PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

24
23 VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159 PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI MADRASAH ALIYAH Farida Setiawaty Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Arqam Garut Jabar [email protected] Abstract The Test of Arabic as a Foreign Language (TOAFL) was carried out as a standardized assessment of Arabic related to listening ability, ability to understand structure and Arabic idiomatic structure, as well as ability to understand Arabic vocabulary, reading and grammar. The teaching needs of TOAFL in Madrasah Aliyah are increasing along with the increasing interest of Madrasah Aliyah students to continue their studies to the Middle East. TOAFL learning techniques still need to be developed continuously to be more effective and efficient by adopting behavioristic theory, cognitive learning theory, social learning theory, humanism learning theory. And by utilizing the principles and techniques of several foreign language learning methods that have been developed for a long time such as; grammar and translation method, directed method, reading method, audio-lingual method, and election method. Theories and methods are adjusted to the abilities or needs of students and supported by technology or multimedia. Keywords: TOAFL, method, Madrasah Aliyah, Arabic Abstrak Test of Arabic as a Foreign Language (TOAFL) dilaksanakan sebagai standarisasi penilaian bahasa Arab terkait kemampuan menyimak, kemampuan memahami struktur dan idiomatik bahasa Arab, serta kemampuan memahami kosakata, membaca dan tata bahasa Arab. Kebutuhan pengajaran TOAFL di Madrasah Aliyah semakin meningkat seiring dengan meningkatnya minat siswa Madrasah Aliyah untuk melanjutkan studinya ke Timur Tengah. Teknik pembelajaran TOAFL masih perlu dikembangkan terus menerus agar lebih efektif dan efisien dengan mengadopsi teori behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar sosial, teori belajar humanism. Serta dengan memanfaatkan prinsip dan teknik beberapa metode pembelajaran bahasa asing yang telah berkembang lama semisal; grammar and translation method, directed method, reading method, audio-lingual method, dan election method. Teori dan metode tersebut kemudian disesuaikan dengan kemampuan atau kebutuhan siswa serta didukung dengan teknologi atau multimedia. Kata Kunci: TOAFL, metode, Madrasah Aliyah, bahasa Arab

Transcript of PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

Page 1: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

23

VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

22

Al-Shabuniy, Muhammad Ali. Al-Tibyan fi Ulum Alquran, t.tp: t.p., 1980.

Al-Suyuthiy, Jalaluddin Abdurrahman. Al-Itqan fi Ulum Alquran, Bairut: Maktabah al-Ashriyyah, 1988.

Al-Ukbariy, Abu Al-Baqa Abdullah bin Husain. At-Tibyan Fi I'rab Alquran, Qahirah: Maktabah Isya al-Bab al-Halabi wa Syarikah. t.t.

Al-Waqidiy, Abu Abdillah Muhammad bin Umar. Kitab Maghazi, Madinah: Al- Risalah, 1988.

Al-Zarkasyiy, Badruddin Muhammad bin Abdillah. Al-Burhan fi Ulum Alquran, Bairut: Dar al-Fikr, 1988.

Al-Zubairiy, Abu Abdillah al-Mus'ab bin Abdillah bin Mus'ab. Kitab Nasab Qurays. Qahirah: Dar al- Ma'arif, t.t.

Ambabiy, Husain Muhammad. Al-Qira'at wa Atsaruha fi Ulumil Arabiyah, Qahirah: Maktabah Kuliat al-Hariyah, 1983.

Bazhul, Muhammad bin Hamr bin Salim. Al-Qira'at wa Atsaruha fi al-Tafsir wa al- Ahkam, Arabia: Far' al-Kitab wa al-Sunah. t.t.

Ibn al-Arabi, Abu Bakar Muhammad Ibn Abdillah. Ahkam al- Qur'an, Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2003.

Ibn al-Badiz, Abu Ja'far Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Khalaf al-Anshori. Kitab Al-Iqna' fi al- Qiro'at al-Saba', Dimasyq: Dar al-Fikr, 1982.

Ibn Dzanjilah, Imam al-Jalil Abu Dzara'ah Abdurrahman bin Muhammad. Hujjah al-Qira'at. Bairut: Mu'assasah al-Risalah, 1997.

Ibn Mujahid, Ahmad bin Musa. Al-Sab'ah fi al-Qira'at, Qahirah: Dar al-Ma'arif, 1400 H.

Ismail, Nabil bin Muhammad Ibrahim Ali. Ilmu Qira'at; Nasya'at wa Athwaruh Atsarahu fi Ulumil Asy- Syar'iyah, Riyadh: Maktabah Taubah, 2000.

23

PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI MADRASAH ALIYAH

Farida Setiawaty Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Arqam Garut Jabar

[email protected]

Abstract

The Test of Arabic as a Foreign Language (TOAFL) was carried out as a standardized assessment of Arabic related to listening ability, ability to understand structure and Arabic idiomatic structure, as well as ability to understand Arabic vocabulary, reading and grammar. The teaching needs of TOAFL in Madrasah Aliyah are increasing along with the increasing interest of Madrasah Aliyah students to continue their studies to the Middle East. TOAFL learning techniques still need to be developed continuously to be more effective and efficient by adopting behavioristic theory, cognitive learning theory, social learning theory, humanism learning theory. And by utilizing the principles and techniques of several foreign language learning methods that have been developed for a long time such as; grammar and translation method, directed method, reading method, audio-lingual method, and election method. Theories and methods are adjusted to the abilities or needs of students and supported by technology or multimedia.

Keywords: TOAFL, method, Madrasah Aliyah, Arabic

Abstrak

Test of Arabic as a Foreign Language (TOAFL) dilaksanakan sebagai standarisasi penilaian bahasa Arab terkait kemampuan menyimak, kemampuan memahami struktur dan idiomatik bahasa Arab, serta kemampuan memahami kosakata, membaca dan tata bahasa Arab. Kebutuhan pengajaran TOAFL di Madrasah Aliyah semakin meningkat seiring dengan meningkatnya minat siswa Madrasah Aliyah untuk melanjutkan studinya ke Timur Tengah. Teknik pembelajaran TOAFL masih perlu dikembangkan terus menerus agar lebih efektif dan efisien dengan mengadopsi teori behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar sosial, teori belajar humanism. Serta dengan memanfaatkan prinsip dan teknik beberapa metode pembelajaran bahasa asing yang telah berkembang lama semisal; grammar and translation method, directed method, reading method, audio-lingual method, dan election method. Teori dan metode tersebut kemudian disesuaikan dengan kemampuan atau kebutuhan siswa serta didukung dengan teknologi atau multimedia.

Kata Kunci: TOAFL, metode, Madrasah Aliyah, bahasa Arab

Page 2: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

24

MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

24

A. Pendahuluan

Pembelajaran bahasa Arab termasuk pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing

yang dalam proses pembelajarannya di dalam kelas sudah dipastikan akan mendapat

beberapa kendala atau problematika. Problematika menurut Depdiknas (2008) adalah

hal yang masih belum dapat dipecahkan. Ini berindikasikan bahwa problematika itu

merupakan masalah yang terjadi dan belum ditemukan solusi penyelesaiannya.

Problematika dalam pembelajaran bahasa Arab ialah kesulitan yang dialami dalam

melaksanakan proses pembelajaran bahasa Arab sehingga dapat menghambat

pelaksanaan pembelajarannya.

Adapun problematika pembelajaran bahasa Arab dapat dikelompokkan menjadi

dua: yaitu problematika linguistik dan non linguistik. Problematika linguistik adalah

yang berhubungan langsung dengan bahasaArab itu sendiri. Sedangkan problematika

non linguistik menurut Fahrurrozi dan Mahyudin (2010) adalah permasalahan yang ikut

andil mempengaruhi bahkan menggagalkan kesuksesan program pembelajaran yang

dilaksanakan yang muncul di luar bahasa itu sendiri.

Menurut Nurbayan (2008) unsur yang termasuk pada problematika linguistik

ialah: 1) fonetik (ashwat ‘arabiyyah) yaitu menggambarkan persoalan yang

berhubungan dengan tata bunyi pengucapan kata dalam bahasa Arab, lebih tepatnya

tentang makharijul huruf atau tempat keluarnya huruf bahasa Arab; 2) fonemik yaitu

persoalan yang membahas fungsi-fungi bunyi dan proses menjadi fonem serta

pembagiannya yang didasarkan pada penggunaan praktis pada suatu bahasa; 3)

morfologi (qawa’id dan i’rab) yaitu pola suatu kata yang terdiri dari beberapa

perubahan bentuk kata baik yang berhubungan dengan pembentukan kata (sharfiyyah)

maupun yang berhubungan dengan susunan kalimat (nahwiyah); 3) gramatikal (tarakib)

yaitu aspek bahasa yang berhubungan dengan perubahan pola kalimat baik bentuk pola

kalimat ismiyah maupun fi’liyah.

Adapun unsur yang termasuk ke dalam problematika non linguistik ialah: 1)

guru; 2) siswa; 3) materi ajar; 4) sarana prasarana; 5) motivasi dan minat belajar; 6)

lingkungan berbahasa; 7) metode pembelajaran; dan 8) waktu yang tersedia.

Seiring dengan jalannya waktu dan kebutuhan, pembelajaran bahasa mengalami

perkembangan dan harus dikembangkan. Dalam penulisan makalah ini, penulis akan

memaparkan perkembangan kebutuhan siswa di Madrasah Aliyah terhadap

25

pembelajaran TOAFL, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari materi Bahasa

Arab. Meskipun belum banyak dikenal di kalangan siswa Madrasah Aliyah, tetapi

berdasarkan data dari Departemen Agama tentang materi tes Bahasa arab yang diujikan

bagi peserta pendaftar beasiswa untuk melanjutkan studi ke negara Timur Tengah

dengan sekolah asal Madrasah Aliyah ternyata jumlahnya cukup banyak.

Menurut data kementrian departemen agama bahwasanya peminat yang mendaftar

untuk beasiswa kuliah ke Timur Tengah pada tahun 2019 mengalami peningkatan di

banding tahun-tahun sebelumnya.

Gambar 01:

Data seleksi timur tengah tahun 2012-2018

Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/

Dari data di atas menunjukan terjadi peningkatan dari tahun ke tahun terutama

pada tahun 2018.

Adapun pendaftar seleksi timur tengah pada tahun 2019, mencapai 9738 orang.

Dibawah ini jumlah pendaftar seleksi timur tengah berdasarkan lokasi ujian:

Gambar 02:

Daftar peserta beasiswa ke Timur Tengah berdasarkan lokasi ujian

No. Lokasi Ujian Jumlah Peserta

1. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3235

Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Page 3: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

25

VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

24

A. Pendahuluan

Pembelajaran bahasa Arab termasuk pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing

yang dalam proses pembelajarannya di dalam kelas sudah dipastikan akan mendapat

beberapa kendala atau problematika. Problematika menurut Depdiknas (2008) adalah

hal yang masih belum dapat dipecahkan. Ini berindikasikan bahwa problematika itu

merupakan masalah yang terjadi dan belum ditemukan solusi penyelesaiannya.

Problematika dalam pembelajaran bahasa Arab ialah kesulitan yang dialami dalam

melaksanakan proses pembelajaran bahasa Arab sehingga dapat menghambat

pelaksanaan pembelajarannya.

Adapun problematika pembelajaran bahasa Arab dapat dikelompokkan menjadi

dua: yaitu problematika linguistik dan non linguistik. Problematika linguistik adalah

yang berhubungan langsung dengan bahasaArab itu sendiri. Sedangkan problematika

non linguistik menurut Fahrurrozi dan Mahyudin (2010) adalah permasalahan yang ikut

andil mempengaruhi bahkan menggagalkan kesuksesan program pembelajaran yang

dilaksanakan yang muncul di luar bahasa itu sendiri.

Menurut Nurbayan (2008) unsur yang termasuk pada problematika linguistik

ialah: 1) fonetik (ashwat ‘arabiyyah) yaitu menggambarkan persoalan yang

berhubungan dengan tata bunyi pengucapan kata dalam bahasa Arab, lebih tepatnya

tentang makharijul huruf atau tempat keluarnya huruf bahasa Arab; 2) fonemik yaitu

persoalan yang membahas fungsi-fungi bunyi dan proses menjadi fonem serta

pembagiannya yang didasarkan pada penggunaan praktis pada suatu bahasa; 3)

morfologi (qawa’id dan i’rab) yaitu pola suatu kata yang terdiri dari beberapa

perubahan bentuk kata baik yang berhubungan dengan pembentukan kata (sharfiyyah)

maupun yang berhubungan dengan susunan kalimat (nahwiyah); 3) gramatikal (tarakib)

yaitu aspek bahasa yang berhubungan dengan perubahan pola kalimat baik bentuk pola

kalimat ismiyah maupun fi’liyah.

