Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

23
Makalah : Perilaku Keorganisasian PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Disusun Oleh : FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2015 Kelompok 3 (Tiga) 1. M. Kardafi 1301102010013 2. M. Fadlal Maula 1301102010091 3. Sayed Bukhari 1301102010065 4. Ulyatul Nazirah 1301102010071 5. Anggie Pratiwi 1301102010020

description

Persepsi dan pengambilan keputusan

Transcript of Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

Page 1: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

Makalah : Perilaku Keorganisasian

PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Disusun Oleh :

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2015

Kelompok 3 (Tiga)

1. M. Kardafi 1301102010013

2. M. Fadlal Maula 1301102010091

3. Sayed Bukhari 1301102010065

4. Ulyatul Nazirah 1301102010071

5. Anggie Pratiwi 1301102010020

Page 2: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

i

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah Perilaku Keorganisasian tentang “Persepsi dan Pengambilan

Keputusan” dengan baik.

Adapun makalah Perilaku Keorganisasian tentang “Persepsi dan Pengambilan

Keputusan” ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan

bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada

kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu

dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi

pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat

memperbaiki makalah Perilaku Keorganisasian ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Perilaku

Keorganisasian tentang “Persepsi dan Pengambilan Keputusan” ini dapat diambil

hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Banda Aceh, Maret 2015

Penyusun,

Kelompok 3 (Tiga)

Page 3: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Persepsi ........................................................................................................... 3

2.1.1 Pengertian Persepsi .................................................................................. 3

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ...................................................... 3

2.1.3 Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain .............................................. 5

2.1.4 Penerapan Persepsi Dalam Organisasi..................................................... 7

2.2 Pengambilan Keputusan ............................................................................... 9

2.2.1 Devinisi Pengambilan Keputusan ............................................................ 9

2.2.2 Proses Pengambilan Keputusan ............................................................... 10

2.2.3 Meningkatkan Kreativitas Dalam Pengambilan Keputusan .................... 11

2.2.4 Praktek Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi ............................... 12

2.2.5 Etika Dalam Pengambilan Keputusan ..................................................... 16

2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis .......... 16

2.2.7 Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan ........................ 18

BAB III : PENUTUP ................................................................................................ 19

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 20

Page 4: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam memahami perilaku keorganisasian, penting bagi kita untuk

mempelajari persepsi dan pengambilan keputusan individul. Persepsi merupakan

keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang

ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu

akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Pengambilan Keputusan

adalah suatu proses untuk menentukan satu pilihan dari beberapa hal untuk

menentukan satu pilihan dari beberapa alternatif sebagai upaya untuk

memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang tentunya memiliki risiko.

Dengan memahami sedikit pengertian di atas mengenai persepsi dan

pengambilan keputusan individual (yang selanjutnya akan dibahas lebih lengkap

pada Bab II), maka kita dapat mengetahui pentingnya memahami kedua hal

tersebut. Setiap individu dalam organisasi tentunya memiliki perbedaan perilaku

pada masing-masing hal tersebut. Untuk itu, perlu mengetahui usaha-usaha apa

saja yang perlu dilakukan agar suatu organisasi dapat membentuk suatu perilaku

organisasi sesuai dengan yang diharapkan.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Persepsi dan Pengambilan Keputusan?

2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan?

3. Bagaimana aplikasi persepsi dan pengambilan keputusan dalam sebuah

organisasi?

4. Bagaimana hubungan persepsi dengan pengambilan keputusan?

Page 5: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

2

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah selain untuk

memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah “Perilaku Keorganisasian“. Ada

juga tujuan lain diantaranya yaitu :

a. Pembaca mengetahui pengertian persepsi dan pengambilan keputusan.

b. Pembaca mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan

pengambilan keputusan.

c. Pembaca mengetahui aplikasi persepsi dan pengambilan keputusan dalam

organisasi.

d. Pembaca mengetahui hubungan persepsi dengan pengambilan keputusan.

Page 6: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang melakukan pemilihan,

penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian atas informasi yang

diterimanya dari lingkungan. Jadi persepsi merupakan suatu proses kognitif yang

dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya.

Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses

yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan

kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang

merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif.

Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan

pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam

perilaku organisasi.

