Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

29
PERMASALAHAN PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA PERMASALAHAN PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah : Supervisi Pendidikan Pengampu : Dr. H. Fatah Syukur, M.Pd. Oleh : Wildan Syifaur Rakhman (125112058) PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013

Transcript of Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

Page 1: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

PERMASALAHAN PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

PERMASALAHAN PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

Disusunguna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Supervisi PendidikanPengampu : Dr. H. Fatah Syukur, M.Pd.

  

Oleh :

Wildan Syifaur Rakhman(125112058)

                                                                  PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGOSEMARANG

2013PERMASALAHAN PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN DAN

ALTERNATIF PEMECAHANNYA

I.         PENDAHULUAN

Page 2: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

Sejarah telah mencatat bahwa bangsa Indonesia telah merdeka lebih dari enam puluh tahun. Cita-cita kemerdekaan yang digagas oleh para pendiri bangsa (founding fathers) menjadi tanggung jawab kita untuk melanjutkan tonggak-tonggak perjuangan pergerakan nasional tersebut (Musthofa, 2010:10), termasuk dalam bidang pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai salah satu alasan Negara didirikan, dan hal tersebut telah tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Tetapi pada kenyataannya, jika kita menilik pendidikan yang telah berjalan di Indonesia, sungguh masih banyak sekali kekurangan sehingga kita harus melakukan perombakan berbagai system pendidikan, mulai dari cara pandang yang dipakai (paradigma), dari model atau metode pembelajaran, penekanan tujuan pendidikan, dan masih banyak hal lainnya. Lebih- lebih, pendidikan di Indonesia selama ini masih dibayang-bayangi oleh kepentingan untuk mempertahankan status quo sebagaimana yang terjadi pada masa orde baru. Itulah mengapa pendidikan kita belum bisa menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, tetapi malah menciptakan manusia- manusia yang selalu tunduk dan tidak kritis terhadap system kekuasaan yang menindas.

Dari hal tersebut, proses berjalannya suatu pendidikan pun tidak akan lepas dari dukungan supervisi atau pengawasan yang akan mengontrol jalannya proses pendidikan terebut.

Supervisi kepala sekolah sangat berpengaruh menghasilkan pelayanan pendidikan dan pembelajaran pendidik dan tenaga kependidikan yang bermutu. Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah diharapkan akan mampu mempengaruhi kinerja guru serta mampu mengembangkan potensi yang ada pada staf atau guru di sekolah dalam melaksanakan KTSP secara efektif. Dalam menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode, dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka. Dari pendapat tersebut mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik.

Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan sedikit menyampaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan supervisi di sekolah berikut cara mengatasinya.

II.      RUMUSAN MASALAHA.    Pengertian Supervisi PendidikanB.     Permasalahan Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah.C.     Alternatif Pemecahan Permasalahan Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah.

III.   PEMBAHASANA.    Pengertian Supervisi Pendidikan

Dilihat dari sudut pandang etimologi supervisi berasal dari kata super dan vision yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis, supervisi adalah penglihatan dari atas. Pengertian itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi dimana yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat. Hal ini dapat diartikan bahwa kegiatan supervisi dilakukan oleh atasan kepada bawahan. Pelaksanaan supervisi atau pengawasan di setiap organisasi memiliki peran yang cukup penting. Manullang (2005: 173) mendefinisikan pengawasan sebagai “Suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula”. Supervisi dilakukan di setiap lini organisasi, termasuk organisasi di dalam ranah pendidikan, salah satunya adalah sekolah.

Page 3: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

Kepala sekolah merupakan atasan di dalam lingkungan sekolah. Dimana seorang kepala sekolah memiliki peran strategis dalam memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang lebih baik. E. Mulyasa (2004: 111), “Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor”. Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, ada saja kekurangan dan kelemahan yang dijumpai dalam proses pembelajaran, maka untuk memperbaiki kondisi demikian peran supervisi pendidikan menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar.

Menurut E. Mulyasa (2004), untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, salah satunya yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Pada hakeketnya, tujuan akhir dari kegiatan supervisi pendidikan adalah untuk memperbaiki guru dalam hal proses belajar mengajar agar tercapai kualitas proses belajar mengajar dan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Oleh karena itu, sebelum mendalami kajian akan supervisi pendidikan, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai definisi/ pengertian tentang supervisi pendidikan. Berikut pendapat para ahli mengenai pengertian supervisi pendidikan.

Sergiovanni dalam Made Pidarta (1999: 2) mengemukakan pernyataan bahwa:1.    supervisi lebih bersifat proses daripada peranan2.    supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggungjawab

terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu.

“Kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan supervisi secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran”. (E. Mulyasa, 2004: 113). Dari beragam pendapat mengenai teknik supervisi pada dasarnya mempunyai kesamaan dan semuanya itu erat sekali hubungan dalam rangka upaya pemberian bantuan terhadap guru agar dapat meningkatkan profesionalismenya sehingga akan mampu mencapai tujuan pendidikan.

B.     Permasalahan Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah.Dalam melaksanakan supervisi kepala sekolah pasti menghadapi kendala-kendala. Hal ini

sesuai dengan yang telah disampaikan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2007), ”Para kepala sekolah baik suka maupun tidak suka harus siap menghadapi problema dan kendala dalam melaksanakan supervisi pendidikan”. Berdasarkan kajian teori yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa kendala supervisi pendidikan yang sangat umum terjadi di lapangan adalah kurangnya motivasi dari para guru ketika mendapat supervisi. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya anggapan yang telah melekat dalam diri guru bahwa supervisi hanyalah kegiatan yang semata-mata untuk mencari-cari kesalahan.