Adapun unsur yang termasuk ke dalam problematika non linguistik ialah: 1)

guru; 2) siswa; 3) materi ajar; 4) sarana prasarana; 5) motivasi dan minat belajar; 6)

lingkungan berbahasa; 7) metode pembelajaran; dan 8) waktu yang tersedia.

Seiring dengan jalannya waktu dan kebutuhan, pembelajaran bahasa mengalami

perkembangan dan harus dikembangkan. Dalam penulisan makalah ini, penulis akan

memaparkan perkembangan kebutuhan siswa di Madrasah Aliyah terhadap

25

pembelajaran TOAFL, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari materi Bahasa

Arab. Meskipun belum banyak dikenal di kalangan siswa Madrasah Aliyah, tetapi

berdasarkan data dari Departemen Agama tentang materi tes Bahasa arab yang diujikan

bagi peserta pendaftar beasiswa untuk melanjutkan studi ke negara Timur Tengah

dengan sekolah asal Madrasah Aliyah ternyata jumlahnya cukup banyak.

Menurut data kementrian departemen agama bahwasanya peminat yang mendaftar

untuk beasiswa kuliah ke Timur Tengah pada tahun 2019 mengalami peningkatan di

banding tahun-tahun sebelumnya.

Gambar 01:

Data seleksi timur tengah tahun 2012-2018

Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/

Dari data di atas menunjukan terjadi peningkatan dari tahun ke tahun terutama

pada tahun 2018.

Adapun pendaftar seleksi timur tengah pada tahun 2019, mencapai 9738 orang.

Dibawah ini jumlah pendaftar seleksi timur tengah berdasarkan lokasi ujian:

Gambar 02:

Daftar peserta beasiswa ke Timur Tengah berdasarkan lokasi ujian

No. Lokasi Ujian Jumlah Peserta

1. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3235

FARIDA SETIAWATY

Page 4: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

26

MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

26

2. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara 458

3. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau 778

4. Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang 317

5. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 1119

6. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 647

7. Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin 250

8. Universitas Islam Negeri Gunung Jati Bandung 938

9. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 1283

10. Universitas Islam Negeri Ar Raniry Banda Aceh 565

11. Pondok Pesantren Darussalam Gontor 148

TOTAL = 9738

Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/

Adapun negara-negara yang dituju untuk melanjutkan studinya di timur tengah

adalah Mesir, Sudan, Maroko dan Libanon. Dan negara yang paling diminati adalah

negara Mesir. Sebagaimana ditunjukan pada gambar di bawah ini:

Gambar 03:

Daftar negara yang paling banyak diminati

Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/

27

Adapun sebagian besar peserta pendaftar beasiswa ke timur tengah berdasarkan

data dari departemen Agama berasal dari Madrasah Aliyah, sebagaimana dalam gambar

di bawah:

Gambar 04:

Peserta pendaftar beasiswa Timur-Tengah berdasarkan asal sekolah

Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/

Dari data di atas menunjukan siswa yang mendaftarkan untuk beasiswa ke Timur-

Tengah semakin bertambah, dan Madrasah Aliyah menjadi asal sekolah peserta

terbanyak dibanding sekolah lain yang setingkat dengannya yaitu sebanyak 6229 siswa

dari jumlah seluruh peserta sebanyak 9738 siswa. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan

untuk membantu siswa Madrasah Aliyah dalam memenuhi persyaratan mendapatkan

beasiswa di Timur-Tengah. Diantaranya mengerjakan soal-soal TOAFL (Test of Arabic

as Foreign Language) dengan maksimal. Adapun teknik pengajaran TOAFL dapat

disesuaikan dengan kemampuan siswa atau sesuai dengan kebutuhan serta di dukung

oleh metode pengajaran yang terbaru berbasis teknologi atau multimedia sehingga siswa

dapat mudah memahami pelajaran.

Dari pemaparan latar belakang di atas dan luasnya pembahasan tentang

pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah maka, pembahasan akan dibatasi agar

lebih spesifik dan detail yaitu:

a. Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

b. Kebutuhan siswa terhadap pembelajaran TOAFL

c. Metode pembelajaran TOAFL

Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Page 5: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

27

VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

26

2. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara 458

3. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau 778

4. Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang 317

5. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 1119

6. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 647

7. Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin 250

8. Universitas Islam Negeri Gunung Jati Bandung 938

9. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 1283

10. Universitas Islam Negeri Ar Raniry Banda Aceh 565

11. Pondok Pesantren Darussalam Gontor 148

TOTAL = 9738

Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/

Adapun negara-negara yang dituju untuk melanjutkan studinya di timur tengah

adalah Mesir, Sudan, Maroko dan Libanon. Dan negara yang paling diminati adalah

negara Mesir. Sebagaimana ditunjukan pada gambar di bawah ini:

Gambar 03:

Daftar negara yang paling banyak diminati

Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/

27

Adapun sebagian besar peserta pendaftar beasiswa ke timur tengah berdasarkan

data dari departemen Agama berasal dari Madrasah Aliyah, sebagaimana dalam gambar

di bawah:

Gambar 04:

Peserta pendaftar beasiswa Timur-Tengah berdasarkan asal sekolah

Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/

Dari data di atas menunjukan siswa yang mendaftarkan untuk beasiswa ke Timur-

Tengah semakin bertambah, dan Madrasah Aliyah menjadi asal sekolah peserta

terbanyak dibanding sekolah lain yang setingkat dengannya yaitu sebanyak 6229 siswa

dari jumlah seluruh peserta sebanyak 9738 siswa. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan

untuk membantu siswa Madrasah Aliyah dalam memenuhi persyaratan mendapatkan

beasiswa di Timur-Tengah. Diantaranya mengerjakan soal-soal TOAFL (Test of Arabic

as Foreign Language) dengan maksimal. Adapun teknik pengajaran TOAFL dapat

disesuaikan dengan kemampuan siswa atau sesuai dengan kebutuhan serta di dukung

oleh metode pengajaran yang terbaru berbasis teknologi atau multimedia sehingga siswa

dapat mudah memahami pelajaran.

Dari pemaparan latar belakang di atas dan luasnya pembahasan tentang

pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah maka, pembahasan akan dibatasi agar

lebih spesifik dan detail yaitu:

a. Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

b. Kebutuhan siswa terhadap pembelajaran TOAFL

c. Metode pembelajaran TOAFL

FARIDA SETIAWATY

Page 6: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

28

MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

28

B. Pembahasan

1. Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Kata pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan pe-

dan akhiran-an. Belajar merupakan suatu hal yang wajar dilakukan seseorang untuk

memperbaiki kualitas dirinya. Hal tersebut didukung oleh pendapat Slameto (1995)

yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Ditandai dengan bertambahnya ilmu dan pengalaman siswa.

Awalnya dia tidak mengetahui setelah belajar ia mengetahui hal yang tidak

diketahuinya berdasarkan pelajaran yang diberikan guru. Pendapat tersebut

didukung oleh Uno (2014) yang mengatakan bahwa belajar adalah perubahan

tingkah lagu secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari

praktik atau penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan pembelajaran itu sendiri menurut Depdiknas (2008)

merupakan proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Pendapat tersebut dilengkapi oleh Nazarudin (2007) yang mengatakan bahwa

pembelajaran adalah seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk

mendukung terjadinya proses belajar yang sifatnya internal. Pendapat tersebut

didukung oleh Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat

20 yang menetapkan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi

antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan

belajar. Kemudian Kunandar (2007) memperluas arti pembelajaran yaitu proses

interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku

ke arah yang lebih baik. Akan tetapi, pembelajaran itu hakikatnya merupakan

segala proses yang dilalui siswa untuk menjadikan pengetahuan dan

keterampilannya lebih baik lagi.

Sementara itu Gagne berpendapat bahwa pembelajaran ialah seperangkat

peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses

belajar yang sifatnya internal (Siregar dan Nara, 2010). Segala sesuatu yang berada

di luar proses belajar itu dan berhubungan dengan proses tersebut dikondisikan

sedemikian rupa sehingga proses belajar tetap berjalan dengan baik. Di dalamnya

29

terkandung makna bahwa guru dan murid tidak harus saling berinteraksi satu sama

lain. Berbeda halnya dengan Trianto (2012), ia berpendapat bahwa pembelajaran itu

diartikan sebagai interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, dimana antara

keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu

target yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan analisis pendapat Trianto ini,

dapat diketahui bahwa pembelajaran itu ditandai dengan berinteraksinya guru dan

siswa. Guru memberikan arahan pada siswa untuk mencapai target yang akan

dicapai. Selain itu, guru juga mengomunikasikan hal-hal penting termasuk materi

pelajaran. Jadi dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran ialah suasana yang dikondisikan agar siswa belajar baik yang

dilakukan dengan interaksi dengan guru maupun yang dilakukan oleh siswa tanpa

campur tangan guru.

Adapun karakteristik pembelajaran menurut Sanjaya (2011) adalah:

1) Pembelajaran itu membelajarkan siswa yaitu mengondisikan siswa agar ia

belajar sesuai dengan gaya belajarnya. Gaya belajar tiap individu dibedakan

atas tiga macam yaitu visual (penglihatan), audio (pendengaran) dan kinestetik

(gerak tubuhnya). Dalam hal ini guru berperan memberikan bimbingan dan

menfasilitasi agar siswa termotivasi untuk belajar. Dengan adanya pengetahuan

guru tentang gaya belajar masing-masing siswanya maka ia akan

merencanakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi sehingga tidak ada

peserta didik yang merasa dirugikan dengan kegiatan pembelajaran yang

dilakukannya;

2) Proses pembelajaran berlangsung dimana saja dan kapan saja walaupun guru

tidak mendampingi siswanya, asalkan siswa mendapatkan ilmu dan

penambahan pengalaman maka itulah yang disebut dengan pembelajaran.

Siswa dapat menggunakan apa saja untuk mendapatkan pengalaman belajar.

Dan juga dapat memanfaatkan fasilitas tempat yang ada untuk belajar;

3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan, segala upaya dilakukan oleh

guru agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal itu

bisa dilakukan dengan pemberian motivasi atau bahkan menerapkan berbagai

metode dan pendekatan yang menarik perhatian siswa;

Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Page 7: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

29

VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

28

B. Pembahasan

1. Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Kata pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan pe-

dan akhiran-an. Belajar merupakan suatu hal yang wajar dilakukan seseorang untuk

memperbaiki kualitas dirinya. Hal tersebut didukung oleh pendapat Slameto (1995)

yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Ditandai dengan bertambahnya ilmu dan pengalaman siswa.

Awalnya dia tidak mengetahui setelah belajar ia mengetahui hal yang tidak

diketahuinya berdasarkan pelajaran yang diberikan guru. Pendapat tersebut

didukung oleh Uno (2014) yang mengatakan bahwa belajar adalah perubahan

tingkah lagu secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari

praktik atau penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan pembelajaran itu sendiri menurut Depdiknas (2008)

merupakan proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Pendapat tersebut dilengkapi oleh Nazarudin (2007) yang mengatakan bahwa

pembelajaran adalah seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk

mendukung terjadinya proses belajar yang sifatnya internal. Pendapat tersebut

didukung oleh Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat

20 yang menetapkan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi

antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan

belajar. Kemudian Kunandar (2007) memperluas arti pembelajaran yaitu proses

interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku

ke arah yang lebih baik. Akan tetapi, pembelajaran itu hakikatnya merupakan

segala proses yang dilalui siswa untuk menjadikan pengetahuan dan

keterampilannya lebih baik lagi.

