Perkembangan Akhlak Tasawuf

18
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK & TASAWUF Disusun Oleh 1. Maulana Arif Hidayat (11140002) 2. Lestari Puji Rahayu (11140045) 3. Fenty Yunitha (11140074) Dosen Pengampu Sarwanih, SS, M. SI, Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi 1

description

Makalah

Transcript of Perkembangan Akhlak Tasawuf

Page 1: Perkembangan Akhlak Tasawuf

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU

AKHLAK & TASAWUF

Disusun Oleh

1. Maulana Arif Hidayat (11140002)2. Lestari Puji Rahayu (11140045)3. Fenty Yunitha (11140074)

Dosen Pengampu

Sarwanih, SS, M. SI,

Jurusan Ilmu Perpustakaan dan InformasiFakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

2012

1

Page 2: Perkembangan Akhlak Tasawuf

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting. Apabila

akhlak seseorang baik maka dia akan merasa aman, tenang, dan tidak ada perbuatan tercela.

Sebaliknya bila akhlak seseorang rusak maka akan jauh dari Allah serta rusaklah lahir beserta

bathinnya. Sebenarnya akhlak manusia sudah ada sejak zaman Nabi Adam. Akhlak mengalami

perubahan seiring perkembangan zaman. Akhlak sangat erat kaitannya dengan agama karena jika

seseorang berpegang teguh pada agama tentu dia memiliki akhlak yang baik. Berbeda dengan

makhluk ciptaan Allah yang lainnya, manusia diciptakan dengan sempurna yaitu memiliki akhlak

dan pikiran sebagai penentu perbuatan mereka. Agama Islam sendiri memiliki akhlak yang mulia

seperti melaksanakan kewajiban-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Kesempurnaan akhlak manusia

dapat dicapai melalui dua jalan. Pertama, melalui karunia Allah yang telah menciptakan manusia

dengan fitrahnya yang sempurna, akhlak yang baik, berakal dan memiliki agama. Kedua, melalui

cara berjuang secara bersungguh-sungguh dan melatih membiasakan diri dengan melakukan

akhlak yang mulia.

Sejarah perkembangan ilmu akhlak dari zaman ke zaman mengalami perbedaan di setiap

waktunya, yaitu dari zaman Nabi Adam yang lalu diajarkan kembali oleh Nabi Muhammad hingga

sampai pada zaman modern sekarang ini. Sedangkan Tasawuf adalah penentu dari perbuatan kita

agar dapat diketahui hal ihwal kebaikannya.

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu akhlak.

2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu tasawuf.

3. Untuk mengetahui perkembangan ilmu akhlak dan tasawuf di masa sekarang.

C. Manfaat Tulisan

Untuk menumbuhkan kembali akhlak manusia yang semakin memudar serta menjelaskan

betapa pentingnya akhlak bagi manusia. Sedangkan ilmu tasawuf sendiri akan membuat manusia

sadar dan tertata dalam berperilaku sehari-hari. Tasawuf akan menjadi petunjuk dan peringatan

bagi kita untuk berbuat kebaikan dalam beramal kepada Allah SWT. Oleh karena itu, sangat

penting bagi kita untuk mengetahui serta menerapkan Ilmu akhlak dan tasawuf.

2

Page 3: Perkembangan Akhlak Tasawuf

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK

Sejarah adalah kejadian, peristiwa yang benar terjadi pada masa lampau. Perkembangan

adalah tumbuh terus menerus, bercabang dan hidup sepanjang waktu. Ilmu adalah pengetahuan

tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu yang

digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu. Akhlak adalah

budi pekerti, tingkah laku. Sejarah ilmu akhlak yaitu sejarah yang mempelajari batas antara baik

dan buruk, terpuji dan tercela, perkataan dan perbuatan manusia sejak zaman Nabi Adam hingga

sekarang.1

1. Akhlak Bangsa Yunani (500-450 SM)

Pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada Bangsa Yunani terjadi setelah munculnya

shopisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana. Sebelum muncul istilah tersebut bangsa Yunani

lebih fokus pada penyelidikan mengenai kejadian dan fenomena alam. Dasar yang digunakan

bangsa Yunani dalam membangun ilmu akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia,

sehingga ilmu akhlak mereka lebih bersifat filosofis. Berikut adalah filsuf Yunani yang

mengemukakan pemikirannya di bidang akhlak :

a. Socrates (469-399 SM)

Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak, karena ia yang pertama kali berusaha

bersungguh-sungguh membentuk pola hubungan antar manusia dengan dasar ilmu

pengetahuan. Akhlak dan pola hubungan itu tidak akan terjadi kecuali jika didasarkan pada

ilmu pengetahuan. Sehingga ia berpendapat bahwa keutamaan akhlak adalah ilmu.

b. Plato (427-347 SM)

Plato membangun akhlak melalui akademi yang ia dirikan. Pandangannya di dalam akhlak

berdasarkan teori. Plato berpendapat bahwa di belakang alam lahir ini terdapat alam lain

yaitu alam rohani. Dia juga berpendapat bahwa dalam jiwa ada kekuatan bermacam-macam,

dan keutamaan itu timbul dari pertimbangan kekuatan ilmu. Denagn itulah Plato

mencocokkannya dengan akhlak.

1 Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 8913

Page 4: Perkembangan Akhlak Tasawuf

c. Aristoteles (394-322 SM)

Aristoteles membangun suatu paham yang khas. Dia berpendapat bahwa tujuan akhir yang

dikehendaki oleh manusia mengenai segala perbuatannya adalah bahagia, jalan untuk

mencapai kebahagiaan ini adalah dengan mempergunakan akal sebaik-baiknya.

2. Akhlak Pada Bangsa Arab

Bangsa Arab pada zaman jahiliyah merupakan penduduk yang menyembah berhala. Hanya

beberapa tempat saja yang beragama Yahudi dan Kristen. Bangsa Arab tidak memiliki ahli filsafat

seperti Plato dan Aristoteles dari Bangsa Yunani. Bangsa Arab hanya memiliki ahli-ahli hikmah dan

syair yang memerintahkan kebaikan dan melarang kejahatan. Pada masa ini keadaan akhlak

manusia sangat menyedihkan. Mereka hidup tanpa mengenal adanya Allah, mereka hanya

mempercayai dan menyembah berhala. Bahkan setiap kota memiliki Tuhan berhala sendiri seperti

Hubal, Latta, Manna dan Uza. Keadaan mereka yang seperti ini sudah jauh dari kata kebenaran

karena begitu rendahnya akhlak mereka pada kala itu. Zaman jahiliyah ini merupakan zaman

dengan akhlak yang memprihatinkan. Padahal Allah telah menciptakan manusia dengan akal,

sesuai firman Allah :

Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan

manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-

ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat

(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak

dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang

ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-

A’raaf : 179)

3. Akhlak dalam Ajaran Islam

Akhlak dalam ajaran Islam berdasarkan pada Alquran dan Hadits. Ilmunya disebut ilmu

akhlak, yaitu suatu pengetahuan yang mempelajari tentang akhlak manusia berdasarkan Alquran

dan Hadits. Agama Islam pada intinya mengajak manusia agar percaya kepada Tuhan dan

mengakui-Nya bahwa Dia lah sang pencipta makhluk-Nya. Akhlak dalam ajaran Islam merupakan

jalan hidup manusia yang paling sempurna dan menuntun umat pada kebahagiaan dan

kesejahteraan. Beberapa ahli pikir Islam yang menerangkan akhlak Islam :

a. Ibnu Maskawiyah (170-241 H)

4

Page 5: Perkembangan Akhlak Tasawuf

Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sumber-sumber pemikirannya bercorak Islam

dan bahan-bahan yang dipelajarinya seperti filsafat Yunani, ajaran Persia, dan

pengalamannya sendiri. Uraian mengenai akhlak Ibnu Maskawiyah dituangkan dalam

bukunya Tahdzibul Akhlaq, yang memuat ajaran bahwa manusia memiliki Annafsul

Bahimiyah, Annasul Saburayah, dan Annafsun Nathiqah.

b. Ibnu Bayah (880-975 M)

Ahli pikir Islam ini terlahir di Saragosa (spanyol) sebagai filusuf Islam pertama di dunia Barat.

Dalam ilmu akhlak, ia mempunyai pandangan bahwa sebagian akhlak manusia ada yang

sama dengan akhlak hewan, semisal seperti beraninya macan, dan rakusnya tikus. Manusia

yang tidak menggunakan akhlaknya berarti hanya mencukupkan dirinya pada sifat hewani

saja.

c. Imam Al- Ghazali (1058-1111 M)

Pandangannya mengenai akhlak yaitu sebuah bentuk jiwa dan sifat-sifat yang buruk kepada

sifat-sifat yang baik sebagaimana perangai Ulama. Akhlak yang baik dapat mengadakan

perimbangan antara kekuatan pikiran, kekuatan hawa nafsu, dan kekuatan amarah.