1.    Kompleksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah.Program kegiatan supervisi pendidikan tidak dapat dilakukan oleh kepala sekolah seorang

diri. Kompleksitas tugas manajerial kepala sekolah mengakibatkan seorang kepala sekolah tidak

Page 4: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

dapat menangani sendiri pelaksanaan supervisi pendidikan, khususnya supervisi yang lebih menekankan pada aspek pembelajaran.

2.    Kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi.Kondisi ini dapat diartikan bahwa motivasi guru untuk disupervisi dinilai masih kurang, hal

tersebut dikarenakan masih melekatnya anggapan dari para guru bahwa supervisi semata-mata hanyalah kegiatan untuk mencari-cari kesalahan. Meskipun pelaksanaan supervisi pendidikan dilakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada guru yang akan mendapat supervisi, masih saja para guru yang akan disupervisi belum mempersiapkan diri secara matang.

3.    Unsur subjektifitas guru supervisor dirasa masih tinggi.Unsur subjektifitas dari supervisor yang ditunjuk oleh kepala sekolah dirasa masih tinggi.

Keadaan ini terjadi dikarenakan kegiatan supervisi pendidikan tidak dilakukan sendiri secara langsung oleh kepala sekolah, tapi oleh guru-guru yang dianggap telah senior oleh kepala sekolah. Dimana masing-masing guru tersebut memiliki kepribadian yang berbeda-beda dan prinsip supervisi maupun teknik supervisi yang saling berbeda pula.

4.    Sering terjadi pergantian kepala sekolahTerjadinya pergantian kepala sekolah mengakibatkan jalannya pelaksanaan supervisi

pendidikan menjadi tesendat-sendat, kurang lancar, dan dinilai kurang rutin/ kontinyu.5.    Sarana dan prasarana yang terbatas

setiap proses belajar mengajar yang berhubungan dengan masalah sarana dan prasarana, seorang guru pasti merasakan ketidak nyamanan dalam menyampaikan materi pelajaran. Karena sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor utama lancarnya pelaksanaan supervisi pendidikan dalam meningkatkan profesionalisme guru.

6.    Kurangnya disiplin guruMasalah yang menyangkut faktor disiplin. hal ini sering dilakukan oleh beberapa tenaga

pengajar terutama disiplin waktu hal ini menimbulkan kelas menjadi tidak kondusif sehingga siswa tidak tau apa yang harus dilakukan selain bermain di dalam kelas sambil menunggu guru yang memiliki jadwal pada hari itu ia akan datang atau karena tidak belum ada kejelasan.

7.    Masih kurangnya pengetahuan guru tentang pengelolaan proses belajar mengajar yang efektifseorang guru dintuntut agar mampu melaksanakan belajar mengajar yang efektif sehingga

suasana kelas menjadi kondusifDari beberapa kendala pelaksanaan supervisi di atas, dapat dikategorikan dalam dua aspek,

yaitu struktur dan kultur. Pada aspek struktur birokrasi pendidikan di Indonesia ditemukan kendala antara lain sebagai berikut :

Pertama, secara legal yang ada dalam nomenklatur adalah jabatan pengawas bukan supervisor. Hal ini mengindikasikan paradigma berpikir tentang pendidikan yang masih dekat dengan era inspeksi.

Kedua, lingkup tugas jabatan pengawas lebih menekankan pada pengawasan administrasti yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru.Asumsi yang digunakan adalah apabila administrasinya baik, maka pengajaran di sekolah tersebut juga baik. Inilah asumsi yang keliru.

Ketiga, rasio jumlah pengawas dengan sekolah dan guru yang harus dibina/diawasi sangat tidak ideal. Di daerah-daerah luar pula Jawa misalnya, seorang pengawas harus menempuh puluhan bahkan ratusan kilo meter untuk mencapai sekolah yang diawasinya; dan

Keempat, persyaratan kompetensi, pola rekrutmen dan seleksi, serta evaluasi dan promosi terhadap jabatan pengawas juga belum mencerminkan perhatian yang besar terhadap pentingnya implementasi supervisi pada ruh pedidikan, yaitu interaksi belajar mengajar di kelas.

Pada aspek kultural dijumpai kendala antara lain :

Page 5: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

Pertama, para pengambil kebijakan tentang pendidikan belum berpikir tentang pengembangan budaya mutu dalam pendidikan. Apabila dicermati, maka mutu pendidikan yang diminta oleh customers sebenarnya justru terletak pada kualitas interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru. Hal ini belum menjadi komitmen para pengambil kebijakan, juga tentu saja para leksana di lapangan.

Kedua, nilai budaya interaksi sosial yang kurang positif, dibawa dalam interaksi fungsional dan professional antara pengawas, kepala sekolah dan guru. Budaya ewuh-pakewuh, menjadikan pengawas atau kepala sekolah tidak mau “masuk terlalu jauh” pada wilayah guru.

Ketiga, budaya paternalistik, menjadikan guru tidak terbuka dan membangun hubungan professional yang akrab dengan kepala sekolah dan pengawas. Guru menganggap mereka sebagai “atasan” sebaliknya pengawas menganggap kepala sekolah dan guru sebagai “bawahan”. Inilah yang menjadikan tidak terciptanya rapport atau kedekatan hubungan yang menjadi syarat pelaksanaan supervisi.

Dari berbagai kendala diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kendala-kendala supervisi oleh kepala sekolah dalam penerapan kurikulum di sekolah  adalah kendala yang berasal dari dalam diri kepala sekolah itu sendiri/ kendala internal dan kendala yang berasal dari luar diri kepala sekolah/ kendala eksternal. Kendala internal tersebut adalah kompleksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah. Sedangkan kendala-kendala eksternalnya meliputi: kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi, unsur subjektifitas guru supervisor dirasa masih tinggi, dan sering terjadi pergantian kepala sekolah.

