Pengukuran, akurasi dan repeatability
-
Upload
tsulatsi-tamim -
Category
Engineering
-
view
5.782 -
download
149
description
Transcript of Pengukuran, akurasi dan repeatability
LAPORAN PRAKTIKUM ALAT BANTU DAN STATISTIKA
PENGUKURAN AKURASI DAN REPEATABILITY
DISUSUN OLEH :
Tsulatsi Tamim
12/333761/TK/40103
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
Daftar Gambar ...................................................................................................... iii
Daftar Tabel ........................................................................................................ iv
Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................. 2
Bab II Landasan Teori ...................................................................................... 3
2.1 Pengertian Akurasi, Presisi, Repeatability, dan Reproducibility ..... 3
2.2 Pengendalian Kualitas ...................................................................... 4
Bab III Metodologi Penelitian ........................................................................... 6
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 6
3.1 Alat dan Bahan ................................................................................ 6
3.1 Prosedur Praktikum ......................................................................... 6
Bab IV Hasil dan Pembahasan........................................................................... 7
Bab V Penutup ................................................................................................ 14
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 14
5.2 Saran .............................................................................................. 14
Daftar Pustaka .................................................................................................... 15
Lampiran ............................................................................................................. 16
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Ilustrasi mengenai akurasi dan presisi ............................................. 4
Gambar 2.2. Contoh control chart ....................................................................... 5
Gambar 4.1. Dimensi benda kerja ........................................................................ 7
Gambar 4.2. Grafik control chart pengukuran dimensi A .................................... 9
Gambar 4.3. Grafik control chart pengukuran dimensi B .................................. 10
Gambar 4.4. Grafik control chart pengukuran dimensi C .................................. 10
Gambar 4.5. Grafik control chart pengukuran dimensi D .................................. 10
Gambar 4.6. Grafik control chart pengukuran dimensi E .................................. 11
Gambar 4.7. Grafik control chart pengukuran dimensi F ................................... 11
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Hasil pengukuran velg depan .............................................................. 8
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dimensi sebuah part yang dihasilkan dalam proses produksi merupakan hal
yang sangat penting, karena nantinya bisa di assembly dengan part lain. Membuat
part dengan dimensi yang cukup akurat tentu tidak akan menjadi masalah jika
hanya memproduksi sebuah part, tetapi jika part tersebut diproduksi secara masal,
maka akan ditemukan bahwa dimensi part yang diproduksi akan memiliki
perbedaan dimensi satu sama lain. Oleh karena itu diperlukan pengendalian
kualitas produksi.
Pengendalian kualitas sangat penting bagi perusahaan dalam
mempertahankan mutu produk yang dihasilkan. Sebuah perusahaan yang tidak
menggunakan pengendalian kualitas produksi dalam proses produksinya dapat
mengalami kerugian terutama akibat benda yang cacat dan harus diperbaiki atau
dibuat ulang. Selain itu keluhan dari konsumen pun akan meningkat akibat produk
yang diproduksi tidak sesuai standar kualitas yang diharapakan konsumen yang
nantinya dapat membuat konsumen meninggalkan produk yang diproduksi
perusahaan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan pengendalian kualitas produksi
menjadi sangat penting.
Pengukuran dalam pengendalian produksi harus dilakukan secara akurat,
hal ini dilakukan untuk benar-benar menjamin ukuran dari benda yang diproduksi
sesuai dengan ukuran standar, selain itu pengukuran juga harus dilakukan secara
presisi, karena pengukuran dalam pengendalian produksi tidak cukup dilakukan
hanya sekali, tetapi berkali-kali sesuai dengan minimum sample yang dibutuhkan
untuk diukur dalam jumlah produksi tertentu.
2
1.2 Tujuan
1. Bekerja dengan menggunakan alat ukur yang paling tepat (mulai dari alat ukur
sederhana (mistar) dan jangka, vernier caliper manual, vernier caliper dial,
vernier caliper digital, dan micrometer) untuk mengendalikan kualitas produk.