Sehingga tingkah laku manusia itu adalah lukisan hatinya.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU TASAWUF

Perkembangan Ilmu tasawuf dimulai semenjak zaman Rasulullah, para sahabat, Tabi’in, dan

hingga zaman sekarang. Berikut ini adalah penjelasannya sesuai dari zaman-zaman yang berlaku

pada masa itu.

1. Rasulullah

Tahanuts yang dilakukan oleh Nabi Muhammad di Gua Hira merupakan cahaya-cahaya

pertama dan utama bagi nur tasawuf. Perilaku hidup Muhammad merupakan pola dasar dan

gambaran lengkap bagi para sufi dalam pengamalan ajaran taswuf. Kehadirannya di Gua Hira

karena menghindar dari masyarakat ramai untuk mengkonsentrasikan segenap pikiran dan

perasaan dalam merenung, melebihkan untuk menggugah hatinya merasakan kebesaran dan

keagungan Allah SWT. Di Gua Hira lah bermulanya Rasulullah mendapat hidayah, membersihkan

hati dan mensucikan jiwa dari noda-noda penyakit yang menghinggapi sukma. Bisa dikatakan di

Gua Hira itu juga sebagai dimulainya pengasahan dan penempahan ratna mutu manikam yang

dimiliki Muhammad sejak lama, sehingga Beliau memperoleh ilmu-ilmu atau pandangan-

pandangan yang sangat berguna untuk masa depan umat manusia. Fakta sejarah mengatakan

5

Page 6: Perkembangan Akhlak Tasawuf

Rasulullah sejak kecil telah menerima banyak terpaan cobaan dari Allah SWT, ayahnya meninggal

ketika Rasulullah masih dalam kandungan, dan pada usia 6 tahun kemudian Ibundanya pun

dipanggil untuk menghadap Allah SWT. Setelah cobaan-cobaan ini Beliau diasuh secara silih

berganti dari tangan ke tangan.

Selama hayat Muhammad, segenap perilaku Beliau menjadi tumpuan perhatian masyarakat

karena segala sifat terpuji terhimpun dalam dirinya. Semisalnya pada kebiasaan Rasulullah dalam

sehari minimal membaca istigfar 70 kali, melaksanakan shalat dua pertiga malam dan belum

termasuk shalat fardhu, shalat dhuha yang tidak kurang dari 8 rakaat dalam sehari. Dalam

bermunajat kepada Allah SWT, maka perasaan kharuf dan raja selalu dinampakkan Rasulullah

dengan tangis dan sedu sedannya. Sebagai tanda rasa syukur kepada Allah SWT beliau tidak

pernah lupa melaksanakan shalat malam bahkan hingga kedua telapak kakinya membengkak.

2. Sahabat

Pola hidup dan kehidupan Rasulullah yang sangat ideal menjadi tauladan para sahabat.

Dalam hidup tasawuf para sahabat telah berusaha berbuat sesuai dengan suri tauladan Rasulullah

yang telah beliau contohkan. Hal ini dapat terlihat dari pengalaman-pengalaman para sahabat.

a. Abu Bakar Ashshiddieq

Beliau dalam beribadah kepada Allah SWT karena khusu dan tawadhunya bahkan sampai

dapat tercium bau limpanya yang terbakar dari mulut karena takut akan Allah. Pada malam

hari ia beribadah membaca Alquran sepanjang malam. Dengan suara Beliau yang menangis

ketika membaca Alquran dapat menggoda hati manusia terutama kaum wanita, bahkan

kaum non muslim pun sampai menaruh rasa simpatik terhadap ajaran Islam.

b. Umar bin Khatab

Beliau digelari Amirul Mukminin, namanya harum dan termahsyur. Dapat mengikis secara

tuntas tradisi-tradisi yang bertentangan dengan Islam. Beliau pernah berpidato hanya

memakai kain dengan 12 tambalan dan pernah juga hanya dengan baju 4 tambalan karena