C.     Alternatif Pemecahan Permasalahan Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah.Oemar Hamalik mengatakan (1992:67) supervisi nampaknya menjadi penentu yang utama

untuk memutuskan kurikulum, menyeleksi pola-pola organisasi sekolah, fasilitas belajar, dan menilai proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan solusi yang tepat agar apa yang menjadi tujuan utama dari pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah dalam penerapan kurikulum di sekolah dapat sepenuhnya tercapai.

Kepala sekolah selaku supervisor pendidikan yang memiliki otoritas tertinggi di sekolah harus mengupayakan beberapa cara dalam mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi, antara lain:

1.        Dilakukan pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior.Pelaksanaan supervisi terutama pada aspek pembelajaran tidak dapat dilakukan seorang diri

oleh kepala sekolah tanpa bantuan dari orang lain. Oleh karena itu, kepala sekolah yang notabene pimpinan sekolah yang memiliki otoritas tertinggi memiliki keleluasaan untuk melakukan delegasi wewenang. Kegiatan supervisi pada aspek pembelajaran dapat dilimpahkan kepada guru yang dianggap senior berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria guru senior yang dipilih adalah dilihat dari masa kerja, prestasi kerja, kompetensi, dan kualifikasinya, misal guru yang bergelar S2. Kegiatan supervisi oleh guru supervisor terhadap rekannya sering disebut dengan pembimbingan teman sejawat dalam kegiatan belajar mengajar.

2.        Pemberian motivasi kepada para guru akan pentingnya supervisi pendidikan.Kurangnya persiapan dari guru dalam pelaksanaan supervisi, lebih diakibatkan karena

kuranganya motivasi dari dalam guru sendiri akan pentingnya supervisi pendidikan. Motivasi yang minim itu juga disebabkan kerena anggapan yang telah melekat dalam diri guru bahwa supervisi hanyalah kegiatan yang semata-mata untuk mencari-cari kesalahan. Pemberian

Page 6: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

motivasi dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya dengan menyelipkan pengarahan atau motivasi pada saat rapat guru, lokakarya, atau bahkan secara langsung dengan individunya.

Selain itu, pembinaan secara psikologis juga dilakukan kepada diri masing-masing guru yang ditunjuk sebagai supervisor bahwa dirinya memang memiliki capability yang lebih dibanding dengan guru lain, seperti kelebihan dalam hal prestasi kerja, kedisiplinan, ulet, penuh inisiatif, dan lain sebagainya, sehingga diharapkan dengan cara itulah akan muncul kepercayaan diri dari guru supervisor.

Serta ditambah lagi dengan melaksanakan fungsi supervisi pendidikan, seperti memberi contoh atau suri tauladan yang baik dari kepala sekolah maupun guru senior yang ditunjuk sebagai supervisor, serta melakukan pembinaan atau perbaikan secara menyeluruh terhadap kemampuan profesional guru dengan memperhatikan ketepatan teknik supervisi dan prinsip-prinsip supervisi yang diterapkan. Sehingga diharapkan hal tersebut dapat memunculkan kepercayaan maupun motivasi dari guru yang akan disupervisi olehnya.

3.        Pembinaan oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior yang ditunjuk sebagai supervisor dan membentuk tim penilai supervisi.

Kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dalam KTSP adalah keterbatasan waktu dan tenaga dari kepala sekolah apabila kepala sekolah melakukan kegiatan supervisi pendidikan seorang diri. Oleh karena itu, kepala sekolah menunjuk guru-guru yang dianggap telah senior untuk membantunya melakukan supervisi pendidikan. Namun dalam prakteknya masih terdapat beberapa guru senior kurang paham akan prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. Sehingga dalam pelaksanaannya unsur subjektifitas cenderung masih tinggi. Oleh karena itu kepala sekolah perlu memberi motivasi maupun pengarahan kepada para guru supervisor yang isinya mengenai perlunya menerapkan prinsip-prinsip supervisi pendidikan dan pembentukan tim penilai supervisi yang terdiri dari 2 (dua) atau 3 (tiga) orang yang tujuannya tidak lain adalah untuk menetralisir unsur subjektifitas yang terjadi oleh guru yang berperan supervisor.

4.        Dilakukan koordinasi secara intens kepada seluruh elemen sekolah.Pergantian kepala sekolah sebanyak empat kali dalam lima tahun menjadi kendala yang

cukup fatal bagi pengelolaan dan kemajuan sekolah. Hal tersebut berdampak pula pada rutinitas kegiatan supervisi pendidikan. Upaya dari kepala sekolah untuk mensikapi keadaan tersebut adalah dengan melakukan koordinasi secara intensif kepada seluruh elemen sekolah, termasuk koordinasi yang baik antara guru supervisor dengan guru yang akan mendapat supervisi.

5.        Mengupayakan sarana dan prasarana yang memadaiSarana dan prasarana merupakan sesuatu yang penting disemua tempat kegiatan belajar

mengajar, karena itu, dalam rangka mensukseskan program pengajaran yang efektif tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang memadai. seorang guru akan lebih semangat dengan situasi dan kondisi fasilitas sarana dan prasarana yang sudah lengkap. Sarana dan prasarana adalah suatu perlengkapan/ peralatan yang harus dimiliki oleh setiap sekolah pada umumnya. sedangkan prasarana mengikuti sarana.

Dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, sarana seperti perpustakaan yang merupakan tempat menggali pengetahuan yang seluas-luasnya dan seorang guru akan merasa lebih mudah dalam mencari buku pegangan mengajar.

Kaitannya dengan upaya peningkatan profeasionalisme guru, sarana merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, karena sarana itu pendukung lancarnya PBM.

6.        Menerapkan disiplin terhadap tata tertib guru

Page 7: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

Disiplin merupakan ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsungAdapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan kedisiplinan yaitu faktor kepribadian, dan lingkungan.

