Penyakit asma revisi

34
MENGENAL PENYAKIT ASMA BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pernapasan atau respirasi adalah proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan. Sistem pernapasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran napas dan paru- paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen per hari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat- lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kali lipat. Namun dalam pernapasan juga dapat mengalami gangguan atau kelainan salah satunya yang kita kenal dengan penyakit asma. Asma adalah penyakit yang ditandai dengan penyempitan saluran napas sehingga penderita mengalami keluhan sesak napas atau kesulitan bernapas. Tingkat

description

 

Transcript of Penyakit asma revisi

Page 1: Penyakit asma revisi

MENGENAL PENYAKIT ASMA

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pernapasan atau respirasi adalah proses mulai dari pengambilan oksigen,

pengeluaran karbondioksida hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia

dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang

karbondioksida ke lingkungan. Sistem pernapasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan

atau saluran napas dan paru-paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada

yang melindunginya.

Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen per hari. Dalam

keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi

berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kali lipat. Namun dalam pernapasan

juga dapat mengalami gangguan atau kelainan salah satunya yang kita kenal dengan

penyakit asma.

Asma adalah penyakit yang ditandai dengan penyempitan saluran napas

sehingga penderita mengalami keluhan sesak napas atau kesulitan bernapas. Tingkat

keparahan asma ditentukan dengan mengukur kemampuan paru dalam menyimpan

oksigen. Asma merupakan penyakit yang tidak bisa dianggap sepele. Berdasarkan

data WHO tahun 2006, sebanyak 300 juta orang menderita asma dan 225 ribu

penderita meninggal karena asma di seluruh dunia. Angka kejadian asma 80 % terjadi

di negara berkembang akibat kemiskinan, kurangnya tingkat pendidikan, pengetahuan

dan fasilitas pengobatan. Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit asma di

seluruh dunia diperkirakan akan meningkat 20 persen untuk sepuluh tahun mendatang,

jika tidak terkontrol dengan baik.

Selama asma menyerang, saluran napas akan mengalami penyempitan dan

Page 2: Penyakit asma revisi

mengisinya dengan cairan lengket yang diproduksi oleh dinding bagian dalam yang

menyebabkan jalan udara menyempit dan mengurangi aliran keluar masuknya udara

ke paru-paru. Pada asma kambuhan sering menyebabkan gangguan seperti sulit tidur,

kelelahan, dan mengurangi tingkat aktivitas sehari-hari.

Asma secara relatif memang memiliki tingkat kematian yang rendah

dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya, namun demikian sedikitnya ratusan ribu

orang meninggal karena asma pada tahun 2005. Banyaknya penderita asma yang

meninggal dunia, dikarenakan oleh kontrol asma yang kurang atau kontrol asma yang

buruk (Depkes, 2008).

Walaupun asma merupakan penyakit yang dikenal luas oleh masyarakat,

namun penyakit ini kurang begitu dipahami, sehingga timbul anggapan dari sebagian

perawat dan masyarakat bahwa asma merupakan penyakit yang sederhana serta mudah

diobati dan pengelolaan utamanya dengan obat-obatan asma khususnya bronkodilator.

Maka timbul kebiasaan dari dokter atau perawat dan pasien untuk mengatasi

gejala penyakit asma saja, bukannya mengelola asma secara lengkap. Khususnya

terhadap gejala sesak nafas dan mengi dengan pemakaian obat-obatan. Pengetahuan

yang terbatas tentang asma membuat penyakit ini seringkali tidak tertangani dengan

baik (Ramaiah, 2006).

Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka kami akan membahas lebih lanjut

tentang penyakit asma. Sehingga masyarakat lebih memahami tentang penyakit asma,

faktor yang mempengaruhinya serta hal-hal apa yang dilakukan untuk perawatan

penyakit asma.

Page 3: Penyakit asma revisi

BAB II

PEMBAHASAN

1 DEFINISI ASMA

Penyakit asma berasal dari kata “Asthma” yang diambil dari bahasa yunani

yang berarti “sukar bernapas”. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak

napas, batuk yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Asma juga disebut

penyakit paru-paru kronis yang menyebabkan penderita sulit bernapas. Hal ini

disebabkan karena pengencangan dari otot sekitar saluran napas, peradangan, rasa

nyeri, pembengkakan dan iritasi pada saluran napas di paru-paru. Hal lain disebut

juga bahwa asma adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respon dari

trachea dan bronkus terhadap bermacam-macam stimuli yang di tandai dengan

penyempitan bronkus atau bronkiolus dan sekresi berlebih dari kelenjar di mukosa

bronkus.

