Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

22

Click here to load reader

Transcript of Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

Page 1: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

TUGAS LINTAS BUDAYA

“PERGESERAN POSISI KEBUDAYAAN SUKU TENGGER MELALUI GERAK

LINTAS BUDAYA DI ERA GLOBALISASI”

Tugas ini disusun untuk memenuhi matakuliah, Psikologi Pendidikan yang dibina oleh

Bapak :

Yusuf Ratu Agung, M.A

Oleh:

Ahmad Tantomy S (09410158)

FAKULTAS PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

Malang, 2012

Page 2: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita menyadari KAT masih bermukim di berbagai pelosok wilayah. Data

menginformasikan kepada kita bahwa KAT terdapat hampir di seluruh wilayah Nusantara

contohnya Suku Tengger (Jawa Timur), Menurut Prof.S.Budhisantoso dari Puslit Pranata

Pembangunan Universitas Indonesia Jakarta, pada umumnya masyarakat Indonesia sangat

bangga dengan kemajemukan masyarakat dan kekayaan kebudayaannya yang beraneka

ragam.Hal itu tecermin antara lain dalam upaya pemerintah untuk memajukan pariwisata

dengan mengandalkan daya tarik kebudayaan untuk menjaring devisa setelah pertambangan

minyak dan gas alam. Namun demikian kebanggaan itu tidak diimbangi dengan pengertian

tentang makna kemajemukan masyarakat dengan keanekaragaman kebudayaan.

Suku tengger adalah suku yang tinggal disekitar gunung bromo, jawa timur yakni

menempatati sebagian wilayah kabupaten pasuruan, kabupaten probolinggo, dan kabupaten

malang. Komunitas suku tengger berkisar antara 100 ribu orang yang tersebar di tiga

kabupaten tersebut. Etnis yang paling terdekat dengan suku tengger adalah suku jawa namun

terdapat perbedaan yang sangat menonjol antara keduanya, terutama dari sistem

kebudayaannya. Sedangkan globalisasi pada hakikatnya adalah proses yang ditimbulkan oleh

suatu kegiatan yang dampaknya berkelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan dan

kenegaraan. Mengingat bahwa dunia ditandai oleh pluralitas budaya, makaglobalisasi sebagai

proses juga menggejala sebagai peristiwa yang melanda dunia secara lintas budaya yang

sekaligus mewujudkan proses saling mempengaruhi antar budaya. Pertemuan antar budaya

itu tidak selalu berlangsung sebagai proses dua arah yang berimbang, tetapi dapat juga

sebagai proses dominasi budaya yang satu terhadap lainnya Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perubahan sosial Beberapa penjelasan telah disampaikan untuk menjelaskan

mengapa perubahan sosial terjadi. Micklin (1973) memberi penjelasan nya sebagai berikut:

Tiap-tiap sistem sosial secara terus-menerus mengikuti perubahan, oleh karena lingkungan

selalu mengalami perubahan terus menerus. perubahan pada umumnya adalah sebuah

perubahan, pengaruh tersebut dapat berasal dari fisik atau lingkungan. Seperti misalnya

perbedaan di dalam musim pertumbuhan.

Page 3: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana pergeseran posisi kebudayaan di suku Tengger?

2. Apakah yang menyebabkan pergesaran posisi kebudayaan suku Tengger?

3. Budaya seperti apa yang mempengaruhi suku Tengger ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui kebudayaan suku Tengger ?

2. Untuk mengetahui bagaimana kebudayaan suku Tengger di era globalisasi?

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan, baik berupa teori maupun

sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan

2. Secara Praktis

Untuk mengetahui tentang budaya suku-suku yang ada ditengger

Page 4: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Suku Tengger

Dalam suatu penulisan ilmiah yang berhubungan dengan suatu penelitian, perlu

adanya pembahasan mengenai teori yang digunakan. Landasan teori mencakup semua hal

yang berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu semua yang berkaitan dengan variabel

empati dan perilaku prososial, tentu saja semua hal yang dianggap relevan atau sesuai pada

penelitian yang akan dilaksanakan. Selain itu, landasan teori juga memuat dimensi atau aspek

pada variabel yang nantinya dijadikan dasar penyusunan instrumen penelitian. Maka dari itu,

teori yang sesuai akan mempermudah dalam pelaksanaan penelitian dan dapat memberi

gambaran mengenai batasan penelitian.