Kepala sekolah harus mengingatkan kepada semua tenaga pengajarnya untuk melakukan kedisiplinan, misalnya agar menjalankan aturan-aturan sebagai berikut:

1)        Guru harus mengisi daftar hadir yang sudah disediakan2)        Guru harus berpakain rapi sebagaimana layaknya seorang guru3)        Guru harus bersipat jujur, adil, terbuka dan demokratis4)        Guru harus membuat perangkat pembelajarn yang telah ditentukan oleh kepala sekolah5)        Guru harus menjaga kode etik guru indonesia6)        Guru harus menjaga nama baik sekolah7)        Guru harus taat pada aturan sekolah yang berlaku8)        Apabila kehadiran guru kurang dari 60% maka akan dikenakan sanksi.7.        Mengadakan evaluasi ketenagaan.

Evaluasai merupakan suatu bentuk perbaikan dari apa yang sudah dilakukan, di dalam pengevaluasian itu, terjadi suatu proses yang akan menghantarkan kepada perubahan yang lebih baik. disamping itu kepala Sekolah mengadakan evaluasi ketenagaan demi kelancaran PBM.

Evaluasi merupakan salah satu faktor yang mampu memberikan motivasi dan dorongan kepada guru agar lebih baik dan selalu meningkatkan perkembangan kemampuannya. disisi lain evaluasi ialah mserangkaian kegiatan yang dimana membuat para guru terkadang gelisah, guru yang seperti ini biasanya guru yang tertutup atau kurang humor/ pendiam. Adapun yang harus dilakukan kepala Sekolah adalah mendekatinya. kaitannya dengan upaya yang harus dilakukan kepala madarsah ialah evaluasi ketenagaan dalam menghadapi kendala dalam pelaksanaan supervisi pendidikan.

Musyawarah guru mata pelajaran merupakan program yang sangat penting untuk mecapai target yang ditetapkan, karena dengan adanya MGMP maka diharapkan semua guru mata pelajaran akanmemperoleh peningkatan pengetahuan dan keahlian dalam sistem belajar mengajar di kelas sehigga kualitas guru semangkin baik.

Dalam melaksanakan kegiatan MGMP tersebut ada beberapa rincian kegiatan yang bisa dilakukan diantaranya adalah membuat model pembelajaran, pendalaman materi sulit, menyusun silabus dan RPP, menyediakan buku yang bisa digunakan sebagai buku pegangan. Selain melaksankan MGMP kepala sekolah juga berupaya untuk melakukan pelatihan-pelatihan mengenai materi ajar baik berupa modul, pembuatan diktat, kegiatan bimbingan sekolah program kurikuler dan tenik pembuatan soal untuk semua guru dengan mendatangkan tutor dari pihak luar.

Kegiatan MGMP dan pelaksanaan pelatihan pengajar dilakukan semata-mata untuk meningkatkan kualitas guru mata pelajaran. Karena apabila guru tidak memiliki kemampuan sesuai bidang keahlianya, ia akan merasa tidak yakin dengan kemampuan yang ia miliki. Artinya kepakaran yang ia miliki tidak maksimal. Sehingga dalam menyampaikan pembelajaran juga tidak dapat maksimal. Berbeda dengan guru yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan pelajaran yang diajarkan kepada siswa, maka ia akan merasa puas karena mampu mengajar kan secara maksimal.

IV.   KESIMPULAN

Page 8: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis bisa menarik kesimpulan. Beberapa permasalahan dalam pelaksanan supervise di sekolah diantaranya:

1.         Kompleksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah ;2.         Kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi ;3.         Unsur subjektifitas dirasa masih tinggi ;4.         Sering dilakukan pergantian kepala sekolah;5.         Sarana dan prasarana yang terbatas;6.         Kurangnya disiplin guru;7.         Masih kurangnya pengetahuan guru tentang pengelolaan proses belajar mengajar yang efektif.

Sedangkan alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain:1.         Dilakukan pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior;2.         Pemberian motivasi kepada para guru akan pentingnya supervisi pendidikan;3.         Dilakukan pembinaan oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior yang ditunjuk sebagai

supervisor dan membentuk tim penilai supervise;4.         Dilakukan koordinasi secara intens kepada seluruh elemen sekolah;5.         Mengupayakan sarana dan prasarana yang memadai;6.         Menerapkan disiplin terhadap tata tertib guru;7.         Mengadakan evaluasi ketenagaan.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2007. Naskah Materi Diklat Pembinaan Kompetensi untuk Calon Kepala Sekolah/ Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Enco Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK,  Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Made Pidarta. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Manullang. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : UGM University Press.

Oemar Hamalik. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV. Mandar Maju.

Rembangy, Musthofa. 2010. Pendidikan Transformatif. Yogyakarta: Teras.

http://wildanelsyifa.blogspot.com/2014/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html

BAB IPENDAHULUAN

Page 9: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

I.1. Latar BelakangDalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan untuk memiliki

serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa yang tertuangdalam peraturan menteri tentang kepengawasan. Tuntutan tersebut salah satunya tentang kompetensi dalam memahami metode dan teknik dalam supervisi. Seorang supervisor adalah orang yang profesional ketika menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Guru adalah salah satu komponen sumber daya pendidikan memerlukan pelayanan supervisi. Pentingnya bantuan supervisi pendidikan terhadap guru berakar mendalam dalam kehidupan masyuarakat. Untuk menjalankan supervisi diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan dalam peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa, sebab yang diamatinya bukanmasalah kongkrit yang tampak, melainkan memerlukan kepekaan mata batin.