Menurut National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP) pada

National Institute of Health (NIH) Amerika, asma (dalam hal ini asma bronkial)

didefinisikan sebagai penyakit radang/inflamasi kronik pada paru, yang dikarakterisir

oleh adanya :

1. penyumbatan saluran nafas yang bersifat reversible (dapat balik), baik secara

spontan maupun dengan pengobatan,

2. peradangan pada jalan nafas, dan

3. peningkatan respon jalan nafas terhadap berbagai rangsangan (hiper-

responsivitas) (NAEPP, 1997).

Pada saat seseorang menderita asma terkena faktor pemicunya, maka dinding

saluran mafasnya akan menyempit dan membengkak menyebabkan sesak napas.

Kadang dinding saluran napas dilumuri oleh lendir yang lengket sehingga dapat

menyebabkan sesak napas yang lebih parah. Jika tidak dapat ditangani dengan baik

maka asma dapat menyebabkan kematian.

Page 4: Penyakit asma revisi

2 Klasifikasi Penyakit Asma

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,

yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh alegren yang spesifik,

seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan

spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi

genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada alegren spesifik seperti yang

disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik. Reaksi yang timbul

pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi

mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal

dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan

antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang

terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan

bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut

meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan

menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,

zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik

eosinofilik dan bradikinin.

2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap faktor yang

tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh

adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat

dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi

bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari

bentuk alergik dan non-alergik.

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya

serangan asma bronkhial.

Page 5: Penyakit asma revisi

1. Faktor predisposisi

Genetik. Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum

diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi

biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya

bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika

terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya

juga bisa diturunkan.

2. Faktor presipitasi

A. Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (debu, bulu binatang,

serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi)

b) Ingestan, yang masuk melalui mulut (makanan dan obat-obatan)

c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (perhiasan, logam

dan jam tangan)

B. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering

mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan

faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan

berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau,

musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga

dan debu.

C. Stress

Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain

itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping

gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang

mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk

menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum

diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

D. Lingkungan kerja

Page 6: Penyakit asma revisi

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan

asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang

yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,

polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

E.Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika

melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat

paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena

aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

3 GEJALA-GEJALA PENYAKIT ASMA

Secara umum gejala penyakit asma adalah sesak napas, batuk berdahak, dan

suara napas yang berbunyi dimana serinya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang

waktu subuh, hal ini dikarenakan pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang

kadarnya rendah ketika pagi hari.

Penderita asma akan mengeluhkan sesak napas karena udara pada waktu

bernapas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran napas yang sempit hal ini

juga yang menyebabkan timbulnya bunyi pada saat bernapas. Pada penderita asma,

penyempitan saluran napas yang terjadi dapat berupa pegerutan dan tertutupnya

saluran oleh dahak yang diproduksi secara berlebihan dan menimbulkan batuk

sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut.

Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan diluar serangan. Artinya, pada

saat serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk, sesak

napas, hebat bahkan sampai tercekik) tetapi diluar serangan penderita sehat-sehat

saja. Inilah salah satu yang membedakannya dengan penyakit lain.

4. PATOFISIOLOGI PENYAKIT ASMA

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas

bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe

Page 7: Penyakit asma revisi

alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai

kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah

besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen

spesifikasinya.

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada

interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila

seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen

bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini

akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang

bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan

bradikinin.

Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal

pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen

bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan

saluran napas menjadi sangat meningkat Pada asma , diameter bronkiolus lebih

Page 8: Penyakit asma revisi

berkurang selama ekspirasi daripada

selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi

paksa menekan bagian luar bronkiolus.

Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya

adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama

selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan

baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.Hal ini menyebabkan dispnea.

Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama

serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa

menyebabkan barrel chest

.

5. MANIFESTASI KLINIK

A.   Asma Kronik

Asma kronik ditandai dengan episode dispnea yang disertai dengan bengek,

tapi gambaran klinik asma beragam. Pasien dapat mengeluhkan sempit dada, betuk

atau bunyi saat bernapas. Hal ini sering terjadi saat latihan fisik yang dapat terjadi

secara spontan atau berhubungan dengan allergen tertentu. Tanda-tandanya termasuk

bunyi disaat ekspirasi dengan pemeriksaan auskultasi, batuk kering yang berulang

atau tanda atopi.

