PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DI …digital.library.ump.ac.id/475/2/24. Full...
Transcript of PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DI …digital.library.ump.ac.id/475/2/24. Full...
Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP
“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”
ISBN 978-602-6697-38-7 Purwokerto, 10 Agustus 2019
263
PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT
DI KABUPATEN BARITO KUALA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Rosalina Kumalawati¹, Dianita Anjarini2, Elisabeth3
¹Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan IPS, FKIP ULM 2Magister Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Email: [email protected]
ABSTRAK
Kebakaran hutan dan lahan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia
biasanya selalu terjadi setiap tahun pada musim kemarau. Penyebab kebakaran hutan dan
lahan gambut adalah akibat ulah manusia. baik yang sengaja melakukan pembakaran
ataupun akibat kelalaian dalam menggunakan api, hal ini didukung oleh kondisi-kondisi
tertentu yang membuat rawan terjadinya kebakaran. seperti gejala El Nino, kondisi fisik
gambut yang terdegradasi dan rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat. Penyebab
kebakaran oleh manusia. Kebakaran lahan gambut lebih berbahaya di bandingkan
kebakaran pada lahan kering (tanah mineral). selain kebakaran vegetasi di permukaan.
lapisan gambut juga terbakar dan bertahan lama. sehingga menghasilkan asap tebal akibat
terjadi pembakaran tak-sempurna. Studi ini untuk mengetahui Penyebab Kebakaran
Hutan dan Lahan Gambut di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan, Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dan
kepustakaan (library research). Hasil penelitian menunjukan beberapa faktor terjadinya
kebakaran hutan dan lahan gambut, antara lain Kadar Air Gambut, Tingkat Dekomposisi
Gambut, Tinggi Muka Air, Air Hujan. Penyebab kebakaran hutan dan lahan gambut
adalah akibat manusia dan alam.
Kata Kunci : Penyebab Kebakaran, Kebakaran, Hutan dan Lahan Gambut
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Perkembangan industri dan
pertanian akan terus meningkat sejalan dengan pembangunan diIndonesia. Hal tersebut
berdampak meningkatnya kebutuhan akan pembukaanlahanbaru demi menunjang
keberlangsungan dibidang industri maupun pertanian. Pembukaan lahan dengan cara
membakar hutan menjadi pilihan para petani dan perusahaan karena dianggap mudah dan
murah, dampak dari pembukaan lahan dengan membakar hutan dalam skala besar dan
dan waktu bersamaan mengakibatkan terjadinya kabut asap.
Kabut asap di Indonesia selalu terjadi pada musim kemarau, yaitu dari bulan agustus
hingga oktober atau pada masa peralihan atau transisi (Fachmi Rasyid. 2014).Sering kita
jumpai, sebuah kejadian baru disebut bencana apabila telah terjadi korban manusia.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa disebabkan oleh alam, manusia,
dan/atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta
benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana, prasarana, dan utilitas umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat
(Sudibyakto, 2011).
Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP
“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”
ISBN 978-602-6697-38-7 Purwokerto, 10 Agustus 2019
264
Kebakaran hutan merupakan suatu bencana yang sangat merugikan banyak orang, di
Indonesia sering kali terjadi kebakaran hutan yang membawa dampak yang buruk bagi
masyarakat dan negara. Kebakaran hutan terutama hutan alam tidak hanya merusak
vegetasi, tetapi semua unsur ekosistem termasuk kehidupan satwa liar, kondisi tanah, air
dan udara. Kerugian lain yang diakibatkan kebakaran hutan ini adalah hilangnya
keanekaragaman yang dimiliki suatu daerah.
