwa El

nino terjadi 3 hingga 7 tahun sekali. Sedangkan

penurunan jumlah tangkap yang terjadi pada

bulan Juni hingga Desember 2010 terjadi akibat

dari perubahan iklim secara global.

Pada Tabel 2. berikut ini ditampilkan data

produksi dan harga lemuru pada tahun 2006

hingga 2010. Dari data tersebut tampak bahwa

terdapat hubungan antara jumlah tangkapan

dengan harga jual lemuru. Harga lemuru

dipengaruhi oleh banyaknya jumlah hasil

tangkapan lemuru. Semakin banyak rata-rata

hasil tangkapan per bulan maka harga lemuru

semakin murah.

Tabel 2. Data produksi dan harga rata-rata lemuru,

2006-2010

Sumber: BPPPI, 2011

3. 4 Industri Cold Storage

Terdapat beberapa jenis industri pengolahan

lemuru di Muncar. Industri pengolahan tersebut

meliputi pengalengan ikan, pemindangan,

pengasinan, penepungan, petis, terasi, cold

storage, dan es-esan. Cold storage merupakan

industri terbanyak yang terdapat di Muncar.

Cold storage menyediakan jasa pembekuaan

dan penyimpanan ikan. Skema proses bisnis

yang dilakukan oleh industri cold storage

digambarkan pada Gambar 2. Inti dari proses

bisnis cold storage adalah proses pembekuan

(freezing) yang dilakukan dalam mesin ABF (±

12 jam) dan proses penyimpanan dalam cold

room. Menurut pelaku industri cold storage

kondisi fisik ikan yang dibekukan akan tampak

tetap baik walaupun ikan disimpan dalam

jangka waktu yang sangat lama. Akan tetapi,

kualitas rasa dari ikan itu sendiri yang

berkurang.

Berdasarkan Kantor Lingkungan Hidup

Banyuwangi (2010), jumlah industri cold

storage mencapai 40 perusahaan. Industri cold

storage di Muncar memiliki asosiasi yang

berperan sebagai wadah komunikasi antar

pengusaha cold storage yang diberi nama ACMI

(Asosiasi Cold Storage Muncar Indonesia).

Ketua ACMI menyatakan bahwa pada mulanya

industri cold storage sangat menguntungkan.

Biaya investasi cold storage berkisar antara 3

hingga 5 milyar rupiah. Sedangkan keuntungan

yang diperoleh dapat mencapai 1 milyar rupiah

per tahun. Akan tetapi, sejak akhir tahun 2010

hingga 2011 ini terjadi kelangkaan lemuru yang

merupakan bahan baku utama industri ini.

Menurut ketua ACMI, dari sekian banyak cold

storage yang ada di Muncar, hanya ada sekitar 7

perusahaan yang masih beroperasi. Hal tersebut

dikarenakan jumlah tangkapan ikan berkurang

secara drastis dan tidak lagi berimbang dengan

jumlah cold storage yang ada. Sedangkan

Tahun

Bulan

243 10.236 2.341 1.938 3.860 *2.095 9%

360 27.731 543 2.681 3.128 1.678 7%

311 8.471 1.169 1.597 8.354 *3.980 16%

564 715 2.229 1.546 954 1.202 5%

684 892 2.479 3.257 1.357 1.734 7%

437 530 998 2.251 10 1.054 4%

673 481 790 675 10 655 3%

898 186 1.264 501 11 712 3%

863 216 2.955 685 11 1.180 5%

1.271 387 3.942 5.079 10 *2.670 11%

20.315 3.321 4.708 4.843 7 *4.291 18%

24.719 924 4.417 3.393 5 *2.911 12%

51.337 54.089 27.833 28.446 17.718 24.162

4.278 4.507 2.319 2.371 1.476

1.966 Rata-Rata Total

Prosentase Rata-Rata

Rata-Rata

2008 2009 2010

Januari

Februari

2006 2007

Maret

April

Mei

Nopember

Desember

Total

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

6

sejumlah biaya, seperti biaya listrik, pinjaman di

bank, dan gaji karyawan tetap harus dibayar.