Asma dapat bervariasi dari gejala harian kronik sampai gejala yang berselang.

Terdapat keparahan dan remisi berulang dan interval antar gejala mingguan, bulanan

atau tahunan. Keparahan ditentukan oleh fungsi paru-paru dan gejala sebelum terapi

disamping jumlah obat dalam mengontrol gejala. Pasien dapat menunjukkan gejala

berselang ringan yang tidak memerlukan pengobatan atau hanya penggunaan

sewaktu-waktu agonis beta inhalasi.

B.   Asma Parah Akut

Asma yang tidak terkontrol dapat berlanjut menjadi akut dimana inflamasi,

edema jalan udara, akumulasi mukus yang berlebihan dan bronkospasmus parah yang

menyebabkan penyempitan jalan udara yang serius tidak responsif terhadap terapi

bronkodilator biasa. Pasien mengalami kecemasan dan mengeluhkan dispnea parah,

Page 9: Penyakit asma revisi

nafas pendek, sempit dada atau rasa terbakar. Penderita mungkin hanya dapat

mengucapkan kata dalam satu napas. Gejala tidak responsif terhadap penanganan

biasa.

Tanda termasuk bunyi yang terdengar dengan auskultasi saat inspirasi dan

ekspirasi, batuk kering yang berulang, takhipnea, kulit pucat atau kebiruan dan dada

yang mengembang disertai dengan retraksi interkostal dan supra klavilar. Bunyi nafas

dapat hilang bila obstruksi sangat parah.

6. PENATALAKSANAAN PENYAKIT ASMA

Tujuan pengobatan asma bronkial adalah agar penderita dapat hidup

normal, bebas dari serangan asma serta memiliki faal paru senormal mungkin,

mengurangi reaktifasi saluran napas, sehingga menurunkan angka perawatan dan

angka kematian akibat asma Suatu kesalahan dalam penatalaksanaan asma dalam

jangka pendek dapat menyebabkan kematian , sedangkan jangka panjang dapat

mengakibatkan peningkatan serangan atau terjadi obstruksi paru yang menahun.

Untuk pengobatan asma perlu diketahui juga perjalanan penyakit,

pemilihan obat yang tepat cara untuk menghindari faktor pencetus Dalam penanganan

pasien asma penting diberikan penjelasan tentang cara penggunaan obat yang benar,

pengenalan dan pengontrolan faktor alergi. Faktor alergi banyak ditemukan dalam

rumah seperti tungau debu rumah alergen dari hewan, jamur, dan alergen di luar

rumah seperti zat yang berasal dari tepung sari, ja mur, polusi udara. Obat aspirin dan

anti inflamasi non steroid dapat menjadi faktor pencetus asma. Olah raga dan

peningkatan aktivitas secara bertahap dapat mengurangi gejala asma. Psikoterapi dan

fisioterapi perlu diberikan pada penderita asma.

Prinsip umum pengobatan penyakit asma adalah :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara

2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan

asma

3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai

penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan

penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang

Page 10: Penyakit asma revisi

diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.

PENGOBATAN PADA ASMA ADA DUA YAKNI :

A.    Terapi Non Farmakologi

Untuk terapi non farmakologi, dapat dilakukan dengan olah raga secara

teratur, misalnya saja renang. Sebagian orang berpendapat bahwa dengan berenang,

gejala sesak nafas akan semakin jarang terjadi. Hal ini mungkin karena dengan

berenang, pasien dituntut untuk menarik nafas panjang-panjang, yang berfungsi untuk

latihan pernafasan, sehingga otot-otot pernafasan menjadi lebih kuat. Selain itu, lama

kelamaan pasien akan terbiasa dengan udara dingin sehingga mengurangi timbulnya

gejala asma.

Namun hendaknya olah raga ini dilakukan secara bertahap dan dengan

melihat kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan penjelasan kepada pasien agar

menghindari atau menjauhkan diri dari faktor-faktor yang diketahui dapat

menyebabkan timbulnya asma, serta penanganan yang harus dilakukan jika serangan

asma terjadi

Terapi non Farmakologi dapat juga diberikan dengan cara

pendekatan ,edukasi dan pemahaman tentang penyakit asma.Edukasi dan pemahaman

tentang penyakit asma,edukasi dan pemahaman tentang penyakit asma bertujuan

untuk:

1. Meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit secara umum dan

pola penyakit asma sendiri,

2. Meningkatkan keterampailan (kemampuan dalam penanganan asma

sendiri/asma mandiri.