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi Kalimantan Selatan termasuk cukup besar
karena kondisi eksisting wilayah yang sebagian besar adalah kawasan hutan dan lahan
gambut yang mudah terbakar. Kebakaran hutan dan lahan di Propinsi Kalimantan Selatan
selain dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan menimbulkan penyakit infeksi pada
saluranpernapasan (ispa) juga dapat menganggu kelancaran transportasi akibat visibility
yang jelek terutama transportasi udara. Salah satu kabupaten yang masuk dalam prioritas
restorasi gambut dari Badan Restorasi Gambut Indonesia pada tahun 2017 adalah
Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan. Kabupaten Barito Kuala adalah salah satu
kabupaten juga di Kalimantan Selatan yang mempunyai gambut tebal dan dalam (WII,
2011; Kumalawati 2017).
Daerah gambut merupakan kawasan dengan kondisi eksisting yang sebagian besar
berupa kawasan hutan dan lahangambut yang mudah terbakar, hal tersebut jika tidak
diimbangi dengan meningkatkan kewaspadaan dengan mengenali kerentanan dalam
menghadapi bencana kebakaran dikhawatirkan dampak dan kerugian menjadi lebih besar.
Kebakaran hutan dan lahan terjadi disebabkan oleh 2 (dua) faktor utama yaitu faktor
alami dan faktor kegiatan manusia yang tidak terkontrol. Faktor alami antara lain oleh
pengaruh El-Nino yang menyebabkan kemarau berkepanjangan sehingga tanaman
menjadi kering. Tanaman kering merupakan bahan bakar potensial jika terkena percikan
api yang berasal dari batubara yang muncul dipermukaan ataupun dari pembakaran
lainnya baik disengaja maupun tidak disengaja. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
kebakaran bawah (ground fire) dan kebakaran permukaan (surface fire). Berdasarkan latar
belakang di atas perlu dilakukan penelitian dengan judul “Penyebab Kebakaran Hutan
dan Lahan di Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan”.
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan pendekatan survei pada setiap penggunaan lahan dan
merupakan penelitian kuantitatif. Seluruh gambaran analisis data yang ditemukan di
lapangan akan dirangkai menjadi sebuah strategi pengurangan risiko bencana kebakaran
dengan di dukung oleh data yang ada. Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah penelitian lapangan (field research) dan kepustakaan (library research).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pembakaran (combustion) merupakan kebalikan dari reaksi fotosintesis,
dimana kebakaran hanya akan terjadi apabila unsur bahan bakar, oksigen dan panas
sebagai unsur-unsur segitiga api bersatu. Berdasarkan tipe bahan bakar dan sifat
pembakarannya, kebakaran hutan dan lahan di daerah gambut dapat dikelompokkan
menjadi tiga tipe, yaitu:
1. Kebakaran bawah (ground fire) merupakan tipe kebakaran dimana api membakar
bahan organik di bawah permukaan;
Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP
“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”
ISBN 978-602-6697-38-7 Purwokerto, 10 Agustus 2019
265
2. Kebakaran permukaan (surface fire) yaitu tipe kebakaran dimana api membakar
bahan bakar permukaan yang berupa serasah, semak belukar, anakan, pancang, dan
limbah pembalakan;
3. Kebakaran Tajuk (crown fire) merupakan tipe kebakaran yang membakar tajuk
pohon (bagian atas pohon).
Kebakaran di lahan gambut biasanya diawali dengan penyulutan api di atas
permukaan tanah. Api akan bergerak ke segala arah, bawah permukaan, atas permukaan,
kiri, kanan, depan dan belakang. Penjalaran api ke bawah permukaan yang membakar
lapisan gambut dipengaruhi oleh kadar air lapisan gambut dan tidak dipengaruhi angin
sebagai kebakaran bawah (ground fire). Api akan bergerak ke atas permukaan
dipengaruhi oleh kecepatan dan arah angin sebagai kebakaran permukaan (surface fire)
dan bila mencapai tajuk pohon akan menjadi kebakaran tajuk (crown fire). Bagian
pohon/ranting/semak yang terbakar dapat diterbangkan angin dan jatuh ke tempat baru
sehingga menyebabkan kebakaran baru sebagai api loncat (spot fire/spotting) (lihat
Gambar 1).
