Perbanyakan tanaman

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangbiakan secara generatif merupakan proses perkembangbiakan yang melibatkan peleburan gamet jantan dan gamet betina. Proses peleburan dua gamet ini biasa kita sebut pembuahan. Perkembangbiakan secara generatif terjadi pada tumbuhan berbiji, baik gimnossperma (berbiji terbuka) maupun angiossperma (berbiji tertutup). Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif merupakan cara perkembangbiakan tanpa melalui proses peleburan dua gamet, artinya satu induk tumbuhan dapat memperbanyak diri menghasilkan keturunan yang memiliki sifat identik dengan induknya. Perkembangbiakan secara vegetatif dapat terjadi secara alami atau buatan (artifisial). Perkembangbiakan secara vegetatif merupakan cara perkembangbiakan yang dilakukan tumbuhan tanpa melibatkan bantuan manusia. Contoh perkembangbiakan secara vegetatif alami antara lain : Rhizoma, Stolon, Umbi lapis, Tunas, Umbi batang, Spora. Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif buatan merupakan cara perkembangbiakan tumbuhan yang sengaja dilakukan oleh manusia. Manusia sengaja memanfaatkan kemampuan maristematis tumbuhan untuk menghasilkan lebih banyak keturunan. Cara 1

description

Perkembangbiakan secara generatif merupakan proses perkembangbiakan yang melibatkan peleburan gamet jantan dan gamet betina. Proses peleburan dua gamet ini biasa kita sebut pembuahan. Perkembangbiakan secara generatif terjadi pada tumbuhan berbiji, baik gimnossperma (berbiji terbuka) maupun angiossperma (berbiji tertutup). Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif merupakan cara perkembangbiakan tanpa melalui proses peleburan dua gamet, artinya satu induk tum

Transcript of Perbanyakan tanaman

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPerkembangbiakan secara generatif merupakan proses perkembangbiakan yang melibatkan peleburan gamet jantan dan gamet betina. Proses peleburan dua gamet ini biasa kita sebut pembuahan. Perkembangbiakan secara generatif terjadi pada tumbuhan berbiji, baik gimnossperma (berbiji terbuka) maupun angiossperma (berbiji tertutup). Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif merupakan cara perkembangbiakan tanpa melalui proses peleburan dua gamet, artinya satu induk tumbuhan dapat memperbanyak diri menghasilkan keturunan yang memiliki sifat identik dengan induknya. Perkembangbiakan secara vegetatif dapat terjadi secara alami atau buatan (artifisial).Perkembangbiakan secara vegetatif merupakan cara perkembangbiakan yang dilakukan tumbuhan tanpa melibatkan bantuan manusia. Contoh perkembangbiakan secara vegetatif alami antara lain : Rhizoma, Stolon, Umbi lapis, Tunas, Umbi batang, Spora. Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif buatan merupakan cara perkembangbiakan tumbuhan yang sengaja dilakukan oleh manusia. Manusia sengaja memanfaatkan kemampuan maristematis tumbuhan untuk menghasilkan lebih banyak keturunan. Cara perkembangbiakan ini tergolong cara yang sangat efektif karena dilakukan dalam waktu yang relative lebih singkat dibandingkan dengan perkembang biakan secara vegetatif alami. Contoh perkembangbiakan secara vegetatif buatan antara lain : stek, cangkok, sambung, tempel (okulasi), merunduk, kultur jaringan.Pembiakan dengan cara vegetatif adalah pembiakan yang menggunakan bagian-bagian pada tanaman tersebut seperti batang, daun, akar, ranting, umbi, pucuk untuk menghasilkan individu baru. Pembiakan dengan cara ini lebih banyak digunakan karena memiliki keunggulan yaitu, produk yang dihasilkan memiliki sifat yang mirip dengan induknya. Prinsip dari pembiakan vegetatif ini adalah merangsang tunas adventif yang ada pada bagian tersebut sehingga dapat tumbuh dengan sempurna, yaitu memiliki akar, daun, dan batang sekaligus.Salah satu metode dari pembiakan tanaman secara vegetatif adalah metode okulasi. Metode okulasi atau disebut juga metode Budding adalah metode pengembangbiakan tanaman dengan cara lateral grafting dengan menggunakan satu mata tunas sebagai batang atas. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh sifat-sifat baik / unggul yang dimiliki batang atas. Adapun pelaksanaannya dengan menyisikan mata tunas pada batang bawah diantara kedua buku. Bagan batang bawah diatas sisipan mata tunas dihilangkan agar mata tunas ini mempunyai kekuatan tumbuh untuk membentuk ujung batang baru sebagai pengganti bagian batang bawah yang telah dihilangkan. Alasan-alasan dilakukannya penyambungan antara lain untuk menghasikan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan dengan cara stek atau mencangkok,untuk memperbaiki jenis-jenis tanaman,untuk mempercepat berbuahnya dari bibit yang diseleksi, untuk memperbaiki bagian-bagian pohon yang rusak.Dan alasan lain untuk melakukan grafting adalah :memperoleh keuntungan dari batang bawah tertentu, seperti perakaran kuat, toleran terhadap lingkungan tertentu,mengubah kultivar dari tanaman yang telah berproduksi, yang disebut top working, mempercepat kematangan reproduktif dan produksi buah lebih awal,mempercepat pertumbuhan tanamandan mengurangi waktu produksi,mendapatkan bentuk pertumbuhan tanaman khusus dan memperbaiki kerusakanpada tanaman.Aplikasi grafting juga dapat dilakukan untuk membuat satu tanaman dengan jenis yang berbeda-beda, untuk mengatasi masalah polinasi, dalam kasus self-incompability atau tanaman berumah dua .