3. Meningkjatkan rasa percaya diri

4. Meningkatkan kepatuhan.

5. Membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaa dan

mengontrol asma.

Terapi farmakologi

Page 11: Penyakit asma revisi

Terapi farmakologi adalah pengobatan asma dengan memberikan obat-obatan tertentu

untuk meringankan, mencegah, mengurangi atau mengobati rasa sakit yang

ditimbulkan oleh penyakit asma. Pada saat ini obat asma dibedakan dalam dua

kelompok besar yaitu reliever dan controller.

Reliever adalah obat yang cepat menghilangkan gejala asma yaitu obstruksi saluran

napas.Sedangkan Controller adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan asma

yang persisten

Terapi farmakologi untuk mengobati penyakit asma diantaranya adalah:

1. Simpatomimetik 

Agonis bekerja diperlama (seperti salmeterol dan furmoterol) digunakan, bersamaan

dengan obat antiinflamasi, untuk kontrol jangka panjang terhadap gejala yang timbul

pada malam hari. Obat golongan ini juga dipergunakan untuk mencegah

bronkospasmus yang diinduksi oleh latihan fisik.

2. Xantin

Untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial dan bronkospasme

reversibel yang berkaitan dengan bronkhitis kronik dan emfisema, yaitu :

Aminofilin dapat diberikan melalui intravena lambat atau diberikan dalam

bentuk infus (biasanya dalam 100-200 mL) dekstrosa 5% atau injeksi Na Cl

0,9%. Kecepatan pemberian jangan melebihi 25 mg/mL. 

Teofilin. Dosis yang diberikan tergantung individu. Penyesuaian dosis

berdasarkan respon klinik dan perkembangan pada fungsi paru-paru

3. Antikolinergik

Ipratropium Bromida. Digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi

dengan bronkodilator lain (terutama beta adrenergik) sebagai bronkodilator

dalam pengobatan bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit paru-

paru obstruktif kronik, termasuk bronkhitis kronik dan emfisema. 2 inhalasi

Page 12: Penyakit asma revisi

(36 mcg) empat kali sehari. Pasien boleh menggunakan dosis tambahan tetapi

tidak boleh melebihi 12 inhalasi dalam sehari.

Tiotropium Bromida. Tiotropium digunakan sebagai perawatan

bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit paru obstruksi kronis

termasuk bronkitis kronis dan emfisema. Cara penggunaan kapsul dihirup,

satu kali sehari dengan alat inhalasi Handihaler.

4. Kromolin Sodium dan Nedokromil

Kromolin Natrium. Asma bronchiale (inhalasi, larutan dan aerosol) :

sebagaipengobatan profilaksis pada asma bronkial. Kromolin diberikan

teratur, harian pada pasien dengan gejala berulang yang memerlukan

pengobatan secara reguler. Larutan nebulizer : dosis awal 20 mg diinhalasi 4

kali sehari dengan interval yang teratur. Efektifitas terapi tergantung pada

keteraturan penggunaan obat.

Nedokromil Natrium. Digunakan sebagai terapi pemeliharaan untuk pasien

dewasa dan anak usia 6 tahun atau lebih pada asma ringan  sampai sedang.

Dosis dan cara penggunaan : 2 inhalasi, empat kali sehari dengan interval

yang teratur untuk mencapai dosis 14 mg/hari.

5. Kortikosteroid

Terapi pemeliharaan dan propilaksis asma, termasuk pasien yang memerlukan

kortikosteoid sistemik, pasien yang mendapatkan keuntungan dari penggunaan dosis

sistemik, terapi pemeliharaan asma dan terapi profilaksis pada anak usia 12 bulan

sampai 8 tahun. Yaitu: Beklometason,  Budesonid,  Flutikason,  Flunisolid,

Mometason (Wells BG, 2006: 826-864).