Dalam penelitian ini saya ingin mengetahui apakah ada pergeseran kebudayaan pada

suku Tengger. Banyak penelitian tentang budaya namun disini saya ingin tahu seberapa besar

pergeseran budaya pada suku Tengger.

Sejak zaman Majapahit dataran tinggi Tengger dikenal sebagai wilayah yang damai,

tenteram, dan bahkan rakyatnya terbebas dari membayar pajak yang disebut titileman.

Jenderal Thomas Stamford Raffles sangat mengagumi orang Tengger. Dalam The

History of Java ia mengemukakan bahwa pada saat berkunjung ke tempat yang sejuk itu, ia

melihat orang Tengger yang hidup dalam suasana damai, teratur, tertib, jujur, rajin bekerja,

dan selalu gembira. Mereka tidak mengenal judi dan candu. Ketika Raffles bertanya

tentang perzinahan, perselingkuhan, pencurian, atau jenis-jenis kejahatan lainnya, mereka

yang biasa disebut sebagai orang gunung itu menjawab bahwa hal-hal tersebut tidak ditemui

di Tengger.

Kejujuran dan ketulusan orang Tengger masih dapat dilihat sampai hari ini. Angka

kejahatan di desa-desa Tengger pada umumnya hampir selalu nol. Suasana damai, tenteram,

aman, dan penuh toleransi yang tercermin dalam kehidupan sehari- hari orang Tengger dapat

dijadikan acuan dalam periode formatif Indonesia modern. Tengger adalah sebuah pusaka

saujana (cultural landscape) yang apabila dibina dan dikelola dengan benar, eksistensinya

Page 5: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

akan memberi sumbangan yang lebih berarti bukan hanya bagi dirinya, melainkan juga bagi

Indonesia.

Identitas orang Tengger terkesan problematis dan membuat banyak orang tertipu.

Mereka bukan suku primitif, suku terasing, atau suku lain yang berbeda dari suku Jawa.

Jumlah mereka tidak banyak, yakni sekitar 100.000 dari jumlah penduduk Jawa yang

lebih kurang 100.000.000. Seperti halnya populasi-populasi kecil yang berada di tengah-

tengah masyarakat yang sedang berkembang, Tengger kekurangan referensi untuk

menemukan kembali jatidiri dan sejarah mereka. Sebelum munculnya gerakan

reformasi Hindu pada tahun 1980-an, upaya orang Tengger untuk mendefinisikan kembali

warisan leluhurnya dalam kaitannya dengan masyarakat Jawa hanya besandar pada sumber-

sumber budaya setempatnya.

Sampai saat ini yang disebut “desa Tengger” sangat problematis karena beberapa desa

yang dulu dikenal sebagai “desa Tengger” sekarang tidak lagi melaksanakan adat-istiadat

Tengger. Anggapan yang berkembang akhir-akhir ini, terutama yang muncul dalam

tulisan, brosur, dan penelitian-penelitian tentang Tengger, yang dimasukkan ke dalam

“desa Tengger” adalah desa-desa dalam wilayah 4 kabupaten yang mayoritas penduduknya

beragama Hindu dan masih memegang teguh adat-istiadat Tengger. Desa-desa yang

dimaksud adalah Ngadas, Jetak, Wonotoro, Ngadirejo, dan Ngadisari (Kecamatan Sukapura,

Kabupaten Probolinggo), Ledokombo, Pandansari, dan Wonokerso (Kecamatan Sumber,

Kabupaten Probolinggo), Tosari, Wonokitri, Sedaeng, Ngadiwono, Podokoyo (Kecamatan

Tosari, Kabupaten Pasuruan), Keduwung (Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan), Ngadas

(Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang), dan Argosari serta Ranu Pani

(Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang).

Orang Tengger dikenal sebagai petani tradisional yang tangguh, bertempat tinggal

berkelompok-kelompok di bukit-bukit yang tidak jauh dari lahan pertanian mereka. Suhu

udara yang dingin membuat mereka betah bekerja di ladang sejak pagi hingga sore hari.