2. Mampu mengidentifikasi ketepatan dan keberulangan pengukuran pada proses
pendalian kualitas produksi.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Akurasi, Presisi, Repeatability dan Reproducibility
Akurasi pengukuran atau pembacaan dapat didefinisikan sebagai selisih
atau kedekatan (closeness) antara nilai yang terbaca dari alat ukur dengan nilai
sebenarnya (Sistem Pengukuran & Kalibrasi). Dalam sebuah eksperimen, nilai
sebenarnya yang tidak pernah diketahui diganti dengan suatu nilai standar yang
diakui secara konvensional. Secara umum akurasi sebuah alat ukur ditentukan
dengan cara kalibrasi pada kondisi operasi tertentu dan dapat diekspresikan dalam
bentuk plus-minus atau presentasi dalam skala tertentu atau pada titik pengukuran
yang spesifik.
Presisi merupakan istilah yang dapat menyatakan derajat kebebasan sebuah
instrumen dari kesalahan acak (Sistem Pengukuran & Kalibrasi). Jika sejumlah
pembacaan diambil pada besaran input yang sama menggunakan instrumen
dengan presisi tinggi, maka sebaran pembacaan akan sangat kecil. Presisi yang
tinggi tidak berarti apa-apa terhadap akurasi sebuah pengukuran.
Repeability dapat digunakan untuk menggambarkan kedekatan (closeness)
keluaran pembacaan bila dimasukkan yang sama digunakan secara berulang-ulang
pada periode waktu yang singkat pada kondisi dan lokasi pengukuran yang sama,
dan dengan alat ukur yang sama. Reproducibility digunakan untuk menggambar
kedekatan ( closeness) keluaran pembacaan bila masukan yang sama digunakan
secara berulangulang. Persamaan pada keduanya adalah menggambarkan sebaran
keluaran pembacaan induvidual untuk masukan yang sama. Sebaran akan
mengacu pada repeatability bila kondisi pengukurannya tetap, dan akan mengacu
reproducibility kondisi pengukurannya berubah.
4
Gambar 2.1 Ilustrasi mengenai akurasi dan presisi
2.2. Pengendalian Kualitas
Kualitas dapat diartikan sebagai tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat
sesuatu. Sedangkan pengendalian kualitas atau quality control dapat diartiakan
sebagi sebagai sebuah sistem yang digunakan untuk mencapai standar kualitas yang
ditetapkan dari sebuah produk atau jasa. Kegiatan pengendalian kualitas dapat
meliputi inspecting, testing, dan grading dengan menggunakan statistik sebagai
tools untuk analisis data untuk pembanding dan estimasi yang baik untuk mencari
batasan mana suatu produk dapat diterima atau ditolak sehingga didapatkan
spesifikasi produk sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan.
Ada berbagai teknik perbaikan kualitas yang dapat digunakan atau disebut
dengan SPC (Statistical Process Control) dalam organisasi, salah satunya adalah peta
pengendali (control chart). Control chart adalah grafik yang digunakan untuk
mengkaji perubahan proses dari waktu ke waktu. Pembuatan control chart dalam
SPC bertujuan untuk mengidentifikasi setiap kondisi didalam proses yang tidak
terkendali secara statistik (out of control) karena pengendaliannya terhadap proses
maka control chart termasuk ke dalam aktivitas on line quality control.
Di dalam membuat control chart perlu diperhitungkan beberapa aspek
berikut :
a. Batas kontrol atas (upper control limit), yang dinotasikan dengan UCL,
digunakan untuk menentukan batas maksimum pengendalian kualitas.
5
𝑈𝐶𝐿 = �̿� + (3 × 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖)
Keterangan :
�̿� : Rata-rata keseluruhan
b. Garis tengah (central line), yang dinotasikan CL.