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

1. Pelaku persepsi (Characteristics of the perceiver)

Pelaku persepsi adalah penafsiran seorang individu pada suatu objek yang

dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri,

diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan

pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang

individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh-

contoh seperti seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan

riasan orang daripada seorang tukang masak, seorang yang disibukkan dengan

Page 7: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

4

masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian untuk orang lain, dls,

menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita. Sama halnya

dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita

mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.

2. Target (Characteristics of the perceived)

Target adalah gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan

membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat

dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang

berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula. Contohnya adalah

kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat membuat kita

mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya

adalah suku atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki

karakteristik yang sama atau serupa.

3. Situasi ( Situation Context)

Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita

yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia

berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar

bahwa para lelaki akan memandangnya.

Page 8: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

Tiap orang mempunyai persepsi sendiri

perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan Perbedaan

kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut. Indera

merupakan filter masuknya stimulasi dalam kognisinya, dan kemudian orang

memberi perhatian

seseorang tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada aspek tertentu saja

yaitu yang dianggap penting bagi dirinya.

2.1.3 Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain

Teori Atribusi

Pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu mengamati perilaku,

mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau

eksternal. Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh

penyebab-penyebab internal karena sebagai m

keyakinan, maksud, dan motof

Tiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri karena dipengaruhi oleh

perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan Perbedaan

kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut. Indera

merupakan filter masuknya stimulasi dalam kognisinya, dan kemudian orang

memberi perhatian terhadap stimulasi itu untuk diberi arti. Namun perhatian

seseorang tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada aspek tertentu saja

yaitu yang dianggap penting bagi dirinya.

Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain

Teori Atribusi

Pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu mengamati perilaku,

mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau

eksternal. Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh

penyebab internal karena sebagai manusia mereka mempunyai

keyakinan, maksud, dan motof-motif didalam dirinya. Namun persepsi kita

5

dipengaruhi oleh

perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan Perbedaan

kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut. Indera

merupakan filter masuknya stimulasi dalam kognisinya, dan kemudian orang

terhadap stimulasi itu untuk diberi arti. Namun perhatian

seseorang tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada aspek tertentu saja

Pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu mengamati perilaku,

mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau

eksternal. Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh

anusia mereka mempunyai

motif didalam dirinya. Namun persepsi kita

Page 9: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

6

terhadap benda mati seperti gedung, api, air, dls, akan berbeda karena mereka

adalah benda mati yang memiliki hukum alamnya sendiri (eksternal). Penentuan

apakah perilaku itu merupakan penyebab eksternal atau internal bergantung pada

tiga faktor :

Kekhususan : apakah seorang individu memperlihatkan perilaku yang

berlainan dalam situasi yang berlainan.

Konsensus : yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa bereaksi

dengan cara yang sama.

Konsistensi : apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke

waktu.

Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada

kekeliruan atau prasangka (bias, sikap berat sebelah) yan menyimpangkan atau

memutar balik atribusi. Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung

meremehkan pengaruh factor dari luar dan melebih-lebihkan pengaruh faktor

internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan lebih dinilai

sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk

pesaing.

Bagan Teori Atribusi :

Observasi Interpretasi

Prilaku Individual

Konsistensi

Konsensus

Kekhususan

Eksternal

Internal

Internal

Eksternal

Eksternal

Internal

Tinggi

Rendah

Tinggi

Rendah

Tinggi

Rendah

Hubungan Sebab

Page 10: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

7

Jalan Pintas Persepsi

Dalam menilai stimulus atau objek, menggunakan pola tertentu yang

berbeda, menggunakan pola untuk membuat kesimpulan tentan arti dari objek

atau stimulasi disebut jalan pintas persepsi.

Pola tersebut antara lain :

Persepsi Selektif : Menginterpretasikan secara selektif apa yang dilihat

seseorang berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap

seseorang.

Efek Halo : Membuat sebuah gambaran umum tentang seorang individu

berdasarkan sebuah karakteristik.

Efek-efek kontras : Evaluasi tentang karakteristik-karakteristik

seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan dengan

orang lain yang baru ditemui, yang mendapat nilai lebih tinggi atau

lebih rendah untuk karakteristik-karakteristik yang sama.

Proyeksi : Menghubungkan karakateristik-karakteristik diri sendiri

dengan individu lain.