Gambar 1. Karakteristik Kebakaran di Gambut
Kebakaran gambut didominasi oleh proses smoldering yang menghasilkan emisi
partikel tinggi dan karbon monoksida. Pada waktu bahan bakar hutan terbakar, karbon
dilepaskan dalam bentuk karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon, bahan-bahan
partikel dan zat lain dengan jumlah yang menurun (Ward, 1990). CO2 merupakan emisi
terbesar yang dilepaskan ke atmosfir sebagai hasil dari pembakaran. Bersama dengan uap
air CO2 mencapai 90 % dari emisi atmosfir dari kebakaran. CO umumnya dihasilkan
melalui pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar lembab (basah) dan termasuk
polutan udara. Methane (CH4) adalah gas rumah kaca ketiga terbesar berlimpah yang
Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP
“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”
ISBN 978-602-6697-38-7 Purwokerto, 10 Agustus 2019
266
didistribusikan terhadap pemanasan global. Kira – kira sebanyak 10 % methane
dilepaskan ke atmosfir setiap tahun datang dari pemanasan global (Andreae, 1991 dalam
Nurhayati dkk, 2010).
Standar Nasional Indonesia (SNI), kebakaran adalah sebuah fenomena yang terjadi
ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen
(sebagai contoh) yang menghasilkan panas, nyala api, cahayaa, asap, uap air, karbon
monoksida, karbondioksida, atau produk dan efek lain. Karakteristik kebakaran di lahan
gambut berbeda-beda (lihat Tabel 1).
Tabel 1. Karakteristik Kebakaran di Lahan Gambut
No. Karakteristik Kebakaran
di Lahan Gambut Jawab Jumlah Responden
Persentase
(%)
1. Kebakaran Bawah Ya 200 100
Tidak 0 0
2. Kebakaran Permukaan Ya 200 100
Tidak 0 0
3. Kebakaran Tajuk Ya 200 100
Tidak 0 0
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2018
Gambar 2. Karakteristik Kebakaran
Tabel 1 menunjukan jawaban dari 200 responden mengenai karakteristik kebakaran
di lahan gambut. Seluruh responden menjawab ya terhadap kebakaran bawah, permukaan,
dan tajuk. Karakteristik kebakaran di lahan gambut ada kebakaran bawah, kebakaran
permukaan dan kebakaran tajuk. Faktor yang mempengaruhi kebakaran gambut dapat
dilihat pada Tabel 2.
0 %
20 %
40 %
60 %
80 %
100 %
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Kebakaran Bawah Kebakaran
Permukaan
Kebakaran Tajuk
Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP
“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”
ISBN 978-602-6697-38-7 Purwokerto, 10 Agustus 2019
267
Tabel 2. Faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Gambut
No. Faktor yang mempengaruhi
Kebakaran Gambut Jawab
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
1. Kadar Air Gambut Ya 150 75
Tidak 50 25
2. Tingkat Dekomposisi Gambut Ya 100 50
Tidak 100 50
3. Tinggi Muka Air Ya 100 50
Tidak 100 50
4. Air Hujan Ya 150 75
Tidak 50 25
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2018
Gambar 3. Faktor Yang Mempengaruhi Kebakaran
Tabel 2 memberikan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi kebakaran
menurut 200 responden. Faktor kadar air gambut dan air hujan dijawab ya oleh 75%
responden, sedangkan faktor tinggi dekomposisi gambut dan tinggi muka air memiliki
persentase 50:50 untuk jawaban ya atau tidak dari seluruh responden, oleh karena itu
kurangnya air hujan membuat lahan gambut kekurangan kadar air yang membuat lahan
menjadi kering mudah terbakar.
Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari suatu proses kebakaran akan dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan dimana pembakaran tersebut dilakukan, baik kondisi bahan
bakar maupun cuaca. Emisi gas dari suatu kebakaran tergantung pada ekosistem seperti
potensi bahan bakar, kadar air bahan bakar, keadaan alam, perilaku api dan karakteristik
kebakaran yang terjadi (Levine dkk,1995 dalam Nurhayati dkk, 2010).
Penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang dapat menimbulkan hotspot
dibagi menjadi 2 bagian yaitu alami dan buatan (manusia). Penyebab alami dipengaruhi
oleh adanya pengaruh dari penyimpangan iklim seperti El Nino maupun osilasi atmosfer
di atas Samudera Hindia yang menyebabkan kondisi cuaca yang ekstrem di beberapa
wilayah di Indonesia termasuk di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan. Iklim
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Kadar Air
Gambut
Tingkat
Dekomposisi
Gambut
Tinggi Muka
Air
Air Hujan
Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP
“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”
ISBN 978-602-6697-38-7 Purwokerto, 10 Agustus 2019
268
yang ekstrem disini seperti terjadinya musim kemarau dalam waktu yang sangat panjang
sehingga cuaca menjadi sangat panas (SSFMP, 2004). Penyebab buatan kebanyakan
dilakukan oleh masyarakat dan pengelola HTI untuk pembukaan lahan (WARSI, 2003).
Selain itu juga karena adanya illegal logging, degredasi lahan, pembukaan lahan untuk
pemukiman dan pertanian serta perkebunan oleh masyarakat setempat dengan jalan
membakar hutan (FFPMP, 2000 dan Syaipul Bakhori, 2004).
Faktor sosial budaya masyarakat mempunyai andil yang paling besar terhadap adanya
kebakaran hutan. Beberapa faktor penyebab kebakaran hutan antara lain :
1. Penggunaan api dalam kegiatan persiapan lahan
Masyarakat di sekitar kawasan hutan seringkali menggunakan api untuk
persiapan lahan, baik untuk membuat lahan pertanian maupun perkebunan seperti
kopi dan coklat. Perbedaan biaya produksi yang tinggi menjadi satu faktor
pendorong penggunaan api dalam kegiatan persiapan lahan. Metode penggunaan api
dalam kegiatan persiapan lahan dilakukan karena murah dari segi biaya dan efektif
dari segi waktu dan hasil yang dicapai cukup memuaskan.
2. Adanya kekecewaan terhadap sistem pengelolaan hutan
Berbagai konflik sosial sering kali muncul di tengah-tengah masyarakat sekitar
kawasan hutan. Konflik yang dialami terutama masalah konflik atas system
pengelolaan hutan yang tidak memberikan manfaat ekonomi pada masyarakat.
Adanya rasa tidak puas sebagian masyarakat atas pengelolaan hutan bisa memicu
masyarakat untuk bertindak anarkis tanpa memperhitungkan kaidah konservasi
maupun hukum yang ada. Terbatasnya pendidikan masyarakat dan minimnya
pengetahuan masyarakat akan fungsi dan manfaat hutan sangat berpengaruh terhadap
tindakan mereka dalam mengelola hutan yang cenderung desdruktif.
3. Pembalakan liar atau illegal logging.
Kegiatan pembalakan liar atau illegal logging lebih banyak menghasilkan lahan-
lahan kritis dengan tingkat kerawanan kebakaran yang tinggi. Seringkali, api yang
tidak terkendali secara mudah merambat ke areal hutan-hutan kritis tersebut.
Kegiatan pembalakan liar atau illegal logging seringkali meninggalkan bahan bakar
(daun, cabang, dan ranting) yang semakin lama semakin bertambah dan menumpuk
dalam kawasan hutan yang dalam musim kemarau akan mengering dan sangat
bepotensi sebagai penyebab kebakaran hutan.
