PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH...

123
PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH ANAK DIBAWAH UMUR : ANALISA PUTUSAN MAJELIS KASASI MAHKAMAH AGUNGNo. 1410 K/ Pid.Sus/2013” Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : MUHAMMAD HUMDY NIM: 11150450000049 PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM (JINAYAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2019 M

Transcript of PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH...

Page 1: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH

ANAK DIBAWAH UMUR : ANALISA PUTUSAN MAJELIS KASASI

MAHKAMAH AGUNGNo. 1410 K/ Pid.Sus/2013”

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

MUHAMMAD HUMDY

NIM: 11150450000049

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM (JINAYAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2019 M

Page 2: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

i

Page 3: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

ii

Page 4: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

iii

Page 5: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

iv

ABSTRAK

Muhammad Humdy (11150450000049) “PENYELESAIAN PERKARA

PENCURIAN GETAH COMPO OLEH ANAK DIBAWAH UMUR:

ANALISA PUTUSAN MAJELIS KASASI MAHKAMAH AGUNG No. 1410

K/ Pid.Sus/2013” Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah), Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun

2019 M/ 1440 H. viii+ 105 halaman + 1 lampiran.

Masalah utama dalam skripsi ini adalah tentang tindak pidana pencurian

getah compo yang dilakukan oleh terdakwa anak Muhamad Chaidir, pada kasus

ini Jaksa penuntut umum melakukan permohonan kasasi kepada Mahkamah

Agung tehadap putusan sebelumnya. Akan tetapi permohonan Jaksa Penuntut

Umum ditolak dengan pertimbangan bahwa terdakwa masih berstatus sebagai

pelajar dan pertimbangan mengenai jumlah kerugian yang ditimbulkan hanya Rp

750.000,00 sehingga jika melihat pada Perma Nomor 2 tahun 2012 nilai tersebut

masih dibawah batas maksimal kerugian.

Penulis menggunakan metode kualitatif dalam melakukan penelitian ini.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan dimana penulis

melakukan identifikasi secara sistematis dari sumber yang berkaitan dengan objek

kajian yang penulis lakukan. Setelah memperoleh dan mengumpulkan data

tersebut kemudian menganalisis secara yuridis-normatif data yang diperoleh

dengan objek kajian penulis yaitu putusan No. 1410 K/ Pid.Sus/2013.

Dari hasil penelitian penulis, dari putusan tersebut bahwa terdakwa yang

melakukan tindak pidana pencurian melakukannya bersama dengan orang dewasa

itu artinya bahwa pelaku melakukan hal tesebut karena ada pengaruh dari pihak

lain. Dalam hal ini, sangat tepat teori yang dikemukakan oleh E. Sutherland

dengan nama “association Differencial” yang mengatakan bahwa anak-anak

menjadi dilinquen karena partisipasinya ditengah-tengan suatu linkungan sosial,

yang ide dan teknik dilenquen dijadikan sebagai sarana yang efisien untuk

mengatasi kesulitan kehidupanya. Tentu yang kita fahami dari itu adalah bahwa

anak tersebut korban dari tingkah laku sosial sekitarnya yang membentuk ia

sehingga ia melakukan perbuatan pidana. Maka penulis melihat bahwa seharusnya

pelaku dibebaskan dari hukuman pemenjaranan sepertihalnya keputusan yang

mehukumnya dengan 2 bulan penjara.

Kata kunci : Pencurian oleh anak di bawah umur

Pembimbing :Ali Mansur, M.A

Daftar pustaka :1961-2016

Page 6: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat

Allah Subahanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, taufiknya dan

hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir dalam menempuh

studi di program studi Hukum Pidana Islam (Jinayah) Fakultas Syari’ah dan

Hukum Univesitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sholawat serta salam terlimpahkan kepada jujungan kita baginda Nabi

Muhammad Shallallhu ‘Alaihi Wasalam yang telah membawa risalah kebenaran

untuk umat manusia.

Selanjutnya dalam proses peyusunan skripsi ini, penyusun mengucapkan

banyak terimakasih kepada yang telah banyak membantu dan yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A., M.H. selaku Dekan Fakultas

Syari’ah Dan Hukum Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Qosim Arsadani, M.A. selaku Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam

(Jinayah)

3. M. Mujibur Rohman, M.A. selaku Sekretaris Program Studi Hukum

Pidana Islam (Jinayah)

4. Ali Mansur, M.A. selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi yang

telah memberikan masukan dan arahan serta banyak meluangkan

waktunya dengan penuh keikhlasan kepada penulis.

5. Dr. Asmawi, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

member masukan-masukan dalam menunjang akademik penulis.

6. Seluruh dosen dan Civitas Akademik Fakultas Syariah Dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh keluarga penulis yang selalu memberikan bimbingan kepada

penulis, sehingga penulis terus bersemangat dalam menyelesaikan tugas

perkuliahan.

Page 7: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

vi

Akhirnya penulis dengan rasa penuh syukur atas keberhasilan penyusunan

skripsi ini mengucapkan Puji syukur Alhamdulillahirobil Alamiin. Semoga

penulisan skripsi ini dapat bermanfaat khusunya bagi penulis dan bagi

pembacanya. Aamiin. Sekian dan terimakasih.

Jakarta, 21 Oktober 2019

Penulis

Page 8: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Batasan Masalah.......................................................................... 10

C. Rumusan Masalah ....................................................................... 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 10

E. Metode Penelitian........................................................................ 11

F. Sistematika Penulisan.................................................................. 14

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA DAN REVIEW

STUDI TERDAHULU ...................................................................... 16

A. Tindak Pidana.............................................................................. 16

1. Pengertian Tindak Pidana .................................................... 16

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana................................................. 19

3. Jenis-Jenis Tindak Pidana .................................................... 22

B. Tindak Pidana Pencurian Dalam Hukum Positif ........................ 28

1. Pengertian Pencurian ............................................................ 28

2. Unsur Dalam Tindak Pidana Pencurian ............................... 29

C. Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam ...................................... 32

1. Macam-Macam Pencurian dan Pengertiannya ..................... 32

2. Unsur-Unsur Pencurian ........................................................ 34

D. Review Studi Terdahulu .............................................................. 42

BAB III SANKSI PIDANA BAGI ANAK PELAKU PENCURIAN DALAM

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF ...... 46

A. Tindak Pidana Anak .................................................................... 46

1. Pengertian Anak ..................................................................... 46

2. Kenakalan Anak/ Juvenale Delinquency ................................ 49

B. Sanksi Hukum Bagi Anak Yang Berhadapan Dengan

Hukum Dalam Hukum Positif ..................................................... 62

1. Ketentuan Dalam KUHP ...................................................... 62

2. Pola Pemidanaan Bagi Anak yang berhadapan

dengan Hukum dalam KUHP. ............................................ 67

3. Pola pemberian hukuman bagi anak dengan metode

diversi dalam UU SPPA ....................................................... 71

Page 9: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

viii

4. Ketentuan Sanksi Pidana Dan Tindakan .............................. 76

C. Ketentuan Usia Anak Dalam Hukum Islam ................................ 78

D. Sanksi Bagi Anak Yang Melakukan Pencurian Dalam

Hukum Pidana Islam ................................................................... 80

BAB IV FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA TINDAK PIDANA OLEH

ANAK DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS

PERKARA NOMOR : 1410 K /PID.SUS/ 2013 ............................... 83

A. Faktor-Faktor Anak Melakukan Tindak Pidana ............................ 83

B. Kronologi Kasus............................................................................ 88

C. Amar Putusan ................................................................................ 96

D. Analisis Penulis Tehadap Putusan Majelis Hakim........................ 97

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 99

A. Kesimpulan ................................................................................. 99

B. Saran ............................................................................................101

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................103

LAMPIRAN

Page 10: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa anak-anak adalah masa dimana seorang anak itu seharusnya belajar

dengan baik dengan lingkungan keluarga yang mendukung. Kenakalan yang

dilakukan oleh seorang anak tentu hal tesebut adalah hal yang semestinya tidak

melampaui batas. Artinya seorang anak tidaklah kemudian melakuakan tidakan

kenakalan yang berdampak dikenakanya hukuman padanya karena tidakan

kenakalan remaja tersebut tergolong dalam kategori kejahatan yang telah diatur

dengan Undang-undang.

Pada akhir abad ke-19 keprihatinan mulai melanda negara-negara Eropa

dan Amerika, kriminalisasi yang dilakukan anak dan pemuda jumlahnya

meningkat. Dalam menghadapi fenomena tersebut, ketika itu perlakuan terhadap

pelaku kriminal disamakan terhadap anak maupun orang dewasa, upaya ini yaitu

dengan dibentuknya pengadilan anak ( juvenile court ) pertama di minos Amerika

Serikat tahun 1889, di mana undang-undangnya didasarkan pada asas parens

patriae, yang berarti‟‟ penguasa harus bertindak apabila anak-anak yang

membutuhkan pertolongan‟‟, sedangkan anak dan pemuda yang melakukan

kejahatan sebaiknya tidak diberi pidana melainkan harus dilindungi dan diberi

bantuan. .1

Demikian pula halnya di Inggris, di sini dikenal dengan apa yang dikatakan

hak prerogratif raja sebagai parens patriae (melindungi rakyat dan anak-anak yang

membutuhkan bantuannya). Dengan demikian, dalam sejarah ikut campurnya

pengadilan dalam kehidupan anak senantiasa ditujukan guna menanggulangi

keadaan yang kurang menguntungkan bahkan cenderung membahayakan bagi

1 Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak ( Bandung: PT Refika Aditama,2006 ),h.,1.

Page 11: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

2

anak, eksploitasi terhadap anak dan kriminalitas anak serta banyak lagi hal

lainnya.2

Lalu bagaimana perkembangan di Indonesia sendiri, untuk mengetahui hal

tersebut, maka dapat melihat keadaan di negara Belanda tentang pemidanaan anak

sebagai negara yang melatarbelakangi terbentuknya hukum yang sekarang berlaku

di Indonesia. Dimana dalam sistem hukum pidana Indonesia masih mengguanakan

warsan hukum belanda tersebut. Dalam KUHP warisan Belanda tesebut ketentuan

khusus terhadap pelaku anak-anak belum mencukupi, bahakan dalam KUHAP

sendiri dalam porses pelakasaan penegakan hukumnya bagi pelaku yang tergolong

sebagai anak-anak belum mengutamakan perlindungan kepentingan dari anak

yang berhadapan dengan hukum. Hingga pada tahun 2012 pemeritah

mengesahkan undang-undang tentang sistem peradilan pidana anak yaitu UU

Nomor 11 tahun 2012.

Usia anak memang relatif untuk dikatakan bahwa seseorang dikategorikan

sebagai anak. Banyak pertimbangan dalam menentukan hal tersebut, aspek

penilaian yang berbeda itulah yang kemudian berdampak pada definisi anak dan

cakupan kategori tentang bagaimana seseorang itu dikatakan sebagai anak atau

sebagai orang dewasa. Sedangkan jika melihat pada perkemangan secara

psikologis, bahwa pertumbuhan manusia mengalami fase-fase perkembangan

kejiwaan yang masing-masing ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Untuk

menentukan kriteria seorang anak, disamping ditentukan atas dasar batas usia, juga

dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang dialaminya.

Atas dasar perkembangan psikologis dan biologis, seseorang

dikualifikasikan sebagai seorang anak, apabila ia berada pada masa bayi hingga

masa remaja awal, antara usia 16-17 tahun. Sedangkan lewat masa tersebut

seseorang sudah termasuk kategori dewasa, dengan ditandai adanya kestabilan,

2Ibid,h.,2.

Page 12: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

3

tidak mudah dipengaruhi oleh pendirian orang lain dan propaganda seperti pada

masa remaja awal.

Penjatuhan pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana adalah

upaya hukum yang bersifat ultimum remedium, artinya penjatuhan pidana terhadap

anak merupakan upaya hukum yang terakhir, setelah tidak ada lagi upaya hukum

lain yang menguntungkan bagi anak, misalnya anak itu memang sudah sangat

meresahkan keluarga dan masyarakat, berkali-kali telah melakukan tindak pidana

dan pihak orang tua atau wali sudah tidak ada lagi yang sanggup untuk mendidik

dan mengawasinya. Jika hakim terpaksa harus menjatuhkan pidana terhadap anak

yang telah melakukan tindak pidana, hakim dapat menerapkan pasal 47 ayat ( 1,2

dan 3 ) KUHP, yaitu:3

a) Mengurangi sepertiga dari pidana pokok.

b) Menjatuhkan pidana penjara selama-lamanya 15 tahun bagi yang diancam

pidana mati atau seumur hidup.

c) Meniadakan pidana tambahan, pencabutan beberapa hak tertentu dan

pengumuman keputusan hakim.

Pada dasarnya pemberian sanksi pidana bagi pelaku kejahatan atau

pelanggaran bertujuan untuk adaya upaya penjeraan, pembalasan, dan aspek

protektif bagi masyarakat. Akan tetapi berbeda halnya jika pelaku adalah anak-

anak. Dimana jika kita melihat kodisinya yang masih rentan apalagi dengan masa

depan mereka tentu pemberian pidana kepada pelaku anak akan berdampak secara

langsung kepada anak. Pertimbangan ini yang kemudian seharusnya ditanggulangi

oleh aparat penegak hukum.

Misalnya saja pada pemikiran yang ada dalam teori label berangkat dari

anggapan bahwa penyimpangan merupakan pengertian yang relatif. Penyimpangan

3 Bunadi Hidayat, Pemidananan Anak Dibawah Umur (Bandung: PT Alumni, 2010) ,h., 84.

Page 13: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

4

timbul karena adanya reaksi dari pihak lain yang berupa pelabelan pelaku

penyimpangan dan penyimpangan perilaku tertentu. Oleh karena itu, bila

dibandingkan dengan teori kejahatan pada umumnya, teori label menggeser fokus

perhatian objek kajian dari pelaku penyimpangan (deviant) dan perilakunya

menuju perilaku dari mereka-mereka yang memberikan label dan memberikan

reaksi pada pihak lain sebagai pelaku penyimpangan. Reaksi sosial menjadi objek

analisis, asal mula dan dampak reaksi sosial dilihat sebagai permasalahan pokok

yang harus dikaji teori sosiologi tentang kejahatan.4

Pusat perhatian perspektif label terarah pada empat persoalan pokok, yaitu:

Petama, asal-usul label penyimpangan, status penyimpangan suatu perbuatan tidak

harus diterima begitu saja. Perlu ada penjelasan mengapa perilaku tertentu

dikatakan sebagai penyimpangan pada saat tertentu, dan tidak demikian pada saat

yang lain. Kedua, begitu label penyimpangan ditetapkan, sepertinya hal tersebut

akan dipergunakan ketika prosedur kontrol sosial dilaksanakan. Hal itu berarti

bahwa begitu ditetapkan secara publik sebagai pelaku penyimpangan dan

diperlakukan demikian, makna sosial perilaku seseorang dan status seseorang

secara mendasar diubah. Ketiga, analisis diarahkan untuk menguji akibat pelabelan

dan perlakuannya yang terkandung dalam sistem sosial. Keempat, asal-usul

kejahatan tidak terletak pada karakteristik orang perorangan pelakunya, melainkan

reaksi sosialah yang dipandang sebagai penyebab utama perilaku penyimpangan.

Pelabelan dan perlakuannya pada seseorang akan menyebabkan seseorang itu

menerima identitas sebagai pelaku penyimpangan dan menolak self image

konvensional. Transformasi identitas ini pada gilirannya menimbulkan komitmen

pada peningkatan karier seseorang sebagai pelaku penyimpangan. Stigma yang

ditentukan secara publik, dapat mengucilkan seseorang dari kegiatan patuh norma

4 Nadang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Istrumen Internasional

Perlindungan Anak Serta Penerapannya ( Yogyakarta: Graha ilmu, 2013), h., 32.

Page 14: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

5

dan pada gilirannya akan meningkatkan ketertarikan orang tersebut pada kegiatan-

kegiatan penyimpangan.5

Sebenarnya dalam undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang SPPA

(Sistem Peradilan Pidana Anak) telah mengatur sedemikian rupa sehingga ketika

ada kasus anak yang berhadapan dengan hukum dapat dikenakan hukuman Non-

penal istilah dalam hukum adalah Diversi dimana diversi adalah suatu pengalihan

penyelesaian kasus-kasus anak yang diduga melakukan tindak pidana tertentu dari

proses pidana formal ke penyelesaian damai antara tersangka/terdakwa/pelaku

tindak pidana dengan korban yang difasilitasi oleh keluarga dan/ atau masyarakat,

pembimbing kemasyarakatan anak, polisi, jaksa atau hakim.6 Dalam penjelasan

atas UU SPPA tersebut secara umum disebutkan bahwa,”anak adalah bagian yang

tidak dipisahkan dari hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan

negara. Dalam konstritusi negara Indonesia, anak memiliki peranan starategis yang

secara tegas dinyatakan bahwa negara menjamin setiap kehidupan setiap anak

kelangengan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta atas perlindungan dari

kekerasan dan kriminaliasi.7

Melihat tujuan dari UU SPPA, maka kita harus melihat apa yang menjadi

asas dalam sistem peradilan terebut. Hal tersebut dapat dilihat dalam pasal 2 dan 3

UU SPPA No.11 Tahun 2012 dimana sistem nya memiliki asas:8

a) Perlindungan

b) Keadilan

c) Nondiskriminasi

d) Kepentingan terbaik bagi anak

5Ibid,h.,33.

6 Bunadi Hidayat, Pemidananan Anak Dibawah Umur (Bandung: PT Alumni, 2010),h.,83.

7 Mohammad Taufik Makarau, dkk., Hukum Perlindungan Anak Dan Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumahtangga, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013),h.,61.

8Ibid,h.,67.

Page 15: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

6

e) Penghargaan terhadap kepentingan anak

f) Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak

g) Pembinaan dan bimbingan anak

h) Proposional

i) Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir,dan

j) Penghindaran pembalasan.

Oleh karena itu tidak semua perkara anak yang berkonflik dengan hukum

harus diselesaikan melalui jalur peradilan formal, dan memberikan alternatif bagi

penyelesaian dengan pendekatan keadilan restoratif maka, atas perkara anak yang

berkonflik dengan hukum dapat dilakukan diversi demi kepentingan terbaik bagi

anak dan dengan mempertimbangkan keadilan bagi korban. Walaupun dalam

kehidupan masyarakat tentu akan membutuhkan suatu kehidupan yang

berketertiban. Menurut Sacipta Raharja bahwa ketertiban akan datang disebabkan

oleh karena anggota-anggota masyarakat itu masing-masing untuk dirinya sendiri

dan dalam hal untuk berhadapan dengan orang lain.9maka untuk itu anak yang

melakukan sebuah perilaku yang melanggar ketentuan tetap saja harus di kenakan

ketentuan, walaupun bukan hukuman pidana murni. Sebagaimana apa yang

dikatakan oleh Rescoe Pound yang berpendapat bahwa hukum dijadikan sebagai

social engineering.10

Jika kita melihat pada ketentuan pada hukum syariat Islam, ada yang

disebut sebagai alasan pemaafan dari pihak korban. Nah dengan pemaafaan itulah

kemudian si pelaku dapat digantikan hukumanya dari hukuman pidana kepada

hukuman denda (diat). Dimana hukuman diat seperti yang kita ketahui adalah

harta yang dibayarkan dan diberikan oleh pelaku jinayat kepada korban atau

9 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditia Bakti, 2014),h.,126.

10Nur Rohim Yunus, Restorasi Budaya Hukum Masyarakat Indonesia, (Jakarta:Jurisprudence

Press,2012), h., 11.

Page 16: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

7

walinya sebagai ganti rugi, akibat perlakan pelaku yang merugikan korban.11

Maka

upaya untuk mengalihkan pidana pada anak tentunya harus diupayakan.

Anak bukanlah untuk dihukum melainkan harus diberikan bimbingan dan

pembinaan, sehingga bisa tumbuh dan berkembang sebagai anak normal yang

sehat dan cerdas seutuhnya. Anak adalah anugerah dari Allah yang Maha Esa

sebagai calon penerus bangsa yang masih dalam perkembangan fisik dan mental.

Terkadang anak mengalami situasi sulit yang membuatnya melakukan tindakan

yang melanggar hukum. Walaupun demikian, anak yang melanggar hukum tidak

lah layak untuk dihukum apalagi kemudian dimasukan dalam penjara.12

Seperti halnya dalam kasus pencurian yang dilakuakan oleh seorang anak

dibawah umur di daerah Deli Serdang, Sumatra Utara. Dimana kasus tersebut

dengan terdakwa Muhammad Chaidir. Kronologi kasus tersebut adalah bahwa

terdakwa Chaidir bersama-sama melakukan mufakat dengan terdakwa Sugianto

alias Dedek, Wagino alias Adi yang berkas perkaranya dituntut secara terpisah,

serta bernama Surya Kusuma yang belum tertangkap hingga saat ini (DPO), pada

hari Rabu tanggal 25 April 2012 sekitar pukul 02.00 WIB, yaitu waktu antara

matahari terbenam dan terbit, atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan

April 2012, bertempat di Area Perkebunan Karet PTPN-III Kebun Rambutan

Afdeling V TM 1990 Blok 54 Desa Pertapaan, Kecamatan Tebing Tinggi,

Kabupaten Serdang Bedagai, atau setidaknya pada suatu tempat lain yang masih

termasuk di dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli untuk

memeriksa dan mengadili-nya, dengan maksud untuk memiliki secara melawan

hukum telah mengambil sesuatu barang berupa getah compo (getah lom) sebanyak

30 (tiga puluh) kilogram yang ditaksir seharga Rp750.000,00 (tujuh ratus lima

11

Paisol Burlian, Implementasi Konsep Hukuman Qishas Di Indonesia, (Jakarta:Sinar

Grafika,2015),h.,55.

12M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Di Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013 cet.

Kedua),h.,1.

Page 17: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

8

puluh ribu rupiah) atau setidak-tidaknya lebih dari Rp250,00 (dua ratus lima puluh

rupiah) kepunyaan PTPN-III Kebun Rambutan atau orang lain selain dari pada

Terdakwa dan temannya, dilakukan oleh dua orang atau lebih, dengan cara sebagai

berikut : Mula-mula Terdakwa dan saksi Sugianto alias Dedek, saksi Wagino alias

Adi serta Surya Kusuma terlebih dahulu merencanakan pencurian getah milik

PTPN-III Kebun Rambutan tersebut di rumah saksi Sugianto alias Dedek di

Berohol, setelah perencanaan matang dengan menaiki 2 (dua) unit sepeda motor

merk Scorpio dan Honda Supra Terdakwa dan saksi Sugianto alias Dedek,

saksiWagino alias Adi serta Surya Kusuma berangkat dari Brohol berboncengan

dengan membawa 2 (dua) buah ember hitam menuju Afdeling V TM 1990 Blok

54 Des Pertapaan,Kecamatan Tebing Tinggi, setibanya pada areal perkebunan

karet lalu mengganti pakaian masing-masing dengan pakaian kotor untuk

kemudian bersama-sama mengambil getah dari tempat penampungannya dari tiap-

tiap pohon karet dan dimasukkan ke dalam ember, setelah ember penuh lalu getah

copo/getah lom tersebut dimasukkan lagi ke dalam goni/karung hingga getah

terkumpul sebanyak 1 (satu) karung seberat 30 (tiga puluh) kilogram, namun pada

saat Terdakwa dan saksi Sugiantoalias Dedek, saksi Wagino alias AdiSerta Surya

Kusuma hendak pulang dapat ditangkap petugas Satpam Kebun, sedangkan Surya

Kusuma dapat melarikan diri, selanjutnya Terdakwa dan saksi Sugianto alias

Dedek, saksi Wagino alias Adiberikut barang bukti diserahkan ke Polres Tebing

Tinggi.

Pada kasus diatas dalam putusan yang dilakukan oleh majelis hakim adalah

dengan pemberian sanksi pidana terhadap terdakwa dengan pidana kurungan

selama 2 bulan. Melihat pencurian adalah tindak pidana yang telah diatur dalam

pasal 362 merupakan pencurian dalam bentuk pokok adapun unsur-unsurnya, yaitu

ojektif ada perbuatan mengambil, yang diambil suatu barang barang tersebut

sebagian atau keseluruhanya atau sebagian kepunyaan orang lain, ada perbuatan

dan perbuatan teresbut dilarang oleh undang-undang, serta mendapatkan sanksi

Page 18: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

9

pidna berupa penjara. Sedangkan unsur subjektif yaitu, dengan maksud untuk

memiliki, secara melawan hukum.13

Hal ini yang menurut penulis kurang berpihak pada tujuan dari pemidanaan

itu sendiri. Buakan maslah 2 bualan adalah waktu yang pendek akan tetapi label

masyarakat terhadap pelaku sebagai manatan narapidana akan mempengaruhi

kehidupan terdakawa samapai kapanpun. Mengganggu kehidupan sosial yang

dialami pelaku adalah sebuah hal yang seharusnya di pertimbangkan.

Dalam peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2012 tentang tipiring pun

menyatakan bahwa tindak pidana pencurian yang nilai kerugiannya di bawah

Rp.2.500.000,00 tidak diperkenankan untuk dihukum penjara. Maka jika melihat

ketentuan mahkamah agung ini maka sekiranya kita melihat ketidak serasian

antara hukum dan peroses hukuan yang terjadi dalam kasus itu. Seperti kita

ketahui bahwa dalam kasus itu nilai barang yang dicuri adalah dibawah ketentuan

PERMA tersebut. Apalagi kemudian barang yang dicuri masih dalam keadaan

utuh, artinya secara materil sebenarnya tidak ada kerugian yang di terima korban.

Karena memang dalam kasus tersebut, pelaku sudah di tangkap sebelum pelaku

membawa hasil curiannya tersebut.

Dengan melihat kasus di atas maka penulis akan meneliti tentang kasus

tersebut yaitu pidana anak dan penulis akan menganaslias putusan hakim yang

telah memutus perkarat tersebut yaitu putuasan No. 1410 K/ Pid.Sus/2013, dengan

mengambil judul, “PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH

COMPO OLEH ANAK DIBAWAH UMUR: ANALISA PUTUSAN

MAJELIS KASASI MAHKAMAH AGUNGNo. 1410 K/ Pid.Sus/2013”

13

Ismu Gunaidi, Junaidi Efendi, Cepat Dan Mudah Memahami Hukum Pidana, (Jakarta:

Kencana Media Grup, 2014),h.,127.

Page 19: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

10

B. Batasan Masalah

Dalam uraian tersebut diatas, penulis menganggap perlu adanya

pembatasan masalah, karena begitu luas cakupan yang terkandung dalam perkara

pidana anak dengan kasus tindak pidana ringan berupa pencurian. Agar

pembahasan ini tidak menjauh dari apa yang akan dibahas oleh penulis dan bisa

lebih spesifik dan lebih terarah, maka penulis membatasi masalah yang dibahas

yaitu tentang perspektif hukum Islam dan hukum pidana positif terkait hukuman

bagi anak yang melakukan tindak pidana ringan berupa pencurian.

C. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas dapat penulis identifikasikan beberapa masalah

dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Perkembangan sosial menimbukan berbagai masalah sosial, salah satunya

adalah bertambahnya kasus tindak pidana yang dilakukan oleh anak.

2. Sistem yang dilakukan dalam proses peradilan pada kasus tindak pidana yang

dilakukan oleh anak dibawah umur memiliki ketentuan sendiri, sebagaimana

diatur dalam UU Nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak.

3. Banyak tindak pidana yang dilakukan oleh anak adalah kejahatan terhadap

harta kekayaan khususnya dalam hal pencurian.

4. Ketentuan dalam PERMA Nomor 2 tahun 2012 mengenai batas minimal nilai

kerugian dalam kasus pencurian. Dimana dalam ketentuan tersebut

pemidanaan hanya dilakukan diatas batas minimal kerugian yang dialami.

D. Rumusan Masalah

Penulis merumuskan masalah ini kedalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

A. Apa faktor-faktor yang menyebabkan anak melakukan tindak pidana ?

Page 20: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

11

B. Bagaimana ketentuan hukum bagi anak yang melakukan tindak pidana

berdasarkan UU Nomor 11 tahun 2012 ?

C. Bagaimana pertimbangan hakim dalam putusan nomor 1410K/Pid.Sus/2013 ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai, sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui kajian teori mengenai tindak pidana penganiayaan

dalam hukum Islam dan dalam hukum positif.

b. Untuk mengetahui sejauh mana perbedaan penerapan pidana bagi anak

yang melakukan pencurian dalam hukum Islam dan hukum positif

c. Untuk medalami pengetahuan tentang divesi dalam SPPA dimana dalam

hal tesebut menginginkan adanya kodisi sanksi Non-penal.

2. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-

manfaat dan kegunaan dalam kajian ilmiah ini, diantaranya:

a. Pembahasan ini dapat memberikan dan menambahkan wawasan khazanah

keilmuan dalam bidang hukum islam terutama dalam hal

pertanggungjawaban pidana bagi anak dibawah umur.

b. Penelitian ini sekiranya dapat mmberikan suatu pemecahan atau

penyelesaian masalah bagi kalangan akademisi dan ilmuwan khususnya

dalam bidang hukum pidana Islam dan hukum pidana positif untuk

menjawab permasalahan-permasalahan kontemporer, sehingga hal

tersebut menjadi relevan untuk semua ruang dan waktu.

c. Selain itu juga hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan

informasi peminat studi hukum Islam dan peradilan anak mengenai

masalah pertanggungjawaban pidana baik tindak pidana maupun perdata

bagi anak-anak.

Page 21: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

12

d. Serta lebih umumnya hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

informasi ilmiah bagi para pemerhati pembangunan hukum di Indonesia.

Dan pada masyarakat pada mumunya.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan skiripsi ini adalah metode

penelitian kualitatif yang berupa kajian kepustakaan (library research) yang

menggunakan bahan pustaka, artinya sumber yang penulis cantumkan adalah

bahan kepustakaan. Data-data tersebut adalah: buku-buku, kitab-kitab, hasil

penelitian-penelitian, jurnal-jurnal yang bersankut paut dengan objek kajian

penelitian.14

Dari sumber tersebut dilakukan penelitian dengan mekanisme

menganalisis bahan-bahan kepustakaan yang memuat berbagai hal yang bekaitan

dangan Sistem peradilan pidana anak dalam tindak pidana pencurian dengan

pemberatan dengan nilai kerugian dibawah Rp. 2.500.000,00 baik itu perspektif

hukum pidana positif ataupun dalam hukum pidana Islam.

1. Jenis Penelitian

Sebuah penelitian dapat diklasifikasi dari berbagai cara atau sudut

pandang, yaitu terapat dua metode yang digunakan dalam sebuah penelitian

yaitu, yang pertama adalah metode penelitian kualitatif, yang kedua adalah

metode penelitian kuantitatif. Pada penulisan penelitian skripsi ini penulis

menggunakan metode penelitian kualitatif. Dimana dalam metode ini

mempunyai karakter deskriptif analisis untuk memberi gambaran mengenai

tindak pidana pencurian dengan pemberatan oleh anak dibawah umur dengan

perspektif hukum pidana positif dan hukum pidana Islam, sedangkan dilihat

14

G.R. Raco, Metode Peneitian Kualitatf Jenis, Karakteristik Dan Kaunggulan (Jakarta:

Grasindo, 2010),h., 46.

Page 22: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

13

dari segi jenis penelitian hukum, penelitian ini termasuk dalam kategori jenis

penelitian normatif atau doktrinal.

2. Metode pendekatan

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

yuridis normatif. Penelitian yuidis normatif adalah penelitian yang meletakan

hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud

adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-

undangan, putusan pengadilan perjanjian serta doktrin terhadap keilmuan

hukum.15

3. Teknik Pengumpulan Data

Pendapat parah ahli menyatakan bahwa data dalam sebuah penelitian

diolongkan atas dua macam, yaitu data primer dan data sekunder.16

dalam

penulisan skripsi ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti

adalah berupa studi kepustakaan, data yang digunakan pada skripsi ini adalah

data sekunder. Metode penataan skuner ini akan mencakup bahan hukum

primer, skunder dan tersier. Bahan hukum primer dalam skripsi ini adalah

Undang-undang yang diterapkan di Indonesia, sepertihalnya KUHP, KUHAP,

UU No. 11 Tahun 2012, PERMA No.2 Tahun 2012 tentang atas minimal

kerugian dalam pencurian ringan. Sedangkan data skundernya adalah buku-

buku penelitian, kitab-kitab hukum Islam, jurnal ilmiah, dan karya-karya

ilmiah yang berkaitan dengan skripsi yang penulis susun. Sedangakan data

tersiernya adalah kamus hukum, kamus bahasa arab, kamus bahasa Inggris,

dan kamus bahasa Indonesia.

4. Teknik Analisis Data

15

Fahmi Muhamad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakata, 2010), h., 31.

16 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013),h., 5.

Page 23: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

14

Dalam menganalisis data yang diperoleh baik bahan hukum primer

maupun sekunder dan membahasa permasalahannya yang membahas secara

kualitatif. Yakni dalam penulisan ini mengunakan analisis dan kualitatif, yaitu

analisis yuridis normatif ini dilakukansecara deskritif karena penelitian ini

tidak hanya bemaksud menungkapkan atau atau menggambarkan data

kebijakan hukum pidana sebagaimana adanya, tetepi juga bermaksud

menggambarkan tentang kebijakan hukum pidana yang diharapkan dalam

Undang-undang yang akan datang. Sehingga nantinya semua bahan baik

dalam hal data kepustakaan dan data hasil penelitian keduanya senantiasa

dipertahankan.

F. Sistematika Penulisan

Adapun untuk sistematika penulisan ini, terdiri dari 5 (lima) bab yang

terdiri dari sub-sub yang dirinci sebagai berikut :

BAB I: Mengenai Pendahuluan, Membahas Tentang Latar Belakang Masalah,

Batasan Dan Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Masalah,

Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II: Mengenai pengertian tindak pidana, Unsur-unsur tindak pidana, jenis-

jenis tindak pidana, tindak pidana pencurian serta sanksinya dalam

hukum positif, tindak pidana pencurian dalam hukum pidana Islam

dan review studi terdahulu.

BAB III: mengenai tindak pidana anak, pengertian anak, kenakalan anak/

juvenile delinquency batas usia bagi pemidanaan anak, sanksi tindak

pidana bagi anak dalam KUHP dalam pencurian, bentuk diversi dalam

SPPA, hukuman bagi anak yang melakukan tindak pidana pencurian

dalam hukum pidana Islam.

Page 24: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

15

BAB IV: Mengenai penyelesaian perkara pencurian getah compo oleh anak

dibawah umur: analisa putusan majelis kasasi mahkamah agungno.

1410 k/ pid.sus/2013 dan faktor penyebab tindak kejahatan.

BAB V: Mengenai penutup, membahas tentang kesimpulan dan saran-saran

dari penulis.

Page 25: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

16

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA DAN REVIEW

STUDI TERDAHULU

A. Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana

Bagi sebagian masyarakat umum (sebutan bagi mereka yang non

hukum), berbagai bahan bacaan tentang pengertian tindak pidana terkadang

sulit untuk dipahami. Misalnya saja literatur tentang hukum pidana oleh

Moeljatno bahwa istilah tindak pidana hakikatnya merupakan istilah yang

berasal dari terjemahan kata strafbaarfeit dalam bahasa Belanda. Kata

strafbaarfeit kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Beberapa kata

yang digunakan untuk menerjemahkan kata strafbaarfeit oleh sarjana-sarjana

Indonesia antara lain: tindak pidana, delik dan perbuatan pidana. Sementara

dalam berbagai perundang-undangan sendiri digunakan berbagai istilah untuk

menunjukkan pada pengertian kata strafbaarfeit. Beberapa istilah yang

digunakan dalam Undang-undang tersebut antara lain :1

a. Peristiwa pidana, istilah ini antara lain digunakan dalam Undang-undang

dasar sementara (UUDS) tahun 1950 khususnya dalam pasal 14.

b. Perbuatan pidana, istilah ini digunakan dalam Undang-undang nomor 1

tahun 1951 tentang tindakan sementara untuk menyelenggarakan kesatuan

susunan, kekuasaan, dan acara pengadilan-pengadilan sipil.

c. Perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum, istilah ini digunakan dalam

Undang-undang darurat nomor 2 tahun 1951 tentang perubahan

ordonantie tijdelijke byzondere strafbepalingen.

1 Ismu Gunaidi, Joenadi Efendi, Cara Cepat Dan Mudah Memahami Hukum Pidana, (Jakarta:

Kencana Prenadamedia Grup,2014),h.,36.

Page 26: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

17

d. Hal yang diancam dengan hukum istilah ini digunakan dalam Undang-

undang darurat nomor 16 tahun 1951 tentang penyelesaian perselisihan

perburuhan.

e. Tindak pidana, istilah ini digunakan dalam berbagai Undang-undang,

misalnya:

1) Undang-undang darurat nomor 7 tahun 1953 tentang pemilihan umum.

2) Undang-undang darurat nomor 7 tahun 1953 tentang pengusutan,

penuntutan dan peradilan tindak pidana ekonomi.

3) Penetapan presiden nomor 4 tahun 1953 tentang kewajiban kerja bakti

dalam rangka pemasyarakatan bagi terpidana karena melakukan tindak

pidana yang merupakan kejahatan.

Menurut Tongat, penggunaan berbagai istilah tersebut pada hakikatnya

tidak menjadi persoalan, sepanjang penggunaannya disesuaikan dengan

konteksnya dan dipahami maknanya, karena itu dalam tulisannya berbagai

istilah tersebut digunakan secara bergantian, bahkan dalam konteks yang lain

juga digunakan istilah kejahatan untuk menunjukkan maksud yang sama.2

Mengenai definisi tindak pidana dapat dilihat pendapat pakar-pakar

antara lain menurut Vos, delik adalah feit yang dinyatakan dapat dihukum

oleh Undang-undang. Sedangkan menurut Van Hamel, delik adalah suatu

serangan atau suatu ancaman terhadap hak-hak orang lain. Menurut simons,

delik adalah suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan

sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh Undang-undang telah

dinyatakan sebagai suatu perbuatan/ tindakan yang dapat dihukum (leden

marpaung, 1991:23 ). Dengan demikian pengertian sederhana dari tindak

2Tongat, dasar-dasar hukum pidana Indonesia dalam perspekif pembangunan, (Malang,

univesitas muhamadiah malang, 2012, cet.3),h.,92.

Page 27: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

18

pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan

mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa

melanggar larangan tersebut.3

Sudarto, menggunakan istilah tindak pidana dengan alasan bahwa

istilah tindak pidana sudah sering dipakai oleh pembentuk Undang-undang

dan sudah diterima oleh masyarakat, jadi sudah mempunyai sociologische

gelding. Adapun utrecht dalam bukunya hukum pidana I menggunakan istilah

peristiwa pidana. Alasannya bahwa peristiwa itu meliputi suatu perbuatan

(handelen atau doen positive) atau suatu melalaikan (verzuim atau nalaten,

niet-doen-negative) maupun akibatnya ( keadaan yang ditimbulkan oleh

karena perbuatan itu ) Menurut Sudarto, yang dimaksud dengan tindak pidana

adalah perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yang dilakukan oleh

orang yang memungkinkan pemberian pidana‟‟.4

Moeljatno, dengan memberikan alasan yang sangat luas lebih senang

menggunakan istilah perbuatan pidana. Hal tersebut sebagaimana

dikemukakan dalam pidato pengukuhan guru besarnya pada tahun 1955,

dengan judul perbuatan dan pertanggungjawaban dalam hukum pidana.

Alasan beliau bahwa perbuatan ialah keadaan yang dibuat oleh seseorang atau

barang sesuatu yang dilakukan. Lebih lanjut dikatakan: perbuatan ini

menunjuk, baik pada akibatnya maupun yang menimbulkan akibat.5

Dalam kesempatan lain dikemukakan pula, bahwa dipakai kata

perbuatan dengan alasan bahwa kata perbuatan adalah suatu pengertian

abstrak yang menunjuk kepada dua keadaan kongkret. Pertama adanya

3Ismu Gunaidi, Joenadi Efendi, Cara Cepat Dan Mudah Memahami Hukum Pidana, (Jakarta:

Kencana Prenadamedia Grup,2014), h.,37.

4Nandang sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak Serta Penerapanya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013),h.,9.

5Ibid,h.,9.

Page 28: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

19

kejadian yang tertentu dan kedua adanya orang yang membuat, yng

menimbulkan kejadian itu. Dengan demikian, ia menganggap kurang tepat

menggunakan peristiwa pidana sebagaimana yang digunakan dalam pasal 14

uuds 1950 untuk memberikan suatu pengertian yang abstrak. Peristiwa adalah

pengertian yang kongkret, yang hanya menunjuk kepada suatu kejadian yang

tertentu saja. Hal tersebut sama halnya dengan pemakaian istilah tindak dalam

tindak pidana.6

Adanya perbedaan terjemahan istilah strafbaar feit, secara doktrinal

telah menimbulkan perbedaan pengertian. Hal tersebut dapat dilihat

sebagaimana dikemukakan oleh Hanzewinkel Suringa, bahwa straafbaarfeit

diartikan sebagai suatu perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah

ditolak dalam sesuatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku

yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan sarana-sarana

yang bersifat memaksa yang terdapat di dalamnya.7

Menurut Utrecht, yang dimaksud dengan peristiwa pidana adalah „‟

suatu peristiwa hukum (rechtfeit), yaitu suatu peristiwa kemasyarakatan yang

membawa akibat yang diatur oleh hukum‟‟.8

Maka dari definis yang diberikan oleh para alhli, kita dapat mengambil

kesimpulan bahwa tindak pidana adalah suatu tindakan yang dilakuan oleh

manusia yang melanggar perintah atau larangan dalam Undang-undang yang

memuat ancaman sanksi pidana.

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana

J.M. Van Bemmelen yang menulis bahwa pembuat Undang-undang,

misalnya membuat perbedaan antara kejahatan yang dilakukan dengan

6Ibid,h.,10.

7Ibid,h.,10.

8Ibid,h.,10.

Page 29: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

20

sengaja dan karena kealpaan. Bagian yang berkaitan dengan si pelaku itu

dinamakan “bagian subjektif”. Bagian yang bersangkutan dengan tingkah laku

itu sendiri dan dengan keadaan di dunia luas pada waktu perbuatan itu

dilakukan, dinamakan “bagian objektif.”9

Demikian juga Bambang Poernomo yang menulis bahwa: pembagian

secara mendasar didalam melihat elemen perumusan delik hanya mempunyai

dua elemen dasar yang terdiri atas:10

a. Bagian yang objektif yang menunjuk bahwa delict/strafbaar feit terdiri

dari suatu perbuatan ( een doen of nalaten ) dan akibat yanga bertentangan

dengan hukum positif sebagai perbuatan yang melawan hukum

(onrechtmatig ) yang menyebabkan diancam dengan pidana oleh peraturan

hukum, dan

b. Bagian yang subjektif yang merupakan anasir kesalahan dari pada delict/

strafbaarfeit

Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa elemen delict/strafbaar feit itu

terdiri dari elemen objektif yang berupa adanya suatu kelakuan bertentangan

dengan hukum (onrechtmatig atau wederrechtelijk) dan elemen subjektif yang

berupa adanya seorang pembuat/dader yang mampu bertanggung jawab atau

dapat dipersalahkan (toerekeningsvatbaarheid) kelakuan yang bertentangan

dengan hukum itu.

Ahli hukum yang langsung melakukan pembagian secara terinci,

misalnya D. Hazewinkel-Suringa, sebagaimana yang dikutip oleh bambang

poernomo, mengemukakan unsur-unsur tindak pidana yang lebih rinci,

yaitu:11

9 Moeljato, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta,2009), h.,66.

10Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta:Ghalia Indoesia, 1978),h.,98.

11Ibid,h.,90.

Page 30: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

21

a. Tiap delik berkenaan dengan tingkah laku manusia (menselijke

gedraging), berupa berbuat atau tidak berbuat (een doen of nalaten).

Hukum pidana kita adalah hukum pidana perbuatan (daadstrafrecht).

Cogitationis poenam nemo patitur (tidak seorang pun dapat dipidana

hanya atas apa yang dipikirkannya ).

b. Beberapa delik mengharuskan adanya akibat tertentu. Ini terdapat pada

delik material.

c. Pada banyak delik dirumuskan keadaan psikis, seperti maksud (oogmerk),

sengaja (opzet), dan kealpaan (onach-zaamheid atau culpa).

d. Sejumlah besar delik mengharuskan adanya keadaan-keadaan objektif

(objectieveomstandigheden), misalnya penghasutan ( pasal 160 ) dan

pengemisan (pasal 504 ayat 1) hanya dapat dipidana jika dilakukan

didepan umum (in het openbaar).

e. Beberapa delik meliputi apa yang dinamakan syarat tambahan untuk dapat

dipidana. Misalnya dalam pasal 123: „‟jika pecah perang‟‟; pasal 164 dan

165: „‟jika kejahatan itu jadi dilakukan‟‟pasal 345 jika orang itu jadi

bunuh diri pasal 531 jika kemudian orang itu meningal.

f. Juga bisa dipandang sebagai suatu kelompok unsur tertulis yang khusus

yakni apa yang dirumuskan sebagai melawan hukum (wederrechtelejik)

tanpa wewenang (zonder daartoe gerchtigd te zijn) dengan melampau

wewenang (overschrijving der bevoegheid).

g. Umumnya waktu dan tempat tidak merupakan unsur tertulis. Hanya dalam

hal-hal khusus pembentuk Undang-undang mencantumkannya dalam

rumuan delik, misalnya dalam pasal 122: dalam waktu perang (tijd van

oorlog)

H.B Vos, sebagaimana ditulis oleh bambang poernomo, bahwa dalam

tindak pidana dimungkinkan ada beberapa unsur (elemen) yaitu:12

12

Ibid,h.,99.

Page 31: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

22

a. Elemen perbuatan yang dilakukan orang dalam hal berbuat atau tidak

berbuat (een doen of nalaten)

b. Elemen akibat dari perbuatan, yang terjadi dalam delict selesai. Elemen

akibat ini dapat diangap telah ternyata pada suatu perbutan. Rumusan

Undang-undang kadang-kadag elemnen akibat tidak diperhitungkan di

dalam delict formil, akantetapi kadang-kadang elemen akibat dinyaakan

dengan tegas yang terpisah dari perbuaanya seperti didalam delict formal

c. Elemen subjektif yaitu kesalahan, yangb dwujudkan dengan kata-kata

sengaja (opzet) atau alpa (culpa)

d. Elemen melawan hukum (wedrrechtelijkheid)

e. Dan sedertan elemen-elemen lain menurut rumusan Undang-undang, dan

dibedakan dari segi objektif misalnya dalam pasal 160 diperlukan elemen

dimuka umum (in het openbaar) dan segi subjektifnya misalnya pasal 340

diperlukan unsur direncanakan terlebih dahulu(voorbedachteraad)

3. Jenis-Jenis Tindak Pidana

a. Penggolongan tindak pidana menurut doktrin13

Secara umum tindak pidana dapat dibedakan ke dalam beberapa

pembagian sebagai berikut.

1) Tindak pidana dapat dibedakan secara kualitatif atas kejahatan dan

pelanggaran

a) Kejahatan

Secara doktrinal kejahatan adalah rechtdelicht, yaitu

perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan keadilan, terlepas

apakah perbuatan itu diancam pidana dalam suatu Undang-undang

13

Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, (Malang:

Universitas Muhammadiah Malang, 2012, cet.3),h.,105.

Page 32: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

23

atau tidak. Sekalipun tidak dirumuskan sebagai delik dalam

Undang-undang, perbuatan ini benar-benar dirasakan oleh

masyarakat sebagai perbuatan yang bertentangan dengan keadilan.

Jenis tindak pidana ini juga sering disebut malaperse. Perbuatan-

perbuatan yang dapat dikualifikasikan sebagai rechtdelicht dapat

disebut antara lain pembunuhan, pencurian, dan sebagainya.

b) Pelanggaran

Jenis tindak pidana ini disebut wetsdelicht, yaitu

perbuatan-perbuatan yang oleh masyarakat baru disadari sebagai

suatu tindak pidana, karena Undang-undang merumuskannya

sebagai delik. Perbuatan-perbuatan ini baru disadari sebagai tindak

pidana oleh masyarakat oleh karena Undang-undang

mengancamnya dengan sanksi pidana. Tindak pidana ini disebut

juga mala quia prohibitia. Perbuatan-perbuatan yang dapat

dikualifikasikan sebagai wetsdelicht dapat disebut misalnya

memarkir mobil di sebelah kanan jalan, berjalan dijalan raya

disebelah kanan, dan sebagainya.

Patut dicatat, bahwa di dalam perkembangannya

pembagian tindak pidana secara kualitatif atas kejahatan dan

pelanggaran seperti tersebut di atas tidak dapat diterima. Penolakan

terhadap pembagian tindak pidana secara kualitatif tersebut

bertolak dari kenyataan, bahwa ada juga kejahatan yang baru

disadari sebagai tindak pidana oleh masyarakat setelah dirumuskan

dalam Undang-undang pidana. Dengan demikian tidak semua

kejahatan merupakan perbuatan yang benar-benar telah dirasakan

sebagai perbuatan yang bertentangan dengan keadilan, sebelum

dirumuskan dalam Undang-undang. Tetapi sebaliknya, terdapat

Page 33: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

24

juga pelanggaran yang memang benar-benar telah dirasakan oleh

masyarakat sebagai perbuatan yang bertentangan dengan keadilan,

sekalipun perbuatan itu belum dirumuskan sebagai tindak pidana

dalam Undang-undang.

2) Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana formil dan

tindak pidana materil

a) Tindak pidana formil

Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang

perumusannya dititik beratkan pada perbuatan yang dilarang.

Dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa tindak pidana formil

adalah tindak pidana yang telah dianggap terjadi/ selesai

dengan telah dilakukannya perbuatan yang dilarang dalam

Undang-undang, tanpa mempersoalkan akibat. Tindak pidana

yang diklasifikasikan sebagai tindak pidana formil dapat

disebut misalnya pencurian sebagaimana diatur dalam pasal

362 KUHP, penghasutan sebagaimana diatur dalam pasal 160

KUHP, dan sebagainya.

b) Tindak pidana materiil

Tindak pidana materiil adalah tindak pidana yang

perumusannya dititikberatkan pada akibat yang dilarang.

Dengan kata lain, dapat dikatakan, bahwa tindak pidana

materiil adalah tindak pidana yang baru dianggap telah terjadi,

atau dianggap telah selesai apabila akibat yang dilarang itu

telah terjadi. Jadi, jenis tindak pidana ini mempersyaratkan

terjadinya akibat untuk selesainya. Apabila belum terjadi

akibat yang dilarang, maka belum bisa dikatakan selesai tindak

pidana ini, yang terjadi baru percobaannya. Sebagai contoh

Page 34: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

25

dapat disebut misalnya tindak pidana pembunuhan yang diatur

dalam pasal 338 KUHP, penipuan dalam pasal 378 KUHP dan

sebagai.

3) Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana/ delik

comissionis, delik omisionis dan delik comisionis peromissionis

comissa

a) Delik comissionis.

Delik comissionis adalah delik yang berupa

pelanggaran terhadap larangan, yaitu berbuat sesuatu yang

dilarang, misalnya melakukan pencurian, penipuan,,

pembunuhan, dan sebagainya.

b) Delik omissionis

Delik omissionis adalah delik yang berupa pelanggaran

terhadap perintah, yaitu tidak berbuat sesuatu yang diperintah

misalnya tidak mengadap sebagai saksi di muka pengadilan

sebagaimana ditentukan dalam pasal 522 KUHP.

c) Delik comissionis per omissionis comissa

Delik comissionis per omissionis comissa adalah delik

yang berupa pelanggaran terhadap larangan, akan tetapi

dilakukan dengan cara tidak berbuat. Contoh: seorang ibu yang

membunuh anaknya dengan cara tidak memberi air susu

(pelanggaran terhadap larangan untuk membunuh sebagaimana

diatur dalam pasal 338 atau 340 KUHP).

4) Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana kesengajaan dan

tindak pidana kealpaan (delik dolus dan delik culpa)

Page 35: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

26

a) Tindak pidana kesengajaan/delik dolus adalah delik yang

memuat unsur kesengajaan. Misalnya tindak pidana

pembunuhan dalam pasal 338 KUHP, tindak pidana pemalsuan

mata uang sebagaimana diatur dalam pasal 245 KUHP, dan

sebagainya.

b) Tindak pidana kealpaan/ delik culpa adalah delik-delik yang

memuat unsur kealpaan. Misalnya: delik yang diatur dalam

pasal 359 KUHP, yaitu karena kealpaannya mengakibatkan

matinya orang, delik yang diatur dalam pasal 360 KUHP, yaitu

karena kealpaannya mengakibatkan orag lain luka, dan

sebagainya.

5) Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana/ delik tunggal

dan delik berganda. Penjabaran sebagai berikut:

a) Delik tunggal adalah delik yang cukup dilakukan dengan satu

kali perbuatan. Artinya, delik ini dianggap telah terjadi dengan

hanya dilakukan sekali perbuatan. Misalnya: pencurian,

penipuan, pembunuhan.

b) Delik berganda adalah delik yang untuk kualifikasinya baru

terjadi apabila dilakukan beberapa kali perbuatan. Misalnya:

untuk dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana/delik dalam

pasal 481 KUHP, maka penadahan itu harus terjadi dalam

beberapa kali. Apabila hanya terjadi sekali, maka masuk

kualifikasi pasal 480 KUHP (penadahan-biasa).

6) Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana yang

berlangsung terus dan tindak pidana yang tidak berlangsung terus

a) Tindak pidana yang berlangsung terus adalah tindak pidana

yang mempunyai ciri, bahwa keadaan/ perbuatan yang

terlarang itu berlangsung terus menerus. Contoh tindak pidana

ini misalnya tindak pidana yang diatur dalam pasal 333 KUHP

Page 36: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

27

yaitu tindak pidana merampas kemerdekaan orang. dalam

tindak pidana ini, selama orang yang dirampas

kemerdekaannya itu belum dilepas (masih disekap di dalam

kamar, misalnya), maka selama itu pula tindak pidana itu

masih berlangsung terus.

b) Tindak pidana yang tidak berlangsung terus adalah tindak

pidana yang mempunyai ciri, bahwa keadaan yang terlarang itu

tidak berlangsung terus. Jenis tindak pidana ini akan selesai

dengan telah dilakukannya perbuatan yang dilarang atau telah

timbulnya akibat. Contoh: tindak pidana pencurian,

pembunuhan, penganiayaan dan sebagainya.

7) Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana aduan dan

tindak pidana bukan aduan.

a) Tindak pidana aduan adalah tindak pidana yang penuntutannya

hanya dilakukan apabila ada pengaduan dari pihak yang

terkena atau yang dirugikan. Dengan demikian, apabila tidak

ada pengaduan, terhadap tindak pidana itu tidak boleh

dilakukan penuntutan. Tindak pidana aduan dapat dibedakan

dalam dua jenis, yaitu:

b) Tindak pidana aduan absolut,tindak pidana aduan absolut,

yaitu tindak pidana yang mempersyaratkan secara absolut

adanya pengaduan untuk penuntutannya. Contohnya: tindak

pidana perzinaan dalam pasal 284 KUHP, tindak pidana

pencemaran nama baik dalam pasal 310 KUHP, dan

sebagainya. Jenis tindak pidana ini menjadi aduan, karena sifat

dari tindak pidananya sendiri.

c) Tindak pidana aduan relatif

Page 37: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

28

Pada prinsipnya jenis tindak pidana ini bukanlah

merupakan jenis tindak pidana aduan. Jadi pada dasarnya

tindak pidana aduan relatif merupakan tindak pidana laporan

(tindak pidana biasa) yang karena dilakukan dalam lingkungan

keluarga, kemudian menjadi tindak pidana aduan. Contoh

tindak pidana ini misalnya tindak pidana pencurian dalam

keluarga dalam pasal 367 KUHP, tindak pidana penggelapan

dalam keluarga dalam pasal 367 KUHP, dan sebagainya.

Tindak pidana bukan aduan, yaitu tindak pidana-tindak

pidana yang tidak mempersyaratkan adanya pengaduan untuk

penuntutannya. Misalnya: tindak pidana pembunuhan, tindak

pidana pencurian, tindak pidana penggelapan, dan sebagainya.

h. Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana biasa (dalam

bentuk pokok) dan tindak pidana yang dikualifikasi

1) Tindak pidana dalam bentuk pokok adalah bentuk tindak pidana

yang paling sederhana, tanpa adanya unsur yang bersifat

memberatkan.

2) Tindak pidana yang dikualifikasi yaitu tindak pidana dalam

bentuk pokok yang ditambah dengan adanya unsur pemberat,

sehingga ancaman pidananya menjadi lebih berat.

B. Tindak Pidana Pencurian Dalam Hukum Positif

1. Pengertian Pencurian

Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya

dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam

bentuk pokoknya yang berbunyi: barang siapa mengambil suatu benda yang

Page 38: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

29

seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki

secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara

paling lama 5 Tahun atau denda paling banyak Rp.900,00.14

2. Unsur Dalam Tindak Pidana Pencurian

a. Unsur Objektif terdiri dari :15

1) Perbuatan mengambil

Unsur pertama dari tindak pidana pencurian ialah perbuatan

“mengambil” barang. “Kata “mengambil” (wegnemen) dalam arti sempit

terbatas pada menggerakan tangan dan jari-jari, memegang barangnnya,

dan mengalihkannya ke lain tempat.16

Dari adanya unsur perbuatan yang

dilarang mengambil ini menunjukan bahwa pencurian adalah berupa

tindak pidana formil. Mengambil adalah suatu tingkah laku

positif/perbuatan materil, yang dilakukan dengan gerakan-gerakan yang

disengaja. Pada umumnya menggunakan jari dan tangan kemudian

diarahkan pada suatu benda, menyentuhnya, memegang, dan

mengangkatnya lalu membawa dan memindahkannya ke tempat lain atau

dalam kekuasaannya.

Unsur pokok dari perbuatan mengambil harus ada perbuatan aktif,

ditujukan pada benda dan berpindahnya kekuasaan benda itu ke dalam

kekuasaannya. Berdasarkan hal tersebut, maka mengambil dapat

dirumuskan sebagai melakukan perbuatan terhadap suatu benda dengan

membawa benda tersebut ke dalam kekuasaanya secara nyata dan

mutlak.Unsur berpindahnya kekuasaan benda secara mutlak dan nyata

adalah merupaka syarat untuk selesainya perbuatan mengambil, yang

14

KUHP pasal 362

15 Leden Marpaung, Asas-teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta:Sinar Grafika,2012), h.,8.

16 Wijrono Projoikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, (Bandung: Refika

Aditama, 2003, cet.3) h., 15.

Page 39: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

30

artinya juga merupakan syarat untuk menjadi selesainya suatu perbuatan

pencurian yang sempurna.

2) Objeknya suatu benda

Pada objek pencurian ini sesuai dengan keterangan dalam Memorie

van toelichting (MvT) mengenai pembentukan Pasal 362 KUHP adalah

terbatas pada benda-benda bergerak (roerend goed). Benda-benda tidak

bergerak, baru dapat menjadi objek pencurian apabila telah terlepas dari

benda tetap dan menjadi benda bergerak. Benda bergerak adalah setiap

benda yang berwujud dan bergerak ini sesuai dengan unsur perbuatan

mengambil.17

3) Unsur keadaan yang menyertai/melekat pada benda, yaitu benda tersebut

sebagian atau seluruhnya milik orang lain.

Benda tersebut tidak perlu seluruhnya milik orang lain, cukup

sebagian saja, sedangkan yang sebagian milik pelaku itu sendiri.

Contohnya seperti sepeda motor milik bersama yaitu milik A dan B, yang

kemudian A mengambil dari kekuasaan B lalu menjualnya. Akan tetapi

bila semula sepeda motor tersebut telah berada dalam kekuasaannya

kemudian menjualnya, maka bukan pencurian yang terjadi melainkan

penggelapan (Pasal 372 KUHP).18

a. Unsur Subjektif terdiri dari :

1) Adanya maksud untuk memiliki

Maksud untuk memiliki terdiri dari dua unsur, yakni unsur

pertama maksud (kesengajaan sebagai maksud atau opzet als oogmerk),

berupa unsur kesalahan dalam pencurian, dan kedua unsur memilikinya.

Dua unsur itu tidak dapat dibedakan dan dipisahkan satu sama

lain. Maksud dari perbuatan mengambil barang milik orang lain itu harus

17

Ibid, h., 16.

18 Ibid, h., 16.

Page 40: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

31

ditujukan untuk memilikinya, dari gabungan dua unsur itulah yang

menunjukan bahwa dalam tindak pidana pencurian, pengertian memiliki

tidak mengisyaratkan beralihnya hak milik atas barang yang dicuri ke

tangan pelaku, dengan alasan. Pertama tidak dapat mengalihkan hak milik

dengan perbuatan yang melanggar hukum, dan kedua yang menjadi unsur

pencurian ini adalah maksudnya (subjektif) saja. Sebagai suatu unsur

subjektif, memiliki adalah untuk memiliki bagi diri sendiri atau untuk

dijadikan barang miliknya. Apabila dihubungkan dengan unsur maksud,

berarti sebelum melakukan perbuatan mengambil dalam diri pelaku sudah

terkandung suatu kehendak (sikap batin) terhadap barang itu untuk

dijadikan sebagai miliknya.19

2) Dengan melawan hukum

Menurut Moeljatno, unsur melawan hukum dalam tindak pidana

pencurian yaitu Maksud memiliki dengan melawan hukum atau maksud

memiliki itu ditunjukan pada melawan hukum, artinya ialah sebelum

bertindak melakukan perbuatan mengambil benda, ia sudah mengetahui

dan sudah sadar memiliki benda orang lain itu adalah bertentangan dengan

hukum. Karena alasan inilah maka unsur melawan hukum dimaksudkan

ke dalam unsur melawan hukum subjektif. Pendapat ini kiranya sesuai

dengan keterangan dalam memorie van toelichting (MvT) yang

menyatakan bahwa, apabila unsur kesengajaan dicantumkan secara tegas

dalam rumusan tindak pidana, berarti kesengajaan itu harus ditujukan pada

semua unsur yang ada dibelakangnya.20

19

Ibid, h., 18.

20 Ibid, h., 16-17.

Page 41: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

32

C. Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam

1. Macam-Macam Pencurian dan Pengertiannya

Pencurian dalam syariat Islam ada dua macam, yaitu sebagai berikut:21

a. Pencurian yang hukumannya had.

b. Pencurian yang hukumannya ta‟zir.

Pencurian yang hukumannya had terbagi kepada dua bagian, yaitu

a. Pencurian ringan ( شغ انص شلةانس ), dan

b. Pencurian berat ( شب انكشلةانس )

Pencurian ringan menurut rumusan yang dikemukakan oleh Abdul

Qadir Audah adalah sebagai berikut.

اخزشغ انص اانسشلةفأي شخف ف ححخفاءة يالانغ مألس عهسب ا

Artiya: Pencurian ringan adalah mengambil harta milik orang lain dengn cara

diam-diam, yaitu dengan jalan sembunyi-sembunyi.

Sedangkan pengertian pencurian berat adalah sebagai berikut.

اخزشب انكاانسشلةاي غانبةف مان شعهسب يالانغ

Artinya: Adapun pengertian pencurian berat adalah mengambil harta milik

orang lain dengan cara kekerasan.

21

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h., 81.

Page 42: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

33

Perbedaan antara pencurian ringan dengan pencurian berat adalah

bahwa dalam pencurian ringan, pengambilan harta itu dilakukan tanpa

sepengatahuan pemilik dan tanpa persetujuannya. Sedangkan dalam pencurian

berat, pengambilan tersebut dilakukan dengan sepengatahuan pemilik harta

tetapi tanpa kerelaannya, disamping terhadap unsur kekerasan. Dalam istilah

lain, pencurian berat ini disebut jarimah hirabah atau perampokan, dan secara

khusus akan dibicarakan dalam bab tersendiri. Dimasukannya perampokan

kedalam kelompok pencurian ini, sebabnya adalah karena dalam perampokan

terdapat segi persamaan dengan pencurian, yaitu sekalipun jika dikaitkan

dengan pemilik barang, perampokan itu dilakukan dengan terang-terangan,

namun jika dikaitkan dengan pihak penguasa atau petugas keamanan,

perampokan tersebut dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.22

Pencurian yang hukumannya ta‟zir juga dibagi kepada dua bagian

sebagai berikut:23

1) Semua jenis pencurian yang dikenai hukuman had, tetapi syarat-syaratnya

tidak terpenuhi, atau ada syubhat. Contohnya seperti pengambilan harta

milik anak oleh ayahnya.

2) Pengambilan harta milik orang lain dengan sepengatahuan pemilik tanpa

kerelaannya dan tanpa kekerasan. Contohnya seperti menjambret kalung

dari leher seorang wanita, lalu penjambret itu melarikan diri dan pemilik

barang tersebut melihatnya sambil berteriak meminta bantuan.

Sebenarnya definisi pencurian yang dikemukakan oleh Abdul Qadir

Audah tersebut terlampau singkat dan masih kurang lengkap. Definisi yang

lebih lengkap adalah definisi yang dikemukakan oleh Muhammad Abu

Syahbah.

22

Ibid, h., 82.

23 Ibid, h., 82.

Page 43: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

34

كهف أخزان ا, ع انبانغانعمم–انسشلةشش شخفةإرابهغ–ا يالانغ

غ صي حش رصاب ا,ي الايأخ نشب ةفزاان ك شا

Artinya: Pencurian menurut syara adalah pengambilan oleh seorang mukalaf

yang balig dan berakal terhadap harta milik orang lain dengan diam-diam,

apabila barang tersebut mencapai n s (batas minimal), dari tempat

simpanannya, tanpa ada s u t dalam barang yang diambil tersebut.

2. Unsur-Unsur Pencurian

Dari definisi yang dikemukakan diatas dapat diketahui bahwa unsur-

unsur pencurian itu ada empat macam, yaitu sebagai berikut:24

a. Pengambilan secara diam-diam

Pengambilan secara diam-diam terjadi apabila pemilik (korban)

tidak mengetahui terjadinya pengambilan barang tersebut dan ia tidak

merelakannya. Contohnya, seperti mengambil barang-barang milik orang

lain dari dalam rumahnya pada malam hari ketika ia (pemilik) sedang

tidur. Dengan demikian, apabila pengambilan itu sepengatahuan

pemiliknya dan terjadi tanpa kekerasan maka perbuatan tersebut bukan

pencurian melainkan perampasan (ikhtilas).

Untuk terjadinya pengambilan yang sempurna diperlukan tiga

syarat, yaitu sebagai berikut:

1) Pencuri mengeluarkan barang yang di curi dari tempat simpanannya.

2) Barang yang dicuri dikeluarkan dari kekuasaan pemilik.

3) Barang yang dicuri dimasukkan ke dala kekuasaan pencuri.

24

Ibid, h., 83.

Page 44: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

35

b. Barang yang diambil berupa harta

Salah satu unsur yang penting untuk dikenakannya hukuman

potong tangan adalah bahwa barang yang dicuri itu harus barang barang

yang bernilai m l (harta). Apabila barang yang dicuri itu bukan mal

(harta), seperti hamba sahatya, atau anak kecil ang belum tamyiz maka

pencuri tidak dikenai hukuman . Akan tetapi, imam malik dan

r berpendapat bahwa anak kecil yang belum tamyiz bisa menjadi

objek pencurian, walaupun bukan hamba sahaya, dan pelakunya bisa

dikenai .

Dalam kaitan dengan barang yang dicuri, ada beberapa syarat yang

harus dipenuhi untuk bisa dikenakan hukuman potong tangan. Syarat-

syarat tersebut adalah sebagai berikut:

1) Barang yang dicuri harus m l mut q w m

Pencurian baru dikenai hukuman had apabila barang yang

dicuri itu barang yang mut q w m, yaitu barang yang dianggap

bernilai menurut syara‟. Barang-barang yang tidak bernilai menurut

pandangan syara‟ karena zatnya haram, seperti bangkai, babi,

minuman keras dan sejenisnya, tidak termasuk mal mutaqawwim, dan

orang yang mencurinya tidak dikenai hukuman.

2) Barang tersebut harus barang yang bergerak

Untuk dikenakannya hukuman had bagi pencuri maka

disyaratkan barang yang dicuri harus barang atau benda bergerak. Hal

ini karena pencurian itu memang menghendaki dipindahkannya

sesuatu dan mengeluarkannya dari tempat simpanannya. Hal ini tidak

akan terjadi kecuali pada benda yang bergerak. Suatu benda dianggap

sebagai benda bergerak apabila benda tersebut bisa dipindahkan dari

satu tepat ke tempat lainnya. Ini tidak berarti benda itu benda bergerak

Page 45: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

36

menurut tabiatnya, melainkan cukup apabila benda itu dipindahkan

oleh pelaku atau oleh orang lain.

3) Barang tersebut tersimpan ditempat simpanannya

Para ulama berpendapat bahwa salah satu syarat untuk

dikenakannya hukuman had bagi pencuri adalah bahwa barang yang

dicuri harus tersimpan ditempat simpanannya. Sedangkan r

dan sekelompok ahli hadis tetap memberlakuan hukuman ,

walaupun pencurian bukan dari tempat simpanannya apabila barang

yang dicuri mencapai n s pencurian.

Dasar hukum disyaratkannya tempat simpanan ( r ) ini adalah

hadis yang diriwayatkan oleh Rafi‟ ibn Khadij bahwa Rasulullah

SAW. bersabda:25

لكثللط ش بعة(شعفث األس ذ اأح )س

Artinya: Tidak ada hukuman potong tangan dalam pencurian buah-

buahan dan kurma. (HR.Ahmad dan empat ahli hadis)

Adapun yang dimaksud dengan buah-buahan (tsamr) dalam

hadis tersebut adalah buah-buahan atau kurma yang masih bergantung

dipohonnya sebelum dipetik dan disimpan. Dari hadis tersebut dapat

dipahami bahwa pencurian dari pohonnya tidak dikenai hukuman,

karena pohon bukan tempat simpanan bagi buah-buahan.

r atau tempat simpanan ada dua macam, yaitu sebagai

berikut.

a) r l-makan atau r l-nafsih.

b) r l- atau r l-ghairih.

25

Ibid, h., 84.

Page 46: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

37

Pengertian r l-makan adalah setiap tempat yang

disiapkan untuk penyimpanan barang, dimana orang lain tidak boleh

masuk kecuali dengan izin pemiliknya, seperti rumah, warng, gudang,

dan seagainya. Tempat ini disebut tempat simpanan ( ش karena ( ث

bentuk dan perlengkapannya dengan sendirinya merupakan tempat

simpanan tanpa memerlukan penjagaan.

Adapun yang dimaksud dengan r l- atau r al-

ghairih adalah setiap tempat yang tidak disiapkan untuk penyimpanan

barang, dimana setiap orang boleh masuk tanpa izin, seperti jalan,

halaman, dan tempat parkir. Hukumnya sama dengan lapangan terbuka

jika disana tidak ada orang yang menjaganya. Artinya, tempat tersebut

baru dianggap sebagai r apabila ada orang yang menjaganya. Itulah

sebabnya tempat tersebut disebut r l- atau r l-

ghairih. Sebagai contoh adalah seeorang yang memarkir kendaraannya

dipinggir jalan tanpa penjaga dianggap memarkir bukan pada r atau

tempat simpanannya. Akan tetapi, apabila ditempat tersebut terdapat

penjaga seperti satpam maka jalan tersebut dianggap sebagai r

l- atau r l-ghairih.

4) Barang tersebut mencapai nishab pencurian

Tindak pidana pencurin baru dikenakan hukuman bagi

pelakunya apabila barang yang dicuri mencapai nishab pencurian.

Ketentuan ini didasarkan kepada hadis Rasulullah saw. Yang

diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, Nasa‟i Dan Ibnu Majah,

bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:

Page 47: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

38

ل لال سهى عه هللا سسل ع لانث ا ع هللا سض عاءشة ع

هى. س ن انهف ظ ا،يحفكعه اسفصاعذ جم طعذانساسقإلفسب عد

د فسبع انساسق ذ نهبخاسجم طع اةانهف ظ س ف ا. فصاعذ اس

أد ا ف لجم طع اس افد ال طع عاءشة ع ذأ ألح

سيسهى(ا)ساانبخرنكي

Artinya: Dari A‟isyah ra., ia mengatakan bahwa Rasulullah

alallahualaihi wasalam, “Tangan pencuri tidak dipotong kecuali

dalam pencurian seperempat dinar atau lebih.” (H.R.Mutafaq „alaih)

“Tangan pencuri dipotong dalam pencurian seperempat dinar atau

lebih. (HR. Al-Bukhari dan Muslim) dari A’isyah,”potonglah tangan

pencuri yang mencuri seperempat dinar dan jangan dipotong pada

pencurian yang mencuri seper empat dinar dan jangan dipotong pada

pencurian yang kurang dari itu.” 26

Berdasarkan hadis-hadis tersebut, jumhur fuqaha berpendapat

bahwa hukuman potong tangan baru diterapkan kepada pencuri

apabila nilai barang yang dicurinya mencapai seperempat dinar emas

atau tiga dirham perak. Akan tetapi, beberapa ulama seperti Imam

Hasan Basri, Abu Dawud Al- ahiri, dan kelompok khawarij

berpendapat bahwa pencurian baik sedikit maupun banyak tetap harus

dikenai hukuman potong tangan.27

5) Harta tersebut milik orang lain

Untuk terwujudnya tindak pidana pencurian yang pelakunya

dapat dikenai hukuman had, disyaratkan barang yang dicuri itu

26

Al-Muslim, Shahih Al-Muslim (Semarang: Toha Putera) h., 45.

27 Ibid, h. 85

Page 48: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

39

merupakan hak milik orang lain. Apabila barang yang diambil dari

orang lain itu hak milik pencuri yang dititipkan kepadanya maka

perbuatan tersebut tidak dianggap sebagai pencurian, walaupun

pengambilan tersebut dilakukan secara diam-diam.

Pemilikan pencuri atas barang yang dicurinya yang

menyebabkan dirinya tidak dikenai hukuman harus tetap berlangsung

sampai dengan saat dilakukannya pencurian. Dengan demikian,

apabila pada awalnya ia menjadi pemilik atas barang tersebut, tetapi

beberapa saat menjelang dilakukannya pencurian ia memindahkan hak

milik atas barang tersebut kepada orang lain maka ia tetap dikenai

hukuman had, karena pada saat dilakukannya pencurian barang terebut

sudah bukan miliknya lagi.

Dalam kaitan dengan unsur yang ketiga ini, yang paling

penting adalah barang tersebut ada pemiliknya, dan pemiliknya itu

bukan si pencuri melainkan orang lain. Dengan demikian, apabila

barang tersebut tidak ada pemiliknya seperti benda-benda yang mubah

maka pengambilannya tidak dianggap sebagai pencurian, walaupun

dilakukan secara diam-diam.

Demikian pula halnya orang yang mencuri tidak dikenai

hukuman had apabila terdapat s u t (ketidakjelasan) dalam barang

yang dicuri. Dalam hal ini pelaku hanya dikenai hukuman ta‟zir.

Contohnya seperti pecurian yang dilakukan oleh orang tua terhadap

harta anaknya. Dalam kasus semacam ini, orang tua diangap memiliki

bagian dalam harta anaknya, sehingga terdapat syubhat dalam hak

Page 49: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

40

milik. Hal ini didasarkan kepada hadis nabi yang diriwayatkan oleh

Ibnu Majah Dari Jabir bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:28

ع شاب باي ابشع جذ ع ع ك... يانكألب ث ...ا

س ع د د ذ ااح )س يائ اب (ا ج

Artinya: r mr n s u r n r k kekn ... “Engk u

rt mu m l k mu...” (HR. Ahmad, Daud, Nasai Dan Ibnu

Majah)

Hadist ini mengindikasikan bahwa apabila orang tuamu menginginkan

hartamu ia dapat mengambilnya sebatas keperluanya sepertihalnya

mengambinya dari harta miliknya sendiri.apabila ternyata kamu tidak

memiliki harta, tetapi kamu mempunyai usaha kamu wajib berupaya

dan wajib memberikanya.29

Demikian pula halnya orang ang mencuri tidak dikenai

hukuman apabila ia mencuri harta yang dimiliki bersama-sama

dengan orang yang menjadi korban, kerena hal itu juga dipandang

sebagai syubhat. Pendapat ini dikemukakan oleh imam abu hanifah,

imam syafi‟i, imam ahmad, dan golongan syi‟ah. Akan tetapi, menurut

imam malik, dalam kasus pencurian harta milik bersama, pencurian

tetap dikenai hukuman had apabila pengambilannya itu mencapai

nishab pencurian yang jumlahnya lebih besar daripada hak miliknya.

28

M. Nurul Irfan, Masyrofah, fiqh Jinayah (Jakarta: amzah, 2015) h., 177.

29 Abu Athayib Muhammad Syamsul Haq Al Adzim Abadi, aun al-mabud syarh sunan abi

dawud, (Kairo: Dar Al Hadist, 2001) h., 385 sebagai mana dikutip dalam buku M. Nurul Irfan,

Masyrofah, fiqh Jinayah (Jakarta: Amzah, 2015) h., 177.

Page 50: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

41

Pencurian hak milik umum Menurut Imam Abu Hanifah, Imam

yafi‟i, Imam Ahmad, dan golongan yi‟ah aidiyah, sama

hukumannya dengan pencurian hak milik bersama, karena dalam hal

ini pencuri diangap mempunyai hak sehingga hal ini juga dianggap

sebagai s u t. Akan tetapi menurut imam malik, pencuri tetap

dikenai hukuman .30

6) Adanya niat yang melawan hukum

Unsur yang keempat dari pencurian yang dikenai hukuman had

adalah adanya niat yang melawan hukum. Unsur ini terpenuhi apabila

pelaku pencurian mengambil suatu barang padahal ia tahu bahwa

barang tersebut bukan miliknya, dan karenanya haram untuk diambil.

Dengan demikian, apabila ia mengambil barang tersebut dengan

keyakinan bahwa barang terebut adalah barang yang mubah maka ia

tidak dikenai hukuman, karena dalam hal ini tidak ada maksud

melawan hukum.

Disamping itu, untuk terpenuhinya unsur ini disyaratkan

pengambilan tersebut dilakukan dengan maksud untuk memiliki

barang yang dicuri. Apabila tidak ada maksud untuk memiliki maka

dengan sendirinya tidak ada maksud melawan hukum, oleh karena itu

ia tidak dianggap sebagai pencuri. Hukuman tersebut dikenakan

terhadap pencuri sebagai mana firman Allah dalam Q.s Al Maidah: 5:

ayat 38

30

Abu Athayib Muhammad Syamsul Haq Al Adzim Abadi, aun al-mabud syarh sunan abi

dawud, (Kairo: Dar Al Hadist, 2001) h., 385 sebagai mana dikutip dalam buku M. Nurul Irfan,

Masyrofah, fiqh Jinayah (Jakarta: Amzah, 2015) h., 177.

Page 51: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

42

اسق انس هللا هللا اكسباكال ي ب اجضاء ذ اسلةفال طعاأ انس

عضضحكى

Artinya: “Laki-laki dan perempuan yang mencuri potonlah tangan

keduanya. Seagai balasan dari perbuatannya dan siksaan dari Allah

SWT. Dan Allah maha Perkasa, maha bijaksana.” (Q.s Al Maidah: 38)

D. Review Studi Terdahulu

1. Maman Abdul Rahman, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakutas Syariah

Dan Hukum, dengan judul “Pertanggungjawaban Pidana Anak Menurut

Hukum Pidana Islam dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang

istem Peradilan Pidana Anak”.Masalah pidana anak yang bermula dari

kenakalan anak dewasa ini merupakan persoalan yang aktual, hampir disemua

negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Pidana anak diklasifikasikan

sebagai perbuatan kejahatan yang dianggap sebagai kenakalan anak (juvenile

delinquency). penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

pertanggungjawaban pidana yang dilakukan seseorang yang termasuk dalam

kategori anak menurut hukum Islam dan hukum positif di Indonesia.

Penelitian ini merupakan kajian literatur dengan pendekatan normatif yang

dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka (library research),

yaitu dengan menelaah buku-buku, media cetak dan elektronik atau bahan

bacaan lain yang berkaitan dengan masalah pertanggungjawaban pidana anak.