Seorang supervisor membina peningkatan mutu akademik yang berhubungandengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik berupa aspek akademis, bukan masalah fisik material semata.Ketika supervisi dihadapkan pada kinerja dan pengawasan mutu pendidikan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Hal ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dalam mengembangkan mutu kelembagaan pendidikandan memfasilitasi kepala sekolah agar dapat melakukan pengelolaan kelembagaan secaraefektif dan efisien.I.2. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini yaitu :1.      Apakah pengertian supervisi pendidikan?2.      Apa sajakah tujuan dan sasaran supervisi pendidikan?3.      Bagaimanakah fungsi supervisi pendidikan?4.       Apakah prinsip dasar supervisi?5.      Apa sajakah tipe supervisi pendidikan?6.      Apa sajakah tehnik-tehnik yang digunakan dalam supervisi pendidikan?7.      Bagaimanakah peranan guru dalam pelaksanaan supervisi pendidikan?8.      Bagaimanakah implementasi guru sebagai supervisor?

II.3. TujuanAdapun tujuan dari makalah ini adalah :

1.      Untuk menjelaskan pengertian supervisi pendidikan.2.      Untuk menjelaskan tujuan dan sasaran supervisi pendidikan.3.      Menjelaskan fungsi supervisi.4.      Untuk menjelaskan prinsip-prinsip supervisi pendidikan.5.      Menjelaskan tipe-tipe supervisi pendidikan.6.      Untuk menjelaskan tehnik-tehnik supervisi pendidikan.7.      Guna menjelaskan peranan guru dalam pelaksanaan supervisi pendidikan.8.      Untuk menjelaskan implementasi guru sebagai supervisor.

Page 10: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

BAB IIPEMBAHASAN

II.1. Pengertian Superviasi PendidikanDilihat dari sudut etimologi “supervisi” berasal dari kata “super” dan “vision” yang

masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai penglihatan dari atas. Melihat dalam hubungannya dengan masalah supervisi dapat diartikan dengan menilik, mengontrol, atau mengawasi.

Supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik. Orang yang melakukan supervisi disebut dengan supervisor.

Dalam Dictionary of Education, Good Carter (1959) memberikan pengertian bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru, merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, metode, dan evaluasi pengajaran (Sahertian,2008: 17).

Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut :“Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment).

Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru.

II.2. Tujuan dan Sasaran Supervisi PendidikanA.    Tujuan supervisi pendidikan

Adapun tujuan supervisi pendidikan dapat dirinci sebagai berikut :1.      Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.2.      Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan dan

kebijakan yang telah ditetapkan.3.      Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga

berjalan lancar dan berhasil secara optimal.4.      Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.

Page 11: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

5.      Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan, serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah sehingga dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.

Menurut Mulyasa (2002) merumuskan tujuan supervisi sebagai bantuan dan kemudahan yang diberikan pada guru untuk belajar bagaimana meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar. Dengan supervise diharapkan kegiatan belajar mengajar jadi lebih baik.

 Sahertian (1981) mengemukakan tujuan supervisi adalah :1)      membantu guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan2)      membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid3)      membantu guru dalam menggunakan sumber pengalaman belajar murid4)       membantu guru dalam menggunakan metode dan alat pelajaran modern5)      membantu guru dalam memenuhi kebutuhan murid6)      membantu guru dalam menilai kemajuan murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri7)      membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan

pribadi dan jabatan mereka8)       membantu guru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.9)      membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap, masyarakat dan cara-cara

menggunakan sumber masyarakat dan seterusnya.10)  membantu guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.B.     Sasaran supervisi pendidikan

Sasaran supervisi pendidikan ada dua yaitu :a.       Secara umum sasarannya adalah proses pembelajaran peserta didik dengan tujuan meningkatkan

mutu proses dan hasil pembelajaran. Karena itu supervisi pendidikan menaruh perhatian utama pada upaya-upaya peningkatan provesionalitas guru sehingga memiliki kemampuan:

1)      Merencanakan kegiatan pembelajaran,2)      Melaksanakan pembelajaran,3)       Menilai proses dan hasil pembelajaran,4)      Memanfaatkan hasil penilaian5)       Memberikan umpan balik,6)       Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan,7)       Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,8)       Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu pembelajaran,9)      Memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran yang tersedia,10)   Mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, dan teknik),11)  Melakukan penelitian praktis untuk perbaikan pembelajaran.b.      Secara khusus dapat diklasifikasikan:1)      Sasaran administratif (teknis administratif) misal perangkat pembelajaran, meliputi administrasi

personal, material, keuangan serta administrasi sarana dan prasarana pendidikan.2)      Sasaran edukatif (teknis edukatif) misal pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang meliputi

kurikulum, PBM dan evaluasi.3)      Sasaran lembaga, yaitu ditujukan pada keseluruhan aktifitas sekolah.

II.3. Tugas dan Fungsi Supervisi PendidikanA.    Tugas Supervisi Pendidikan

Page 12: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

Seorang supervisior dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya. Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor tampak jelas perannya. Sesuai dengan pengertian hakiki supervisi, maka supervisi berperan atau bertugas memberi support (supporting), membantu (assisting) dan mengikutsertakan (sharing).Selain itu, seorang supervisior bertugas sebagai:a) Koordinator.b) Konsultan.c) Pemimpin Kelompok.d) Evaluator .Tugas lain bagi seorang supervisi atau pengawas akademik, yakni mencakup hal-hal berikut:

1)      Mengupayakan agar guru lebih bersungguh-sungguh dan bekerja lebih keras serta bersemangat dalam mengajar.

2)      Mengupayakan agar sistem pengajaran ditata sedemikian rupa sehingga berlaku prinsip belajar tuntas, yaitu guru harus berupaya agar murid benar-benar menguasai apa yang telah diajarkan dan tidak begitu saja melanjutkan pengajaran ke tingkat yang lebih tinggi jika murid Belum tuntas penguasaannya.

3)      Memberikan tekanan (pressure) terhadap guru untuk mencapai tujuan pengajarannya, dengan disertai bantuan (support) yang memadai bagi keberhasilan tugasnya.