Persentase penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sangat besar, yakni 95%,

sedangkan sebagian kecil dari mereka (5%) hidup sebagai pegawai negeri, pedagang,

buruh, dan usaha jasa.4 Bidang jasa yang mereka tekuni antara lain menyewakan kuda

tunggang untuk para wisatawan, baik dalam maupun luar negeri, menjadi sopir jeep

(biasanya miliknya sendiri), dan menyewakan kamar untuk para wisatawan. Hasil

Page 6: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

pertanian yang utama adalah sayur mayur, seperti kobis, kentang, wortel, bawang putih, dan

bawang prei. Lahan mereka juga cocok untuk tanaman jagung.

Pada awalnya jagung adalah makanan pokok orang Tengger. Pada saat ini mereka

kurang suka menanam jagung karena nilai ekonominya rendah dan menggantinya dengan

sayur-sayuran yang nilai ekonominya tinggi. Meskipun begitu, sebagian lahan pertanian

mereka masih ditanami jagung karena tidak semua orang Tengger mengganti makanan

pokoknya dengan beras. Hanya saja, untuk memanen jagung, orang Tengger harus menunggu

cukup lama, hampir satu tahun. Sampai sekarang nasi aron Tengger (nasi jagung) masih

tercatat sebagai makanan tradisional dalam khazanah kuliner Nusantara. Sedangkan sistem

Kebudayaan Suku Tengger. Menurut C Kluckhon dalam bukunya categories of culture

menemukakan sistem kebudayaan yang secara Universal dimiliki oleh seluruh masyarat

didunia, yang unsur-unsurnya meliputi sistem bahasa , sistem kesenian, sistem teknologi,

sistem religi, sistem kemasyarakatan, sistem pengetahuan dan sistem mata pencarian. Pada

masyarakat suku Tengger Unsur-unsur kebudayaan universial itu sebagai berikut :

1. Sistem Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh suku tengger adalah bahasa jawa tapi dialek yang digunakan

berbeda yaitu dialek tengger. Dialek tengger dituturkan di daerah gunung brom termasuk di

wilayah pasuruan, probolinggo, malang dan lumanjang. Dialek ini dianggap turunan bahasa

kawi, dan banyak mempertahankan kalimat-kalimat kuno yang sudah tidak digunakan dalam

bahasa jawa modern.

2. Sistem Kesenian

a. Seni Tari

Tari yang biasa dipentaskan adalah tari Roro Anteng dan Joko Seger yang dimulai sebelum

pembukaan upacara Kasada.

b. Seni bangunan

Bangunan untuk peribadatan berupa pura disebut punden, danyam, dan poten. Poten adalah

sebidang tanah dilautan pasir sebagai tempat berlangsungnya upacara Kasada. Poten dibagi

menjadi tiga mandala atau zone yaitu :

a) . mandala utama disebut jeroan yaitu tempat pelaksanaan pemujaan yang terdiri dari

padma, bedawang, nala, bangunan sekepat, dan kori agung candi bentar.

Page 7: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

b) mandala madya atau zone tengah, disebut juga jaba tengah yaitu tempat persiapan

pengiring upacara yang terdiri dari kori agung candi bentar bale kentongan, dan Bale

Bengong.

c) mandala nista atau zone depan, disebut juga jaba sisi yaitu tempat peralhian dari luar

kedalam pura yang terdiri dari bangunan candi bentar dan bangunan penunjang

lainnya.

3. Sistem Teknologi

Seiring dengan banyak pengaruh yang masuk kedalam masyarakat tradisional seperti melalui

pariwisata atau teknolgi komunikasi terilah culturual change dan perubahan kebudayaan

sehingga sistem teknologi juga berkembang seperti halnya masyarakat jawa modern.

4. Sistem Religi

Agama yang dianut sebagian besar suku tengger adalah Hindu, Islam dan Kristen.

Masyarakat tengger dikenal taat dengan aturan agama Hindu. Mereka yakin merupakan

keturunan langsung dari majapahit. Gungung brahma (Bromo) dipercayai sebagai gunung

suci dengan mengadakan berbagai macam upacra-upacara yang dipimpin oleh seorang dukun

yang sangat dihormati dan disegani. Masyarakat tengger bahkan lebih memilih tidak

mempunyai kepala pemerintahan desa dari pada tidak memiliki pemimpin ritual. Para dukun

pandita tidak bisa di jabat oleh sembarang orang, banyak persyaratan yang harus dipenuhi

sebagai perantara doa-doa mereka. Upacara-upacara yang dilakukan masyarakat tengger

diantaranya.

