PENGGUNAAN MEDIA DUA DIMENSI UNTUK …...penggunaan media dua dimensi untuk meningkatkan prestasi...

45
PENGGUNAAN MEDIA DUA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SDN SIDOMULYO TAHUN PELAJARAN 2009/2010 LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : SUMIATI NIM. X 1907015 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SURAKARTA 2010

Transcript of PENGGUNAAN MEDIA DUA DIMENSI UNTUK …...penggunaan media dua dimensi untuk meningkatkan prestasi...

PENGGUNAAN MEDIA DUA DIMENSI UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR TENTANG

SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR PADA

SISWA KELAS V SDN SIDOMULYO

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh :

SUMIATI

NIM. X 1907015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SURAKARTA

2010

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam SISDIKNAS 2003

yang menyebutkan bahwa, tujuan pendidikan nasional adalah terwujudnya

masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian,

berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah Negara Republik Indonesia

yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,

bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berdasarkan hukum dan

lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan tehnologi, memiliki etos kerja

yang tinggi serta disiplin.

Pendidikan merupakan salah satu sarana yang menentukan untuk

mencapai tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan suatu masyarakat

adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di

dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka bersatu dan

berkedaulatan rakyat dalam suasana kehidupan bangsa yang aman, tenteram,

tertib, dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,

bersahabat, tertib, dan damai. Aspirasi bangsa yang demikian tidak akan

tercapai tanpa melalui pendidikan. Hal itu sejalan dengan tujuan pembangunan

nasional di bidang pendidikan yang menyatakan bahwa untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam

mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, serta memungkinkan para

warganya mengembangkan dirinya dari segala aspek, baik jasmani maupun

rohani (Undang-Undang Pendidikan Nasional Tahun 1989).

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai

sistem pendidikan di mana dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan

mempunyai peran penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan

kehidupan bangsa yang bersangkutan. Dalam rangka pelaksanaan

2

pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila di bidang pendidikan,

maka pendidikan nasional mengusahakan:

1. Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang

tinggi kualitasnya dan mampu mandiri.

2. Pemberian dukungan bagi pembangunan masyarakat, bangsa, dan

negara Indonesia yang terwujud dalam ketahanan nasional yang

menangkal setiap ajaran, paham, dan ideologi yang bertentangan

dengan Pancasila.

Sehubungan dengan itu, maka pendidikan disusun sebagai usaha sadar

untuk menciptakan bangsa Indonesia mempertahankan kelangsungan

hidupnya dan mengembangkan dirinya secara terus-menerus dari satu generasi

ke generasi berikutnya.

Sistem pendidikan nasional mempunyai tujuan dan sekaligus sebagai

alat yang amat penting dalam perjuangan mencapai cita-cita dan mencapai

tujuan bangsa Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.

Untuk mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti

luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani,

berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan (UU nomor 20/2003).

Dengan demikian pendidikan nasional akan mampu mewujudkan

manusia-manusia yang cerdas dan bertaqwa yang mampu membangun dirinya

sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan nasional.

Berbagai upaya telah dilakukan Departemen Pendidikan Nasional untuk

meningkatkan mutu pendidikan nasional khususnya pendidikan dasar dan

menengah pada setiap jenjang satuan pendidikan, antara lain melalui berbagai

pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan sarana dan prasarana

pendidikan serta peningkatan menejemen sekolah. Namun berbagai pendapat

menunjukkan bahwa mutu pendidikan sampai saat ini masih belum sesuai apa

yang diharapkan pemerintah dan masyarakat.

2

3

Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara

menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai

Pancasila. Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan

dan pengembangan kecakapa hidup (life skills) yang diwujudkan melalui

seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan hidup serta menyesuaikan

diri dan berhasil dalam kehidupan di masa yang akan datang. Untuk itu

sekolah diharapkan dapat untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

tersebut.

Sekolah sebagai tempat anak didik belajar, dengan harapan dalam

belajar akan memperoleh prestasi belajar dengan baik. Dalam belajar tersebut

prestasi yang dicapai kadang dapat mencapai seperti apa yang diharapkan,

tetapi dapat pula tidak. Hal ini karena daya serap masing-masing siswa

berbeda dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Prestasi

merupakan bukti keberhasilan yang dicapai oleh siswa sebagai hasil belajar,

maka dari itu prestasi yang diperoleh siswa diharapkan mencapai ketuntasan

yaitu di atas 65. Untuk memperoleh prestasi yang sesuai dengan ketuntasan

baik guru dan siswa harus mengetahui apa-apa saja untuk memperoleh prestasi

itu. Adapun salah satu pelajaran yang diharapkan mempunyai prestasi yang

baik adalah pelajaran Matematika.

Salah satu pelajaran yang penting di Sekolah Dasar adalah Matematika

dan pelajaran ini nantinya sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,

maka dari itu pengajarannya sangat perlu kejelian atau kesungguhan agar

siswa benar-benar menguasai pelajaran Matematika ini.

Sedangkan Djauzak Ahmad (1994: 13) menyatakan bahwa

“Matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari yang

berguna memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang

berkembang dewasa ini”.

Tak dapat dipungkiri lagi bahwa Matematika memang sangat

diperlukan bagi siswa sebagai generasi muda yang akan menerima tanggung

jawab untuk meneruskan pembangunan bangsa. Karena begitu besar peranan

Matematika dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka prestasi belajar

3

4

Matematika perlu ditingkatkan. Dengan meningkatnya prestasi belajar

Matematika berarti anak didik sebagai generasi penerus bangsa memiliki cara

berfikir kritis dan logis, sehingga mereka terlatih untuk menyelesaikan

masalah-masalah di masa yang akan datang.

Bagi siswa, pelajaran Matematika dianggap pelajaran yang sulit,

menakutkan, menjemukan, dan sangat tidak menyenangkan, sehingga hasil

prestasi Matematika sangat kurang, belum sesuai dengan harapan, baik

harapan guru, orang tua maupun siswa sendiri. Kewajiban para gurulah untuk

menanamkan rasa senang terhadap materi pelajaran Matematika dengan

memberi rangsangan atau dorongan agar siswa menyenangi pelajaran

Matematika. Agar pembelajaran Matematika dapat memberikan pengalaman

yang lebih bermakna dan utuh bagi siswa serta untuk mencapai hasil belajar

yang maksial sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu cara untuk mencapai

hasil belajara yang maksimal dalam mengajar guru menggunakan media yangs

esuai dengan materi yang diajarkan, guru harus dapat memilih media

pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak Sekolah Dasar

khususnya anak kelas V. Menurut Piaget anak seumur 18 bulan samai 7 tahun

berada pada tingkat praoperasional, sedangkan anak atau siswa usia 7 sampai

12 tahun berada tingkat operasional konkrit.

Yang dimaksud media dua dimensi adalah sebutan umum untuk alat peraga yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar yang berada pada satu bidang datar.

Bruner, melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu (Siti Hawa, dkk., 2008:6).

Masalah pemahaman bangun datar bagi siswa SDN Sidomulyo

Purworejo kalau segera diatasi berdampak pada kesulitannya pada siswa untuk

memahami konsep bangun ruang.

4

5

Berdasarkan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN

Sidomulyo pada Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan rata-rata 58 sedangkan

KKM mata pelajaran matematika 62. Sedangkan semester I tahun pelajaran

2009/2010 belum memuaskan karena rata-rata hasil ulangan harian sifat-sifat

bangun adalah 60 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata

pelajaran matematika adalah 65. Disamping itu, mata pelajaran matematika

merupakan salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti oleh siswa dan

termasuk dalam mata pelajaran Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional

(UASBN).

