PERIODISASI PERLUASAN WILAYAH KERAJAAN...

download PERIODISASI PERLUASAN WILAYAH KERAJAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29829/1/IPAN... · kerajaan Demak, Pajang sampai kerajaan Mataram Islam. Hasil dari perluasan

If you can't read please download the document

Transcript of PERIODISASI PERLUASAN WILAYAH KERAJAAN...

  • PERIODISASI PERLUASAN WILAYAH KERAJAAN

    ISLAM DI JAWA DALAM PETA TEMATIK

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

    Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh:

    IPAN SUNARYA

    NIM. 1110015000019

    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2015

  • LEMBAR PENGESAHAN

    PERIOI}ISASI PERLUASAN WILAYAE KERAJAAN ISLI\TT DI JAWA

    DALAM PETA TTMATIK

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegr.rnran unttrk Memenuhi

    Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

    Pembimbingl Pembimbing II

    Dr.Iwan Purwanto. M.Pd

    NIP. 1 9730 42420080t1012

    PEIYDIDIKAI\I ILMU PENGETAHUAT{ SOSIAL :X'AKT'LTAS ILMU TARBIYAII DAI\I KEGURUAIY

    T'NNTERSITAS ISLAIVI I\EGERI SYARIF IIIDAYATT]LLNI

    JAKAR'TA

    2015

  • LENTBAR PENGESAHAN

    Skripsi berjudul: Periodisasi Perluasan Wilayah Kerajaan Islarn di Jarva dalarn Peta Ter-r-ratik.

    disusun oleh Ipan Sunarya, NIM: 1l10015000019 diajukan kepada Fakultas IImu Tarbiy,ah

    dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidavatullah Jakarla, telah clinl,atakan lulus dalan-i Ujian

    Nlunaqasah pada tanggal 17 Maret 201-; di hadapan cleu,an pengr-rji. Karena itu. penu)is

    berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalarn bidar-rg Pendiclikair Ih.nu Pengetahuan

    Sosial.

    Jakarta. 17 Maret 2015

    Panitia Ujian Munaqasah

    Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS) Tanggal Tanda

    Dr. Iwan Punvanto. M. PdNiP. 1 9t 3042420080 1 1 01 2

    Sekretaris Sidang

    Drs. Syaripulloh. M. SiNrP. 1 9670909200701 1033

    Penguji I

    Dr. Nluhamad Arif, M.PdNrP. 1 97006061997 021 002

    Penguji II

    Drs. Syaripulloh. M. SiNIP. 1 967 0909200701 l 033

    _.MengetahuiDekan F Ilrnu Tarbiyah dan Keguruan

    Tangan

    I{IP. 195

  • SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama

    NIM

    Jurusan

    Angkatan Tahun

    Alarnat

    Nama Pembimbing I

    NIP

    Nama Pembimbing II

    NIP

    Jurusan/Program Studi

    MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

    Bahwa skripsi yang berjudul Periodisasi Perluasan Wilayah Kerajaan Islam Di

    Jawa dalam Peta Tematik adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan

    dosen:

    : Ipan Sunarya: 1 1 1001500001.9: Pendidikan IPS: 2010: Kp. Kalibata RT 001/008, Kel. Srengseng Sawah, Kec.

    Jagakarsa. Jakarla Selatan 12640

    : Dr. Iwan Purwanto, M.Pd: 19730424200801 1 012: Sodikin, M.Si

    : Pendidikan IPS

    Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siapmenerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi saya bukan hasil karya

    sendiri.

    Jakarta,25 Februai 2015

    Ipan Sunarya1110015000019

  • i

    ABSTRAK

    Ipan Sunarya. NIM: 1110015000019 Periodisasi Perluasan Wilayah

    Kerajaan Islam Di Jawa dalam Peta Tematik. SKRIPSI. Jakarta: Jurusan

    Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, 2015.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara historis mengenai

    periodisasi perluasan wilayah kerajaan Islam di pulau Jawa dimulai dari periode

    kerajaan Demak, Pajang sampai kerajaan Mataram Islam. Hasil dari perluasan

    wilayah tersebut kemudian dianalisis berdasarkan kajian pustaka mengenai

    wilayah kekuasaan pada setiap periode kerajaan dengan Sistem Informasi

    Geografi yang menghasilkan peta tematik.

    Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan, yaitu dengan menghimpun

    informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang sedang diteliti. Dengan

    mengumpulkan sumber-sumber tertulis dari buku, baik primer maupun sekunder

    yang tentunya berkaitan dengan judul skiripsi yang dibuat.

    Hasil dari penelitian ini bahwa ada lima periode kerajaan Islam besar yang

    pernah berkuasa di tanah Jawa. Kerajaan tersebut antara lain: kerajaan Demak,

    Cirebon, Banten, Pajang dan Mataram Islam. Bahkan wilayah kekuasaaanya

    sampai ke luar pulau Jawa. Periodisasi perluasan wilayah kerajaan Islam di Jawa

    tergambar dalam suatu hasil berupa peta tematik yang menggambarkan perluasan

    wilayah pada setiap periodenya. Namun dari setiap periode kerajaan tersebut

    pernah mengalami pasang-surut akibat konflik dan pemberontakan yang

    berdampak pada kemunduran dalam perluasan wilayah, bahkan berujung pada

    keruntuhan.

    Kata kunci: Periodisasi, Perluasan Wilayah, Kerajaan Islam di Jawa, dan Peta

    Tematik.

  • ii

    ABSTRACT

    Ipan Sunarya. NIM: 1110015000019 Expansion Periodization Territory

    Islamic Kingdom in Java in Thematic Maps. THESIS. Jakarta: Jakarta:

    Social Science Education Faculty of Tarbiyah and Teaching Science State

    Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

    This research aims to determine the historically about periodization

    expansionist Islamic kingdom in Java beginning of the period of the kingdom of

    Demak, Pajang until the Islamic Mataram kingdom. The results of the extension

    area is then analyzed based on literature review regarding the territory in each

    period kingdom with Geographic Information System which produce thematic

    maps.

    This research uses literature study method, which is collaborating related

    information based on the topic. The book used are primary and secondary sources

    from the topic of the research.

    The results of the library research that there are five major periods of the

    Islamic empire that once ruled the land of Java. The kingdom is the kingdom of

    Demak, Cirebon, Banten, Pajang and Islamic Mataram. Even his territory to the

    outer island of Java. Periodization expansionist Islamic kingdom in Java reflected

    in an outcome in the form of thematic maps that describe the expansion of the

    area in each period. But form every period of the kingdom ever experienced ups

    and downs as a result of conflict and rebellion that impact the regression in the

    expansion of the area even lead to collapse.

    Keyword: Periodization, Expansion Areas, Islamic Java Kingdom, and the

    Thematic Map.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

    serta karunia-Nya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

    yang berjudul Periodisasi Perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa dalam

    Peta Tematik ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan

    atas baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup

    penulis berupa cahaya Islam.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga dan

    pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis

    miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya

    dan bagi pembaca pada umumnya.

    Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan,

    dukungan dan cinta. Untuk itu penulis sangat berterimakasih kepada:

    1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya yang menjadikan

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.

    3. Ketua Jurusan Pendidikan IPS, Dr. Iwan Purwanto, M.Pd sekaligus sebagai

    Pembimbing Akademik dan dosen pembimbing yang telah tulus ikhlas

    memberikan bimbingan, bantuan serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi

    ini.

    4. Bapak Sodikin, M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

    banyak ilmunya dalam pembuatan peta yang baik dan benar sesuai dengan

    kaidah ilmu kartografi.

    5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

    telah banyak memberikan pengarahan dan kemudahan dalam penyusunan

    skripsi ini.

  • iv

    6. Seluruh staf karyawan perpustakaan Universitas Islam Negri Syarif

    Hidayatullah Jakarta, penulis ucapkan terimakasih atas pelayanan saat penulis

    mencari data-data.

    7. Kedua orangtua yang sangat penulis cintai, Bapak Liman Manoto dan Ibu

    Imas Masriah yang senantiasa tidak henti-hentinya memberikan doa, motivasi

    dan dukungan baik moril dan materi kepada penulis dalam penyelesaian

    skripsi.

    8. Kepada Keluarga tercinta. Kakak-kakakku Riyanto, Nurhidayat, dan Pian

    Apriansyah, serta adikku Rismala Putri Handayani. Terimakasih atas

    dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan kepada penulis.

    9. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2010. Teman

    sepersaudaraan ATK Fams: Arib Jaudi, Aldian Kurnia Putra, Ardi Wahyudi,

    Arif Putranto, Ardi Muhamad Arsyad, Afin Rizal Fahlevi, Aidil Jufrie, Bani

    Rochman, Choerul Imam, M. Faisal Ramdan, Farid Iqbal, Febrianto,

    Lukmanul Hakim, Reza, Teguh Praitno, Ibnu Mustaqim, dan Udin.

    Terimakasih atas bantuan kalian, sangat berharga bisa berada diantara kalian.

    10. Teman-teman remaja Karang Taruna RT 001/08 Srengseng Sawah, dan

    teman-teman yang tergabung dalam Futsal Batoe 54.

    11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

    terimakasih atas doa dan bantuannya.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

    skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

    dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga

    skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pihak yang

    membacanya.

    Jakarta, 25 Februari 2015

    Ipan Sunarya

  • v

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

    SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

    ABSTRAK ....................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... v

    DAFTAR GAMBAR ... vii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

    B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5

    C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 6

    D. Rumusan Masalah ............................................................................ 6

    E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

    F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

    BAB II KAJIAN TEORITIK

    A. Acuan Teori .. 8

    B. Penelitian Relevan .. 22

    C. Kerangka Berfikir 24

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Objek dan Waktu Penelitian ... 26

    B. Metode Penelitian 27

    C. Fokus Penelitian .. 29

    D. Objek Penelitian ... 29

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Periode Kerajaan Demak .................................. 31

    B. Periode Kerajaan Cirebon .... 38

    C. Periode Kerajaan Banten . 44

    D. Periode Kerajaan Pajang .. 52

    E. Periode Kerajaan Mataram Islam .... 56

  • vi

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ..... 69

    B. Saran 69

    DAFTAR PUSTAKA .. 70

    LAMPIRAN

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 4.1 Peta Perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa Periode Kerajaan

    Demak ..... 38

    Gambar 4.2 Peta Peta Perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa Periode

    Kerajaan Cirebon ........ 43

    Gambar 4.3 Peta Peta Perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa Periode

    Kerajaan Banten ...... 51

    Gambar 4.4 Peta Perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa, Periode Kerajaan

    Pajang .. 56

    Gambar 4.5 Peta Perluasan Wilayah Kekuasaan Kerajaan Islam Di Jawa, Periode

    Kerajaan Mataram Islam ..... 67

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Ketika kita membahas tentang sejarah, tentunya tidak terlepas pada

    tiga aspek yang ada pada sejarah tersebut. Aspek yang menjadi pembahasan

    itu tentunya manusia itu sendiri yang dapat berperan menjadi objek sejarah

    maupun subjek sejarah itu sendiri, lalu kapan peristiwa sejarah itu terjadi, dan

    terakhir adalah masalah tempat kejadian sejarah tersebut. Misalnya saja

    ketika kita membahas tentang sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia kita

    akan membahas orang-rang yang terlibat dalam proklamasi Indonesia,

    kemudian kapan waktu terjadinya proklamasi Indonesia, dan dimana tempat

    berlangsungnya proklamasi Indonesia. Contoh lain, mengenai keadatangan

    Islam di nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan yang panjang di antara

    ahli sejarah, mengenai tiga masalah pokok, yakni tempat kedatangan Islam,

    para pembawanya, dan waktu kedatangannya.1

    Setiap kajian sejarah didahului dengan suatu pengantar, terutama

    untuk studi wilayah. Dalam pengantar harus diberikan alasan pembenar

    mengapa wilayah itu perlu diberikan, periodisasi, satuan-satuan kajian,

    kekuatan sejarah yang menggerakkan, arus utama kontemporer. Kajian ini

    memang mementingkan aspek waktu, dengan maksud supaya membiasakan

    diri berpikir secara diakronis.2 Yang dimaksud diakronis disini adalah yang

    berkaitan dengan penggunaan tata bahasa dengan melihat perkembangan

    sepanjang waktu yang berifat historis. Runutan waktu sejarah membawa

    kepada pemahaman cerita sejarah. Akan tetapi, terkadang masyarakat ataupun

    pelajar bingung dalam memahami alur cerita sejarah. Ditambah lagi pelajaran

    Sejarah untuk sebagian pelajar dapat dikatakan sebagai salah satu pelajaran

    1 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pusaka Setia, 2008), Cet. X, hlm

    188. 2 Kuntowijiyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995), Cet. I,

    h. 77.