a. Yahya kasada, Upacara ini ilakukan pada 14 bulan kasada, mereka membawa ongkek

yang berisi sesaji dari hasil pertanian, ternak dan sebagainya. Lalu dilemparkan

kekawah gunung bromo agar mendapatkan berkah dan diberikan keselamatan oleh

yang maha kuasa.

b. Upacara Karo, Hari raya terbesar masyarakat tngger aalah upacara karo atau hari raya

karo. Masyarakat menyambutnya dengan suka cita dengan membeli pakaian baru,

perabotan, makan, minuman, melimpah, dengan tujuan mengadakan pemujaan

terhadap sang Hyang Widi Wasa.

c. Upacara Kapat, jatuh pada bulan ke empat, bertujuan untuk memohon brekah

keselamatan serta selamat kiblat, yaitu pemujaan terhadap arah mata angin.

Page 8: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

d. Upacara kawalu, jatuh pada bulan kedelapan, masyarakat mengirimkan sesaji ke

kepala desa, dengan tujuan untuk kesehatan Bumi, air, api, angin, matahari, bulan dan

bintang.

e. Upacara kasanga, jatuh pada bulan kesembilan. Masyarakat berkelilling desa dengan

membunyikan kentongan dan membawa obor tujuannya adalah memohon

keselamatan.

f. Upacara kasada, Jatuh pada saat bulan Purnama (ke dua belas) tahun saka, Upacara

ini isebut sebagai upacara kuban

g. Upacara Unan, Unan, diadakan lima tahun sekali dengan tujuan mengaaan

penghormatan terhadap roh leluhur.

5. Sistem Kemasyarakatan

Masyarakat tengger menjungjung tinggi nilai persamaan, demokrasi, dan kehidupan

masyarakat, sosok seorang pemimpin spritual seperti duun lebih disegani dari pada pemimpin

administratif. Masyarakat tengger memunyai hukum sendiri diluar hukum formal yang

berlaku alam negara. Dengan hukum itu mereka sudah bisa mengatur an mengendalikan

berbagi persoalan dalam kehidupan masyarakatnya.

6. Sistem Pengetahuan

Sistem Pengetahuan masyarakat tengger pada umumnya masih tradisional, an masih

berorientasi paa kebudayan lama, namun karna aanya pengaruh dari luar melalui pariwisata

maupun komunikasi maka sistem pengetahuannya sudah mulai mengacu ke sistem

pengetahuan yang modern.

7. Sistem Mata Pencarian

Sistem mata pencarian masyarakat suku tengger kebanyakan adalah petani dan penambang,

tanaman yang diusahakan adalah sayur-sayuran sedangakan dalam hal penambangan, yang

ditambang adalah pasir dan belerang.

B. Globalisasi

Globalisasi pada hakikatnya adalah proses yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang

dampaknya berkelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan. Mengingat

Page 9: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

bahwa dunia ditandai oleh pluralitas budaya, maka globalisasi sebagai proses juga

menggejala sebagai peristiwa yang melanda dunia secara lintas budaya yang sekaligus

mewujudkan proses saling mempengaruhi antar budaya. Pertemuan antar budaya itu tidak

selalu berlangsung sebagai proses dua arah yang berimbang, tetapi dapat juga sebagai proses

dominasi budaya yang satu terhadap lainnya.

Globalisasi menjadi satu kesepakatan di seluruh dunia pada sejak abad 21 yang

beriringan dengan kemajuan dan tuntutan kebutuan masyarakat dunia. Kehadiran globalisasi

sebenarnya telah mengundang pro-kontra yang telah mewarnai perjalanan globalisasi itu

sendiri sebagai sebuah fenomena. Perubahan yang terjadi secara menyeluruh akibat dari

globalisasi telah banyak dirasakan secara kolektif oleh masyarakat, serta mempengaruhi

banyak orang terutama dari segi kebudayaan yang berpengaruh pada lintas wilayah dan

lintas negara. Gerak budayamerupakan akibat gelombang globalisasi telah mempengaruhi

gaya hidup dan lingkungan yang telah mengubah aturan main dunia. Globalisasi membuka

peluang untuk “mengakrabkan” dunia dan menghubungkan interaksi sosial seolah-seolah

tanpa batas. Gerak budaya melalui aktivitas lintas budaya dalam era sekarang ini, sudah

hampir tidak dapat dibendung. Campur baur antara budaya negara yang satu dengan negara

yang lainnya menyatu dalam satu panggung pertunjukan mealui momentum pertukaran

kebudayaan. Hal itu terjadi, karena masyarakat di seluruh dunia sudah melakukan

interaksi dan sudah saling mengunjungi antara satu negara dengan negara yang lain. Contoh

kecil yang lagi mengglobal adalah dari aspek gaya hidup (style) baik dari segi berpakaian,

berperilaku dan bahkan hingga pada budaya konsumerisme.