Dalam pada ini telah diatur dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dalam Hukum Islam

pertanggungjawaban pidana hanya dibebankan kepada anak yang telah baligh,

adapun ta‟zir yaitu hukuman yang dijatuhkan oleh ulil amri sebagai bentuk

pendidikan, pengajaran dan perbaikan diri yang disesuaikan dengan kondisi

psikologi anak. Berdasarkan pendekatan yang dilakukan diatas, hasil

Page 52: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

43

penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hal pertanggungjawaban pidana

anak menurut UU No. 11 Tahun 2012 dengan hukum Islam sama-sama

menitik beratkan kepada pengurangan hukuman kepada anak dan hukuman

yang diberikan sifatnya adalah mendidik. Sedangkan perbedaannya terletak

pada ketentuan kategorisasi anak dan hukuman yang dijatuhkan.

Berbeda dengan apa yang diteliti dalam skripsi penulis yang lebih

memfokuskan pada pembahasan penerapan pasal pencurian dengan pemeratan

pada tindak pidana pencurian yang dilaukan oleh anak yang disandingkan

dengan PERMA Nomor 2 Tahun 2012.

2. Puti Ramadhani, UIN Syarif Hidayatullah Jakata, Fakulas Syariah Dan

Hukum, dengan judul skripsi “Tindak pidana pembunuhan anak oleh orang

tuanya ditinjau dari hukum pidana Islam dan hukum pidana positif.”Hal yang

paling membedakan diantara kedua tinjauan hukum, yaitu hukum pidana

Islam dan hukum pidana positif adalah pengertian anak jika dihubungkan

dengan pembunuhan anak. Di dalam hukum pidana Islam, walaupun

mengenal pembatasan usia pada anak-anak akan tetapi jika ditarik pada hadits

tentang pembunuhan anak maka pembatasan anak tersebut mcnjadi hilang.

Hal ini dikarenakan pada pengcrlian anak pada hadits tersebut adalah dari

mulai terpisah dari janin ibunya sampai sepanjang hidupnya. Sedangkan di

dalam di dalam hukum pidana positif anak adalah yang belum berusia 18

tahun bahkan termasuk yang masih dalam kandungan jadi dapat dikatakan

bahwa pembahasan pembunuhan anak pada hukum pidana Islam lebih

menyeluruh daripada hukum pidana positif yang terbatas sampai pada usia

delapan belas tahun.

Berbeda dengan yang ada pada penelitian penulis dimana dalam kasus

yang ada pada penelitian penulis pelaku tindak pidana adalah anak, sedangkan

pada sekripsi diatas membahas anak dalam rumpun sebagai korban. Irisan

antara kedua penelitian ini adalah batas usia anak.

Page 53: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

44

3. Binga Agsel Siqitsa, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah Dan

Hukum, dengan judul “Penyertaan anak dalam tindak pidana pembunuhan

perspektif hukum pidana Islam (analisis Putusan Nomor:

1131/Pid.An/2013/PN.Jkt. el)”Masalah utama dalam skripsi ini adalah

mengenai penyertaan anak dalam perbuatan tindak pidana pembunuhan yang

terdapat di dalam putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor

1131/Pid.An/2013/PN.Jkt.Sel yang memvonis anak Fikri Pribadi, anak Bagus

Firdaus, anak Fatahillah, dan anak Arga Putra Samosir dengan masing-masing

dijatuhkan pidana penjara selama 4 (empat) tahun, 3 (tiga) tahun, 3 (tiga)

tahun 6 (enam) bulan, dan 3 (tiga) tahun. Skripsi ini bertujuan untuk

mengetahui apa saja bentuk-bentuk penyertaan dalam hukum positif maupun

hukum pidana Islam, bagaimana hukum pidana Islam mengatur penghukuman

terhadap anak, dan apa sanksi yang tepat untuk dijatuhkan bagi anak yang ikut

serta bersama orang dewasa dalam melakukan tindak pidana pembunuhan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan

dengan metode kepustakaan yang di mana penulis melakukan identifikasi

secara sistematis dari sumber yang berkaitan dengan objek kajian. Setelah

data diperoleh, penulis menganalisis secara yuridis-normatif data yang

diperoleh terhadap objek kajian (Putusan Nomor:

1131/Pid.An/2013/PN.Jkt.Sel). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

Hukum Pidana Islam mengenal adanya penyertaan. Untuk pelaku dari

penyertaan pembunuhan, dapat dikenakan hukuman qishash. Namun jika anak

yang terlibat dalam penyertaan pembunuhan bersama orang dewasa, maka

dihapuskannya hukuman qishash tersebut karena terdapat unsur syubhat di

dalamnya. Sedangkan dalam hukum positif, anak yang belum dewasa, tetap

dikenakan hukuman. Mengenai kasus anak ini, diberlakukan asas Lex

Specialis Derogat Legi Generalis, sehingga hukuman yang tercantum dalam

Pasal 338 KUHP tidak berlaku. Hukuman yang berlaku ialah penjara di

Page 54: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

45

bawah 10 tahun sebagaimana yang terdapat dalam UU Nomor 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Jika dalam penulisan skripsi diatas membahas tentang pembunuhan

yang dilakuan oleh anak maka berbeda dengan yang diteliti dalam skripsi

yang penulis susun diamana yang menjadi fokus kajiannya terletak pada

tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak.

Page 55: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

46

BAB III

SANKSI PIDANA BAGI ANAK PELAKU PENCURIAN DALAM

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

A. Tindak Pidana Anak

1. Pengertian Anak

Pengerian anak secara normatif terdapat dalam beberapa peraturan.

Salah satu UU yang mendefinisikan tentang anak adalah UU Nomor 11 tahun

2012 pada pasal 1 ayat 3 menyatakan bahwa pengertian anak adalah “Anak

yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak

yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan

belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.” edangkan pengertian

anak jika melihat perkembangannya secara biologis dapat dilihat dalam fase-

fase perkembangan yang dialami seorang anak, Zakiah Daradjat menguraikan

sebagai berikut:1

a. Masa kanak-kanak terbagi dalam:

1) Masa bayi, yaitu masa seorang anak dilahirkan sampai umur dua

tahun.

a) Pada masa tersebut seorang anak masih lemah belum mampu

menolong dirinya, sehingga sangat tergantung kepada

pemeliharaan ibu atau ibu pengganti. Pada masa ini terhadap anak

terjadi beberapa peristiwa penting yang mempunyai pengaruh

kejiwaan seperti, disapih, tumbuh gigi, mulai berjalan dan

berbicara.

b) Menurut soesilowindradini, karena bayi masih membutuhkan

bantuan dan tergantung kepada orang dewasa, maka ia masih

1 Nadang sambas, Peradilan Pidan Anak Di Indonesia Dan Istrumen Internasional

Perlindungan Anak Serta Penerapannya (Yogyakarta: Graha ilmu, 2013), h., 3.

Page 56: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

47

mudah diatur. Hal tersebut menyebabkan orang dewasa dan anak

yang lebih besar dari padanya akan senang kepadanya.

c) Masa kanak-kanak pertama, yaitu antara usia 2-5 tahun. Pada

masa ini anak-anak sangat gesit bermain dan mencoba. Mulai

berhubungan dengan orang-orang dalam lingkungannya serta

mulai terbentuknya pemikiran tentang dirinya. Pada masa ini anak-

anak sangat suka meniru dan emosinya sangat tajam. Oleh karena

itu diperlukan suasana yang tenang dan memperlakukannya

dengan kasih sayang serta stabil.

2) Masa kanak-kanak terakhir, yaitu antara usia 5-12 tahun.

Anak pada fase ini berangsur-angsur pindah dari tahap mencari

kepada tahap memantapkan. Pada tahap ini terjadi pertumbuhan

kecerdasan yang cepat, suka bekerja, lebih suka bermain bersama,

serta berkumpul tanpa aturan sehingga bisa disebut dengan gang age.

Pada tahapan ini disebut juga masa anak sekolah dasar atau periode

intelektual.

3) Masa remaja antara usia 13-20 tahun.

Masa remaja adalah masa dimana perubahan cepat terjadi

dalam segala bidang pada tubuh dari luar dan dalam, perubahan

perasaan, kecerdasan, sikap sosial. Masa ini disebut juga sebagai masa

persiapan untuk menempuh masa dewasa. Bagi seorang anak, pada

masa tersebut merupakan masa goncangan karena banyak perubahan

yang terjadi dan tidak stabilnya emosi yang sering kali menyebabkan

timbulnya sikap dan tindakan yang oleh orang dinilai sebagai

perbuatan nakal.

Sama halnya dengan apa yang dikemukakan Zakiah Daradjat,

Soesilowindradini yang membagi masa remaja kedalam masa remaja

Page 57: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

48

awal dan masa remaja akhir. Pada masa yang pertama adalah masa

seorang anak menginjak usia 13 sampai 17 tahun. Dalam masa periode

ini status anak remaja dalam masyarakat boleh dikatakan tidak dapat

ditentukan dan membingungkan. Bahkan pada suatu waktu dia

diperlakukan sebagaimana layaknya anak-anak. Sedangkan pada masa

yang disebut terakhir adalah masa antara usia 17 sampai 21 tahun.

Pada masa ini seorang anak telah menunjukan kestabilan yang

bertambah bila dibandingkan dengan masa remaja sebelumnya.

4) Masa dewasa muda antara usia 21-25 tahun.

Pada masa dewasa muda ini pada umumnya masih dapat

dikelompokan kepada generasi muda. Walaupun dari segi

perkembangan jasmaniah dan kecerdasan telah betul-betul dewasa,

dan emosi juga sudah stabil, namun dari segi kemantapan agama dan

ideology masih dalam proses pemantapan.

Adanya fase-fase perkembangan yang dialami dalam kehidupan

seorang anak, memberikan gambaran bahwa dalam pandangan psikologi

untuk menentukan batasan terhadap seorang anak nampak adanya berbagai

macam cerita, baik didasarkan pada segi usia maupun dari perkembangan

pertumbuhan jiwa. Dapat disimpulkan bahwa yang dapat dikategorikan

sebagai seorang anak adalah sejak masa bayi hingga masa kanak-kanak

terakhir, yaitu sejak dilahirkan sampai usia 12 tahun. Namun karena dikenal

adanya masa remaja, maka setelah masa kanak-kanak berakhir seorang anak

belum dapat dikategorikan sebagai orang yang sudah dewasa, melainkan baru

menginjak remaja (pubertas). Pada masa remaja ini merupakan masa

pertumbuhan baik dari segi rohani maupun jasmani. Pada masa ini umumnya

mengalami suatu bentuk krisis, berupa kehilangan keseimbangan jasmani dan

rohani. Pada masa remaja atau pubertas bisa dibagi dalam empat fase:

Page 58: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

49

1) Masa awal pubertas, disebut pula sebagai masa pueral atau pra-pubertas.

2) masa menentang kedua, fase negative trotzelter kedua, periode

verneinung.

3) Masa puber sebenarnya, mulai kurang dari 14 tahun. Masa pubertas

wanita pada umumnya berlangsung dari awal dari pada pubertas anak laki-

laki.

4) Fase odolesensi, mulai usia kurang lebih 17 tahun sampai sekitar 19 tahun

atau 21 tahun.

2. Kenakalan Anak/ Juvenale Delinquency

a. Pengertian

Sebagaimana jika kita melihat dari segi perbuatan sesungguhnya

tidak ada perbedaan antara tindak pidana yang dilakukan anak dengan

tindak pidana yang dilakukan orang dewasa. Yang dapat membedakan di

antara keduanaya terletak pada pelakunya itu sendiri. Perbedaan tersebut

menyangkut kepada persoalan motivasi atas tindak pidana yang

dilakukannya.Karena pada umumnya tindak pidana yang dilakukan oleh

anak bukan berdasarkan kepada motif yang jahat (evil willevil mind),

maka anak yang melakukan penyimpangan dari norma-norma sosial,

terhadap mereka para ahli kemasyarakat lebih setuju untuk memberikan

pengertian sebagai “ n k n k l” atau dengan istilah “juven le

el nquenc ”. Dengan istilah tersebut terhadapnya dapat terhindar dari

golongan yang dikategorikan sebagai penjahat (criminal).2

Kejahatan itu sendiri dilihat dari konsep yuridis, berarti tingkah

laku manusia yang dapat dihukum berdasarkan hukum pidana. Namun,

2Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak Serta Penerapannya,(Yogyakarta: Graha ilmu, 2013),h.13.

Page 59: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

50

kejahatan juga bukan hanya suatu gejala hukum. Para ahli kriminologi

berpendapat bahwa walaupun terdapat klasifikasi kejahatan, namun

klasifikasi tersebut sesungguhnya menimbulkan ketidakadilan terhadap

mereka yang dianggap bersalah melakukan kejahatan dan melemahkan

stigma atas kejahatan serius, sehingga membawa kepada usaha-usaha

untuk menyusun klasifikasi baru tentang pelanggaran terhaap hukum

pidana. Mereka berpendapat bahwa bagi kejahatan yang dilakukan oleh

anak-anak dan remaja, dipergunakan istilah “ el nquenc ”. Istilah ini

mencerminkan perasaan keadilan masyarakat baha perlu ada perbedaan

pertimbangan bagi pelanggaran yang dilakukan anak-anak dan remaja

dibandingkan yang dilakukan oleh orang dewasa.3

Di negara- negara yang telah memilki dan menerapkan hukum

pidana secara khsusus untuk anak, penggunaan istilah khusus bagi pelaku

anak diakui sebagai dasar psikologis. Bahwa anak yang melakukan

pelanggaran bukan merupakan orang-orang jahat, melainkan anak-anak

nakal saja ( juvenole delinquency). Dasar ini merupakan hasil rset puluhan

tahun dari ilmu psikologi.4

Secara etimologis, istilah juvenile delinquency berasal dari bahasa

latin juvenils yang artinya anak-anak, anak mda, ciri karekteristik pada

masa muda, sifat-sifat khas pada periode remja; dan delinquere yang

berarti terabaikan, mengabaikan. Kemudian diperluas artinya menjadi

jahat, asosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau,

penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain.

Dengan demikian, juvenile delinquency adalah perilaku jahat/dursila atau

kejahatan/ kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit ( patologis)

3Ramli Atmasasmita, Bunga Rampai Kriminologi, (Jakarta: Rajawali, 1992),h.31-33.

4Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak Serta Penerapannya,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013),h.13.

Page 60: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

51

secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu

bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk

tingkah laku yang menyipang.5

Thong Tjip Nio, seorang mantan hakim khusus pada pengadilan

negeri istimewa jakarta untuk perkara pidana, menyatakan bahwa, apakah

artinya “ juven le el nquenc ”kita tidak mempunyai suatu definisi yang

tetap, definisi itu tergantung dari sudut mana kita memandang problem ini.

Seorang sosiolog akan memberikan definisi yang berlainan dengan

seorang sarjana hukum, begitu juga Undang-undang di berbagai negara

mempunyai ketentuan yang berlainan, apakah yang disebut suatu juvenile

delinquen.6

Menurut Simanjuntak, suatu perbuatan itu disebut delinquen

apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma

yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, suatu perbuatan yang anti-

sosial yang di dalamnya terkandung unsur-unsur antinormatif. Dalam

uraian lain dijelaskan bahwa juvenile delinquency adalah perbuatan dan

tingkah laku perkosaan terhadap norma hukum pidana dan pelanggaran-

pelanggaran kesusilaan yang dilakukan oleh anak berumur dibawah 21

tahun, yang termasuk dalam yuridiksi pengadilan anak.7

Menurut Paul Meodikdo, semua perbuatan dari orang dewasa

merupakan kejahatan, bagi anak-anak merupakan delinquency, jadi semua

tindakan yang dilarang oleh hukum pidana, seperti: pencurian,

penganiayaan, dan sebagainya. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa

yang dikemukakan Bimo Walgito, bahwa juvenile delinquency adalah tiap

perbuatan yang bila dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu

5Kartini Kartono, Patologi 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali, 1984),h.7.

6Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak Serta Penerapannya,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013),h.20.

7Simanjuntak, Pengantar Kriminologi Dan Sosiologi, (Bandung: Tarsito, 1977),h.295.

Page 61: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

52

merupakan kejahatan. Jadi, perbuatan yang melawan hukum yang

dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja.8

Kusumanto Setyonegoro, berpendapat delinquent adalah tingkah

laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum

yang dianggap sebagai aksetabel dan baik oleh sesuatu lingkungan

masyarakat atau hukum yang berlaku di suatu masyarakat yang

berkebudayaan tertentu. Apabila individu itu masih anak-anak maka

sering tingkah laku yang serupa itu disebut dengan istilah tingkah laku

yang sukar atau nakal (behavior problem). Jika ia berusia adolesant atau

preadolesant, maka tingkah laku itu sekarang disebut delinquent (

delinquent behavior), dan jika terang-terangan melawan hukum disebut

kriminal (criminal behavior ).9

Walaupun banyak definisi yang dikemukakan, istilah juvenile

delinquency belum terdapat keseragaman dalam bahasa Indonesia.

Beberapa istilah yang dikenal antara lain adalah kenakalan anak,

kenakalan remaja, kenakalan pemuda, delikuensi anak, dan tuna sosial.

Kesulitan untuk memberikan istilah juvenile delinquency dihadapi juga di

beberapa negara ASIA dan timur jauh. Dalam penelitian perbandingan

hukum tentang juvenile delinquency yang dibatasi terhadap tujuh negara-

negara di ASIA dan timur jauh, yaitu Burma, Ceylon, India, Jepang,

Pakistan, Philipina Dan Thailand. Dalam peraturan perundang-undangan

negara-negara tersebut tidak diberikan definisi apa yang dimaksud dengan

istilah juvenile delinquency, namun berdasarkan kebiasaan diartikan bukan

sebagai orang dewasa. Umur dari juvenile delinquency serta sifat dari

8Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak Serta Penerapannya,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013),h.14.

9Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak Serta Penerapannya,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013) h.,14.

Page 62: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

53

pelanggaran yang dilakukan oleh karena berbagai pertimbangan penting

diakui sebagai definisi dari juvenile delinquency.10

Di beberapa negara Asia Timur jauh dalam mengartikan juvenile

delinquency menitikberatkan kepada aspek umur dan sifat dari perbuatan

yang dilakukannya. Dengan demikian, pengertian juvenile delinquency

terbatas pada perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh mereka yang

tergolong kepada kelompok kepada young person.11

Pasal 1 angka 2 Undang-undang no.3 tahun 1997 tentang

pengadilan anak, memakai istilah anak nakal. Anak nakal yaitu:

a. Anak yang melakukan tindak pidana, atau

b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak,

baik menurut peraturan perUndang-undangan, maupun menurut

peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang

bersangkutan.

Berpijak pada apa yang telah diuraikan di atas, sebagai pegangan

dalam kajian ini, istilah perilaku delikuensi anak dapat dikonsepsikan

dengan sebagai seseorang yang memiliki batas usia antara 8-18 tahun

yang melakukan tindak pidana atau perbuatan yang dinyatakan terlarang

bagi anak, baik menurut peraturan perUndang-undangan maupun menurut

peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat.12

Hal tersebut sejalan dengan apa yang diuraikan tentang perilaku

delinkuensi anak sebagai perwujudan criminal offences dan status

10

Ibid,h.,14.

11Ibid,h.,14.

12Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak Serta Penerapannya,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.,15.

Page 63: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

54

offences. Criminal offences, diartikan sebagai perilaku delinkuensi anak

yang merupakan tindak pidana apabila dilakukan oleh orang dewasa.

Adapun tatus offences, adalah perilaku delinkuensi anak yang era

kaitannya dengan statusnya sebagai anak,perilaku-perilaku trsebut pada

umumnya tidak dikategorikan sebagai suatu tindak pidana bila dilakukan

oleh orang dewasa. Sebagai contoh, pergi meninggalkan rumah tanpa ijin

orang tua, membolos sekolah, melawan terhadap orang tua,

mengkonsumsi minuman beralkohol dan lain sebagainya.13

Perluasan pengertian delinkuensi, dengan memasukkan status

offences, merupakan konsekuensi dari azas parent patriae. Asas yang

berarti negara berhak mengambil alih peran orang tua apabila ternyata

orang tua, wali atau pengasuhnya tidak menjalankan perannya sebagai

orang tua.14

b. Batas Usia Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak

Dalam hukum pidana, pengertian anak pada hakikatnya menunjuk

kepada persoalan batas usia pertanggungjawaban pidana (criminal liability

/ toerekeningvatsbaarheid). Dalam Undang-undang pengadilan anak, bats

usia pertanggungjawaban pidana ditentukan antara usia 8-18 tahun.

Adanya rentang batasan usia dalam Undang-undang pengadilan anak

tersebut, diakui sebagai suatu kemajauan bila dibandingkan dengan

pengaturan yang ada dalam KUHP yang sama sekali tidak mengatur batas

usia minimum. Apabila kita telusuri ketentuan instrumen internasional,

ditentukannya batas usa antara 8 sampai 18 tahun sudah sejalan dengan

13

Ibid,h.,15.

14Ibid,h.,15.

Page 64: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

55

apa yang ditegaskan dalam standard minimum rule for the administration

of juvenile justice ( the beijing rules ).15

Di dalam rules 4 antara lain diyatakan, bahwa: pada sistem-sistem

hukum yang mengakui konsep usia pertanggungjawaban pidana bagi

anak-anak, awal usia itu tidak dapat ditetapkan pada tingkat usia yang

lebih rendah, mengingat kenyataan-kenyataan kedewasaan emosionl,

mental dan intelektual. Dalam penjelasannya ditegaskan, bahwa usia

minimum pertanggungjawaban pidana berbeda secara luas oleh karena

sejarah dan budaya. Pendekatan modern akan mempertimbangkan apakah

seorang anak dapat berbuat sesuai dengan komponen-komponen moral

dan psikologis dari pertanggungjawaban pidana, artinya apakah seorang

anak, berdasarkan atas kejernihan pikirannya dan pemahaman

individualnya, dapat dianggap bertanggung jawab atas perilaku yang pada

dasarnya anti sosial. jika usia pertanggung jawaban pidana ditetapkan

terlalu rendah atau jika ada batasan usia yang lebih rendah sama sekali,

pengertian tanggung jawab tidak akan memiliki arti. Pada umumnya,

terdapat suatu hubungan yang dekat antara pengertian pertanggung jawab

terhadap perilaku kriminalitas atau yang melanggar hukum pidana dengan

hak-hak serta tanggung jawab sosial, seperti status perkawinan,

kedewasaan berkewarganegaraan dan lain-lain.16

Sebagai perbandingan dapat dilihat batas usia yang diatur di

negara inggris, dimana batas usia minimum ditentukan 8 tahun, di swedia

15 tahun, sedang di australia anak yang berusia di bawah 8 tahun tidak

dapat dipertanggung jawabkan terhadap pelanggaran atau kejahatan yang

dilakukannya. Dilain pihak, seminar amerika latin di rio de janeiro pada

tahun 1953, telah menghimbau agar di detiap negara menetapkan batas

15

Ibid,h.,16.

16Ibid,h.,16.

Page 65: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

56

usia yang sama dalam peraturan perndang-undagan pidananya, yang tidak

boleh kurang dari 14 tahun. Dengan demikian ank di bawah 14 tahun

dianggap tidak dapat dipertanggungjawabkan.17

Di negara Eropa variasinya adalah 16 tahun, sedangkan di Belgia

dan Sweden mencapai usia 21 tahun. Yuridiksi di Amerika Serikat telah

menetapkan batas usia antara 16 sampai 21 tahun, tergantung kepada

negara bagian dan sebagian besar negara bagian menetapkan usia 18

tahun. Di Amerika latin 14 sampai 20 tahun. Di asia menetapkan antara

usia 15 sampai 20 tahun, dan di Jepang menetapkan 20 tahun.Hal yang

sama dapat dilihst hasil survei PBB di negara-negara Amerika Utara, di

samping ditentukan sebagaimana telah diungkapkan di atas. Dalam kasus-

kasus tertentu batas usia anak bisa mencapai usia 21 tahun. Dalam

beberapa ketentuan termasuk pemerintah federal dan negara-negara bagian

Columbia, batas usia maksimal adalah 18 tahun. Bagaimanapun di

beberapa wilayah terjadi tumpang tindih antara batas suatu tindak pidana

dan perbuatan kenakalan anak serta peradilan anak. Di beberapa negara

bagian lainnya mempergunakan batas usia 7 tahun. Lagi pula sebagian

dari negara-negara tersebut, peradilan pidana mempunyai kewenangan

yang istimewa terhadap pelaku tindak pidaa, terlebih lagi untuk

pembunuhan yang direncanakan (murder), atau terhadap kasus-kasus

besar. Di beberapa negara lainnya, untuk perkara-perkara istimewa atau

untuk beberapa kejahatan yang serupa.18

Adanya batas usia minimum 7 tahun di beberapa negara bagian,

didasarkan pada common law rule, yang menyatakan bahwa seorang anak

di bawah 7 tahun tidak dapat dipertanggungjawabkan melakukan

17

Ida Z fahrudin, Beberapa Catatan Mengenai Pendidikan Anak-Anak Dibandung, (Bandung:

Fakultas Hukum UNPAD,1961),h.,4.

18Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak Serta Penerapannya,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013),h.,17

Page 66: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

57

kejahatan. Sedangkan The National Advisory Commision untuk the Law

Enforcement Assistence Administration, telah merekomendasikan agar

semua negara bagian menetapkan batas usia 10 tahun.

Berdasarkan hasil survei di beberapa negara Asia dan Timur jauh,

mengungkapkan adanya bermacam-macam perbedaan dalam menentukan

batas usia pertanggungjawaban anak. Dalam Undang-undang yang berlaku

di beberapa negara timur jauh, membagi pelaku pelanggaran ke dalam

kategori pelaku pelanggaran yang disebut “child”, dan pelaku pelanggaran

yang disebut “young” person atau “child” dan “juvenile”. Di Birma,

Cylon, India, dan Pakistan, batas usia kenakalan anak ( age limits of

juvenile delinqency) antara 7 sampai 16 tahun. Namun tidak dianggap

sebagai pelaku pelanggaran bagi anak yang berusia antara 7 sampai 12

tahun. Kecuali di Bombay, ditentukan lagi batas usia untuk “anak” antara

7 sampai 14 tahun, dan “pemuda” atau “remaja” antara 14 sampai 16

tahun. Di Jepang batas usia anak antara 14 sampai 20 tahun, Philipina usia

antara 9 sampai 16 tahun dianggap anak nakal, namun anak antara usia 9

sampai 15 tahun tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan di

thailand, dianggap sebagai anak nakal terhadap anak usia 7 sampai 18

tahun, namun ditentukan batas usia anak: antara 7 sampai 14 tahun, dan

remaja antara 14 sampai 18 tahun.19

Adanya perbedaan menentukan batas usia minimal maupun usia

maksimal dalam pertanggungjawaban pidana anak, sesungguhnya bukan

sutu hal yang tidak mungkin. Sebab, penentuan kriteria tersebut

disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan latar belakang sejarah serta

kebudayaannya masing-masing negara. Sebagaimana ditegaskan dalam

rules 4 Beijing rules bahwa didalam sistem hukum yang mengenal batas

19

Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak Serta Penerapannya,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013) ,h.,17.