Pada praktikum ini kita akan membahas perkembangbiakan secara vegetatif buatan yaitu menempel pada tumbuhanMangivera indica L.,seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya bahwa perkembangbiakan secara vegetatif buatan merupakan cara perkembangbiakan tumbuhan yang sengaja dilakukan oleh manusia. Tujuan utama melakukan teknik sambung ini adalah untuk menggabungkan dua sifat unggul dari individu yang berbeda. Jadi selain bisa menghasilkan keturunan tumbuhan tersebut juga bisa menghasilkan variestas tanaman yang baru dengan menggabungkan dua sifat unggul tanaman yang masih ada dalam satu genus atau keluarga. Teknik sambung pada makalah kali ini akan kita terapkan pada tumbuhanMangivera indica L.1.2 Tujuan Adapun tujuan dari Praktikum Mekanisasi Pertanian ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian utama dari traktor tangan (hand tractor), dan mengetahui fungsi dari bagian-bagian utama traktor tangan tersebut.

2. Mahasiswa mengetahui cara pemeliharaan dan perbaikan traktor tangan.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Perbanyakan tanaman dengan cara menempel atau sambung dilakukan dengan cara menempel atau menyambung pada bagian batang tanaman yang berakar (Sudarmono, 2009).Pembiakan vegetatif dengan grafting memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan pembiakan generatif. Salah satu keuntungan dari grafting ialah banyak digunakan untuk produksi bibit yang akan ditanam di kebun benih dan bermanfaat untuk penyelamatan kandungan genetik tanaman (Sukendro, dkk, 2010)Beberapafaktor yang sangat mempengaruhi keberhasilandalam memproduksi bibit denganmetodegrafting yaitu(1)faktor tanaman (genetik, kondisi tumbuh, panjang entris),(2)faktorlingkungan(ketajaman/kesterilan alat,kondisicuaca, waktu pelaksanaangrafting(pagi, siang, sore hari), dan(3) faktor keterampilanorang yang melakukangrafting Tirtawinata, 2003;Tambing, 2004(dalam Tambing dan Hadid). Dalam metode grafting, terdiri atas dua bagian yaitu bagian bawah (rootstock) dan bagian atas (scion). Tumbuhan yang digunakan sebagai batang bawah biasanya dipilih yang mempumyai sifat perakaran yang baik, dan bagian batang atas dipilih yang mempunyai sifat vegetative yang baik pula(Hidayatdan Sri, 2009).Usaha memperbaiki kualitas tanaman vegetative dengan cara grafting atau budding perlu memperhatikan pemilihan bahan tanaman yang akan digunakan sebagai stock maupun scion(Mangoendidjojo, W. 2003).Pengertian scion adalah batang atas, sedangkan stock adalah batang bawah.Adapun kelebihan bibit dari hasil perbanyakan vegetatif dibanding cara generatif (biji) adalah : (1) diperoleh individu baru dengan sifat unggul lebih banyak, misalnya batang bawah (rootstock) yang unggul perakarannya disambung dengan batang atas (scion) yang unggul produksi buahnya, (2) umur berbuah lebih cepat, (3) aroma dan cita rasa buah tidak menyimpang dari sifat unggul induknya (Tambing, dkk, 2008).2.2 Metode Okulasi

Okulasi sering juga disebut dengan menempel, oculatie (Belanda) atau Budding (Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan setek dan cangkok. Kelebihannya adlah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik daripada induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang bawah. Sedang tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah yang dikenal dengan sebutan entres atau batang atas (Wudianto, 2002).

Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu: terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres) perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini. Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar. (Irianto 2000) Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu : tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru) antara batang atas dan batang bawah harus memiliki umur yang sama. Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus. Umur tanaman antara batang atas dan batang bawah sama. Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak mudah terserang penyakit terutama penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan yang cepat pada klon yang akan dijadikan batang atas atau entres tanaman harus memiliki produksi yang unggul, dan memiliki pertumbuha yang cepat, dan tahan terhadap penyakit. Cara menyayat perhatikan juga cara membuat sayatan batang induk dan batang atas. Kayu dari pohon induk tak boleh tersayat. Bahkan kambium, semacam lendir licin yang menempel pada kayu induk tak boleh hilang. Soalnya kambium berfungsi untuk lalu-lintas makanan dari daun ke tubuh tanaman. Kalau kambium hilang suplai makanan ke mata tempel tidak ada. Tunas baru pun tidak bakal tumbuh. Tak boleh ada kayu yang tertinggal di kulit mata tempel. Supaya mudah dalam membuat sayatan, potong cabang yang akan diambil mata tempelnya. Siapkan dulu mata tempel dari cabang atas. Baru kemudian sayat pohon induk. Tujuannya agar kambium tidak kering. Pakailah pisau yang tajam dan steril supaya hasil sayatannya rapi dan higienis. Cara mengikat mata tempel juga tidak boleh sembarangan. Ikatan harus rapat sampai angin tak bisa masuk ke tempelan. Harus pas, tidak boleh terlalu kencang tidak juga terlalu longgar. Kulit mata tunas menempel dengan sempurna sudah cukup. Kalau terlalu kencang, bisa tercekik. Mata tunas boleh ikut ditutup, boleh juga tidak ditutup. Mata tunas yang ditutup punya kelebihan. Gangguan dari luar, terutama air tidak bisa masuk. Tapi ikatan pada mata tunas tak boleh kencang. Supaya tunas bisa tumbuh. Kalau mata tunas tidak ditutup harus dipastikan air tidak menyentuh tempelan. Soalnya, entres bisa busuk kalau kena air. Kecepatan kerja sewaktu melakukan okulasi, kerja harus cepat. Sayatan di pohon induk tidak boleh terlalu lama di udara terbuka. Begitu juga dengan sayatan mata tempel. Kalau terlalu lama kambium pada kayu bisa kering. Agar kerja bisa cepat dan tak terganggu, sebaiknya siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan terlebih dahulu. Agar sewaktu bekerja tak lagi perlu cari-cari alat yang dibutuhkan. Siapkan dulu mata tempel, baru sayat batang induk. Ada lagi cara untuk menyiasati kelambatan kerja. Bekerjalah di tempat yang teduh. Sebaiknya lakukan pada pagi atau sore hari. Terik matahari tentu akan mempercepat, kambium menjadi kering. Sebaiknya letakkan hasil okulasi di tempat teduh. Selain menghindari terik matahari, juga agar tak ada air yang masuk ke sambungan.

