Perencanaan Ducting Terpadu Di BKT

34
Perencanaan Ducting Terpadu di BKT i Laoran Pendahuluan KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan Laporan Pendahuluan dari kegiatan Perencanaan DuctingTerpadu di BKT . Laporan ini diharapkan dapat menggambarkan pandangan awal timkonsultan terhadap pelaksanaan pekerjaan. Secara garis besar laporan ini membahasmengenai : Bab I Pendahuluan , bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan,sasaran, lokasi kegiatan, data dasar, standar teknis, lingkup kegiatan dan keluaran. Bab II Metodologi , bab ini menjelaskan mengenai penjelasan umum mengenai kegiatanyang dilakukan dalam pekerjaan ini, lingkup studi, kerangka umum pelaksanaan kajian,pendekatan teknis, dan program kerja. Bab III Organisasi Kerja , bab ini dijelaskan mengenai organisasi kerja dan jadualpelaporan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Bab IV Survey Pendahuluan , pada bab ini dijelaskan mengenai lokasi perencanaanDucting pada koridor BKT Cipinang dan Pulogebang. Bab V Rencana Kerja , bab ini membahas mengenai jangka waktu dari penyelesaiankegiatan dan jadwal pekerjaan sebagai acuan waktu dalam melaksanakan kegiatan ini.Laporan ini telah memuat semua hal yang disyaratkan dalam kerangka acuan, kami tetapmengharapkan saran serta masukan untuk perbaikan pada laporan selanjutnya.Jakarta, Juli 2013Team Leader Perencanaan Ducting Terpadu di BKT ii Laoran Pendahuluan D A F T A R I S I halaman Kata Pengantar iDaftar Isi ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1-11.2. Maksud dan Tujuan 1-21.3. Sasaran 1-21.4. Lokas i Kegiatan 1-21.5. Data Dasar 1-31.6. Referensi Hukum 1-31.7. Lingkup Kegia tan 1-41.8. Keluaran 1-5 BAB II METODOLOGI 2.1. Umum 2-12.2. Lingkup Studi 2-12.3. Kerangka Hukum Pelaksanaan Pekerjaa n 2-22.4. Pendekatan Teknis 2-22.4.1. Umum 2-32.4.2. Persiapan Perencanaan 2-32.4.3. Survei Lapangan 2-32.4.4. Penyelidikan Tanah dan Perkerasan 2- 42.4.5. Analisa Data Lapangan 2-42.4.6. Perencanaan Ducting Utilitas 2- 52.4.7. Perencanaan Perbaikan Galian 2-102.5. Program Kerja 2-112.5.1. Umum 2-112.5.2. Persiapan 2-152.5.3. Pengumpulan Data Lapangan 2-152.5.4. Survei Pendahuluan 2-162.5.5. Survei Topografi 2-182.5.6. Inventarisasi Jalan dan

description

paper

Transcript of Perencanaan Ducting Terpadu Di BKT

Perencanaan Ducting Terpadu di BKTiL a o r a n P e n d a h u l u a nKATA PENGANTARLaporan ini merupakan Laporan Pendahuluan dari kegiatanPerencanaan DuctingTerpadu di BKT. Laporan ini diharapkan dapat menggambarkan pandangan awal timkonsultan terhadap pelaksanaan pekerjaan. Secara garis besar laporan ini membahasmengenai :Bab I Pendahuluan, bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan,sasaran, lokasi kegiatan, data dasar, standar teknis, lingkup kegiatan dan keluaran.Bab II Metodologi, bab ini menjelaskan mengenai penjelasan umum mengenai kegiatanyang dilakukan dalam pekerjaan ini, lingkup studi, kerangka umum pelaksanaan kajian,pendekatan teknis, dan program kerja.Bab III Organisasi Kerja, bab ini dijelaskan mengenai organisasi kerja dan jadualpelaporan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.Bab IV Survey Pendahuluan, pada bab ini dijelaskan mengenai lokasi perencanaanDucting pada koridor BKT Cipinang dan Pulogebang.Bab V Rencana Kerja, bab ini membahas mengenai jangka waktu dari penyelesaiankegiatan dan jadwal pekerjaan sebagai acuan waktu dalam melaksanakan kegiatan ini.Laporan ini telah memuat semua hal yang disyaratkan dalam kerangka acuan, kami tetapmengharapkan saran serta masukan untuk perbaikan pada laporan selanjutnya.Jakarta, Juli 2013Team Leader

Perencanaan Ducting Terpadu di BKTiiL a o r a n P e n d a h u l u a nD A F T A R I S IhalamanKata Pengantar iDaftar Isi iiBAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang 1-11.2. Maksud dan Tujuan 1-21.3. Sasaran 1-21.4. Lokasi Kegiatan 1-21.5. Data Dasar 1-31.6. Referensi Hukum 1-31.7. Lingkup Kegiatan 1-41.8. Keluaran 1-5BAB II METODOLOGI2.1. Umum 2-12.2. Lingkup Studi 2-12.3. Kerangka Hukum Pelaksanaan Pekerjaan 2-22.4. Pendekatan Teknis 2-22.4.1. Umum 2-32.4.2. Persiapan Perencanaan 2-32.4.3. Survei Lapangan 2-32.4.4. Penyelidikan Tanah dan Perkerasan 2-42.4.5. Analisa Data Lapangan 2-42.4.6. Perencanaan Ducting Utilitas 2-52.4.7. Perencanaan Perbaikan Galian 2-102.5. Program Kerja 2-112.5.1. Umum 2-112.5.2. Persiapan 2-152.5.3. Pengumpulan Data Lapangan 2-152.5.4. Survei Pendahuluan 2-162.5.5. Survei Topografi 2-182.5.6. Inventarisasi Jalan dan Jembatan Eksisting 2-232.5.7. Penggambaran 2-242.5.8. Perhitungan Kuantitas 2-242.5.9. Perkiraan Biaya 2-25BAB III ORGANISASI KERJA3.1. Organisasi Kerja 3-13.2. Pelaporan 3-5BAB IV SURVEI PENDAHULUAN4.1. Lokasi Perencanaan 4-14.2. Kondisi Eksisting BKT koridor Cipinang - Pulogebang 4-1BAB V RENCANA KERJA5.1. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan 5-15.2. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan 5-1

Perencanaan Ducting Terpadu di BKT1-1L a o r a n P e n d a h u l u a n1P E N D A H U L U A N1.1. LATAR BELAKANG