Page 67: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

58

usia pertanggungjawaban bagi anak, permulaan batas usia

pertanggungjawaban itu janganlah ditetapkan terlalu rendah dengan

mengingat faktor kematagan emosional, mental dan intelektual anak.20

Dengan melihat berbagai ketentuan batas usia minimum baik yang

berlaku di beberapa negara maupun pedoman sebagaimana diatur dalam

instrumen Internasional; mengingat pula kondisi objektif negara Indonesia

yang tergolong sebagai negara berkembang, maka perkembangan

masyarakat pada umumnya baik di idang sosial, pilitik, maupun ekonomo,

relatif masih terbelakang. Baik secara langsung maupun tidak, hal tersebut

memberikan dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak pada

umumnya. Oleh karena itu, batas usia minimum 8 (delapan) tahun bagi

anak yang dapat diminta pertanggungjawaban pidana dirasakan masih

terlalu rendah. Dengan demikian, penentuan batas usia yang terlalu rendah

tidak sejalan dengan hakikat memberikan perlindungan terhadap anak.

Begitu juga hak anak untuk memperoleh perlindungan terhadao

lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat

petumbuhan dn perkembangannya dengan wajar, tidak berjalan dengan

baik, sesuai dengan apa yang diharapkan.21

Dilihat dari aspek perkembangan psikologis, sebagaimana

diungkapkan para ahli, pada umumnya telah membedakan tahap

perkembangan antara anak dan remaja/ pemuda secara global masa

remaja/ pemuda berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. E.J. Monks

dan kawan-kawan mengungkapkan dalanm buku-buku angelsaksis, istilah

pemuda (youth), yaitu suatu masa peralihan antara masa remaja dan masa

dewasa. Dipisahkan pula antara adolesensi usia antara 12 sampai 18 tahun,

dan masa pemuda usia antara 19 sampai 24 tahun. Sedangkan zakiah

20

Ibid,h.,18.

21Ibid,h.,18.

Page 68: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

59

daradjat, membagi rentang usia manusia sejak kandungan sampai usia

lanjut kedalam empat kelompok umur: anak-anak, remaja, dewasa, dan

usia tua. Kanak-kanak pada umumnya disepakati mulai lahir, bahkan dari

janin dalam kandungan sampai usia 12 tahun.22

Begitu juga pendapat Kartini Kartono, ia mengatakan bahwa

seseorang baru memiliki sikap yang logis dan rational kelak ketika

mencapai usia 13-14 tahun. Pada usia ini emosionalitas anak jadi samakn

berkurang, sedangkan unsur intelektual dan akal budi (ratio-pikir) jadi

semakin menonjol. Minat yang objektif terhadap dunia sekitarmenjadi

semakin besar. Namun, ia juga mengatakan bahwa pada masa ini anak

tidak lagi banyak di kuasai oleh dorongan-dorongan endogin atau impuls-

impuls intern dalam perbuatan dan pikirannya akan tetapi lebih banyak

dirangsang oleh stimulus-stimulus dari luar.23

Menyangkut perkembangan fungsi pengamatan anak, William

Stern dalam teorinya mengungkapkan empat stadium dalam perkembagan

fungsi pengamatan anak, yaitu:24

1) Stadium-keadaan 0-8 tahun. Disamping mendapatkan gambatran total

yang samar-samar, anak kini mengamati benda-benda dan beberapa

orang secara teliti.

2) Stadium-perbuatan, 8-9tahun. Anak menaruh minat besar terhadap

pekerjaan dan perbuatan orang dewasa serta tingkah laku binatang.

3) Stadium-hubyngan, 9-10 tahun dan selanjutnya. Anak mengamati

relasi/ hubungan dalam dimensi ruang dan waktu, juga hubungan

kausal dari benda-benda dan peristia.

22

Ibid,h.,18.

23Kartini Kartono, Psikologi Anak,(Bandung:1979),h.,137.

24Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak Serta Penerapannya,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013),h.,19.

Page 69: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

60

4) Stadium-perihal (sifat) anak mulai menganalisa hasil pengamatannya,

dengan mengkonstranstir ciri-ciri benda.

Oswald Kroh, dalam bukunya: “die psykologie des

grun sc ulk n es” (psikologi anak dasar sekolah), sebagaimana dikutip

oleh sebagaimana dikutip Nandang Sambas menyatakan adanya empat

periode dalam perkembangan fungsi kematangan anak, yaitu :25

1) Periode sintese-fantasi, 7-8tahun. Atinya bahwa segala hasil

pengamatan merupakan kesan totalitas, sifatnya masih samar-samar.

Selanjutya, kesan-kesan ini dilengkapi dengan fantasi anak. Asosiasi

dengan ini, anak suka sekali pada dongenk-dongenk, sage, mythe,

legende, kisah-kisah dan cerita khayal.

2) Periode realisme naif, 8-10 tahun. Anak sudah isa membedakan

bagian, tetapi belim mampu menghubung-hubungkan satu dengan

lainnya dalam hubungan totalitas. Unsur fantasi sudah banyak diganti

dengan pengamatan konkrit.

3) Periode pengaatan kritis, 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realistis

dan kritis. Anak sudah bisa mengadakan sintese logis, karena

pengertian, wawasan dan akalnya sudah mencapai taraf kematangan.

Anak kini bisa menghubungkan bagian-bagian jadi satu kesatuan atau

menjadi satu struktur.

4) Fase subyektif, 12- 14 tahun. Unsur emosi atau perasaan mincul

kembali, dan kuat sekali memengaruhi penilaian anak terhadap semua

pangamatannya. Masa ini dibatasi oleh gejala pubertas kedua ( masa

menentang ksedua ).

Memperhatikan usia perkembangan anak dari aspek psikologis,

tampaknya seorag anak usia di bawah 12 tahun msih berada dalam kondisi

25

Ibid,h.,19.

Page 70: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

61

yang belum stabil. Walaupun anak sudah dapat berpikir rational, daat

melakukan penilaian terhadap sesuatu, namun pemikiran serta

pandangannya masih bersifat farsial belum totalitas. Namun, anak usia di

atas 12 tahun pun tidak berarti sudah matang secara rational maupun

emosional, karena unsur dari luar lebih bear berpengaruh terhadap kondisi

emosi atau perasaan. Oleh karena itu merekapun belum sepenuhnya dapat

mempertanggungjawabkan segala akibat dari tindakan dan perbuatan yang

dilakukannya.26

Apabila diperhatikan pasal 2 Undang-undang nomor 168 tahun

1948 tentang Undang-undang anak di Jepang, seorang dikategorikan

“anak” atau “shoonen” orang yang berumur kurang dari 20 tahun.

Sedangkan pengertian anak yang dapat diajukan ke sidang pengadilan

keluarga meliputi :27

a) Anak kejahatan (hanzaishoonen/juvenalie offender), yaitu anak yang

berumur sekurang-kurangnya 14 tahun dan tidak lebih dari 20 tahun

yang melakukan kejahatan.

b) Anak pelaku pelanggaran hukum ( „‟shokuho oshoonen/children

offender‟‟), yaitu anak yang beruur kurang dari 14 tahun yang

melakukan kejahatan

c) Anak pre-delinquen ( „‟guhan-shoonen/pre-delinquent juvenile ), yaitu

anak yang memiliki kecenderungan berperilaku nakal, serta dapat

dipandang akan melakukan pelamggaran hukum.

Dalam ketentuan Undang-undang anak jepang, walaupun anak di

bawah 14 tahun dapat di ajukan keperadilan keluarga, namun anak tersebut

26

Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak Serta Penerapannya,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013),h.,19.

27Ibid,h.,20.

Page 71: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

62

tidak dapat dipidana. Menurut Undang-undang hukum pidana jepang, orang

yang berumur kurang dari 14 tahun dianggap belum mampu

bertanggungjawab atas perbuatannya, sehingga terhadao anak tersebut

diperlakukan secara berbeda dalam peradilan anak.Atas dasar hal itu, agar

hakikat hukum pidana anak yang bertujuan memberikan jaminanperlindungan

dapat tercapai, maka penentuan batas minimum pertanggungjawaban anak

yang saat ini berlaku harus dikaji dan ditinjau kembali sehungga ditetapkan

sekurang-kurangnya sampai usia 12 tahun. Penetapan usia minimum 12 tahun

sejalan dengan konsep hukum islam, dia tidak dikategorikan mumayiz ( anak

kecil ) namun ia pun belum dikategorikan balig walaupun sudah memiliki

tanda-tanda balig yaitu laki-laki yang sudah mimpi basah dan wanita sudah

haid. Kondisi demikin masuk kategori remaja yaitu perubahan dari akhir masa

anak-anak memasuki masa dewasa antara usia 12 tahun ampai 21 tahun.

Sejalan pula dengan rancangan sebagaiana ditegaskan pada pasal 113 konsep

KUHP. Batas usia minimum 12 tahun diharapkan bisa ditetapan sebagai

perabajan dalam konsep hukum pidana anak yang baru.28

B. Sanksi Hukum Bagi Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Dalam Hukum

Positif

1. Ketentuan Dalam KUHP

Diatas telah diuraikan tentang pengertian anak nakal. Namun, dalam

Undang-undang tidak merumuskan secara eksplisit tetag pengertian tindak

pidana atau kenakalan yag dilakukan oleh anak. Pada penjelasan atas Undang-

undang RI nomor 3 tahun 1997 tentang pengadilan anak, pada paragraf 3

bagian umum menyatakan bahwa dalam menghadapi dan menanggulangi

berbagai perbuatan dan tingkah laku anak nkal, perlu dipertimbangkan

kedudukan anak dengan segala ciri an ifatnya yang khas. Karena itu pula

28

Ibid,h.,20.

Page 72: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

63

Undang-undang pengadilan anak telah mengatur secara spesifik terkait

dengan sanksi yang dapat diberikan terhadap anak yang melakukan

kenakalan.29

Sehubungan dengan sanksi yang dapat diberikan terhadap anak nakal,

UU pengadilan anak telah mengaturnya sebagaimana telah diterapkan dalam

bab III. Secara garus besar, sanksi yang dapat dijatuhkan bagi anak yang

melakukan kenakaln, terdiri dari dua yaitu: sanksi pidana dan sanksi tindakan

(pasal 22 Perumusan kedua jenis sanksi ini menunjukkan bahwa UU Nomor

3 tahun 1997 tentang pengadilan anak telah menganut apa yang disebut

dengan double track system. Dengan kata lan, UU ini telah secaraeksplisit

mengatur tentang jenis sanksi pidana dan sanksi tindakan sekaligus. Menurut

muladi (2002), penggunaan sistem dua jalur (zweipurigkeit) merupakan

kosekuensi dianutnya aliran neo klasik. Pemikiran bahwa pendekatan

tradisional seolah-olah sistem indakan hanya dikenakan bagi orang yang tidak

mampu harus ditinggalkan.

Dalam pembangunan hukum pidana positif di Indonesia, memang

telah diakui keberadaan sanksi tindakan selain sanksi pidana, walaupn dalam

KUHP menganut single track system yang hanya mengatur tentang satu jenis

saja yaitu sanksi pidana (Pasal 10 KUHP). Pengancaman sanksi tindakan

dalam UU 3/1997 menunjukkan bahwa ada sarana lain selain pidana (Penal)

sebagai sarana dalam penanggulangan kejahatan.30

Berdasarkan tujuannya, sanksi pidana dan sanksi tindakan juga

bertolak dari ide dasar yang berbeda. Sanksi pidana bertujuan memberi

penderitaan istimewa (bizoner leed) kepada pelanggar supaya ia merasakan

akibat perbuatannya. Selain ditujukan kepada pengenaan penderitaan terhadap

29

Nasirana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012, cet.2),h.,79.

30Ibid,h.,80.

Page 73: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

64

perbuatan si pelaku. Dengan demikian, perbedaan prinsip antara sanksi pidana

dan sanksi tindakan terletak pada ada tidaknya unsur pencelaan, bukan ada

tidanya unsur penderitaan. Sedangkan sanksi tindakan tujuannya lebih bersift

mendidik. Jika ditinjau dari sudut teori-teori pemidanaan, maka sanksi

tindakan merupakan sanksi yang tidak membalas. Ia semata-mata ditujukan

pada prevensi khusus, yakni melindungi masyarajkat dari ancaman yang dapat

merugkan kepentingan masyarakat itu. Singkatnya, sanksi pidana berorientasi

pada ide penggunaan sanksi terhadap pelaku suatu perbuatan, sementara

sanksi tindakan berorientasi pada ide perlindungan masyarakat31

.

Perbedaan orientasi ide dasar dari dua jenis sanksi tersebut,

sebenarnya memiliki kaitan pula dengan paham filsafat yang memayunginya,

yakni filsafat indeterminisme sebagai sumber ide sanksi pidana dan filsafat

determinisme sebagai sumber ide sanksi tindakan.32

Lebih lanjut, terkait dengan sanksi bagi anak nakal yang berupa sanksi

pidana, terdiri atas pidana pokok dan pidana tambahan. Untuk pidana pikok,

ada 4 (empat) macam sebagaimana yang diterapkan dalam pasal 23 ayat (2) ,

yaitu :33

a. Pidana penjara

b. Pidana kurungan

c. Pidana denda

d. Pidana pengawasan

Sedangkan mengenai pidana tambahan berdasarkan pasal 23 ayat (2) ada dua

macam, yakni :

31

Nasirana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012, cet.2),h.,82.

32M.Sholehudin, Sistem Sanski Dalam Hukum Pidana. Ide Dasar Doble Track System Dan

Implementasinya, (Jakarta: Grafindo Persada, 2003),h.,32-33.

33Nasirana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012, cet.2),h.82.

Page 74: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

65

a. Perampasan barang-barang tertentu

b. Pembiyaan ganti rugi.

Apabila dibandingkan dengan ketentuan pasal 10 KUHP, dimana memuat

pidana pokok berupa :

a. Pidana mati

b. Pidana penjara

c. Pidana kurungan

d. Pidana denda

e. Pidana tutupan,

Maka khusus untuk pidana mati, undan-undang pengadilan anak tidak

menghendaki apabla anak yang telh melakuan kenakalan diancam dan dijatuhi

pidana pokok beruapa pidana mati. Sebagamana diketahui bahwa pemeriksaan

anak nakal dilatarbelakangi oleh filosofi bahwa semata-mata demi

kepentingan anak. Artinya, terhadap anak yang ntabene sebagai generasi

penerus bangsa tidak diinginkan untuk dijatuhi pidana mat, karena ank sangat

memerlkan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin

pertumbuhan yang menunjang perkembanagan fisik,mental, dam sosialnya.

Karena itu, apabila diancamkan pidana mati, maka upaya pembinaan dan

perlindungan tidak akan pernah dapa diberikan sementara usia yang akan

dijalani oleh seorag anak masih sangat panjang.34

Demikian pula sama halnya dengan ancaman pidana seumur hidup,

yag bermakna baha pelaksanaan pidana akan dilalui sepanjang hidup si anak

di lembaga pemasyarakatan. Hal tersebut tidak diinginkan uu pengadilan

anak.Sehubungan dengan hal tersebut diatas, uu pengadilan anak menegaskan

baha terhadap anak nakal yang telah melakukan tindak pidaa yang diancam

34

Nasirana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012, cet.2), h.,83.

Page 75: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

66

dengan pidana mati atau pidana seumur hidup, maka pidana penjara yang

dapat dijatuhkan anak palimg lama 10 (sepuluh tahun).35

Dari keempat pidana pokok yang diperuntukkan bagi anak nakal,

pidana pengawasan adalah jenis pidana yang baru. Yang dimaksud dengan

pidana pengawasan adalah pidana yang khusus dikenakan untuk anak yakni

pengawasan yang dilakukan oleh jaksa terhadap perilaku anak dalam

kehidupan sehari-hari di rumah anak terebut, dan pemberian bimbingan yang

dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan. Jadi pidana pengawasan bukan

merupakan pidana penjara ataupun kurungan yang dilaksanakan dirumah si

anak, tetapi berupa pengawasan terhadap terpidana selama waktu tertetu yang

ditetapkan putusan pengadilan.Mengenai pidna tambahan, pasal 10 KUHP

merumuskan tiga macam, yaitu berupa:

a. Pencabutan beberapa hak terentu

b. Perampasan barang-barang tertentu

c. Pengumuman putusan hakim

Apabila ketentuan tentag pidana tambahan dalam kuhap dibandingkan

dengan ketentuan dalam uu pengadilan anak, menunjukkan bahwa uu

pengadilan anak tidak menghendaki agar anak yang melakukan kenakalan

dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan hak-hak tertentu, selain juga

pengumuman putusan hakim.36

Berkaitan dengan pidana tambahan berupa pencabutan hak-hak

tertentu, memang sudah sepatutnya tidak diberlakukan terhadap anak. Anak

yang memang lebih dikedepankan haknya dibanding kewajiban yang ada

padanya, akan menjadi berseberangan terhadap hak-hak yang seharusnya ia

peroleh sebagai seorang anak. Sebagai contoh haknya untuk mendapat

pendidikan, apabila hak terebut dicabut, maka secara otomatis si anak sebagai

35

Ibid,h.,83.

36Ibid,h.,84.

Page 76: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

67

generasi penerus bangsa akan menjadi bodoh, yang memang sesuatu hal yang

tidak kita kehendakibersama. Apalagi apabila dikaitkan dengan tujuan negara

yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan akhir

yaitu keejahteraanmasyarakat, tidak terkecuali anak-anak.37

Berkaitan dengan pidana tambahan berua perampasan barang-barang

tertentu, UU pengadilan anak tidak menjelaskan lebih jauh tentang hal ini.

Artinya, ketentuan yang berlaku dikembalikan pada KUHP sebagai hukum

umum. Pasal 39 KUHP merumuskan bahwa:38

1. Barang-barang kepunyaan terpidana, yang diperoleh dari kejahatan atau

dengan sengaja dipakai untuk melakukan kejahatan, dapat dirampas.

2. Jika dijatuhkan hukuman lantaran melakukan kejahatan tiada dengan

sengaja atau lantaran melakukan pelanggaran, dapa juga dijatuhkan

hukuman merampas itu dalam hal tertentu seperti yang ditentukan

Undang-undang

3. Perampasan dapat dilakukan terhadap orang yang bersalah yang

diserahkan kepada pemerintah, tetapi hanya terbatas pada barang-barang

yang telah disita

2. Pola Pemidanaan Bagi Anak yang berhadapan dengan Hukum dalam KUHP.

Pemidanaan atau sering juga disebut dengan pemberian pidana

(strafteemeting), menurut soedarto dalam bukunya hukum dan hukum pidana

memberikan dua makna, yakni:

a. Dalam arti umum: pemberian pidana (poena) oleh pembentuk Undang-

undang adalah hal penetapan sanksi hukum pidana ( pemberian pidana in

abstracto)

37

Nasirana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012, cet.2), h.,84.

38Ibid,h.,85.

Page 77: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

68

Batasan ini didasarkan penganutan asas legalitas yang menentukan

bahwa dalam pengenaan pidana diperlukan Undang-undang terlebih

dahulu. Petunjuk Undang-undanglah yang menetapkan peraturan tentang

pidananya, tidak hanya tentang crimen atau delictumnya ialah tentang

perbuatan mana yang dapat dikenakan pidana .

b. Dalam arti khusus/konkret: menyangkut bebagai badan atau lembaga yang

mendukung dan melaksanakan stelsel sanksi hukum pidana tersebut

(pemberian pidana in concreto)

Sebelum berlakunya UU pengadilan anak, huku materil anak yang

juga termasuk pemidanaan dirumuskan dalam pasal 45,46, dan 47 KUHP.

Dalam pasal 45 dirumuskan:Jika seseorang yang belum dewasa dituntut

karena perbuatan yang dikerjakannya ketika umurnya belum enam belas

tahun, hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan

kepada orang tuanya, walinya, atau pemeliharanya, dengan tidak

dikenakan suatu hukuman; yakni jika perbuatan itu masuk bagian

kejahatan atau salah satu pelanggaran yang diterangkan dalam pasal

489,490,492,497,503-505,514,517-519,526,536, dan 540 dan perbuatan

itu dilakukan sebelum lalu dua tahun sesudah kputusan terdahulu ang

menyalahkan dia melakukan salah satu pelanggaran itu atau suatu

kejahatan, atau menghukum anak yang bersalah itu.39

Sementara dalam pasal 46 berbunyi :Jika hakim memerintahkan

supaya si tersalah itu diserahkan kepada pemeintah, maka ia: baik

ditempatkan dalam rumah pendidikan negeri, supaya disitu atau dengan

cara lain ia mendapat pendidikan dari pihak pemerintah, baik diserahkan

kepada seseorang yang ada di negara Indonesia atau kepada perserikatan

yang mempunyai hak badan hukum yang ada di negara Indonesia, atau

39

Nasirana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012, cet.2), h.,92.

Page 78: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

69

kepada balai derma yang ada di negara Indonesia supaya disitu mendapat

pendidikan dari mereka, atau kemudian dengan cara lain dari pemerintah,

dalam kedua itu selama-lamanya sampai berumur delapan belas tahun.

Kemudian dalam pasal 47 dirumuskan: 40

a) Jika hakim menghukum si tersalah, maka maksimum hukuman utama

yang ditetapkan atas perbuatan yang patut dihukum itu dikurangi

dengan sepertiganya.

b) Jika kejahatan itu di ancam dengan hukuman mati atau hukuman

penjara seumur hidup, maka dihukum penjara selama-lamanya lima

belas tahun.

c) Hukuman tambahan yang tersebut dalam pasal 10 huruf b 1e dan 3e

tidak dijatuhkan.

Apabila ancaman hukuman yang disediakan terhadap anak

menurut KUHP dibandingkan dengan ancaman hukuman anak dalam uu

pengadilan anak, bahwa uu pengadilan anak mengancam lebih ringan.

Dalam uu pengadilan anak, pola pemidanaannya dapat dilihat sebagai

berikut :41

1) Terhadap anak nakal sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1

angka 2 huruf a, hakim dapat menjatuhkan pidana atau tindakan

(pasal 25 ayat (1))

2) Terhadap anak nakal sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1

angka 2 huruf b, hakim dapat menjatuhkan tindakan (pasal 25 ayat

(2))

3) Terhadap anak nakal sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1

angka 2 huruf a, ancaman pidana penjara yang apat dijatuhkan

40

Ibid,h.,92.

41Ibid,h.,93.

Page 79: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

70

terhadapnya ½ dari ancaman pidana penjara orang dewasa (pasal 26

ayat (1)).

Dengan memerhatikan bunyi pasal 26 ayat (3) dan ayat (4), maka pasal

ini diperuntukkan bagi anak nakal yang berumur 12 ( dua belas )

tahun sampai 18 ( delapan belas ) tahun.

4) Terhadap anak nakal sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1

angka 2 huruf a belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun

melakukan perbuatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana

seumur hidup, maka dapat dijatuhkan tindakan penyerahan kepada

negara untuk mengikuti pendidikan,pembinaan, dan latihan kerja

(pasal 26 ayat (3))

5) Terhadap anak nakal sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1

angka 2 huruf abelum mencapai umur 12 (dua belas) tahun

melakukan perbuatan yang tidak diancam dengan pidana mati atau

pidana seumur hidup, maka dapat dijatuhkan salah satu tindakan

berdasarkan pasal 24 (pasal 26 ayat (4))

6) Terhadap anak nakal sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1

angka 2 huruf a, ancaman pidana kurungan yang dapat dijatuhkan ½

dari ancaman kurungan orang dewasa (pasal 27).

7) Pidana denda yang dapat dijatuhkan bagi anak nakal maksimal ½ dari

maksimum ancaman orang dewasa (pasal 28 ayat (1), yang apabila

tidak dapat dibayar maka diganti dengan wajib latihan kerja (pasal 28

ayat (2)), dimana wajib latihan kerja tersebut dilakukan paling lama

90 hari kerja dan lama latihannya tidak lebih dari 4 jam sehari serta

tidak dilakukan pada malam hari (pasal 28 ayat (3)). Wajib latihan

kerja yang diberikan terhadap anak dimaksudkan selain sebagai

pengganti pidana denda juga sekaligus untuk mendidik anak agar

memiliki keterampilan yang bermanfaat baginya.

Page 80: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

71

8) Terkait pidana bersyarat, dapat diberikan hakim apabila pidana

penjara yang akan dijatuhkan paling lama 1 (satu) tahun dengan

ditentukannya syarat umum dan syarat khusus, yang lamanya pidana

bersyarat tersebut paling lama 3 (tiga) tahun. Syarat umum adalah

bahwa anak nakal tidak akan melakukan kenakalan selama menjalani

masa pidana bersyarat, sementara syarat khusus adalah untuk

melakukan atau tidak melakukan hal tertentu yang ditetapkan dalam

putusan hakim dengan tetap memperhatikan kebebasan anak. Bahwa

selama menjalani pidana bersyarat, bagi anak dilakukan pengawas

oleh jaksa dan dibimbing oleh pembimbing kemasyarakatan. (pasal

29 ayat (1) sampai (9)).

9) Terhadap anak nakal sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1

angka 2 huruf a, pidana pengawasan dijatuhkan paling singkat 3

(tiga) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun, yang ditempatkan

dibawah pengawasan jaksa dan dibimbing oleh pembimbing

kemasyarakatan. (pasal 30 ayat (1) dan (2)).

10) Terhadap anak nakal yang diputus oleh hakim untuk diserahkan

kepada negara, ditempatkan di lembaga pemasyarakatan anak sebagai

anak negara ( pasal 31 ayat (1)).

3. Pola pemberian hukuman bagi anak dengan metode diversi dalam UU SPPA

Diversi adalah suatu pengalihan penyelesaian kasus-kasus anak yang

diduga melakukan tindak pidana tertentu dari proses pidana formal ke

penyelesaian damai antara tersangka/terdakwa/pelaku tindak pidana dengan

korban yang difasilitasi oleh keluarga dan/ masyarakat, pembimbing

kemasyarakatan anak, polisi, jaksa atau hakim.42

42

M.Nasir Malik, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013, Cet.2),h.,137.

Page 81: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

72

Oleh karena itu tidak semua perkara anak yang berkonflik dengan

hukum harus diselesaikan melalui jalur peradilan formal, dan memberikan

alternatif bagi penyelesaian dengan pendekatan keadilan restoratif maka, atas

perkara anak yang berkonflik dengan hukum dapat dilakukan diversi demi

kepentingan terbaik bagi anak dan dengan mempertimbangkan keadilan bagi

korban.43

Pada pasal 6 UU Nomor 11 tahun 2012 Sistem Peradilan Pidana Anak,

disebutkan tujuan diversi, yakni antara lain:44

a. Mencapai perdamaian antara korban dan anak.

b. Menyelesaikan perkara anak diluar proses peradilan.

c. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan.

d. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dan.

e. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak.