𝐶𝐿 = 𝑋 ̿ =∑ �̅�
𝑁
Keterangan :
�̿� : Rata-rata keseluruhan sampel
�̅� : Rata-rata setiap sampel
𝑁 : Jumlah sampel
c. Batas kontrol bawah (lower control limit), yang dinotasikan dengan LCL,
digunakan untuk menentukan batas maksimum dari pengendalian kualitas.
𝐿𝐶𝐿 = �̿� − (3 × 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖)
Keterangan :
�̿� : Rata-rata keseluruhan
Gambar 2.2. Contoh control chart
6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 30 Maret 2014 pada pukul
07.00 -09.30 di Laboratorium Proses dan Sistem Produksi Jurusan Teknik Mesin
dan Industri Universitas Gadjah Mada.
3.2 Alat dan Bahan
1. Model benda kerja yang berbentuk velg depan sebanyak 50 part.
2. Mistar ingsut digital dengan kecermatan 0.001 mm
3.3 Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum akurasi dan repeatability ini adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan 50 buah velg belakang.
2. Memilih salah satu alat ukur yang akan digunakan.
3. Melakukan pengukuran terhadap dimensi a, b, c, d, e, f pada benda kerja.
4. Mengulangi langkah 3 hingga mencapai 50 buah benda kerja.
5. Mencatat hasil pengukuran pada lembar kerja.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Benda kerja yang digunakan dalam pengukuran akurasi dan repeatability ini
adalah velg depan mobil mainan tamiya. Pengukuran dilakukan sebanyak 50 kali
terhadap 50 velg depan mobil mainan tamiya yang berbeda, masing-masing velg
dilakukan 5 kali pengukuran pada posisi yang berbeda seperti pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Dimensi benda kerja
Selain dimensi a, b, c, d yang harus diukur, terdapat dimensi lain yang dijadikan
objek pengukuran yaitu e dan f. Dimensi e sangat penting dilakukan pengukuran karena
part ini berhubungan dengan poros, apabila ukuran terlalu kecil dapat mengkibatkan
pecahnya daerah tersebut sehingga antara poros dengan velg dapat terjadi los. Selain
dimensi e, dimensi f juga penting dilakukan pengukuran karena dimensi f
mempengaruhi ketebalan velg yang akan berpengaruh pada stabilitas tamiya ketika
dijalankan apabila dimensi f antar velg berbeda. Hasil pengukuran 50 velg yang
dilakukan pada dimensi a, b, c, d, dan e dapat dilihat pada tabel 4.1.
a b
c d e f
8
Tabel 4.1 Hasil pengukuran velg depan
No. A B C D E F
1 1.01 9.84 17.09 19.98 4.46 15.56
2 1.01 9.58 17.21 19.98 4.6 15.27
3 0.78 9.05 16.86 19.53 4.47 14.82
4 1.09 9.73 16.33 20.13 4.48 15.24
5 1.14 9.56 17.26 19.94 4.57 15.36
6 1.02 9.62 17.26 20.04 4.46 14.72
7 1.01 9.78 17.24 20.04 4.49 15.26
8 1.04 9.79 17.2 20.01 4.62 15.38
9 1.04 9.86 17.4 20.05 4.57 15.1
10 1.02 9.86 17.34 20.09 4.55 15.12
11 1.03 9.55 17.09 19.88 4.45 15.14
12 1.04 9.78 17.35 20.08 4.47 14.82
13 1.06 9.76 17.21 20.09 4.55 14.9
14 1.13 9.59 17.45 20.1 4.59 15.28
15 1.03 9.79 17.29 20.03 4.53 14.75
16 1.08 9.84 17.34 20.13 4.56 14.75
17 1.05 9.86 17.34 19.88 4.55 15.27
18 1.06 9.72 17.37 20.07 4.48 14.88