4. Kebutuhan akan Hijauan Makanan Ternak (HMT)
Kehidupan masyarakat sekitar kawasan hutan tidak lepas dari ternak dan
penggembalaan. Ternak (terutama sapi) menjadi salah satu bentuk usaha sampingan
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Kebutuhan akan HMT dan areal
penggembalaan merupakan salah satu hal yang harus dipenuhi. Untuk mendapatkan
rumput dengan kualitas yang bagus dan mempunyai tingkat palatabilitas yang tinggi
biasanya masyarakat membakar kawasan padang rumput yang sudah tidak produktif.
Setelah areal padang rumput terbakar akan tumbuh rumput baru yang kualitasnya
lebih bagus dan kandungan gizinya tinggi.
Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP
“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”
ISBN 978-602-6697-38-7 Purwokerto, 10 Agustus 2019
269
5. Perambahan hutan
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya sebagai agen penyebab kebakaran hutan
adalah migrasi penduduk dalam kawasan hutan (perambah hutan). Disadari atau
tidak bahwa semakin lama, kebutuhan hidup masyarakat akan semakin meningkat
seiring semakin bertambahnya jumlah keluarga dan semakin kompleknya kebutuhan
hidup. Hal tersebut menuntut penduduk untuk menambah luasan lahan garapan
mereka agar hasil pertanian mereka dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.
6. Sebab lain
Sebab lain yang bisa menjadi pemicu terjadinya kebakaran adalah faktor
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya api. Biasanya bentuk
kegiatanyang menjadi penyebab adalah ketidaksengajaan dari pelaku. Misalnya
masyarakat mempunyai interaksi yang tinggi dengan hutan. Salah satu bentuk
interaksi tersebut adalah kebiasaan penduduk mengambil rotan yang biasanya sambil
bekerja mereka menyalakan rokok. Dengan tidak sadar mereka membuang puntung
rokok dalam kawasan hutan yang mempunyai potensi bahan bakar melimpah
sehingga memungkinkan terjadi kebakaran.
Penyebab kebakaran hutan dan lahan gambut juga disebabkan oleh faktor manusia
dan faktor alam yaitu:
1. Faktor Manusia
Kebakaan adalah api yang tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan
keinginan manusia, tetapi ada pula kebakaran akibat ulah manusia baik disengaja
ataupun tidak di sengaja (Ramli, 2010). Penyebab kebakaran pada penggunaan lahan
yaitu Pengolahan/Pembersihan lahan dengan cara membakar Masih terdapatnya
sekelompok masyarakat yang mengolah/membersihkan lahan dengan cara
membakar. Hal ini dilakukan karena adanya masalah biaya yang dialami oleh
masyarakat tersebut, yaitu biaya untuk melakukan pembakaran lebih murah
dibandingkan dengan biaya untuk membeli pupuk (Irwandi, 2016).
Proses kebakaran hutan dan lahan yaitu api digunakan dalam pembukaan
dan/atau penyiapan lahan perladangan oleh masyarakat. Penggunaan api dalam
rangka penyiapan lahan perladangan sudah dilakukan sejak lama dan turun temurun
oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan penggunaan api merupakan cara yang lebih
murah, mudah, dan efektif (Aryadi, 2017). Metode penggunaan api dalam kegiatan
persiapan lahan dilakukan karena murah dari segi biaya dan efektif dari segi waktu
dan hasil yang dicapai cukup memuaskan (Rasyid, 2014).
Penyebab kebakaran hutan dan lahan akibat kegiatan manusia dapat dilihat pada
Tabel 3.
Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP
“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”
ISBN 978-602-6697-38-7 Purwokerto, 10 Agustus 2019
270
Tabel 3. Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan Akibat Kegiatan Manusia
No. Penyebab Kebakaran Hutan dan
Lahan Akibat Kegiatan Manusia Jawab
Jumlah
Responden Persentase
1. Kebiasaan dan Perilaku Ya 190 95
Tidak 10 5
2. Pembukaan Lahan untuk
permukiman
Ya 50 25
Tidak 150 75
3. Pembukaan Lahan untuk pertanian Ya 195 97.5
Tidak 5 2.5
4. Pembukaan Lahan untuk perkebunan Ya 55 27.5
Tidak 145 72.5
5. Pembukaan Lahan untuk HTI Ya 5 2.5
Tidak 195 97.5
6. Pembukaan Lahan untuk Pertanian
lahan kering
Ya 150 75
Tidak 50 25
7. Konflik lahan antara pemerintah Ya 10 5
Tidak 190 95
8. Konflik lahan antara perusahaan Ya 20 10
Tidak 180 90
9. Konflik lahan antara masyarakat Ya 10 5
Tidak 190 95
10. konflik hukum adat dengan hukum
negara
Ya 5 2.5
Tidak 195 97.5
11. Ketidaksengajaan/kegiatan lain yang
menimbulkan api (pencarian kayu
bakar)
Ya 110 55
Tidak 90 45
12. Ketidaksengajaan/kegiatan lain yang
menimbulkan api (membakar
sampah)
Ya 190 95
Tidak 10 5
13. Penduduk lokal melakukan
pembakaran untuk memprotes
pengambil-alihan lahan mereka oleh
perusahaan
Ya 20 10
Tidak 180 90
14. Tingkat pendapatan masyarakat yang
relatif rendah, sehingga terpaksa
memilih alternatif yang mudah,
murah dan cepat untuk pembukaan
lahan
Ya 140 70
Tidak 60 30
15. Kurangnya penegakan hukum
terhadap perusahaan yang melanggar
peraturan pembukaan lahan
Ya 60 30
Tidak 140 70
16. Kemiskinan dan ketidak adilan bagi
masyarakat pinggiran atau dalam
kawasan hutan
Ya 0 0
Tidak 200 100
17. Kesadaran semua lapisan masyarakat
terhadap bahaya kebakaran hutan dan
lahan masih rendah
Ya 170 85
Tidak 30 15
18. Kemampuan aparatur pemerintah
untuk koordinasi masih rendah
Ya 170 85
Tidak 30 15
Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP
“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”
ISBN 978-602-6697-38-7 Purwokerto, 10 Agustus 2019
271
No. Penyebab Kebakaran Hutan dan
Lahan Akibat Kegiatan Manusia Jawab
Jumlah
Responden Persentase
19. Kemampuan aparatur pemerintah
dalam memberikan penyuluhan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat
supaya tidak membakar hutan dan
lahan masih rendah
Ya 195 97.5
Tidak 5 2.5
20. Kemampuan aparatur pemerintah
dalam melakukan upaya pemadaman
kebakaran semak belukar, lahan dan
hutan masih rendah
Ya 120 60
Tidak 80 40
21. Upaya pendidikan baik formal
maupun informal untuk
penanggulangan kebakaran hutan dan
lahan belum memadai
Ya 55 27.5
Tidak 145 72.5
22. Belum efektifnya penanggulangan
kebakaran hutan dan lahan
disebabkan oleh faktor kemiskinan
Ya 50 25
Tidak 150 75
23. Belum efektifnya penanggulangan
kebakaran hutan dan lahan
disebabkan oleh faktor ketidak
adilan,
Ya 95 47.5
Tidak 105 52.5
24. Belum efektifnya penanggulangan
kebakaran hutan dan lahan
disebabkan oleh faktor rendahnya
kesadaran masyarakat,
Ya 180 90
Tidak 20 10
25. Belum efektifnya penanggulangan
kebakaran hutan dan lahan
disebabkan oleh faktor terbatasnya
kemampuan aparat,
Ya 175 87.5
Tidak 25 12.5
26. Belum efektifnya penanggulangan
kebakaran hutan dan lahan
disebabkan oleh faktor minimnya
fasilitas untuk penanggulangan
kebakaran
Ya 190 95
Tidak 10 5
Sumber: Pengolahan Data Primer, 2018
Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP
“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”
ISBN 978-602-6697-38-7 Purwokerto, 10 Agustus 2019
272
Gambar 4. Penyebab Kebakaran Akibat Aktivitas Manusia
Tabel 3 menunjukan penyebab kebakaran hutan dan lahan akibat aktivitas
manusia. Faktor-faktor yang paling dominan seperti kebiasaa, pembukaan lahan
pertanian, faktor ketidaksengajaan seperti membakar sampah, masih kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap bahaya kebakaran hutan, kurangnya kemampuan
aparatur pemerintah dalam hal koordinasi maupun penyuluhan tentang bahaya
kebakaran hutan, serta belum efektifnya penanggulangan kebakaran akibat masih
minimnya fasilitas.