2.3 Pengaruh Batang Bawah Terhadap Batang Atas Menurut Ashari (1995) pengaruh batang bawah terhadap batang atas antara lain (1) mengontrol kecepatan tumbuh batang atas dan bentuk tajuknya, (2) mengontrol pembungaan, jumlah tunas dan hasil batang atas, (3) mengontrol ukuran buah, kualitas dan kemasakan buah, dan (4) resistensi terhadap hama dan penyakit tanaman. Menurut Sumarsono (2002), Stadia entres berpengaruh terhadap pertumbuhan batang bawah. Pertambahan batang bawah yang diokulasi dengan entres muda selama 90 hari mencapai 1,80 cm, sedangkan yang diokulasi dengan entres agaktua dan tua bertambah sebnayak 1,20 cm dan 1,10 cm saja.Pengaruh batang atas terhadap batang bawah juga sangat nyata. Namun pada umumnya efek tersebut timbal balik sebagaimana pengaruh batang bawah terhadap batang atas. Perbanyakan Batang Bawah Batang bawah ada yang berasal dari semai generatif dan dari tan vegetatif (klon). Batang bawah asal biji (semai) lebih menguntungkan dalam jumlah, umumnya tidak membawa virus dari pohon induknya dan sistem perakarannya bagus. Kelemahannya yaitu secara genetik tidak seragam. Variasi genetik ini dapat mempengaruhi penampilan tanaman batang atas setelah ditanam. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi secermat mungkin terhadap batang bawah asal biji (Ashari, 1995). Selain pengaruh batang atas dan batang bawah ada faktor yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi keberhasilan dalam okulasi, faktor tersebut adalah faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan oksigen sangat berpengaruh dalam keberhasilan penyambungan dan okulasi. Faktor berikutnya adalah serangan penyakit yang menyebabkan kegagalan okulasi meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan dan kelembapan yang tinggi (Santoso, 2006).2.4 Metode PenyambunganMetode Penyambungan Menurut Ashari (1995) terdapat 2 metode penyambungan, yaitu sambung tunas dan sambung mata tunas. 1. Sambung Tunas/Grafting Agar persentase jadi dapat memuaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan a) Batang atas dan batang bawah harus kompatibel. b) Jaringan kambium kedua tanaman harus bersinggungan.c) Dilakukan saat kedua tanaman berada pada kondisi fisiologis yang tepat.d) Pekerjaan segera dilakukan sesudah entres diambil dari pohon induk.e) Tunas yang tumbuh pada batang bawah (wiwilan) harus dibuang setelah penyambungan selesai agar tidak menyaingi pertumbuhan tunas batang atas. Metode yang dikembangkan adalah sambung lidah (tongue grafting), sambung samping (side grafting), sambung celah (cleft grafting), sambung susu (approach grafting), dan sambung tunjang (inarching). 2. Sambung Mata Tunas/Okulasi (Budding) Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan teknik ini menurut Ashari (1995) adalah sukarnya kulit kayu batang bawah dibuka, terutama pada saat tanaman dalam kondisi pertumbuhan aktif, yakni pada saat berpupus atau daun-daunnya belum menua. Hal ini berkaitan dengan kondisi fisiologis tanaman. Sebaiknya okulasi dilakukan saat tanaman dalam kondisi dorman. Budding dapat menghasilkan sambungan yang lebih kuat, terutama pada tahun-tahun pertama daripada metode grafting lain karena mata tunas tidak mudah bergeser. Budding juga lebih ekonomis menggunakan bahan perbanyakkan, tiap mata tunas dapat menjadi satu tanaman baru. Entres harus segera digunakan untuk okulasi maupun uuntuk sambung, karena penundaan okulasi dan penyambungan lebih dari satu hari sejak pengambilan entres akan menurunkan presentase bibit jadi dan memperlambat pertumbuhan (Sumarsono, 2002).Metode budding yang sering digunakan antara lain okulasi sisip (chip budding), okulasi tempel dan sambung T (T-budding). Pemilihan metode tergantung pada beberapa pertimbangan, yaitu jenis tanaman, kondisi batang atas dan batang bawah, ketersediaan bahan, tujuan propagasi, peralatan serta keahlian pekerja (Ashari, 1995).Teknik okulasi yang pertama kali dipersiapkan adalah pengambilan entres dari pohon induk dilakukan sehari sebelum okulasi yaitu pada sore hari dimana kondisi lingkungan disekitarnya sedang cerah. Cabang-cabang yang digunakan sebagai sumber entris dipotong dengan gunting stek dengan jumlah mata tunas 5 buah per cabang. Potongan-potongan cabang sumber entris diikat menjadi satu dengan tali dan dibalut dengan kertas koran. Kemudian kumpulan cabang-cabang tadi diletakkan di tempat yang lembab. Beberapa jam sebelum okulasi, cabang-cabang sumber entris diambil dari pohon induk. Pada saat okulasi, entris diambil dari cabang sumber entris dengan menggunakan pisau okulasi. Bentuk dari irisan tersebut adalah bulat (Yusran, 2011).