Pembentukaan Stereotip : menilai seseorang berdasarkan persepsi

tentang kelompok di mana ia tergabung.

2.1.4 Penerapan Persepsi Dalam Organisasi

Persepsi memiliki banyak konsekuensi bagi organisasi. Didalamnya orang-

orang selalu saling menilai. Berikut ini adalah beberapa penerapannya yang lebih

jelas :

Wawancara karyawan

Bukti menunjukkan bahwa wawancara sering membuat penilaian

perseptual yang tidak akurat. Pewawancara yang berlainan akan melihat

Page 11: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

8

hal-hal yang berlainan dalam diri seorang calon yang sama. Jika

wawancara merupakan suatu masukan yang penting dalam keputusan

mempekerjakan, perusahaan harus mengenali bahwa faktor-faktor

perseptual mempengaruhi siapa yang dipekerjakan dan akhirnya

mempengaruhi kualitas dari angkatan kerja suatu organisasi.

Pengharapan kinerja

Bukti menunjukkan bahwa orang akan berupaya untuk mensahihkan

persepsi mereka mengenai realitas, bahkan jika persepsi tersebut keliru.

Pengharapan kita mengenai seseorang/sekelompok orang akan

menentukan perilaku kita.. Misalnay manager memperkirakan orang akan

berkinerja minimal, mereka akan cenderung berperilaku demikian untuk

memenuhi ekspektasi rendah ini.

Evaluasi kinerja

Penilaian kinerja seorang karyawan sangat bergantung pada proses

perseptual. Walaupun penilaian ini bisa objektif, namun banyak yang

dievaluasi secara subjektif. Ukuran subjektif adalah berdasarkan

pertimbangan, yaitu penilai membentuk suatu kesan umum mengenai

karyawan. Semua persepsi dari penilai akan mempengaruhi hasil

penilaian tersebut.

Upaya karyawan

Dalam banyak organisasi, tingkat upaya seorang karyawan dinilai

sangat penting, jadi bukan hanya kinerja saja. Namun penilaian terhadap

upaya ini sering merupakan suatu pertimbangan subjektif yang rawan

terhadap distorsi-distorsi dan prasangka (bias) perseptual.

Kesetiaan karyawan

Pertimbangan lain yang sering dilakukan manager terhadap karyawan

adalah apakah karyawan tersebut setia atau tidak kepada organisasi.

Sayangnya, banyak dari penilaian kesetiaan tersebut bersifat

Page 12: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

9

pertimbangan. Misalnya saja individu yang melaporkan tindakan tak etis

dari atasan dapat dilihat sebagai bertindak demi kesetiaan kepada

organisasi ataupun sebagai pengacau.

Pembentukkan Profil

Pembentukkan stereotip dimana satu kelompok individu dipilih

biasanya berdasarkan ras atau etnis untuk penyelidikan intensif, inspeksi

ketat atau investigasi.

2.2 Pengambilan Keputusan

2.2.1 Devinisi Pengambilan Keputusan

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas.

Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang

harus dilakukan dan mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan

bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang

berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah yang dihadapinya.

Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat penting. Jiwa

kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah

dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan

yang berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan

keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi

terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang

mendasarkan diri pada relasi sesama.

Kemudian terdapat definisi menurut para ahli, antara lain :

Menurut George R. Terry :

pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan)

tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.

Page 13: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

10

Menurut Sondang P. Siagian :

pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap

hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut

perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.

Menurut James A. F. Stoner :

pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih

suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Dari definisi pengambilan keputusan diatas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak

boleh sembarangan. Pengambilan keputusan itu sendiri suatu cara yang

digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu

masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.

Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas,

sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari

alternatif yang ada.