4)      Membuat kesepakatan dengan guru maupun dengan sekolah mengenai jenis dan tingkatan dari target output yang harus mereka capai sehubungan dengan keberhasilan pengajaran.

5)      Secara berkala melakukan pemantauan dan penilaian (assessment) terhdap keberhasilan (efektifitas) mengajar guru, khususnya dalam kaitannya dengan kesepakatan yang dibuat pada butir (4) di atas.

6)       Membuat persiapan dan perencanaan kerja dalam rangka pelaksanaan butir-butir di atas, menyusun dokumentasi dan laporan bagi setiap kegiatan, serta mengembangkan sistem pengelolaan data hasil pengawasan.

7)       Melakukan koordinasi serta membuat kesepakatan-kesepakatan yang diperlukan dengan kepala sekolah, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan pemantauan dan pengendalian efektifitas pengajaran serta hal yang berkenaan dengan akreditas sekolah yang bersangkutan.

B.     Fungsi Supervisi PendidikanSecara umum fungsi supervisi adalah perbaikan pengajaran. Berikut ini berbagai pendapat

para tentang fungsi supervisi, di antaranya adalah:a)      Ayer, Fred E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran yang ada

sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.b)      Franseth Jane, menyatakan bahwa fungsi supervisi memberi bantuan terhadap program

pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kualitas kehidupan akan diperbaiki.c)      W.H. Burton dan Leo J. Bruckner menjelaskan bahwa fungsi utama dari supervisi modern ialah

menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar.d)     Kimball Wiles, mengatakan bahwa fungsi supervisi ialah memperbaiki situasi belajar anak-anak.

Usaha perbaikan merupakan proses yang kontinu sesuai dengan perubahan masyarakat. Masyarakat selalu mengalami perubahan.Perubahan masyarakat membawa pula konsekuensi dalam bidang pendidikan dan pengajaran.Suatu penemuan baru mengakibatkan timbulnya dimensi-dimensi dan persepektif baru dalam bidang ilmu penegetahuan.

Makin jauh pembahasan tentang supervisi makin nampak bahwa kunci supervisi bukan hanya membicarakan perbaikan itu sendiri, melainkan supervisi yang diberikan kepada guru-

Page 13: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

guru, menurut T.H. Briggs juga merupakan alat untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru.

Dalam suatu analisa fungsi supervisi yang diberikan oleh swearingen, terdapat8 fungsi supervisi, yakni:

1.      Mengkoordinasi Semua Usaha Sekolah.Koordinasi yang baik diperlukan terhadap semua usaha sekolah untuk mengikuti

perkembangan sekolah yang makin bertambah luas dan usaha-usaha sekolah yang makin menyebar, diantaranya:a. Usaha tiap guru.b. Usaha-usaha sekolah.c. Usaha-usaha pertumbuhan jabatan.

2.      Memperlengkapi Kepemimpinan SekolahYakni, melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki ketrampilan dan

kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah.3.      Memperluas Pengalaman

Yakni, memberi pengalaman-pengalaman baru kepada anggota-anggota staf sekolah, sehingga selalu anggota staf makin hari makin bertambah pengalaman dalam hal mengajarnya.

4.      Menstimulasi Usaha-Usaha yang KreatifYakni, kemampuan untuk menstimulir segala daya kreasi baik bagi anak-anak, orang yang

dipimpinnya dan bagi dirinya sendiri.5.      Memberikan Fasilitas dan Penilaian yang Kontinu

Penilaian terhadap setiap usaha dan program sekolah misalnya, memiliki bahan-bahan pengajaran, buku-buku pengajaran, perpustakaan, cara mengajar, kemajuan murid-muridnya harus bersifat menyeluruh dan kontinyu.

6.      Menganalisa Situasi BelajarSituasi belajar merupakan situasi dimana semua faktor yang memberi kemungkinan bagi

guru dalam memberi pengalaman belajar kepada murid untuk mencapai tujuan pendidikan.7.      Memberi Pengetahuan dan Ketrampilan pada Setiap Anggota Staf

Supervisi berfungsi memberi stimulus dan membantu guru agar mereka memperkembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam belajar.

8.      Mengintegrasikan Tujuan dan Pembentukan Kemampuan

Fungsi supervisi di sini adalah membantu setiap individu, maupun kelompok agar sadar akan nilai-nilai yang akan dicapai itu, memungkinkan penyadaran akan kemampuan diri sendiri.

Fungsi supervior (pengawas) oleh karenanya menjadi penting, sebagaimana tertuang dalam Kepmen PAN Nomor 118/1996 yang menyebutkan bahwa pengawas diberikan tanggung jawab dan wewenag penuh untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan, penilaian dan pembinaan teknis serta administratif pada satuan pendidikan.

II.4. Prinsip-prinsip Dasar  Supervisi PendidikanBeberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan supervisi klinis,adalah:

1.      Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, guru dengan mahasiswa PPL adalah mitra kerja yang bersahabat dan penuh tanggung jawab.

2.      Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada data hasil pengamatan.3.      Bersifat interaktif, terbuka, obyektif dan tidak bersifat menyalahkan.4.      Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama.5.      Hasil tidak untuk disebarluaskan

Page 14: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

6.      Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan tetap berada di ruang lingkup pembelajaran.

7.      Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan (pengamatan) dan tahap siklus balikan.Pancasila yang merupakan prinsip asasi merupakan landasan utama pelaksanaan tugas sebagai supervisi. Selain delapan hal diatas prinsip supervise dapat digolongkan menjadi 2 yaitu prinsip positif dan prinsip negative. Prinsip positif adalah prisip yang patut diikuti oleh seorang supervisi, sedangkan prinsip negatif merupakan prinsip yang sebaiknya dihindari.