Page 13: Penyakit asma revisi

MENGENAL PE NYAKIT ASMA DISERTAI DENGAN LAMPIRAN

GAMBAR BESERTA KETERANGAN

1. Sistem Pernapasan Manusia

Sistem Pernapasan Atas Hidung Udara yang masuk akan mengalami proses

penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan di hidung Faring Merupakan saluran

yang terbagi 2, untuk udara dan makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring

yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan

kuman yang masuk bersama udara. Laring Sering disebut jakun, berperan dalam

menghasilkan suara dan berfungsi mempertahankan kepatenan jalan napas dan

melindungi jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk Sistem Pernapasan

Bawah Trakea Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilgo

yang menghubungkan laring dengan bronkus utama kiri dan kanan. Keseluruhan jalan

napas membentuk pohon bonkus Lung Terletak di sebelah kiri dan kanan yang

masing-masing terdiri dari beberapa lobus (paru kanan tiga lobus dan paru kiri 2

lobus) dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian

jalan napas yang bercabang-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru, dan

jaringan ikat elastis.

Page 14: Penyakit asma revisi

2. Respon Kekebalan Tubuh

Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan

jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya

peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil

diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini

menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.

Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga

bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di

sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang

menyebabkan terjadinya:

kontraksi otot polos

peningkatan pembentukan lendir

perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki.

Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang

mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang

terdapat di dalam rumah atau bulu binatang.

Page 15: Penyakit asma revisi

3. Asma terjadi karena penyempitan, peradangan

Dan kontriksi otot bronkus

Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang

penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa

berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam,

bahkan selama beberapa hari. Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di

dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga

bisa merupakan satu-satunya gejala. Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi

semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan,

penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.Pada serangan yang sangat berat,

penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Meskipun telah

mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh

sempurna.Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita

seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur

kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan

Page 16: Penyakit asma revisi

oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan.Kadang

beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara

terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar

organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita

4 saluran nafas normal dan saluran nafas penderita asma

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas

bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe

alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai

kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah

besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen

spesifikasinya.

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada

interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila

seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen

bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini

akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang

bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan

bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema

lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam

lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan

tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.

Page 17: Penyakit asma revisi
Page 18: Penyakit asma revisi

7.PATHWAYASMA

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Diagnosa I : ketidakefektifan jalan nafas yang berhubungan dengan

adanya bronkhokonstriksi, bronkhopasme, edema mukosa dan

dinding bronchus, serta sekresi mucus yang kental.

b. Diagnosa II: gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan

gangguan suplai oksigen dan kerusakan alveoli.

Page 19: Penyakit asma revisi

c. Diagnosa III: gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan

d. Diagnosa IV : Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan

informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan

pengobatan.

e.

9. INTERVENSI

Diagnosa I :ketidakefektifan jalan nafas yang berhubungan dengan adanya

bronkhokonstriksi, bronkhopasme, edema mukosa dan dinding bronchus, serta

sekresi mucus yang kental.

Kriteria hasil:

1. Pasien dapat mendemonstrasikan batuk efektif.

2. Pasien dapat menyebutkan strategi untuk menurunkan kekentalan

sekresi.

3. Tidak ada lagi suara nafas tambahan dan wheezing.

Intervensi yang di lakukan secara mandiri:

1. kaji warna, kekentalan, dan jumlah sputum.

2. atur posisi semifowler.

3. ajarkan cara batuk efektif.

4. bantu klien latihan nafas dalam.

5. pertahankan intake cairan min.2500 ml/hari

6. askultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis mengi, krekels, dan

ronki.

7. kaji frekuensi pernafasan

8. Pertahankan polusi lingkungan minimum.

Intervensi yang dilakukan secara kolaborasi :

1. kolaborasi pemberian obat Bronkodilator , mis: Nebulizer via inhalasi

2. kolaborasi pemberian obat Xantin, mis aminofilin, oxtrifilin, dll

Page 20: Penyakit asma revisi

Diagnosa II:gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan suplai

oksigen dan kerusakan alveoli.

Kriteria hasil:

1. Dapat mendemonstrasikan batuk efektif

2. menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat

dengan GDA dalam rentang normal.

Intervensi yang dilakukan secara mandiri :

1. kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot

aksesori, nafas bibir, ketidakmampuan bicara.

2. atur posisi semifowler

3. auskultasi bunyi nafas , catat area penurunan aliran udara dan/atau

bunyi tambahan.

4. palpasi fremitus.

5. awasi tanda vital dan irama jantung.

Intervensi yang dilakukan secra kolaborasi

1. awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.

2. berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA

dan toleransi  pasien.

Diagnosa III :gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan penurunan nafsu makan.

Kriteria hasil :

1. Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan

yang tepat

2. Menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk

meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi yang dilakukan secara mandiri:

1. Kaji kebiasaan diet, masukkan makanan saat ini.  Catat

derajat kesulitan makan.  Evaluasi berat badan dan ukuran

tubuh.