Hal ini membuktikan bahwa tingkat penguasaan materi sangat rendah.

Hal ini jugalah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan

judul “Penggunaan Media Dua Dimensi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Sifat-Sifat Bangun Datar Pada Siswa Kelas V SDN Sidomulyo.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di atas,

maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah

sebagai berikut:

“Apakah penggunaan media dua dimensi dapat meningkatkan prestasi

belajar tentang sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V SDN

Sidomulyo tahun pelajaran 2009/2010?”

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan teori belajar dan media pembelajaran, permasalahan yang

terjadi di kelas V SDN Sidomulyo Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010

perlu diselesaikan melalui tindakan guru berupa penggunaan media dalam

pembelajaran sifat-sifat bangun datar pada mata pelajaran matematika.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan prestasi penggunaan

media pembelajaran dua dimensi dapat meningkatkan prestasi sifat-sifat

5

6

bangun datar pada siswa kelas V SDN Sidomulyo tahun pelajaran 2009/2010

atau tidak.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharpakan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa

Adanya peningkatkan pemahaman konsep-konsep matematika khususnya

sifat-sifat bangun datar.

2. Guru

Sebagai masukan bagi guru dalam meningkatkan keterampilan

menggunakan media pembelajaran matematika khususnya pada konsep

sifat-sifat bangun datar.

3. Sekolah

Sebagai masukan bagi sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru

khususnya dalam pembelajaran matematika.

6

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh

individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak

yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu

melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi

terampil (M. Djauhar Siddiq, 2008:3).

Menurut B.F. Skinner dalam Nabisi Lapono (2008:5) bahwa

belajar menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati, sedang

perilaku dan belajar diubah oleh kondisi lingkungan.

Sementara Nana Sudjana (1987:28) belajar bukan menghafal

dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil

proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,

keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya

penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

Berdasarkan teori belajar tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja oleh indivdu yang

membawa perubahan tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan

sikap seseorang karena berinteraksi dengan lingkungan.

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam

memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam

diri siswa.

8

Menurut M. Djauhar Siddiq (2008:90 pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu. Berdasarkan teori pembelajaran di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran merupakan usaha-usaha yang terencana yang

dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar dalam diri

siswa.

b. Pembelajaran Matematika

Pembalajaran matematika mengkaji benda abstrak (benda

pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan

menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif.

Menurut Hudoyo dalam Siti Hawa (2008:1) matematika bekenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Sebagai guru matematika dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar matematika utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan prosedural. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Untuk menguasai dan mencipta teknologi dan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif di masa depan, maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini dan pembelajaran yang membuat siswa belajar dan menjadi bermakna (Siti Hawa , dkk, 2008:3). Berdasarkan teori pembelajaran matematika di atas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan usaha-usaha

8

9

yang dilakukan oleh guru untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta

kemampuan bekerjasama.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil yang dicapai, dilakukan, dikerjakan dan

sebagainya (Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1997; 433).

Karena itu, berbagai predikat atau gelar sebagai suatu bentuk penghargaan

yang diberikan atas prestasi, hendaknya diletakkan dalam pengertian

prestasi yang mengacu pada definisi tersebut. Dalam dunia pendidikan,

prestasi sering dikaitkan dengan kemampuan di bidang akademik. Tolok

ukur untuk menilainya adalah nilai (angka).

Menurut Wimkel (1984; 162) Prestasi merupakan bukti

keberhasilan yang telah dicapai siswa”. Sedangkan menurut Buchori

(1997: 85) berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai anak

sebagai hasil belajar yang berupa angka, huruf serta tindakan hasil belajar

yang dicapai. Adapun hasil belajar yang berupa angka huruf selain sebagai

bukti hasil karya yang dicapai juga dapat untuk memotivasi agar

prestasinya lebih meningkat.

Senada dengan pengertian tersebut Sutratinah Tirtonegoro (1988:

43) berpendapat prestasi adalah “Penilaian hasil usaha kegiatan yang dapat

mencerminkan hasil yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf

yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.”

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang

dimaksud prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

dikerjakan untuk diukur atau dinilai yang dinyatakan dalam bentuk angka

atau symbol untuk mengetahui kedudukan anak.

Di bawah ini beberapa faktor yang berkaitan dengan keberhasilan

belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Muhibbin Syah (1995: 132)

mengisyaratkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar.

1) Faktor Internal (faktor dari dalam siswa)

9

10

a) Aspek fisiologis yakni kondisi umum jasmani dan tonus

(ketenangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ

tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan

intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

b) Aspek psikologis yakni faktor-faktor rohaniah siswa yang meliputi:

(1) Intelegensi siswa Intelegensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Anak yang intelegensinya tinggi semakin besar untuk meraih sukses, sebaliknya anak yang intelegensinya rendah semakin kecil untuk memperoleh sukses.

(2) Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek secara positif maupun negatif.

(3) Bakat siswa Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

(4) Minat siswa Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sangat tergantung pada pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.

(5) Motivasi siswa Motivasi adalah keadaan internal organisme manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.

2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa)

(1) Lingkungan Sosial a) Lingkungan sosial sekolah misalnya: guru, staf, administrasi,

dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.

b) Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa.

c) Lingkungan sosial yang lain adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

(2) Lingkungan Non-sosial

Lingkungan non-sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Ngalim Purwanto (1990: 102) berpendapat bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar:

(1) Faktor individual (faktor yang ada pada organisme itu sendiri)

10

11

a) Kematangan Kematangan adalah masa sudah mulai berfungsinya organ tubuh baik jasmani maupun rohaninya.

b) Kecerdasan/Intelegensi Kecerdasan seseorang dapat dilihat dan diamati dapat atau tidaknya seseorang dalam mempelajari sesuatu. Seseorang yang intelegensinya tinggi akan cepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi, dibandingkan dengan seseorang yang intelegensinya rendah.

c) Latihan dan ulangan Kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat makin dikuasai dan makin mendalam, disebabkan oleh latihan dan sering mengulangi sesuatu. Sebaliknya tanpa latihan orang tidak akan memiliki pengalaman.

d) Motivasi d) Motivasi

Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu. Motif instrinsik dapat mendorong seseorang menjadi specialis dalam bidang pengetahuan tertentu.

e) Sifat- sifat Pribadi Seseorang Setiap orang memiliki sifat-sifat kepribadian masing-

masing berbeda antara seseorang dengan orang lain. Sifat-sifat kepribadian ini ialah faktor fisik kesehatan dan kondisi badan.

2) Faktor Sosial (faktor yang ada diluar individu) a) Keadaan Keluarga

Suasana dan keadaan keluarga turut menentukan tercapai dan tidaknya seorang anak dalam belajar. Masalah lain adalah ada tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan anak dalam belajar.

b) Guru dan Cara Mengajar Faktor guru dan cara mengajar merupakan faktor penting, terutama dalam belajar di sekolah sikap kepribadian guru serta pengetahuan yang dimiliki dan cara mengajarnya, turut menentukan hasil belajar yang dicapai oleh anak.

a) Alat-alat Pelajaran Sekolah yang memiliki alat-alat pelajaran, perlengkapan yang diperlukan dapat mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.

b) Motivasi Sosial Motivasi sosial dapat timbul pada anak dari orang lainyang ada di sekitarnya, antara lain, orang tua, guru teman sepermainan, tetangga dan sanak saudara. Motivasi yang baik yang diberikan oleh orang tua atau

11

12

guru dapat mendorong anak, sehingga timbul hasrat untuk belajar yang lebih baik.

e) Lingkungan dan kesempatan Seorang anak yang intelegensinya tinggi belum tentu dapat belajar dengan baik, karena jarak rumah ke sekolah terlalu jauh dan kelelahan menempuh perjalanannya. Ada pula anak yang tidak dapat belajar dengan baik, disebabkan tidak adanya kesempatan belajar, pengaruh lingkungan yang kurang baik.