Gambar 2. Skema proses bisnis cold storage

4. Pengembangan Model

Pengembangan model terdiri dari beberapa

tahap, yakni penyusunan causal loop diagram,

penyusunan stock and flow maps, verifikasi,

simulasi, dan validasi model.

4.1 Penyusunan Causal Loop Diagram

Causal loop diagram menggambarkan

hubungan sebab akibat (causal relationship)

antar variabel yang berinteraksi dalam sistem.

Causal loop diagram disusun berdasarkan

causal loop diagram penelitian Hidayat (2010)

yang telah menggambarkan hubungan sebab

akibat antar variabel dari stok lemuru di Selat

Bali hingga penghasilan nelayan Muncar.

Selanjutnya causal loop diagram dikembangkan

dengan menambahkan hubungan sebab akibat

antara variabel-variabel yang dimiliki industri

cold storage dengan variabel yang telah ada

(Gambar 3). Pada penelitian sebelumnya,

interaksi variabel harga diabaikan. Akan tetapi

pada pemodelan ini ditambahkan pengaruh

harga terhadap variabel lain yang memiliki

interaksi. Sebagai contoh, peningkatan pada

variabel produksi lemuru mengakibatkan

penurunan terhadap variabel harga lemuru.

Sehingga pada causal loop diagram

digambarkan interaksi antara variabel produksi

lemuru dengan harga lemuru dengan simbol

panah dan tanda positif.

Gambar 3. Causal loop diagram

4.2 Penyusunan Stock and Flow Maps

Stock and flow maps dibuat berdasarkan causal

loop diagram yang telah dibuat. Stock and flow

maps model penelitian ini dibagi menjadi enam

sub model. Dalam penyusunan model ini juga

dilakukan formulasi matematis. Formulasi

matematis ini menunjukkan keterkaitan antara

setiap variabel yang saling berinteraksi.

4. 2. 1 Sub Model Stok Lemuru Selat Bali

Sub model stok lemuru pada Gambar 4.

menggambarkan bagaimana memperoleh stok

lemuru di Selat Bali. Inflow stok lemuru, yaitu

pertumbuhan lemuru diperoleh dari penelitian

sebelumnya. r merupakan pertumbuhan intrinsik

lemuru yang mewakili pertumbuhan lemuru,

baik secara fisik maupun populasi. Sedangkan k

mewakili faktor daya dukung lingkungan.

Formulasi matematis pertumbuhan lemuru

adalah sebagai berikut:

dx/dt = F (x) = rx (1 – x/K) ........................... (1)

Sedangkan outflow stok lemuru Selat Bali

dipengaruhi oleh produksi atau hasil tangkap

lemuru di Selat Bali.

7

Gambar 4. Sub model stok lemuru Selat Bali

4. 2. 2 Sub Model Penangkapan

Sub model penangkapan pada Gambar 5.

menggambarkan bagaimana pengaruh aktivitas

penangkapan yang terjadi di Selat Bali.

Produksi lemuru di Selat Bali dipengaruhi oleh

CPUE (Catch Per Unit Effort) lemuru Selat Bali

dan effort (jumlah trip melaut) standar alat

tangkap purse seine di Selat Bali. Effort alat

standar purse seine di Selat Bali berasal dari tiga

effort, yaitu effort dari Selat Bali, Muncar, dan

non Muncar. Effort non Muncar berasal dari

upaya penangkapan yang dilakukan nelayan

yang tidak berasal dari Bali maupun Muncar.

Standarisasi alat tangkap di Selat Bali dilakukan

dengan menstandarisasi alat tangkap selain

purse seine hingga proporsional dengan purse

seine. Hasil kali jumlah CPUE dengan effort

standar purse seine di Selat Bali menghasilkan

produksi lemuru di Selat Bali.

Gambar 5. Sub model penangkapan

Pada pembuatan model ini, perhitungan yang

lebih detil dilakukan untuk menjabarkan

bagaimana memperoleh effort standar purse

seine di Muncar. Hal tersebut dilakukan untuk

memperoleh perhitungan yang lebih detil

terhadap pendapatan nelayan, baik nelayan

juragan yang memiliki kapal maupun nelayan

sebagai ABK.