2.2.2 Proses Pengambilan Keputusan

Pengambil keputusan yang optimal adalah rasional. Artinya dia membuat

pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas tertentu. Terdapat

asumsi-asumsi khusus yang mendasari model ini. Asumsi tersebut yaitu :

a) Model Rasional

Enam langkah dalam model pengambilan keputusan rasional diurutkan

sebagai berikut :

Tetapkan masalah

Identifikasikan criteria keputusan

Alokasikan bobot pada criteria

Kembangkan Alternatif

Page 14: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

11

Evaluasi alternative

Pilihlah alternatif terbaik

b) Asumsi Model

Model pengambilan keputusan rasional yang baru saja digambarkan

mengandung sejumlah asumsi sebagai berikut :

Kejelasan masalah

Pilihan-pilihan diketahui

Pilihan yang jelas

Pilihan yang konstan

Tidak ada batasan waktu atau biaya

Pelunasan maksimum

2.2.3 Meningkatkan Kreativitas Dalam Pengambilan Keputusan

Kreativitas penting bagi pengambil keputusan, hal ini memungkinkan

pengambil keputusan untuk lebih sepenuhnya menghargai dan memahami

masalah, termasuk melihat masalah-masalah yang tidak dapat dilihat orang lain.

a) Potensial Kreatif

Kebanyakan orang mempunyai potensial kreatif yang dapat mereka

gunakan bila dikonfrontasikan dengan sebuah masalh pengambilan

keputusan. Namun untuk melepaskan potensial tersebut, mereka harus

keluar dari kebiasaan psikologis yang kebanyakan dari kita terlibat di

dalamnya dan belajar begaimana berpikir tentang satu maslah dengan cara

yang berlainan.

b) Model Kreatifitas Tiga Komponen

Model ini mengemukakan bahwa kreativitas individual pada

hakikatnya menuntut keahlian, keterampilan berpikir kreatif, dan motivasi

tugas intrinsic. Semakin tinggi tingkat dari masing-masing ketig kompoen

Page 15: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

12

ini semakin tinggi kretivitasnya. Keahlian adalah landasan bagi semua

kerja kretif. Komponen kedua adalah keterampilan berpikir kreatif,

sedangkan komponen terakhir dalah motivasi tugas intrinsik.

2.2.4 Praktek Pengambalian Keputusan Dalam Organisasi

a) Rasionalitas Terbatas

Yaitu para individu mengambil keputusan dengan merancang bangun

model-model yang disederhanakan yang menyuling cirri-ciri hakiki dari

masalah tanpa menangkap semua kerumitannya. Aspek yng menarik dari

rasionalitas terbatas ini adalah bahwa urutan di mana alternatif-alternatif

dipertimbangkan bersifat kritis dalam menentukan alternatif mana yang

dipilih.

b) Intuisi

Pengambilan keputusan intuitif seperti yang digunakan oleh Joe

Garcia baru-baru ini muncul dan disegani. Ada sejumlah cara untuk

mengkonseptualkan intuisi. Pengambilan keputusan secara intuitif

sebagai suatu proses tak sadar yang dicipakan dari dalam pengalaman

yang tersaring.

c) Identifikasi Masalah

Masalah-msalah yang tampak cenderung memiliki probabilitas

terpilih yang lebih tinggi disbanding masalh-masalah yang penting. Kita

dapat menawarkan sekuarang-kurangnya 2 alasan. Pertama, mudah untuk

mengenali masalah-masalah yang tampak. Kedua, perlu diingat bahwa

kita prihatin dengan pengambilan keputusan dalam organisasi.

d) Pengembangan Alternatif

Karena pengambil keputusan jarang mencri suatu pemecahan

optimum, melainkan yang agak memuaskan, kami berharap untuk

menemukan suatu penggunaan minimal atas kreativitas dalam mencari

alternatif-alternatif.

Page 16: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

13

e) Membuat Pilihan

Untuk menghinhari informasi yag terlalu sarat, para pengambil

keputusan mengandalkan heuristik atau jalan pintas penilaian dalam

pengambilan keputusan. Terdapat dua macam heuristik yaitu :

Heuristik ketersediaan, kecenderungan bagi orang-orang untuk

mendasarkan penilain pada informasi yang sudah ada di tangan

mereka.

Heuristik representatif, menilai kemungkinan dari suatu kejadian

dengan menarik analogi dan meliha situasi identik di mana

sebenarnya tidak identik.

Peningkatan komitmen, suatu peningkatan komitmen pada suatu

keputusan sebelumnya meskipun ada informasi negatif.

f) Perbedaan karakteristik individu akan mempengaruhi gaya pengambilan

keputusan

Riset terhadap gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi

empat pendekatan individual yang berbeda terhadap pengambilan

keputusan. Keempat pendekatan ini meliputi Analitis, Konseptual,

Direktil, dan Behavioral. Selain meberikan satu kerangka untul melihat

perbedaan-perbedaan individual, gaya pengambilan keputusan dapat

bermanfaat untuk membantu anda memahami bagaiman dua orang yang

tingkat intelegensinya sama, degan mengakseske informasi yang sama,

dapat berbeda dalam cara-cara mereka melakukan pendekatan dalam

keputusan dan pilihan terakhir yang mereka ambil.