Menurut Sumadi Suryabrata (1993:249) menyatakan bahwa

Faktor-faktor yang mempengeruhi belajar antara lain :

1) Faktor yang berasal dari luar individu a) Faktor-faktor non sosial antara lain : (1) cuaca, (2) waktu,

(3) keadaan suhu, (4) alat-alat belajar, (5) letak sekolah, (6) bangunan sekolah.

b) Faktor-faktor sosial, yaitu gangguan yang terjadi pada proses belajar antara lain : (1) konsentrasi belajar, (2) perhatian, (3) keadaan lingkungan kelas.

2) Faktor yang berasal dari dalam individu a) Faktor-faktor fisiologis, antara lain : (1) keadaan jasmani

pada umumnya, (2) keadaan fungsi-fungsi fiologis tertentu.

Menurut Sumadi Suryabrata (1993:249) menyatakan bahwa

Faktor-faktor yang mempengeruhi belajar antara lain :

1) Faktor yang berasal dari luar individu a) Faktor-faktor non sosial antara lain : (1) cuaca, (2) waktu, (3)

keadaan suhu, (4) alat-alat belajar, (5) letak sekolah, (6) bangunan sekolah.

b) Faktor-faktor sosial, yaitu gangguan yang terjadi pada proses belajar antara lain : (1) konsentrasi belajar, (2) perhatian, (3) keadaan lingkungan kelas.

3) Faktor yang berasal dari dalam individu a) Faktor-faktor fisiologis, antara lain : (1) keadaan jasmani pada

umumnya, (2) keadaan fungsi-fungsi fiologis tertentu. b) Faktor-faktor psikologis, yaitu (1) keadaan jasmani pada

umumnya, (2) kreativitas,(3) simpati dari orang lain, (4) memperbaiki kegagalan, (5) rasa aman, (6) adanya ganjara atau hukuman.

Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar adalah :

1) Faktor dari dalam tubuh

2) Faktor dari luar tubuh

12

13

3) Faktor situasi sekolah

4) Faktor pendekatan belajar

5) Faktor kepribadian guru dan siswa

6) Faktor pendukung pembelajaran

2. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medium yang secara

harfiah berarti “tengah”, “pengantar”, atau “perantara”. Dalam bahasa

Arab media disebut wasail bentuk jamak dari wasilah yakni sinonim al

wasth yang artinya juga “tengah”. Kata tengah itu sendiri berarti berada di

antara dua sisi, maka disebut juga sebagai “perantara” (wasilah) atau yang

mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada di tengah ia bisa

disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni mengantarkan atau

menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi

lainnya. Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang

dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana

sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya

dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien (Yudhi Munadi,

2008:6).

Menurut M. Djauhar Siddiq (2008:36), media pembelajaran adalah

segala bentuk perantara atau pengantar penyampaian pesan dalam proses

komunikasi pembelajaran. Beberapa fungsi dari media pembelajaran

dlaam proses komunikasi pembelajaran diantaranya sebagai berikut:

a. Berperan sebagai komponen yang membantu mempermudah/ memperjelas materi atau pesan pembelajaran dalam proses pembelajaran.

b. Membuat pembelajaran menjadi lebih menarik. c. Membuat pembelajaran lebih realistis/objektif. d. Menjangkau sasaran yang luas. e. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, karena dapat menampilkan

pesan yang berada di luar ruang kelas dan dapat menampilkan informasi yang terjadi pada mas alalu, mungkin juga masa yang akan datang.

13

14

f. Mengatasi informasi yang bersifat membahayakan, gerakan rumit, objek yang sangat besar dan sangat kecil, semua dapat disajikan menggunakan media yang telah dimodifikasi.

g. Menghilangkan verbalisme yang hanya bersifat kata-kata (M. Djauhar Siddiq, 2008:21).

Menurut Arief S. Sadiman (1986:6) kata media berasal dari

bahasa latin yang artinya perantara atau pengantar.

Menurut Gagne media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar (Arief S.

Sadiman:6).

Menurut Brigg, media adalah segala alat pisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Berdasarkan teori media pembelajaran tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

digunakan guru sebagai perantara atau pengantar penyampaian pesan

dalam proses komunikasi pembelajaran. Guru yang mengajar tanpa

menggunakan media pembelajaran tentu kurang merangsang/menantang

siwa untuk belajar. Apalagi bagi siswa SD yang perkembangan

intelektualnya masih membutuhkan alat peraga. Semua lingkungan yang

diperlukan untuk belajar siswa ini didesain secara integral akan menjadi

bahan belajar dan pembelajaran yang efektif.

3. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Media

Pembelajaran Dua Dimensi

Yang dimaksud media dua dimensi adalah sebutan umum untuk

alat peraga yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar yang berada

pada satu bidang datar.

Bruner, melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses

belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau

alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa

dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang

ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola

14

15

struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu (Siti

Hawa, dkk., 2008:6).

Tiga tahapan dalam teori belajar Bruner tentang perkembangan intelektual

adalah:

a. Enactive, dimana seseorang belajar tentang dunia melalui aksi-aksi terhadap objek.

b. Iconic, dimana pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model dan gambar-gambar.

c. Symbolic, yang menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah-istilah yang abstrak (Mark K. Smith, dkk. 2009:123).

Tahapan perkembangan belajar kognitif menurut Piaget dalam Nabisi

Lapono (2008:19).

a. Sensorimotor inteligence (lahr s.d usia 2 tahun): perilaku terikat pada panca indera dan gerak motorik. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati.

b. Preoperation thought (2-7 tahun) : tampak kemampuan berbahasa, berkembang pesat penguasaan konsep. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati.

c. Concrete Operation (7-11 tahun): berkembang daya mampu anak berpikir logis untuk memecahkan masalah konkrit. Konsep dasar benda, jumlah waktu, ruang, kausalitas.

d. Formal Operations (11-15 tahun): kecakapan kognitif mencapai puncak perkembangan. Anak mampu memprediksi, berpikir tentang situasi hipotesis, tentang hakekat berpikir serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme: bahasa gaul, mendebat, berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan berpikir abstrak dalam/melalui bahasa.

Berdasarkan teori belajar dan pembelajaran serta media

pembelajaran bahwa dalam pembelajaran terutama untuk anak sekolah

dasar, guru perlu menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu,

dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti membuat desain

pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran dua dimensi

untuk sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun. Dalam pembelajaran

siwa akan lebih mudah belajar dengan melihat media langsung daripada

hanya membayangkan bendanya saja, media dua dimensi yang digunakan

sebagai media pembelajaran yaitu bangun datar persegi, persegi panjang,

15

16

segitiga, trapesium, belah ketupat, layang-layang, jajar genjang dan

lingkaran.