4. 2. 3 Sub Model Penduduk Muncar

Sub model penduduk Muncar pada Gambar 6.

menggambarkan bagaimana dinamika

kependudukan di kecamatan Muncar. Sub

model ini dibuat untuk melihat bagaima

dinamika total nelayan terhadap jumlah

penduduk Muncar yang bermata pencaharian

sebagai nelayan.

Gambar 6. Sub model penduduk Muncar

4. 2. 4 Sub Model Ekonomi Nelayan

Sub model ekonomi nelayan di Muncar pada

Gambar 7. menunjukkan bagaimana hubungan

antara pengeluaran dan pendapatan dari setiap

effort yang dilakukan. Pendapatan dari upaya

melaut tidak hanya bergantung pada jumlah

hasil tangkapan yang diperoleh, tetapi juga

terhadap fluktuasi harga penjualan lemuru.

Setelah diperoleh pendapatan bersih baik alat

tangap purse seine maupun non purse seine,

selanjutnya dilakukan pembagian hasil antara

juragan dan ABK dengan proporsi 50:50.

Setengah dari pendapatan bersih yang diterima

oleh ABK dibagi sesuai dengan jumlah ABK

yang ada. Kemudian dari sub model ini juga

diperoleh nilai pendapatan per kapita baik

juragan maupu ABK alat tangkap purse seine

dan non purse seine.

8

Gambar 7. Sub model ekonomi nelayan

4. 2. 5 Sub Model Hasil Tangkap

Sub model hasil tangkap di Muncar pada

Gambar 8. menunjukkan pendistribusian hasil

penangkapan lemuru di Muncar. Pada sub

model ini diberikan asumsi bahwa industri

olahan pengalengan adalah industri yang paling

diutamakan untuk memperoleh lemuru

dibandingkan industri lainnya. Hal ini

disebabkan pada kondisi riil, industri

pengalengan menginginkan lemuru dengan

kondisi terbaik dan masih segar. Prioritas

distribusi lemuru selanjutnya adalah industri

cold storage. Kemampuan konsumsi industri

cold storage dibatasi oleh kapasitas ABF yang

dimiliki oleh industri cold storage. Dengan

demikian apabila cold storage tidak mampu

menampung hasil produksi lemuru, maka sisa

lemuru akan dikonsumsi oleh industri

pengolahan lemuru lainnya.

4. 2. 6 Sub Model Cold Storage

Sub model cold storage yang ditunjukkan pada

Gambar 9. menunjukkan model ekonomi dari

industri cold storage. Sub model tersebut

menggambarkan bagaimana utilitas dari cold

room, pendapatan, serta perhitungan laba rugi

yang dimiliki oleh cold storage. Pada inflow dan

outflow storage yang dimiliki cold storage

menggambarkan aliran massa lemuru yang

masuk dan keluar cold room. Jumlah massa

masukan dan pengeluaran lemuru di cold

storage tidak sama. Hal ini disebabkan karena

massa lemuru setelah mengalami proses

pembekuan ternyata mengalami peningkatan

hingga 10% dari total berat sebelum dibekukan.

Hal tersebut memberi keuntungan tambahan

bagi pengusaha cold storage.

Gambar 8. Sub model hasil tangkap Muncar

Gambar 9. Sub model cold storage

4. 3 Verifikasi Model

Tahap verifikasi merupakan tahap pengecekan

terhadap model simulasi apakah model

berfungsi sesuai logika pada objek sistem,

dalam hal ini sesuai dengan model konseptual

yang dibuat. Proses pengecekan tersebut

dilakukan dengan cara check units dan verifikasi

pada software STELLA. Check units ini

dilakukan untuk memastikan konsistensi satuan

sesuai dengan formulasi yang dibuat. Sedangkan

verifikasi dilakukan untuk mengecek kesesuaian

formulasi dalam model dan eror yang mungkin

terdapat pada model yang dibuat.

4. 4 Validasi Model

9

Tahap validasi merupakan tahap untuk

memastikan apakah model yang dibuat benar-

benar merepresentasikan kondisi objek amatan

sebenarnya. Proses validasi model dapat

dilakukan dengan cara diskusi dengan pihak ahli

untuk memastikan bahwa model yang telah

dibuat benar dan sesuai dengan sistem riil.