Tujuan diversi tersebut merupakan implementasi dari keadilan

restoratif yang berupaya mengembalikan pemulihan terhadap sebuah

permasalahan, bukan sebuah pembalasan yang selama ini dikenal dalam

hukum pidana.

Konsep Diversi didasarkan pada kenyataan bahwa proses peradilan

pidana terhadap anak yang berkonflik dengan hukum melalui sistem peradilan

pidana lebih banyak menimbulkan bahaya daripada kebaikan. Kebijakan

formulasi hukum pidana merupakan bagian dari pelaksanaan suatu politik

hukum pidana dalam hal perumusan materi mapun pasal-pasal yaitu

mewujudkan peraturan-peraturanyang baiksesuai dengan keadaan dan situasi

pada suatu waktu. Kebijakan formulasi/legislatif merupakan salah satu bagian

dari fungsionalisasi kebijakan hukum pidana dalam pencegahan dan

43

Ibid,h.,137.

44 Lihat Pasal 6 UU No. 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Page 82: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

73

penanggulangan tindak pidana. Dapat diaktakan bahwa kebijakan formulasi

menjadi akses awal yang paling strategis dalam upaya memberikan

perlindungan dan keadilan bagi korban tindak pidana.45

Diversi wajib diupayakan pada tingkat penyidikan, penuntutan dan

pemeriksaan perkara anak di pengadilan negeri. Kata “wajib

diupayakan”mengandung makna bahwa penegak hukum anak dari penyidik,

penuntut dan juga hakim diwajibkan untuk melakukan upaya agar proses

diversi bisa dilaksanakan. Hal inilah yang membuat perdebatan dalam panja

ruu sppa, bahwa bagi penegak hukum anak apabila tidak melakukan upaya

diversi haruslah diberikan sanksi. Terkait dengan sanksi pidana (pasal 96)

terjadi perdebatan, di satu pihak yang pro menginginkan agar aparat penegak

hukum harus mampu bertanggung jawab atas tindakannya apabila lalai tidak

melakukan upaya diversi, dipihak yang lain akan mengakibatkan kriminalisasi

terhadap aparat penegak hukum46

. Hakan tetapi pada proses selanjutnya

setelah penetapan UU SPPA telah dilaksanakan, pasal yang menyebutkan

tetang pemberian sanksi terhadap penegak hukum yang lalai melakukan upaya

diversi di batalkan oleh Mahkamah Konstitusi.

Kembali kepada permasalahan diversi, bahwa kewajiban

mengupayakan diversi dari mulai penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan

perkara anak di pengadilan negeri, dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang

dilakukan: (a) diancam dengan pidana penjara dibawah 7 (tujuh) tahun; dan

(b) bukan merupakan pengulangan tindak pidana.Ketentuan ini menjelaskan

bahwa anak yang melakukan tindak pidana yang ancamannya lebih dari 7

45

Adi Hardiyanto Wicaksono, Kebijakan Pelaksanaan Diversisebagai Perlindungan Bagi

Anak Yang Berkonflikdengan Hukum Pada Tingkat Penuntutan Di Kejaksaan Negeri Kudus,( Program

Studi Magister Ilmu Hukum Volume 11, Nomor 1, Tahun 2015 Fakultas Hukum Universitas

Diponegoro),h.,14.

46 M.Nasir Malik, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013, Cet.2),h.,139.

Page 83: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

74

(tujuh) tahun dan merupakan sebuah pengulangan maka tidak wajib

diupayakan diversi, hal ini memang penting mengingat kalau ancaman

hukuman lebih dari 7 (tujuh tahun) tergolong pada tindakan pidana berat, dan

merupakan suatu pengulangan, artinya anak pernah melakukan tindak pidana

baik itu sejenis maupun tidak sejenis termasuk tindak pidana yang

diselesaikan melalui diversi. Pengulangan tindak pidana oleh anak, menjadi

bukti bahwa tujuan diversi tidak tercapai yakni menanamkan rasa tanggung

jawab kepada anak untuk tidak mengulangi perbuatan yang berupa tindak

pidana. Oleh karena itu, upaya diversi terhadapnya bisa saja tidak wajib

diupayakan.47

Proses diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan anak

dan orang tua/walinya, korban dan/atau orang tua/walinya, pembimbing

kemasyarakatan, dan pekerja sosial profesional berdasarkan pendekatan

keadilan restoratif. Selain itu juga, dalam hal diperlukan, musyawarah tersebut

juga dapat melibatkan tenaga kesejahteraan sosial, dan/atau masyarakat.

Proses diversi sendiri wajib memperhatikan:48

a) Kepentingan korban.

b) Kesejahteraan dan tanggung jawab anak.

c) Penghindaran stigma negatif.

d) Penghindaran pembalasan.

e) Keharmonisan masyarakat; dan

f) Kepatutan, kesusilaan, dan ketertiban umum.

Pada proses penegakan hukum pidana anak, maka aparat baik itu

penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam melakukan diversi harus

mempertimbangkan kategori tindak pidana, umur anak, hasil penelitian

47

Ibid,h.,141.

48Ibid,h.,141.

Page 84: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

75

kemasyarakatan dari bapas dan dukungan lingkungan keluarga dan

masyarakat.

Kesepakatan diversi harus mendapatkan persetujuan korban dan/ atau

keluarga anak korban serta kesediaan anak dan keluarganya. Hal ini

mengindikasikan bahwa harus ada keaktifan dari korban dan keluarganya

dalam proses diversi, agar proses pemulihan keadaan dapat tercapai sesuai

dengan keadilan restoratif. Kesepakatan diversi tersebut dapat dikecualikan

untuk (a) tindak pidana berupa pelanggaran, (b) tindak pidana ringan, (c)

tindak pidana tanpa korban, dan (d) nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai

upah minimum provinsi setempat.

Bentuk-bentuk hasil kesepakatan diversi antara lain dapat berupa:

1) Perdamaian dengan atau tanpa ganti kerugian;

2) Penyerahan kembali kepada orang tua/wali;

3) Keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan

atau LPKS paling lama 3 (tiga) bulan; atau

4) Pelayanan masyarakat.

Hasil kesepakatan tersebut dituangkan dalam bentuk kesepakatan

diversi. Apabila proses diversi tidak menghasilkan kesepakatan atau tidak

dilaksanakan, maka proses peradilan pidana anak dilanjutkan untuk setiap

tingkatannya. Berkaitan dengan hukum acara peradilan pidana anak akan

dibahas dalam bab tersendiri.

Page 85: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

76

4. Ketentuan Sanksi Pidana Dan Tindakan

Pada pasal 71 UU Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) ini

ditentukan bahwa pidana pokok bagi anak terdiri atas:49

a. Pidana pokok bagi Anak terdiri atas:

1) pidana peringatan;

2) pidana dengan syarat:

a) pembinaan di luar lembaga;

b) pelayanan masyarakat; atau

c) pengawasan.

3) pelatihan kerja;

4) pembinaan dalam lembaga; dan

5) penjara.

b. Pidana tambahan terdiri atas:

a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;

b. pemenuhan kewajiban adat.

c. Apabila dalam hukum materil diancam pidana kumulatif berupa penjara

dan denda, pidana denda diganti dengan pelatihan kerja.

d. Pidana yang dijatuhkan kepada anak dilarang melanggar harkat dan

martabat anak.

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pelaksanaan pidana

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Selain itu juga terdapat pidana tambahan yang terdiri atas perampasan

keuntugan yang diperoleh dari tindak pidana atau pemenuhan kewajiban adat.

Apabila dalam hukum materiil diancam pidana komulatif berupa penjara dan

denda, pidana denda diganti dengan pelatihan kerja. Hal yang ditekankan juga

49

UU SPPA No. 11 Tahun 2012.

Page 86: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

77

bahwa pidana yang dijatuhkan kepada anak dilarang melanggar harkat dan

martabat anak.50

Anak dijatuhi pidana di Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak

(LPKA) apabila keadaan dan perbuatan anak akan membahayakan

masyarakat. Pidana penjara terhadap anak ini hanya digunakan sebagai upaya

terakhir. Adapun pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak paling

lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang

dewasa. Untuk pembinaan di lpka dilaksanakan sampai anak berumur 18

(delapan belas) tahun. Sementara itu, jika tindak pidana yang dilakukan anak

merupakan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana

penjara seumur hidup, pidana yang dijatuhkan adalah pidana penjara paling

lama 10 (sepuluh) tahun.51

Sementara itu, untuk tindakan kepada anak meliputi:52

a) Pengembalian kepada orang tua/wali.

b) Penyerahan kepada seseorang.

c) Perawatan di rumah sakit jiwa.

d) Perawatan di LPKS.

e) Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang di

adakan oleh pemerintah atau badan swasta.

f) Pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau

g) Perbaikan akibat tindak pidana

Tindakan tersebut dapat diajukan oleh penuntut umum dalam

tuntutannya, kecuali tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling

singkat 7 (tujuh) tahun. Dalam UU Nomo 11 tahun 2012 tentang Sistem

50

M.Nasir Malik, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013, Cet.2),h.,140.

51 Ibid, h., 140.

52 UU SPPA No. 11 Tahun 2012.

Page 87: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

78

Peradilan Pidana Anak ini ditentukan bahwa anak yang belum berusia 14

(empat belas tahun) hanya dapat dikenai tindakan.

C. Ketentuan Usia Anak Dalam Hukum Islam

Ketentun usia anak dalam hukum Islam dinamakan usia baligh, diamana

dalam usia ini anak menginjak masa dewasa ketika sudah mimpi basah. Sehingga

dengan masuknya usia baligh ini seseorang sudah dikenai dengan ketentuan dalam

hukum atau bisa disebut dengan mukallaf. Dalam menentukan usia baligh para

imam madzhab berbeda pendapat dalam mengkategorikannya, adapun perbedaan

tersebut disebutkan sebagai berikut:

1. Madzhab Hanafi

Menurut madzhab ini seorang lakil-laki belum dianggap baligh jika belum

mencapai umum 18 tahun. Adapun anak perempuan mengalami

perkembangan dan kesadaran yang lebih cepat, oleh karena itu usia

kedewasaan berawal pada usia 17 tahun.

2. Madzhab yafi‟i dan Hambali

Pada madzhab ini berpendapat bahwa laki-laki yang sudah mengeluarkan air

mani dan perempuan yang sudah mengalami manstruasi sebelum umur 15

tahun dalam hitungan hijriyah setelah kelahiran. Maka ia sudah dapat

dikatakan sudah baligh. Maka juga berhujjah dengan apa yang diriwayatkan

dari Ibnu Umar bahwa dirinya diajukan kepada Nabi Muhammad pada hari

perang Uhud sedang waktu itu ia sedang berusia 14 tahun. Kemudian Nabi

tidak memperkenankannya ikut dalam peperangan. Setelah setahun dirinya

mengajukan kembali pada hari perang Khandak yang ketika itu ia berusia 15

tahun dan ia diperkenankan untuk ikut perang Khandak.53

3. Jumhur ulama fiqh

53

Muhamad Ali Al-Sabuni, R w ‟ul B n T s r F Al-Ayat Al-Ahkam Min Al-Qur‟ n,

ditejemahkan oleh Saleh Mahfudz, Tafsir Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Quran, (Bandung: Al-Ma‟arif,

1994), h., 369.

Page 88: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

79

Usia baligh dapat ditentukan berdasarkan kelaziman. Kebiasaan yang terjadi

adalah setelah terjadinya ihtilam (keluarnya air mani) dan sering terjadi pada

usia 15 tahun. Dengan demikian, pada umur 15 tahun itulah ditentukan usia

baligh yang menjadi usia taklif yang menjadi usia taklif (usia pembebanan

hukum)54

Dalam hukum Islam terdapat ketentuan bahwa anak dipandang cakap untuk

melakukan tindakan atau mengangani urusan (ahliyah). Secara etimologis ahliyah

adalah suatu sifat yang dimiliki seseorang, yang dijadikan ukuran oleh syari‟ untuk

menentukan seseorang telah cakap dikenai tututan syara. Yakni kecakapam

seseorang karena kesempurnan akalnya, sehingga seluruh tindakannya dapat

dinilai oleh syara‟. Dalam ketentuan ahliyah, dibedakan menjadi 2 jenis:55

1. A l ‟

Ahli ‟ adaah sifat kecakapan bertindak hukum seseorang yang telah

dianggap sempurna untuk mempetanggungjawabkan seluruh perbuatanya,

baik yang positif maupun yang negatif. Bila ia melakukan perintah syara‟

maka ia berpahala dan apabila ia melakukan tindakan yang dilarang, maka ia

berdosa. Para ulama u sul q menyatakan bahwa yang menjadi ukuran dalam

menentukan seseorang telah memiliki l ‟ adalah ketia ia ber akal,

baligh dan cerdas.

2. Ahliyah wujub

Ahliyah wujub yaitu kecakapan seseorang untuk menerima hak-hak yang

menjadi haknya tetapi ia belum mempu untuk dibebani seluruh kewajiban.

Misalnya anak yang bisa menerima hibah, atau misalkan tentang ganti rugi, ia

bisa menerima hak gantirugi tersebut. Ahliyah wujub dibagi menjadi 2 yaitu

54

Imam Muttaqin, “Batas Usia Anak Dalam Pertanggung Jawaban Pidana Menurut Hukum

P n Pos t D n ukum P n Isl m”, h., 19, artikel diakses pada 6 agustus 2019 dari

http:/ejurnal.inzah.ac.id.

55 Agustiono, “Kecakap n ukum (A l ) D l m Isl m”, arikel diakses pada 6 Agustus

2019 dari http://irham-anas.blogsot.com

Page 89: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

80

a. Ahliyah al-wujub al-naqishah, yaitu anak yang masih berada dalam

kandungan ibunya. Janin yang sudah dianggap memiliki ahliyah wujub

tetapi belum sempurna. Hak-hak yang harus diterima, belum menjadi

haknya, sebelum ia lahir.

b. Ahliyah al-wujub al-kamilah, yaitu kecakapan menerima hak bagi

seseorang anak yang telah lahir kedunia sampai baligh dan berakal.

eseorang ahliyah wujub tidak dituntut tuntutan syara‟. Baik yang bersifat

ibadah mahdhah ataupun tindakan muamalah.

D. Sanksi Bagi Anak Yang Melakukan Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam

Dalam hukum Pidana Islam hukuman bagi pencuri adalah dengan

dipotong tanganya, akan tetapi dalam menentukan hukuman tersebut harus

melihat syarat untuk diterapkanya hukuman tersebut. Dalam hal ini dijelaskan

dalam bukun fiqh jinayah karangan Nurul Irfan, yang mengutip keterangan dari

halih a‟id Al-haidan, dalam bukunya Hal Al-Muttaham fi Majlis Al-Qada

mengemukakan lima syarat untuk dapat diberlakukanya hukuman ini, yaitu:56

a) Pelaku telah dewasa dan berakal sehat. Kalau pelakunya sedang tidur, anak

kecil, orang gila, dan orang dipaksa tidak dapat dituntut.

b) Pencurian tidak dilakukan karena pelakunya sangat mendesak oleh kebutuhan

hidup.

c) Tidak ada hubungan kerabat antara pihak korban dan pelaku, seperti anak

mencuri harta orang tua atau sebaliknya.

d) Tidak ada unsur subhat dalam kepemilikan harta tersebut.

e) Pencurian tersebut tidak dalam keadaan peperangan dijalan Allah SWT.

56

M. Nurul Irfan, Masyrofah, fiqh Jinayah (Jakarta: Amzah, 2015) h., 114.

Page 90: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

81

Dari syarat diatas terdapat ketentuan bahwa pelaku pencurian tidak dapat

dikenakan hukuman potongtangan sebagaimana ketentuan pada syarat pertama

jika ia belum memasuki usia dewasa dan berakal. Maka dapat kita simpulkan

bahwa anak yanng melakukan tindak pencurian tidak akan dikanakan hukuman

potong tangan. Akan tetapi dalam beberapa literatur mengatakan anak yang

melakukan tindakan pencurian ia dapat dikembalikan kepada orang tuanya atau

jika orang tua pelaku tidak mampu untuk membina, maka hakim atas nama negara

dapat mengenakan hukuman ta‟zir dengan memberikan peminaan pelaku dalam

ruang dan waktu tertentu.

Alasan tersebut juga diperkuat dengan pengertian jarimah dalam kamus

Al-mausuah Al-arabyyah Al-muyassarah, sebagai mana dikutip oleh Nurul

Irfan dalam bukunya yang berjudul hukum pidana Islam. Dalam kamus

tersebut mendefisniskan jarimah lebih detail yang didalamnya terdapat unsur

subjektif yaitu tentang pelaku dan proses eksekusi pidana yang harus

dilaksanakan oleh pemerintah. Secara lengkap dijelaskan sebagai berikut:57

خشق اسع ان اا ع ب ة: اعةجش ح اإلج اعذ نهم ح ج ان ف عات

ش جع ثة بأ فانحذ ة نكانجش انجائ(؛ انما ظش )ا نهما ق خش ا

عالم بانغ ص شخ س ا شع جكب ش آ لبذ ة انما احة ي جا ا م انفع

ية لعانحك ج جكب بةعهيش انعم

Artinya: “Jarimah dalam arti yang luas adalah pelanggaran dari prinsip-prinsip

kemasyarakatan. Dalam masyarakat moderen jarimah dipahami sebagai

pelanggaran terhadap undang-undang (lihat undang-undang pidana). Agar

secara yuridis suatu tidakan dapat dipandang sebagai pidana, tidakan itu harus

dilakukan oleh orang yang mampu mempertanggung jawabkanya, yaitu orang

dewasa yang berakal sehat. Sanksi pidana yanga akan dikenakan kepada

57

M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016) h., 11.

Page 91: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

82

pelaku harus diselenggarakan oleh pemerintah atau melalui perundang-

undangan.”

Dari rumusan tersebut kita dapat mengambil intisari bahwa dalam

tindak pidana Islam mensyaratkan bahwa pelaku tindak pidana adalah orang

dewasa yang berakal. Itu artinya anak kecil tidak termasuk golongan dari subjek

yang dapat dikenakan hukuman pidana. Dalam keterangan lain menyebutkan

bahwa, hukum tidak dapat dikenakan kepada orang gila hingga ia sembuh,

orang tidur hingga ia bangun dan anak kecil hingga ia dewasa. Maka jelaslah

bahwa dalam hukum Islam tidak memposisikan anak-anak sebagai objek

hukum. Walaupun seorang hakim diperbolehkan memberikan tidakan tertentu

untuk mendidik anak yang telah melakukan tindakan pidana.

Hadist yang membahas tentang ketentuan bagi anak yang berhadapan

dalam hukum adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, dalam hadist

ini dijelaskan bahwa ada 3 golongan yang tidak dikenakan beban hukum. Salah

satu golongan yang disebutkan adalah anak. Dimana ketentuan tersebut

mengatakan bahwa anak tidak masuk dalam orang yang dibebankan hukum

sehingga ia baligh.

ان اع هللاع عاءشةسض ع سهىلال:سفعانمهىع هللاعه بصه

حح انصب مظع ح اناءوححس ممىهحح ثلثةع ححع ج ان ع

58)ساأبداد(

Artinya: “dari „Aisyah ra. Dari n s ll ll u „ l w s l m, bersabda,

“telah diangkat pena dari tiga (golongan): (pertama) dari orang yang tidur

hingga ia terbangun (kedua) dari anak kecil sampai ihtilam (mimpi basah) dan

(yang ketiga) dari orang yang gila sampai berakal sehat.” (H.R Abu Dawud)

58

Abu Dawud Al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, juz. 4, h., 363, no. Hadits: 4398.

Page 92: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

83

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA TINDAK PIDANA OLEH

ANAK DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS

PERKARA NOMOR : 1410 K /PID.SUS/ 2013

A. Faktor-Faktor Anak Melakukan Tindak Pidana

Faktor yang mengakibatkan seorang anak memlakukan kenakalan adalah,

faktor lingkungan, faktor ekonomi/sosial dan faktor psikiologis.1 Sedangkan

menurut Romli Atmasasmita, bentuk motivasi itu ada dua macam, yaitu: motivasi

intrinsik dan ekstrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah dorongan

atau keinginan pada diri seseorang yang tidak perlu disertai dengan perangsang

dari luar; sedangkan motivasi ekstrinsi adalah dorongan yang terdiri dari luar.

Motivasi intrinsik dan ekstrinsik kenakalan anak, terdiri dari:2

1. Yang dimaksud motivasi intrisik dari kenakalan anak adalah:

a. Faktor intelegensia

b. Faktor usia

c. Faktor kelamin

d. Faktor kedudukan dalam kerluarga

2. Yang termasuk motivasi ekstrinsik dan kenakalan anak adalah

a. Faktor rumah tangga

b. Faktor pendidikan dan sekolah

c. Faktor pergulan anak

d. Faktor mass media

1 M.Nasir Malik, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013, Cet.2), h., 34.

2 Nasirana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012, cet.2), h., 35-44.

Page 93: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

84

Penjelasan tehadap pembagian tersebut adalah sebagai berikut:

1) Motivasi intrinsik kenakalan anak

a) Faktor intelegensia

Intelegensia adalah kecerdasan seseorang. Menurut Wund dan

Eisler adalah kesanggupan seseorang untuk menimbang dan memberi

keputusan.

Anak-anak dilenkuen itu pada dasarnya mempunyai tingkat

itelegensia verbal yang leih rendah dan ketinggalan dalam pencapaian

hasil-hasil skolastik (pretasi sekolah rendah). Dengan kecerdasan yang

rendah dan wawasan sosial yang kurang tajam, mereka mudah sekali

terseret oleh ajakan buruk untuk melakuakan perilaku jahat.

b) Faktor usia

Stephen Hurwitz mengungkapkan “ege ktor n t e c us t on o

cr me” (usia adalah faktor yang penting dalam sebua musabab timbulnya

kejahatan). Apabila pendapat tersebut diikuti,, maka usia adalah faktor

yang penting dalam hubungannya dengan sebab-sebab timbulnya

kejahatan, tidak terkecuali kenakalan yang dulakukan oleh seorang anak.

c) Faktor kelamin

Paul W. Tappan mengungkapkan pandangannya behawa

kenakalan anak dapat dilakukan oleh anak laki-laki maupun anak

perempuan, sekalipun dalam praktiknya jumlah anak laki-laki yang

melakukan kenakalan jauh lebih banyak dari anak perempuan pada batas

usia tertentu. Adanya perbedaan jenis kelamin menimbulkan pula adanya

Page 94: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

85

perbedaan, tidak hanya dari segi kuantitasnya akan tetapi juga pada segi

kualitasnya. 3

d) Faktor kedudukan anak dalam keluarga

Yang dimaksud dengan kedudukan anak dalam keluarga

adalah kedudukan seseorang anak dalam keluarga menurut urutan

kelahiranya misalnya anak perempuan pertama kedua dan ketiga.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Noach di Indonesia ia

mengemukakan bahwa terhadap dilenquency dan kriminalitas di

Indonesia dimana kesimpulanya adalah bahwa di Indonesia pelaku

dilenquency dan kriminalistas banyak dilakukan oleh anak pertama

atau anak tunggal atau oleh anak perempuan atau dia satu-satunya

diantara saudara-saudaranya (kakak atau adik-adiknya).

2) Motivasi ekstrinsik kenakalan anak

Dalam hal ini meliputi:

a) Faktor keluarga

Adapun faktor keuara yang menjadikan sebab terjainya kenakalan

dapat berupa keluarga yang tidak normal (broken home) dan keadaan

jumlah keluarga yang kurang menguntungkan

Menurut Ny. Molenyatno, broken home seperti yang telah menjadi hal

umum menjadikan anak sebagian besar melakukan kenakalan terutama

karena perceraian atau perpisahan orang tua yang sangat memperngaruhi

perkembangan si anak. dalam broken home pada prinsipnya paa keluarga

yang struktur keluarganya tidak utuh atau tidak lengkap dikarenakan

adanya hal-hal:

3 Nasirana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012, cet.2), h., 39.

Page 95: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

86

1) Salah satu dari kedua orang tua atau kedua-duanya meninggal dunia.

2) Perceraian orang tua.

3) Salah satu dari orang tua atau keduanya tidak hadir secara kontinu dan

tenggang waktu yang cukup lama.

b) Faktor sekolah

Sekolah adalah media untuk mendidik seorang anak dalam hal tumbuh

kembang kejiwaan anak. Dengan kata lain maka sekolah ikut bertanggun

jawab terhadap pendidikan anak. baik pendidikan secara keilmuan

maupun pendidikan secara periaku (carachter). Banyaknya atau

bertambahnya kenakalan yang diakukan oleh anak menunjukan adanya

kekurang berhasilan sistem belajar yang ada disekolah.

c) Faktor pergaulan

Dalam hal ini, sangat tepat teori yang dikemukakan oleh E.

utherland dengan nama “association Differencial” yang mengatakan

bahwa anak-anak menjadi dilinquen karena partisipasinya ditengah-

tengan suatu linkungan sosial, yang ide dan teknik dilenquen dijadikan

sebagai sarana yang efisien untuk menatasi kesulitan kehidupanya.

d) Pengaruh mass media

Sebenarnya, apabila memperhatikan teori kebijakan kriminal yang

dilakukan oleh March Ancel, masa media adalah sebagai salah satu

sarana yang digunakan untuk melakukan pencegahan kejahatan. Namun

alam kaitan perilaku dilenquen mass media justru berpengruh terhadap

timbulnya suatu kenakalan. Hal ini dapat dipahami bahwa pengaruh mess

madia berpengaruh pula terhaap perilaku anak. keinginan atau motivasi

anak dalam berperilaku kadang terjadi karena dorongan apa yang ia lihat

dan ia tonton. Berupa bacaan atau gambar dan atau filem.4

4 Nasirana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012, cet.2), h.,44.

Page 96: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

87

e) Faktor Agama

Faktor yang melatar belakangi seseorang melakukan tindak kejahatan

adalah kurangnya seseorang dalam memahami ajaran agama yang ia anut

dan pengamalan terhadap ajaran agama tersebut. Agama dipandang

sebagai bentuk penjagan seseorang terhadap perilaku tercela. Sehingga

apabila sesorang telah mengerti dan menjalankan agamanya

kemungkinan seseorang melakukan kejahatan akan semakin sedikit.

Sebaliknya jika pemahaman serta pengamalan terhadap ajaran yang ia

anut tidak berjalan dengan baik, maka seseorang akan mudah

terpengaruh melakukan kejahatan.