19 1.02 9.91 17.34 20.01 4.49 15.43
20 1.09 9.84 17.19 19.79 4.45 15.33
21 1.09 9.83 16.46 19.51 4.2 15.02
22 0.95 9.46 17.01 19.77 4.19 14.9
23 0.97 9.6 16.76 20.04 4.22 14.91
24 0.82 9.21 16.94 19.91 4.27 14.6
25 0.82 9.43 17.01 19.97 4.22 15.29
26 0.98 9.5 16.66 19.58 4.13 15.11
27 0.79 9.36 16.6 19.26 4.3 14.46
28 0.88 9.76 17.06 19.26 4.23 15.01
29 0.75 9.56 17.25 19.63 4.31 14.88
30 0.81 9.41 16.91 19.72 4.76 14.54
31 0.77 9.43 16.71 19.63 4.3 15.03
32 0.78 9.41 16.83 19.88 4.27 14.44
33 1.11 9.48 16.76 20.11 4.59 15.49
34 0.79 9.56 16.64 19.6 4.5 14.72
35 1.19 9.4 17.1 20.24 4.47 14.35
9
No A B C D E F
36 1.09 9.31 17.23 19.92 4.45 15.38
37 1.02 9.49 17.3 20.11 4.41 14.48
38 1.02 9.99 17.12 19.97 4.8 15.08
39 0.78 9.78 16.82 19.57 4.52 15.09
40 1.09 9.63 17.32 20.26 4.7 14.79
41 1.07 9.6 17.34 20.15 4.5 14.71
42 0.78 9.67 16.87 19.52 4.39 14.72
43 1.05 9.68 17.34 20.05 4.48 15.19
44 1.03 9.59 17.86 20.04 4.53 14.86
45 1.06 9.57 17.31 19.95 4.49 15.3
46 1.05 9.56 17.12 20.02 4.44 15.19
47 0.93 9.91 16.86 19.9 4.53 15.14
48 1.06 9.28 17.19 20.05 4.48 15.28
49 1.08 9.69 17.25 19.59 4.62 14.98
50 1.09 9.65 17.16 19.89 4.39 15.43
S 0.11814 0.197912 0.28521 0.235043 0.465151 0.300168
CL 0.989 9.6222 17.099 19.899 4.4016 15.015
LCL 0.634581 9.028464 16.24337 19.19387 3.006147 14.1145
UCL 1.343419 10.21594 17.95463 20.60413 5.797053 15.9155
Gambar 4.2. Grafik control chart pengukuran dimensi A
10
Gambar 4.3. Grafik control chart pengukuran dimensi B
Gambar 4.4. Grafik control chart pengukuran dimensi C
Gambar 4.5. Grafik control chart pengukuran dimensi D
11
Gambar 4.6. Grafik control chart pengukuran dimensi E
Gambar 4.7. Grafik control chart pengukuran dimensi F
Dari hasil pengukuran yang disajikan dalam tabel 4.1. dapat diketahui bahwa
setiap dimensi memiliki standar deviasi (s) yang lebih dari 0. Hal ini menunjukan
bahwa ada perbedaan ukuran antara dimensi yang sama pada velg yang berbeda. Hal
ini dapat disebabkan oleh:
12
a. Alat ukur yang digunakan
Kepresisian dan keakuratan alat ukur sendiri juga dapat
mengakibatkan pengukuran berulang menghasilkan nilai pengukuran yang
berbeda.
b. Kemampuan, kecermatan dan ketelitian pengukur
Kemampuan, kecermatan dan ketelitian pengukur akan sangat
berpengaruh pada hasil pengukuran yang didapatkan. Pengukur yang tidak
memiliki kemampuan diatas tentu akan menghasilkan pengukuran yang
tidak baik dan kemungkinan menghasilkan standar deviasi yang semakin
besar.
c. Karakteristik dan ukuran benda yang diukur.
Bentuk dan ukuran benda yang diukur dapat mempengaruhi data
hasil pengukuran, bentuk yang rumit dan ukuran yang kecil akan
menyulitkan pengukuran.
d. Tipe velg
Pengukur mendapati bahwa velg bukan dari tipe yang benar-benar
sama. Hal ini dapat diketahui dari bentuk pola velg yang memiliki beberapa
variasi berbeda. Hal ini tentu dapat menjadi penyebab berbedanya data hasil
pengukuran.