Selain itu, validasi juga dilakukan dengan cara

pengujian hasil simulasi dengan data riil. Tahap

validasi yang digunakan yaitu, uji statistik 2

sample t. Apabila nilai P-value > alpha = 0.05,

maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu tidak

terdapat perbedaan pada kedua data.

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan,

didapatkan P value = 0,734 dengan derajat

kepercayaan sebesar 95%. Nilai P value >

alpha, maka kesimpulannya tidak terdapat

perbedaan pada kedua data, sehingga model

dapat dinyatakan valid.

4. 5 Simulasi Perlakuan Model

Sesuai dengan tujuan dari penelitian, maka

model yang telah dibuat diberi beberapa

perlakuan. Berikut merupakan skenario

perubahan perlakuan model yang dilakukan:

1. Pada variabel jumlah unit cold storage

tidak memiliki fraksi pertambahan variabel.

Kemudian jumlah unit cold storage diubah

untuk memperoleh laba cold storage yang

maksimum. Simulasi dilakukan dengan

membandingkan keuntungan atau kerugian

yang ditanggung 1 hingga 5 cold storage

serta simulasi sistem awal dengan jumlah

cold storage sebanyak 40 unit.

2. Pada sub model penangkapan ditambahkan

variabel pengaruh iklim global terhadap

jumlah produksi lemuru Muncar. Variabel

tersebut diasumsikan berasal dari data hasil

penangkapan 2010. Hal tersebut

dkarenakan masih terbatasnya penelitian

mengenai perubahan iklim global di bidang

perikanan.

3. Simulasi untuk mencari kebijakan pada

sistem penangkapan dan industri cold

storage yang baik. Simulasi dilakukan

untuk memperoleh kebijakan hingga

didapatkan stabilitas stok lemuru di Selat

Bali. Ukuran keberhasilan simulasi ini

adalah kondisi inisial stok lemuru di Selat

Bali.

5. Analisis Hasil Simulasi

5. 1 Analisis Hasil Simulasi Kondisi Awal

Simulasi dilakukan selama tahun 2000-2020.

Gambar 10. menunjukkan kondisi stok atau

biomassa lemuru, pertumbuhan alami stok, dan

produksi lemuru Selat Bali. Pada tahun 2005,

terjadi puncak produksi lemuru Selat Bali. Stok

lemuru ikut menurun secara drastis karena

produksi lemuru Selat Bali telah melampaui

kemampuan pertumbuhan alami stok.

Selanjutnya produksi lemuru Selat Bali juga ikut

menurun karena sumber tangkapannya, yaitu

Stok lemuru mengalami penurunan kuantitas.

Dengan demikian, produksi sangat bergantung

pada jumlah stok lemuru yang ada. Sedangkan

setelah tahun 2010, jumlah pertumbuhan alami

stok hampir sama dengan produksi lemuru Selat

Bali. Kondisi tersebut dapat mempertahankan

stok lemuru pada kondisi yang stabil.

Gambar 10. Hasil simulasi sub model stok lemuru

Selat Bali (model awal)

Pada Gambar 11. ditampilkan bagaimana

hubungan stok lemuru, produksi lemuru

Muncar, effort standar purse seine Muncar, dan

jumlah purse seine di Muncar. Simulasi tahun

2005 yang merupakan puncak penangkapan

lemuru di Muncar. Setelah peristiwa tersebut,

tampak bahwa meskipun effort standar purse

seine terus ditingkatkan dan jumlah alat tangkap

purseine meningkat, hasil produksi lemuru

Muncar tetap tidak dapat meningkat. Hal ini

disebabkan karena stok lemuru di Selat Bali

mengalami penurunan. Sehingga seberapapun

banyaknya effort dan jumlah alat tangkap

ditingkatkan tidak dapat meningkatkan hasil

produksi lemuru Muncar.