Contoh :

1) Sifat-sifat persegi panjang

a. Sisi-sisi yang berhadapan sama

dan sejajar

b. Keempat sudutnya masing-

masing besarnya 90o

2) Sifat-sifat trapezium siku-siku

a. Mempunyai sepasang sisi sejajar

b. Mempunyai sudut siku-siku

4. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Media Bangun

Datar .

a. Guru menjelaskan tentang sifat bangun datar. Guru menyajikan gambar

bangun datar (bangun dua dimensi) segitiga, persegi, persegi panjang,

dan trapesium.

b. Guru memotivasi siswa dengan menyuruh siswa menunjukkan nama

bangun datar dan mempunyai berapa sisi. Hasil yang dapat dilihat siswa

merasa senang, karena dilibatkan dalam proses pembelajaran.

c. Siswa juga diminta maju untuk menunjukkan sudut dan sisi bangun datar.

d. Kegiatan dilanjutkan menggambar bangun datar, bagi siswa yang belum

dapat dibimbing oleh guru.

D C

A B

A B

D C

16

17

e. Siswa diberi keterampilan membuat bangun datar dengan warna dan

ukuran yang berbeda. Dengan tujuan siswa memahami konsep sifat

bangun datar. Untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dengan

cara menggambar bangun datar.

Contoh untuk mengidentifikasi persegi panjang.

Menggambar persegi panjang ABCD dengan panjang / AD = 6 cm dan

lebar / AB = 3 cm.

Langkah I Langkah II

Langkah III Langkah IV

B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar dengan

Penggunaan Media Blok Dienes Kelas III SDN Mojo songo II Kecamatan

Jepres Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007” yang menunjukkan bahwa

penggunaan media Blok Dienes dalam pembelajaran Matematika dapat

meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas III SDN Mojosongo II

Kecamatan Jepres Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.

A D 6 cm

A D 6 cm

B

A D 6 cm

B C

A D 6 cm

B C

3 cm

6 cm

3 cm

17

18

C. Kerangka Berpikir

Prestasi belajar siswa kelas V SDN Sidomulyo tahun pelajaran

2009/2010 pada konsep sifat-sifat bangun pada mata pelajaran Matematika

masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini terjadi karena

pada pembelajaran guru tidak menggunakan media pembelajaran dua dimensi

sehingga kemampuan siswa meningkatkan prestasi belajarnya rendah, siswa

cepat bosan, dan pembelajaran tidak menyenangkan.

Berdasarkan teori belajar dan pembelajaran, maka untuk mengatasi

masalah pembelajaran tersebut guru melakukan tindakan yang berupa

penggunaan media pembelajaran dua dimensi. Dalam pembelajaran pada

konsep sifat-sifat dan hubungan antar bangun, guru menggunakan media

pembelajaran dua dimensi bangun datar persegi, persegi panjang, dan

sebagainya. Siswa belajar sifat-sifat dan hubungan antar bangun menggunakan

media pembelajaran dua dimensi.

Pada pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran dua

dimensi diharapkan kemampuan siswa meningkatkan prestasi belajarnya,

siswa tidak bosan belajar di kelas dan pembelajaran menjadi menyenangkan.

Berdasarkan uraian di atas, kerangka pemikiran dapat digambarkan

sebagai berikut:

18

19

Gambar 1. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat

dirumuskan hipotesis Penelitian Tindakan kelas ini sebagai berikut:

Dengan menggunakan media pembelajaran dua dimensi diduga dapat

meningkatkan prestasi sifat-sifat dan hubungan antar bangun mata pelajaran

matematika siswa kelas V DN Sidomulyo tahun pelajaran 2009/2010.

KONDISI AWAL

Dalam pembelajaran matematika guru belum menggunakan media dua dimensi: a. Kemampuan siwa meningkatkan

prestasi rendah b. Siswa cepat bosan c. Pembelajaran tidak menyenangkan

Dalam pembelajaran guru dengan menggunakan media pembelajaran dua dimensi (persegi, persegi panjang, jajaran genjang)

Dalam pembelajaran matematika guru menggunakan media dua dimensi: a. Kemampuan siswa meningkatkan

prestasinya tinggi b. Siswa tidak cepat bosan c. Pembelajaran menjadi menyenangkan

TINDAKAN

KONDISI AKHIR

19

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SDN Sidomulyo Kecamatan Purworejo Kabupaten

Purworejo dengan alasan:

a. SDN Sidomulyo yang berada di Kecamatan Purworejo Kabupaten

Purworejo belum pernah dijadikan tempat penelitian khususnya kelas

V.

b. Pada tahun pelajaran 2009/2010 semester I dalam pembelajaran guru

belum menggunakan media pembelajaran dua dimensi sehfingga

kemampuan siswa meningkatkan prestasi masih rendah.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 bulan yaitu mulai bulan Januari

sampai Juni 2010.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yaitu siswa kelas V SDN Sidomulyo Kecamatan

Purworejo Kabupaten Purworejo tahun pelajaran 2009/2010 semester II

dengan jumlah siswa 29 anak.

Objek penelitian yaitu penggunaan media pembelajaran dua dimensi

pada pembelajaran sifat-sifat bangun datar.

1. Sumber Data

Data yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian

ini sebagian besar berupa data kualitatif. Pengumpulan data diperoleh dari

berbagai sumber:

a. Nara sumber dari siswa kelas V SDN Sidomulyo Kecamatan

Purworejo Kabupaten Purworejo.

b. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran

21

c. Tes hasil belajar

2. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk dan sumber data yang dimanfaatkan dalam

Penelitian Tindakan Kelas, maka teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan oleh teman sejawat terhadap

aktivitas guru dalam pembelajaran, aktivitas siswa SDN Sidomulyo

Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo juga dalam proses

pembelajaran.

b. Tes Tertulis

Tes tertulis digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

Bentuk tes yang digunakan adalah isian sebanyak 5 butir soal setiap

siklus. Dalam penelitian ini tes dilakukan terhadap siswa kelas V SDN

Sidomulyo tentang penguasaan konsep bangun datar.

3. Teknik Analisis Data

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, teknik analisis data yang digunakan

adalah teknik deskriptif. Data yang dianalisis berupa (1) rata-rata nilai

hasil belajar konsep bangun datar oleh siswa kelas V SDN Sidomulyo, (2)

aktivitas guru dalam pembelajaran, (3) aktivitas siswa SDN Sidomulyo

dalam pembelajaran.

4. Indikator Kinerja

Untuk mengetahui keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini, peneliti

menetapkan indikator kinerja:

a. Rata-rata nilai tes hasil belajar siswa kemampuan sifat-sifat dan

hubungan antar bangun di atas nilai KKM, yaitu 65.

b. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM minimal sebanyak 70%.

21we

22

C. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari

siklus-siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai

seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Prosedur

pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini setiap siklus meliputi:

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

a. Siklus I

1) Perencanaan Tindakan

a) Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

menggunakan media pembelajaran dua dimensi. Terlampir dalam

lampiran 4.

b) Menyediakan media pembelajaran dua dimensi dari kertas karton:

persegi, persegi panjang, trapesium.

c) Membuat instrumen observasi.

d) Membuat lembar evaluasi pembelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan

a) Guru menerapkan rencana pembelajaran dengan menggunakan

media pembelajaran dua dimensi pada konsep sifat-sifat bangun

datar.

b) Siswa belajar matematika pada konsep dengan menggunakan

media pembelajaran

3) Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas V (peneliti) bersama

supervisor. Tugas supervisor adalah mengamati kegiatan guru dan siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Terlampir pada lampiran 16.