1)      Prinsip positifa)      Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatifb)      Supervisi bersifat kreatif dan konstruktifc)       Supervisi harus scientific dan efektid)     Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada gurue)      Supervisi harus berdasarkan kenyataanf)        Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengadakan self-

evaluationg)      Seorang supervisor tidak boleh bersifat otoriterh)      Seorang supervisor tidak bolah mencari kesalahan guru-guru2)      Prinsip Negatifa.       Tidak otoriterb.      Tidak berasas kekuasaanc.       Tidak lepas dari tujuan pendidikand.      Bukan mencari kesalahane.       Tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil

II.5. Tipe-Tipe Supervisi Pendidikan1.      Tipe Otokrat

Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinanyang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai “Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru.Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.

2.      Tipe Laisses FaireTipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi

secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.

3.      Tipe CoersiveTipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi.Sifatnya memaksakan kehendaknya.Apa

yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal.Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar.Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.

4.      Tipe Training dan Guidance

Page 15: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan.Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah.Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.

5.      Tipe Demokratis Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi

yang khusus.Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpinsaja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.

II.6. Tehnik-tehnik Supervisi Pendidikan

Teknik supervisi Pendidikan adalah atat  yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi.  Dalam pelaksanaansupervisi pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan teknik – teknik dalam supervisi. Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala 2010 : 210).

Adapun teknik – teknik Supervisi adalah sebagai berikut  :1.        Teknik Supervisi yang bersifat kelompok

Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik  supervisi yang dilaksanakan dalam pembinaan guru secara  bersama – sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok (Sahertian 2008 : 86).  Teknik Supervisi yang bersifat kelompok antara lain : (Sagala 2010 : 210 - 227)

a.       Pertemuan Orientasi bagi guru baru.Pertemuan orientasi adalah pertemuan anatar supervisor dengan supervise (Terutama guru

baru) yang bertujuan menghantar supervisee memasuki suasana kerja yang baru dikutip menurut pendapat Sagala (2010 : 210) dan Sahertian (2008 : 86). Sistem kerja yang berlaku di sekolah itu.

b.      Rapat guruRapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang dilakukan untuk

membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru. (Pidarta 2009 : 71).

c.       Studi kelompok antar guruStudi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah guru yang

memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor agar kegiatan dimaksud tidak berubah menjadi ngobrol hal – hal yang tidak ada kaitannya dengan materi. Topik yang akan dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu.

d.      DiskusiDiskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan tentang suatu

masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi merupakan salah satu teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran

Page 16: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

antara satu dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor  dapat membantu para guru untuk saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama – sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah tersebut (Sagala 2010 : 213). 

e.        Workshop Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah pendidik yang

sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja secara kelompok.f.       Tukar menukar pengalaman Tukar menukar pengalaman “Sharing of Experince” suatu teknik

perjumpaan dimana guru menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diajarkan, saling memberi dan menerima tanggapan dan saling belajar satu dengan yang lain.

2.      Teknik Individual dalam Supervisi Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala (2010 : 216) adalah teknik

pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi – pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran disekolah. Teknik – teknik individual dalam pelaksanaan supervisi antara lain :

a.       Teknik Kunjungan kelasTeknik kunjungan kelas adalah suatu teknik kunjungan yang dilakukan supervisor ke dalam satu kelas pada saat guru sedang mengajar dengan tujuan untuk membantu guru menghadapi masalah/kesulitan mengajar selama melaksanakan kegiatanpembelajaran.

b.      Teknik Observasi KelasTeknik observasi kelas dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor mengobservasi kelas dengan tujuan untuk memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi proses belajar mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisor melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi.

c.       Percakapan Pribadi  Percakapan pribadi merupakan Dialog yang dilakukan oleh guru dan supervisornya, yang membahas tentang keluhan – keluhan atau kekurangan yang dikeluarkan oleh guru dalam bidang mengajar, di mana di sini supervisor dapat memberikan jalan keluarnya. Dalam percakapan ini supervisor berusaha menyadarkan guru akan kelebihan dan kekurangannya.

d.      Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain) Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan menyuruh beberapa orang guru untuk mengunjungi sekolah – sekolah yang ternama dan maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat – kiat yang telah diambil sampai seekolah tersebut maju.

e.       Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar.  Teknik pelaksanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek – aspek belajar mengajar. Dalam usaha memberikan pelayanan profesional kepada guru, supervisor pendidikan akan menaruh perhatian terhadap aspek – aspek proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang efektif. supervisor harus mempunyai kemampuan menyeleksi berbagai sumber materi yang digunakan guru untuk mengajar.

f.       Menilai diri sendiriGuru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat memberikan nilai tambah pada hubungan guru dan supervisor tersebut,yang akhirnya akan memberikan nilai positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik. Menilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru, karena suatu pengukuran terbalik karena selama ini guru hanya menilai murid-muridnya.

Page 17: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

II.7. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Supervisi PendidikanSeperti telah dikemukakan, supervisi pendidikan bertujuan utnuk membantu guru dalam

memperbaiki proses belajar mengajar melaluyi peningkatan kompetensi guru itu sendiri dalam melaksanakan tugas profesional mengajarnya. Seperti juga berlaku untuk segala kegiatan, usaha bantuan ini tidak akan berhasil apabila tidak ada keinginan untuk bekerjasama dan tidak ada sikap kooperatif baik dari yang dibantu yaitu guru sendiri maupun supervisor. Dengan demikian peranan guru terhadap berhasil tidaknya program supervisi ini adalah sngat besar. Peranan guru dalam supervisi secara lebih rinci dapat ditelusuri dari proses pelaksanaan supervisi itu sendiri.

Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervise juga harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik .Meskipun tujuan akhir dari pemberian supervisi adalah tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan adalah bantuan kepada guru.Karena guru adalah pelaksana pendidikan

II.8. Implementasi Guru sebagai Supervisor1.        Guru Sebagai Contoh

       Dalam The Professional Teacher, Norlander-Case, Reagen, dan Charles Case  mengungkapkan bahwa tugas mengajar merupakan profesi moral yang mesti dimiliki oleh seorang guru. Senada dengan prinsip tersebut, Zakiah Darajat menyatakan bahwa persyaratan seorang guru di samping harus memiliki kedalaman ilmu pengetahuan, ia juga bahkan mesti seorang yang bertakwa kepada Allah dan mempunyai akhlak atau berkelakuan baik.       Hal ini berarti bahwa syarat krusial bagi seorang guru adalah kepribadiannya yang luhur, mulia, dan bermoral sehingga mampu menjadi cermin yang memantulkan semua akhlak mulia tersebut bagi seluruh murid-muridnya.  Dengan kata lain, seorang guru yang berkepribadian mulia adalah seorang guru yang mampu memberi keteladanan bagi murid-muridnya.       Sebab, secara sederhana mudah dipahami bahwa guru yang tidak bertakwa sangat sulit atau tidak mungkin bisa mendidik murid-muridnya menjelma orang-orang yang bertakwa kepada Allah. Begitu pula para guru yang tidak memiliki akhlak yang mulia atau budi pekerti yang luhur tidak akan mungkin mampu mendidik siswa-siswa mereka menjadi orang-orang yang berakhlak mulia.       Guru sebagai contoh bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh aspek kehidupannya. Dalam paradigma sebagian pakar pendidikan, kepribadian seorang guru tersebut meliputi:

  kemampuan mengembangkan kepribadian  kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara arif bijaksana  kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.

       Kompetensi kepribadian terkait pula dengan penampilan sosok guru sebagai individu yang mempunyai kedisiplinan, berpenampilan baik, bertanggungjawab, memiliki komitmen, dan menjadi teladan.       Menjadi seorang guru yang mampu memberi contoh mengartikan bahwa jabatan guru sebagai pilihan utama yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam.

2.        Guru sebagai Proses Sharing Of IdeasGuru sebagai Sharing of ideas mengartikan bahwa guru mempunyai bagian dalam

membicarakan pandangan ke depan tentang kemajuan sekolah. Misalnya dalam penentuan

Page 18: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

metode mengajar yang cocok, media yang digunakan, dan semua unsure dalam menunjang proses belajar.

3.             Guru Dalam Merancang Supervisi Klinis       Johan J. Bolla ( 1985 : 19 ) mengatakan bahwa,  supervisiklinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional gurudalam pelaksanaan proses pemelajaran. Bimbingan diarahkan pada upaya pemberdayaan guru dalam menguasai aspek teknis pemelajaran. Dengan bimbingan tersebut diharapkan terjadi peningkatan kualitas pemelajaran.             Pelaksanaan supervisiklinis menuntut perobahan paradigma guru dan supervisor. Supervisi dilakukan bukan dalam kontek mencari kesalahan dan kelemahan guru yang di supervisi. Antara guru yang disupervisi dengan supervisor adalah mitra sejajar, bukan merupakan hubungan antara bawahan dan atasan dan atau hubungan antara guru dengan murid. Secara kemitraan keduanya menganalisis proses pemelajaran yang telah dirancang dan disepakati, kemudian dicarikan alternatif pemecahan permasalah yang ditemui dalam proses pemelajaran tersebut agar dapat ditingkatkan kualitasnya.

BAB IIIPENUTUP

III.1. KesimpulanKesimpulan yang dapat penulis ambil dalam penulisan makalah ini adalah :

1.      serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yangdiberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar.

2.      Menurut Mulyasa (2002) merumuskan tujuan supervisi sebagai bantuan dan kemudahan yang diberikan pada guru untuk belajar bagaimana meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar.

3.      Secara umum sasarannya adalah proses pembelajaran peserta didik dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Secara khusus dapat diklasifikasikan: Sasaran administratif (teknis administratif) misal perangkat pembelajaran, meliputi administrasi personal, material, keuangan serta administrasi sarana dan prasarana pendidikan; Sasaran edukatif (teknis edukatif) misal pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang meliputi kurikulum, PBM dan evaluasi; dan Sasaran lembaga, yaitu ditujukan pada keseluruhan aktifitas sekolah.

4.      Seorang supervisior dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya. Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor tampak jelas perannya. Sesuai dengan pengertian hakiki supervisi, maka supervisi berperan atau bertugas memberi support (supporting), membantu (assisting) dan mengikutsertakan (sharing). Secara umum fungsi supervisi adalah perbaikanpengajaran.

5.      Pancasila yang merupakan prinsip asasi merupakan landasan utama pelaksanaan tugas sebagai supervisi. Selain delapan hal diatas prinsip supervise dapat digolongkan menjadi 2 yaitu prinsip

Page 19: Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya

positif dan prinsip negative. Prinsip positif adalah prisip yang patut diikuti oleh seorang supervisi, sedangkan prinsip negatif merupakan prinsip yang sebaiknya dihindari.

6.      Tipe-tipe Supervisi pendidikan : Tipe Otokrat, Tipe Laisses Faire, Tipe Coersive, Tipe Training dan Guidance, dan Tipe Demokratis 

7.      Tehnik-tehnik supervisi secara umum yaitu tehnik supervisi yang bersifat kelompok dan tehnik supervisi bersifat individual.

8.      Implementasi guru sebagai supervisor yaitu guru sebagai contoh, guru sebagai proses sharing of ideas, dan guru dalam merancang supervisi klinis.

III.2. SaranTujuan supervisi harus dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak. Supervisi harus

terencana dengan baik, membangun dan demokratis. Selain itu, Guru harus diberi informasi tentang tujuan supervisi.

Diposkan oleh ulvya stianingsih di 21.41 http://ulvyastianingsih088.blogspot.com/2013/05/makalah-supervisi-pendidikan.html