10:36 07 Jul 2011

Untitled

Page 1

2000,00 2005,00 2010,00 2015,00 2020,00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

55000

110000

165000

35000

45000

55000

30000

65000

100000

1: Stok lemuru 2: Pertumbuhan alami stok 3: Produksi lemuru Selat Bali

1

1

1

1

2

2

2

2

3 33

3

10

Gambar 11. Hasil simulasi sub model penangkapan

(model awal)

Pada Gambar 12. ditunjukkan perbandingan

antara perubahan harga jual ikan, pendapatan

per juragan purse seine, effort purse seine, biaya

effort purse seine, dan produksi lemuru purse

seine. Pada tahun 2005, jumlah produksi paling

banyak. Akan tetapi harga jual sangat rendah.

Hal tersebut menyebabkan pendapatan juragan

purse seine sangat rendah, bahkan mengalami

kerugian. Kerugian ini disebabkan karena

pendapatan hasil penjualan tidak cukup

membayar biaya effort purse seine.

Gambar 12. Hasil simulasi sub model ekonomi

nelayan (model awal)

Gambar 13. menunjukkan hasil simulasi sub

model distribusi hasil tangkapan Muncar yang

membandingkan hasil produksi lemuru Muncar,

konsumsi pengalengan, konsumsi cold storage,

dan jumlah unit cold storage. Banyaknya

konsumsi cold storage mengikuti mengikuti

fluktuasi hasil tangkapan lemuru Muncar. Hal

tersebut dikarenakan hasil tangkapan lemuru

yang dapat dikonsumsi oleh cold storage, yang

seharusnya dibatasi oleh kapasitas ABF lebih

sedikit dibandingkan kapasitas ABF yang

tersedia.

Gambar 13. Hasil simulasi sub model distribusi hasil

tangkapan Muncar (model awal)

Gambar 14. menunjukkan hasil simulasi sub

model cold storage. Pada grafik tersebut,

variabel yang dibandingkan adalah utilitas cold

room, laju pemasukan, dan unit cold storage.

Tampak pada grafik tersebut bahwa peningkatan

jumlah unit cold storage yang

mereprasentasikan jumlah industri cold storage ternyata tidak sebanding dengan laju pemasukan

lemuru ke cold room yang dimiliki cold storage. Hal

tersebut menyebabkan utilitas cold room sangat

rendah.

Gambar 14. Perbandingan utilitas cold room, laju

pemasukan, dan unit cold storage (simulasi model

awal)

Sedangkan pada Gambar 15. ditunjukkan bahwa

pada tahun 2005, cold storage masih merasakan

keuntungan. Hal tersebut disebabkab karena

setelah tahun 2005 produksi lemuru berkurang,

sedangkan cold storage yang masih menyimpan

11:50 07 Jul 2011

Untitled

Page 1

2000,00 2005,00 2010,00 2015,00 2020,00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

10000

35000

60000

0

15000

30000

190

210

230

55000

110000

165000

1: Produks…muru Muncar 2: ef f ort s…ar PS Muncar 3: Jumlah purse seine 4: Stok lemuru

1

1

1

1

2

2

22

3

3

3

3

4

4

4 4

12:05 07 Jul 2011

Untitled

Page 1

2000,00 2005,00 2010,00 2015,00 2020,00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

5:

5:

5:

1000000

2500000

4000000

-100000000

0

100000000

0

15000

30000

3500000

3650000

3800000

5000

30000

55000

1: Harga 2: Pend…uragan PS 3: Ef f ort PS 4: Biay a… ef f ort PS 5: Produ…lemuru PS

1

1

1

1

2

2

2 2

3

3

33

4

4 4 45

5

5 5

15:17 18 Jul 2011

Untitled

Page 1

2000,00 2005,00 2010,00 2015,00 2020,00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

5:

5:

5:

0

30000

60000

-500

4000

8500

0

30000

60000

10

25

40

100

300

500

1: Hasil…uru Muncar 2: Kons…ngalengan 3: Konsu…ld storage 4: Unit CS 5: Kapasitas ABF

1

1

1

1

2

2

2

2

3

3

3

3

4

4 4 4

5

5 5 5

15:21 18 Jul 2011

Untitled

Page 1

2000,00 2005,00 2010,00 2015,00 2020,00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

0

35

70

0

30000

60000

10

25

40

1: Utilitas cold room 2: Laju pemasukan 3: Unit CS

1

1

1

1

2

2

2 2

3

3 3 3

11

lemuru masih dapat menjualnya ke industri-

industri pengolahan yang membutuhkan. Akan

tetapi karena jumlah cold storage yang sangat

banyak sedangkan hasil produksi lemuru yang

tidak mengalami peningkatan menyebabkan

cold storage terus mengalami kerugian.