Jaringan utilitas merupakan sarana penunjang dalam pemenuhan kebutuhan suatu kota,antara lain berupa jaringan utilitas kabel dan pipa untuk keperluan listrik, air bersih, gas,telekomunikasi dan lain-lain. Saat ini pelaksanaan pemasangan jaringan utilitas belumterkoordinasi dengan baik dan sering terjadi bongkar pasang. Untuk menghindaripekerjaan penggalian untuk penempatan jaringan utilitas, maka dibuat perencanaansarana penempatan jaringan utilitas yang permanen.Kota DKI Jakarta kian dituntut menjadi sebuah kota modern sebagaimana kota-kotamegapolitan lainnya di dunia. Satu diantara indikator kota modern adalah tersedianyapelayanan jaringan utilitas yang mudah, efisien dan maksimal dapat dijangkau olehpublik. Dengan demikian DKI Jakarta harus dapat menyediakan infrastruktur jaringanutilitas terpadu yang dapat digunakan oleh pemerintah maupun swasta. Untuk itu DinasPekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta akan melakukan perencanaan jaringan utilitasterpadu guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang lebih baik.Pembangunan sarana jaringan utilitas terpadu memang sudah lama direncanakan, tetapidalam pelaksanaannya masih terbentur masalah biaya investasi pembangunan yangsangat besar, tetapi jika dilihat dari sisi pelayanan Pemerintah Provinsi DKI Jakartaterhadap masyarakat sangat besar manfaatnya. Dari sisi sosial akan banyak mengurangikemacetan lalu lintas dan membuat kenyamanan masyarakat pengguna jalan yang selamaini sangat terganggu akibat pekerjaan penggalian untuk penempatan jaringan utilitas yangterkesan tidak pernah selesai. Melihat kondisi saat ini sarana jaringan utilitas terpadu sangat dibutuhkan. Oleh karena itu Dinas Pekerjaan Umum merencanakan pada lokasiyang dianggap mempunyai skala prioritas untuk dibuatkan sarana jaringan utilitasterpadu.Adapun lokasi yang akan direncanakan yaitu pada lokasi Banjir Kanal Timur. Diharapkandengan adanya perencanaan pembangunan ducting utilitas tersebut Pemerintah ProvinsiDKI Jakarta sudah mempunyai perencanaan secara terpadu pada Jalur sepanjang BanjirKanal.

1.2. MAKSUD DAN TUJUANMaksud dilaksanakan pekerjaan Perencanaan Ducting Terpadu di BKT adalah dalamrangka menyiapkan dokumen lelang berupa gambar rencana, spesifikasi teknis, rencanaanggaran biaya dan tahapan kerja pada lokasi rencana pembangunan ducting utilitas.Tujuan dari Perencanaan Ducting Terpadu di BKT ini adalah agar tersedianya dokumenPerencanaan sebelum pelaksanaan fisik konstruksi dimulai (perencanaan x-1).1.3. SASARANSasaran Perencanaan Ducting Terpadu di BKT ini adalah sebagai berikut :1. Tersedianya bentuk dan konsep desain konstruksi Ducting disesuaikan dengan fungsidan tujuan pembangunan Banjir Kanal Timur.2. Membuat Metode pelaksanaan konstruksi dengan memperhatikan keberadaan saranadan prasarana yang telah ada.3. Tersedianya gambar pra-rencana (Basic disain), Perkiraan anggaran biaya danspesifikasi teknis terhadap usulan rencana disain.4. Tersusunnya kesimpulan dan rekomendasi.1.4. LOKASI KEGIATANKegiatan Perencanaan Ducting Terpadu di BKT ini akan dilaksanakan di Banjir Kanal Timurdi wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur yaitu segmen Cipinang sampai dengan PuloGebang). Koridor lokasi perencanaan pada jarlur BKT ini digambarkan padaGambar 1.1.

1.5. DATA DASARKegiatan perencanaan teknis ini ditunjang dengan data dasar yang diuraikan sebagaiberikut :1. Data kondisi jaringan utilitas eksisting di Banjir Kanal Timur.2. Gambar As Built Drawing Banjir Kanal Timur.3. Referensi dan data pendukung lainnya.1.6. REFERENSI HUKUMPeraturan perundangan yang menjadi referensi hukum dalam pelaksanaan kegiatan iniantrara lain:a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.b. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.c. Undang-undang Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi DaerahKhusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.d. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisa Dampak Lingkungan.e.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang PerubahanKedua Keputusan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/JasaPemerintah beserta Penjelasannya.f. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana TataRuang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.g. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1999 tentang JaringanUtilitas.h. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 37 Tahun 2011tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.i. Keputusan Dewan Pengurus Nasional Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Nomor :01/TAP.DPN/I/2012 tentang Ketentuan Pedoman Standar Minimal Tahun 2011Biaya Langsung Personil (Personnel Remuneration/Billing Rate) dan Biaya Langsung Non-Personil (Direct Cost ) Untuk Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) danHarga Perkiraan Sendiri (HPS) Kegiatan Jasa Konsultansi

1.7. LINGKUP KEGIATANTahapan - tahapan kegiatan tercakup dalam kegiatan perencanaan teknis ini antara lainadalah :1. Persiapan perencanaanPencatatan data-data kondisi eksisting (inventarisasi data-pengolahan data survey) untukmencatat semua kondisi awal lokasi yang direncanakan baik bangunan, fasilitas yang ada,patok STA/BKT, bangunan umum, drainase, pohon, dan lain-lain yang akan terkenapekerjaan ducting utilitas tersebut. Konsultan harus berkoordinasi dengan pihak BalaiBesar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Direktorat Jenderal Sumber Daya AirKementerian Pekerjaan Umum untuk untuk memperoleh data-data kondisi eksistingtersebut.Persiapan desain ini bertujuan untuk :a. Mempersiapkan dan mengumpulkan data awal.b. Menetapkan desain sementara dari data awal untuk dipakai sebagai panduan surveipendahuluan.c. Menetapkan prioritas ducting utilitas yang akan disurvei.2. Pengumpulan data lapangani. Survei pendahuluanii. Survei detail : Pengukuran topografi; Penyelidikan tanah dan perkerasan.3. Perencanaan teknisa. Analisa data lapangan;b. Perencanaan ducting utilitas;c. Perencanaan perbaikan galian.4. Tahap Penyusunan Rencana Detail

a. Membuat gambar situasi dan profil;b. Membuat gambar detail konstruksi ducting utilitas;c. Membuat rincian volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya(RAB)/Engineer’s Estimate(EE).5. Tahap Akhira. Menyusun dokumen perencanaan;b. Menyusun dokumen pelelangan;c. Bahan presentasi dilengkapi dengan gambar animasi ducting utilitas.

1.8. KELUARANKeluaran atau hasil yang diinginkan dari kegiatan perencanaan teknis ducting utilitasterpadu di BKT ini mencakup hal-hal sebagai berikut :a. Peta situasi lajur jaringan utilitas eksisting dan rencana penempatan ducting utilitasyang akan dilaksanakan (potongan memanjang dan melintang), termasuk gambar jalan inspeksi dan saluran gendong yang berada di sisi kanan kiri Kanal Banjir Timur.b. Perhitungan struktur konstruksi ducting utilitas.c. DED ducting utilitas yang akan direncanakan.d. Spesifikasi teknis dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