4) Refleksi

Guru (peneliti) mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, dan observasi yang dikolaborasikan dengan

Supervisor Penelitian. Hasil evaluasi dan refleksi siklus I digunakan

22

23

sebagai acuan dalam menyusun perencanaan pada siklus II. Terlampir

pada lampiran 17 dan 18.

h. Siklus II

1) Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, guru (peneliti) mengadakan

perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terutama pada

penggunaan media pembelajaran dua dimensi.

2) Pelaksanaan Tindakan

a) Guru menerapkan rencana pembelajaran dengan menggunakan

media pembelajaran dua dimensi konsep sifat-sifat bangun datar,

lebih ditingkatkan lagi. Terlampir pada lampiran 5.

b) Siswa belajar matematika pada konsep sifat-sifat bangun datar

dengan menggunakan media pembelajaran dua dimensi antar

bangun.

3) Observasi

Pelaksanaan observasi hampir sama dengan siklus I, yaitu guru kelas V

(peneliti) bersama supervisor mengamati kegiatan guru dan siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Terlampir pada lampiran 19.

4) Evaluasi dan Refleksi

Mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan,

pelaksanaan dan observasi yang dikolaborasikan dengan Supervisor

Penelitian. Jika hasil evaluasi dan refleksi siklus II belum memenuhi

indikator kinerja penelitian maka dapat dilanjutkan ke siklus III,

namun jika sudah memenuhi indikator kinerja penelitian maka dapat

diakhiri pada siklus II. Terlampir pada lampiran 20 dan 21.

Berdasarkan prosedur penelitian tersebut di atas. Penelitian tindakan

kelas yang akan dilaksanakan dapat digambarkan seperti bagan pada

gambar 2.

23

23

24

Gambar 2. Siklus I dan II

24

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Tempat Penelitian

Lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat penelitian ini

adalah Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo Kecamatan Purworejo Kabupaten

Purworejo.

Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo merupakan Sekolah Dasar yang

berkualitas menengah. Sekolah ini memiliki bangunan sekolah yang

membentuk huruf “U”. Halaman sekolahnya cukup luas dipinggirnya

dikelilingi oleh pohon-pohon hias yang menambah kesejukan sekolah dan di

belakang sekolah terdapat kebun pisang yang sering mendatangkan tambahan

penghasilan sekolah. Sekolah ini terletak di tengah pedesaan.

Sekolah ini secara keseluruhan memiliki 6 kelas, dengan jumlah seluruh

siswa-siswi yang terdaftar dalam institusi ini pada tahun ajaran 2009/2010

adalah sebanyak 186 siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak 40 siswa, kelas

II sebanyak 27 siswa kelas III sebanyak 23 siswa, kelas IV sebanyak 31 siswa,

kelas V sebanyak 29 siswa dna kelas VI sebanyak 33 siswa.

SDN Sidomulyo dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan jumlah

tenaga pengajar seluruhnya ada 15 orang yaitu 8 guru kelas, 2 guru wiyata

bhakti, 1 guru Bahasa Inggris, 1 guru Agama Islam, 2 guru olah raga dan 1

penjaga sekolah.

Dalam pembelajaran matematika yang dilaksanakan di SD Negeri

Sidomulyo kelas V belum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

media dua dimensi khususnya untuk pembelajaran sifat-sifat bangun datar,

sehingga hasil belajar siswa belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) yaitu 65. Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan

penelitian di kelas V, maka peneliti menggunakan media dua dimensi dalam

pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar tentang sifat-sifat

bangun datar.

26

B. Hasil Penelitian

1. Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan.

Tiap-tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit), yaitu

dilaksanakan pada tanggal 17 Februari, 18 Februari dan 19 Februari.

Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses

pembelajaran Matematika di kelas V untuk media yang digunakan

guru, serta minat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran yang

dilaksanakan. Selain itu peneliti mencatat hasil belajar yang diperoleh

yang berupa nilai formatif.

Berdasarkan pengamatan dan hasil catatan terhadap proses

pembelajaran tersebut maka diperoleh data awal bahwa siswa kelas V

SDN Sidomulyo sebanyak 29 siswa, yang sebagian besar masih belum

memahami konsep sifat-sifat datar yang diajarkan. Berdasarkan data

tersebut peneliti mengadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah dan

kolaborasi dengan guru yang lain untuk melaksanakan pembelajaran

Matematika dengan menggunakan media dua dimensi.

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Sekolah Dasar Model Silabus Kelas V tentang memahami

sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun, peneliti melakukan

langkah-langkah untuk merencanakan pembelajaran dengan media dua

dimensi sebagai berikut:

1) Memiliki kompetensi dasar dan indikator yang sesuai dengan

sifat-sifat bangun. Alasan pemilihan kompetensi dasar dan

indikator tersebut antara lain:

a) Peneliti ingin meningkatkan prestasi konsep sifat-sifat bangun

datar.

26

27

b) Kompetensi dasar dan indikator tersebut dapat dipergunakan

dalam pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai

dengan indikator.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun dibuat 3 kali

pertemuan dan dilaksanakan dalam minggu yang sama.

Adapun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terlampir.

2) Menyiapkan media dua dimensi yang akan digunakan dalam

pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan ke-1

Pertemuan ke-1 yang dilaksanakan tanggal 17 Februari 2010,

peneliti membelajarkan pembelajaran Matematika dengan mengguna-

kan media dua dimensi. Pada pertemuan ini konsep matematika

diajarkan tentang sifat-sifat bangun datar dengan indikator

menyebutkan sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi panjang,

persegi. Pada awal pembelajarna guru menanyakan pada siswa

“apakah kalian pernah melihat amplop surat?”

Kegiatan inti dimulai guru dengan membagi siswa menjadi enam

kelompok. Guru menyiapkan beberapa bangun datar, penggaris serta

membagikan lembar observasi pada masing-masing kelompok.

Selanjutnya guru memberikan permasalahan yang harus diselesaikan

siswa secara berkelompok, yaitu “Ambil salah satu bangun datar.

Kamu hitung berapa jumlah sisinya. Apakah sama jumlah sisinya

masing-masing bangun datar?” dan guru memberikan lembar kerja

kelompok yang sudah disediakan dan masing-masing kelompok sudah

diberi alat peraga yang digunakan untuk menjawab pertanyaan.

Guru meminta masing-masing kelompok menuliskan jawaban

dengan memberikan alasan diperolehnya jawaban tersebut dengan

mengkomunikasikan bersama siswa lain. Selanjutnya hasil dari kerja

27

28

kelompok dipresentasikan di depan kelas dan dibahas bersama-sama

dengan guru. Kemudian guru bertanya jawab dengan siswa seputar

materi. Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju ke depan kelas

mengerjakan soal yang diberikan guru.

Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang materi yang

telah dipelajari, sambil mengulang pelajaran yang telah dipelajari.

Kemudian guru membagikan lembar soal kepada siswa untuk

dikerjakan secara individu. Guru memberikan pujian kepada siswa

yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik. Sebagai tindak lanjut,

guru memberikan pesan-pesan agar selalu rajin belajar agar menjadi

orang pintar.

Pertemuan ke-2

Pertemuan ke-2 yang dilaksanakan tanggal 18 Februari 2010,

peneliti membelajarkan pembelajaran Matematika dengan mengguna-

kan media dua dimensi.