Gambar 15. Perbandingan laju pemasukan, harga,

pendapatan cold storage, laba rugi, dan laju

pemasukan (simulasi model awal)

Dari uraian analisis hasil simulasi model awal

tersebut, terdapat dua periode dimana kondisi

perikanan dan industri cold storage di Muncar

menjadi tidak stabil. Periode pertama adalah

pada tahun 2005, dimana hasil produksi lemuru

mencapai puncak tangkapan. Akan tetapi effort

penangkapan tidak dikurangi, sehingga jumlah

stok lemuru tidak dapat pulih. Sedangkan pada

periode kedua, yaitu menjelang periode 2010

industri cold storage terlalu banyak. Sedangkan

produksi lemuru di Muncar tidak mengalami

peningkatan yang signifikan. Kondisi tersebut

menyebabkan cold storage terus menerus

mengalami kerugian.

5. 2 Analisis Hasil Simulasi Skenario I

Simulasi skenario I adalah simulasi dengan

variabel jumlah unit cold storage tidak memiliki

fraksi pertambahan variabel. Kemudian jumlah

unit cold storage diubah untuk memperoleh laba

cold storage yang maksimum. Simulasi

dilakukan dengan mengubah jumlah unit cold

storage dari satu hingga lima unit. Selanjutnya

hasil laba-rugi cold storage masing-masing

jumlah unit cold storage dibandingkan. Hasil

perbandingan laba rugi tersebut dapat dilihat

pada Gambar 16.

Gambar 16. Hasil simulasi skenario I

Dari hasil simulasi tersebut menyatakan bahwa

sebenarnya dengan 1 perusahaan cold storage

saja keuntungan yang dicapai lebih tinggi

dibandingkan dengan terdapat banyak industri

cold storage. Akan tetapi efek dari sedikitnya

industri cold storage adalah jumlah ikan yang

tidak tertampung pada industri cold storage

menjadi sangat banyak. Hal tersebut dapat

terjadi apabila kapasitas produksi industri

pengolahan lainnya lebih kecil dibandingkan

jumlah lemuru yang tidak dapat ditampung pada

cold storage. Apabila hasil penangkapan

kembali melimpah dan setiap industri

pengolahan memiliki kapasitas yang terbatas,

maka akan banyak ikan yang terbuang sia-sia.

Model yang dikembangkan ini belum dapat

mengakomodasi perkiraan peristiwa tersebut.

Karena model ini memiliki keterbatasan, yakni

model yang dikembangkan hanya memodelkan

distribusi lemuru mulai dari pendugaan stok

hingga industri cold storage. Sehingga tidak

dapat diketahui jumlah lemuru yang tidak dapat

ditampung oleh industri pengolahan lainnya.

5. 3 Analisis Hasil Simulasi Skenario II

Skenario II adalah simulasi model awal dengan

perubahan pada sub model penangkapan

ditambahkan variabel pengaruh iklim global

terhadap jumlah produksi lemuru Muncar.

Variabel tersebut berupa konstanta hasil tangkap

lemuru di Muncar yang diperoleh dari data hasil

produksi Muncar tahun 2010. Pada simulasi ini,

hasil tangkap pada tahun 2011-2020

diasumsikan relatif sama, yakni 5 hingga 10 ton

per bulan. Pada Gambar 17. berikut ini adalah

hasil simulasi skenario II.