Globalisasi sebagai suatu proses mendunia yang ditandai dengan semakin hilangnya

tapal batas antar negara yang saling terkait dan saling berbaur. Bergesernya budaya pada

suatu negara tidak lepas dari perkembangan pemikiran manusia yang selalu melakukan

inovasi-inovasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Gerak kebudayaan terkait pula dengan

pemikiran manusia yang terus mengalir dan disertai dengan inovasi telah mampu mengubah

dunia dan peradaban manusia, seperti yang kita saksikan sekarang. Batas masyarakat dunia

antara negara yang satu dengan negara yang lainnya, telah menjadi satu dalam bingkai

hubungan bilateral maupun hubungan multi negara yang saling menuguntungkan kedua

belah pihak.

Page 10: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

C. Gerak Kebudayaan

Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup di dalam masyarakat

yang menjadi wadah dari kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadisebab dia mengadakan

hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya, karena terjadi hubungan

antarkelompok manusia di dalam masyarakat.Akulturasi terjadi bila suatu kelompok manusia

dengan suatu kebudayaan yang tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing

yang berbeda sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat-

laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendri, tanpa menyebabkan hilangnya

kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan manusia telah terjadi dalam masa-masa

silam. Biasanya suatu masyarakat hidup bertetangga dengan masyarakat-masyarakat lainnya

dan antara mereka terjadi hubungan-hubungan, mungkin, dalam lapangan perdagangan,

pemerintahan, dan sebagainya. Pada saat itulah unsur masing-masing kebudayaan saling

menyusup. Proses migrasi besar-besaran, dahulu kala, mempermudah berlangsungnya proses

akulturasi tersebut.

Beberapa masalah yang menyangkut proses akulturasi adalah:

a.Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang mudah diterima;

b.Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang sulit diterima;

c.Individu-indivisu manakan yang cepat menerima unsur-unsur yang baru;

d.Ketegangan-ketegangan apakah yang timbul sebagai akibat akulturasi tersebut.

1) Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah:

a.Unsur kebudayaan kebendaan seperti alat-peralatan yang terutama sangat mudah dipakai

dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya, contohnya adalah alat

tulis-menulis yang banyak dipergunakan orang Indonesia yang diambil dari unsuriunsur

kebudayaan Barat;

b.Unsur-unsur yang terbukti membawamanfaat besar misalnya radio transistor yang banyak

membawa kegunaan terutama sebagai alat mass-media;

Page 11: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

c.Unsur-unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima

unsur-unsur tersebut, seperti mesin penggiling padi yang dengan biaya murah serta

pengetahuan teknis yang sederhana, dapat digunakan untuk melengkapi pabrik-pabrik

penggilingan.

2)Unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima oleh suatu masyarakat misalnya:

a.Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup, dan lain-lain;

b.Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling

mudah adalah soal makanan pokok suatu masyarakat. Nasi sebagai makanan pokok sebagian

besar masyarakat Indonesia sukar sekali diubah dengan makanan pokok lainnya.

3)Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu- individu yang cepat menerima

unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua

dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur-unsur baru. Hal ini

disebabkan karena norma-norma yang tradisional sudah mendarah daging dan menjiwai

(sudah internalized) sehingga sukar sekali untuk mengubar norma-norma yang sudah

demikian meresapnya dalam jiwa generasi tua tersebut. Sebaliknya belum menetapnya unsur-

unsur ataunorma-norma tradisional dalam jiwa generasi muda menyebabkan bahwa mereka

lebih menerima unsur-unsur baru yang kemungkinan besar dapat mengubah kehidupan

mereka.

4)Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi selalu ada kelompok individu- individu

yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan

yang terjadi. Perubahan-perubahan dalam masyarakat dianggap oleh golongan tersebut

sebagai keadaan krisis yang membahayakan keutuhan masyarakat. Apabila mereka

merupakan golongan yang kuat, maka mungkin proses perubahan dapat ditahannya.