  • 2

    yang membosankan yang bersifat hafalan. Pemahaman dalam periodisasi

    sejarah sangat membantu masyarakat terutama pelajar dalam memahami

    peristiwa sejarah itu sendiri. Dengan pembagian urutan sejarah yang tepat

    akan berdampak kepada pembaca tergiring ke alur cerita sejarah tersebut.

    Terkait dengan aspek wilayah pada peristiwa sejarah, ilmu Geografi

    juga berperan masuk didalam sejarah tersebut. Misalnya saja pulau Jawa

    merupakan salah satu dari dari lima pulau besar yang ada di bumi nusantara

    (Indonesia). Secara geografis pulau Jawa dipandang sebagai suatu kesatuan.

    Konsep kesatuan tersebut diperkuat oleh proses sejarah, yang menempatkan

    pulau Jawa sebagai sentrum suatu jaringan lalu lintas transportasi maritim

    sejak masa prasejarah.3 Selain itu pulau Jawa dianugrahi banyak kekayaan

    alam dengan kondisi tanah yang baik untuk bercocok tanam. Hal ini

    dikarenakan di pulau Jawa banyak sekali gunung berapi aktif hingga sekarang

    ini.

    Sejak abad ke-5 Jawa sudah mengenal pemerintahan. Pemerintahan

    yang dipakai adalah kerajaan. Tercatat ada beberapa kerajaan yang pernah

    menjadi penguasa di bumi Jawa dari kerajaan Hindu-Budha di antaranya:

    Tarumanegara, Syailendra, Mataram Hindu, Singosari, Padjadjaran,

    Majapahit. Kemudian muncul berbagai kerajaan-kerajaan Islam seperti

    Demak, Pajang, Mataram Islam, Cirebon, Banten, dan kerajaan-kerajaan kecil

    lainya. Khususnya untuk kerajaan Islam di pulau Jawa tidak terlepas dengan

    peran besar Wali Songo yang sangat berkontribusi besar diberbagai kerajaan-

    kerajaan Islam di pulau Jawa. Selain bagaimana peran walisongo dalam

    penyebarluasan ajaran Islam, akan tetapi bagaimana mereka berkontribusi

    dalam sistem pemerintahan kerajaan Islam yang pernah ada di pulau Jawa.

    Pada masa kerajaan Islam di pulau Jawa, peran walisongo bahkan sudah

    masuk ke ranah politik. Misalnya saja di Cirebon dan Banten, Sunan Gunung

    3 Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian I: Batas-batas Pembaratan. (Jakarta:

    Gramedia Pustaka Utama, 2005) h. 14.

  • 3

    Jati selain memainkan perannya sebagai juru dakwah penyebaran ajaran Islam

    di pulau Jawa, beliau juga sebagai pemimpin kerajaan Cirebon dan Banten.

    Pada zaman Rasulullah juga pernah terjadi perluasan wilayah ke luar

    Arab. yang merupakan kelanjutan dari firman Allah yang memerintahkan

    untuk berdakwah secara terang-terangan. Firman Allah tersebut yaitu:

    Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala

    apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-

    orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada

    (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu),(QS.

    Hijr[15] : 94-95).4

    Maksud dari ayat tersebut adalah Rasulullah SAW. Diperintahkan

    untuk menyebar luaskan Islam beserta ajarannya keberbagai wilayah guna

    menegakkan ketauhidan. Dengan meluaskan daerah kekuasaan, maka ajaran

    Islam akan selalu terjaga eksistensinya seiring dengan orang-orang non-

    muslim yang ingin menjatuhkan Islam. Dengan itu merupakan tonggak awal

    Rasulullah SAW untuk meluaskan ajaran Islam dengan di awalinya

    Rasulullah untuk hijrah ke Madinah. Perluasan wilayah selanjutnya

    dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin sampai Islam menguasai seluruh daerah

    Jazirah Arab.

    Begitupun kerajaan-kerajaan Islam yang yang berada di pulau Jawa

    juga melakukan hal tersebut. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa tidak terlepas

    dari perluasan wilayah guna eksistensinnya terhadap kerajaan lainnya. Pada

    masa kerajaan Demak terjadi perluasan wilayah ketika di pimpin oleh sultan

    Trenggono. Wilayah-wilayah yang menjadi kekuasaannya hampir seluruh

    pulau Jawa seperti Sunda Kelapa, Madiun, Blora, Surabaya, Pasuruan,

    4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV

    Penerbit J-ART, 2004), h. 286.

  • 4

    Lamongan, Blitar, Wirasaba, dan Kediri.5 Kemudian pada zaman kerajaan

    Mataram Islam pada saat masa kejayaan Sultan Agung yang sangat terkenal

    dengan keprajuritannya. Kerajaan Mataram berhasil melakukan perluasan

    wilayah dari rentang tahun 1615-1639. Wilayah-wilayah taklukannya antara

    lain Wirasaha, Lasem, Pasuruhan, Tuban, Madura, Surabaya, Giri

    Blambangan6. Serta berbagai kerajaan Islam lainnya juga melakukan ekspansi

    ke berbagai wilayah demi menguatkan eksistensi kerajaannya. Dalam proses

    perluasan wilayah dari kerajaan yang berlandaskan Islam tentunya tidak lepas

    dari penyebaran ajaran Islam itu pula. Wilayah yang akan dan telah menjadi

    taklukkannya akan dijadikan wilayah yang rakyatnya memeluk ajaran Islam.

    Pada setiap pemimpin mempunyai cara dan media dalam menyebarkan ajaran

    Islam di daerah yang akan dijadikan wilayah taklukkannya demi

    mempermudah dalam proses perluasan wilayah kerajaan dan perluasan ajaran

    Islam di tanah Jawa.

    Ketika kerajaan-kerajan Islam di Jawa melakukan perluasan wilayah

    ke berbagai daerah berjalan dinamis. Sebagaimana roda berputar, perluasan

    wilayah mengalami pasang-surut. Pada setiap perluasan wilayah kekuasaan

    Islam di Jawa memerlukan penggambaran mengenai perluasan wilayahnya

    atau dalam hal ini adalah peta daerah kekuasaan kerajaan tersebut. Namun

    suatu sejarah kerajaan dalam bentuk tulisan ataupun buku hanya

    menampilkan gambar (peta) yang masih minim informasi yang menceritakan

    penggambaran perluasan wilayah yang dikaji dalam ilmu Geografi

    menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Padahal data-data mengenai

    kewilayahan dalam Geografi menjadi data-data spasial yang berkaitan dengan

    menentukan posisi atau lokasi suatu wilayah.7 Sebuah peta sejarah yang

    dibuat menggunakan SIG akan mampu menjelaskan lokasi, persebaran,

    5 Ahmad Khalil, Islam Jawa, Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (Malang: UIN-Malang

    Press, 2008), h.62 6M. Yahya Harun, Kerajaan Islam Nusantara Abad XVI dan XVII, (Yogyakarta: Karunia

    Kalam Sejahtera, 1995), h. 26 7 Hadwi Soedjojo dan Akhmad Riqqi, Kartografi, (Bandung: ITB, 2012), h. 19

  • 5

    pergerakan, keluasan, bata-batas, dan hubungan dari unsur-unsur tersebut

    serta perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.8

    Ketika telah terjadi perluasan wilayah pada zaman Kerajaan Islam di

    pulau Jawa sebuah peta sangat diperlukan guna sebagai bukti masa puncak

    kejayaan dan bukti bahwa kerajaan Islam telah ada selain bukti-bukti

    peninggalan sejarah seperti makam Maulana Malik Ibrahim di Gersik Jawa

    Timur, menara Kudus, masjid Demak dan masjid Agung Kesepuhan di

    Cirebon dan lain-lain.9 Sebuah peta dapat memberikan informasi tentang

    cangkupan wilayah-wilayah yang pernah menjadi wilayah kekuasaan dari

    kerajaan yang pernah ada di pulau Jawa. Selain itu, peta juga dapat menarik

    pembaca, dikarenakan peta dapat menyajikan informasi secara ringkas dari

    sebuah runutan sejarah kerajaan Islam hanya dengan beberapa peta saja.

    Disisi lain peta sejarah dapat menjadi media visual dalam proses

    pembelajaran. Sudah banyak penelitian tentang tindakan kelas yang

    membuktikan bahwa media visual dapat menarik minat dan meningkatkan

    prestasi belajar siswa.

    Namun peta sejarah yang berkaitan tentang periodisasi perluasan

    wilayah kerajaan Islam di pulau Jawa masih sangat minim data dan informasi

    terutama yang sesuai dengan kajian kewilayahan Geografi. Atas dasar inilah

    peneliti tertarik dilakukannya penelitian tentang: PERIODISASI

    PERLUASAN WILAYAH KERAJAAN ISLAM DI JAWA DALAM

    PETA TEMATIK.

    B. Identifikasi Masalah

    Bedasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan berbagai

    masalah sebagai berikut :

    1. Masih sulitnya dalam memahami kronologi sejarah kerajaan secara umum.

    8 Gatot Ghautama, dkk, Pedoman Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Sejarah,

    (Jakarta: Departtemen Kebudayaan dan Priwisata, 2006), h. 1. 9Marwati Djoenoed Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia III: Zaman Pertumbuhan dan

    Perkembangan KerajaanKerajaan Islam di Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), Cet. II,

    h.51- 61.

  • 6

    2. Kontribusi Wali Songo dalam pemerintahan di kerajaan-kerajaan Islam di

    Pulau Jawa.

    3. Media yang digunakan dalam proses penyebaran ajaran Islam di tanah

    Jawa guna penyokong perluasan wilayah dari kerajaan Islam.

    4. Masih kurangnya suatu kajian peristiwa sejarah kerajaan yang berkaitan

    dengan kewilayahan yang dikaji dalam ilmu geografi.

    5. Masih kurangnya peta tematik sejarah yang dikaji dalam ilmu geografi

    yang berkaitan tentang sejarah perluasan wilayah kerajaan Islam di Pulau

    Jawa.