2.5 Taksonomi dan Morfologi ManggaMenurut Rukmana (1997), tanaman mangga termasuk dalam tumbuhan berbiji (Spermatophyta) dengan biji tertutup (Angiospermae) dan berkeping dua (Dicotyledoneae).Tanaman mangga dalam sistematika (Taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Devisi

: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub devisi: Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas

: Dicotyledoneae (biji berkepng dua)

Ordo

: SapindalesFamili

: Anacardiaceae (mangga-manggaan)

Genus

: MangiferaSpecies: Mangifera indica L.2.6 Sejarah Mangga di IndonesiaPara ahli memperkirakan mangga berasal dari daerah sekitar Bombay dan daerah sekitar kaki gunung Himalaya. Kemudian dari daerah tersebut menyebar keluar daerah, di antaranya ada yang sampai di Amerika Latin, terutama Brazilia, sebagian benua Afrika, juga ke kawasan Asia Tenggara, seperti Vietnam, kepulauan Philipina dan pulau Jawa. Pengembangan tanaman buah mangga di Indonesia dapat dikatakan sudah meluas hampir di semua provinsi. Daerah atau wilayah yang paling luas areal penanaman tanaman mangga adalah Jawa Timur dan Jawa Tengah (Hewindati, 2006).

2.7 Bagian bagian dari Tanaman ManggaMenurut Rukmana (1997), pohon mangga termasuk pohon buah-buahan berkeping dua (dicotyledoneae), akar-akarnya tumbuh jauh masuk ke dalam tanah sampai berpuluh-puluh meter, batangnya lurus, besar dan kuat. 4 Bagian-bagian pada pohon mangga yaitu :

1) Akar

Mangga berakar tunggang (bercabang-cabang), dari cabang akar ini tumbuh cabang kecil yang ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus.

Kegunaan akar :

a. Menguatkan tegaknya pohonb. Menyerap unsur hara dari dalam tanahc. Alat pernafasan dari dalam tanah

Tidak semua jenis unsur hara yang ada di dalam tanah diambil oleh bulu akar hanya yang dibutuhkan oleh tanaman itu saja yang diambil. Jadi bulu akar hanya mengetahui unsur hara yang diperlukan tanaman.

2) Batang

Batang ialah bagian tengah dari tumbuhan yang tumbuh keatas. Bagian ini mengandung zat-zat kayu sehingga tanaman mangga tumbuhtegak, keras dan kuat. Pada batang yang masih muda lapisan yang paling luar terbentuk dari kulit yang sangat tipis, disebut kulit ari atau epidermis, kemudian kulit ini diubah menjadi lapisan gabus. Dalam lapisan kayu terdapat pembuluh kayu yang berfungsi membawa unsur-unsur hara dari akar ke atas. Dalam lapisan kulit terdapat lapisan sel yang membawa unsur hara dari daun ke bagian lainnya. Lapisan sel yang di antara kedua lapisan tersebut disebut kambium atau daging pembiak. Kambium kemudian tumbuh menjadi kayu. Oleh karena itu pohon mangga dapat bertambah besar.

3) Daun

Daun mangga diselimuti oleh kulit tipis yang tidak terlihat dengan mata telanjang, yang dinamakan kulit ari. Kulit ari ini berlubang-lubang kecil yang yang dinamakan mulut kulit. Melalui mulut kulit inilah udara dapat keluar atau masuk ke dalam badan daun. Tiap-tiap bagian tanaman mempunyai fungsi sendiri-sendiri yaitu untuk bernafas dan asimilasi.

4) Bunga

Bunga mangga dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tepung sari yang jatuh pada tampuk berasal dari pohon itu sendiri. Hal ini menyebabkan mangga disebut tanaman berumah satu. Bunga mangga terdiri dari beberapa bagian dasar bunga, kelopak, daun bunga, benang sari dan kepala putik. Bunga mangga dalam keadaan normal, adalah bunga majemuk yang tumbuh dari tunas ujung. Tunas yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga, tetapi menghasilkan ranting daun biasa.