B. Kronologi Kasus

Dalam kasus yang terdapat pada putusan No P U T U S A N Nomor : 1410

K /Pid.Sus/ 2013 menjelaskan identitas Terdakwa sebagai berikut:

Nama :MUHAMMAD CHAIDIR

Tempat Lahir :Tebing Tinggi

Umur / Tanggal Lahir :17 tahun / 10 Oktober 1994

Jenis Kelamin :Laki- laki

Kebangsaan :Indonesia

Tempat Tinggal :Jalan Ir. H. Juanda Lingkungan III,

Kelurahan Tanjung Marulak, Kecamatan

Rambutan, Kota Tebing Tinggi

Agama :Islam

Pekerjaan :Pelajar

Terdakwa berada diluar tahanan dan pernah ditahan oleh:

1. Penyidik sejak tanggal 26 April 2012 sampai dengan tanggal 15 Mei 2012

Page 97: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

88

2. Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal 16 Mei 2012 sampai dengan

tanggal 25 Mei 2012.

3. Penuntut Umum sejak tanggal 23 Mei 2012 sampai dengan tanggal 27 Mei

2012.

4. Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 28 Mei 2012 sampai dengan tanggal

11 Juni 2012.

5. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 12 Juni 2012 sampai

dengan tanggal 11 Juli 2012.

Yang diajukan di muka persidangan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi

karena di dakwa: Bahwa ia Terdakwa Muhammad Chaidir secara bersama-sama

semufakat dengan Sugianto alias Dedek, Wagino alias Adi yang berkas

perkaranya dituntut secara terpisah, serta bernama Surya Kusuma yang belum

tertangkap hingga saat ini (DPO), pada hari Rabu tanggal 25 April 2012 sekitar

pukul 02.00 WIB. yaitu waktu antara matahari terbenam dan terbit, atau setidak-

tidaknya pada waktu lain dalam bulan April 2012, bertempat di Areal

Perkebunan Karet PTPN-III Kebun Rambutan Afdeling V TM 1990 Blok 54

Desa Pertapaan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai, atau

setidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk di dalam daerah hukum

Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli untuk memeriksa dan mengadili-nya,

dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum telah mengambil sesuatu

barang berupa getah compo (getah lom) sebanyak 30 (tigapuluh) kilogram yang

ditaksir seharga Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) atau setidak-

tidaknya lebih dari Rp250,00 (dua ratus lima puluh rupiah) kepunyaan PTPN-III

Kebun Rambutan atau orang lain selain dari pada dia Terdakwa dan temannya,

dilakukan oleh dua orang atau lebih, dengan cara sebagai berikut: Mula-mula

Terdakwa dan saksi Sugianto alias Dedek, saksi Wagino alias Adi serta Surya

Kusuma terlebih dahulu merencanakan pencurian getah milik PTPN-III Kebun

Rambutan tersebut di rumah saksi Sugianto alias Dedek di Berohol, setelah

Page 98: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

89

perencanaan matang dengan menaiki 2 (dua) unit sepeda motor merk Scorpio dan

Honda Supra Terdakwa dan saksi Sugianto alias Dedek, saksi Wagino alias Adi

serta Surya Kusuma berangkat dari Brohol berboncengan dengan membawa 2

(dua) buah ember hitam menuju Afdeling V TM 1990 Blok 54 Desa Pertapaan,

Kecamatan Tebing Tinggi, setibanya pada areal perkebunan karet lalu mengganti

pakaian masing-masing dengan pakaian kotor untuk kemudian bersama-sama

mengambil getah dari tempat penampungannya dari tiap-tiap pohon karet dan

dimasukkan ke dalam ember, setelah ember penuh lalu getah copo/getah lom

tersebut dimasukkan lagi ke dalam goni/karung hingga getah terkumpul sebanyak

1 (satu) karung seberat 30 (tiga puluh) kilogram, namun pada saat Terdakwa dan

saksi Sugianto alias Dedek, saksi Wagino alias Adi serta Surya Kusuma hendak

pulang dapat ditangkap petugas Satpam Kebun, sedangkan Surya Kusuma dapat

melarikan diri, selanjutnya Terdakwa dan saksi Sugianto alias Dedek, saksi

Wagino alias Adi berikut barang bukti diserahkan ke Polres Tebing Tinggi.

Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam hukuman dalam Pasal 363

Ayat (1) ke-4e KUHPidana Juncto Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang

Peradilan Anak Mahkamah Agung tersebu. Membaca tuntutan pidana

Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Sei Rampah tanggal 25 Juni 2012

sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa Muhammad Chaidir dinyatakan bersalah melakukan

tindak pidana “PENCURIAN DALAM KEADAAN MEMBERAT-KAN”

yang diatur dan diancam dalam pidana Pasal 363 Ayat 1 ke-4 KUH Pidana

Juncto Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang

Peradilan Anak yang telah dirubah dalam UU Nomor 11 Tahun 2012, dalam

dakwaan tunggal.

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Muhammad Chaidir dengan pidana

penjara selama 1 (satu) tahun, dikurangi selama berada dalam tahanan

sementara.

Page 99: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

90

3. Menetapkan barang bukti berupa :

a. 1 (satu) karung plastik getah dengan berat 30 (tiga puluh) kilogram, 2 (dua)

buah ember warna hitam, 1 (satu) unit sepeda motor Scorpio dan 1 (satu)

unit sepeda motor Honda Supra, dipergunakan dalam berkas perkara

Sugianto alias Dedek, dan kawan-kawan.

4. Menetapkan supaya Terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp1.000,00

(seribu rupiah).

Membaca putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Nomor: 403/Pid.B/

2012/PN.Ttd., tanggal 25 Juni 2012 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

a) Menyatakan Terdakwa: Muhammad Chaidir, telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian dalam keadaan

memberatkan.”

b) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa tersebut dengan pidana penjara

selama: 2 (dua) bulan.

c) Memerintahkan Terdakwa segera dikeluarkan dari tahanan. Menetapkan

barang bukti berupa:

1) 1 (satu) karung plastik getah dengan berat 30 (tiga puluh) kilogram, 2 (dua)

buah ember warna hitam, 1 (satu) unit sepeda motor Scorpio dan 1 (satu)

unit sepeda motor Honda Supra, dipergunakan dalam berkas perkara

Sugianto alias Dedek, dan kawan-kawan.

d) Membebani Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp1.000,- (seribu

rupiah).

Membaca putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor : 435/PID/2012/

PT.MDN., tanggal 14 Agustus 2012 yang amar lengkapnya sebagai berikut:

1) Menerima permohonan banding dari Jaksa/Penuntut Umum.

2) Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli, tanggal 25 Juni

2012 Nomor: 403/Pid.B/2012/PN.Ttd, yang dimintakan banding

Page 100: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

91

3) Membebankan biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan kepada Terdakwa

dalam tingkat banding sebesar Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah),

Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi Nomor: 19/Akta.Pid/

2012/PN.Ttd., yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Tebing

Tinggi yang menerangkan, bahwa pada tanggal 24 September 2012

Jaksa/Penuntut Umum mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan

Pengadilan Tinggi tersebut. Memperhatikan memori kasasi tanggal 26

September 2012 dari Jaksa/ Penuntut Umum sebagai Pemohon Kasasi yang

diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi pada hari itu juga.

Membaca surat-surat yang bersangkutan

Pertimbangan Hakim, bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah

diberitahu-kan kepada Jaksa/Penuntut Umum pada tanggal 10 September 2012

dan Jaksa/Penuntut Umum mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 24

September 2012 serta memori kasasinya telah diterima di Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Tebing Tinggi pada tanggal 26 September 2012 dengan

demikian permohonan kasasi beserta dengan alasanalasannya telah diajukan

dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut Undang-undang, oleh karena itu

permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima. Menimbang, bahwa alasan-

alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi Jaksa/ Penuntut Umum pada

pokoknya sebagai berikut:

1. Bahwa pada hakikatnya, putusan pemidanaan (veroordeling) merupakan

putusan Hakim yang berisikan suatu perintah kepada Terdakwa untuk

menjalani hukuman atas perbuatannya sesuai dengan amar putusan.

2. Bahwa walaupun pembentuk Undang-undang memberikan kebebasan

menentukan batas maksimal dan minimal lama pidana yang harus dijalani

Terdakwa, hal ini bukan berarti Hakim dapat dengan seenaknya menjatuhkan

pidana tanpa dasar pertimbangan yang lengkap. Penjatuhan pidana harus

cukup dipertimbangkan dengan putusan Hakim yang kurang pertimbangan

(onvoldoende gemotiveerd) dapat dibatalkan oleh Mahkamah Agung RI.

Page 101: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

92

3. Bahwa putusan Pengadilan Tinggi Medan tidak mencantumkan tuntutan

pidana dalam putusannya dan tidak memenuhi Pasal 197 Ayat (1) huruf d, e, f

KUHAP, apabila suatu putusan pemidanaan tidak mencantumkan tuntutan

pidana berdasarkan ketentuan Pasal 197 Ayat (2) KUHAP dan sesuai dengan

putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 885 K/Pid/1985 tanggal 23 Juni1987,

adalah batal demi hukum.

4. Bahwa putusan Pengadilan Tinggi Medan tidak menguraikan pertimbangan

mengenai unsur-unsur (bestandellen) pasal yang didakwakan oleh Jaksa/

Penuntut Umum dan putusan Pengadilan Tinggi Medan tidak menguraikan

keadaan yang memberatkan maupun yang meringankan Terdakwa.

5. Bahwa Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli dan Pengadilan Tinggi Medan

dalam putusannya tidak mengindahkan SEMA terhadap rumusan/kualifikasi

dari tindak pidana karena dalam menjatuhkan pidana tidak sesuai dengan

perbuatan pidana yang dilakukan Terdakwa.

6. Bahwa berdasarkan putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 885 K/Pid/1985

tanggal 23 Juni 1987, pada dasarnya putusan Judex Facti batal demi hukum

sebab tidak memenuhi syarat seperti yang diatur dalam Pasal 197 Ayat (1)

huruf e KUHAP, yaitu dalam putusannya tidak memuat tuntutan pidana.

Pertimbangan Hakim, bahwa atas alasan-alasan tersebut Mahkamah

Agung berpendapat, Bahwa alasan-alasan kasasi Jaksa/Penuntut Umum tidak

dapat dibenar-kan, karena Judex Facti tidak salah dalam menerapkan hukum,

Judex Facti telah mengadili sesuai hukum Acara Pidana serta tidak melampaui

wewenang-nya. Bahwa dakwaan Penuntut Umum diajukan berupa dakwaan

tunggal dan antara ,Judex Facti dan Penuntut Umum sama sependapat terbukti

dakwaan Penuntut Umum melanggar Pasal 363 Ayat (1) ke-4 KUHP Juncto

Undang-undang Nomor: 3 Tahun 1997, hanya Penuntut Umum menuntut 1 (satu)

tahun penjara, sedangkan Judex Facti telah memutus pidana penjara selama 2

(dua) bulan. Bahwa karena Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana

Page 102: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

93

pencurian dengan pemberatan, Judex Facti telah mempertimbangkan dalam

putusannya segala sesuatu yang memberatkan serta yang meringankan pada diri

Terdakwa sesuai dengan Pasal 197 Ayat (1) KUHAP. Bahwa berat ringannya

pidana adalah kewenangan Judex Facti yang tidak tunduk pada pemeriksaan

kasasi.

Pertimbangan Hakim, bahwa dalam musyawarah Majelis Hakim Agung

terdapat pendapat yang berbeda (dissenting opinion) yang diajukan oleh Ketua

Majelis Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. sebagai berikut: Bahwa alasan-alasan

Jaksa/Penuntut Umum tidak dapat dibenarkan, Judex Facti salah menerapkan

hukum dalam hal menyatakan Terdakwa tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “pencurian dalam keadaan

memberatkan”, melanggar Pasal 363 Ayat (1) KUHPidana. Hanya saja tidak

sependapat dengan hukuman atau pemidanaan yang dijatuhkan terhadap

Terdakwa, karena menurut Ketua Majelis Hakim Agung Prof. Dr. Surya Jaya,

S.H., M.Hum. hukuman yang dijatuhkan terlalu berat dengan alasan:

a) Bahwa berdasarkan fakta hukum persidangan Terdakwa dipersalahkan

melakukan tindak pidana pencurian dalam keadaan yang memberatkan karena

Terdakwa bersama-sama dengan Terdakwa lainnya, bermaksud memiliki

secara melawan hak atau melawan hukum suatu barang milik orang. Adapun

barang yang diambil Terdakwa secara ekonomis mempunyai nilai sebesar

Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) atau lebih dari Rp250,00

(dua ratus lima puluh rupiah).

b) Bahwa PERMA No.02 Tahun 2012 tentang penyesuaian batasan tindak

pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHPidana, telah menegaskan dalam

Pasal 2, pada pokoknya dapat disimpulkan bahwa tindak pidana pencurian,

penipuan, penggelapan dan penadahan termasuk dalam kualifikasi tindak

Page 103: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

94

pidana ringan apabila obyek perkaranya mempunyai nilai barang atau uang

bernilai tidak lebih dari Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah).

c) Bahwa apabila fakta hukum tersebut dihubungkan dengan PERMA No.02

Tahun 2012 tersebut, maka perbuatan Terdakwa a quo termasuk tindak pidana

dengan kualifikasi ringan (vide Pasal 364 KUHPidana), karena nilai ekonomis

barang dalam perkara a quo di bawah Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus

ribu rupiah). Hanya saja ketentuan Pasal 364 KUHPidana tidak dapat

diterapkan dalam perkara a quo, berhubung karena Terdakwa dalam

mewujudkan perbuatannya tidak dilakukan seorang diri, melainkan dilakukan

secara bersama-sama dengan rekan yaitu sdr. Sugianto, sdr. Wagino dan

Surya Kusuma. Hal ini menyebabkan tindak pidana yang dilakukan termasuk

dalam kualifikasi tindak pidana dengan pemberatan (vide Pasal 363 Ayat (1)

KUHPidana).

d) Bahwa tindak pidana dalam keadaan memberatkan sebagaimana dimaksud

tidak harus dipahami sebagai tindak pidana yang mempunyai dampak sangat

berbahaya dan sistemik sehingga membawa akibat yang sangat serius bagi

masyarakat, bangsa dan Negara. Keadaan pemberatan dimaksud hanya karena

dilakukan secara bersama-sama. Sedangkan dari sisi obyek perkara dengan

nilai barang sebesar Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupah), maka

dapat menjadi salah satu alasan utama untuk meringankan hukuman

Terdakwa.

e) Bahwa selain itu, alasan pertimbangan yang tidak kalah pentingnya adalah

usia Terdakwa yang masih terbilang sangat muda yaitu umur 17 tahun, apabila

Terdakwa masih aktif sebagai pelajar kelas III SMK Diponegoro Tebing

Tinggi. Sehingga apabila Terdakwa dihukum penjara tentu akan

membahayakan sikap, mental dan kepribadian Terdakwa kelak, tentu pula

akan mempengaruhi kelangsungan pendidikan sehingga berakibat pada masa

depan Terdakwa.

Page 104: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

95

f) Bahwa oleh karena itu, dengan alasan pertimbangan tersebut di atas, adalah

adil dan bijaksana apabila Terdakwa dijatuhi pidana penjara dengan masa

percobaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 3

Tahun 1997.

g) Bahwa adapun syarat umum yang harus dipenuhi Terdakwa selama dalam

masa percobaan Terdakwa tidak boleh melakukan atau mengulangi tindak

pidana apapun. Sedangkan syarat khusus yang harus dipatuhi Terdakwa yaitu

mengikuti pendidikan dan pembinaan mental spiritual yang terdekat dengan

rumah/tempat tinggal Terdakwa.

Pertimbangan Hakim, bahwa oleh karena terdapat perbedaan pendapat

dan telah diusahakan dengan sungguh-sungguh tetap tidak tercapai mufakat,

maka sesuai Pasal 182 Ayat (6) Huruf a KUHAP Majelis mengambil putusan

dengan suara terbanyak yaitu menolak permohonan kasasi Terdakwa

sebagaimana telah dipertimbangkan di atas.

Pertimbangan Hakim, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula

ternyata, putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum

dan/atau Undang-undang, maka permohonan kasasi tersebut harus ditolak.

Pertimbangan Hakim, bahwa oleh karena Para Pemohon Kasasi/Para

Terdakwa dipidana, maka harus dibebani untuk membayar biaya perkara dalam

tingkat kasasi ini. Memperhatikan Pasal 363 Ayat (1) ke-4 KUHP Juncto

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, Undang-undang No.8 Tahun 1981 tentang

KUHAP dan Undang-undang Nomor : 48 Tahun 2009 tentang perubahan kedua

Undang-undang No.2 Tahun 1986 tentang peradilan Umum, Undang-undang

No.14 Tahun 1985 sebagaimana telah di ubah dan ditambah dengan Undang-

undang No.5 Tahun 2004 serta perubahan kedua dengan Undang-undang No.3

Tahun 2009 dan peraturan per Undang-undangan lain yang bersangkutan.

Page 105: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

96

C. Amar Putusan

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: Jaksa/Penuntut Umum

pada Kejaksaan Negeri Sei Rampah tersebut. Membebankan kepada Terdakwa

untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp2.500,00 (dua

ribu lima ratus rupiah).

D. Analisis Penulis Tehadap Putusan Majelis Hakim

Melihat kronolgis dari kasus tindak pidana pencurian tersebut penulis

tidak sependapat dengan keputusan majelis hakim pada tingkat Pertama dan

tingkat banding yang tetap menghukumi pelaku dengan hukuman 2 bulan penjara.

Walaupun hukuman yang diberikan oleh hakim dibawah tuntutan yang dilakukan

oleh jaksa penuntut umum. Yang menuntut pelaku dengan hukuman 1 tahun

penjara.

Pertimbangan hakim yang melihat bahwa pelaku adalah anak dibawah

umur dan kemudian pertimbangan hakim dengan melihat PERMA No. 2 Tahun

2012 tentang batas minimal nilai kerugian dalam KUHP seharusnya dapat

menjadi landasan bagi majelis hakim untuk membebaskan pelaku dari hukuman

pemenjaraan. Hakim seharusnya mempunyai inisatif hukuman sendiri tidak

hannya hukuman pemenjaraan. Sanksi-sanksi pidana yang efektif untuk

menjerakan pelaku tentu tidak semuanya dengan pemenjaraan. Pemberian sanksi

berupa pembinaan atau tahanan rumah menurut penulis akan lebih baik

diterapkan. Penulis tidak menemukan korelasi antara pertimbangan hakim yang

mempertimbangkan usisa dan status pelajar yang miliki terdakwa akantetapi

hakim tetap memberikan hukuman 2 bulan penjara.

Mengenai pasal pemberatan yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum

yang dijadikan bahan pertimbangan oleh hakim diamana dalam melakukan

tidakan tersebut terdakwa melakukan nya secara bersama-sama. Hal ini yang

kemudian dianggap sebagai hal yang membahayakan.

Page 106: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

97

Dari putusan yang dilakuan oleh majelis kasasi kiranya sudah

mempertimbangkan hal-hal yang sangat penting. Seperti pesan Pema No 2 tahun

2012 dan kemudian mempertimbangkan bahwa anak masih bersetatus sebagai

murid sekolah menengah atas. Sehingga majelis menolak permohonan kasasi

yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum. Akan tetap penulis tidak sepakat

dengan dibiarkanya putusan pada pengadilan tinggi yang telah memutus dan

mengadili perkara tersebut dengan pidana penjara selama 2 bulan.

Justru menurut penulis pertimbangan penolakan kasasi yang dilakukan

oleh majelis kasasi ini bisa menjadi pertimbangan hakim untuk melepaskan

terdakwa dari sanksi pemenjaraan. Dimana ada kemungkinan bahwa terdakwa

melakukan hal tersebut adalah karena salah pergaulan. Artinya ia melakukan tidak

pencurian bukan murni dengan kehendaknya. Akan tetapi ada pengaruh/ hasutan

dari pihak lain, yaitu teman dalam pergaulanya tersebut. jika diketahui bahwa

teman terdakwa sudah dewasa maka penulis melihat bahwa yang seharusnya

dipidana adalah teman-temannya yang telah dewasa. Penulis menilai bahawa

terdakwa sebenarnya adalah korban dari pergaulan yang harus kita arahkan

dengan baik. Bukan kemudian dipenjarakan.

Jika melihat pada hukum Islam, tentang anak seperti halnya yang

diterangkan dalam hadist Nabi yang diriwayakan oleh Abu Dawud sebagaimana

berikut:

سهىلال:سفعانمهىع هللاعه انبصه اع هللاع عاءشةسض ع

بش ححك انصب مظع ح اناءوححس ممثلثةع ححع ج ان ع

)ساأبداد(

Page 107: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

98

Artinya: Diriwayatkan dari „Aisyah ra. dari Nabi S ll ll u „Al W s l m,

bersabda, “telah diangkat pena dari tiga (golongan): (pertama) dari orang yang

tidur hingga ia terbangun (kedua) dari anak kecil sampai ihtilam (mimpi basah)

dan (yang ketiga) dari orang yang gila sampai berakal sehat.” (H.R Abu Dawud)5

Maka tentu penerapan hukuman pidana berupa pemenjaraan bukanlah hal

yang sesuai. Kemudian jika kita melihat konsep pada syarat dihukumnya pencuri

adalah ketika pelaku adalah orang yang sudah baligh dan berakal, tentu

keputusan yang dilakukan hakim pada kasus ini tidak dapat dibenarkan. Adapun

dalam Islam syarat dikanakan hukuman bagi pelaku adalah sebagaimana

dijelaskan dalam bukun fiqh jinayah karangan Nurul Irfan, yang mengutip

keterangan dari halih a‟id Al-haidan, dalam bukunya Hal Al-Muttaham fi

Majlis Al-Qada mengemukakan lima syarat untuk dapat diberlakukanya

hukuman ini, yaitu:6

f) Pelaku telah dewasa dan berakal sehat. Kalau pelakunya sedang tidur, anak

kecil, orang gila, dan orang dipaksa tidak dapat dituntut.

g) Pencurian tidak dilakukan karena pelakunya sangat mendesak oleh kebutuhan

hidup.

h) Tidak ada hubungan kerabat antara pihak korban dan pelaku, seperti anak

mencuri harta orang tua atau sebaliknya.

i) Tidak ada unsur subhat dalam kepemilikan harta tersebut.

j) Pencurian tersebut tidak dalam keadaan peperangan dijalan Allah SWT.

Padahal dalam kasus terseut terdakwa masih dalam usia 17 tahun dan masih

menjalankan aktifitas sekolah. Tentu hal tersebut dalam hukum Islam tidak sesuai.

5 Abu Dawud Al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, juz. 4, h., 363, no. Hadits: 4398.

6 M. Nurul Irfan, Masyrofah, fiqh Jinayah (Jakarta: Amzah, 2015) h., 114.

Page 108: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

99

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Faktor yang mengakibatkan seorang anak melakukan tindak pidana adalah,

faktor lingkungan, faktor ekonomi/sosial dan faktor psikiologis. Sedangkan

menurut Romli Atmasasmita, bentuk motivasi itu ada dua macam, yaitu:

motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik

adalah dorongan atau keinginan pada diri seseorang yang tidak perlu disertai

dengan perangsang dari luar; sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan

yang terdiri dari luar. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Yang menjadi

kenakalan anak intrinsik, terdiri dari, Faktor intelegensia, Faktor usia, Faktor

kelamin dan Faktor kedudukan dalam kerluarga. Yang termasuk motivasi

ekstrinsik dan kenakalan anak adalah Faktor rumah tangga, Faktor pendidikan

sekolah, Faktor pergaulan anak dan Faktor media massa . Dari faktor-faktor

tesebutlah anak melakukan tindak pidana. Jika kita melihat secara seksama

bahwa anak yang melakukan tindak pidana dari faktor-faktor tersebut maka

sesungguhnya anak tersebut adalah korban dari faktor tersebut yang menjadikan

anak tersebut melakukan tindak kejahatan.

2. Dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang sitem peradilan pidana

anak ditentukan megenai proses beracara peradilan tehadap anak yang

beradapan dengan hukum. Pada undang-udang ini mengatur proses peradilan,

dimana target yang dituju adalah upaya restorative justice. Upaya tersebut

dijawantahkan dengan ketentuan diversi. Yakni apabila ada anak berhadapan

dengan hukum, artinya anak dengan usia 18 kebawah melakukan tindak pidana

maka alur yang harus dilakukan oleh penegak hukum adalah untuk

mengupayakan adanya diversi. Dengan metode musyawarah antara korban dan

Page 109: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

100

pelaku serta melibatkan masyarakat. Oleh karenanya upaya ini diharapkan

dapat memberikan rasa keadilan bagi korban maupun bagi pelaku.

3. Pertimbangan hakim dalam memutus perkara No. 1410 K/ Pid.Sus/2013 bahwa

Terdakwa dipersalahkan melakukan tindak pidana pencurian dalam keadaan

yang memberatkan karena Terdakwa bersama-sama dengan Terdakwa lainnya,

bermaksud memiliki secara melawan hak atau melawan hukum suatu barang

milik orang. Adapun barang yang diambil Terdakwa secara ekonomis

mempunyai nilai sebesar Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)

atau lebih dari Rp250,00 (dua ratus lima puluh rupiah). Kemudian

pertimbangan bahwa PERMA No.02 Tahun 2012 tentang penyesuaian batasan

tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHPidana, telah menegaskan

dalam Pasal 2, pada pokoknya dapat disimpulkan bahwa tindak pidana

pencurian, penipuan, penggelapan dan penadahan termasuk dalam kualifikasi

tindak pidana ringan apabila obyek perkaranya mempunyai nilai barang atau

uang bernilai tidak lebih dari Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah).

Petimbangan selanjutnya adalah Bahwa apabila fakta hukum tersebut

dihubungkan dengan PERMA No.02 Tahun 2012 tersebut, maka perbuatan

Terdakwa a quo termasuk tindak pidana dengan kualifikasi ringan (vide Pasal

364 KUHPidana), karena nilai ekonomis barang dalam perkara a quo di bawah

Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah). Hanya saja ketentuan Pasal

364 KUHPidana tidak dapat diterapkan dalam perkara a quo, berhubung karena

Terdakwa dalam mewujudkan perbuatannya tidak dilakukan seorang diri,

melainkan dilakukan secara bersama-sama dengan rekan yaitu sdr. Sugianto,

sdr. Wagino dan Surya Kusuma. Hal ini menyebabkan tindak pidana yang

dilakukan termasuk dalam kualifikasi tindak pidana dengan pemberatan (vide

Pasal 363 Ayat (1) KUHPidana). Kemudian petimangan mengenai pasal

pemberatan adalah bahwa tindak pidana dalam keadaan memberatkan

sebagaimana dimaksud tidak harus dipahami sebagai tindak pidana yang

mempunyai dampak sangat berbahaya dan sistemik sehingga membawa akibat

Page 110: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

101

yang sangat serius bagi masyarakat, bangsa dan Negara. Keadaan pemberatan

dimaksud hanya karena dilakukan secara bersama-sama. Sedangkan dari sisi

obyek perkara dengan nilai barang sebesar Rp750.000,00 (tujuh ratus lima

puluh ribu rupah), maka dapat menjadi salah satu alasan utama untuk

meringankan hukuman Terdakwa. Dalam pertimbananya hakim juga melihat

subjek, bahwa terdakwa usia Terdakwa yang masih terbilang sangat muda yaitu

umur 17 tahun, apabila Terdakwa masih aktif sebagai pelajar kelas III SMK

Diponegoro Tebing Tinggi. Sehingga apabila Terdakwa dihukum penjara tentu

akan membahayakan sikap, mental dan kepribadian Terdakwa kelak, tentu pula

akan mempengaruhi kelangsungan pendidikan sehingga berakibat pada masa

depan Terdakwa. Sehingga kemudian pada amar putusan tersebut menolak

permohonan kasasi dari jaksa penuntut umum. Dan tetapi memidanakan

terdakwa dengan penjara 2 bulan.