    C. Batasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas diperoleh

    gambaran permasalah yang begitu luas. Namun penulis menyadari adanya

    keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi

    batasan masalah secara jelas dan terfokus. Selanjutnya masalah yang menjadi

    obyek penelitian dibatasi pada studi literatur tentang kajian sejarah kerajaan

    Islam di pulau Jawa. Hal yang dikaji dalam studi literatur tentang kerajaan

    Islam di pulau Jawa yaitu periodisasi dari kerajaan Islam di pulau Jawa dan

    perluasan wilayah kerajaan Islam di pulau Jawa pada setiap periode berserta

    media/sarana yang digunakan oleh berbagai kerajaan Islam di Jawa dalam

    perluasan wilayahnya.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi tersebut, rumusan

    masalahnya sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah periodisasi perluasan wilayah kerajaan Islam di Jawa?

    2. Bagaimana pemetaan perluasan wilayah kerajaan Islam di Jawa dalam

    peta tematik?

    E. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

  • 7

    1. Untuk mengetahui bagaimana perluasan wilayah dari kerajaan-kerajaan

    Islam di Jawa pada setiap periodenya.

    2. Untuk mengetahui bagaimana pemetaan perluasan wilayah kerajaan

    Islam di Jawa dalam peta tematik.

    F. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoritis

    a. Bagi peneliti, memberikan wawasan tentang periodisasi kerajaan

    Islam di pulau Jawa dan peluasan wilayahnya dalam peta tematik.

    b. Bagi pembaca secara umum, penelitian ini memberikan informasi

    tentang periodisasi kerajaan Islam di pulau Jawa dan peluasan

    wilayahnya dalam peta tematik dan memberikan sumbangan berupa

    peta tematik.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi guru, akan menambah wawasan dan dapat menjadi media belajar

    dalam kegiatan belajar mengajar. Peta sangat berperan sebagai alat

    peraga dalam kegiatan mengajar di kelas, terutama untuk topik

    pelajaran yang berkaitan dengan wilayah, areal atau ruang (spasial)

    tertentu.

    b. Bagi pelajar dan mahasiswa, akan mempermudah dalam memahami

    dan mempelajari mata pelajaran Sejarah dan Geografi karena

    penelitian ini merupakan kajian sejarah yang berkaitan dengan

    geografi dalam hal lebih spesifik pada materi peta.

  • 8

    BAB II

    KAJIAN TEORITIK

    A. Acuan Teori

    1. Periodisasi

    a. Pengertian Periodisasi

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Periodisasi

    adalah pembagian menurut zamannya; penzamanan; pembabakan.1

    Periodisasi atau sebutan lainnya pembabakan waktu adalah salah satu

    proses strukturisasi waktu dalam sejarah dengan pembagian atas beberapa

    babak, zaman atau periode. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang begitu

    banyak dibagi-bagi dan dikelompokkan menurut sifat, unit, atau bentuk

    sehingga membentuk satu kesatuan waktu tertentu. Pembagian babakan

    waktu merupakan bagian dari inti cerita sejarah. Pembabakan atau

    periodisasi waktu adalah pembagian atas dasar pengelompokan, babakan

    zaman dan waktu tertentu di dalam cerita sejarah.2 Adapun tujuan dari

    periodisasi dalam suatu peristiwa sejarah antara lain:

    1) Memudahkan pengertian peristiwa sejarah

    2) Melakukan penyederhanaan

    3) Mengetahui peristiwa sejarah secara kronologis

    4) Untuk memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan

    5) Memudahkan klasifikasi dalam ilmu sejarah.3

    Terdapat beberapa faktor yang menjadi keriteria dalam menyusun

    konsep babakan waktu atau periodisasi, antara lain:

    1) Babakan waktu berdasarkan satuan waktu kronologis, artinya

    dalam penyusunan babakan waktu atau periodisasi berdasarkan

    1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta:

    Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1162. 2Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat, dan

    IPTEK (Cet. I, Jakarta, PT. RinekaCipta : 2002), h. 21 3 Ibid., h. 22-23

  • 9

    secara kronologis.

    2) Babakan waktu berdasarkan pergantian generasi, artinya dalam

    penyusunan babakan waktu atau periodisasi berdasarkan pada

    pergantian dari generasi ke generasi selanjutnya.

    3) Babakan waktu berdasarkan Dinasti (Wangsa), yaitu dalam

    penyusunan babakan waktu atau periodisasi berdasarkan pada

    waktu Dinasti tersebut berkuasa.

    4) Babakan waktu berdasarkan perjuangan, yaitu dalam

    penyusunan babakan waktu atau periodisasi berdasarkan pada

    hasil perjuangan manusia.

    5) Babakan waktu berdasarkan evolusionisme, yaitu dalam

    penyusunan babakan waktu atau periodisasi berdasarkan pada

    perubahan hidup manusia.

    6) Babakan waktu berdasarkan proses integrasi, yaitu babakan

    waktu atau periodisasi berdasarkan kepada pembauran hingga

    menjadi satu-kesatuan.4

    Periodisasi sejarah dapat menjadikan keteraturan dalam meyajikan

    peristiwa sejarah. Dalam sejarah terdapat keteraturan karena sejarah tidak

    disusun secara acak dan juga terulang sebagaimana diungkapkan oleh

    Suhartono Lhistorie se reperese bahwa sejarah tersebut selalu berulang-

    ulang polanya dalam waktu yang berbeda-beda.5 Periodisasi merupakan

    proses pembagian berdasarkan periode waktu tertentu yang membentuk

    pola agar lebih memudahkan dalam pemahaman suatu peristiwa sejarah.

    Selain itu dengan periodisasi atau pembabakan waktu yang disusun secara

    periode dapat terlihat urutan sejarah yang tersusun periodik.

    b. Konsep Susunan Periodisasi Sejarah Indonesia Menurut Para Tokoh

    1) Prof. Dr. Soekanto

    4 Ibid., h. 23-26

    5 Isa Ansari, Kekuasaan Jawa Dalam Struktur Kerajaan Islam dan Pewayangan: Sebuah

    Analisis Strukturlarisme Levi-Stauss, Jurnal Penelitian Seni Budaya, Vol. 2, 2010, h.47.

  • 10

    Prof Soekanto mempunyai konsep periodisasi sejarah

    Indonesia dengan susunan periodisasi sebagai berikut:

    a) Masa pangkal sejarah (dari rentang waktu tahun sebelum

    masehi sampai 0 tahun masehi)

    b) Masa Kutai-Kertanegara (dari rentang waktu 0 masehi

    sampai 600 M)

    c) Masa Sriwijaya-Medang-Singosari (dari rentang waktu 600

    M sampai 1300 M)

    d) Masa Majapahit

    e) Masa Kerajaan Islam

    f) Masa Aceh, Mataram, Makasar

    g) Masa pemerintahan asing, pada zaman ini terbagi kedalam

    lima rentang periode, antara lain:

    Zaman Kompeni (1800 M-1808 M)

    Zaman Deandles (1808 M-1811 M)

    Zaman British Government (1811 M-1816 M)

    Zaman Nederlands-India (1816 M- 1942 M)

    Zaman Nippon (1942 M-1945 M)

    h) Masa Republik Indonesia (1945 M- sekarang)6

    2) Konsep periodisasi Indonesia menurut Prof. Dr. Sartono

    Kartodirdjo sebagai berikut :

    a) Prasejarah

    b) Zaman Kuno

    Masa kerajaan tertua

    Masa Sriwijaya (dari abad VII-XIII atau XIV)

    Masa Majapahit (dari abad XIV sampai XV)

    c) Zaman Baru

    6 M. Dien Madjid dan N. Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar, (Jakarta: Kencana,

    2014), h. 54-55.

  • 11

    Masa Aceh dan Mataram, Makasar/Ternate/Tidore (sejak

    abad XVI)

    Masa perlawanan terhadap Imperialisme Barat (abad XIX)

    Masa Pergerakan Nasional (abad XX)

    d) Masa Republik Indonesia7

    Dalam konsep periodisasi sejarah yang ditulis di atas menurut

    tokoh adalah konsep yang dikemukakan berdasarkan pandangan masing-

    masih tokoh peneliti sejarah. Walaupun dari sudut pandang subjektif

    pada masing-masing tokoh, namun tetap mengikuti kaedah dan dasar-

    dasar dari konsep periodisasi yang ada.

    2. Perluasan Wilayah

    Perluasan tidak terlepas dari kaitannya dengan wilayah atau tempat

    yang diluaskan. Karena kata perluasan merupakan suatu usaha

    memperluas wilayah kekuasan. Hal ini didasarkan pendapat Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan yang mengartikan perluasan yaitu:

    a. Perihal meluaskan atau memperluas, kota; daerah kekuasaan

    b. Penambahan; aktiva tetap kepada yang sudah dimiliki oleh

    perusahaan.8

    Dalam Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan

    Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

    segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya

    ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.9

    Sedangkan menurut Rustiadi, dkk (2006), wilayah dapat didefinisikan

    sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana

    komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi

    secara fungsional. Sehingga batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik

    7 Ibid., h. 55.

    8 Sobri, Sri Kertanagara Dalam Usaha Mewujudkan Wawasan Dwipantara Tahun 1275-

    1292, Skripsi pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Bandar

    Lampung, Lampung, 2013, h. 11, tidak dipublikasikan. 9 Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 1 ayat 17

  • 12

    dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis.10

    Wilayah menjadi kajian

    geografi yang mendeskripsikan tempat dan mempunyai batasan-batasan

    yang jelas walaupun tidak secara fisik serta wilayah mempunyai sifat

    dinamis. Dinamis disini bisa jadi karena adanya interaksi alam dan

    manusia (antar) yang menyebabkan perubahan suatu wilayah ataupun

    luasan wilayah.

    Konsep wilayah klasik (Hagget, Cliff dan Frey, 1977 dalam

    Rustiadi dkk., 2006) mengenai tipologi wilayah, mengklasifikasikan

    konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu:

    a) wilayah homogeny (uniform/homogenous region);

    b) wilayah nodal (nodal region); dan

    c) wilayah perencanaan (planning region atau programming region).11

    Seperti dibahas di atas bahwa perluasan berkaitan dengan wilayah.

    Istilah lain dari perluasan wilayah yaitu ekspansi. Dalam Kamus Besar

    Bahasa Indonesia ekspansi adalah perluasan wilayah suatu negara dengan

    menduduki (sebagian atau seluruhnya) wilayah negara lain; perluasan

    daerah.12

    Jadi, perluasan wilayah atau ekspansi berarti melakukan

    kegiatan memperluas daerah atau suatu wilayah baik yang dilakukan

    manusia secara individu ataupun kelompok dengan mengambil atau

    mencaplok wilayah lain.

    3. Kerajaan Islam di Jawa

    a. Kerajaan Islam

    Kerajaan adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang

    raja biasanya berdasarkan garis keturunan. Istilah untuk pemerintahan

    yang beberntuk kerajaan disebur dengan monarki. Sistem kerajaan yang

    ada di dunia antara lain:

    10 Sulistiono, Model Pengembangan Wilayah Dengan Pendekatan Agropolitan (Studi Kasus

    Kabupaten Banyumas ), Tesis pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Bogor, Bogor

    2008, h. 14, tidak dipublikasikan. 11

    Ibid. 12

    Departemen Pendidikan Nasional, op. cit.,

  • 13

    1) Sistem Pemerintahan Monarki Absolut

    Sistem pemerintahan monarki absolute merupakan monarki

    yang bersifat autokrat, raja berkuasa dengan kekuatan

    sepenuhnya terhadap negara dan pemerintahan.