15:24 18 Jul 2011

Untitled

Page 1

2000,00 2005,00 2010,00 2015,00 2020,00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

5:

5:

5:

1000000

2500000

4000000

0

1e+011

2e+011

-2,5e+011

-1e+011

5e+010

0

1e+011

2e+011

1: Harga 2: Pendapatan CS 3: Laba rugi 4: Pengeluaran 5: Pemasukan

1

1

1

1

2

2

2 2

33

3

34

4

44

5

5

55

12

Gambar 17. Hasil simulasi skenario II

Pada Gambar 17. tersebut tampak bahwa

produksi lemuru Muncar mengalami penurunan

yang sangat signifikan pada tahun 2011. Harga

lemuru yang meningkat secara drastis tetap

belum dapat memberikan keuntungan terhadap

industri cold storage karena jumlah produksi

lemuru Muncar sangat sedikit. Industri cold

storage mengalami krugian yang sangat besar

karena biaya operasional tetap harus

ditanggung.

5. 4 Analisis Hasil Simulasi Skenario Kebijakan

Perubahan iklim global yang terjadi saat ini

belum pernah terjadi sebelumnya. Untuk itu,

belum diketahui secara pasti bagaimana cara

penanggulangannya. Skenario kebijakan ini

dilakukan pada model awal dimana tidak ada

pengaruh terhadap iklim global, akan tetapi

jumlah tangkap yang dihasilkan sedikit. Untuk

itu, skenario kebijakan dilakukan untuk

mengupayakan kembalinya jumlah stok lemuru

di Selat Bali, dengan fokus kebijakan untuk

sistem penangkapan lemuru di Muncar. Dalam

penelitian ini dilakukan simulasi dengan

menutup daerah penangkapan sementara, yakni

pada tahun 2011-2012. Hasilnya, stok lemuru

tidak dapat kembali seperti kondisi inisial pada

tahun 2000. Stok lemuru mengalami kenaikan

hingga tahun 2013. Akan tetapi, selanjutnya

kembali mengalami penurunan. Hal ini

disebabkan karena jumlah purse seine sebagai

alat tangkap utama maupun effort purse seine

tidak dibatasi, tetap seperti pada tahun 2008,

maka akan terjadi penyusutan stok ikan kembali

(Gambar 18).

Gambar 18. Hasil simulasi kebijakan penutupan

daerah penangkapan tahun 2011-2012, effort tetap

Untuk itu diperlukan upaya untuk menjaga stok

lemuru tetap tinggi. Dengan mempertimbangkan

jumlah purse seine tidak dapat langsung

dikurangi karena akan mengurangi lapangan

pekerjaan bagi nelayan, maka simulasi

dilakukan dengan mencari jumlah effort purse

seine yang sebaiknya dilakukan dalam setahun.

Dari hasil simulasi, sebaiknya sejak tahun 2013

effort purse seine dibatasi hingga 10 trip. Tabel

3. berikut ini merupakan hasil simulasi setelah

effort purse seine dibatasi hingga 10 trip. Dari

hasil simulasi tersebut, diketahui bahwa pada

tahun 2020 stok lemuru di Selat Bali dapat

kembali pada kondisi inisial.

Tabel 3. Hasil simulasi effort purse seine dibatasi

hingga 10 trip

6. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Telah dilakukan pengembangan model

simulasi sistem dinamik untuk mengkaji

pengaruh jumlah tangkap ikan lemuru

terhadap industri cold storage di pelabuhan

Muncar.

14:47 07 Jul 2011

Untitled

Page 1

2000,00 2005,00 2010,00 2015,00 2020,00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

0

30000

60000

0

10000000

20000000

-2e+011

-5e+010

1e+011

1: Produksi lemuru Muncar 2: Harga 3: Laba rugi

1

1

1

1

22

2 2

33

3

3

15:41 18 Jul 2011

Untitled

Page 1

2000,00 2005,00 2010,00 2015,00 2020,00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

55000

110000

165000

20000

60000

100000

35000

45000

55000

1: Stok lemuru 2: Produksi lemuru Selat Bali 3: Pertumbuhan alami stok

1

1

1

1

2

2

2

2

3

3

3

3

13

2. Kondisi perikanan tangkap Muncar

berdasarkan simulasi model adalah sebagai

berikut:

Terdapat dua periode dimana kondisi

perikanan dan industri cold storage di

Muncar menjadi tidak stabil. Periode

pertama adalah pada tahun 2005,

dimana hasil produksi lemuru mencapai

puncak tangkapan. Akan tetapi effort

penangkapan tidak dikurangi, sehingga

jumlah stok lemuru tidak dapat pulih.