Beliau tidak memiliki kain yang lainnya. Umar adalah khalifah yang adil dan bijaksana, beliau

rela memberikan beribu-ribu dirham untuk kepentingan umatnya. Pola kehidupan

kesederhanaan ditanamkan pula pada diri anak-anaknya dan masyarakat. Pada suatu

peristiwa sewaktu anaknya memakan tsarida dengan daging Beliau memukulnya dengan

tongkat yang pendek seraya berkata “makanan itu tidak saya haramkan, tetapi saya larang

untuk diri saya dan anak-anak saya karena tempat tumbuh fitnah di dalam syahwat

makanan”. 2 Pada waktu tentara Islam memperoleh harta rampasan perang, Umar hanya

2 H. Zaidal Arifin Abbas : 976

Page 7: Perkembangan Akhlak Tasawuf

meminta dua pakaian. Satu untuk musim dingin, satu untuk musim panas, dan biaya untuk

mengerjakan haji seberapa yang dapat dibawa oleh belakang saya sendiri. Selain pelaksana

dalam pemerintahan, beliau juga pemimpin yang bersahaja dan sederhana penuh dengan

kezuhudan, keikhlasan, dan keadilan.

c. Usman bin Affan

Julukan dzunnurain (mempunyai dua cahaya) adalah predikat yang melekat pada sosok ini.

Beliau adalah orang yang gemar membaca Alquran, tidak pernah terlepas dari tangannya

firman Allah SWT (Alquran) tersebut sehingga pada masa beliaulah Alquran yang pernah

dikumpulkan pada masa Abu Bakar itu disalin kembali dan dinamakan “Mushaful Imam”.

Usman terkenal sebagai seorang yang tekun beribadah dan sangat pemalu, meskipun Beliau

juga terkenal tekun mencari rezeki di dunia. “Bahkan sampai beliau meninggalpun kitabullah

ditemukan diantara kedua tangannya”,3 serta Beliau masih menyimpan uang sebanyak

150.000 dinar dan 1.000.000 dirham, serta mempunyai tanah diantara harast dan khaibar

tidak kurang harganya dari 2.000.000 dinar.

d. Ali bin Abi Thalib

Beliau adalah pahlawan besar yang adil dan bijaksana, juga penakluk perang khaibar, dan

kehidupannya hanya dengan pola hidup yang sederhana. Pernah satu bulan hanya memakan

tiga buah kurma setiap harinya. Di dalam rumahnya hanya terdapat pedang, baju rantai dan

sehelai kain. Ali dan Fatima tergolong orang yang paling kuat kedermawanannya, walaupun

tidak ada yang dimakan dirumah, asal dapat memberi makan fakir miskin yang sangat

memerlukan bantuan santunan didalam kehidupan mereka.

e. Abu Ubaidah bin Jarrah

Ubaidah adalah seorang sahabat Rasulullah yang perkasa karena dapat menaklukan kaisar

Heraklius di Syria. Untuk menghargai kepahlawanannya, Umar bin Khatab datang ke

rumahnya dan bertanya dimana barang-barang Ubaidah. Ubaidah hanya menjawab 1 pasu

dan sepotong Jana. Yang menurut Ubaidah sudah cukup untuk tempat makanan, tempat

duduk dan tempat tidur Ubaidah. Umar pun menangis melihat keadaan sang penakluk Syria

tersebut, tetapi Ubaidah hanya berkata : ”Apakah tuan menangisi saya Ya Amirul Mukminin

karena saya telah menjual dunia saya dan membeli akhirat?”.

f. Sa’id bin ‘Amr

3 Qamar Kailang : 197

Page 8: Perkembangan Akhlak Tasawuf

Beliau seorang emir (penguasa) di daerah Kaufah semasa Khalifah Umar bin Khatab. Semua

nafkah beliau rela diberikan kepada orang-orang kafir dan miskin tanpa meninggalkan sedikit

juga bagi dirinya. Pernah waktu itu Umar bin Khattab mengirimkan seribu dinar kepadanya,

sewaktu uangnya sampai di tangannya maka dia langsung pergi ke jalanan dan

memberikannya kepada pasukan Islam yang kebetulan sedang melakukan operasi.

Kemudian dia kembali ke rumah seraya memuji-muji Allah SWT karena ia telah diselamatkan

dari fitnah dunia.