Pada pertemuan ini guru mengawali pembelajaran dengan

berdo’a bersama, mengabsen siswa, kegiatan inti dimulai guru dengan

membagi siswa menjadi lima kelompok. Guru menyiapkan beberapa

alat peraga berupa macam-macam bangun datar, membagikan lembar

observasi pada masing-masing kelompok. Selanjutnya guru

memberikan permasalahan dalam setiap kelompok yang harus

diselesaikan siswa secara berkelompok, misal:

(1) Sebuah bangun datar persegi, ukurlah panjang sisinya. Bagaimana

panjang masing-masing sisinya?

(2) Sebuah bangun datar segitiga, ukurlah besar sudutnya. Berapakah

besar masing-masing sudut?

Berapakah besar sudut dalamnya?

Dengan bimbingan guru, siswa dalam setiap kelompok mulai

mendemonstrasikan beberapa alat peraga yang mereka gunakan untuk

mengukur panjang sisi, besar sudut sesuai dengan permsalahan yang

28

29

mereka hadapi. Akhirnya siswa dijelaskan panjang sisi dan besar sudut

pada masing-masing bangun datar, misalnya:

5 cm

5 cm 5 cm

5 cm

Pertemuan ke-3

Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2010.

Pada pertemuan ini guru mengawali pembelajaran dengan berdoa

bersama, mengabsen siswa. Kegiatan inti dimulai guru dengan

membagi siswa menjadi lima kelompok. Guru menyiapkan beberapa

alat berupa macam-macam bangun datar dari karton, membagikan

lembar observasi pada masing-masing kelompok. Selanjutnya guru

memberikan permasalahan dalam setiap kelompok yang harus

diselesaikan siswa secara berkelompok, misal: (1) Cobalah kamu ukur

panjang masing-masing sisi pada persegi panjang dan besar masing-

masing sudutnya.

Dengan bimbingan guru, siswa dalam setiap kelompok mulai

mendemonstrasikan seberapa alat peraga yang mereka gunakan untuk

mengukur panjang sisi dan besar sudut. Akhirnya siswa dijelaskan

sifat-sifat masing-masing bangun datar.

Kegiatan demikian diulang beberapa kali dan menunjuk

beberapa siswa untuk maju ke depan kelas untuk menjawab latihan

soal. Lakukan hal ini berulang-ulang sampai siswa paham.

Guru mulai memberi lembar kerja individu dan guru

membimbing siswa dalam pembelajaran. Setelah siswa mengerjakan

lembar kerja dan dikumpulkan pada guru dan dilanjutkan membahas

bersama dengan tiap-tiap siswa. Selama pembahasan berlangsung,

60°

60° 60°

29

30

guru mempersilahkan siswanya untuk bergantian maju ke depan kelas

dan menuliskan jawabannya.

Setelah selesai membahas lembar kerja siswa, guru menanyakan

kepada siswa siapa yang belum paham atau mengerti. Ada anak yang

menunjukkan jari kemudian guru mengulanginya dan memberi

penjelasan dengan memperagakan media yang sudah disiapkan.

Pembelajaran diakhiri dengan memberi hadiah berupa nilai serta

memotivasi siswa untuk mempelajari pelajaran selanjutnya. Sebagai

tindak lanjut, guru memberikan pesan-pesan agar selalu rajin belajar.

c. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa

selama ketika melakukan pembelajaran matematika dengan konsep

sifat-sifat bangun datar serta mengamati keterampilan guru dalam

mengajar.

a) Hasil observasi bagi guru

Dari data lampiran 16 dalam siklus 1 pada akhir siklus 1

diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

Penampilan guru sangat baik dalam proses pembelajaran.

(1) Guru sudah baik dalam menyampaikan materi pembelajaran.

(2) Guru sudah baik dalam menggunakan alat dan media pem-

belajaran.

(3) Guru sudah baik mengelola kelas dengan menciptakan suasana

kelas sesenang mungkin dan menegur siswa yang kurang

memperhatikan pelajaran atau yang berintermeso (rame)

selama diskusi.

(4) Guru dalam merespon pertanyaan dan pendapat siswa sudah

baik.

(5) Guru sudah baik dalam memberi pujian kepada siswa yang

berhasil menjawab pertanyaan dengan benar dan merayakan

30

31

keberhasilan dengan bernyanyi bersama, dan memberi hadiah

berupa buku.

(6) Interaksi antara guru dengan siswa sudah baik.

(7) Guru sudah baik dalam memberikan motivasi kepada siswa.

(8) Guru sudah baik dalam memberi bimbingan pada individu

siswa dan pada kelompok yang mengalami kesulitan pada saat

melakukan percobaan maupun berdiskusi.

(9) Guru sudah dapat mengawasi atau mengalokasikan waktu

mengajar dengan baik dan sesuai dengan rencana

pembelajaran.

ii. Hasil observasi bagi siswa

Dari data lampiran 17 pada akhir siklus I diperoleh data

hasil belajar afektif siswa sebagai berikut:

(1) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sudah sangat baik.

(2) Perhatian siswa sangat baik dalam memperhatikan pelajaran

yang disampaikan oleh guru tapi masih perlu ditingkatkan.

(3) Penghargaan siswa terhadap guru sudah sangat baik.

(4) Kemauan siswa dalam menerapkan hasil pelajaran sudah baik.

(5) Siswa sudah sangat baik dalam mengeluarkan pendapat.

(6) Siswa sudah sangat baik menunjukkan peningkatkan semangat

dalam KBM.

(7) Kemauan dalam berdiskusi dengan teman kelompok sudah

baik.

(8) Keberanian siswa maju ke depan untuk mempresentasikan

hasil tugas observasi sudah baik.

Dari data lampiran 18 pada siklus I diperoleh data hasil

belajar psikomotorik siswa sebagai berikut:

1. Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.

2. Siswa mau mencatat dan merangkum bahan pelajaran cukup

baik dan sistematis.

31

32

3. Siswa sudah sopan, ramah, dan hormat kepada guru pada saat

pembelajaran.

4. Siswa sudah berani bertanya dan meminta saran kepada guru

mengenai bahan pelajaran yang masih belum jelas.

5. Siswa sudah akrab, mau bergaul dan berkomunikasi dengan

guru dalam pembelajaran.

b) Analisis dan Refleksi

Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti mengulas masih ada

18 siswa yang belum mencapai KKM. Maka peneliti melanjutkan

siklus ke II untuk materi sifat-sifat bangun datar.

Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada

tes siklus I dapat disimpulkan bahwa presentasi hasil tes siswa yang

tuntas 15 % dengan nilai batas tuntas 65 ke atas, siswa yang tuntas

belajar di siklus I sebesar sebesar 63%, yang semula pada tes awal

hanya terdapat 48% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai

terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 25 dan pada

siklus I menjadi 40. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 80

naik menjadi 90 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar

58,6 naik pada tes siklus I menjadi 62,06 nilai tersebut belum di atas

rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti dan sekolah.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas siklus I masih banyak

ditemukan kekurangan-kekurangan, antara lain:

a. Bagi Guru

Pada awal siklus I beberapa kekurangan yang dilaksanakan oleh

guru yaitu:

i. Guru dalalm menyampaikan materi pelajaran belum optimal

ii. Guru belum menggunakan alat dan media pelajaran secara

optimal

iii. Guru belum merespon pertanyaan siswa dan pendapat siswa

secara optimal

32

33

iv. Guru dalam memberikan ujian dan perayaan keberhasilan

siswa belum optimal

v. Guru belum memberikan motifasi siswa secara optimal

vi. Guru belum melaksanakan pembagian alokasi waktu KBM

dengan baik.

b.