Sementara itu Gagne berpendapat bahwa pembelajaran ialah seperangkat

peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses

belajar yang sifatnya internal (Siregar dan Nara, 2010). Segala sesuatu yang berada

di luar proses belajar itu dan berhubungan dengan proses tersebut dikondisikan

sedemikian rupa sehingga proses belajar tetap berjalan dengan baik. Di dalamnya

29

terkandung makna bahwa guru dan murid tidak harus saling berinteraksi satu sama

lain. Berbeda halnya dengan Trianto (2012), ia berpendapat bahwa pembelajaran itu

diartikan sebagai interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, dimana antara

keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu

target yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan analisis pendapat Trianto ini,

dapat diketahui bahwa pembelajaran itu ditandai dengan berinteraksinya guru dan

siswa. Guru memberikan arahan pada siswa untuk mencapai target yang akan

dicapai. Selain itu, guru juga mengomunikasikan hal-hal penting termasuk materi

pelajaran. Jadi dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran ialah suasana yang dikondisikan agar siswa belajar baik yang

dilakukan dengan interaksi dengan guru maupun yang dilakukan oleh siswa tanpa

campur tangan guru.

Adapun karakteristik pembelajaran menurut Sanjaya (2011) adalah:

1) Pembelajaran itu membelajarkan siswa yaitu mengondisikan siswa agar ia

belajar sesuai dengan gaya belajarnya. Gaya belajar tiap individu dibedakan

atas tiga macam yaitu visual (penglihatan), audio (pendengaran) dan kinestetik

(gerak tubuhnya). Dalam hal ini guru berperan memberikan bimbingan dan

menfasilitasi agar siswa termotivasi untuk belajar. Dengan adanya pengetahuan

guru tentang gaya belajar masing-masing siswanya maka ia akan

merencanakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi sehingga tidak ada

peserta didik yang merasa dirugikan dengan kegiatan pembelajaran yang

dilakukannya;

2) Proses pembelajaran berlangsung dimana saja dan kapan saja walaupun guru

tidak mendampingi siswanya, asalkan siswa mendapatkan ilmu dan

penambahan pengalaman maka itulah yang disebut dengan pembelajaran.

Siswa dapat menggunakan apa saja untuk mendapatkan pengalaman belajar.

Dan juga dapat memanfaatkan fasilitas tempat yang ada untuk belajar;

3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan, segala upaya dilakukan oleh

guru agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal itu

bisa dilakukan dengan pemberian motivasi atau bahkan menerapkan berbagai

metode dan pendekatan yang menarik perhatian siswa;

FARIDA SETIAWATY

Page 8: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

30

MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

30

4) Pelaksanaannya terkendali baik dari segi waktu, isi, proses maupun hasilnya.

Pembelajaran dilaksanakan dengan perencanaan yang matang oleh guru dalam

memperhitungkan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Proses dan materi pembelajaran yang diberikan terkendali sesuai dengan

perencanaan yang dibuat guru. Dengan demikian hasil proses pembelajaran

akan sesuai dengan harapan guru.

Teori belajar dan pembelajaran belajar adalah sebuah proses yang terjadi

pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap

kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan,

atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar

berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar

kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Kegiatan dari proses belajar itu

dinamakan pembelajaran. Berikut ini teori-teori balajar dan pembelajaran:

1) Teori Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage

dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori

ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah

pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal

sebagai aliran behavioristik.

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai

akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah

belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan

kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal

kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil

interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah

masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa

respon. Sedangkan proses di antara stimulus dan respon tidak diperhatikan karena

tidak dapat diamati.

Faktor lain yang penting menurut aliran behavioristik adalah faktor

penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat

timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka

31

respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative

reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.

2) Teori Belajar Kognitif

Psikologi kognitif dianggap sebagai perpaduan antara Psikologi Gestalt dan

psikologi behaviorisme. Menurut teori kognitif belajar adalah suatu proses

perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang

dapat diukur dan diamati. Dalam teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau

upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang

lain. Teori ini tentunya sangat berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih

menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara

kemampuan merespon terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Teori kognitif memandang bahwa proses belajar akan dapat berjalan dengan

baik jika materi pelajaran atau informasi baru dapat beradaptasi dengan struktur

kognitif yang telah dimiliki oleh seseorang. Teori belajar kognitif mengemukakan

bahwa belajar merupakan proses dimana seorang manusia yang memiliki otak

dengan dilengkapi akal pikirannya dapat memproses suatu pemahaman dan

persepsi tentang suatu informasi. Secara umun teori belajar kognitif adalah suatu

proses yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi, pengolahan

informasi, emosi dan aspek-aspek intelektual lainnya.

3) Teori Belajar Sosial

Teori belajar sosial atau sering juga disebut teori observational learning

adalah suatu teori belajar yang masih relative baru jika dibandingkan dengan teori-

teori belajar yang lainnya. Pelopor atau tokoh dari pengembangan teori belajar ini

adalah Albert Bandura. Berbeda dengan penganut behaviorisme lainnya, Bandura

memandang perilaku individu tidak semata-mata reflex otomatis atas stimulus (S-R

Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara

lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.

Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu

terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan

penyajian contoh perilaku (modelling). Teori ini juga masih memandang

Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Page 9: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

31

VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

30

4) Pelaksanaannya terkendali baik dari segi waktu, isi, proses maupun hasilnya.

Pembelajaran dilaksanakan dengan perencanaan yang matang oleh guru dalam

memperhitungkan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Proses dan materi pembelajaran yang diberikan terkendali sesuai dengan

perencanaan yang dibuat guru. Dengan demikian hasil proses pembelajaran

akan sesuai dengan harapan guru.

Teori belajar dan pembelajaran belajar adalah sebuah proses yang terjadi

pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap

kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan,

atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar

berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar

kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Kegiatan dari proses belajar itu

dinamakan pembelajaran. Berikut ini teori-teori balajar dan pembelajaran:

1) Teori Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage

dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori

ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah

pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal

sebagai aliran behavioristik.

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai

akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah

belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan

kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal

kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil

interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah

masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa

respon. Sedangkan proses di antara stimulus dan respon tidak diperhatikan karena

tidak dapat diamati.

Faktor lain yang penting menurut aliran behavioristik adalah faktor

penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat

timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka

31

respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative

reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.

2) Teori Belajar Kognitif

Psikologi kognitif dianggap sebagai perpaduan antara Psikologi Gestalt dan

psikologi behaviorisme. Menurut teori kognitif belajar adalah suatu proses

perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang

dapat diukur dan diamati. Dalam teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau

upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang

lain. Teori ini tentunya sangat berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih

menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara

kemampuan merespon terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Teori kognitif memandang bahwa proses belajar akan dapat berjalan dengan

baik jika materi pelajaran atau informasi baru dapat beradaptasi dengan struktur

kognitif yang telah dimiliki oleh seseorang. Teori belajar kognitif mengemukakan

bahwa belajar merupakan proses dimana seorang manusia yang memiliki otak

dengan dilengkapi akal pikirannya dapat memproses suatu pemahaman dan

persepsi tentang suatu informasi. Secara umun teori belajar kognitif adalah suatu

proses yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi, pengolahan

informasi, emosi dan aspek-aspek intelektual lainnya.

3) Teori Belajar Sosial

Teori belajar sosial atau sering juga disebut teori observational learning

adalah suatu teori belajar yang masih relative baru jika dibandingkan dengan teori-

teori belajar yang lainnya. Pelopor atau tokoh dari pengembangan teori belajar ini

adalah Albert Bandura. Berbeda dengan penganut behaviorisme lainnya, Bandura

memandang perilaku individu tidak semata-mata reflex otomatis atas stimulus (S-R

Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara

lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.

Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu

terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan

penyajian contoh perilaku (modelling). Teori ini juga masih memandang

FARIDA SETIAWATY

Page 10: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

32

MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

32

pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang

individu diharapkan akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang akan

dilakukannya.

4) Teori Belajar Humanisme

Teori belajar humanisme menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai

dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia (proses humanisasi). Oleh

sebab itu teori humanisme lebih menekankan pada bagaimana memahami persoalan

manusia dari berbagai dimensi yang dimilikinya, baik dimensi kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Teori ini lebih banyak membahas mengenai konsep-konsep

pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses

belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori lebih tertarik

kepada pengertian belajar dalam bentuknya paling ideal daripada pemahaman

tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh

teori-teori belajar lainnya.

Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun sarana dan

prasarana apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan

manuasia yaitu mencapai kesempurnaan hidup bagi manusia dengan indikasi (a)

kemampuan aktualisasi diri (b) kualitas pemahaman diri (c) kemampuan

merealisasikan diri dalam kehidupan yang nyata. Oleh karena itu dalam proses

pembelajaran harus mampu menciptakan situasi dan kondisi yang menyebabkan

manusia memiliki kebebasan untuk berfikir alternative dan kebebasan untuk

menemukan konsep dan prinsip.

Konsekuensi yang mutlak yang perlu dimiliki oleh seorang pendidik dalam

kontek teori humanistik ini adalah guru harus mampu memiliki sifat, karakter dan

tampilan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Menurut Oliva F. Peter

dalam buku Pendidik Profesional (dalam Saekhan, 2008) dinyatakan bahwa guru

harus memiliki sifat sebagai berikut: Pertama, guru harus berperan sebagai seorang

kakek, yang lebih menekankan kemampuan menceritakan hubungan kekerabatan.

Kedua, guru harus mampu berperan sebagai seorang nenek, yang lebih senang

bercerita dan memberi nasehat kepada para cucunya. Ketiga, guru harus mampu

berperan sebagai seorang bapak/atau ayah, yang lebih berperan sebagai sosok orang

33

yang paling bertanggung jawab atas segala hal yang ada dalam rumah tangga. Guru

juga harus menampilkan sosok pribadinya di mata murid adalah sosok manusia

yang paling bertanggung jawab dalam proses pembelajaran. Keempat, guru harus

mampu berperan sebagai seorang ibu, yang lebih menekankan kemampuan

menampilkan sifat atau karakter membimbing, mengasuh dengan penuh kesabaran.

Kelima, guru harus mampu berperan sebagi seorang kakak, yang lebih menekankan

sifat kemampuan melindungi. Guru juga harus mampu menampilkan sosok manusia

yang melindungi para siswanya. Keenam, guru harus mampu berperan sebagai

seorang kakak ipar, yang lebih cenderung menampilkan karakter tidak mau ikut

campur dengan urusan orang lain. Guru dalam waktu tertentu tidak boleh selalu

mengintervensi terhadap urusan siswa. Guru harus mampu berperan sebagai sersan

mayor yang lebih menampilkan sosok manusia yang memiliki kedisiplinan tinggi.

Ketujuh, guru harus mampu berperan sebagai seorang editor buku, yang lebih

cenderung menampilkan sosok manusia yang mampu memberikan koreksi atau

mengedit tentang berbagai ilmu pengetahuan atau informasi. Dengan memiliki

karakteristik di atas diharapkan seorang guru bisa menjadi sosok yang paling ideal

menurut mereka. Sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa dapat

benar-benar menghargai dan menghormati gurunya.

2. Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 000912 Tahun

2013 tentang kurikulum Madrasah 2013 mata pelajaran pendidikan agama Islam

dan bahasa Arab. Peraturan itu berbunyi bahasa Arab merupakan mata pelajaran

bahasa yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan

membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab, baik

reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk

memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Sedangkan kemampuan

produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik

secara lisan maupun secara tertulis.

Kemampuan berbahasa serta sikap positif terhadap bahasa Arab tersebut

sangat penting dalam membantu memahami sumber ajaran Islam yaitu al-Qur‟an

dan Sunnah atau hadits Nabi Muhammad saw. serta kitab-kitab berbahasa Arab

Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Page 11: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

33

VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

32

pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang

individu diharapkan akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang akan

dilakukannya.

4) Teori Belajar Humanisme

Teori belajar humanisme menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai

dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia (proses humanisasi). Oleh

sebab itu teori humanisme lebih menekankan pada bagaimana memahami persoalan

manusia dari berbagai dimensi yang dimilikinya, baik dimensi kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Teori ini lebih banyak membahas mengenai konsep-konsep

pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses

belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori lebih tertarik

kepada pengertian belajar dalam bentuknya paling ideal daripada pemahaman

tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh

teori-teori belajar lainnya.

Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun sarana dan

prasarana apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan

manuasia yaitu mencapai kesempurnaan hidup bagi manusia dengan indikasi (a)

kemampuan aktualisasi diri (b) kualitas pemahaman diri (c) kemampuan

merealisasikan diri dalam kehidupan yang nyata. Oleh karena itu dalam proses

pembelajaran harus mampu menciptakan situasi dan kondisi yang menyebabkan

manusia memiliki kebebasan untuk berfikir alternative dan kebebasan untuk

menemukan konsep dan prinsip.