 Perencanaan Ducting Terpadu di BKT2-1L a o r a n P e n d a h u l u a n2M E T O D O L O G I2.1. UMUMPenyusunan metodologi ini merupakan langkah yang dilakukan oleh tim konsultansebagai acuan dalam melakukan kegiatan perencanaan ducting utilitas ini. Langkah awalyang ditempuh adalah penelaahan konteks studi yang dimaksudkan agar mendapatkanpemahaman mengenai tujuan dilaksanakannya kajian. Selanjutnya dilanjutkan denganpenjabaran mengenai konteks studi yang kemudian akan disusun mengenai tahapanpekerjaan yang sesuai dengan rencana kerja dan ruang lingkup kajian.Sebagai dasar dalam melaksanakan kajian, dijabarkan pendekatan dan metodologi teknistermasuk didalamnya dasar teori dan konsep perencanaan ducting utilitas di BKT.2.2. LINGKUP STUDIPerencanaan ducting utilitas di BKT ini merupakan salah satu bagian dari implementasiprogram pengembangan jaringan prasarana umum yang merupakan wewenang dantanggung jawab Pemda Provinsi DKI Jakarta. Pengembangan prasarana ducting di BKT inimerupakan salah satu bentuk realisasi program pengembangan jaringan utilitas secaraterpadu di DKI.Dengan demikian posisi kegiatan ini cukup strategis, agar hasil keluaran dari studi inidapat dijadikan acuan bagi Pemda Provinsi DKI Jakarta dalam upaya peningkatan utilitasterpadu. Untuk itu dibutuhkan gambaran detail mengenai koridor

rencana jalan secarakomprehensif serta rekomendasi hasil perencanaan yang akan menjadi masukan utamadalam realisasi rencana pengembangan jaringan ducting utilitas tersebut.Sejalan dengan ruang lingkup studi, hasil keluaran kegiatan akan dapat menjadi acuanuntuk melakukan pelelangan dan pelaksanaan konstruksi dusting utilitas di BKT koridorCipinang – Pulogebang. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan ini haruslah dilakukandengan baik dengan memaksimalkan informasi dan data dari berbagai sumber dan pihakyang terkait.2.3. KERANGKA HUKUM PELAKSANAAN PEKERJAANPeraturan dan Ketentuan yang harus dijadikan landasan untuk pelaksanaan kegiatan iniadalah:a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.b. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.c. Undang-undang Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi DaerahKhusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.d. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisa Dampak Lingkungan.e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang PerubahanKedua Keputusan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/JasaPemerintah beserta Penjelasannya.f. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana TataRuang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.g. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1999 tentang JaringanUtilitas.h. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 37 Tahun 2011tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.i. Keputusan Dewan Pengurus Nasional Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Nomor :01/TAP.DPN/I/2012 tentang Ketentuan Pedoman Standar Minimal Tahun 2011Biaya Langsung Personil (Personnel Remuneration/Billing Rate) dan Biaya LangsungNon-Personil (Direct Cost ) Untuk Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) danHarga Perkiraan Sendiri (HPS) Kegiatan Jasa Konsultansi.2.4. PENDEKATAN TEKNIS2.4.1. UmumMetodologi teknis yang dikembangkan dalam dokumen teknis ini didasarkan pada lingkupkajian yang dijabarkan pada kerangka acuan kerja. Lingkup kajian akan meliputipekerjaan:1. Persiapan perencanaan;2. Survei lapangan;3. Perencanaan teknis;4. Penyempurnaan desain.2.4.2. Persiapan PerencanaanPengumpulan data sekunder dilakukan dengan survei instansional ke instansi-instansiterkait seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Ruang, pihak Kecamatan dan lainnya.Selain itu, juga dilakukan survei kepada pihak-pihak terkait lainnya Badan Pengelola BanjirKanal Timur. Secara umum, survei sekunder difokuskan untuk mendapatkan data daninformasi sebagai berikut: Data kondisi jaringan utilitas eksisting di Banjir Kanal Timur.

Gambar As Built Drawing Banjir Kanal Timur. Referensi dan data pendukung lainnya.2.4.3. Survei Lapangan2.4.3.1. Survei PendahuluanSurvei pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang meliputi: Peta situasi (foto udara) terkini dengan skala 1:2000; Foto detail kondisi teknis di lapangan berikut analisa dan hasil pemetaan wilayahperencanaan BKT; Data rumija, geometrik dan alinyemen jalan di BKT koridor Cipinang – Pulogebang.2.4.3.2. Survei TopografiTujuan pengukuran topografi adalah mengumpulkan data situasi, koordinat danketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan di koridor BKT yang ditetapkan yang akan digunakan sebagai dasar untuk penyiapan peta topografi.Pelaksanaan survei topografi ini dilakukan dengan kaidah pengukuran yang umumdigunakan pada perencanaan jaringan jalan dan utilitasHasil pengukuran dan pemrosesan gambar wajib menampilkan informasi terkini terkaitbangunan, jalan, jembatan, saluran dan utilitas lainnya. Penggambaran ini akandisesuaikan juga dengan skala penggambaran yang umum digunakan dalamperencananan jalan seperti ukuran kertas, skala, gambaran situasi, potongan memanjangdan melintang dan sebagainya.

2.4.4. Penyelidikan Tanah dan PerkerasanSurvei penyelidikan tanah dalam perencanaan ducting utilitas ini dimaksudkan untukmendapatkan gambaran mengenai kondisi lapisan tanah dimana duciting utilitas akanditempatkan. Hasil penyelidikan tanah ini akan digunakan sebagai dasatr untukperencanaan galian dan timbunan untuk ducting utilitas yang akan dibangun sepanjangkordior BKT dari Cipinang sampai dengan Pulogebang. Survei penyelidikan tanah inidilakukan dengan tes pit pada beberapa lokasi untuk mendapatkan gambaran mengenaikarakteristik lapisan tanah.Penyelidikan mengenai perkerasan jalan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran daninformasi mengenai kondisi perkerasan jalan eksisting maupun yang direncanakan. Hal iniberkaitan dengan perencanaan ducting utilitas yang direncanakan melintang jalan.Pemasangan ducting dibawah perkerasan jalan harus disesuaikan dengan perkerasan jalan sehingga dihindari potensi kerusakan perkerasan jalan pada titik tersebut.2.4.5. Analisa Data LapanganSetelah dilakukan pengumpulan data (primer dan sekunder), maka langkah selanjutnyadalam pekerjaan perencanaan teknis jalan ini adalah analisa yang didasarkan pada datayang ada yang didahului dengan kompilasi, rekapitulasi dan pengolahan data. Kegiatananalisa yang tercakup dalam tahapan analisa data lapangan ini antara lain,1. Analisa Data Topografi;

2. Analisa Data Hasil lnventarisasi Jalan dan Jembatan;3. Analisa Data Penyeidikan Tanah dan Perkerasan.2.4.5.1. Analisa Data TopografiAnalisa data topografi yang diperlukan meliputi :1.

Situasi di sekitar trase jalan di koridor BKT Ciping - Pulogebang;2. Daerah galian dan timbunan;3. Kontur dengan interval sesuai kebutuhan.2.4.5.2. Analisa Data Hasil lnventarisasi JalanAnalisa data hasil inventarisasi jalan meliputi :1. Perkerasan : lebar, jenis bahan yang ada, kondisi2. Median : lebar, jenis konstruksi, lokasi/station, kondisi;3. Trotoar : lebar, jenis konstruksi, kerb, lokasi/station, kondisi;4. Drainase jalan : jenis konstruksi saluran samping jalan, dimensi penampang basahdan strukturnya, arah aliran, lokasi/station, kondisi;5. Gorong-gorong, box culvert : jenis konstruksi, dimensi penampang basah danstrukturnya, arah aliran, lokasi/station, kondisi;6. Utilitas tiang listrik, Telkom, PDAM : lokasi/station, khususnya pengaruhnya terhadapperencanaan jalan, apakah perlu digeser atau tetap pada tempatnya;7. Jarak pagar bangunan ke sisi jalan/BKT;8. Jarak tebing ke sisi jalan/BKT.2.4.5.3. Analisa Data Penyelidikan Tanah dan PerkerasanAnalisa data penyelidikan tanah dan perkerasan meliputi :1. Klasifikasi jenis tanah;2. Lokasi galian dan timbunan;3. Kajian penurunan tanah;4. Analisi lapisan dan tebal bahan sebagai tanah dasar;5. Karakteristik lapisan perkerasan jalan.