    2) Sistem Pemerintahan Monarki Konstitusional

    Monarki jenis ini merupakan sistem yang mengijinkan adanya

    perdana menteri dalam suatu negara. Pada pemerintahan ini,

    Raja berperan sebagai kepala Negara. Kemudian Perdana

    Menteri bersama dengan legislatif yang ada seperti parlemen

    mengurus negara atau sebagai kepala pemerintahan.13

    3) Sistem Pemerintahan Monarki Hereditary

    Monarki keturunan merupakan jenis monarki yang dimana raja

    atau pemegang kekuasaan tertinggi dialihkan berdasarkan aliran

    keturunan atau sering disebut sebagai aliran darah.

    4) Sistem Pemerintahan Monarki Pemilihan/Demokrasi

    Sistem ini merupakan monarki yang paling jarang ada di muka

    Bumi. Monarki pemilihan dulunya terjadi pada Kerajaan

    Romawi, Pada Polish-Lithuanian Commonwealth.14

    Sedangkan Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT

    kepada Nabi Muhammad SAW. Yang ajarannya bersifat fleksibel dan

    universal (rahmatan lil alamin).15

    Secara etimologi kata Islam berarti

    penyerahan diri kepada Allah SWT dan dalam pengertian syara Islam

    diartikan dengan tunduk dan patuh kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi

    Muhammad SAW.16

    Abdul al-Haqq berkata, kata Islam itu mempunyai

    implikasi penyerahan diri sepenuhnya terhadap kehendak Allah SWT.17

    13 Apa Pengertian Para Ahli, Sistem Pemerintahan Monarki dan Bentuk Pemerintahan

    Monarki, (http://www.apapengertianahli.com/2014/09/sistem-pemerintahan-monarki-dan-bentuk-

    pemerintahan-monarki.html), diakses pada 30 Maret 2015 14

    Ibid. 15

    Dewi Astuti, Kamus Populer Istilah Islam, (Kalil: Jakarta, 2014), h. 158. 16

    Abdul Fatah, dkk., Ensiklopedi Islam, (Departemen Agama: Jakarta, 1993), h. 477. 17

    Ibid.

    http://www.apapengertianahli.com/2014/09/sistem-pemerintahan-monarki-dan-bentuk-pemerintahan-monarki.htmlhttp://www.apapengertianahli.com/2014/09/sistem-pemerintahan-monarki-dan-bentuk-pemerintahan-monarki.html

  • 14

    Menurut Yusuf Qardawi agama Islam mempunyai beberapa ciri

    khusus antara lain: 1) Rabaniyyah, yaitu agama yang tujuan akhirnya

    berhubungan baik dengan Allah. Tujuan dan mengharapkan ridho-Nya. 2)

    Insaniyyah, yaitu agama yang sesuai dengan jiwa manusia. Semua perintah

    dan manfaatnya untuk dirinya sendiri. 3) Syumuliyyah, yaitu agama yang

    berlaku secara universal. Artinya agama yang berlaku bagi semua zaman,

    semua kehidupan dan semua tempat. 4) Wasatiyyah, yaitu agama yang

    mengajarkan pada pemelukknya agar tidak condong pada kehidupan

    materi saja akan tetapi dapat memperhatikan keseimbangan kehidupan

    dunia dan akhirat.18

    Dengan kata lain Islam sebagai agama yang mengatur

    hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antar manusia dengan

    ajarannya yang berlaku universal, selain itu Islam sebagai penyelaras

    antara kehidupan dunia dan akhirat dengan tujuan akhir mengaharapkan

    keridhoan Allah SWT sebagai pencipta.

    Dalam kerajaan Islam yang pernah ada, muncul berbagai pemimpin

    yang amanah dikarenakan para ulama berperan dalam kelangsungan

    kerajaan pada setiap periodenya. Tuntunan dan tuntutan agar pemerintahan

    yang baik terdapat di dalam Al-Quran. Allah berfirman dalam surat An-

    Nisa ayat 58 sebagai berkut:

    Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

    amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh

    kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya

    kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi

    pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah

    18 Rifni Nurdien, Makalah Konsep Islam, (www.kompas.com), diakses pada 19 Maret 2015.

    http://www.kompas.com/

  • 15

    adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S.An-Nisa [4]:

    58).19

    Tuntutan membentuk kerajaan yang adil yang mengikut landasan

    al-Quran dan Sunnah adalah tuntutan yang wajib. Disinilah pemimpin

    Negara (kerajaan) dan sekaligus pemimpin agama memainkan perannya

    dalam menjalakan isi ayat dari surat An-Nisa ayat 58. Kerajaan yang

    berlandaskan ajaran Islam berperan dengan pemimpin yang menjalankan

    syariat Islam agar menjadi pemerintahan yang adil. Maka terbentuklah

    kerajaan Islam dengan konstitusi dasarnya berdasarkan Al-Quran dan

    Hadits.

    Jadi, kerajaan Islam adalah bentuk pemerintahan berdasarkan asas

    dan hukum Islam yang dipimpin oleh seorang raja sebagai penguasa

    tertinggi bukan hanya sebagai pemimpin dalam aspek pemerintahan,

    namun ia juga sebagai pemimpin agama dan menjalankan segala macam

    jenis roda pemerintahan berdasarkan syariat Islam.

    b. Jawa

    Jawa adalah pulau salah satu pulau utama di Indonesia yang

    berpenduduk paling padat dan menjadi pusat politik dan ekonomi

    Nusantara sejak abad ke-13.20

    Dengan penduduk lebih dari 136 juta,21

    pulau ini berpenduduk terbanyak di dunia dan merupakan salah satu

    tempat terpadat di dunia. Meskipun hanya menempati urutan terluas ke-5,

    Pulau Jawa dihuni oleh 54,7 persen penduduk Indonesia.22

    Melihat dari segi sejarah mengenai penghuni dan nama dari pulau

    Jawa seperti yang diceritakan dari sumber surat kuno yang tidak beredar,

    yaitu Serat Asal Keraton Malang yang berasal dari daerah Turki, tetapi ada

    19 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV

    Penerbit J-ART, 2004), h. 88. 20

    Robet Cribb dan Audrey Kahin, Kamus Sejarah Indonesia, (Komunitas Bambu: Jakarta,

    2012), h. 204. 21

    Badan Pusat Statistik, Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000

    dan 2010, (http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267), diakses pada 18 Maret 2015. 22

    Armada Alisjahbana, Sebanyak 54,7 Persen Penduduk Terpusat di Jawa, 2014,

    (www.tempo.com).

    http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pulau_menurut_jumlah_pendudukhttp://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267

  • 16

    yang menyebut dari daerah Dekhan (India). Pada tahun 350 SM, Raja Rum

    pemimpin dari wilayah tersebut mengirim perpindahan penduduk

    sebanyak 20.000 laki-laki dan 20.000 perempuan yang dipimpin oleh Aji

    Keler. Jawa yang saat itu bernama Nusa Kendang ditemukan sebagai pulau

    yang ditutupi hutan dan dihuni tanaman yang dinamakan Jawi. Karena

    seluruh daratan pulau ini dipenuhi tanaman tersebut, maka ia memberi

    pulau ini dengan nama Jawi.23

    Banyak sejarah Indonesia berlangsung di

    pulau ini. Dahulu, Jawa adalah pusat beberapa kerajaan Hindu-Buddha,

    kerajaan Islam, pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, serta pusat

    pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pulau ini berdampak besar terhadap

    kehidupan sosial, politik, dan ekonomi yang pernah terjadi di Indonesia.

    4. Peta Tematik

    Secara umum peta merupakan gambaran konvensional dari

    sebagian permukaan bumi (fenomena geografikal) yang diperkecil seperti

    kenampakannya jika dilihat dari atas dengan tambahan tulisan-tulisan

    sebagai tanda pengenal.24

    Menurut ICA (International Cartography

    Association), Peta adalah gambaran konvensional yang dibuat dengan

    menggambarkan elemen-elemen yang ada dipermukaan bumi dan gejala

    yang ada hubungannya dengan elemen-elemen tersebut.25

    Peta mengandung arti komunikasi, maksudnya suatu proses

    memindahkan buah pikiran, pengetahuan, (knowlage) atau informasi dari

    seseorang kepada orang lain.26

    Jadi, dalam suatu saluran antara pengirim

    pesan yaitu orang yang membuat peta (kartografer) dengan penerima

    pesan (pembaca peta). Dengan demikian peta digunakan untuk mengirim

    pesan yang berupa informasi tentang realita yang berwujud berupa

    gambar. Agar pesan (gambar) tersebut dapat dimengerti maka harus ada

    23 Ahmad Khalil, Islam Jawa, Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (Malang: UIN-Malang

    Press, 2008), Cet. I, h. 38-39. 24

    Suhardjo, Kartografi Dasar (Jakarta: Unversitas Negeri Jakarta, 2007), h. 4. 25

    K. Endro Saryono dan Muhammad Nursaban, Kartografi Dasar, (Yogyakarta: Universitas

    Negeri Yogyakarta, 2010), h. 2. 26

    Hadwi Soedjojo dan Akhmad Riqqi, Kartografi, (Bandung: ITB, 2012), h. 34.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Hinduhttp://id.wikipedia.org/wiki/Buddhahttp://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hindia-Belandahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281945-1949%29

  • 17

    bahasan yang sama antara pembuat peta dan pembaca peta. Kartografer

    disini harus memahami apa yang hendak disampaikan pembuat peta

    kepada pembaca peta dengan menerjemahkannya dalam bahasa simbol

    agar pembaca dapat mengerti.

    Dalam dunia pendidikan peta sangat bermanfaat sebagai media

    pembelajaran. Dikutip dari hasil jurnal penelitian Nina Sundari dari UPI

    tentang penelitian tindakan kelas mendapatkan hasil temuan:

    Pemanfaatan media peta dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial,

    sangat efektif diterapkan di sekolah dasar. Pembelajaran lebih

    bermakna, karena siswa secara aktif terlibat dalam proses

    pembelajaran. Media peta sebagai alat pembelajaran yang dapat

    membatu guru dan siswa memudahkan pembelajaran yang abstrak

    menjadi konkret.27

    Dari hasil tersebut dapat kita sadari pemanfaatan peta bukan hanya

    untuk kalangan umum dan orang-orang yang berkecimpung dalam dunia

    kartografi, dari sekolah dasar pun peta dapat digunakan sebagai media

    pembelajaran sudah sangat dibutuhkan guna menunjang pembelajaran

    yang berkaitan dengan ilmu bumi.

    a. Pembagian peta

    1) Peta yang berdasarkan sumber datanya antara lain:

    a) Peta induk, yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung ke

    lapangan dan dilakukan secara sistematis. Peta induk dapat

    digunakan sebagai peta dasar untuk pemetaan topografi.

    b) Peta turunan, yaitu peta yang dibuat berdasarkan acuan yang

    sudah ada. Jadi, tidak diperlukan survey lapangan.28

    2) Peta berdasarkan skalanya peta dibagi menjadi empat jenis,

    yaitu:

    a) Peta Kadaster/Peta Teknik yaitu peta dengan skala 1 : 100

    sampai dengan 1 : 5000

    27 Nina Sundari, Pemanfaatan Media Peta dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran

    Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Dasar, Nomor 10, 2008, h. 3. 28

    Suhardjo, op. cit., h. 8.