Konsekuensi yang mutlak yang perlu dimiliki oleh seorang pendidik dalam

kontek teori humanistik ini adalah guru harus mampu memiliki sifat, karakter dan

tampilan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Menurut Oliva F. Peter

dalam buku Pendidik Profesional (dalam Saekhan, 2008) dinyatakan bahwa guru

harus memiliki sifat sebagai berikut: Pertama, guru harus berperan sebagai seorang

kakek, yang lebih menekankan kemampuan menceritakan hubungan kekerabatan.

Kedua, guru harus mampu berperan sebagai seorang nenek, yang lebih senang

bercerita dan memberi nasehat kepada para cucunya. Ketiga, guru harus mampu

berperan sebagai seorang bapak/atau ayah, yang lebih berperan sebagai sosok orang

33

yang paling bertanggung jawab atas segala hal yang ada dalam rumah tangga. Guru

juga harus menampilkan sosok pribadinya di mata murid adalah sosok manusia

yang paling bertanggung jawab dalam proses pembelajaran. Keempat, guru harus

mampu berperan sebagai seorang ibu, yang lebih menekankan kemampuan

menampilkan sifat atau karakter membimbing, mengasuh dengan penuh kesabaran.

Kelima, guru harus mampu berperan sebagi seorang kakak, yang lebih menekankan

sifat kemampuan melindungi. Guru juga harus mampu menampilkan sosok manusia

yang melindungi para siswanya. Keenam, guru harus mampu berperan sebagai

seorang kakak ipar, yang lebih cenderung menampilkan karakter tidak mau ikut

campur dengan urusan orang lain. Guru dalam waktu tertentu tidak boleh selalu

mengintervensi terhadap urusan siswa. Guru harus mampu berperan sebagai sersan

mayor yang lebih menampilkan sosok manusia yang memiliki kedisiplinan tinggi.

Ketujuh, guru harus mampu berperan sebagai seorang editor buku, yang lebih

cenderung menampilkan sosok manusia yang mampu memberikan koreksi atau

mengedit tentang berbagai ilmu pengetahuan atau informasi. Dengan memiliki

karakteristik di atas diharapkan seorang guru bisa menjadi sosok yang paling ideal

menurut mereka. Sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa dapat

benar-benar menghargai dan menghormati gurunya.

2. Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 000912 Tahun

2013 tentang kurikulum Madrasah 2013 mata pelajaran pendidikan agama Islam

dan bahasa Arab. Peraturan itu berbunyi bahasa Arab merupakan mata pelajaran

bahasa yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan

membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab, baik

reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk

memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Sedangkan kemampuan

produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik

secara lisan maupun secara tertulis.

Kemampuan berbahasa serta sikap positif terhadap bahasa Arab tersebut

sangat penting dalam membantu memahami sumber ajaran Islam yaitu al-Qur‟an

dan Sunnah atau hadits Nabi Muhammad saw. serta kitab-kitab berbahasa Arab

FARIDA SETIAWATY

Page 12: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

34

MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

34

yangberkaitan dengan Islam.Oleh karena itu, bahasa Arab di madrasah

dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa yang mencakup empat

keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral yaitu menyimak (istima’),

berbicara (kalaam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).

Pada halaman yang berbeda, peraturan Menteri Agama tersebut juga

mengungkapkan tujuan mata pelajaran bahasa Arab pada Madrasah Aliyah yaitu: 1)

mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab baik lisan maupun

tulis yang mencakup empat kecakapa berbahasa yakni menyimak (istima’),

berbicara (kalaam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah); 2) menumbuhkan

kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk

menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran

Islam; 3) mengembangkan pemahaman tentang salingketerkaitan antara bahsa dan

budaya serta memperluas cakrawala budaya yang berbeda dengan lingkungan

kesehariannya. Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki wawasan lintas

budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.

Lebih lanjut mengenai tujuan pembelajaran bahasa Arab, Peraturan Menteri

Agama Republik Indonesia nomor 2 tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan

dan standar isi pendidikan agama Islam dan bahasa Arab di madrasah juga

menjelaskan lebih rinci mengenai hasil akhir proses pembelajaran bahasa Arab.

Hasil akhir yang disebut dengan kompetensi lulusan pembelajaran bahasa Arab

yaitu: 1) menyimak, memahami wacana lisan berbentuk paparan atau dialog

tentang madrasah, masjid, muslim, pekerjaan, al-Qur‟anul Karim, kehidupan

beragama, akhlak mulia, kegiatan mengajar, ilmu pengetahuan, perdagangan,

rekreasi, dunia Arab, bahasa Arab, dan masyarakat; 2) berbicara, mengungkapkan

secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog tentang madrasah, masjid, muslim,

pekerjaan, al-Qur‟anul Karim, kehidupan beragama, akhlak mulia, kegiatan

mengajar, ilmu pengetahuan, perdagangan, rekreasi, dunia Arab, bahasa dan

masyarakat Arab; 3) membaca, membaca dan memahami makna wacana tertulis

paparan atau dialog tentang madrasah, masjid, muslim, pekerjaan, al-Qur‟anul

Karim, kehidupan beragama, akhlak mulia, kegiatan mengajar, ilmu pengetahuan,

perdagangan, rekreasi, dunia Arab, bahasa dan masyarakat Arab; 4) menulis,

mengungkapkan secara tertulis berbentuk paparan atau dialog tentang madrasah,

35

masjid, muslim, pekerjaan, al-Qur‟anul Karim, kehidupan beragama, akhlak mulia,

kegiatan mengajar, ilmu pengetahuan, perdagangan, rekreasi, dunia Arab, bahasa

dan masyarakat Arab.

Dari uraian standar kelulusan pembelajaran bahasa Arab tersebut, dapat

diketahui bahwa yang dituntut dalam pembelajaran itu memang betul-betul

kehidupan sehari-hari siswa. Dengan demikian kosa-kata yang dipahami dan

dikuasainya bermanfaat bagi dirinya. Dan mudah dipahami oleh siswa karena dekat

dengan lingkungan dan kesehariannya.

2. Kebutuhan Siswa Terhadap Pembelajaran TOAFL

a. TOAFL

TOAFL adalah singkatan dari “Test of Arabic as a Foreign Language”.

TOAFL dilaksanakan sebagai standarisasi penilaian bahasa Arab. Dengan adanya

standarisasi tersebut, diharapkan mampu menekan peserta didik sehingga memiliki

keterampilan bahasa Arab yang matang. Standarisasi penilaian bahasa Arab ini

telah banyak dilaksanakan di Perguruan-perguruan Tinggi di Indonesia, baik negeri

mapun swasta.

Penamaan TOAFL diilhami oleh TOEFL yang memang telah lebih dulu

dikenal. Pengambilan ini memang dimaksudkan agar TOAFL lebih mudah

diucapkan dan lebih cepat dikenal oleh banyak orang, meskipun terkesan “mirip”

TOEFL. Selain itu mengapa menggunakan TOAFL, adapun alasannya adalah

sebagai berikut: a) Selama ini (UIN, IAIN, STAIN) belum mempunyai tes bahasa

Arab standar seperti TOEFL. b) Tes ini mampu mengukur tingkat kemampuan

(reseptif) seseorang dalam berbahasa Arab. c) Tes ini mudah dikerjakan dan mudah

dikoreksi. d) Jawaban dan hasil penilaiannya bersifat objektif dan pasti. e) Materi

tes ini cukup komprehensif, dan menurut pemahaman dan penguasaan mufradat

yang cukup banyak. 2. Tujuan TOAFL TOAFL merupakan standarisasi penilaian

bahasa Arab.

Diantara tujuan TOAFL adalah: a) Menetapkan norma-norma keterampilan

bahasa Arab yang kelak dijadikan sebagai pedoman standarisasi kelulusan bahasa

Arab. b) Memberlakukan standar baku kelulusan bahasa Arab dalam TOAFL. c)

Meningkatkan kualitas kemampuan dan penguasaan bahasa Arab bagi lulusan

Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Page 13: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

35

VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

34

yangberkaitan dengan Islam.Oleh karena itu, bahasa Arab di madrasah

dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa yang mencakup empat

keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral yaitu menyimak (istima’),

berbicara (kalaam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).

Pada halaman yang berbeda, peraturan Menteri Agama tersebut juga

mengungkapkan tujuan mata pelajaran bahasa Arab pada Madrasah Aliyah yaitu: 1)

mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab baik lisan maupun

tulis yang mencakup empat kecakapa berbahasa yakni menyimak (istima’),

berbicara (kalaam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah); 2) menumbuhkan

kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk

menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran

Islam; 3) mengembangkan pemahaman tentang salingketerkaitan antara bahsa dan

budaya serta memperluas cakrawala budaya yang berbeda dengan lingkungan

kesehariannya. Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki wawasan lintas

budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.

Lebih lanjut mengenai tujuan pembelajaran bahasa Arab, Peraturan Menteri

Agama Republik Indonesia nomor 2 tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan

dan standar isi pendidikan agama Islam dan bahasa Arab di madrasah juga

menjelaskan lebih rinci mengenai hasil akhir proses pembelajaran bahasa Arab.

Hasil akhir yang disebut dengan kompetensi lulusan pembelajaran bahasa Arab

yaitu: 1) menyimak, memahami wacana lisan berbentuk paparan atau dialog

tentang madrasah, masjid, muslim, pekerjaan, al-Qur‟anul Karim, kehidupan

beragama, akhlak mulia, kegiatan mengajar, ilmu pengetahuan, perdagangan,

rekreasi, dunia Arab, bahasa Arab, dan masyarakat; 2) berbicara, mengungkapkan

secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog tentang madrasah, masjid, muslim,

pekerjaan, al-Qur‟anul Karim, kehidupan beragama, akhlak mulia, kegiatan

mengajar, ilmu pengetahuan, perdagangan, rekreasi, dunia Arab, bahasa dan

masyarakat Arab; 3) membaca, membaca dan memahami makna wacana tertulis

paparan atau dialog tentang madrasah, masjid, muslim, pekerjaan, al-Qur‟anul

Karim, kehidupan beragama, akhlak mulia, kegiatan mengajar, ilmu pengetahuan,

perdagangan, rekreasi, dunia Arab, bahasa dan masyarakat Arab; 4) menulis,

mengungkapkan secara tertulis berbentuk paparan atau dialog tentang madrasah,

35

masjid, muslim, pekerjaan, al-Qur‟anul Karim, kehidupan beragama, akhlak mulia,

kegiatan mengajar, ilmu pengetahuan, perdagangan, rekreasi, dunia Arab, bahasa

dan masyarakat Arab.

Dari uraian standar kelulusan pembelajaran bahasa Arab tersebut, dapat

diketahui bahwa yang dituntut dalam pembelajaran itu memang betul-betul

kehidupan sehari-hari siswa. Dengan demikian kosa-kata yang dipahami dan

dikuasainya bermanfaat bagi dirinya. Dan mudah dipahami oleh siswa karena dekat

dengan lingkungan dan kesehariannya.

2. Kebutuhan Siswa Terhadap Pembelajaran TOAFL

a. TOAFL

TOAFL adalah singkatan dari “Test of Arabic as a Foreign Language”.

TOAFL dilaksanakan sebagai standarisasi penilaian bahasa Arab. Dengan adanya

standarisasi tersebut, diharapkan mampu menekan peserta didik sehingga memiliki

keterampilan bahasa Arab yang matang. Standarisasi penilaian bahasa Arab ini

telah banyak dilaksanakan di Perguruan-perguruan Tinggi di Indonesia, baik negeri

mapun swasta.

Penamaan TOAFL diilhami oleh TOEFL yang memang telah lebih dulu

dikenal. Pengambilan ini memang dimaksudkan agar TOAFL lebih mudah

diucapkan dan lebih cepat dikenal oleh banyak orang, meskipun terkesan “mirip”

TOEFL. Selain itu mengapa menggunakan TOAFL, adapun alasannya adalah

sebagai berikut: a) Selama ini (UIN, IAIN, STAIN) belum mempunyai tes bahasa

Arab standar seperti TOEFL. b) Tes ini mampu mengukur tingkat kemampuan

(reseptif) seseorang dalam berbahasa Arab. c) Tes ini mudah dikerjakan dan mudah

dikoreksi. d) Jawaban dan hasil penilaiannya bersifat objektif dan pasti. e) Materi

tes ini cukup komprehensif, dan menurut pemahaman dan penguasaan mufradat

yang cukup banyak. 2. Tujuan TOAFL TOAFL merupakan standarisasi penilaian

bahasa Arab.