2. Auskultasi bunyi usus

Page 21: Penyakit asma revisi

3. Berikan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah

khusus untuk sekali pakai dan tisu

4. Dorong periode istirahat semalam 1 jam setelah dan

sebelum makan.  Berikan makan porsi kecil tapi sering

5. Hindari makanan yang panas atau dingin

6. Timbang berat badan sesuai indikasi

Intervensi yang dilakukan secara kolaborasi :

1. Konsul ahli gizi untuk memberikan makanan yang mudah

dicerna, secara nutrisi seimbang

2. Kaji pemeriksaan laboratorium, misalnya albumin serum,

transferin, profil asam amino.

Diagnosa IV :Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan informasi yang

tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan.

Kriteria hasil :

1. Menyatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan tindakan

2. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses penyakit

dan menghubungkan dengan faktor penyebab

3. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam ptogram

pengobatan.

Intervensi yang dilakukan secara mandiri :

1. Instruksikan rasional untuk latihan napas,batuk efektif,latihan

kondisi umum

2. Diskusikan obat pernapasan,efek samping,dan reaksi yang tak

diinginkan.

3. Tekankan pentingnya perawatan oral

4. Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi

pernapasan aktif.  Tekankan perlunya vaksinasi influenza

Page 22: Penyakit asma revisi

5. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi.  Dorong

pasien untuk mencari cara mengontrol faktor ini dan sekitar rumah

6. Kaji efek bahaya merokok dan menasehatkan menghentikan rokok

pada pasien atau orang terdekat

7. Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas dan aktivitas

pilihan dengan periode istirahat untuk mencegah kelemahan, cara

menghemat energi selama aktivitas

8. Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medik, foto dada

periodik, dan kultur sputum.

9. Kaji kebutuhan oksigen untuk pasien yang pulang dengan oksigen

tambahan

10. Anjurkan pasien atau orang terdekat dalam penggunaan oksigen

aman dan merujuk ke perusahaan penghasil sesuai indikasi

11. Rujuk untuk evaluasi perawatan di rumah bila diindikasikan. 

Berikan rencana rencana perawatan detil dan pengakjian dasar

fisik untuk perawatan di rumah sesuai kebutuhan pulang dari

perawatan akut.

Page 23: Penyakit asma revisi

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pengobatan asma harus dilakukan secara tepat dan benar untuk mengurangi gejala

yang timbul. Pengobatan asma memerlukan kerja sama antara pasien, keluarga, dan

dokternya. Oleh karena itu pasien asma dan keluarganya harus diberi informasi

lengkap tentang obat yang dikonsumsinya; kegunaan, dosis, aturan pakai, cara pakai

dan efek samping yang mungkin timbul. Pasien hendaknya juga menghindari faktor

yang menjadi penyebab timbulnya asma. Selain itu, pasien harus diingatkan untuk

selalu membawa obat asma kemanapun dia pergi, menyimpan obat-obatnya dengan

baik, serta mengecek tanggal kadaluarsa obat tersebut. Hal ini perlu diperhatikan agar

semakin hari kualitas hidup pasien semakin meningkat.

Page 24: Penyakit asma revisi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998, Buku Saku Kedokteran Dorland edisi 25, Penerbit ECG,

Jakarta

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta

Boushey H.A., 2001, Obat-obat Asma dalam Katzung, B.G., Farmakologi

Dasar & Klinik, Ed.I, diterjemahkan oleh Sjbana, D., dkk, Salemba Medika,

Jakarta

Mulia, yuiyanti J, 20002, Perkembangan patogenesis dan pengobatan asma

bronchial. Penerbit EGC, trisakti, Jakarta

Tanjung, dudut.2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronchial.USU Digital

library.Sumatra Utara

Adnyana, I Ketut dkk, 2008. ISO Farmakoterapi. PT.ISFI.Jakarta

Fairawan, Sulfan.2008.Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang penyakit

asma dengan sikap penderita dalam perawatan asma pada pasien rawat jalan

di balai kesehatan paru masyarakat (BBKPM).Skripsi.Surakarta

Maryono.2009.hubungan antara faktor lingkungan dengan kekambuhan asma

bronchial pada klien pasien rawat jalan di poliklinik paru instalasi rawat jalan

RSUD.DR MOEWARDI Surakarta.Skripsi

http://www.kajianpustaka.com/2012/11/pengobatan-penyakit

asma.html#ixzz2O45W2j2S