2.4.6. Perencanaan Ducting Utilitas2.4.6.1. Definisi dan PemasanganDucting didefinisikan sebagai tempat yang khusus disediakan untuk pemasangan utilitas.Utilitas yang dipasang tersebut seperti kabel listrik, kabel telepon/internet, pipa air dansebagainya. Pembangunan ducting dimaksudkan untuk memudahkan pemasangan utilitasseperti listrik, air, telekomunikasi dan sebagainya serta kemudahan dalam pemeliharaan.Secara umum, pemasangan ducting dibedakan atas 3 lokasi pemasangan, yaitu diataslantai (secara melayang di bawah plafond/lantai), diatas tanah (ditempatkan langsungdiatas tanah) dan ditanam dibawah tanah. Pemasangan ducting dengan melayang padaumumnya dilakukan di bangunan/gedung bertingkat, sementara pemasangan dipermukaan tanah pada umumnya pada kawasan yang memilki jaringan utilitas cukupbanyak dan kompleks seperti pelabuhan. Sedangkan ducting utilitas dibawah tanah padaumumnya dibangun di sepanjang jaringan jalan, di kawasan komersial, perumahan dansebagainya. Pada dasarnya, setiap pola pemasangan mempunyai keunggulan dankekurangan masing-masing tergantung, tergantung pada pola penggunaan danpemeliharaan utilitas yang dipasang dalam ducting.

2.4.6.2. Ducting di Jaringan JalanPemasangan ducting di sisi jalan raya dimaksudkan sebagai tempat penyimpanan jaringanutilitas seperti kabel listrik, kabel telekomunikasi, pipa gas dan sebagainya. Penempatanducting di jaringan jalan ini pada umumnya di buat di sisi jalan yang

ditempatkan disamping saluran drainase dan/atau di bawah trotoar.Contoh pemasangan ducting pada jalur jalan inspeksi BKT digambarkan pada gambarberikut:

.4.6.3. Konstruksi Pemasangan Sistem DuctSistem ducting pada pemasangan kabel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ductingmenggunakan boks beton berbentuk kotak serta ducting berbentuk pipa yang dicorbeton. Untuk ducting dengan menggunakan boks beton pada umumnya menggunakanbeton pracetak dengan ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan ductingyang dicor beton

pada umumnya memakai pipa PVC. jika lebih dari satu pipa yangdigunakan, maka antara kedua pipa tersebut diberikan sekat dan pengaman.2.4.6.4. Pemasangan DuctingA. Penempatan/pematokan trace jaringan kabel ductPengukuran dan penempatan/pematokan trace jaringan kabel duct harus sesuai dengangambar desain yang ada. Pengukuran trace jaringan kabel duct ini dilakukan denganmenggunakan alat ukur optik dan mistar/rollmeter pada tempat tertentu atau setiap jarak tertentu (25-30 m). Pada trace jaringan kabel duct, harus ditanam tanda patok kayusebagai trace. Pada pengukuran ini ditentukan pula tempat-tempat manhole, ataubelokan trace jaringan kabel duct dan lain-lain.Dalam pelaksanaan pekerjaan ini sebelumnya harus seijin dari pihak PEMDA setempat.B. PenggalianTempat penggalian tanah diusahakan terbatas pada lokasi yang tepat dari trace/jalur jaringan duct kabel seperti yang direncakan dalam gambar desain. Lebar galiandiusahakan selebar duct kabel dengan memperhtiungkan yang diijinkan oleh PEMDAsetempat. Pada tanah yang lunak/lembek atau tanah basah, bila dipandang perlu dapatdibuat cetakan (bekesting atau forming) yang dibuat dari papan kayu, agar profilpenampang duct kabel yang dibuat sesuai dengan yang direncanakan.Khusus penggalian tanah pada bagian trace duct kabel yang melintasi/memotong jalan(jalan umum atau jalan masuk rumah), galian wajib ditutup dengan pelat besi yang dapatmenahan beban kendaraan yang lewat diatasnya. Pekerjaan penggalian tanah harusdilakukan dengan hati-hati, agar tidak merusak pipa-pipa (gas dan air), kabel-kabel (listrik, telepon) dan saluran-saluran lain yang sudah ada sebelumnya. Di lokasi pekerjaan galianharus dipasang rambu-rambu lalu lintas dengan jumlah cukup untuk mencegah terjadinyahal-hal yang tidak diinginkan. Tanah bekas galian dan batu yang mungkin masih tertinggaldi alur galian harus dibuang, sehingga alur galian betul-betul bersih.C. Tikungan DuctingManhole dibuat sesederhana mungkin, dengan keterangan sejuah mungkin manholetersebut hanya mempunyai 2 jalan/jurusan, sehingga apabila ada pencabangan ke-2 ataulebih arah/jurusan akan diatur dengan tikungan boks ducting.D. Kemiringan DuctingDalam sistem ducting, rute harus didesain dan dibangun sedemikian rupa sehingga tidakada bagian route ducting diantara mainhole yang melengkung/rendah.Bila hal tersebut terjadi, maka pada bagian route duct yang melengkungakan berkumpulair kotor, lumpur, kotoran-kotoran lainnya pada bagian tersebut. Lama kelamaankotoran/Lumpur tersebut akan mengeras dan menyumbat pipa PVC, sehingga nantinyamenyulitkan penarikan kabel. Sumbatan pada pipa PVC tersebut di atas merupakan salah

satu dari istilah “duct block” yang dikenal dalam pengoperasian system duct. Agar kondisidemikian dapat dihindarkan, maka route duct harus dibuat dengan kemiringan tertentu,dengan tujuan agar air, kotoran dan lumpur tidak tergenang dalam pipa PVC, melainkanakan mengalir ke dalam Manhole.2.4.7. Perencanaan Perbaikan GalianPekerjaan perbaikan galian ini mencakup penggalian dan penanganan hasil galian padalokasi pembangunan/pemasangan ducting utilitas. Perbaikan galian dimaksudkan untukmenjaga kondisi tanah dasar tempat penempatan ducting utilitas.Pekerjaan perbaikan galian, pada umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air danselokan, untuk formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan ataustruktur lainnya, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan danpembuangan bahan perkerasan beraspal dan /atau perkerasan beton pada perkerasanlama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang yang sesuai dengankondisi awal sebelum digali. Perencanaan perbaikan galian ini harus memenuhi garis,ketinggian dan penampang melintang jalan yang dipasangkan ducting utilitas.Untuk pekerjaan timbunan pada lokasi bekas galian, dilakukan dengan timbunan biasaharus terdiri dari bahan galian tanah dengan bahan yang memenuhi syarat untukdigunakan dalam pekerjaan permanen. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuktanah yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNI-03-6797-2002 atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bilapenggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebutharus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembaliyang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastisseperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawahbagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Sebagai tambahan,timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki nilai CBRtidak kurang dari karakteristik daya dukung tanah dasar yang diambil untuk rancangandan ditunjukkan dalam gambar atau tidak kurang dari 6% jika tidak disebutkan lain (CBRsetelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD)seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1742-1989).Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau derajatpengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extrahigh" tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandinganantara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan galian tanah yang mempunyai sifatsifat sebagai berikut:

Tanah yang mengadung organik seperti jenis tanah OL, OH dan Pt dalam sistemUSCS serta tanah yang mengandung daun – daunan, rumput-rumputan, akar, dansampah. Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak praktis dikeringkan untukmemenuhi toleransi kadar air pada pemadatan (>OMC+1%). Tanah yang mempunyai sifat kembang susut tinggi dan sangat tinggi dalamklasifikasi Van Der Merwe dengan ciri ciri adanya retak memanjang sejajar tepiperkerasan jalan.2.5. PROGRAM KERJA2.5.1. UmumSejalan dengan pendekatan teknis yang dijabarkan diatas, dalam pelaksanaan pekerjaannantinya, diagram alur ini akan menjadi pegangan bagi konsultan maupun pemberi kerjadalam proses pelaksanaan pekerjaan. Dengan alokasi waktu yang terbatas, hanya 4 bulankalender, maka proses pelaksanaan pekerjaan harus dibuat seoptimal mungkin.Secara umum, tahapan dalam diagram alur pekerjaan terdiri dari 4 tahap yaitu:1. tahap persiapan;2. tahap pengumpulan data;3. tahap analisa dan perencanaan4. tahap penyempurnaan.Masing-masing tahapan ini akan disesuaikan dengan kerangka jangka waktu yangdialokasikan serta juga dengan tahapan penyerahan laporan kepada pihak pemberi kerja.Lingkup pekerjaan pada masing-masing tahap pekerjaan diatas dijabarkan sebagaiberikut.a. Tahap PersiapanTahap ini merupakan langkah awal dari kegiatan pelaksanaan pekerjaan, berupamobilisasi personil, pengenalan situasi/lingkungan lokasi pekerjaan, pembuatan programkerja, pengurusan ijin survei dan mobilisasi peralatan survei, serta tahap pengembangan metodologi perencanaan yang meliputi penyusunan konsep dan metoda perencanaan.Hasil tahap persiapan ini disampaikan pada Laporan Pendahuluan.

b. Tahap Pengumpulan DataPada tahapan ini dilakukan kegiatan pengumpulan data sekunder dan data primer. Datasekunder meliputi: data jalan eksisting (bila telah ada jalan eksisting), data curah hujan,data geoteknik/geologi, dan data teknis lainnya, serta ketentuan teknis lainnya yangterkait dengan detail perencanaan jalan dan jembatan. Sedangkan survei primer yangdilakukan antara lain survei topografi dan situasi, survei penyelidikan tanah umum. Selainitu juga dilakukan survei lalu lintas sebagai data masukan untuk pemodelan transportasi.Hasil tahap pengumpulan data ini disampaikan pada Laporan Antara.c. Tahap Analisa dan PerencanaanTahap analisa meliputi pengolahan lanjut data sekunder serta data primer dari lapangan.Tahap ini difokuskan pada perencanaan ducting utilitas yang meliputi perencanaan lokasipemasangan, bentuk dan ukuran ducting, tata letak utilitas dalam ducting serta metodepelaksanaan penutupan galian setelah dilakukan pemasangan ducting.Keseluruhan perencanaan pembuatan ducting utilitas ini digambarkan dalam gambardesain serta dilengkapi dengan rencana anggaran biaya.d. Tahap PenyempurnaanPada tahap ini dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dari tahap sebelumnyaberdasarkan hasil dari diskusi dan pembahasan yang dilakukan bersama pemberi kerja.Selain laporan akhir, sebagai dokumentasi seluruh kegiatan, dokumen-dokumen lainseperti yang disyaratkan dalam kerangka acuan juga dihasilkan pada akhir tahap ini.Penjabaran mengenai tahapan pelaksanaan pekerjaan ini digambarkan pada Gambarbeirkut.

Persiapan SurveiPada tahap persiapan ini, sudah mulai dilakukan identifikasi jenis survei primer dansekunder yang akan dilakukan di wilayah studi. Persiapan survei yang dilakukan disinimeliputi:2.5.2. PersiapanDi dalam tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai awal (inisialisasi) dariseluruh rangkaian kegiatan yang direncanakan. Hasil tahap persiapan ini akan sangatmempengaruhi proses yang dilakukan dalam tahap-tahap selanjutnya.Secara umum terdapat 4 kegiatan utama di dalam tahap persiapan ini, yakni:1. Mobilisasi tenaga kerja;2. Pengenalan lokasi;Bertujuan untuk memperoleh gambaran/data awal sebagai bagian penting bahankajian kelayakan teknis dan untuk bahan pekerjaan selanjutnya. Kegiatan inidiharapkan mampu memberikan saran dan bahan pertimbangan terhadapkegiatan/survei lanjutan.3. Pemantapan metodologi, maksud dari kegiatan ini adalah :a. Merencanakan secara lebih detail tahap-tahap pelaksanaan kegiatan berikutnya,untuk mengefisienkan penggunaan waktu dan sumber daya.b. Menetapkan metoda dan analisa yang akan digunakan, hal ini penting untukditetapkan karena akan mempengaruhi kebutuhan data, penyediaan waktuanalisa, dan kualitas hasil penelitian secara keseluruhan.4. Penyusunan rencana kerja.Melakukan penyusunan rencana kerja berdasarkan pada lingkup pekerjaan denganmemperhatikan alokasi waktu dan sumber daya yang ada.2.5.3. Pengumpulan Data LapanganKegiatan pengumpulan data lapangan yang akan dilakukan dalam perencanaan teknis jalan ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut,1. Survei Pendahuluan (Reconnaissance Survei );2.

Survei Topografi;3. Inventarisasi Tata Guna Lahan, Jalan dan Jembatan (bila ada);4. Survei Geoteknik secara umum.2.5.4. Survei PendahuluanKegiatan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan survei pendahuluan ini adalahpengumpulan data sekunder yang bertujuan untuk :1. Mempersiapkan dan mengumpulkan data awal;2. Menetapkan desain sementara dari data awal untuk dipakai sebagai panduan surveipendahuluan.3. Mendapatkan gambaran awal kondisi di lapangan,diantaranya:a. Foto situasi dan lokasi terkait fungsi, kondisi dan tata guna lahan di sepanjangkoridor BKT Cipinang - Pulogebang;b. Foto situasi dan lokasi terkait dengan utilitas yang ada di sepanjang sepanjangkoridor BKT Cipinang - Pulogebang.4. Foto lokasi dan hasil pemetaan jalan inspeksi dan jalan di sisi BKT;Survei pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:1. Menentukan awal dan akhir proyek yang tepat untuk mendapatkan overlaping yangbaik dan memenuhi syarat geometri. Penyedia jasa wajib mengambil data sejauh 200meter sebelum dan sesudah titik awal dan akhir pekerjaan.2. Mengidentifikasi medan secarastationing/urutan jarak dengan mengelompokkankondisi : medan datar, perbukitan, pegunungan/bukit curam dalam bentuk matriks.3. Mengidentifikasi/memperkirakan secara tepat penerapan desain ducting sesuaidengan geometri (alinyemen horisontal dan vertikal) jalan di sepanjang koridor BKTCipinang – Pulogebang.4. Menganalisa secara visual keadaan tanah dasar serta kondisi perkerasan jalan, bahudan saluran samping pada daerah rencana trase jalan;A. Survei Pendahuluan TopografiKegiatan yang dilakukan oleh ahli geodesi pada survei pendahuluan ini antara lain:1. Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok beton Benchmark(BM) diawal dan akhir proyek.2. Mengamati kondisi topografi.3. Mencatat daerah-daerah yang akan dilakukan pengukuran khusus, morfologi danlokasi yang perlu dilakukan perpanjangan koridor.4. Membuat rencana kerja untuk survei detail pengukuran.5. Menyarankan posisi patok Benchmark pada lokasi/titik yang akan dijadikan referensi.B. Survei Pendahuluan Geologi dan GeoteknikKegiatan yang dilakukan pada survei pendahuluan geologi dan geoteknik adalah:1. Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan karakteristik dansifat tanah dan batuan.2. Mengamati perkiraan lokasi sumber material (quarry ) sepanjang lokasi pekerjaan.3.