Diantara tujuan TOAFL adalah: a) Menetapkan norma-norma keterampilan

bahasa Arab yang kelak dijadikan sebagai pedoman standarisasi kelulusan bahasa

Arab. b) Memberlakukan standar baku kelulusan bahasa Arab dalam TOAFL. c)

Meningkatkan kualitas kemampuan dan penguasaan bahasa Arab bagi lulusan

FARIDA SETIAWATY

Page 14: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

36

MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

36

program S1, S2, dan S3 seluruh lembaga pendidikan di bawah naungan

Kementerian Agama strata 1 sampai doktor. d) Menumbuhkan kesadaran peserta

studi Islam dan ilmu pengetahuan akan signifikansi bahasa Arab sebagai media

utama studi Islam dan ilmu pengetahuan. e) Memberdayakan kemampuan

memahami bahasa Arab. f) Meningkatkan penguasaan kebahasaaraban berwacana

studi Islam. (Barwami, 2011: 11 dan Wahab, 2010)

Berdasarkan sejarah singkat TOAFL. TOAFL dibuat dan diterbitkan

pertama kali pada tahun 1998 oleh sebuah Tim penyusun yang diprakarsai oleh

Muhbib Abdul Wahab dan Suwito. Tim ini beranggotakan: a) Chotibul Umam, b)

HD. Hidayat, c) Rofi'i, d) Akrom Malibary, e) Muhammad Matsna, f) Satria

Effendi, g) Abdul Kadir Al-Habsyi. (Wahab, 2010)

Adapun tujuan awal pembentukan tim ini adalah untuk menyiapkan bahan

tes standar bagi mahasiswa S1 dan S3 yang akan menyelesaikan studinya. Pada

tahun 1999/2000, TOAFL “Test of Arabic as a Foreign Language”. mulai

digunakan sebagai salah satu materi tes, ujian masuk Program S2 dan S3 IAIN (kini

UIN) Jakarta. Mulai 2005, Program S1 diwajibkan mengikuti TOAFL. Pada tahun

2000/2001. TOAFL juga digunakan sebagai materi tes masuk di beberapa Program

Pascasarjana diluar UIN Jakarta. Dan sekarang digunakan juga bagi siswa yang

akan mengikuti ujian masuk ke universitas di Timur Tengah melalui jalur beasiswa

yang difasilitasi oleh Diktis (Direktur Pendidikan Tinggi Islam) di Departemen

Agama. Dan peserta yag mendaftar tahun ini sebanyak 9738 siswa, dan sekitar 70%

pesertanya berasal dari Madrasah Aliyah.

b. Kebutuhan siswa terhadap TOAFL

Berdasarkan data yang diambil dari Dikti (Direktur Pendidikan Tinggi

Islam) di Departemen Agama. Meningkatnya minat para siswa untuk melanjutkan

studi ke Timur Tengah dari tahun ke tahun. Yang mana salah satu materi yang

diujikan dalam persyaratan penerima beasiswa ke Timur Tengah adalah mampu

menyelesaikan soal soal TOAFL. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi

pegambil keputusan di madrasah Aliyah untuk mulai mengenalkan pebelajaran

TOAFL, bukan saja persiapan bagi siswa yang akan melanjutkan studi ke Timur

Tengah dengan jalur beasiswa, tetapi juga sebagai evaluasi pembelajaran Bahasa

37

Arab terutama mengevaluasi keterampilan membaca, menulis, mendengar dan

berbicara siswa selama di Madrasah Aliyah.

Adapun aspek-aspek tes dan jumlah item soal TOAFL adalah sebagai

berikut:

1) Fahm al-Masmu'

Terdiri dari 50 item soal, meliputi:

(a) Kemampuan memahami makna, pengertian, penalaran logis atau

kesimpulan dari sebuah pernyataan/kalimat yang diperdengarkan. Jumlah

soal untuk bagian ini sebanyak 20 item.

(b) Kemampuan memahami maksud, topik, penalaran logis, kesimpulan dan

makna tersirat dari dialog singkat antara dua orang. Jumlah soal untuk

bagian ini sebanyak 15 item.

(c) Kemampuan memahami maksud, topik, penalaran logis, kesimpulan dan

makna tersirat dari dialog panjang antara dua orang atau lebih dan atau

alenia pernyataan. Jumlah soal untuk bagian ini sebanyak 15 item.

(d) Waktu yang dialokasikan ±30-35 menit atau sampai bunyi kaset berakhir.

(e) Soal-soal istima' hanya sekali dibacakan atau sama sekali tidak ada

pengulangan.

2) Fahm al-Tarakib wa al-Ibarat,

Bagian ini terdiri dari 40 item soal, meliputi:

(a) Kemampuan melengkapi kalimat dengan ungkapan atau struktur baku.

Jumlah soal untuk bagian ini sebanyak 20 item.

(b) Kemampuan memahami dan menganalisis penggunaan kata, ungkapan dan

atau struktur yang salah dalam sebuah kalimat. Jumlah soal untuk bagian

ini sebanyak 20 item

(c) Waktu yang dialokasikan hanya 30 menit

3) Fahm al-Mufradât wa al-Nash al-Maktub wa al-Qawa'id,

Terdiri dari 60 item, meliputi:

(a) Kemampuan memahami taraduf (sinonim) atau kedekatan makna suatu

yang digarisbawahi sesuai dengan konteks kalimat. Jumlah soal untuk

bagian ini sebanyak 20 item.

Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Page 15: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

37

VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

36

program S1, S2, dan S3 seluruh lembaga pendidikan di bawah naungan

Kementerian Agama strata 1 sampai doktor. d) Menumbuhkan kesadaran peserta

studi Islam dan ilmu pengetahuan akan signifikansi bahasa Arab sebagai media

utama studi Islam dan ilmu pengetahuan. e) Memberdayakan kemampuan

memahami bahasa Arab. f) Meningkatkan penguasaan kebahasaaraban berwacana

studi Islam. (Barwami, 2011: 11 dan Wahab, 2010)

Berdasarkan sejarah singkat TOAFL. TOAFL dibuat dan diterbitkan

pertama kali pada tahun 1998 oleh sebuah Tim penyusun yang diprakarsai oleh

Muhbib Abdul Wahab dan Suwito. Tim ini beranggotakan: a) Chotibul Umam, b)

HD. Hidayat, c) Rofi'i, d) Akrom Malibary, e) Muhammad Matsna, f) Satria

Effendi, g) Abdul Kadir Al-Habsyi. (Wahab, 2010)

Adapun tujuan awal pembentukan tim ini adalah untuk menyiapkan bahan

tes standar bagi mahasiswa S1 dan S3 yang akan menyelesaikan studinya. Pada

tahun 1999/2000, TOAFL “Test of Arabic as a Foreign Language”. mulai

digunakan sebagai salah satu materi tes, ujian masuk Program S2 dan S3 IAIN (kini

UIN) Jakarta. Mulai 2005, Program S1 diwajibkan mengikuti TOAFL. Pada tahun

2000/2001. TOAFL juga digunakan sebagai materi tes masuk di beberapa Program

Pascasarjana diluar UIN Jakarta. Dan sekarang digunakan juga bagi siswa yang

akan mengikuti ujian masuk ke universitas di Timur Tengah melalui jalur beasiswa

yang difasilitasi oleh Diktis (Direktur Pendidikan Tinggi Islam) di Departemen

Agama. Dan peserta yag mendaftar tahun ini sebanyak 9738 siswa, dan sekitar 70%

pesertanya berasal dari Madrasah Aliyah.

b. Kebutuhan siswa terhadap TOAFL

Berdasarkan data yang diambil dari Dikti (Direktur Pendidikan Tinggi

Islam) di Departemen Agama. Meningkatnya minat para siswa untuk melanjutkan

studi ke Timur Tengah dari tahun ke tahun. Yang mana salah satu materi yang

diujikan dalam persyaratan penerima beasiswa ke Timur Tengah adalah mampu

menyelesaikan soal soal TOAFL. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi

pegambil keputusan di madrasah Aliyah untuk mulai mengenalkan pebelajaran

TOAFL, bukan saja persiapan bagi siswa yang akan melanjutkan studi ke Timur

Tengah dengan jalur beasiswa, tetapi juga sebagai evaluasi pembelajaran Bahasa

37

Arab terutama mengevaluasi keterampilan membaca, menulis, mendengar dan

berbicara siswa selama di Madrasah Aliyah.

Adapun aspek-aspek tes dan jumlah item soal TOAFL adalah sebagai

berikut:

1) Fahm al-Masmu'

Terdiri dari 50 item soal, meliputi:

(a) Kemampuan memahami makna, pengertian, penalaran logis atau

kesimpulan dari sebuah pernyataan/kalimat yang diperdengarkan. Jumlah

soal untuk bagian ini sebanyak 20 item.

(b) Kemampuan memahami maksud, topik, penalaran logis, kesimpulan dan

makna tersirat dari dialog singkat antara dua orang. Jumlah soal untuk

bagian ini sebanyak 15 item.

(c) Kemampuan memahami maksud, topik, penalaran logis, kesimpulan dan

makna tersirat dari dialog panjang antara dua orang atau lebih dan atau

alenia pernyataan. Jumlah soal untuk bagian ini sebanyak 15 item.

(d) Waktu yang dialokasikan ±30-35 menit atau sampai bunyi kaset berakhir.

(e) Soal-soal istima' hanya sekali dibacakan atau sama sekali tidak ada

pengulangan.

2) Fahm al-Tarakib wa al-Ibarat,

Bagian ini terdiri dari 40 item soal, meliputi:

(a) Kemampuan melengkapi kalimat dengan ungkapan atau struktur baku.

Jumlah soal untuk bagian ini sebanyak 20 item.

(b) Kemampuan memahami dan menganalisis penggunaan kata, ungkapan dan

atau struktur yang salah dalam sebuah kalimat. Jumlah soal untuk bagian

ini sebanyak 20 item

(c) Waktu yang dialokasikan hanya 30 menit

3) Fahm al-Mufradât wa al-Nash al-Maktub wa al-Qawa'id,

Terdiri dari 60 item, meliputi:

(a) Kemampuan memahami taraduf (sinonim) atau kedekatan makna suatu

yang digarisbawahi sesuai dengan konteks kalimat. Jumlah soal untuk

bagian ini sebanyak 20 item.

FARIDA SETIAWATY

Page 16: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

38

MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

38

(b) Kemampuan memahami isi, topik dan makna tersirat dalam beberapa

paragraf/wacana. Jumlah soal untuk bagian ini sebanyak 20 item.

(c) Kemampuan memahami penggunaan, kedudukan (i'rab), derivasi, bentuk

kata dan istilah-istilah nahwu dan sharaf. Jumlah soal untuk bagian ini

sebanyak 20 item.

(d) Waktu yang dialokasikan adalah 50 menit.

(e) Substansi soal-soal dalam TOAFL didasarkan pada buku-buku bahasa Arab

standar, baik klasik maupun kontemporer.

(f) Wacana yang diujikan meliputi pemikiran Islam (ilmu kalam/teologi,

filsafat Islam, tasawuf), tafsir, ilmu tafsir, hadis, ilmu hadis, sejarah dan

peradaban Islam, pemikiran politik Islam, pendidikan Islam, dakwah Islam,

fiqih dan ushul fiqih, bahasa dan sastra Arab, ekonomi Islam, komunikasi,

sosiologi, perkembangan modern/kontemporer dunia Islam dan

perkembangan sains dalam berbagai bidang.

3. Model Pembelajaran TOAFL

a. Model Pembelajaran

Konsep model pembelajaran menurut Trianto (2010: 51), menyebutkan

bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan

digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Sedangkan metode pembelajaran menurut Djamarah (2006: 46) "Suatu cara

yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan‟. Dalam kegiatan

belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru agar penggunaanya bervariasi sesuai

yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Dari konsep pembelajaran, model

dan metode pembelajaran dapat didefinisikan bahwa model pembelajaran adalah

prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai

tujuan pembelajaran didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan

alat penilaian pembelajaran.