33

34

Bagi Siswa

i. Masih ada beberapa siswa yang sulit memahami indikator

sifat-sifat bangun datar.

ii. Siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan belajar mengajar,

namun masih perlu ditingkatkan lagi agar hasil belajar lebih

maksimal.

2. Siklus II

Pelaksanaan siklus II selama dua kali pertemuan. Tiap pertemuan

terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan pada

tanggal 11 Maret 2010 dan pada tanggal 12 Maret 2010. Adapun tindakan

yang dilaksanakan pada siklus II meliputi:

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan

pada Siklus I diketahui bahwa penggunaan media dua dimensi yang

dilaksanakan pada siklus 1 diketahui bahwa belum menunjukkan

adanya peningkatan prestasi belajar sifat-sifat bangun datar yang

cukup signifikan.

Hasil penelitian pada siklus I dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi Sifat-Sifat Bangun Datar.

Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010 Siklus I

No Nilai Frekuensi Fx 1 40 1 40 2 45 2 90 3 50 3 150 4 55 4 220 5 60 8 480 6 65 1 65 7 70 4 280 8 75 3 225 9 80 2 160 10 85 0 0 11 90 1 90

Jumlah 29 1800 Rata-rata 62,06

34

35

Grafik Hasil Belajar Matematika Siklus I

Pada tahap perencanaan peneliti merencanakan hal-hal sebagai

berikut:

1) Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran.

2) Lebih mengoptimalkan penggunaan media dalam proses

pembelajaran melalui tugas. Adapun tugas yang diberikan yaitu

agar siswa mengidentifikasi ulang sifat-sifat bangun datar.

3) Mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran

terutama untuk siswa yang dilihat kurang aktif pada proses

pembelajaran siklus I.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran Matematika melalui pendekatan kontekstual

sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan ke-1 mempelajari materi sifat-sifat bangun

datar dengan indikator: menggambar bangun datar dan sifat-sifat

bangun datar yang diberikan. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa

bersama, mengabsen siswa, menanyakan kabar sebagai

11

10

9

8

7

6

5

4

3 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90

Nilai

F r e k u e n s i

35

36

penyemangat dan apersepsi bertanya jawab dengan siswa seputar

materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.

Kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi lima kelompok.

Guru menyiapkan beberapa alat peraga berupa bangun dtar,

membagikan lembar observasi pada masing-masing kelompok.

Guru menjelaskan apa yang harus dilakukan siswa tersebut. Siswa

mengerjakan tugas secara berkelompok. Guru mulai

mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dalam kehidupan sehari-

hari siswa.

Misalnya: Ambil bangun datar persegi kita sebutkan jumlah

sisinya, besar sudutnya, panjang sisinya, dan sebagainya.

Kemudian guru bertanya jawab dengan siswa seputar

materi. Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju ke depan kelas

mengerjakan soal yang diberikan guru.

Kegiatan diakhiri dengan guru memberi evaluasi dengan

membagi lembar soal evaluasi. Sebagai tindak lanjut guru

menyampaikan pesan kepada siswa agar lebih rajin belajar

kemudian guru menutup pelajaran dengan salam.

2) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan ke-2 mempelajari sifat-sifat bangun datar,

dengan indikator: menggambar bangun datar dari sifat-sifat bangun

datar yang diberikan. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa

bersama, mengabsen siswa, menanyakan kabar sebagai

penyemangat dan apersepsi bertanya jawab dengan siswa seputar

materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.

Siswa menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk mem-

buat bangun datar dengan ukuran yang berbeda-beda secara

berkelompok.

Setelah selesai, salah satu kelompok maju ke depan untuk

mengumpulkan hasil kerja kelompok. Kemudian guru bertanya

36

37

jawab dengan siswa seputar materi. Kegiatan diakhiri dengan guru

memberi evaluasi. Sebagai tindak lanjut guru menyampaikan pesan

kepada siswa agar lebih rajin belajar kemudian guru menutup

pelajaran dengan salam.

c. Observasi

Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan

pembelajaran siswa dengan media dua dimensi. Berbeda dengan siklus

I siswa menghitung jumlah sisi, panjang sisi, besar sudut pada bangun

datar. Observasi ini ditujukan pada kegiatan siswa dalam

melaksanakan pembelajaran, aktivitas atau partisipasi serta untuk

mengetahui hasil belajar siswa. Keseluruhan data yang diperoleh

dalam kegiatan ini termasuk hasillembar kerja siswa baik kelompok

maupun individu. Sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis

perkembangan hasil belajar siswa dengan menggunakan media dua

dimensi. Selain itu peneliti juga melakukan observasi terhadap sikap,

perilaku siswa selama proses pembelajaran serta keterampilan guru

dalam mengajar dengan media dua dimensi pada materi sifat-sifat

bangun datar dengan menggunakan kertas karton.

i. Hasil Observasi Guru

Dari data lampiran 19 dapat dilihat aktivitas guru dalam

pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut:

1. Penampilan guru di depan kelas sudah sangat baik

2. Guru dalam menyampaikan materi sudah baik.

3. Guru dalam menggunakan alat dan media pelajaran sudah baik.

4. Guru sudah baik dalam mengelola kelas.

5. Guru sudah baik dalam merespon pertanyaan dan pendapat dari

siswa.

6. Guru sudah memberi pujian dan merayakan keberhasilan siswa

dalam menjawab pertanyaan dengan benar.

7. Guru sudah baik dalam berinteraksi dengan siswa.

37

38

8. Guru sudah cukup memberi motivasi kepada siswa tapi masih

perlu ditingkatkan lagi.

9. Guru sudah baik dalam membimbing siswa baik kelompok

maupun individu.

10. Guru dapat mengelola waktu dengan baik.

ii. Hasil Observasi Siswa

Dari data lampiran 20 pada siklus II diperoleh data hasil

belajar afektif siswa sebagai berikut:

1. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.

2. Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru sudah

baik.

3. Penghargaan siswa terhadap guru semakin meningkat.

4. Kemauan siswa untuk menerapkan hasil pelajaran sudah baik.

5. Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat semakin

meningkat.

6. Semangat siswa dalam KBM semakin meningkat.

7. Kemauan berdiskusi siswa dengan teman kelompok sudah baik.

8. Keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil sudah baik.

Dari data lampiran 21 pada siklus II diperoleh data hasil

belajar psikomotorik siswa sebagai berikut:

a. Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.

b. Mau mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik

dan sistematis.

c. Siswa sopan, ramah, dan hormat kepada guru.

d. Siswa sudah berani bertanya dan meminta saran kepada guru

mengenai bahan pelajaran yang masih belum jelas dan banyak

siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan.

e. Siswa akrab dan mau berkomunikasi dengan guru.

38

39

d. Analisis dan Refleksi

Setelah pelaksanaan siklus II selesai dilakukan, hasil analisis

data terhadap pembelajaran menggunakan media dua dimensi dengan

metode pemberian tugas pada siklus II, secara umum telah

menunjukkan perubahan.

Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada

tes siklus II dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang

tuntas naik menjadi 27 dengan nilai batas tuntas 65 ke atas. Siswa yang

tuntas belajar di siklus II sebesar 93%, yang semula pada siklus I

hanya terdapat 11 siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah

yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 40 dan pada siklus II

menjadi 45. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari satu siswa

yang mendapatkan nilai 90, naik menjadi tiga siswa yang mendapatkan

nilai 90 dan nilai rata-rata kelas yang pada siklus I sebesar 62,06 pada

tes siklus II menjadi 74,82.