3. Tabi’in

Pengalaman ajaran tasawuf merupakan mata rantai yang tidak putus-putus, sambung-

bersambung dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pola hidup dan kehidupan Rasulullah

menjadi tumpuan perhatian dan anutan para sahabat, begitu juga pola hidup sahabat menjadi

tumpuan perhatian dan anutan para tabi’in. Pengalaman tasawuf di kalangan tabi’in nampak

tercermin pada pengalaman tokoh-tokoh tasawuf di bawah ini :

a. Hasan al-Bashri (21-110 H)

Kehidupan kerohanian beliau mengutamakan zuhud, udzun, al-baka’ dan al-khauf. Beliau

adalah pendiri mazhab bashrah yang beraliran zuhud yang terdiri di atas khauf dan tafkir

yang dapat menghubungkan kepada iman, hudzun, dan al baka’ yang kedua-duanya dapat

mensucikan diri dan membawa manusia kepada sifat faqar dan ridla’ kepada Allah SWT

beserta surganya4.

b. Rabi’ah al-Adawiyah (96-185 H)

Beliau adalah zahid perempuan yang menghiasi sejarah sufi dalam abad kedua hijrah.

Kemasyuran yang diperolehnya ialah karena mengemukakan dan membawa versi baru

dalam kehidupan kerohanian. Beliau lebih ke tingkat zuhud yang bersifat HUBB (cinta). Cinta

murni kepada tuhan merupakan puncak Tasawuf. Sungguh banyak pantun/syair yang diubah

Rabi’ah dalam memuji keagungan Tuhan. Selama hayatnya dia tidak pernah kawin, hidupnya

tenggelam dalam dzikit, thilawat dan wirid. Cinta Rabi’ah terhadap Tuhan merupakan cinta

yang asli, suci murni dan sempurna.

c. Sofyan Tsauri (97-161H)

Beliau adalah tabi’in pilihan, merupakan seorang ulama hadis yang terkenal, sehingga dalam

hal merawikan hadis diberi julukan :”Amirul Mukminin dalam hal hadits”5. Hidup

4 Qamar Kailang : 415 Asy Sya’rani :40

8

Page 9: Perkembangan Akhlak Tasawuf

kerohaniannya menjurus pada hidup yang bersahaja, penuh kesederhanaan, serta tidak

terpukau dengan kemegahan dan kemewahan dunia.

C. PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK DAN TASAWUF DI MASA SEKARANG

Di zaman modern ini, orang-orang hanya mementingkan kehidupan duniawi saja. Tanpa

dilandasi iman mereka berperilaku dalam keseharian, sehingga mereka tidak memikirkan mana

perbuatan yang islami atau tidak, dengan demikian kehidupan zaman sekarang bisa dikatakan

zaman jahiliyah modern dan cenderung mengarah kepada hal-hal yang negatif. Tetapi ada pula

dampak positif yang ada akibat dari pengamalan ilmu akhlak tasawuf yang optimal dari tiap-tiap

individu, dampak positifnya adalah kebalikan dari dampak negatif yang telah ada di masa modern

ini. Berikut adalah penjelasan dari kami mengenai keduanya :

Desintegrasi Ilmu Pengetahuan

Kehidupan modern ditandai dengan adanya spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Masing-

masing ilmu pengetahuan memiliki caranya sendiri dalam memecahkan masalah yang

dihadapi. Keadaan berbagai ilmu pengetahuan yang saling bertolak belakang antara satu

disiplin ilmu atau filsafat dan lainnya terdapat kerenggangan, bahkan tidak tahu-menahu.

Hal ini merupakan pangkal terjadinya kekeringan spiritual, akibat pintu masuknya tersumbat.

Dengan menyempitnya pintu masuk bagi persepsi dan konsepsi spiritual, maka manusia

modern semakin berada pada garis tepi, sehingga tidak lagi memiliki etika dan estetika yang

mengacu pada sumber ilahi.

Kepribadian yang Terpecah

Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering

nilai-nilai spiritual, maka manusia menjadi pribadi yang terpecah. Kehidupan manusia

modern diatur menurut rumus ilmu yang excaxt dan kering. Akibatnya hilang proses

kekayaan rohaniyah, karena dibiarkannya perluasan ilmu-ilmu positif dan ilmu sosial.

Jika proses keilmuan yang berkembang itu tibak berada di bawah kendali agama, maka

proses kehancuran pribadi manusia akan terus berjalan. Dengan berlangsungnya proses

tersebut, semua kekuatan yang lebih tinggi untuk mempertinggi derajat kehidupan manusia

menjadi hilang, sehingga bukan hanya kehidupan kita yang mengalami kemerosotan, tetapi

juga kecerdasan dan moral.