39

Sedangkan metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan

dalam interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan materi dan mekanisme metode

pembelajaran.

b. Metode pembelajaran Bahasa Arab

Dalam pembelajaran bahasa Arab dikenal beberapa macam metode

pembelajaran diantaranya adalah: thariqah al-Qawa’id wa al-Tarjamah, thariqah al-

Mubasyarah, thariqah al-Qira’ah, thariqah al-Sam’iyyah al-Syafawiyyah, thariqah

al-Tulifiyyah, dan lain-lain. Dewasa ini pembelajaran bahasa Arab, meskipun

mengalami segudang masalah dalam pembelajarannya, namun pemerhati bahasa

Arab dan guru-guru bahasa Arab pada lembaga pendidikan dan madrasah telah ada

yang melakukan berbagai inovasi dan kreasi dalam melaksanakan pembelajaran

bahasa Arab, dengan menerapkan metode-metode pembelajaran mutakhir tersebut.

1) Thariqah al-Qawa‟id wa al-Tarjamah (Metode Kaidah dan Terjemahan)

Konsep dasar Thariqah al-Qawa‟id wa al-Tarjamah Asumsi yang mendasari

metode kaidah (tata bahasa Arab) dan terjemah adalah logika semesta yang

menyatakan bahwa semua bahasa di dunia ini dasarnya sama, dan tata bahasa adalah

cabang dari logika. (Nababan, 1993: 170) Tata bahasa Arab secara etimologi adalah

dasar, pedoman, asas, peraturan. (Munawwir, 1984: 1224) Dapat juga diartikan

rumusan asas-asas yang menjadi hukum. (Depdikbud, 1993: 376)

Adapun tujuan pembelajaran tata bahasa Arab secara umum adalah “agar

siswa dapat memahami dan memberi pemahaman terhadap lawan bicaranya tentang

pembicaraan atau tulisan secara baik dan benar”. (Hidayat, 1986: 25-26) Dengan

demikian, bukan berarti tata bahasa Arab itu sebagai tujuan langsung, akan tetapi

hanya sebagai medium untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Ba‟labaki (1990: 216) menjelaskan bahwa dasar pokok metode ini adalah

hapalan kaidah, analisa gramatika terhadap wacana, lalu diterjemahkan ke dalam

bahasa yang digunakan sebagai pengantar pelajaran. Sedangkan perhatian terhadap

kemampuan berbicara sangat kecil. Ini berarti bahwa titik tekan metode ini bukan

melatih para pelajar agar pandai berkomunikasi secara aktif, melainkan memahami

Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Page 17: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

39

VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

38

(b) Kemampuan memahami isi, topik dan makna tersirat dalam beberapa

paragraf/wacana. Jumlah soal untuk bagian ini sebanyak 20 item.

(c) Kemampuan memahami penggunaan, kedudukan (i'rab), derivasi, bentuk

kata dan istilah-istilah nahwu dan sharaf. Jumlah soal untuk bagian ini

sebanyak 20 item.

(d) Waktu yang dialokasikan adalah 50 menit.

(e) Substansi soal-soal dalam TOAFL didasarkan pada buku-buku bahasa Arab

standar, baik klasik maupun kontemporer.

(f) Wacana yang diujikan meliputi pemikiran Islam (ilmu kalam/teologi,

filsafat Islam, tasawuf), tafsir, ilmu tafsir, hadis, ilmu hadis, sejarah dan

peradaban Islam, pemikiran politik Islam, pendidikan Islam, dakwah Islam,

fiqih dan ushul fiqih, bahasa dan sastra Arab, ekonomi Islam, komunikasi,

sosiologi, perkembangan modern/kontemporer dunia Islam dan

perkembangan sains dalam berbagai bidang.

3. Model Pembelajaran TOAFL

a. Model Pembelajaran

Konsep model pembelajaran menurut Trianto (2010: 51), menyebutkan

bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan

digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Sedangkan metode pembelajaran menurut Djamarah (2006: 46) "Suatu cara

yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan‟. Dalam kegiatan

belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru agar penggunaanya bervariasi sesuai

yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Dari konsep pembelajaran, model

dan metode pembelajaran dapat didefinisikan bahwa model pembelajaran adalah

prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai

tujuan pembelajaran didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan

alat penilaian pembelajaran.

39

Sedangkan metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan

dalam interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan materi dan mekanisme metode

pembelajaran.

b. Metode pembelajaran Bahasa Arab

Dalam pembelajaran bahasa Arab dikenal beberapa macam metode

pembelajaran diantaranya adalah: thariqah al-Qawa’id wa al-Tarjamah, thariqah al-

Mubasyarah, thariqah al-Qira’ah, thariqah al-Sam’iyyah al-Syafawiyyah, thariqah

al-Tulifiyyah, dan lain-lain. Dewasa ini pembelajaran bahasa Arab, meskipun

mengalami segudang masalah dalam pembelajarannya, namun pemerhati bahasa

Arab dan guru-guru bahasa Arab pada lembaga pendidikan dan madrasah telah ada

yang melakukan berbagai inovasi dan kreasi dalam melaksanakan pembelajaran

bahasa Arab, dengan menerapkan metode-metode pembelajaran mutakhir tersebut.

1) Thariqah al-Qawa‟id wa al-Tarjamah (Metode Kaidah dan Terjemahan)

Konsep dasar Thariqah al-Qawa‟id wa al-Tarjamah Asumsi yang mendasari

metode kaidah (tata bahasa Arab) dan terjemah adalah logika semesta yang

menyatakan bahwa semua bahasa di dunia ini dasarnya sama, dan tata bahasa adalah

cabang dari logika. (Nababan, 1993: 170) Tata bahasa Arab secara etimologi adalah

dasar, pedoman, asas, peraturan. (Munawwir, 1984: 1224) Dapat juga diartikan

rumusan asas-asas yang menjadi hukum. (Depdikbud, 1993: 376)

Adapun tujuan pembelajaran tata bahasa Arab secara umum adalah “agar

siswa dapat memahami dan memberi pemahaman terhadap lawan bicaranya tentang

pembicaraan atau tulisan secara baik dan benar”. (Hidayat, 1986: 25-26) Dengan

demikian, bukan berarti tata bahasa Arab itu sebagai tujuan langsung, akan tetapi

hanya sebagai medium untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Ba‟labaki (1990: 216) menjelaskan bahwa dasar pokok metode ini adalah

hapalan kaidah, analisa gramatika terhadap wacana, lalu diterjemahkan ke dalam

bahasa yang digunakan sebagai pengantar pelajaran. Sedangkan perhatian terhadap

kemampuan berbicara sangat kecil. Ini berarti bahwa titik tekan metode ini bukan

melatih para pelajar agar pandai berkomunikasi secara aktif, melainkan memahami

FARIDA SETIAWATY

Page 18: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

40

MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

40

bahasa secara logis yang didasarkan kepada analisa cermat terhadap aspek kaidah

tata bahasa. Tujuan metode ini menurut al-Naqah (2010) adalah agar para pelajar

pandai dalam menghapal dan memahami tata bahasa, mengungkapkan ide-ide

dengan menerjemahkan bahasa ibu atau bahasa kedua ke dalam bahasa asing yang

dipelajari, dan membekali mereka agar mampu memahami teks bahasa asing dengan

menerjemahkannya ke dalam bahasa sehari-hari atau sebaliknya.

Berdasarkan pernyataan tersebut ada dua aspek penting dalam metode kaidah

(tata bahasa) dan terjemah yaitu: pertama kemampuan menguasai kaidah dan bahasa;

dan kedua, kemampuan menterjemahkan. Dari konsep dasar tersebut dapat

dikemukakan bebrapa karakteristik metode kaidah dan terjemah yaitu: Ada kegiatan

disiplin mental dan pengembangan intelektual dalam belajar bahasa dengan banyak

penghapalan, dan memahami fakta-fakta; ada penekanan pada kegiatan membaca,

mengarang dan terjemahan, sedangkan kegiatan menyimak dan berbicara kurang

diperhatikan, seleksi kosa kata khususnya berdasarkan teks-teks bacaan yang dipakai.

Kosa kata ini diajarkan melalui daftar-daftar kamus dan penghafalan. Unit

yang mendasar ialah kalimat, maka perhatian lebih banyak dicurahkan kepada

kalimat, sebab kebanyakan waktu para pelajar dihabiskan untuk aktifitas terjemah

kalimat-kalimat terpisah,; tata bahasa diajarkan secara deduktif, yaitu dengan

menyajikan kaidah-kaidah bahasa seperti dalam bahasa lain yang dianggap semesta.

Ini kemudian dilatih lewat terjemahan-terjemahannya,; bahasa pelajar sehari-hari

(bahasa ibu atau bahasa kedua) digunakan sebagai bahasa pengantar.

2) Thariqah al-Mubasyarah (Metode Langsung)

Konsepnya adalah cara menyajikan materi pelajaran bahasa asing khususnya

bahasa Arab dimana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai

bahasa pengantar tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar.

Jika ada suatu kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak didik, maka guru

mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemonstrasikan,

menggambarkan dan lain-lain. Yang menjadi konsep dari metode langsung (direct

method) ini adalah karena siswa tidak dituntut agar dapat menghafal rumus-rumus

tertentu, berpikir dan mengingat, maka dalam pengajaran bahasa, anak didik dilatih

praktek langsung mengucapkan kata-kata atau kalimat tertentu. Sekalipun kata-kata

41

atau kalimat tersebut masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi

sedikit kata-kata dan kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula

mengartikannya. (Tayar, 1995: 152)

Dari konsep metode langsung di atas, dapat dikemukakan bahwa karekteristik

atau ciri-ciri dari metode langsung adalah: Bahasa adalah berbicara, maka berbicara

merupakan aspek yang harus diprioritaskan. Jika ada materi dalam bentuk bacaan,

maka bacaan itu pertama kali disajikan dalam bentuk lisan,

Sejak dini pelajar dibiasakan berpikir dalam bahasa bahasa asing yang

dipelajari. Cara ini dilakukan agar pelajar pandai menggunakan bahasa secara

otomatis layaknya bahasa ibu, bahasa ibu dan bahasa kedua atau terjemahan kedalam

dua bahasa tersebut tidak digunakan,; tidak begitu memperlihatkan tata bahasa,

kalaupun ada hanya diberikan dengan mengulang-ulang contoh kalimat secara lisan,

bukan dengan menjelaskan definisi atau menghapalkannya; ada asosiasi langsung

antara kata-kata/kalimat-kalimat dengan makna yang dimaksud melalui

peragaan/demonstrasi, gerakan, mimik muka, gambar bahkan alam nyata. Atas dasar

ini proses belajar dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas; untuk

memantapkan pelajar dalam menguasai bahasa asing yang dipelajari, pengajar

memberikan latihan berulang-ulang dengan contoh dan hapalan. (Hermawan, 2011:

178)

3) Thariqah Membaca

Dalam konsep metode ini, salah satu kegiatan pentingnya adalah membaca dan

dasar metode membaca adalah penguasaan bahasa asing dengan memulainya dari

penguasaan unsur bahasa terkecil, yaitu kosa kata yang didahului oleh latihan

pengucapan yang benar, lalu pemahaman. Penguasaan unsur bahasa yang terkecil

akan menentukan penguasaan bahasa secara keseluruhan, sedangkan pengucapan

kata dan pelafalan kalimat yang baik dan benar merupakan modal dasar membaca

yang baik dan benar. (Hermawan, 2011: 178)

Adapun karakteristik metode ini adalah: (a) Tujuan utamanya adalah

kemahiran membaca. (b) Materi pelajaran berupa buku bacaan dengan suplemen

daftar kosa kata dan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan, buku bacaan penunjang untuk

perluasan, buku latihan mengarang dan percakapan. (c) Basis kegiatan pembelajaran

Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Page 19: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

41

VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

40

bahasa secara logis yang didasarkan kepada analisa cermat terhadap aspek kaidah

tata bahasa. Tujuan metode ini menurut al-Naqah (2010) adalah agar para pelajar

pandai dalam menghapal dan memahami tata bahasa, mengungkapkan ide-ide

dengan menerjemahkan bahasa ibu atau bahasa kedua ke dalam bahasa asing yang

dipelajari, dan membekali mereka agar mampu memahami teks bahasa asing dengan

menerjemahkannya ke dalam bahasa sehari-hari atau sebaliknya.