5) Buah

Pohon mangga berbuah sekitar bulan Agustus samapai Oktober yaitu pada musim kemarau. Musim ini sangat baik pengaruhnya terhadapproses pembentukan dan pembesaran sampai pemasakan buah di pohon. Terdapat pohon mangga yang berbuah terlambat yaitu pada permulaan musim penghujan. Hal ini menurunkan produksi mangga karena banyak bakal buah yang tidak jadi. Buah mangga terdapat pada tangkai pucuk daun. Setiap tangkai terdapat 4 sampai 8 buah, bahkan ada yang lebih. Akan tetapi ada juga yang setiap tangkai buah hanya terdapat satu buah karena buahnya besar dan berat, misalnya mangga kuweni, golek, santok dan mangga merah dari Brazilia. Bentuk buah mangga bermacam-macam : bulat penuh, bulat pipih, bulat telur, bulat memanjang atau lonjong.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum mata kuliah Perbanyakan Tanaman dengan materi Perbanyakan Vegetatif Menempel dilaksanakan pada tanggal 13 November 2014 pukul 14.00 WIB - 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Bioteknologi Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sulatan Ageng Tirtayasa Serang - Banten.3.2 Alat dan BahanPeralatan yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah pisau, plastik, dan 2 pohon mangga yang berbeda varietas.3.3 Cara Kerja1. Siapkan semua peralatan praktikum yang diperlukan.

2. Cari dua pohon mangga yang berbeda varietas.

3. Potong bagian batang pohon mangga berdaun lebar yang memiliki mata tunas menggukan pisau lalu keluarkan bagian yang berkayu dari batanng.

4. Lakukan sayatan pada bagian batang pohon berdaun sempit untuk ditempelkan bagian batang pohon mangga berdaun lebar memiliki mata tunas.

5. Setelah ditempel bungkus dengan plastik tanpa ada celah agar batang tidak terkena agin dan air.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil4.2 Pembahasan

Menurut hasil pengamatan, perlakuan yang telah dilakukan oleh kelompok kami teryata hasilnya tidak ada batang yang berhasil (mati) yang melakukan pembiakan dengan cara menempel. Dan hasil kelompok lain pun sama dengan kelompok kami, tidak ada yang berhasil (mati). Mungkin hal ini dikarenakan pada teknik menempel dilakukannya dengan waktu yang lama. Sehigga batang yang memiliki mata tunas terkena udara luar. Dan mungkin pada saat mengikat dengan plastik terdapat rongga (kendur). Jika terdapat rongga maka penempelan batang kurang sempurna masih ada celah sehingga supplai makanan dari batang tidak bisa tersupplai dengan baik ke batang yang memiliki mata tunas.Cara memperbanyak tanaman dengan menempel memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan stek dan mencangkok karena menempel dilakukan pada tanaman dengan perakaran yang baik serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah lezat, tetapi mempunyai perakaran yang kurang baik.Cara menyayat harus diperhatikan juga cara membuat sayatan batang satu dan batang dua. Kayu dari pohon induk tak boleh tersayat. Bahkan kambium, semacam lendir licin yang menempel pada kayu induk tak boleh hilang. Soalnya kambium berfungsi untuk lalu-lintas makanan dari daun ke tubuh tanaman. Kalau kambium hilang suplai makanan ke mata tempel tidak ada. Tunas baru pun tidak bakal tumbuh. Tak boleh ada kayu yang tertinggal di kulit mata tempel. Supaya mudah dalam membuat sayatan, potong cabang yang akan diambil mata tempelnya. Siapkan dulu mata tempel dari cabang atas. Baru kemudian sayat pohon induk. Tujuannya agar kambium tidak kering. Pakailah pisau yang tajam dan steril supaya hasil sayatannya rapi dan higienis. Cara mengikat mata tempel juga tidak boleh sembarangan. Ikatan harus rapat sampai angin tak bisa masuk ke tempelan. Harus pas, tidak boleh terlalu kencang tidak juga terlalu longgar. Kulit mata tunas menempel dengan sempurna sudah cukup. Kalau terlalu kencang, bisa tercekik. Mata tunas boleh ikut ditutup, boleh juga tidak ditutup. Mata tunas yang ditutup punya kelebihan. Gangguan dari luar, terutama air tidak bisa masuk. Tapi ikatan pada mata tunas tak boleh kencang. Supaya tunas bisa tumbuh. Kalau mata tunas tidak ditutup harus dipastikan air tidak menyentuh tempelan. Soalnya, entres bisa busuk kalau kena air. Kecepatan kerja sewaktu melakukan okulasi, kerja harus cepat. Sayatan di pohon induk tidak boleh terlalu lama di udara terbuka. Begitu juga dengan sayatan mata tempel. Kalau terlalu lama kambium pada kayu bisa kering. Agar kerja bisa cepat dan tak terganggu, sebaiknya siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan terlebih dahulu. Agar sewaktu bekerja tak lagi perlu cari-cari alat yang dibutuhkan. Siapkan dulu mata tempel, baru sayat batang induk. Ada lagi cara untuk menyiasati kelambatan kerja. Bekerjalah di tempat yang teduh. Sebaiknya lakukan pada pagi atau sore hari. Terik matahari tentu akan mempercepat, kambium menjadi kering. Sebaiknya letakkan hasil okulasi di tempat teduh. Selain menghindari terik matahari, juga agar tak ada air yang masuk ke sambungan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan dari praktikum ini pembiakan tanaman secara vegetatif ini dapat disimpulkan bahwa : 1. proses perlakuan menyambung adalah dengan cara menggabungkaan dua individu yang beda sifat tetapi masih satu varietas, dengan cara menempelkan tanaman bagian batang yang memiliki mata tunas dan bagian batang pohon yang akan ditempelkan kemudian membungkusi dengan dengan plastik, untuk mengurangi penguapan di lakukan pemotongan daun dan melakukan kontrol selama dua minggu untuk memaasitkan apakah tanaman hasil okulasi berhasil apa tidak, setelah berhasil maka tanaman bisa membuka plastiknya agar tanaman beradaptasi dengan lingkungan bebas serta tumbuh dan kembangnya tanaman tersebut.