  • 18

    b) Peta Berskala Besar yaitu peta dengan skala 1 : 5000 sampai

    dengan 1 : 250.000

    c) Peta Berskala Sedang yaitu peta dengan skala 1 : 250.000

    sampai dengan 1 : 500.000

    d) Peta Berskala Kecil yaitu peta dengan skala 1 : 500.000

    sampai dengan lebih kecil.29

    3) Peta berdasarkan dengan data yang disajikan

    a) Peta Rupabumi

    Peta rupabumi atau dahulu disebut peta topografi, yaitu peta

    yang menggambarkan bentang alam secara umum di permukaan

    bumi, dengan menggunakan skala tertentu. Peta-peta yang

    bersifat umum masuk dalam kelompok ini seperti peta dunia,

    atlas, dan peta geografi lainnya yang berisi informasi umum.30

    b) Peta Tematik

    Peta tematik adalah peta yang memuat tema-tema khusus untuk

    kepentingan tertentu, yang bermanfaat dalam penelitian, ilmu

    pengetahuan, perencanaan, pariwisata, peta kemampuan lahan,

    peta kesesuaian lahan, peta daerah rawan longsor, dan

    sebagainya.31

    4) Peta Berdasarkan Objeknya

    a) Peta Stasioner, yaitu menggambarkan keadaan permukaan

    bumi yang datanya bersifat tetap.

    b) Peta Dinamis, yaitu peta yang menggambarkan keadaan

    permukaan bumi yang datanya selalu berubah (dinamis).

    Peta sejarah dapat termasuk kedalam peta dinamis

    29 Sariyono, op. cit., h.7.

    30 Dedy Miswadi, Kartografi Tematik (Buku Ajar), (Lampung: Universitas Lampung, 2013),

    h.23. 31

    Ibid., h. 23-24.

  • 19

    dikarenakan baik ruang maupun waktu digambar, kita bias

    melihat pergerakan, proses, dan pembangunan.32

    b. Peta Tematik

    Peta tematik merupakan salah dari macam-macam jenis peta

    beradasarkan jenis data yang disajikan, dan kartografi adalah ilmu yang

    mempelajari bagaimana cara kita dalam membuat peta. Kemudian pada

    zaman sekarang ini pembuatan peta dapat diolah atau dibuat dengan

    aplikasi seperti ArcView 3.3 ataupun ArcGis 10.2. Dengan menggunakan

    aplikasi tersebut kita dapat membuat peta tematik secara digital.

    Peta tematik itu sendiri adalah suatu bentuk peta yang menyajikan

    unsur-unsur tertentu dari permukaan bumi sesuai dengan topik atau tema

    dari peta yang bersangkutan.33

    Peta tematik juga bisa disebut dengan peta

    khusus karena peta tematik hanya menyajikan data-data informasi dari

    suatu tema/konsep tertentu saja baik itu berupa data kualitatif maupun data

    kuantitatif. Peta tematik tercermin pada simbol-simbol yang tergambar

    pada peta tersebut.34

    Jadi, ketika kita ingin membuat peta tematik kita

    sesuaikan tema peta yang akan dibuat dengan simbol-simbol yang nanti

    akan disajikan dalam bentuk peta

    Karakteristik peta tematik tercermin dari simbol-simbol yang

    tergambar dari peta tersebut. Pada tema peta tematik, simbol-simbol

    digambar secara jelas dan menonjol agar tema peta dengan mudah dapat

    dibaca. Agar simbol dapat terlihat jelas dan menonjol kadang-kadang

    digambar lebih menonjol atau diberi warna-warni agar terlihat menarik.

    Pemberian nama pada peta tematik disesuaikan dengan simbol yang

    ditonjolkan pada peta. Peta tematik yang menonjolkan simbol-simbol

    iklim disebut peta iklim. Sedangkan peta tematik yang menonjolkan

    32 Ferjan Ormeling, Kartografi Tematik: Aspek Sosial dan Ekonomi, Terj. Agus Dwi Martono,

    (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 31. 33

    Hadwi Soedjojo dan Akhmad Riqqi, Kartografi, (Bandung: ITB, 2012), h. 24. 34

    Suhardjo, op. cit., h. 9.

  • 20

    penggambaran unsur penduduk disebut peta penduduk.35

    . Peta tematik

    memerlukan peta rupabumi sebagai peta dasar yang memuat detil-detil

    topografi seperti batas administrasi, jalan, sungai, dan informasi penting

    lainnya yang sesuai dengan tema peta yang dibuat. Namun kita dapat

    menghilangkan unsur-unsur tersebut dengan disesuaikannya pada tema

    yang kita inginkan dibuat peta.

    Untuk jenis peta tematik itu sendiri dapat dibagi menjadi dua dari

    segi cara pembuatannya, yaitu peta tematik manual dan peta tematik

    digital.

    1) Peta Tematik Manual

    Peta Tematik Manual adalah peta yang dibuat dengan tangan

    langsung yang disalin dari peta dasar kemudian di tumpangsusun

    (overlay) menurut simbol-simbol yang akan ditonjolkan sesuai

    dengan tema yang diinginkan. Dengan kata lain peta tematik manual

    merupakan peta yang dibuat tanpa bantuan teknologi komputer, hasil

    tangan sendiri sama seperti halnya kita menggambar, akan tetapi

    tetap menggunakan teknik-teknik tertentuk yang sesuai dengan

    kaidah kartografi.

    2) Peta Tematik Digital

    Peta tematik digital dibuat melalui Sistem Informasi Geografi (SIG).

    SIG merupakan salah satu produk ilmu komputer yang paling

    mutakhir saat ini. Pengertian tentang SIG sangat beragam. Hal ini

    sejalan dengan perkembangan SIG itu sendiri sejak pertama kali SIG

    dikembangkan oleh Tomlinson tahun 1967.

    Mural (1999) mengartikan SIG adalah sistem informasi yang

    digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil

    kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data

    bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung

    pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan

    35 Ibid., h. 91.

  • 21

    penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi,

    fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.36

    Contoh-contoh dari peta tematik antara lain:

    1) Peta Penduduk

    Peta penduduk adalah peta yang didalamnya dijelaskan data tentang

    penduduk baik secara kualitatif seperti peta tentang kepadatan

    penduduk dan kuantitatif seperti peta persebaran penduduk.37

    2) Peta Ekonomi

    Peta ekonomi adalah peta yang menggambarkan berbagai bentuk

    daya ekonomi yang meliputi: produksi, distribusi, dan konsumsi

    barang-barang suatu daerah.

    3) Peta Iklim

    Peta iklim adalah peta yang menggambarkan keadaan iklim pada

    suatu daerah tertentu. Peta tematik tentang iklim ini bisaanya

    dilengkapi dengan grafik curah hujan, grafik temperatur udara

    bulanan, dan grafik tekanan udara.

    4) Peta Sejarah

    Peta sejarah adalah peta yang menggambarkan wilayah suatu negara

    pada waktu tertentu atau pada pemerintahan tertentu. Berdasarkan

    peta sejarah kita dapat mengetahui wilayah pada suatu negara pada

    priode tertentu sesuai dengan tema yang disajikan oleh pembuat peta

    tersebut. Peta sejarah dapat menyajikan sebagai dasar untuk

    penelitian sejarah dan dapat sebagai alat pengiriman pengetahuan

    tetang masa lampau.38

    Kelebihan dari peta tematik terletak pada pembuatan peta tematik

    aturan-aturan baku seperti pada peta rupabumi tidak diterapkan. Peta

    tematik lebih bersifat sederhana dan simpel, dan faktor subjektivitas dari

    36Muhamad Jafar Elly, Sistem informasi Geografi : Menggunakan Aplikasi Arcview 3.2 dan

    ERMapper 6.4 (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), Cet. I, h. 3. 37

    Suhardjo, op. cit., h. 96. 38

    Ormeling, loc. cit.

  • 22

    pembuat peta sangat menentukan. Ide desain dan faktor seni dari pembuat

    peta sangat mempengaruhi hasil peta tematik yang dibuat. Kerapihan,

    ketelitian, dan seni dari pembuat peta menentukan peta tematik yang

    dihasilkan.39

    Disamping kelebihan terebut terkadang bisa jadi kekurangan

    jika informasi yang disampaikan atau yang terdapat dalam peta tematik

    tersebut membuat para pembaca kebingungan dengan informasi yang ada,

    terutama masyarakat awam. Dikarenakan judul atau simbol-simbol yang

    menjadi tema kurang dimengerti oleh pembaca.

    B. Penelitian yang Relevan

    1. Maulana Kastari, Kesultanan Islam Pajang; Studi Tentang Pekembangan

    Kesultanan Pajang Masa Sultan Hadiwijaya.40

    Skripsi ini membahas tentang historis latar belakang berdirinya

    Kesultanan Islam Pajang serta perkembangannya, dan juga mengenai

    asal-usul Hadiwijaya atau Jaka Tingkir yang menjadi Sultan Pajang.

    Disamping itu juga, untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi

    di wilayah pedaleman Jawa Tengah, setelah Sultan Hadiwijaya

    mengalihkan kekuasaanya dari Demak ke Pajang. Penulisan Skripsi ini,

    menggunakan penelitian studi kepustakaan, yaitu, dengan menghimpun

    informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang penulis sedang

    teliti. Dengan mengumpulkan sumber-sumber tertulis dari buku, baik

    primer maupun sekunder yang tentunya, berkaitan dengan judul skiripsi

    yang penulis buat.

    Hasil dari penelitian studi pustaka tersebut, bahwa latar belakang

    berdirinya Kesultanan Islam Pajang dikarenakan adanya relasi politik,

    konflik, serta hak politik, yang menjadikan Pajang bermula hanya sebuah

    kadipaten menjadi sebuah Kesultanan, dan mengalihkan pusat

    kekuasaannya dari Demak (pesisisr) ke Pajang (pedaleman), sehingga

    39 Dedy Miswadi, Kartografi Tematik (Buku Ajar), (Lampung: Universitas Lampung, 2013), h.

    30. 40

    Maulana Kastari, Kesultanan Islam Pajang; Studi Tentang Pekembangan Kesultanan Pajang

    Masa Sultan Hadiwijaya, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

  • 23

    mempengaruhi perkembangan Islam di pulau Jawa, khususnya di

    pedaleman. Peralihan itu juga, mempengaruhi terhadap keagamaan,

    kesenian, ekonomi serta politik pada masa itu.

    2. Eni Mufidatul Izza, Sejarah Keprajuritan Kesultanan Mataram.41

    Skripsi ini membahas tentang sejarah keprajuritan pada masa

    Kesultanan Mataram. Dalam sejarah, tercatat bahwa Kesultanan Mataram

    diakui sebagai kerajaan Islam pertama yang berpusat di pedalaman.

    Meski sebenarnya Pajang telah memulainya terlebih dahulu. Penulisan

    Skripsi ini, menggunakan penelitian studi kepustakaan, yaitu, dengan

    menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang

    penulis sedang teliti. Dengan mengumpulkan sumber-sumber tertulis dari

    buku, baik primer maupun sekunder yang berkaitan dengan judul skiripsi

    yang penulis buat.

    Hasil dari penelitian studi pustaka tersebut, bahwa kehebatan dari

    prajurit Mataram berawal dari sistem perekrutan prajurit,

    mengklasifikasikan prajurit, sistem logistik dalam peperangan, dan

    strategi yang baik dengan dipimping oleh pemimpin yang handal dalam

    strategi peperangan.