Dalam peneltian tindakan masih banyak ditemukan kekurangan-

kekurangan, antara lain:

a) Bagi Guru

Pada awal siklus II beberapa kekurangan yang dilaksanakan oleh

guru yaitu:

(1) Guru dalam menyampaikan materi pelajaran belum optimal

(2) Guru belum menggunakan alat dan media pelajaran secara

optimal

(3) Guru belum merespon pertanyaan siswa dan pendapat siswa

secara optimal

(4) Guru dalam memberikan ujian dan perayaan keberhasilan

siswa belum optimal

(5) Guru belum memberikan motifasi siswa secara optimal

39

40

(6) Guru belum melaksanakan pembagian alokasi waktu KBM

dengan baik.

b) Bagi Siswa

(1) Masih ada beberapa siswa yang sulit memahami indikator sifat-

sifat bangun datar.

(2) Siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan belajar mengajar,

namun masih perlu ditingkatkan lagi agar hasil belajar lebih

maksimal.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa tabel rangkuman di atas

dapat diketahui adanya peningkatan proses pembelajaran pada tiap-tiap siklus.

Adapun gambaran peningkatan proses pembelajaran Matematika siswa

melalui penggunaan media bangun ruang pada setiap siklus adalah sebagai

berikut:

1. Pembahasan Siklus I

Pada siklus I anak telah siap menerima materi bangun ruang, karena

konsep disampaikan siswa terlebih dahulu kemudian diberi tugas rumah

untuk menjiplak bermacam-macam jaring prisma tegak dan menggunting-

nya di rumah. Dengan demikian mereka dapat mencoba sendiri-sendiri

secara individu sehingga pembelajaran lebih efektif. Dilihat dari hasil

pengamatan observer, aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan kategori

cukup. Karena minat dan motivasi siswa masih belum ada peningkatan.

Apabila dilihat dari pengolahan data prestasi hasil belajar siswa

pada tes siklus I rata-rata nilainya 62,06 nilai tersebut belum cukup karena

banyak siswa yang nilainya masih di bawah nilai 65 yaitu sebanyak 18

siswa, berarti dalam kelas tersebut baru 37% yang menguasai materi. Hal

tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus I belum

menunjukkan hasil adanya suatu peningkatan. Padahal menurut teori

belajar tuntas setiap proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila setiap

kelas menguasai materi pembelajaran Matematika 65 ke atas, karena KKM

40

41

mata pelajaran Matematika SDN Sidomulyo kelas V adalah 65 untuk

tahun pelajaran 2009/2010.

2. Pembahasan Siklus II

Siklus II adalah merupakan lanjutan pada siklus sebelumnya karena

potensi siswa pada siklus I belum memenuhi syarat Kriteria Ketuntasan

Minimal, maka diadakan tindakan pada siklus II. Dari pengamatan

observer diketahui bahwa persentase hasil aktivitas siswa dalam pelajaran

Matematika adalah berkategori baik dibanding dengan siklus I.

Pada siklus II aktivitas siswa meningkat dengan baik. Hal ini

terlihat dari keaktifan dan perhatian serta motivasi siswa yang tadinya

belum meningkat sekarang meningkat.

Dari 29 siswa yang diteliti ternyata telah menunjukkan adanya

peningkatan suatu proses pembelajaran.

Setelah diadakan tes pada siklus II yang diikuti sebanyak 29 siswa,

hasilnya telah meningkat. Hasil rata-rata yang diperoleh 74,82. Siswa yang

mendapat nilai ≥ 65 ada 27 siswa (93%).

Adapun siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Hasil Siklus I dan II

No Siklus I Siklus II

Nilai Frekuensi Nilai Frekuensi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90

1 2 3 4 8 1 4 3 2 0 1

40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90

0 1 0 1 0 4 6 4 6 4 3

Jumlah Rata-rata

29 62,06

29 74,82

41

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta analisis data yang dilakukan, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembelajaran matematika melalui penggunaan media dua dimensi yang

dilaksanakan secara optimal maka dapat meningkatkan prestasi belajar

sifat-sifat bangun dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas V SD

Negeri Sidomulyo Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo.

2. Pembelajaran matematika melalui penggunaan media dua dimensi

dilaksanakan secara optimal, maka dapat meningkatkan prestasi hasil

belajar matematika siswa.

3. Pembelajaran matematika melalui penggunaan media dua dimensi

dilaksanakan secara optimal, maka dapat mengetahui hambatan-hambatan

yang ditemukan dalam proses pembelajaran matematika.

Pada pertemuan terakhir seluruh aktivitas guru dan murid dalam

proses pembelajaran terlihat komunikatif. Guru dalam membimbing siswa

dalam menggunakan media dua dimensi terutama kepada siswa yang

kurang jelas sudah menunjukkan hasil yang memuaskan ini terbukti dari

hasil tes pada siklus II dengan memperoleh nilai rata-rata 74,82. Adapun

yang mendapat nilai ≥ 65 meningkat menjadi 27 siswa dari 29 siswa 93 %.

Selama penelitian dilaksanakan tidak ditemukan hambatan berarti,

penelitian hanya menemukan hambatan kecil pada siklus I. Hambatan tersebut

berupa siswa kesulitan untuk mengenal kembali nama bangun datar yang

terbentuk dari berbagai model. Kesulitan tersebut karena bentuk bangun datar

tersebut dengan letak dan warna yang berbeda.

43

Berdasarkan hambatan-hambatan yang ditemukan peneliti berusaha

memecahkan dengan mengulang nama bangun datar persegi dan persegi

panjang. Ternyata sifat persegi dan persegi panjang hampir sama. Karena

terbentuk dari 4 ruas garis. Tetapi pada persegi panjang, panjang ruas garis

yang berhadapan sama. Dengan demikian hambatan yang ditemukan telah

dapat teratasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disampaikan saran-saran

sebagai berikut :

1. Diharapkan guru-guru SDN Sidomulyo dalam proses pembelajaran

matematika selalu menggunakan media/alat peraga media dua dimensi

dalam menyampaikan materi pembelajaran pokok bahasan sifst-sifat

bangun datar.

2. Hendaknya dalam menggunakan alat/media peraga dua dimensi

diupayakan secara optimal supaya dapat berdaya guna dan berhasil guna.

3. Usahakan alat peraga dua dimensi yang digunakan tidak hanya diusahakan

oleh guru, tetapi juga siswa sehingga siswa ikut aktif terlibat dalam

pembelajaran tersebut.

4. Hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai refleksi bagi guru,

kepala sekolah, dan orang tua murid.

5. Usahakan sekolah ada laboratorium matematika walaupun wujudnya

sederhana.

43

44

DAFTAR PUSTAKA

M. Djahar Siddiq, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Mark K. Smith, dkk. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta:

Mirza Media Pustaka. Muhtar A. Karim, dkk. 1997. Pendidikan Matematika I. Malang: Depdikb ud. Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta. Nabisi Lapono, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti

Depdiknas. Nana Sudjana. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru. Oemar Humalik. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Angkasa. Siti Hawa. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen

Dikti Depdiknas. Tim Pengembang PGSD. 1998. Strategi Belajar Mengajar II. Jakarta: Depdikbud. Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.

44