B. Saran

Seorang anak adalah anugerah Allah SWT kepada umat manusia. Sebagai

generasi yang melanjutkan peradaban dikemudian hari. Tampa tumbuhnya anak

dengan baik maka akan berdampak pada keterpurukan suatu generasi bangsa.

Maka dari itulah perlu kita fahami bersama bahwa kondisi anak yang melakukan

tidak pidana bukanlah alasan untuk kita menghukum mereka secara pidana. Hal

tersebut tentu bukan hanya akan menghacurka masa depan anak tersebut akan

tetapi juga akan mengakibatkan cacatnya generasi selanjutnya. Mencari metode

lain untuk menyelamatkan anak tersebut dari keterpurukan adalah prioritas utama

dalam menangani anak yang berhadapan dengan hukum.

Munculnya UU SPPA Nomor 11 tahun 2012 tentu menjadi jendela baru

untuk menyelamatkan anak dari keterpurukan. Metode Restorative justice pada

UU ini tentu membawa harapan besear kepada anak yang berhadapan dengan

hukum akan kembali menjadi anak yang baik. Akan tetapi hal-hal yang dicitakan

dalam UU SPPA ini tidak akan terujud apabila aparatur penegak hukum dan

Page 111: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

102

masyarakat tidak menggunakannya secara optimal. Perlu kiranya seluruh elemnen

bangsa melihat bahwa anak yang berhadapan dengan hukum adalah generasi yang

perlu untuk dibimbing, bukan dihukum. Sehingga dengan itu maka anak akan

tumbuh dengan baik karena mendapatkan bimbingan bukan seubuah hukuman

apalagi pemidanaan.

Dari kasus yang dialami terdakwa Chaidir penulis melihat bahwa aparat

penegak hukum terlalu kaku dalam memaknai sebuah UU. Pasal yang dikenakan

kepada terdakwa Chaidir memang pasal dengan pemberatan dimana

konsekwensinya adalah bahwa perbuatan tersebut tidak dapat diproses seperti

yang ditentukan dalam PERMA No. 2 tahun 2012 tentang batas kerugian dalam

tindak pidana pencurian. Padahal jika aparat penegak hukum fokus pada nilai

kerugian yang dialami koran berupa nominal 750.000,00 maka bisa saja terdakwa

tidak diproses biasa akan tetapi hanya dengan pengembalian kerugian yang

dialami oleh korban. Tentu itu akan lebih memunculkan keadilan bagi kedua belah

pihak. Maka dari itu penulis memberikan saran yang membangun kepada apatur

penegak hukum agar kiranya tidak hanya melihat perkara secara normatif saja.

Artinya tidak hanya melihat dari segi kepastian hukum, akan tetapi perlu lebih

mendalami aspek keadilan dan kemanfaatan yang ditimbulkan.

Itulah yang dapat penulis berikan sebagai saran, semoga dapat bermanfaat

bagi perkembangan penegakan hukum Indonesia untuk semakin berkeadilan. Dan

semoga dengan karya penulis ini dapat menjadikan bahan tambahan dalam

khasanah keilmuan bidang hukum, khususnya dalam bidang hukum pidana anak.

Dari itulah penulis degan kesadaran penuh kekurangan memohon kepada Allah

Subahanahuataalla semoga dapat terus mengembangkan khasanah keilmuanya.

Aamiin

Page 112: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

103

DAFTAR PUSTAKA

Agustiono, “Kecakapan Hukum (Ahliyah) Dalam Islam”, arikel diakses pada 6

Agustus 2019 dari http://irham-anas.blogsot.com

Ali, Muhamad Al-Sabuni, Rawai’ul Bayan Tafsir Fi Al-Ayat Al-Ahkam Min Al-

Qur’an, ditejemahkan oleh Saleh Mahfudz, Tafsir Ayat-Ayat Hukum

Dalam Al-Quran, Bandung: Al-Ma’arif, 1994

Al-Muslim, Shahih Al-Muslim Semarang: Toha Putera

Athayib, Abu Muhammad Syamsul Haq Al Adzim Abadi, aun al-mabud syarh

sunan abi dawud, Kairo: Dar Al Hadist, 2001,sebagai mana dikutip dalam

buku

Atmasasmita, Ramli, Bunga Rampai Kriminologi, Jakarta: Rajawali, 1992

AzwaSaifuddin r, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013

Burlian, Paisol, Implementasi Konsep Hukuman Qishas Di Indonesia,

Jakarta:Sinar Grafika,2015

Dawud, Abu Al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, juz. 4, h., 363, no. Hadits: 4398.

Fahrudin Z Ida, Beberapa Catatan Mengenai Pendidikan Anak-Anak Dibandung,

Bandung: Fakultas Hukum UNPAD,1961

G.R. Raco, Metode Peneitian Kualitatf Jenis, Karakteristik Dan Kaunggulan

Jakarta: Grasindo, 2010

GunaidiIsmu dan Joenadi Efendi, Cara Cepat Dan Mudah Memahami Hukum

Pidana, Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup,2014

Hardiyanto, Adi Wicaksono, Kebijakan Pelaksanaan Diversisebagai

Perlindungan Bagi Anak Yang Berkonflikdengan Hukum Pada Tingkat

Penuntutan Di Kejaksaan Negeri Kudus,( Program Studi Magister Ilmu

Hukum Volume 11, Nomor 1, Tahun 2015 Fakultas Hukum Universitas

Diponegoro),h.,14.

Hidaya, Bunadi t, Pemidananan Anak Dibawah Umur Bandung: PT Alumni,

2010

Ismu Gunaidi, Joenadi Efendi, Cara Cepat Dan Mudah Memahami Hukum

Pidana, Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup,2014

Kartini Kartono, Psikologi Anak,Bandung:1979

Page 113: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

104

Karton, Kartini o, Patologi 2 Kenakalan Remaja, Jakarta: Rajawali, 1984

KUHP pasal 362

Lihat Pasal 6 UU No. 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

M.Sholehudin, Sistem Sanski Dalam Hukum Pidana. Ide Dasar Doble Track

System Dan Implementasinya, Jakarta: Grafindo Persada, 2003

Marpaung, Leden, Asas-teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta:Sinar Grafika,2012

Moeljato, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta,2009

Muhamad, Fahmi Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakata, 2010

Muttaqin, Imam, “Batas Usia Anak Dalam Pertanggung Jawaban Pidana

Menurut Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam”, h., 19, artikel

diakses pada 6 agustus 2019 dari http:/ejurnal.inzah.ac.id.

Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen

Internasional Perlindungan Anak Serta Penerapannya,Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2013

Nasi,M. r Malik, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013,

Cet.2

Nasir, M. Djamil, Anak Bukan Untuk Di Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2013 cet.

Kedua

Nasirana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2012, cet.2

Nasirana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2012, cet.2

Nasirana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2012, cet.2

Nurul, M. Irfan, Masyrofah, fiqh Jinayah Jakarta: amzah, 2015

Poernomo, Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta:Ghalia Indoesia, 1978

Projoikoro,Wijrono, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Bandung:

Refika Aditama, 2003, cet.3

Raharjo, Satjipto, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditia Bakti, 2014),h.,126.

Page 114: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

105

Rohi, Nur m Yunus, Restorasi Budaya Hukum Masyarakat Indonesia,

Jakarta:Jurisprudence Press,2012

Sambas, Nandang, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen

Internasional Perlindungan Anak Serta Penerapannya,Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2013

Simanjuntak, Pengantar Kriminologi Dan Sosiologi, Bandung: Tarsito, 1977

Soetodjo, Wagiati, Hukum Pidana Anak Bandung: PT Refika Aditama,2006

Taufik, Mohammad Makarau, dkk., Hukum Perlindungan Anak Dan

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumahtangga, Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2013

Tongat, dasar-dasar hukum pidana Indonesia dalam perspekif pembangunan,

Malang, univesitas muhamadiah malang, 2012, cet.3

UU SPPA No. 11 Tahun 2012.

UU SPPA No. 11 Tahun 2012.

Wardi, Ahmad Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005

Page 115: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

Nomor : 1410 K /Pid.Sus/ 2013

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

Memeriksa perkara pidana khusus dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai

berikut dalam perkara Terdakwa :

Nama : MUHAMMAD CHAIDIR ;

Tempat Lahir : Tebing Tinggi ;

Umur / Tanggal Lahir : 17 tahun / 10 Oktober 1994 ;

Jenis Kelamin : Laki- laki ;

Kebangsaan : Indonesia ;

Tempat Tinggal : Jalan Ir. H. Juanda Lingkungan III,

Kelurahan Tanjung Marulak,

Kecamatan Rambutan, Kota Tebing

Tinggi ;

Agama : Islam ;

Pekerjaan : Pelajar ;

Terdakwa berada diluar tahanan dan pernah ditahan oleh ;

1 Penyidik sejak tanggal 26 April 2012 sampai dengan tanggal 15 Mei 2012 ;

2 Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal 16 Mei 2012 sampai dengan

tanggal 25 Mei 2012 ;

3 Penuntut Umum sejak tanggal 23 Mei 2012 sampai dengan tanggal 27 Mei

2012 ;

4 Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 28 Mei 2012 sampai dengan tanggal

11 Juni 2012 ;

5 Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 12 Juni 2012 sampai

dengan tanggal 11 Juli 2012 ;

Yang diajukan di muka persidangan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi karena di dakwa :

Bahwa ia Terdakwa MUHAMMAD CHAIDIR secara bersama-sama semufakat

dengan SUGIANTO alias DEDEK, WAGINO alias ADI yang berkas perkaranya

dituntut secara terpisah, serta bernama SURYA KUSUMA yang belum tertangkap

hingga saat ini (DPO), pada hari Rabu tanggal 25 April 2012 sekitar pukul 02.00 WIB,

Hal. 1 dari 8 hal. Put. No. 1410 K /Pid.Sus/ 2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 116: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

yaitu waktu antara matahari terbenam dan terbit, atau setidak-tidaknya pada waktu lain

dalam bulan April 2012, bertempat di Areal Perkebunan Karet PTPN-III Kebun

Rambutan Afdeling V TM 1990 Blok 54 Desa Pertapaan, Kecamatan Tebing Tinggi,

Kabupaten Serdang Bedagai, atau setidaknya pada suatu tempat lain yang masih

termasuk di dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli untuk

memeriksa dan mengadili-nya, dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum

telah mengambil sesuatu barang berupa getah compo (getah lom) sebanyak 30 (tiga

puluh) kilogram yang ditaksir seharga Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)

atau setidak-tidaknya lebih dari Rp250,00 (dua ratus lima puluh rupiah) kepunyaan

PTPN-III Kebun Rambutan atau orang lain selain dari pada dia Terdakwa dan temannya,

dilakukan oleh dua orang atau lebih, dengan cara sebagai berikut :

Mula-mula Terdakwa dan saksi SUGIANTO alias DEDEK, saksi WAGINO

alias ADI serta SURYA Kusuma terlebih dahulu merencanakan pencurian getah milik

PTPN-III Kebun Rambutan tersebut di rumah saksi SUGIANTO alias DEDEK di

Berohol, setelah perencanaan matang dengan menaiki 2 (dua) unit sepeda motor merk

Scorpio dan Honda Supra Terdakwa dan saksi SUGIANTO alias DEDEK, saksi

WAGINO alias ADI serta SURYA KUSUMA berangkat dari Brohol berboncengan

dengan membawa 2 (dua) buah ember hitam menuju Afdeling V TM 1990 Blok 54 Desa

Pertapaan, Kecamatan Tebing Tinggi, setibanya pada areal perkebunan karet lalu

mengganti pakaian masing-masing dengan pakaian kotor untuk kemudian bersama-sama

mengambil getah dari tempat penampungannya dari tiap-tiap pohon karet dan

dimasukkan ke dalam ember, setelah ember penuh lalu getah copo/getah lom tersebut

dimasukkan lagi ke dalam goni/karung hingga getah terkumpul sebanyak 1 (satu) karung

seberat 30 (tiga puluh) kilogram, namun pada saat Terdakwa dan saksi SUGIANTO

alias DEDEK, saksi WAGINO alias ADI serta SURYA KUSUMA hendak pulang dapat

ditangkap petugas Satpam Kebun, sedangkan SURYA KUSUMA dapat melarikan diri,

selanjutnya Terdakwa dan saksi SUGIANTO alias DEDEK, saksi WAGINO alias ADI

berikut barang bukti diserahkan ke Polres Tebing Tinggi ;

Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam hukuman dalam Pasal 363

Ayat (1) ke-4e KUHPidana Juncto Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang

Peradilan Anak ;

Mahkamah Agung tersebut ;

Membaca tuntutan pidana Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Sei

Rampah tanggal 25 Juni 2012 sebagai berikut :

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 117: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1 Menyatakan Terdakwa MUHAMMAD CHAIDIR dinyatakan bersalah

melakukan tindak pidana “PENCURIAN DALAM KEADAAN

MEMBERAT-KAN” yang diatur dan diancam dalam pidana Pasal 363 Ayat

1 ke-4 KUH Pidana Juncto Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 1997 tentang Peradilan Anak, dalam dakwaan tunggal ;

2 Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa MUHAMMAD CHAIDIR dengan

pidana penjara selama 1 (satu) tahun, dikurangi selama berada dalam tahanan

sementara ;

3 Menetapkan barang bukti berupa :

• 1 (satu) karung plastik getah dengan berat 30 (tiga puluh) kilogram, 2 (dua)

buah ember warna hitam, 1 (satu) unit sepeda motor Scorpio dan 1 (satu) unit

sepeda motor Honda Supra, dipergunakan dalam berkas perkara SUGIANTO

alias DEDEK, dan kawan-kawan ;

4 Menetapkan supaya Terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp1.000,00

(seribu rupiah);

Membaca putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Nomor : 403/Pid.B/ 2012/

PN.Ttd., tanggal 25 Juni 2012 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

• Menyatakan Terdakwa : MUHAMMAD CHAIDIR, telah terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian dalam keadaan

memberatkan” ;

• Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa tersebut dengan pidana penjara selama :

2 (dua) bulan ;

• Memerintahkan Terdakwa segera dikeluarkan dari tahanan ;

• Menetapkan barang bukti berupa:

• 1 (satu) karung plastik getah dengan berat 30 (tiga puluh) kilogram, 2 (dua) buah

ember warna hitam, 1 (satu) unit sepeda motor Scorpio dan 1 (satu) unit sepeda

motor Honda Supra, dipergunakan dalam berkas perkara SUGIANTO alias

DEDEK, dan kawan-kawan ;

• Membebani Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp1.000,- (seribu

rupiah) ;

Membaca putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor : 435/PID/2012/ PT.MDN.,

tanggal 14 Agustus 2012 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

• Menerima permohonan banding dari Jaksa/Penuntut Umum ;

Hal. 3 dari 8 hal. Put. No. 1410 K /Pid.Sus/ 2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 118: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli, tanggal 25 Juni

2012 Nomor : 403/Pid.B/2012/PN.Ttd, yang dimintakan banding ;

• Membebankan biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan kepada Terdakwa

dalam tingkat banding sebesar Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah) ;

Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi Nomor : 19/Akta.Pid/ 2012/

PN.Ttd., yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Tebing Tinggi yang

menerangkan, bahwa pada tanggal 24 September 2012 Jaksa/Penuntut Umum

mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi tersebut ;

Memperhatikan memori kasasi tanggal 26 September 2012 dari Jaksa/ Penuntut

Umum sebagai Pemohon Kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Tebing Tinggi pada hari itu juga ;

Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah diberitahu-kan

kepada Jaksa/Penuntut Umum pada tanggal 10 September 2012 dan Jaksa/Penuntut

Umum mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 24 September 2012 serta memori

kasasinya telah diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tebing Tinggi pada tanggal

26 September 2012 dengan demikian permohonan kasasi beserta dengan alasan-

alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut undang-

undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi Jaksa/

Penuntut Umum pada pokoknya sebagai berikut :

• Bahwa pada hakikatnya, putusan pemidanaan (veroordeling) merupakan

putusan Hakim yang berisikan suatu perintah kepada Terdakwa untuk

menjalani hukuman atas perbuatannya sesuai dengan amar putusan ;

• Bahwa walaupun pembentuk undang-undang memberikan kebebasan

menentukan batas maksimal dan minimal lama pidana yang harus dijalani

Terdakwa, hal ini bukan berarti Hakim dapat dengan seenaknya menjatuh-

kan pidana tanpa dasar pertimbangan yang lengkap. Penjatuhan pidana harus

cukup dipertimbangkan dengan putusan Hakim yang kurang pertimbangan

(onvoldoende gemotiveerd) dapat dibatalkan oleh Mahkamah Agung RI ;

• Bahwa putusan Pengadilan Tinggi Medan tidak mencantumkan tuntutan

pidana dalam putusannya dan tidak memenuhi Pasal 197 Ayat (1) huruf d, e,

f KUHAP, apabila suatu putusan pemidanaan tidak mencantumkan tuntutan

pidana berdasarkan ketentuan Pasal 197 Ayat (2) KUHAP dan sesuai dengan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 119: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 885 K/Pid/1985 tanggal 23 Juni

1987, adalah batal demi hukum ;

• Bahwa putusan Pengadilan Tinggi Medan tidak menguraikan pertimbangan

mengenai unsur-unsur (bestandellen) pasal yang didakwakan oleh Jaksa/

Penuntut Umum dan putusan Pengadilan Tinggi Medan tidak menguraikan

keadaan yang memberatkan maupun yang meringankan Terdakwa ;

• Bahwa Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli dan Pengadilan Tinggi Medan

dalam putusannya tidak mengindahkan SEMA terhadap rumusan/kualifikasi

dari tindak pidana karena dalam menjatuhkan pidana tidak sesuai dengan

perbuatan pidana yang dilakukan Terdakwa ;

• Bahwa berdasarkan putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 885 K/Pid/1985

tanggal 23 Juni 1987, pada dasarnya putusan Judex Facti batal demi hukum

sebab tidak memenuhi syarat seperti yang diatur dalam Pasal 197 Ayat (1)

huruf e KUHAP, yaitu dalam putusannya tidak memuat tuntutan pidana ;

Menimbang, bahwa atas alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung berpendapat :

Bahwa alasan-alasan kasasi Jaksa/Penuntut Umum tidak dapat dibenar-kan,

karena Judex Facti tidak salah dalam menerapkan hukum, Judex Facti telah mengadili

sesuai hukum Acara Pidana serta tidak melampaui wewenang-nya ;

Bahwa dakwaan Penuntut Umum diajukan berupa dakwaan tunggal dan antara

Judex Facti dan Penuntut Umum sama sependapat terbukti dakwaan Penuntut Umum

melanggar Pasal 363 Ayat (1) ke-4 KUHP Juncto Undang-Undang Nomor : 3 Tahun

1997, hanya Penuntut Umum menuntut 1 (satu) tahun penjara, sedangkan Judex Facti

telah memutus pidana penjara selama 2 (dua) bulan ;

Bahwa karena Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana pencurian dengan

pemberatan, Judex Facti telah mempertimbangkan dalam putusannya segala sesuatu

yang memberatkan serta yang meringankan pada diri Terdakwa sesuai dengan Pasal 197

Ayat (1) KUHAP ;

Bahwa berat ringannya pidana adalah kewenangan Judex Facti yang tidak

tunduk pada pemeriksaan kasasi ;

Menimbang, bahwa dalam musyawarah Majelis Hakim Agung terdapat pendapat

yang berbeda (dissenting opinion) yang diajukan oleh Ketua Majelis Prof. Dr. Surya

Jaya, S.H., M.Hum. sebagai berikut :

Bahwa alasan-alasan Jaksa/Penuntut Umum tidak dapat dibenarkan, Judex Facti

salah menerapkan hukum dalam hal menyatakan Terdakwa tidak terbukti secara sah dan

Hal. 5 dari 8 hal. Put. No. 1410 K /Pid.Sus/ 2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 120: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “pencurian dalam keadaan

memberatkan”, melanggar Pasal 363 Ayat (1) KUHPidana. Hanya saja tidak sependapat

dengan hukuman atau pemidanaan yang dijatuhkan terhadap Terdakwa, karena menurut

Ketua Majelis Hakim Agung Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. hukuman yang

dijatuhkan terlalu berat dengan alasan :

• Bahwa berdasarkan fakta hukum persidangan Terdakwa

dipersalahkan melakukan tindak pidana pencurian dalam keadaan

yang memberatkan karena Terdakwa bersama-sama dengan

Terdakwa lainnya, bermaksud memiliki secara melawan hak atau

melawan hukum suatu barang milik orang. Adapun barang yang

diambil Terdakwa secara ekonomis mempunyai nilai sebesar

Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) atau lebih dari

Rp250,00 (dua ratus lima puluh rupiah) ;

• Bahwa PERMA No.02 Tahun 2012 tentang penyesuaian batasan

tindak pidana ringan dan jumlah denda dalam KUHPidana, telah

menegaskan dalam Pasal 2, pada pokoknya dapat disimpulkan bahwa

tindak pidana pencurian, penipuan, penggelapan dan penadahan

termasuk dalam kualifikasi tindak pidana ringan apabila obyek

perkaranya mempunyai nilai barang atau uang bernilai tidak lebih

dari Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) ;

• Bahwa apabila fakta hukum tersebut dihubungkan dengan PERMA

No.02 Tahun 2012 tersebut, maka perbuatan Terdakwa a quo

termasuk tindak pidana dengan kualifikasi ringan (vide Pasal 364

KUHPidana), karena nilai ekonomis barang dalam perkara a quo di

bawah Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah). Hanya saja

ketentuan Pasal 364 KUHPidana tidak dapat diterapkan dalam

perkara a quo, berhubung karena Terdakwa dalam mewujudkan

perbuatannya tidak dilakukan seorang diri, melainkan dilakukan

secara bersama-sama dengan rekan yaitu sdr. Sugianto, sdr. Wagino

dan Surya Kusuma. Hal ini menyebabkan tindak pidana yang

dilakukan termasuk dalam kualifikasi tindak pidana dengan

pemberatan (vide Pasal 363 Ayat (1) KUHPidana) ;

• Bahwa tindak pidana dalam keadaan memberatkan sebagaimana

dimaksud tidak harus dipahami sebagai tindak pidana yang

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 121: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

mempunyai dampak sangat berbahaya dan sistemik sehingga

membawa akibat yang sangat serius bagi masyarakat, bangsa dan

Negara. Keadaan pemberatan dimaksud hanya karena dilakukan

secara bersama-sama. Sedangkan dari sisi obyek perkara dengan nilai

barang sebesar Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupah),

maka dapat menjadi salah satu alasan utama untuk meringankan

hukuman Terdakwa ;

• Bahwa selain itu, alasan pertimbangan yang tidak kalah pentingnya

adalah usia Terdakwa yang masih terbilang sangat muda yaitu umur

17 tahun, apabila Terdakwa masih aktif sebagai pelajar kelas III SMK

Diponegoro Tebing Tinggi. Sehingga apabila Terdakwa dihukum

penjara tentu akan membahayakan sikap, mental dan kepribadian

Terdakwa kelak, tentu pula akan mempengaruhi kelangsungan

pendidikan sehingga berakibat pada masa depan Terdakwa ;

• Bahwa oleh karena itu, dengan alasan pertimbangan tersebut di atas,

adalah adil dan bijaksana apabila Terdakwa dijatuhi pidana penjara

dengan masa percobaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 29

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 ;

• Bahwa adapun syarat umum yang harus dipenuhi Terdakwa selama

dalam masa percobaan Terdakwa tidak boleh melakukan atau

mengulangi tindak pidana apapun. Sedangkan syarat khusus yang

harus dipatuhi Terdakwa yaitu mengikuti pendidikan dan pembinaan

mental spiritual yang terdekat dengan rumah/tempat tinggal

Terdakwa ;

Menimbang, bahwa oleh karena terdapat perbedaan pendapat dan telah

diusahakan dengan sungguh-sungguh tetap tidak tercapai mufakat, maka sesuai Pasal

182 Ayat (6) Huruf a KUHAP Majelis mengambil putusan dengan suara terbanyak yaitu

menolak permohonan kasasi Terdakwa sebagaimana telah dipertimbangkan di atas ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata,

putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau

undang-undang, maka permohonan kasasi tersebut harus ditolak ;

Menimbang, bahwa oleh karena Para Pemohon Kasasi/Para Terdakwa dipidana,

maka harus dibebani untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini ;

Hal. 7 dari 8 hal. Put. No. 1410 K /Pid.Sus/ 2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 122: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Memperhatikan Pasal 363 Ayat (1) ke-4 KUHP Juncto Undang-Undang Nomor

3 Tahun 1997, Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang KUHAP dan Undang-Undang

Nomor : 48 Tahun 2009 tentang perubahan kedua Undang-Undang No.2 Tahun 1986

tentang peradilan Umum, Undang-Undang No.14 Tahun 1985 sebagaimana telah di

ubah dan ditambah dengan Undang-Undang No.5 Tahun 2004 serta perubahan kedua

dengan Undang-Undang No.3 Tahun 2009 dan peraturan perundang-undangan lain yang

bersangkutan ;

M E N G A D I L I :

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : Jaksa/Penuntut Umum

pada Kejaksaan Negeri Sei Rampah tersebut ;

Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam tingkat

kasasi ini sebesar Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah) ;

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada

hari Jum’at tanggal 24 Januari 2014 oleh Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum.

Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, H.

Suhadi, S.H., M.H. dan Dr. H. Margono., S.H., M.Hum., MM. Hakim-Hakim Agung

sebagai Hakim Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari

itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan

dibantu oleh Surachmat, S.H., M.H. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh

Penuntut Umum dan Terdakwa ;

Hakim-Hakim Anggota : K e t u a :

ttd./ ttd./

H. Suhadi, S.H., M.H. Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum.

ttd./

Dr. H. Margono., S.H., M.Hum., MM.

Panitera Pengganti :

ttd./

Surachmat, S.H., M.H.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 123: PENYELESAIAN PERKARA PENCURIAN GETAH COMPO OLEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48511/1/MUHA… · Dalam KUHP wa. risan Belanda tesebut ketentuan khusus terhadap

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Untuk salinanMAHKAMAH AGUNG R.I.

a.n. PaniteraPanitera Muda Perkara Pidana Khusus

ROKI PANJAITAN, S.H.NIP. : 19590430 198512 1 001

Hal. 9 dari 8 hal. Put. No. 1410 K /Pid.Sus/ 2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9