Faktor-faktor diatas juga merupakan hal-hal yang mempengaruhi kepresisian
dan akurasi pengukuran pada proses pengendalian kualitas produksi.
Dari semua grafik control chart yang ada kita dapat mengetahui bahwa tidak
ada ukuran yang melewati LCL ataupun UCL hal ini menunjukan bahwa semua ukuran
dimensi dari velg masih dalam toleransi yang dapat diterima sehingga kualitas dari velg
yang ada sudah baik.
13
Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran akurasi dan repeatability 50 part
velg depan yang mengasilkan data pada tabel 4.1 ini adalah mistar ingsut digital.
Kelebihan mistar ingsut digital antara lain:
1. Ketelitian yang tinggi
Mistar ingsut digital dikenal memilki ketelitian yang tinggi, beberapa mistar
ingsut digital memiliki ketelitian hingga 0.001 mm.
2. Mudah dalam pembacaan
Bagi pengguna awam pun, mistal ingsut digital mudah digunkan kareana
hasil pengukuran sudah ditampilkan dalam hasil jadi yang tertera pada layar
3. Mudah dalam kalibrasi
Kalibrasi mistar ingsut cukup mudah yaitu hanya dengan menekan tombol
zero saat rahang sudah benar-benar tertutup.
4. Memilki fitur hold
Fitur ini berguna untuk menahan angka sehingga pembacaan dapat
dilakuakan setelah benda kerja dilepas tanpa terjadi perubahan nilai bacaan.
Kekurangan mistar ingsut digital antara lain:
1. Mahal
Mistar ingsut digital cenderung lebih mahal dari mistar ingsut biasa
2. Skala terlalu reaktif
Skala terlau reaktif sehingga hasil pengukuran dapat berbeda hanya dengan
menekan sedikit rahang ke benda kerja.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Terdapat berbagai macam jenis alat ukur yang dapat digunakan dalam
pengukuran akurasi dan repeatibility, seperti mistar, mistar ingsut nonius, mistar
ingsut dial, mistar ingsut digital dan alat ukur lain. Pemilihan alat ukur yang akan
digunakan bedasarkan ketelitiannya, bentuk, dan ukuran benda kerja menjadi
pertimbangan dalam melakukan pengukuran ini.
Di dalam suatu proses produksi perlu dilakukan pengendalian proses
produksi agar benda yang diproduksi dapat sesuai dengan satndar yang ditetapkan.
Pengendalian produksi dapat diintrepetasikan dengan control chart yang
menunjukkan keadaan benda berdasarkan batas toleransi. Pada pengukuran ini, 50
part velg yang digunakan sudah memiliki kualitas yang baik karena semua dimensi
memenuhi batas toleransi. Keakuratan dan kepresisian pada proses pengendalian
produksi dapat dipengaruhi oleh ketelitian alat ukur, kecermatan pengukur dan
karakteristik benda yang diukur.
5.2 Saran
Dalam melakukan pengukuran akurasi dan repeatability sebaiknya
dimulai dengan pemilihan alat ukur yang tepat. Kemudian cara yang digunakan
dalam mengukur dan kecermatan pengukur juga perlu diperhatikan agar tidak
terjadi kesalahan dalam pengukuran.
15
DAFTAR PUSTAKA
Sistem Pengukuran & Kalibrasi, http://share.its.ac.id/pluginfile.php/295/
mod_resource/ content/1/Modul_Ajar_Berpraktikum_1.pdf, diakses
tanggal 30 Maret 2014
https://www.academia.edu/5622234/Fis_1, diakses tanggal 30 Maret 2013
Laboratorium Proses dan Sistem Produksi. 2014. Petunjuk Umum Praktikum Alat
Bantu dan Metrologi Industri. Yogyakarta : Laboratorium Proses dan
Sistem Produksi.
16
LAMPIRAN