Berdasarkan pernyataan tersebut ada dua aspek penting dalam metode kaidah

(tata bahasa) dan terjemah yaitu: pertama kemampuan menguasai kaidah dan bahasa;

dan kedua, kemampuan menterjemahkan. Dari konsep dasar tersebut dapat

dikemukakan bebrapa karakteristik metode kaidah dan terjemah yaitu: Ada kegiatan

disiplin mental dan pengembangan intelektual dalam belajar bahasa dengan banyak

penghapalan, dan memahami fakta-fakta; ada penekanan pada kegiatan membaca,

mengarang dan terjemahan, sedangkan kegiatan menyimak dan berbicara kurang

diperhatikan, seleksi kosa kata khususnya berdasarkan teks-teks bacaan yang dipakai.

Kosa kata ini diajarkan melalui daftar-daftar kamus dan penghafalan. Unit

yang mendasar ialah kalimat, maka perhatian lebih banyak dicurahkan kepada

kalimat, sebab kebanyakan waktu para pelajar dihabiskan untuk aktifitas terjemah

kalimat-kalimat terpisah,; tata bahasa diajarkan secara deduktif, yaitu dengan

menyajikan kaidah-kaidah bahasa seperti dalam bahasa lain yang dianggap semesta.

Ini kemudian dilatih lewat terjemahan-terjemahannya,; bahasa pelajar sehari-hari

(bahasa ibu atau bahasa kedua) digunakan sebagai bahasa pengantar.

2) Thariqah al-Mubasyarah (Metode Langsung)

Konsepnya adalah cara menyajikan materi pelajaran bahasa asing khususnya

bahasa Arab dimana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai

bahasa pengantar tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar.

Jika ada suatu kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak didik, maka guru

mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemonstrasikan,

menggambarkan dan lain-lain. Yang menjadi konsep dari metode langsung (direct

method) ini adalah karena siswa tidak dituntut agar dapat menghafal rumus-rumus

tertentu, berpikir dan mengingat, maka dalam pengajaran bahasa, anak didik dilatih

praktek langsung mengucapkan kata-kata atau kalimat tertentu. Sekalipun kata-kata

41

atau kalimat tersebut masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi

sedikit kata-kata dan kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula

mengartikannya. (Tayar, 1995: 152)

Dari konsep metode langsung di atas, dapat dikemukakan bahwa karekteristik

atau ciri-ciri dari metode langsung adalah: Bahasa adalah berbicara, maka berbicara

merupakan aspek yang harus diprioritaskan. Jika ada materi dalam bentuk bacaan,

maka bacaan itu pertama kali disajikan dalam bentuk lisan,

Sejak dini pelajar dibiasakan berpikir dalam bahasa bahasa asing yang

dipelajari. Cara ini dilakukan agar pelajar pandai menggunakan bahasa secara

otomatis layaknya bahasa ibu, bahasa ibu dan bahasa kedua atau terjemahan kedalam

dua bahasa tersebut tidak digunakan,; tidak begitu memperlihatkan tata bahasa,

kalaupun ada hanya diberikan dengan mengulang-ulang contoh kalimat secara lisan,

bukan dengan menjelaskan definisi atau menghapalkannya; ada asosiasi langsung

antara kata-kata/kalimat-kalimat dengan makna yang dimaksud melalui

peragaan/demonstrasi, gerakan, mimik muka, gambar bahkan alam nyata. Atas dasar

ini proses belajar dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas; untuk

memantapkan pelajar dalam menguasai bahasa asing yang dipelajari, pengajar

memberikan latihan berulang-ulang dengan contoh dan hapalan. (Hermawan, 2011:

178)

3) Thariqah Membaca

Dalam konsep metode ini, salah satu kegiatan pentingnya adalah membaca dan

dasar metode membaca adalah penguasaan bahasa asing dengan memulainya dari

penguasaan unsur bahasa terkecil, yaitu kosa kata yang didahului oleh latihan

pengucapan yang benar, lalu pemahaman. Penguasaan unsur bahasa yang terkecil

akan menentukan penguasaan bahasa secara keseluruhan, sedangkan pengucapan

kata dan pelafalan kalimat yang baik dan benar merupakan modal dasar membaca

yang baik dan benar. (Hermawan, 2011: 178)

Adapun karakteristik metode ini adalah: (a) Tujuan utamanya adalah

kemahiran membaca. (b) Materi pelajaran berupa buku bacaan dengan suplemen

daftar kosa kata dan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan, buku bacaan penunjang untuk

perluasan, buku latihan mengarang dan percakapan. (c) Basis kegiatan pembelajaran

FARIDA SETIAWATY

Page 20: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

42

MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

42

adalah memahami isi bacaan, didahului pengenalan kosa kata pokok dan maknanya,

kemudian mendiskusikan isi bacaan dengan bantuan guru. (d) Membaca diam lebih

diutamakan daripada membaca keras (e) Kaidah bahasa diterangkan seperlunya tidak

boleh berkepanjangan. (Effenddy, 2005: 41)

4) Thariqah al-Sam‟iyyah al-Syafawiyyah (Metode Audio-Lingual)

Konsep metode audiolingual adalah metode yang mendasarkan diri kepada

pendekatan struktural dalam pengajaran bahasa. Sebagai implikasinya metode ini

menekankan penelaahan dan pendeskripsian suatu bahasa yang akan dipelajari

dengan memulainya dari sistem bunyi (fonologi), kemudian sistem pembentukan

kata (morfologi), dan sistem pembentukan kalimat (sintaksis). Pada dasarnya ada dua

pendekatan teori yang mendasari pengajaran bahasa, sebagaimana kita ketahui, yaitu

teori tata bahasa tradisional dan struktural. Keduanya memiliki pandangan yang

saling berbeda dalam hal tata bahasa. Teori tradisional meyakini adanya tata bahasa

yang semesta, sedangkan teori struktural meyakini bahwa struktur bahasa di dunia

tidak sama, menurut teori tradisional bahasa yang baik dan benar adalah menurut

para ahli bahasa (dalam istilah linguistik disebut presriptif), sedangkan menurut teori

struktural yang baik dan benar adalah yang digunakan oleh penutur asli (dalam

istilah lingusitik disebut deskriptif). (Hermawan, 2011: 185)

Adapun konsep metode audiolingual adalah sebagai berikut: (a) Dasar bahasa

adalah percakapan, sedangkan tulisan adalah bagian dari percakapan. Maka materi

yang perlu diprioritaskan dalam pengajaran bahasa asing atau bahasa tujuan adalah

memahami pembicaraan dan berbicara, setelah itu baru aspek lain, yaitu membaca

dan menulis. (b) Pembelajaran bahasa asing harus saling berhubungan satu sama lain

seperti: mendengarkan apa yang diucapkan oleh guru, kemudian mengucapkan apa

yang diucapkan oleh guru, lalu membaca apa yang diucapkan oleh guru dan yang

terakhir adalah menulis apa yang dibaca atau diucapkan oleh gurunya. (c) Materi

yang harus dipelajari adalah bahasa asing atau bahasa tujuan, bukan materi mengenai

bahasa. Artinya metode ini memiliki prinsip yang bertolak belakang dengan metode

kaidah dan terjemah, yaitu tidak memperhatikan aspek kaidah bahasa maupun

terjemahan, kecuali jika sangat terpaksa. Sebagai gantinya pelajar dituntut untuk

43

berlatih sacara intensif dalam penggunaan bahasa. Dengan demikian bahasa adalah

untuk digunakan, bukan untuk dibicarakan. (Arsyad, 2012: 46)

5) Thariqah al-Taulifiyyah (Metode Eklektik)

Konsep Metode eklektik adalah menyajikan bahan pelajaran asing di depan

kelas dengan melalui kombinasi/campuran beberapa metode, misalnya: metode

langsung, metode gramatika, metode tarjamah dan yang lainnya. M. Radhi al-Hafid

dalam buku Siti Aisyah Chalik (2014: 106) mengemukakan bahwa metode eklektik

adalah metode yang merupakan kombinasi prinsip-prinsip fonetik, intuisi, induksi

penggunaan teks modern dan studi gramatika secara sistematis menurut cara

tradisional.

c. Metode pembelajaran efektif untuk pengenalan TOAFL

Dari pembahasan beberapa metode pembelajaran Bahasa Arab yang telah

dibahas sebelumnya, guru dapat memilih salah satu metode atau menggunakan

beberapa metode sehingga siswa tidak merasa jenuh. Karena semakin menarik suatu

proses pembelajaran maka semakin efektif .

Ada lima indikator pembelajaran efektif, yaitu: (1) pengelolaan pelaksanaan

pembelajaran, (2) proses komunikatif, (3) respon peserta didik; (4) aktifitas belajar,

dan (5) hasil belajar. Suatu kegiatan pembelajaran dikatakan efektif jika lima

indikator yang saling berkaitan di atas mencapai kategori minimal baik. (Yusuf,

2019)

Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan

menjadi 3 (tiga), yaitu: (1) Keefektifan (effectiveness), (2) Efisien (efficiency), dan

(3) Daya tarik (appeal). Kefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat

pencapaian si belajar. Ada 4 (empat) aspek penting yang dapat dipakai untuk

mendreskripsikan keefektifan pembelajaran, yaitu: (1) kecermatan penguasaan

perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2)

kecepatan untuk kerja, (3) tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi dari apa yang

dipelajari. Efisien pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan

jumlah waktu yang dipakai si belajar atau jumlah biaya pembelajaran yang

digunakan. Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mangamati

Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Page 21: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

43

VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

42

adalah memahami isi bacaan, didahului pengenalan kosa kata pokok dan maknanya,

kemudian mendiskusikan isi bacaan dengan bantuan guru. (d) Membaca diam lebih

diutamakan daripada membaca keras (e) Kaidah bahasa diterangkan seperlunya tidak

boleh berkepanjangan. (Effenddy, 2005: 41)

4) Thariqah al-Sam‟iyyah al-Syafawiyyah (Metode Audio-Lingual)

Konsep metode audiolingual adalah metode yang mendasarkan diri kepada

pendekatan struktural dalam pengajaran bahasa. Sebagai implikasinya metode ini

menekankan penelaahan dan pendeskripsian suatu bahasa yang akan dipelajari

dengan memulainya dari sistem bunyi (fonologi), kemudian sistem pembentukan

kata (morfologi), dan sistem pembentukan kalimat (sintaksis). Pada dasarnya ada dua

pendekatan teori yang mendasari pengajaran bahasa, sebagaimana kita ketahui, yaitu

teori tata bahasa tradisional dan struktural. Keduanya memiliki pandangan yang

saling berbeda dalam hal tata bahasa. Teori tradisional meyakini adanya tata bahasa

yang semesta, sedangkan teori struktural meyakini bahwa struktur bahasa di dunia

tidak sama, menurut teori tradisional bahasa yang baik dan benar adalah menurut

para ahli bahasa (dalam istilah linguistik disebut presriptif), sedangkan menurut teori

struktural yang baik dan benar adalah yang digunakan oleh penutur asli (dalam

istilah lingusitik disebut deskriptif). (Hermawan, 2011: 185)

Adapun konsep metode audiolingual adalah sebagai berikut: (a) Dasar bahasa

adalah percakapan, sedangkan tulisan adalah bagian dari percakapan. Maka materi

yang perlu diprioritaskan dalam pengajaran bahasa asing atau bahasa tujuan adalah

memahami pembicaraan dan berbicara, setelah itu baru aspek lain, yaitu membaca

dan menulis. (b) Pembelajaran bahasa asing harus saling berhubungan satu sama lain

seperti: mendengarkan apa yang diucapkan oleh guru, kemudian mengucapkan apa

yang diucapkan oleh guru, lalu membaca apa yang diucapkan oleh guru dan yang

terakhir adalah menulis apa yang dibaca atau diucapkan oleh gurunya. (c) Materi

yang harus dipelajari adalah bahasa asing atau bahasa tujuan, bukan materi mengenai

bahasa. Artinya metode ini memiliki prinsip yang bertolak belakang dengan metode

kaidah dan terjemah, yaitu tidak memperhatikan aspek kaidah bahasa maupun

terjemahan, kecuali jika sangat terpaksa. Sebagai gantinya pelajar dituntut untuk

43

berlatih sacara intensif dalam penggunaan bahasa. Dengan demikian bahasa adalah

untuk digunakan, bukan untuk dibicarakan. (Arsyad, 2012: 46)

5) Thariqah al-Taulifiyyah (Metode Eklektik)

Konsep Metode eklektik adalah menyajikan bahan pelajaran asing di depan

kelas dengan melalui kombinasi/campuran beberapa metode, misalnya: metode

langsung, metode gramatika, metode tarjamah dan yang lainnya. M. Radhi al-Hafid

dalam buku Siti Aisyah Chalik (2014: 106) mengemukakan bahwa metode eklektik

adalah metode yang merupakan kombinasi prinsip-prinsip fonetik, intuisi, induksi

penggunaan teks modern dan studi gramatika secara sistematis menurut cara

tradisional.

c. Metode pembelajaran efektif untuk pengenalan TOAFL

Dari pembahasan beberapa metode pembelajaran Bahasa Arab yang telah

dibahas sebelumnya, guru dapat memilih salah satu metode atau menggunakan

beberapa metode sehingga siswa tidak merasa jenuh. Karena semakin menarik suatu

proses pembelajaran maka semakin efektif .