    3. Edi Iskandar, Sistem Informasi Geografi Untuk Pemetaan Daerah Rawan

    Gempa Tektonik dan Jalur Evakuasi Di Yogyakarta, STMIK El Rahma,

    2012 http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/bppki-yogyakarta.42

    Jenis jurnal penelitian yang dilakukan adalah merekayasa sistem

    informasi geografis diawali dari pengumpulan data yaitu mengumpulkan

    data daerah rawan gempa tektonik khususnya di Daerah Istimewa

    Yogyakarta yang dibagi dalam tiga zona (zona merah, zona kuning dan

    zona hijau), data jalur evakuasi bagi korban gempa kemudian melakukan

    41 Eni Mufidatul Izza, Sejarah Keprajuritan Kesultanan Mataram, Skripsi UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta, 2005. 42

    Edi Iskandar, Sistem Informasi Geografi Untuk Pemetaan Daerah Rawan Gempa Tektonik

    dan Jalur Evakuasi Di Yogyakarta, Jurnal Penelitian IPTEK-KOM, Vol. 14, 2012.

  • 24

    digitasi peta ke dalam layerlayer yang dibutuhkan untuk pemetaan

    daerah rawan gempa dan jalur evakuasi bagi korban gempa. Tahap

    selanjutnya membuat perancangan sistem, meliputi rancangan data

    spasial dan non spasial, rancangan database dan sistem alur data,

    rancangan user interface dan rancangan pencarian rute terpendek,

    tahapan berikutnya melakukan penulisan program dimana hasil

    rancangan dituangkan ke dalam instruksiinstruksi yang dikenali oleh

    komputer melalui bahasa pemrograman dan terakhir adalah tahap

    pengujian.

    Hasil temuan:

    Sistem Informasi Geografis Pemetaan Daerah Rawan Gempa

    Tektonik di Daerah Istimewa Yogyakarta serta jalur evakuasi

    korban gempa mampu menyajikan peta daerahrawan gempa (sesuai

    zona), jugamampu mengupadate status zona dan menambahkan

    kriteria zona sesuai dengan kejadian gempa terakhir.

    Sistem Informasi Geografis Pemetaan Daerah Rawan Gempa

    Tektonik di Daerah Istimewa Yogyakarta serta Jalur Evakuasi

    Korban Gempa memiliki kemampuan mencarikan rute terpendek

    dari jalur yang akan dilalui, sehingga dapat membantu mengambil

    keputusan untuk penentuan jalur evakuasi korban gempa dengan

    menggunakan algoritma Dijkstra.

    Sistem Informasi Geografis Daerah Rawan Gempa Tektonik

    memiliki kelemahan yaitu pada analisis rute terpendek, pada sistem

    ini belum mampu mempertimbangkan faktor kemacetan suatu

    jalan, faktor kecepatan kendaraan dan belum mampu mendeteksi

    GPS dan BTS Seluler untuk menentukan posisi lokasi akses.

    C. Kerangka Berfikir

    Periodisasi digunakan dalam suatu peristiwa sejarah, tidak terkecuali

    sejarah kerajaan Islam di Jawa. Karena sejarah kerajaan pastinya mengalami

    berbagai periode. Pada setiap periode muncul kerajaan baru yang merupakan

    kelanjutan dari periode sebelumnya. Periode-periode tersebut harus dicermati

  • 25

    lebih mendalam Gunanya agar kronologi suatu sejarah dapat dipahami oleh

    masyarakat banyak.

    Dari sejarah Kerajaan Islam di pulau Jawa didapat berbagai fase

    (periodisasi) yang menceritakan berbagai hal yang terdapat dalam perjalanan

    kerajaan-kerajaan yang terdapat di pulau Jawa. Peluasan wilayah kekuasaan

    adalah suatu target dalam mencapai kejayaan pada masa silam. Dengan

    luasnya wilayah, dapat juga dikatakan adalah puncak kejayaan pada kerajaan-

    kerajaan tersebut, begitupun sebaliknya. Aspek perluasan wilayah dapat

    menjadi simbol kemajuan pada masa itu. Dengan peta perluasan wilayah

    dapat menjadi bukti sejarah dari kerajaan-kerajaan Islam di pulau Jawa telah

    berjaya dan berjasa dalam penyebarluasan dari ajaran Islam di nusantara.

    Maka demi menunjukan bahwa kerajaan Islam di pulau Jawa telah berjaya

    dan berjasa dalam penyebarluasan ajaran Islam sampai sekarang maka

    diperlukan suatu bukti yaitu berupa peta tematik yang terkait perluasan

    wilayah pada masa Kerajaan Islam di Pulau Jawa.

  • 26

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Objek dan Waktu Penelitian

    1. Objek Penelitian

    Objek penelitian kali ini berdasarkan kepada peristiwa sejarah

    kerajaan Islam yang pernah berkuasa di pulau Jawa yang terkait dengan

    perluasan wilayahnya serta berbagai media/sarana yang digunakan dalam

    perluasan ke berbagai daerah. Ditambah lagi dengan analisis wilayah dari

    perluasan wilayah tersebut yang nantinya akan dipetakan kedalam peta

    tematik untuk setiap periode perluasannya.

    2. Waktu Penelitian

    Adapun jadwal penyusunan skripsi dengan alokasi waktu tertera

    dalam tabel sebagai berikut:

    Tabel 3.1

    Alokasi Penyusunan Skripsi

    No. Jenis Kegiatan

    (Proposal Skripsi)

    Bulan Minggu ke-

    November 14 Desember 14

    1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

    1. Penyusunan proposal

    2. Pengumpulan proposal

    3. Seminar Proposal

    4. Revisi Proposal

    5. Pengumpulan Revisi Proposal

    No. Jenis Kegiatan

    (Skripsi)

    Bulan Minggu ke-

    Januari 15 Februari 15

    1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

    1. BAB I

    Latar Belakang dan;

    Perumusan Masalah

    2. BAB II

    Menyusun Kajian Teori

    Mencari Penelitian Relevan

    3. BAB III

    Merancang Metodologi Penelitian

    4. BAB IV

  • 27

    Mencari Sumber Sejarah (Buku)

    Kritik Terhadap Sumber Sejarah

    Interpretasi Sumber Sejarah

    Historiografi penelitian Sejarah

    5. BAB V

    Menarik Kesimpulan dan Saran Penelitian

    B. Metode Penelitian

    Penelitian skripsi pada kali ini merupakan kajian sejarah, sehingga

    pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan sejarah dan metode

    yang digunakan adalah deksriptif-analisis. Maksudnya poin-poin penting

    yang akan dipaparkan sesuai dengan bentuk, kejadian, suasana dan masanya

    pada saat peristiwa tersebut terjadi. Adapun analisa pada perluasan wilayah

    kerajaan Islam yang ada di Jawa pada setiap periodenya. Kemudian hasil data

    spasialnya dianalisis berdasarkan cakupan wilayah kekuasaannya, lalu

    menjadi data atribut dan diimplementasikan pada peta tematik sebagai

    gambaran peta berupa hasil cetakan (hard copy) dan juga dalam bentuk

    digital (soft copy).

    Adapun jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini

    adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian berdasarkan

    pada sumber tulisan utama, seperti buku, dokumen, jurnal, dan makalah yang

    merekam dan memberi informasi tentang objek yang akan diteliti.

    1. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data atau sumber informasi yang terkait dengan

    objek penelitian, sebagai langkah awal, dilakukan dengan mencari data-

    data dibeberapa perpustakaan di daerah Jakarta seperti perpustakaan UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Universitas Indonesia,

    Perpustakaan Nasional, dan lain-lain.

    Setelah berbagai data sumber diperoleh dan dihimpun rapih,

    selanjutnya peneliti melakukan klasifikasi data berdasarkan topik dan

    permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian dan penulisan ini,

    sebelumnnya penulis juga harus menguji terlebih dahulu kevalidan dan

  • 28

    keotentikkan data dan sumber informasi yang diperoleh dengan

    melakukan kritik, serta memilih dan memilah data yang sesuai dengan

    objek penelitian.

    Akumulasi dari data-data tersebut kemudian dianalisa. Setelah

    pengujian dan analisa dilakukan, maka selanjutnya penulis

    mensintesiskan fakta-fakta yang ada. Setelah itu, baru dilakukan

    penulisan sejarah (historiografi) secara kronoligis, yaitu penulisan sejarah

    yang dipaparkan sesuai dengan periodisasi periodisasi peristiwa sejarah

    yang sesuai dengan kaedah penulisan karya ilmiah. Adapun sumber

    pedoman yang digunakan dalam penulisan hasil penelitian ini adalah

    buku pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

    dengan harapan bahwa penulisan ini tidak hanya baik dalam segi isi,

    tetapi juga baik dalam metode penulisan.

    2. Analisis Data

    Analisis dalam penelitian kali ini adalah analisis terhadap buku-

    buku yang berkaitan dengan tema penelitian kali ini tentang bagaimana

    periodisasi kerajaan Islam di Jawa menggunakan analisis sejarah dan

    analisis pemetaan. Analisis pada library research yaitu menguraikan

    sumber-sumber sejarah untuk memperoleh fakta sejarah. Analisis

    ditempuh untuk memperoleh penjelasan ataupun bukti tentang perluasan

    wilayah berdasarkan kajian pustaka dengan tahapan-tahapan sebagai

    berikut:

    a. Tahap mencari sumber, yaitu tahap menemukan dan menghimpun

    sumber-sumber yang diperlukan mengenai sejarah kerajaan Islam di

    Jawa. Khususnya pada periodisasi perluasan wilayah kerajaan Islam

    di Jawa beserta media yang digunakannya. Penulis juga

    mendasarkan diri pada penelitian kepustakaan yang mayoritas terdiri

    atas karya-karya yang ditulis oleh para ilmuwan yang memberi

    perhatian pada sejarah Kerajaan Islam di Jawa

    b. Tahap kritik sejarah, yaitu tahap menganalisis, mengkritisi, dan

    mensintesiskan berbagai sumber sejarah yang telah didapat.

  • 29

    c. Tahap interpretasi, yaitu tahap pemberian pandangan terhadap

    sumber sejarah

    d. Tahap penyajian, yaitu tahap penulisan (historiografi) sejarah.

    Pemahaman yang diperoleh setelah melalui beberapa tahap ditransfer

    dalam bentuk tulisan dengan metode deduktif.1

    Setelah melakukan dianalisis kesejarahannya, kemudian

    dilanjutkan dengan analisis pemetaannya. Analisis pemetaan yaitu

    pemetaan dengan menganalisis perluasan wilayahnya sesuai dengan

    posisi atau lokasi wilayah yang pernah menjadi daerah kekuasaan pada

    masing-masing kerajaan Islam di Jawa pada setiap periodenya.

    C. Fokus Penelitian

    Pada penelitian kali berdasarkan studi pustaka (library research) ini di

    fokuskan kepada sejarah perluasan wilayah kerajaan Islam di Jawa pada

    setiap periodenya beserta media yang digunakan dalam perluasan wilayah

    tersebut. Selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap perluasan wilayah tersebut

    di dalam peta tematik.