2. perlakuan yang dilakukan pada tanaman ini yaitu tanaman yang dipotong daun dengan tanaman yang tidak dipotong daun memberikan hasil yang berbeda.

5.2 Saran

Dalam praktikum ini jangan melakukan perbanyakan dengan cara menempel pada saat musim hujan, sebab tempelan bisa kemasukan air. Apabila tempelan kemasukan air, kemungkinan keberhasilan menempel sangat kecil . Hendaknya dapat dijadikan bekal baik oleh mahasiswa maupun masyarakat luas.DAFTAR PUSTAKAAdit, R.2012. Pembiakan Vegetatif dengan Cara Sanbung.http://rezer-adt.blogspot.com/2012/12/pembiakan-vegetatif-dengan-cara-sanbung.html.Diakses 01 Desember 2014. Pukul 14.50 WIB.Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Gunawan, Indra. 2004. Perkembangbiakan Vegetatif. Klaten : Aviva

Hewindati, Yuni Tri. 2006. Hortikultura. Universitas Terbuka. Jakarta.

Hidayat, S dan Sri, W. 2009. Seri tumbuhan obat berpotensi hias(2). Jakarta: PT Elex MediaKomputindo.Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.Rukmana, R. 1997. Mangga. Kanisius. Yogyakarta.

Santoso, B. 2006. Variasi Pertumbuhan Jati Muna Hasil Okulasi. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 3(3):165-173.Setiawan, Asep. 1990. Pengantar Produksi Benih. Bandung : Fakultas Pertanian ITB

Sudarmono, A.2009. Mengenal dan Merawat Tanaman Hias Ruangan. Yogyakarta: Kanisius.Sukendro, A, dkk. 2010. Studi Pembiakan VegetatifIntsia bijuga(Colebr.) O.K. Melalui Grafting.Silvikultur Tropika,1(1) : 6-10.Sumarsono, Lasimin. 2002. Teknik Okulasi Bibit Durian Pada Stadia Entres dan Model Mata Tempel yang Berbeda. Jurnal Teknik Pertanian, (7) 1.Tambing, Y, dkk. 2008.Kompabilitas Batang Bawah Nangka Tahan Kering dengan Entris Nangka Asal Sulawesi Tengah dengan Cara Sambung Pucuk.Agroland,15(2): 95-100.Tambing,Y dan Hadid, A. 2008.Keberhasilan Pertautan Sambung Pucuk pada Mangga dengan Waktu Penyambungan dan Panjang Entris Berbeda.Agroland,15(4): 296-301.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Taksonomi Umum. Yogjakarta : Gajah Mada UniversityPress.

Widyayanto,Rini. 2007. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta : penebar swadayaWudianto, Rini. 2002. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta : Penebar Swadaya.Yusran dan Abdul Hamid Noer. 2011. Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis pada Berbagai peerbandingan Pupuk kandang. Media Litbang Sulteng 4 (2) : 97-104.17