Sedangkan pada periode kedua, yaitu

menjelang periode 2010 industri cold

storage terlalu banyak. Sedangkan

produksi lemuru di Muncar tidak

mengalami peningkatan yang

signifikan. Kondisi tersebut

menyebabkan cold storage terus

menerus mengalami kerugian.

Dengan 1 perusahaan cold storage saja

keuntungan yang dicapai lebih tinggi

dibandingkan dengan terdapat banyak

industri cold storage.

Akibat perubahan iklim global, harga

lemuru meningkat secara drastis tetap

belum dapat memberikan keuntungan

terhadap industri cold storage karena

jumlah produksi lemuru Muncar sangat

sedikit.

3. Dari hasil simulasi, ntuk meningkatkan dan

menjaga jumlah stok lemuru tetap tinggi,

sebaiknya daerah penangkapan ditutup

pada tahun 2011-2012. Selain itu effort

purse seine dibatasi hingga 10 trip atau

kurang dari itu.

7. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya pengelola pelabuhan Muncar

dapat bekerjasama dan menghimbau

nelayan dalam melakukan kegiatan

tangkap. Hal tersebut perlu dilakukan

karena nelayan seringkali tidak

mempertimbangkan keberadaan lemuru di

alam. Sehingga apabila nelayan

memperoleh hasil tangkap banyak, mereka

semakin memperbanyak effort tangkapan

maupun jumlah alat tangkap yang

digunakan.

2. Dalam membuat kebijakan perikanan,

khususnya sistem penangkapan sebaiknya

mempertimbangkan kebutuhan lemuru

untuk produksi industri pengolahan ikan

yang ada.

3. Sebaiknya model dikembangkan dengan

menambah pemodelan industri pengolahan

lainnya.

7. Daftar Pustaka

BPPPI 2010, Laporan BPPPI Muncar 2009,

BPPPI, Banyuwangi.

BPPPI 2011, Laporan BPPPI Muncar 2010,

BPPPI, Banyuwangi.

Buchary, E 2010, ‘In Search of Viable Policy

Options for Reponsible Use of Sardine

Resources in the Bali Strait’, disertasi PhD,

The University of British Columbia.

DKP 2007, Statistik Perikanan Tangkap

Indonesia 2005, Direktorat Jenderal

Perikanan Tangkap, Jakarta.

FAO 2009, The state of World Fisheries and

Aquaculture 2008, FAO, Rome.

Hartata, CP 2010, ‘Pengembangan Model

Klaster Industri Perikanan Berkelanjutan

untuk Simulasi Kebijakan Studi Kasus:

Klaster Industri Perikanan Muncar, Kab.

Banyuwangi’, skripsi S1, Universitas

Diponegoro.

Hidayat, F 2010, ‘Model Dinamika Pendapatan

Nelayan pada Industri Perikanan Tangkap

untuk simulasi Kebijakan (Studi Kasus: di

Kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai

(PPP) Muncar Banyuwangi’, skripsi S1,

Universitas Diponegoro.

Joesidawati, MI, Purwanto, & Hidayat 2004,

Alternatif Pengelolaan Perikanan Lemuru

di Selat Bali (The Alternative Management

for The Bali Strait Sardine (Lemuru)

Fishery).

Kantor Lingkungan Hidup, 2010, Inventarisasi

Data Industri Perikanan, Pemerintah

Kabupaten Banyuwangi, Banyuwangi.

Merta, IGS, Widana, K, Yunizal, & Basuki, R

2000, ‘Status of the Lemuru Fishery in Bali

Strait’, Papers Presented at the Workshop

on the Fishery and Management of Bali

Sardinella (Sardinella Lemuru) in Bali

Strait, hal. 2.

Sterman, JD 2000, Business Dynamics Systems

Thinking and Modeling for a Complex

World, The McGraw-Hill Companies, New

York.