Penyalahgunaan Iptek

Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikatan spiritual, maka

iptek telah disalahgunakan dengan segala implikasi negatifnya. Kemampuan membuat

9

Page 10: Perkembangan Akhlak Tasawuf

senjata telah diarahkan untuk tujuan penjajahan suatu bangsa atau bangsa lain. Kemampuan

di bidang rekayasa genetika diarahkan untuk tujuan jual-beli manusia. Kecanggihan di bidang

teknologi komunikasi dan lainnya telah digunakan untuk menggalang kekuatan yang

menghancurkan moral umat.

Pendangkalan Iman

Sebagai akibat lain dari pola pikiran keilmuan, khususnya ilmu-ilmu yang hanya mengakui

fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal imannya. Mereka tidak

tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan informasi yang dibawa oleh

wahyu itu menjadi bahan tertawaan dan dianggap sebagai tidak ilmiah dan kampungan.

Pola Hubungan Materialistik

Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya

dapat memberikan keuntungan yang bersifat material. Demikian pula penghormatan yang

diberikan seseorang atas orang lain banyak diiukur oleh sejauh mana orang tersebut dapat

memberikan manfaat secara material. Akibatnya, menempatkan pertimbangan material di

atas pertimbangan akal sehat, hati nurani, kemanusiaan dan imannya.

Menghalalkan Segala Cara

Sebagai akibat lebih jauh dari dangkalnya iman dan pola hidup materialistik, maka manusia

dengan mudah dapat menggunakan prinsip menghalalkan segala cara dalam mencapai

tujuan. Jika hal ini terjadi maka terjadilah kerusakan akhlak dalam segala bidang, baik

ekonomi, politik, sosial, dan lain sebagainya.

Stres dan Frustasi

Kehidupan modern yang demikian kompetitif menyebabkan manusia harus menyerahkan

seluruh pikiran, tenaga dan kemampuannya. Mereka terus bekerja dan bekerja tanpa

mengenal batas dan kepuasan. Apalagi jika usaha dan proyeknya gagal, maka dengan mudah

kehilangan pegangan, karena memang tidak lagi memiliki pegangan yang kokoh yang berasal

dari Tuhan. Akibatnya jika terkena problem yang tidak dapat dipecahkan, maka akan stres

dan frustasi yang jika hal ini terus-menerus berlanjut akan menjadi gila.

Kehilangan Harga Diri Dan Masa Depan

Terdapat sejumlah orang yang terjerumus atau salah memilih jalan kehidupan. Masa

mudanya dihabiskan untuk menuruti hawa nafsunya. Namun pada suatu saat sudah tua

renta, fisiknya sudah tidak berdaya. Tenaganya sudah tidak mendukung, dan berbagai

kegiatan sudah tidak dapat dilakukan. Fasilitas dan kemewahan hidup sudah tidak berguna

10

Page 11: Perkembangan Akhlak Tasawuf

lagi, karena fisik dan mentalnya sudak tidak memerlukan lagi. Manusia yang seperti ini

merasa kehilangan harga diri dan masa depannya.

11

Page 12: Perkembangan Akhlak Tasawuf

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Akhlak dari zaman jahiliyah hingga sekarang ternyata masih ada dan berkembang tanpa kita

sadari. Contohnya masih banyak orang yang percaya terhadap ramalan, primbon, perdukunan,

dan taklid. Dari zaman ke zaman akhlak manusia ada yang semakin baik ada pula yang semakin

buruk. Zaman modern ini bisa dibilang sebagai zaman jahiliyah modern. Dampak kecanggihan

teknologi pun mampu memberi sumbangan yang cukup siknifikan terhadap turunnya kualitas

dan kuantitas akhlak tasawuf suatu kaum pada zamannya.

B. SARAN

Pengamalan akhlak tasawuf yang maksimal merupakan solusi tepat dalam mengatasi krisis-

krisis akibat modernisasi untuk melepaskan dahaga dan memperoleh kesegaran dalam mencari

Tuhan. Intisari ajaran tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari

dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya itu berada di hadirat-Nya.

12

Page 13: Perkembangan Akhlak Tasawuf

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, yatimin. 2007. STUDI AKHLAK DALAM PERSPEKTIF ALQURAN. Jakarta: Amzah

http://hayyan-ahmad.blogspot.com/2010/11/problematika-masyarakat-modern.html

*** * ***

13