0
20
40
60
80
100
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
21 22 23 24 25 26
Lanjutan Gambar 4
0
20
40
60
80
100
Ya Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Lanjutan Gambar 4
0
20
40
60
80
100
Ya Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak Ya
Tid
ak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP
“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”
ISBN 978-602-6697-38-7 Purwokerto, 10 Agustus 2019
273
2. Faktor Alam
Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia di sebabkan tiga faktor utama yaitu
kondisi bahan bakar, cuaca, dan budaya masyarakat. Kondsi bahan bakar yang rawan
terhadap bahaya kebakaran adalah jumlahnya yang melimpah di lantai hutan, kadar
airnya relative rendah (kering), serta ketersediaan bahan bakar yang
berkesinambungan (Rasyid, 2014).
Faktor iklim berupa suhu, kelembaban, angin dan curah hujan turut menentukan
kerawanan kebakaran. Suhu yang tinggi akibat penyinaran matahari langsung
menyebabkan bahan bakar mengering dan mudah terbakar, angin juga turut
mempengaruhi proses pengeringan bahan bakar serta kecepatan menjalarnya api
sedangkan curah hujan mempengaruhi besar kecilnya kadar air yang terkandung
dalam bahan bakar.
Kerawanan terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut tertinggi terjadi pada
musim kemarau dimana curah hujan sangat rendah dan intensitas panas matahari
tinggi. Kondisi ini pada umumnya terjadi antara bulan Juni hingga Oktober dan
kadang pula terjadi pada bulan Mei sampai November. Kerawanan kebakaran
semakin tinggi jika ditemukan adanya gejala El Nino. Penyebab kebakaran hutan dan
lahan karena faktor alam di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 4. Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan Akibat Faktor Alam
No. Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan
Akibat Faktor Alam Jawab
Jumlah
Responden Persentase
1. Musim Kemarau Ya 175 87.5
Tidak 25 12.5
2. Lahan Gambut Ya 190 95
Tidak 10 5
3. Suhu musim kemarau yang sangat
panas
Ya 180 90
Tidak 20 10
4. Sambaran petir Ya 30 15
Tidak 170 85
5. Kebakaran di bawah tanah di lahan
gambut menyulut kebakaran di bagian
atas
Ya 175 87.5
Tidak 25 12.5
6. Daerah alang-alang Ya 180 90
Tidak 20 10
7. Daerah semak belukar Ya 185 92.5
Tidak 15 7.5
8. Daerah hutan Ya 85 42.5
Tidak 115 57.5
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2018
Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP
“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”
ISBN 978-602-6697-38-7 Purwokerto, 10 Agustus 2019
274
Gambar 5. Penyebab Kebakaran Akibat Alam
Tabel 4 menunjukan penyebab kebakaran hutan dan lahan akibat faktor alam.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kuat terjadinya kebakaran menurut responden
adalah musim kemarau (87,5 %), lahan gambut (95 %), musim kemarau yang panas
(90 %), sambaran petir (15 %), kebakaran di bawah tanah lahan gambut (87,5 %),
daerah alang-alang (90 %) dan daerah semak belukar (92,5 %), sementara hutan
(42,5 %) juga menjadi penyebab kebakaran tetapi tidak terlalu dominan menurut
responden.