    D. Prosedur Penelitian

    Pada penelitian kali ini ada prosedur-prosedur yang dilaksanakan dari

    mulai dari menentukan latar belakang penelitian sampai dengan penarikan

    kesimpulan dari penelitian ini. Prosedur pada penelitian kali ini sebagai

    berikut:

    1. Menentukan dan membuat latar belakang hingga perumusan masalah

    penelitian

    2. Mencari penelitian yang relevan

    3. Merancang metodologi penelitian

    4. Mencari sumber/buku-buku relevan dengan penelitian

    5. Kritik terhadap sumber sejarah

    6. Pemeberian pandangan terhadap sumber sejarah penelitian

    1 Saefur Rochmat, Ilmu Sejarah, (Cet. I : Yogyakarta, Graha Ilmu, 2009), h. 147-151

  • 30

    7. Historiografi penelitian

    8. Menarik kesimpulan atas penelitian yang dilakukan

    Skema Penelitian

    Data Atribut Data Spasial

    Mencari buku-buku

    yang relevan

    Analisis dan kritik buku

    (library research)

    Data (library research)

    digunakan sebagai data atribut

    Pemetaan

    Pemetaan Periodisasi

    Hasil: Peta Tematik

  • 31

    BAB IV

    TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Periode Kerajaan Demak

    Secara geografis Demak terletak di tepi selat diantara Pegunungan

    Muria dan Jawa dengan lingkungan alamnya yang subur yang semula

    kampung, babad lokal yang disebut Gelagahwangi.1 Letak wilayahnya sangat

    menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian. Mengenai nama

    Demak, menurut Prof. Dr. R. Ng. Poebatjaraka, Demak berasal dari bahasa

    Jawa delemak atau damelak yang artinya adalah tanah lumpur.2 Tempat

    tersebut konon dijadikan permukiman muslim oleh Raden Patah atas petunjuk

    salah satu wali songo yaitu Sunan Ampel. Islam mulai berkembang seiring

    dengan melemahnya posisi kerajaan Majapahit yang memberikan peluang

    kepada penguasa-penguasa Islam di pesisir untuk membangun pusat-pusat

    kekuatan yang independen.3

    1. Raja-raja Demak yang Pernah Berkuasa

    a. Raden Patah

    Raden Patah adalah putra raja Majapahit yang terakhir (dari

    zaman sebelum Islam), yang dalam lagenda-lagenda bernama Prabu

    Brawijaya. Ibu Raden Patah konon seorang putri Cina dari keraton raja

    Majapahit. Waktu hamil putri itu dihadiahkan kepada seorang anak

    emasnya yang menjadi gubernur di Palembang. Di kota itulah Raden

    Patah dilahirkan.4 Raden Patah bergelar Senapati Jimbun Ningrat

    1 Marwati Djoened Poesponegoro, dan Nugroho Notosusanto (eds.), Sejarah Nasional

    Indonesia III: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia,

    (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), Cet.II, h. 50. 2 Chusnul Hayati, dkk., Peran Ratu Kalinyamat Di Jepara Pada Abad XVI, (Jakarta: CV. Putra

    Prima, 200), hal. 4. 3 Ahmad Khalil, Islam Jawa, Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (Malang: UIN-Malang

    Press, 2008), h. 61 4 H.J De Graaf dan Th. Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa: Tinjauan Sejarah Politik

    Abad XV dan XVI, Terj. dari De Eerste Moeslimse Vorstendommen op Java, Studien over de

    Staatkundige Geschiedenis van de 15 de en 16 Eeuvv, oleh Pusaka Utama Grafiti dan KITLV,

    (Jakarta: PT Pusaka Utama Grafiti, 1989), Cet. III, h. 41.

  • 32

    Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.5 Di

    bawah pimpinan sunan Ampel, para ulama sebagai pemimpin spiritual

    dan sosial bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi raja pertama

    Demak. Pemerintahan Raden Patah berlangsung kira-kira di akhir abad

    15 sampai awal abad ke 16, atau tepatnya dari tahun 1481 sampai dengan

    1507.6

    b. Pati Unus

    Pati Unus menjadi raja Demak selanjutnya. Ia adalah anak dari

    Raden Patah. Pati Unus memerintah Demak ketika umurnya baru 17

    tahun. Dia dikenal dengan julukan Pangeran Sebrang Lor (sebrang

    artinya menyeberang, dan Lor artinya utara). Nama tersebut dikenal

    dikarenakan dalam usahanya mengusir Portugis dengan mengirim

    armada Demak ke Malaka pada tanggal 1 Januari 1513.7

    c. Sultan Trenggana

    Sultan Trenggana adalah anak dari Raden Patah yang berasal dari

    istri pertama, putri dari Sunan Ampel. Pada awal menjadi sultan, terjadi

    perebutan antara Pangeran Trenggana dengan Pangeran Sekar. Namun,

    Pangeran Sekar akhirnya dibunuh oleh Pangeran Prawata dengan motif

    nantinya dapat menjadi raja Demak kelak menggantikan ayahnya.8

    Walaupun diawali dengan intrik politik, Sultan Trenggana akhirnya naik

    tahta menjadi raja Demak yang ketiga setelah dilantik oleh Sunan

    Gunung Jati, dan mendapatkan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.9

    Kerajaan Islam mencapai puncak kejayaannya pada masa

    pemerintahan Sultan Trenggana dimulai ketika ia naik tahta tahu 1521

    sampai pada kematiannya pada tahun 1546.10

    Pada masanya Islam

    meluas ke seluruh Jawa, namun nahas dalam usahanya untuk

    5 Agus Sunyoto, Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, (Jakarta: Transpustaka,

    2011), h. 208. 6 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RaJawali Press, 2008), h. 211

    7 Hayati, op. cit., hal. 8.

    8 Ibid., h. 13.

    9 Khalil, op.cit., h. 62.

    10 Hasanu Simon, Misteri Syekh Sti Jenar: Peran Wali Songo Dalam Mengislamkan Tanah

    Jawa, (Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 2007) Cet. IV, h. 436.

  • 33

    memasukkan kota pelabuhan yang belum memeluk agama Islam masuk

    ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal. Sultan Trenggana

    terbunuh pada tahun 1546 pada saat ekspedisi ke Panarukan di ujung

    timur Jawa tersebut.11

    d. Sunan Prawoto

    Penerus kepemimpinan Demak selanjutnya dilanjutkan oleh

    Sunan Prawoto yang terkenal dengan seseorang yang ahli dalam bidang

    agama. Dia juga merupakan anak dari Sultan Trenggana yang berperan

    dalam pengangkatan ayahnya menjadi raja Demak yang ketiga. Pada

    awalnya dia mempunyai ambisi melanjutkan usaha ayahnya dalam

    menaklukan pulau Jawa. Namun ambisinya tidak dapat terlaksana. Masa

    pemerintahan Sunan Prawoto tidak berlangsung lama, dari tahun 1546

    sampai dengan 1549.12

    2. Perluasan Wilayah Kerajaan Demak

    Raden Patah adalah pemimpin pertama yang berkuasa di kerajaan

    Demak. Pada masa pemerintahan Raden Patah, wilayah kekuasaan

    kerajaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu (Gresik),

    Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Disamping itu,

    kerajaan Demak juga memiliki pelabuhanpelabuhan penting di pesisir

    utara Jawa yang berkembang menjadi pelabuhan penghubung. Islam

    kemudian berkembang menjadi agama resmi untuk kerajaan, dan mulai

    menyebar ke beberapa wilayah di Jawa dan sekitarnya.13

    Pemerintahan Demak dilanjutkan oleh anaknya yang bernama

    Pati Unus alias Sebrang Lor. Ketika pada masa pemerintahan Pati Unus,

    Kerajaan Demak melanjutkan ingin menguasai Malaka yang sudah

    diduduki oleh Portugis, namun ia gagal. Tidak lama setelah menyerbuan

    ke Malaka, ia meninggal dikarenakan sakit paru-paru.14

    Pemerintahan

    11

    De Graaf, op.cit., h. 46 12

    Hayati, dkk., op. cit., h. 12. 13

    Soedjipto Abimanyu, Babad Tanah Jawi, (Jogjakarta: Laksana, 2014), Cet. I, h. 296. 14

    Thomas Stamford Rafles, The History of Java, Terj. Eko Prasetya Ningrum, Nurhayati

    Agustin, dan Idda Qoryati Mahbubah, (Yogyakarya: Penerbit Narasi, 2008), Cet. I, h. 489.

  • 34

    selanjutnya diteruskan oleh adiknya sendiri yaitu Sultan Trenggana.

    Walaupun mendapatkan masalah ketika naik tahta, Sultan Trenggana lah

    yang berhasil menghantarkan Kerajaan Demak kedalam masa jayanya.

    Pada masa Sultan Trenggana, daerah kekuasaan Demak meliputi hampir

    seluruh Jawa serta sebagian besar pulau-pulau lainnya.15

    Aksi-aksi militer yang dilakukan oleh Sultan Trenggana berhasil

    memperkuat dan memperluas kekuasaan Demak. Di tahun 1527, tentara

    Demak menguasai Tuban, setahun kemudian menduduki Wirasari

    (Purwodadi, Jawa Tengah), dan tahun 1529 menguasai Gagelang

    (Madiun sekarang). Daerah taklukan selanjutnya adalah Medangkungan

    (Blora) pada tahun 1530, Surabaya (1531), dan Pasuruan (1535). Pada

    tahun 1541 dan 1542 Demak sudah berkuasa di Lamongan, Blitar, dan

    Wirasaba, wilayah Gunung Penanggungan (1543), dan tahun 1544

    Mamenang (Kediri).16

    Sedangkan untuk wilayah Jawa Tengah bagian

    pedalaman hingga ke selatan (Pajang, Pengging, dan Mataram) perluasan

    tidak dilakukan dengan cara kekerasan.17

    Perluasan di wilayah bagian barat pulau Jawa, kekuatan militer

    Demak juga merajalela. Pada tahun 1527, Demak berhasil merebut Sunda

    Kelapa dari Pajajaran (kerajaan Hindu di Jawa Barat) dengan panglima

    perang andalan Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai

    (Sumatera), yang juga menjadi menantu Sultan Trenggana. Serta

    menghalau tentara tentara Portugis yang akan mendarat di sana.18

    Dengan jatuhnya Pajajaran, Demak dapat mengendalikan Selat Sunda.

    Melangkah lebih jauh, Lampung sebagai sumber lada di seberang selat

    tersebut juga dikuasai dan diislamkan. Ekspansi wilayah kemudian

    dilanjutkan ke daerah Jawa Barat dari rentang tahun 1522-1527. Dengan

    15

    Abimanyu, op.cit., h. 315. 16

    H.J De Graaf dan Th. Pigeaud, op.cit., h. 65-66 17

    Ibid., h. 69. 18

    Hayati, op.cit., h. 11.

  • 35

    rentang tahun tersebut Banten dan Cirebon berhasil menjadi wilayah

    kekuasaan Demak.19

    Namun nahas, Sultan Trenggana terbunuh ketika melakukan

    ekspedisi ke Panarukan, Jawa Timur.20

    Meninggalnya Sultan Demak,

    Tranggana, secara mendadak dalam ekspedisi melawan Pasuruan

    (Panarukan) diujung timur Jawa pada tahun 1546, telah mengakibatkan

    timbulnya kekacauan dan pertempuran antara para calon pengganti raja.21

    Akhirnya Demak dipimpin oleh Sunan Prawoto sebagai raja keempat,

    anak dari Sultan Trenggana. Namun pada masa ini Demak hanya sibuk

    dalam urusan internal kerajaan. Terjadi perebutan kekuasaan yang

    merupakan buntut dari masalah sebelumnya ketika awal kenaikan tahta

    Sultan Trenggana.22

    Jadi kerajaan Demak tidak sempat melakukan

    perluasan wilayah, bahkan ada beberapa kerajaan yang membangkang

    dan lepas dari kerajaan Demak. Pergolakan di internal pemerintahan

    terus terjadi sampai terbunuhnya Sunan Prawoto oleh Aria Panangsang.23

    3. Media Perluasan Islam

    Berbagai cara dilakukan dalam perluasan wilayah dan pengaruh

    ajaran Islam selain dengan cara kekerasan atau peperangan. Berikut cara

    atau media lain selain peperangan yang digunakan kerajaan Demak

    dalam memperluas wilayah dan pengaruh Islam:

    a. Perkawinan

    Hubungan kekerabatan juga berpengaruh pada masa kerajaan

    Demak guna memperkuat diplomasi yang dilakukan kerajaan Demak.