Memberikan rekomendasi pada ahli jalan raya berkaitan dengan rencana trase jalandan rencana jembatan yang akan dipilih.4. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi khusus (rawan longsor, dll).5. Membuat rencana kerja untuk tim survei detail.C. Survei Pendahuluan Bangunan Pelengkap JalanHal-hal yang dilakukan dalam survei pendahuluan untuk bangunan pelengkap jalan iniantara lain:1. Untuk perencanaan jalan baru perlu dicatat data lokasi/Sta, perkiraan lokasinya apasudah sesuai dengan geometrik dengan rencana jenis konstruksi, dimensi yangdiperlukan.2. Untuk lokasi yang sudah ada (eksisting) perlu dibuatkan inventarisasinya denganlengkap, jenis konstruksi, dimensi, kondisi serta mengusulkan penanganan yangdiperlukan.. Untuk lokasi yang ada aliran airnya perlu dicatat tinggi muka air normal, muka airbanjir dan muka air banjir tertinggi yang pernah terjadi serta adanya tanda-tanda/gejala-gejala erosi yang dilengkapi dengan sketsa lokasi, morfologi sertakarakter aliran sungai dan dilengkapi foto-foto jika diperlukan.4. Mendiskusikan dengan tim geometrik, geologi, amdal dan hidrologi apakah data-datadan usul penempatan lokasi serta usul perencanaan/penanganan sudah sesuai secarateknis.5. Membuat sketsa dan kalau perlu foto-foto beserta catatan-catatan khusus sertasaran-saran yang sangat berguna dijadikan panduan dalam pengambilan data untukperencanaan pada waktu melakukan survei detail nanti dan pengaruhnya terhadapkeamanan/ kestabilan.2.5.5. Survei TopografiTujuan pengukuran topografi adalah mengumpulkan data koordinat dan ketinggianpermukaan tanah sepanjang rencana trase jalan di dalam koridor yang ditetapkan yangakan digunakan sebagai dasar untuk penyiapan peta topografi. Peta topografi denganskala 1: 1000 akan digunakan untuk perencanaan geometrik jalan dan skala 1:500 untukperencanaan jembatan dan penanggulangan longsoran.Pekerjaan pengukuran topografi untuk perencanaan jalan meliputi bagian pekerjaan :1. Pekerjaan pengukuran yang terdiri dari:a. Pengukuran titik kontrol horisontal dan vertikalb. pengukuran situasic. Pengukuran penampang memanjang dan melintangd. pengukuran-pengukuran khususe. Pemasangan patok;2. Pekerjaan perhitungan dan penggambaran;3. Pekerjaan digitasi dan komputer. Pekerjaan pengukuran topografi sedapat mungkin dilakukan sepanjang rencana sumbu jalan (mengikuti koridor BKT) dengan mengadakan pengukuran-pengukuran tambahanpada daerah persilangan dengan sungai dan jalan lain sehingga memungkinkan diperolehsumbu jalan sesuai dengan standar yang ditentukan. Sebelum melakukan pengukuranharus dilakukan pemeriksaan dan kalibrasi alat yang baik dan sesuai dengan ketelitian alatserta dibuatkan daftar hasil pemeriksaan dan kalibrasi alat tersebut.A. Pengukuran titik kontrol horisontal1. Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon, dan semua titikikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.2.

Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur denganmeteran, atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.3. Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian baca dalamdetik.4. Ketelitian untuk poligon adalah sebagai berikuta. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10" kali akar jumlah titik polygon(10”√n) b. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5" (lima detik)c. Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal proyek dan pada setiap jarak 5 kmserta pada titik akhir pengukurand. Setiap pengamatan matahari dilakukan dalam empat seri rangkap (8 biasa dan 8luar biasa) dengan interval waktu yang samae. Apabila pengamatan matahari tidak bisa dilakukan, disarankan menggunakan alatGPS Portable (Global Positioning System).B. Pengukuran titik kontrol vertikal1. Jenis alat yang dipergunakan untuk pengukuran ketinggian adalah waterpass orde IV;2. Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand dengan perbedaanpembacaan maksimum 2 mm, dilakukan dengan cara 2 kali berdiri/pembacaan pergi-pulang;3. Batas ketelitian tidak boleh lebih besar dari10 D, dimana D adalah panjangpengukuran (km);4. Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam pengertian pembagianskala yang jelas dan sama;5. Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) pembacaan benang tengah, benang atasbenang bawah dalam satuan milimeter;6. Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BW).Kontrol pembacaan 2 BT = BA + BB.7. Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah slag (pengamatan yanggenap)C. Pengukuran situasi1. Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachymetri;2. Ketelitian minimum alat yang dipakai adalah 20";3. Pengukuran situasi dilakukan pada titik pengukuran penampang melintang;4. Pengaturan situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup semuaketerangan-keterangan yang ada di daerah sepanjang rencana jalan tersebut;5. Pada awal proyek dilakukan pengukuran situasi sekitarnya yang meliputi geometrik jalan yang sudah ada;6. Lebar pengukuran 25 m ke kiri dan 25 m ke kanan dari rencana as jalan.7. Tempat – tempat sumber material jalan yang terdapat disekitar jalur perlu diberilegenda/keterangan diatas peta dan difoto (jenis dan lokasi material)D. Pengukuran penampang memanjang dan melintang1. Pengukuran penampang memanjanga.