Sebaliknya bila mereka berada di pihak yang lemah, mereka hanya akan dapat menunjukkan

sikap yang tidak puas.

Proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur

kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dengan demikian, unsur-unsur

kebudayaan asing tidak lagi dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar, tetapi dianggap

sebagai unsur-unsur kebudayaan sendiri. Unsur-unsur asing yang diterima tentunya terlebih

dahulu mengalami proses pengolahan sehingga bentuknya tidaklah asli lagi seperti semula.

Misalnya sistem pendidikan di Indonesia, untuk sebagian besar diambil dariunsur-unsur

Page 12: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

kebudayaan Barat. Akan tetapi, sudah disesuaikan serta diolah sedemikian rupa sehingga

merupakan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Namun, tidak mustahil timbul kegoncangan

kebudayaan (cultural shock), sebagai akibat masalah-masalah yang muncul dapalam proses

akulturasi. Kegoncangan kebudayaan terjadi apabila warga masyarakat mengalami

disorientasi dan fustasi , dimana muncul perbedaan yang tajam antara cita-cita dengan

kenyataan yang disertai dengan terjadinya perpecahan-perpecahan di dalam masyarakat

tersebut.

Page 13: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

BAB III

A. Batasan Istilah

1. Suku Tengger adalah suku yang tinggal disekitar gunung bromo jawa timur, yakni

menempati sebagian wilayah kabupaten pasuruan, kabupaten probolinggo dan

kabupaten malang yang merupakan keturunan dari majapahit.

2. Globalisasi pada hakikatnya adalah proses yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang

dampaknya berkelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan

3. Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup di dalam masyarakat

yang menjadi wadah dari kebudayaan

4. KAT yaitu komunitas adat terpencil

B. Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk

memperoleh data dan informasi dalam suatu penelitian yang dilakukan dengann cara

bertanya langsung kepada seluruh pihak terkait dan pendapat yang diambil oleh

peneliti guna memperoleh data yang diinginkan atau relevan dan reliabel.

2. Observasi

Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan

data yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatannya terhadap

objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk

melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang

terjadi pada keadaan sebenarnya dalam kasus pecandu internet di kalangan

mahasiswa. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan Observasi naturalistik dalam

konteks natural tertentu selama periode tertentu, dengan menggunakan sejumlah

Page 14: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

teknik pengumpulan informasi. Para peneliti lapangan meneliti segala hal tempat ,pola

pola relasi personal, reaksi orang pada kejadian dan sebagainya.

3. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh data

dengan mempelajari dokumen-dokumen yang terdapat di perpusatakan kampus dan

dokumen online maupun dokumen penelitian serupa yang ada hubungannya dengan

masalah yang diteliti.

4. Internet Searching

Internet Searching yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk

memperoleh data-data yang diperlukan, dengan cara browsing lewat situs-situs

pencarian seperti yahoo dan google Juga beberapa situs-situs yang relevan dengan

masalah yang terkait dalam masalah penelitian.

C. Teknik Analisis Data

Teknik analisis Deskriptif Kualitatif yaitu Pemaparan Suatu peristiwa dilakukan

secara diskriptif sistematik, akurat dan lebih menekankan pada data faktual. Analisis data

menggunakan statistik deskritif, prosentase atau pemaparan menggunakan kata-kata atau

kalimat. Penelitian deskriptif yang bersifat developmental digunakan untuk

menemukan suatu model atau prototype. Penelitian dilakukan dengan mencobakan suatu

model (informan) dan diamati pelaksanaannya dalam kurun waktu tertentu. Pengumpulan

datanya dibanding-kan dengan kriteria yang telah ditetapkan, selanjutnya dilakukan

penyempurnaan dan modifikasi model. Setelah model dianggap mantap, maka dapat

dilakukan desiminasi atau perluasan dan memeberikan kesimpulan.

Page 15: Pergeseran Posisi Kebudayaan Suku Tengger Melalui Gerak Lintas Budaya Di Era Globalisasi

Daftar Pustaka

Abraham, Francis M, 1991, Modernisasi Di Dunia Ketiga Suatu Teori Umum

Pembangunan, Tiara Wacana, Jogjakarta

Soerjono Soekanto, 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers

Makalah Ayu Sutarto disampaikan pada acara pembekalan Jelajah Budaya 2006 yang

diselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, tanggal 7 – 10 Agustus

2006