    Untuk kerajaan Cirebon, kerajaan Demak Demak mempunyai hubungan

    kekerabatan yang diikat dengan perkawinan. Seperti Pangeran

    Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ayu Kirana, putri

    19

    Ibid. 20

    Abimanyu, op.cit., h. 320. 21

    De Graaf., op. cit., h. 85. 22

    Hayati, op.cit., h.12. 23

    Ibid., h. 14.

  • 36

    Raden Patah, dan Ratu Ayu, putri Sunan Gunung Jati dengan Pangeran

    Sebrang Lor, putra Raden Patah.24

    b. Perdagangan

    Kerajaan Demak mempunyai lokasi yang strategis dalam

    menjadikan kerajaan yang berorientasi kemaritiman. Pada masa Demak

    dibangun pelabuhan-pelabuhan seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan,

    dan Gresik sebagai jalur penghubung dan tempat transit bagi para

    pedagang guna menyaingi Malaka yang telah dikuasai oleh Portugis.25

    c. Pendidikan

    Pada masa Demak dimulai pendirian pesantren-pesantren,

    tepatnya didiran oleh Sunan Ampel di Ampel Denda Surabaya, dan

    Sunan Giri di Gresik. Pesantren sebagai tempat menimba ilmu agama dan

    hasil dari didikan pesantren mempunyai kewajiban melanjutkan apa yang

    diperjuangkan guru-gurunya.26

    d. Seni dan budaya

    Guna memperkuat ketauhidan umat Islam kala itu, Raden Patah

    bersama Wali Sanga merancang dan mendirikan masjid Agung Demak

    yang karismatik. Pada masjid Agung Demak diberi gambar serupa bulus

    yang mencerminkan tanggal didirikannya Masjid tersebut pada 1401

    saka. Pada atap masjidnya terdapat tiga bagian yang melambangkan

    iman, islam, dan ihsan.27

    Selain itu pada kesenian, wayang juga

    berkembang sebagai media dakwah dengan berbagai perubahan

    (akulturasi), sehingga apapun didalam kesenian wayang sudah

    bernafaskan Islam.28

    Gamelan digunakan sebagai penarik masyarakat

    agar pergi ke masjid Agung Demak yang dibunyikan siang (Dzuhur) dan

    malam (Isya sampai tengah malam).29

    24

    Adeng, dkk, Kota Dagang Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutra, (Jakarta: Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996), h. 31. 25

    Abimanyu, op.cit., h. 296. 26

    Khalil, op.cit., h. 77. 27

    Abimanyu, op.cit., h. 28

    Sunyoto, op.cit., h. 216. 29

    Ibid., h. 218.

  • 37

    e. Politik

    Pada masa Sultan Trenggana pengaruh Demak juga sampai ke

    Kesultanan Banjar di Banjarmasin, Kalimantan. Calon pengganti Raja

    Banjar pernah meminta agar sultan Demak mengirimkan tentara, guna

    menengahi masalah pergantian raja Banjar. Calon pewaris mahkota yang

    didukung oleh rakyat Jawa pun masuk Islam, dan oleh seorang ulama

    dari Arab, sang pewaris tahta diberi nama Islam. Selama masa kesultanan

    Demak, setiap tahun raja Banjar mengirimkan upeti kepada Sultan

    Demak.30

    Berikut adalah hasil pemetaan perluasan wilayah ketika kerajaan

    Demak yang tergambar dalam peta tematik dibawah ini:

    Gambar 4.1

    Peta Perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa Periode Kerajaan Demak

    Gambar peta tematik di atas adalah hasil pemetaan perluasan wilayah

    pada masa kerajaan Demak. Pada peta tematik ini dibagi dengan tiga tipe

    simbol yaitu simbol titik, simbol garis dan simbol area. Untuk simbol titik

    30

    De Graaf., op. cit., h. 68.

  • 38

    terbagi menjadi dua kategori, yaitu simbol titik berwarna ungu menandakan

    daerah-daerah penting atau pusat kerajaan kecil yang menjadi wilayah

    kekuasaan dan taklukan pada periode kerajaan Demak. Sedangkan untuk

    simbol titik segilima menandakan pusat pemerintahan kerajaan Demak.

    Untuk simbol yang kedua yaitu simbol garis berupa anak panah merah

    menandakan arah perluasan wilayah (ekspansi) yang dilakukan selama

    pemerintahan Demak. Arah anak panah ini diurutkan sesuai dengan kronologi

    penaklukannya. Sedangkan untuk simbol yang ketiga adalah simbol area

    berwarna hijau menandakan cakupan wilayah yang pernah dikuasai oleh

    kerajaan Demak membentang dari wilayah Jawa bagian barat, tengah, dan

    timur. baik wilayah yang ditaklukan dengan cara peperangan ataupun tunduk

    secara damai. Namun, terlihat di ujung Jawa bagian timur wilayah

    Blambangan dan sekitarnya masih berwarna putih. Seperti dibahas

    sebelumnya, daerah tersebut belum dikuasai oleh Demak dikarenakan Sultan

    Trenggana tewas dalam ekspedisi Panarukan.

    B. Periode Kerajaan Cirebon

    Kerajaan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama yang berada di Jawa

    Barat. Cirebon yang semula masuk daerah kekuasaan Sunda Pajajaran. Ketika

    itu Cirebon dipimpin oleh Pangeran Cakrabuana dan pada tahun 1479 M,

    Pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaannya kepada keponakannya

    sendiri yaitu Sunan Gunung Jati. Sekitar tahun 1513, Cirebon sudah termasuk

    dibawah kekuasaan kerajaan Demak.31

    1. Raja-raja yang Pernah Memimpin Cirebon

    a. Sunan Gunung Jati

    Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), nama lainnya dari

    Sunan Gunug Jati yaitu Said Kamil (nama pemberian Nabi Muhammad)

    dan Syekh Maulana Jati (nama sebagai guru agama).32

    Sunan Gunung

    Jati adalah salah satu dari kelompok ulama besar di Jawa bernama

    31

    Poesponegoro, op.cit., h. 59. 32

    Adeng, dkk, op.cit., h. 24.

  • 39

    walisongo. Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya Walisongo yang

    menyebarkan Islam di Jawa Barat. Beliau sebagai pendiri kerajaan Islam

    di Ceribon. Sebelum berdirinya kerajaan Cirebon yang dipimpin oleh

    Sunan Gunung Jati, wilayah Cirebon terbagi atau dua daerah. Untuk

    derah pesisir disebut dengan Cirebon Larang, sedangkan untuk daerah

    pedalaman disebut dengan nama Cirebon Girang.33

    Menurut naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Ayah dari

    Sunan Gunung Jati adalah Sultan Mahmud alias Syarif Abdullah dari

    Bani Hasyim keturunan Bani Ismail.34

    Ibunya adalah Larasantang

    seorang putri Sunda Pajajaran yang bergelar Sarifah Mudaim. Gelar

    tersebut didapat setelah Ibu Sunan Gunung Jati mengandungnya pada

    usia kandungan sembilan bulan. Ibu dari Sunan Gunung Jati merupakan

    adik dari Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana/

    Cakrabumi. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah lahir sekitar

    tahun 1450 M.35

    Pangeran Cakrabuana yang pada saat itu sebagai penguasa

    Cirebon menyerahkan kekuasaannya kepada Sunan Gunung Jati.36

    Pengangkatan Sunan Gunung Jati didukung oleh para Wali Allah di

    pulau Jawa yang dipimpin oleh Sunan Ampel.37

    Sunan Gunung Jati

    memiliki umur yang panjang sekitar 120 tahun. Beliau wafat pada tahun

    1568.38

    b. Fatahillah

    Fatahillah dilahirkan di Pasai dari keturunan rakyat biasa. Selama

    2 tahun memperdalam ilmu agama di Mekkah dan kembali ke pasai

    tahun 1521, kota tersebut sudah dikuasai oleh Portugis.39

    Fatahillah

    33

    M. Sanggupri Bochori, dkk., Sejarah Kerajaan Tradisional Cirebon, (Jakarta: Proyek

    Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan

    Nasional, 2001), h. 6. 34

    Sunyoto, op. cit., hal. 155. 35

    Adeng, op. cit., h. 24. 36

    Ibid., h. 25. 37

    Ibid. 38

    Poesponegoro, op.cit., h. 60. 39

    Adeng, dkk., op.cit., h. 22.

  • 40

    menjadi panglima perang pada masa Demak dan menguasai Sunda

    Kelapa yang diubah namanya menjadi Jayakarta dan menjadi bupati

    disana. Ketika Sunan Gunung Jati wafat, ia mengantikan kedudukan

    Sunan Gunung Jati di Cirebon. Namun baru dua tahun memimpin ia

    meninggal pada 1570 M.40

    c. Panembahan Ratu I

    Pada tahun 1570 Sunan Gunung Jati sebagai penguasa Cirebon

    telah diganti oleh seorang cicitnya, yang hanya terkenal dengan gelar

    Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu.41

    Pada masa peralihan, Cirebon

    dipimpin oleh Fatahillah selama dua tahun. Panembahan Ratu I

    dianugrahi umur yang panjang, semenjak menjadi Raja Cirebon pada

    1570 ia baru meninggal pada tahun 1650.42

    Berarti ia menjabat menjadi

    raja Cirebon sekitar 80 tahun. Sebagai pengganti yang meneruskan

    kerajaan Cirebon adalah Pangeran Girilaya. Ia merupakan cucu dari

    Panembahan Ratu I.

    d. Panembahan Girilaya

    Setelah Panembahan Ratu I meninggal, Kesultanan Cirebon

    dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran

    Karim (lahir tahun 1601, anak dari Pangeran Seda ing Gayam, yang telah

    meninggal lebih dahulu). Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama

    gelar ayahnya yaitu Panembahan Ratu II.43

    Panembahan Ratu II

    mempunyai hubungan erat dengan Mataram, karena ia adalah menantu

    dari Mangkurat I, namun hubungan merenggang ketika Mataram

    mencurigai Cirebon yang sedang merintis kekuatan dengan Banten untuk

    mengadakan pemberontakan. Akhirnya diatur siasat berupa undangan

    kekeluargaan oleh Mangkurat I, yang berujung kepada penahanan

    40

    Ibid., h. 22. 41

    De Graaf, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, op. cit., h. 144. 42

    Ibid., h. 145 43

    West Java Kingdom, loc. cit.,

  • 41

    Panembahan Ratu II. Ia ditahan sampai meninggalnya dan dimakamkan

    di Imogiri 1667.44

    2. Perluasan Wilayah Kerajaan Cirebon

    Sekitar abad ke-15 hingga abad ke-16, sebuah kerajaan di Jawa

    bagian barat telah berdiri. Kerajaan tersebut adalah kerajaan Cirebon.

    Kerajaan Cirebon terletak di pantai utara pulau Jawa. Lokasinya di

    perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah menjadi jembatan

    antara kebudayaan Jawa dengan kebudayaan Sunda. Pada saat kerajaan

    Mataram berkuasa di Jawa, kerajaan Cirebon dijadikan sebagai

    pangkalan penting untuk angkatan bersenjata dan sebagai kerajaan

    kegamaan saja. Selain itu Cirebon dianggap sebagai vassal (daerah

    taklukan) dari kerajaan Mataram.45

    Kerajaan Cirebon mulai melakukan perluasan wilayah kerajaannya

    ketika dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Perluasan di Luragung

    (Kuningan) berjalan secara damai dengan i