Pengukuran penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu rencana jalan,dengan melihat daerah perubahan turunan dan tanjakan jalan tersebutb. Peralatan yang dipakai untuk pengukuran penampang sama dengan yang dipakaiuntuk pengukuran titik kontrol vertikal (N12 atau yang mempunyai ketelitiansama).2. Pengukuran penampang melintanga. Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan landai dibuatsetiap 50 m dan pasca daerah-daerah tikungan/pegunungan setiap 25 mb. Lebar pengukuran penampang melintang 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan as jalan.c. Pada daerah menikung, dari as jalan kearah luar 50 m dan ke arah dalam 75 m.d. Peralatan yang digunakan untuk pengukuran penampang melintang sama denganyang dipakai pengukuran situasi (theodolit)Pengukuran pada perpotongan rencana trase jembatan dengan sungai atau jalan Pengukuran disekitar perpotongan sungai- 50 m sebelum dan sesudah perpotongan dengan sungai dibuat potonganmelintang jalan dengan interval 25 m;- 100 m ke arah hulu dan hilir sungai dari as jalan dibuat potongan melintang sungaidengan interval 25 m. Pengukuran disekitar persimpangan jalan- Pengukuran di persimpangan jalan sejauh 75 m kiri kanan jalan yang akandirencanakan;- Pengukuran titik kontrol horisontal berupa poligon tertutup/terbuka yang terikatsempurna,- Pengukuran titik kontrol vertikal dengan alat waterpass- pengukuran penampang memanjang dibuat di sumbu jalan;- Pengukuran melintang dibuat maksimal sepanjang 75 m ke arah kiri dan kanan jalan untuk setiap interval perubahan tanah yang ditentukan pada skala yangdiperlukan- Pengukuran situasi dilakukan dengan lengkap terutama bangunan-bangunanpermanen yang ada disekitar persimpangan.Pekerjaan Perhitungan dan Penggambaran1. Dasar perhitungan pengamatan matahari harus mengacu pada tabel almanakmatahari yang diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNI-AD untuk tahun yangsedang berjalan dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.2. Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi antara pengamatan matahariyang satu dengan pengamatan berikutnya.3. Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata tapi berdasarkanpanjang (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi yang lebih besar)dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.4. Perhitungan sipat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5 mm),dan harus dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar perhitungandengan menjumlahkan beda tingginya.5.

Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang dipakaisebagai titik pengukuran detail dan dihitung secaratachimetris.6. Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan sistim komputerisasi.7. Penggambaran titik-titik polygon haras didasarkan pada hasil perhitungankoordinat. Penggambaran titik-titik polygon tersebut tidak boleh secara grafis.8. Gambar ukur yang berupa gambar situasi harus digambar pada kertasmilimeter dengan skala 1 : 1000 dani n t e r v a lkontur 1 m. Tiap kontur '5meteran ditebalkan.9. Gambar hasil akhir berupa gambar situasi. Potongan memanjang dan potonganmelintang digambar pada kertas kalkir standar.10. Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur begitu pula semuaketerangan-keterangan yang penting, seperti:- Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 1.000 untuk jalandan 1:500 untuk jembatan.- Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x)dan ordinat (y)-nya.- Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X, Y ,Z nya dan diberi tandakhusus.Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang melintang harusdigambarkan pada gambar polygon, sehingga membentuk gambar situasi dengan interval garis ketinggian (

contour ) 1 meter. Semua gambar topografi harus disajikan denganmenggunakansoftware komputer.Pekerjaan Digitasi dan KomputerSemua gambar topografi disajikan dengan menggunakansoftware komputer dandiplot/dikalkirkan setelah hasilnya dapat diterima oleh Pengguna jasa.2.5.6. Inventarisasi Jalan dan Jembatan EksistingSurvei kondisi jalan eksisting dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi jalan eksisting yang meliputi kondisi perkerasan jalan, kapasitas jalan, keberadaanbangunan pelengkap jalan, kondisi drainase dan sebagainya. Survei kondisi jalan eksistingini dilakukan dengan mengikuti pedoman survei kondisi jalan perkotaan yang diterbitkanoleh Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum.Pemeriksaan inventarisasi jalan dilakukan dengan mencatat kondisi rata-rata setiap 100 myang tercatat selama pengamatan.Data yang diperoleh/diperlukan dari pemeriksaan ini adalah :a. Lebar perkerasan yang ada dalam meter;b. Jenis bahan perkerasan yang ada;c. Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas yang ada seperti saluran samping,gorong-gorong, bahu Jalan, kondisi drainase samping, jarak pagar bangunan/tebing kepinggir perkerasan;d. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan lokasi yangditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya;e. Data yang diperoleh dicatat dalam format inventarisasi jalan (Highway GeometricInventory ) per 100 meter;f. Membuat foto dokumentasi minimal 1 foto per 100 meter. Foto ditempel padaformat standar dengan mencantumkan hal-hal yang diperlukan seperti nomor dannama ruas jalan. Arah pengambilan foto dan tinggi petugas yang memegang nomorSTA.

lnventarisasi jembatan bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai eksisting jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.Informasi yang harus diperoleh/diperlukan dari pemeriksaan ini adalah :a. Nama, lokasi, tipe dan kondisi jembatan;b. Dimensi jembatan yang meliputi bentang, lebar, ruang bebas dan jenis lantai;c. Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan;d. Data yang diperoleh dicatat dalam satu format yang standar;e. Foto dokumentasi minimum 2 lembar untuk setiap jembatan yang diambil dari arahmemanjang dan melintang. Foto ditempel pada format standar yang disetujuipengguna jasa.2.5.7. PenggambaranPembuatan gambar rencana trase jalan selengkapnya dilakukan setelah DraftPerencanaan Teknis mendapat persetujuan dari pengguna jasa dengan mencantumkankoreksi-koreksi dan saran-saran yang diberikan oleh pengguna jasa, berikut posisialternatif trase yang pernah diteliti.2.5.8. Perhitungan KuantitasPerencana harus memuat perhitungan kuantitas pekerjaan secara rinci dengan ketentuansebagai berikut :1. Volume pekerjaan tanah dihitung dari gambar cross section setiap 25-100 meter;2. Penyusunan mata pembayaran pekerjaan (pay item) harus sesuai dengan Spesifikasiyang dipakai;3. Perhitungan kuantitas pekerjaan harus dilakukan secara keseluruhan. Tabelperhitungan harus mencakup lokasi dan semua jenis mata pembayaran (pay item);4. Kuantitas pekerjaan harus dihitung/sesuai dengan yang ada dalam gambar rencana.2.5.9. Perkiraan BiayaPerkiraan biaya konstruksi rinci harus disiapkan untuk setiap tahapan konstruksi yangdirencanakan, sesuai item pekerjaan dan harga satuan yang disajikan secara terpadu.Kuantitas akan disertai dengan data pendukung perhitungannya, sedangkan harga satuanakan merujuk pada referensi harga satuan terbaru dan masih berlaku atau berpedomanpada survei harga pasar.Metoda perhitungan harga satuan harus dibuat, analisa harga satuan menggunakanmetoda dan acuan yang berdasarkan faktor-faktor/parameter: tenaga, material,peralatan, sosial, pajak, overhead, dan keuntungan yang berlaku di daerah setempat.Perkiraan biaya yang diperoleh dari analisa ini dibandingkan dengan proyek-proyeklainnya di daerah sekitar lokasi untuk mendapatkan keyakinan mengenai perkiraan hargayang telah dibuat.

3ORGANISASI KERJA3.1. ORGANISASI KERJAOrganisasi kerja yang akan melaksanaan pekerjaan ini disesuaikan dengan kebutuhantenaga ahli yang dijabarkan pada kerangka acuan kerja. Tenaga ahli yang akan terlibatterdiri dari ketua tim dan 5 orang tenaga ahli. Sebagai pendukung, akan ada tenagasekretaris, surveyor, juru gambar (CAD operator) dan pesuruh kantor.Organisasi kerja tim konsultan digambarkan padaGambar 3.1.