Ada lima indikator pembelajaran efektif, yaitu: (1) pengelolaan pelaksanaan

pembelajaran, (2) proses komunikatif, (3) respon peserta didik; (4) aktifitas belajar,

dan (5) hasil belajar. Suatu kegiatan pembelajaran dikatakan efektif jika lima

indikator yang saling berkaitan di atas mencapai kategori minimal baik. (Yusuf,

2019)

Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan

menjadi 3 (tiga), yaitu: (1) Keefektifan (effectiveness), (2) Efisien (efficiency), dan

(3) Daya tarik (appeal). Kefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat

pencapaian si belajar. Ada 4 (empat) aspek penting yang dapat dipakai untuk

mendreskripsikan keefektifan pembelajaran, yaitu: (1) kecermatan penguasaan

perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2)

kecepatan untuk kerja, (3) tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi dari apa yang

dipelajari. Efisien pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan

jumlah waktu yang dipakai si belajar atau jumlah biaya pembelajaran yang

digunakan. Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mangamati

FARIDA SETIAWATY

Page 22: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

44

MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

44

kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali

kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya

akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya pengukuran kecenderungan siswa

untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu

sendiri atau dengan bidang studi. (Uno, 2008: 21)

Metode pembelajaran TOAFL dalam perkembangannya, memang tidak

seramai dengan metode TOEFL, yang memang sudah banyak dikaji oleh para

peneliti dan penulis. Tapi tidak menutup kemungkinan metode pembelajaran TOAFL

akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan siswa terhadap

pembelaaran TOAFL.

C. Simpulan

TOAFL adalah singkatan dari “Test of Arabic as a Foreign Language”. TOAFL

memang kurang populer di antara siswa di Madrasah Aliyah, padahal kebutuhan siswa

akan pembelajaran dan penguasaan TOAFL semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya minat siswa Madrasah Aliyah untuk melanjutkan studinya ke Timur

Tengah.

TOAFL dilaksanakan sebagai standarisasi penilaian bahasa Arab. Dengan adanya

standarisasi tersebut, diharapkan mampu menekan peserta didik sehingga memiliki

keterampilan bahasa Arab yang matang. Standarisasi penilaian bahasa Arab ini telah

banyak dilaksanakan di Perguruan-perguruan Tinggi di Indonesia, baik negeri mapun

swasta. Dalam TOAFL diujikan kemampuan peserta terkait: fahm al-masmu', fahm al-

tarakib wa al-ibarat, dan fahm al-mufradât wa al-nash al-maktub wa al-qawa'id.

Adapun teknik pengajaran TOAFL dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa

atau sesuai dengan kebutuhan serta di dukung oleh metode pengajaran yang terbaru

berbasis teknologi atau multimedia sehingga siswa dapat mudah memahami pelajaran.

Teori pembelajaran untuk membelajarkan TOAFL bisa dikembangkan dari teori

behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar social, teori belajar humanism. Model

pembelajaran TOAFL bisa diambil dari prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang

ditawarkan oleh metode thariqah al-qawa’id wa al-tarjamah, thariqah al-mubasyarah,

thariqah qir'ah, thariqah al-sam’iyyah al-syafawiyyah, dan thariqah al-taulifiyyah.

45

DAFTAR PUSTAKA

Al-Naqah, Mahmud Kamil Hasan. Usus I’dad Mawad Ta’lim al-‘Arabiyyah wa Ta’ lifuha. Qahirah: Kulliyyah al-Arabiyah Jami‟ah „Ain Syams, 2010.

Arsyad, Azhar. Thuruq Tadris al-Lugah al-‘Arabiyyah, Makassar: Alauidin University, 2012.

Ba‟labaki, Ramzi Munir. Mu’jam al-Musthalahat al-Lugawiyyah, Bairut: Dar al-„Ilm li al-Malayin, 1990.

Cangara, H. Haviet. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali, 2009.

Chalik, Siti Aisyah. Metode Pembelajaran Bahasa Arab, Makassar: Alauddin University Press, 2014.

D. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Effendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2005.

Hafidz, M. Pembelajaran Bahasa Arab; Sebuah Pendekatan Metodologi, Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2012.

Hermawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.

Hidayat, D.. Mukhtasar Turuq Tadris al Lugah al-‘Arabiyyah Li Tullab al-Madaris wa al Ma’ahid al indunisiyyah, Jakarta: UIN Jakarta, 1986.

Munawwir, A. W.. Kamus al-Munawwir Arab–Indonesia Terlengkap, Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1984.

Nababan, Sri Utari Subyakto. Metodologi Pengajaran Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993

Uno, Hamzah B.. Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

______________. Profesi Kependidikan; Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Yusuf, Bistari Basuni. Konsep dan Indikator Pembelajaran Efektif. Jurnal Kajian dan Pembelajaran Vol. 1 No. 2, Oktober 2017-Maret 2019.

Yusuf, Tayar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Pengenalan TOAFL Sebagai Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Page 23: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

45

VOL. II. No. 1, Juli - Desember 2019 ISSN 2654-6159

44

kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali

kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya

akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya pengukuran kecenderungan siswa

untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu

sendiri atau dengan bidang studi. (Uno, 2008: 21)

Metode pembelajaran TOAFL dalam perkembangannya, memang tidak

seramai dengan metode TOEFL, yang memang sudah banyak dikaji oleh para

peneliti dan penulis. Tapi tidak menutup kemungkinan metode pembelajaran TOAFL

akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan siswa terhadap

pembelaaran TOAFL.

C. Simpulan

TOAFL adalah singkatan dari “Test of Arabic as a Foreign Language”. TOAFL

memang kurang populer di antara siswa di Madrasah Aliyah, padahal kebutuhan siswa

akan pembelajaran dan penguasaan TOAFL semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya minat siswa Madrasah Aliyah untuk melanjutkan studinya ke Timur

Tengah.

TOAFL dilaksanakan sebagai standarisasi penilaian bahasa Arab. Dengan adanya

standarisasi tersebut, diharapkan mampu menekan peserta didik sehingga memiliki

keterampilan bahasa Arab yang matang. Standarisasi penilaian bahasa Arab ini telah

banyak dilaksanakan di Perguruan-perguruan Tinggi di Indonesia, baik negeri mapun

swasta. Dalam TOAFL diujikan kemampuan peserta terkait: fahm al-masmu', fahm al-

tarakib wa al-ibarat, dan fahm al-mufradât wa al-nash al-maktub wa al-qawa'id.

Adapun teknik pengajaran TOAFL dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa

atau sesuai dengan kebutuhan serta di dukung oleh metode pengajaran yang terbaru

berbasis teknologi atau multimedia sehingga siswa dapat mudah memahami pelajaran.

Teori pembelajaran untuk membelajarkan TOAFL bisa dikembangkan dari teori

behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar social, teori belajar humanism. Model

pembelajaran TOAFL bisa diambil dari prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang

ditawarkan oleh metode thariqah al-qawa’id wa al-tarjamah, thariqah al-mubasyarah,

thariqah qir'ah, thariqah al-sam’iyyah al-syafawiyyah, dan thariqah al-taulifiyyah.

45

DAFTAR PUSTAKA

Al-Naqah, Mahmud Kamil Hasan. Usus I’dad Mawad Ta’lim al-‘Arabiyyah wa Ta’ lifuha. Qahirah: Kulliyyah al-Arabiyah Jami‟ah „Ain Syams, 2010.

Arsyad, Azhar. Thuruq Tadris al-Lugah al-‘Arabiyyah, Makassar: Alauidin University, 2012.

Ba‟labaki, Ramzi Munir. Mu’jam al-Musthalahat al-Lugawiyyah, Bairut: Dar al-„Ilm li al-Malayin, 1990.

Cangara, H. Haviet. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali, 2009.

Chalik, Siti Aisyah. Metode Pembelajaran Bahasa Arab, Makassar: Alauddin University Press, 2014.

D. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Effendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2005.

Hafidz, M. Pembelajaran Bahasa Arab; Sebuah Pendekatan Metodologi, Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2012.

Hermawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.

Hidayat, D.. Mukhtasar Turuq Tadris al Lugah al-‘Arabiyyah Li Tullab al-Madaris wa al Ma’ahid al indunisiyyah, Jakarta: UIN Jakarta, 1986.

Munawwir, A. W.. Kamus al-Munawwir Arab–Indonesia Terlengkap, Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1984.

Nababan, Sri Utari Subyakto. Metodologi Pengajaran Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993

Uno, Hamzah B.. Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

______________. Profesi Kependidikan; Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Yusuf, Bistari Basuni. Konsep dan Indikator Pembelajaran Efektif. Jurnal Kajian dan Pembelajaran Vol. 1 No. 2, Oktober 2017-Maret 2019.

Yusuf, Tayar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

FARIDA SETIAWATY

Page 24: PENGENALAN TOAFL SEBAGAI PENGEMBANGAN , t.tp: t.p., 1980 ...

46

MUTSAQQAFIN; JURNAL PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHAS ARAB

47

KONSEP PENDIDIKAN ANAK NABI IBRAHIM A.S. DALAM AL-QUR’AN

Suprapto

Pendidikan Agama Islam FAI Universitas Islam Jakarta

[email protected]

Abstract

This research is motivated by concerns about the education of existing children, where most people are confused in looking for figures who can be emulated in educating their children. Parents have run out of their minds to overcome this crisis. This is where we need a model that would be used as a role model to educate their children is the Prophet Ibrahim, known as Abul Anbiya '. This study aims to determine the method adopted by the Prophet IbrahimAS in educating their children become the best generation on the earth. This research uses a thematic approach, by collecting various verses that are scattered in various letters in the Qur'an to look for the relationship of meaning, and make a form completely without contradictory in understanding of the concept of education of the child of Prophet Ibrahim A.S. The success of the Prophet Ibrahim A.S. not solely a gift from Allah SWT, but it is also a hard work that has been worked on for a long time even for years. From the prayers he offered before he was blessed with children for years based on educational patterns that he designed so that it becomes an ideal concept to be applied in life.

Keywords: Ibrahim, Islamic education, children's education.

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap pendidikan anak yang ada, dimana kebanyakan orang kebingungan mencari figur yang dapat dicontoh dalam mendidik anak-anak mereka. Orang tua sudah kehabisan akal untuk mengatasi krisis tersebut. Disinilah kita butuh model yang dapat dijadikan panutan untuk mendidik anak yaitu Nabi Ibrahim yang dikenal sebagai Abul Anbiya‟. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode yang ditempuh oleh Nabi Ibrahim A.S. dalam mendidik anak-anaknya untuk melahirkan generasi terbaik di muka bumi. Penelitian ini menggunakan pendekatan tematik, dengan mengumpulkan berbagai ayat yang tersebar diberbagai surat dalam Al-Qur‟an untuk kemudian dicari hubungan maknanya sehingga membentuk pemahaman yang utuh dan tidak bertentangan tentang konsep pendidikan anak Nabi Ibrahim A.S.. Kesuksesan Nabi Ibrahim A.S. tidak semata-mata merupakan anugerah dari Allah SWT. Akan tetapi juga merupakan kerja keras yang sudah diusahakan sejak lama bahkan selama bertahun-tahun. Dari doa yang beliau panjatkan sebelum dianugerahi anak selama bertahun-tahun hingga pola pendidikan yang dia rancang sehingga menjadi konsep yang ideal untuk diterapkan dalam kehidupan.

Kata Kunci: Ibrahim, pendidikan Islam, pendidikan anak.