Page 17: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

14

Direktif Rasional-toleransi rendah.

Efisien (informasi minimal), dan logis.

Mengambil keputusan dengan cepat,berorientasi jangka

pendek.

Analitik Rasional-toleransi tinggi.

Lebih banyak informasi dan alternatif.

Pengambilan keputusan cermat.

Konseptual Intuitif-toleransi tinggi.

Pandangannya sangat luas dan mempertimbangkan

banyak alternatif.

Orientasi jangka panjang dan mampu menemukan solusi

kreatif

Perilaku Intutif-toleransi rendah.

Pengambil keputusan dapat bekerja baik dengan yang

lain.

Memperhatikan kinerja rekan kerja dan bawahan, resptif

terhadap usulan-usulan, mengedepankan komunikasi,

menghindari konflik, dan mengupayakan penerimaan.

(Catatan) Tiap manajer memiliki lebih dari satu karakteristik, tetapi

memiliki gaya yang dominan, dan yang sebagai

penunjang.

Manajer yang luwes dapat menyesuaikan gayanya dengan

situasi.

Page 18: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

15

Dua orang yang intelegensinya sama dan mengakses pada

informasi yang sama, dapat berbeda dalam pendekatan

pengambilan keputusan.

g) Hambatan Organisasional

Orgaisasi sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan.

1. Evaluasi Kinerja, para manajer sangat dipengaruhi dalam

pengambilan keputusan mereka oleh criteria yang mereka gunakan

untuk mengevaluasi.

2. Sistem Imbalan, mempengaruhi pengambil keputusan dengan

mengemukakan terhadap mereka pilihan apa yang lebih disukai

mengenai upah.

3. Pembatasan waktu yang menentukan system, organisasi menentukan

tenggat waktu atas keputusan-keputusan.

4. Perseden Historis, keputusan tidak diambil dalam keadaan vakum.

Keputusan selalu ada dalam konteks. Keputusan yang diambil di masa

lalu adalah hantu yang terus-menerus membayangi pilihan terakhir.

h) Perbedaan Budaya

Model rsional tidak membut pengakuan akan perbedaan budaya. Kita

perlu mengakui bahwa latar belakang budy dari pengambil keputusan

dapat membawa pengaruh yang besar terhadap seleksi masalahnya,

kedalaman analitis, arti penting yang ditempatkan pada logika dan

rasionalitas, atau apakah keputusan organisasional hendaknya diambil

secara otokratis oleh seorang manajer individual atau secara kolektif

dalam kelompok.

Page 19: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

16

2.2.5 Etika Dalam Pengambilan Keputusan

Pertimbangan etis merupakan suatu criteria yang penting dalam

pengambilan keputusan organisasioanal. Tiga cara yang berlainan untuk embuat

kerangka keputusan dan memeriksa factor-faktor yang membentuk perilaku

pengambilan keputusan etis. Tiga criteria keputusan etis tersebut yaitu :

1. Kriteria Utilitarian, keputusan diambil semata-mata atas hasil atau

konsekuensi mereka. Pada kriteria ini mendorong efisiensi dan

produktivitas, tetapi dapat mengakibatkan pengabaian hak dari beberapa

individu.

2. Kriteria menekankan pada hak, mempersilahkan individu untuk mengambil

keputusan yang konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan mendasar.

Penggunaan hak sebagai kriteria dapat memberikan kebebasan dan

perlindungan kepada individu, tetapi dapat merintangi efisiensi dan

produktivitas.

3. terwakili dan yang kurang berkuasa, tetapi kriterian ini dapat mendorong

kepemilikian yang akan mengurangi pengambilan risiko, inovasi, dan

produktivitas.

2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis

Tahap perkembangan moral

Yaitu suatu penilaian terhadap kapasitas seseorang untuk menimbang

yang secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seseorang

makin kurang bergantung pada pengaruh-pengaruh luar dan makin

cenderung berperilaku etis.