Kualifikasi dari tenaga ahli beserta tanggung jawabnya berdasarkan kerangka acuan kerjadijabarkan sebagai berikut :a. Ahli Teknik Sipil (Ketua Tim)Seorang SarjanaTeknik Sipil dengan pengalaman dibidangnya selama minimal 6 (enam)tahun yang terkait, dimana tugas utama ketua tim adalah bertanggung pada hal-halberikut: Merencanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan semua kegiatan dan personilyang terlibat dalam pekerjaan ini sehingga pekerjaan dapat diselesaikan baik sertamencapai hasil yang diharapkan. Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan kegiatan, baik dalam tahap pengumpulandata, pengolahan, dan penyajian akhir dan hasil keseluruhan pekerjaan.b. Ahli Mekanikal ElektrikalSeorang Sarjana atau strata yang lebih tinggi di bidang Teknik Elektro berpengalamandibidangnya selama minimal 4 (empat) tahun, dimana tugas ahli mekanikal elekterikalini adalah melaksanakan semua kegiatan perencanaan ducting yang mencakup desainboks utilitas, mekanisme pemasangan kabel listrik dan telekomunikasi dan menyusunrencana mengenai hal-hal yang menyangkut pemasangan utilitas kelistrikan di dalam jalur ducting BKT Cipinang - Pulogebang.c. Ahli Konstruksi SipilSeorang Sarjana atau strata yang lebih tinggi di bidang Teknik Sipil berpengalamandibidangnya selama minimal 4 (empat) tahun, dimana tugas ahli teknik sipil adalahmerencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam pekerjaan perencanaanducting utilitas yang mencakup perencanaan galian, pemasangan ducting, penutupankembali dan perencanaan perbaikan perkerasan jalan, serta harus menjamin bahwarencana dan desain yang dihasilkan adalah pilihan yang paling ekonomis dan sesuaidengan standar teknik.d. Ahli Mekanika TanahSeorang Sarjana atau strata yang

lebih tinggi di bidang Teknik Sipil berpengalamandibidangnya selama minimal 4 (empat) tahun, dimana tugas ahli mekanika tanahadalah merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam pekerjaan yangberkaitan dengan mekanika tanah khususnya terkait dengan pemasangan ductingutilitas sepanjang koridor BKT Cipinang – Pulogebang. serta harus menjamin bahwagambar pengukuran yang dihasilkan adalah benar, akurat, dan siap digunakan untuktahap perencanaan teknik jalan.e. Ahli Estimator BiayaSeorang Sarjana atau strata yang lebih tinggi di bidang Teknik Sipil berpengalamandibidangnya selama minimal 3 (tiga) tahun, dimana tugas Ahli Estimator Biaya adalahmelaksanakan semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data harga satuan bahandan upah, menyiapkan analisa harga satuan pekerjaan, membuat perhitungankuantitas pekerjaan jalan, membuat perkiraan biaya pekerjaan konstruksi serta harusmenjamin bahwa data, perhitungan analisa harga satuan dan perhitungan kuantitaspekerjaan yang dihasilkan adalah benar dan akurat.

3.2. PELAPORANBentuk pelaporan yang harus diserahkan pada pemberi kerja terdiri dari 4 laporan,diantaranya adalah:1. Laporan PendahuluanLaporan Pendahuluan diselesaikan dalam 7 (satu) hari kerja sejak Kontrak ditandatanganidan laporan dibuat sebanyak 6 (enam) rangkap yang disajikan dalam buku atau albumukuran A4 diberi sampul dari kertas laminating dan memakai logo Provinsi DKI Jakartaserta logo konsultan yang bersangkutan. Laporan Pendahuluan berisi tentang antara lain :a. Latar belakang, maksud dan tujuan, metodologi pelaksanaan pekerjaan, rencanakerja, persiapan awal, struktur organisasi, jadwal pelaksanaan pekerjaan.b. Penyajian suatu desain perencanaan yang merupakan gambaran garis besarpengembangan materi dan kerangka acuan kerja.2. Laporan AntaraLaporan antara berisi antara lain :· Laporan ini memuat hasil pengukuran survey lapangan, foto-foto eksisting, hasilanalisa survey lapangan dan hasil penyelidikan tanah.· Perkembangan hasil pekerjaan sesuai jadwal pelaksanaan rencana kerja.· Perhitungan-perhitungan konstruksi meliputi antara lain perhitungan beometrik,struktur dan lain-lain.· Gambar-gambar plan dan profil dari kondisi eksisting, potongan-potongan dandetail.3. Konsep Laporan AkhirKonsep laporan akhir berisi antara lain :a. Laporan ini memuat permasalahan-permasalahan teknis dan non teknis sertasolusi-solusinya.b. Perkembangan hasil pekerjaan sesuai jadwal pelaksanaan rencana kerja.c. Perhitungan-perhitungan konstruksi meliputi antara lain perhitungan geometrik,struktur dan lain-lain.d. Gambar-gambar plan dan profil dari rencana, potongan-potongan dan detail-detail.4. Laporan AkhirLaporan akhir ini berisi antara lain :a. Menyajikan solusi dari masalahan-masalah yang terjadi dilapangan baik masalahteknis ataupun non teknis yang mendukung hasil akhirperencanaan.b. Pehitungan-perhitungan akhir konstruksi meliputi antara lain perhitungan geometrik,struktur dan lain-lain.c. Gambar-gambar rencana, Rencana Anggaran Biaya (RAB/Engineer’s Estimate), Bill ofQuantity dan Spesifikasi teknis.d. Kesimpulan dan saran yang berupa masukan-masukan teknis yang bersifatmemberikan informasi dan solusi-solusi dari permasalahan yang ada.

4SURVEY PENDAHULUAN4.1. LOKASI PERENCANAANLokasi perencanaan jalan pada studi Perencanaan Ducting Utilitas Terpadu ini berlokasi diBanjir Kanal Timur khususnya pada koridor Cipinang – Pulogebang . Lokasi perencanaanini digambarkan padaGambar 4.1.4.2. KONDISI EKSISTING JARINGAN BANJIR KALAN TIMURKondisi eksisting banjir kanal timur (BKT) pada koridor Cipinang – Pulogebang saat initelah terbangun. Pada koridor ini, BKT telah Pembangunan kanal dari Cipinang sampaidengan PulogebangBeberapa gambaran mengenai kondisi eksisting BKT serta jaringan jalan inspeksi di sisiBKT digambarkan padaGambar 4.2-4.6.

5R E N C A N A K E R J A5.1.

JANGKA WAKTU PENYELESAIAN KEGIATANJangka waktu kegiatan Perencanaan Ducting Terpadu di BKT harus dapat diselesaikandalam waktu 4 (empat) bulan, terhitung sejak tanggal diterbitkan Surat Perintah MulaiKerja (SPMK).5.2. JADUAL PELAKSANAAN PEKERJAANSejalan dengan alokasi waktu untuk pelaksanaan pekerjaan yang dialokasikan selama 4bulan, maka jadwal pelaksanaan pekerjaan untuk memenuhi semua lingkup pekerjaanharus dapat diselesaikan dalam kurun waktu tersebut. Jadwal pekerjaan untukpelaksanaan pekerjaan ini dijabarkan padaTabel 5.1