KESIMPULAN
1. Penyebab terjadinya hotspot menurut seluruh responden yang terdiri dari 200 orang
terjadi akibat adanya kebakaran bagian bawah, permukaan, dan tajuk pada lahan
gambut.
2. Faktor yang mempengaruhi kebakaran adalah faktor kadar air gambut dan air hujan
oleh karena itu kurangnya air hujan membuat lahan gambut kekurangan kadar air
yang membuat lahan menjadi kering mudah terbakar. Faktor lain adalah akibat
aktivitas manusia dan alam.
REFERENSI
Aryadi Mahrus, Dkk. 2017. Kecenderungan Kebakaran Hutan Dan Lahan Dan Alternatif
Pengendalian Berbasis Kemitraan Di Pt. Inhutani II Kotabaru. Jurnal Hutan Tropis
Volume 5 No. 3 Hal 222 – 235. ISSN 2337-7771.
Cahyono Andy S., Dkk. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan di
Indonesia dan Implikasi Kebijakannya. Jurnal Sylva Lestari Vol. 3 No. 1. ISSN
2339-0913.
Hadiprasetya, Y. (2009). Identifikasi Faktor Penyebab Kebakaran Hutan dan Upaya
Penanggulangannya di Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat. Skripsi
Izhmy.S, M. (2016). Penanggulangan Kebakaran Hutan di Indonesia dalam Perspektif
Human Security. Skripsi.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
100
Ya Tid
ak Ya Tid
ak Ya Tid
ak Ya Tid
ak Ya Tid
ak Ya Tid
ak Ya Tid
ak Ya Tid
ak
1 2 3 4 5 6 7 8
Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP
“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”
ISBN 978-602-6697-38-7 Purwokerto, 10 Agustus 2019
275
Kumalawati Rosalina., Dkk. (2017). Identifikasi Faktor-Faktor Kerentanan Terhadap
Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Kecamatan Cintapuri Darussalam Kabupaten
Banjar. Jpg (Jurnal Pendidikan Geografi) E-Issn : 2356-5225 , 23-31.
Kumalawati, R., & dkk. (2016). Strategi Penanganan Hotspot pada setiap Penggunaan
Lahan Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Banjar Kalimantan
Selatan. Laporan Penelitian.
Loren Aditiea dkk. 2015. Analisis Faktor Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan serta
Upaya Pencegahan yang Dilakukan Masyarakat di Kecamatan Basarang
Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah. ISSN 1978-8096
Nurhayati Dwi Ati., Dkk (2010). Kandungan Emisi Gas Rumah Kaca Pada Kebakaran
Hutan Rawa Gambut Di Pelalawan Riau. Jurnal Ilmu Pertanian IndonesiaVol. 15
No.2, hlm. 78-82 ISSN 0853 – 4217
Pamungkas, R. N., (2013). Identifikasi Faktor-Faktor Kerentanan Terhadap Bencana
Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru.
Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 2, (2013) Issn: 2337-3539.
Pemanfaatan Penginderaan Jauh Deputi Bidang Penginderaan Jauh – LAPAN Jurnal
Konstruksi STT-Garut, 1(13): 3. Garut: STT Garut. Pemanfaatan Penginderaan
Jauh – LAPAN Vol.01 ISBN: 978-602-96352-2-5
Saharjo H. Bambang dan Wibisana Guntala. 2017. Persepsi Masyarakat Dalam Upaya
Pengendalian Kebakaran Hutan Di Taman Nasional Gunung Ciremai. Jurnal
Silvikultur Tropika. Vol. 08 No. 2 Hal: 141-146. ISSN: 2086-8227.
Setiawan, A. (2018). Kebijakan Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia
Tacconi Luca. 2003. Kebakaran Hutan di Indonesia:Penyebab, biaya dan Implikasi
Kebijakan. CIFOR Occasional Paper No. 38 (i). ISSN: 0854-9818.