Lingkungan Organisasional

Page 20: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

17

Orang-orang yang kekurangan rasa moral yang kuat akan jauh lebih

kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tidak etis jika

mereka dihambat oleh lingkungan organisasional yang tidak menyukai

perilaku semacam itu, sebaliknya individu yang sangat berbudi dapat

dicemari oleh suatu lingkungan organisasional yang mengijinkan atau

mendorong prakte-praktek tak etis

Tempat Kedudukan Kendali (Locus of Control)

Merupakan karakteristik kepribadian yang mengukur sejauh mana

orang meyakini bahwa mereka bertanggung jawab untuk peristiwa-

peristiwa dalam hidup mereka.

LOC Internal, lebih mengandalkan pada standar internal mereka

sendiri mengenai benar atau salah untuk memandu perilaku

mereka.

LOC Eksternal, lebih kecil kemungkinannya untuk memikul

tanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi dari perilaku

mereka dan lebih besar kemungkinan untuk mengandalkan

pengaruh-pengaruh eksternal.

Tiga Kriteria Keputusan Etis

1. Utiliteranisme : Keputusan dibuat untuk memberikan manfaat yang

terbesar bagi jumlah yang terbesar. Dan ini konsisten dengan tujuan-

tujuan efisiensi, produktifitas dan laba tinggi. Misalnya Outsourcing,

relokasi perusahaan.

2. Hak : Keputusan individu atas dasar hak individu mereka. Misal :

pengungkapan masalah perusahaan terhadap pihak luar.

Page 21: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

18

3. Keadilan: Aturan-aturan harus adil dan tidak berat sebelah (missal :

upah sama untuk pekerjaan yang sama).

2.2.7 Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan

Pengambilan kuputusan individual baik ditignkat bawah maupun atas

merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana

individu dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka

sebagiah besar dipengaruhi oleh persepsi mereka. Pengambilan keputusan terjadi

sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu penyimpangan

antara suatu keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan, yang

menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Misalnya, seorang manager

suatu divisi menilai penurunan penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan,

namun didivisi lain penurunan sebesar itu dianggap memuaskan oelh

managernya.

Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi

terhadap informasi. Karena itu, data yang diterima perlu disaring, diproses, dan

ditafsirkan. Misalnya, data mana yang relevan dengan pengambilan keputusan.

Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut menentukan hal tersebut, yang akan

mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.

Page 22: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

19

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan mengenai persepsi dan pengambilan keputusan

individual di atas, maka kita dapat mengetahui pentingnya memahami kedua hal

tersebut. Keduanya saling berhubungan dalam membentuk suatu perilaku

organisasi. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau

informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari

individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu,

pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh

dalam proses persepsi.

Sedangkan pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk menentukan

satu pilihan dari beberapa hal untuk menentukan satu pilihan dari beberapa

alternatif sebagai upaya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang

tentunya memiliki risiko. Setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi

terhadap informasi. Karena itu, data yang diterima perlu disaring, diproses, dan

ditafsirkan. Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut menentukan hal

tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.

Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh empat

faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, kecenderungan dalam

pengambilan resiko dan kemungkinan ketidakcocokan. Persepsi merupakan

fungsi penting bagi individu dalam membuat keputusan (decission making)

karena persepsi mejadi landasan bagi individu untuk menyusun identifikasi,

analisa, serta menyimpulkan suatu objek atau subjek yang dipersepsikan.

Dengan membuat persepsi yang benar terhadap suatu informasi akan

memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses pengambilan

keputusan. Dengan memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan tersebut

maka memperbesar kemungkinan tercapainya visi dan misi dari suatu organisasi.

Page 23: Persepsi Dan Pengambilan Keputusan

20

DAFTAR PUSTAKA

Anzizhan dan Syafaruddin. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta:

Grasindo.

Modul 3 kepribadian, emosi, dan keputusan.pdf/ Modul UNPAD

Robbins, Stephen P. Organizational Behaviour. 2013. San Diego : Pearson

http://eprints.undip.ac.id/5787/1/Pengambilan_Keputusan_-_AYUN_SRIATMI.pdf

http://sugenk.staff.gunadarma.ac.id

http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/05/persepsi-dan-pembuatan-

keputusan.html, diakses pada Maret 2014

http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-

mempengaruhi/