Pert Us Is

27
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PERTUSIS A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella Pertusis ( Kapita Selekta jilid 2 : 428 ). Pertusis sering dikenal dengan sebutan batuk rejan atau batuk anjing. Pertusis disebut juga sebagai Tussis Quinta, Whooping cough atau Batuk Rejan adalah suatu infeksi akut saluran nafas, yang dapat mengenai setiap penjamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak yang ditandai oleh batuk spasmodic yang lama yang berakhir pada batuk-batuk dengan suara keras ( ‘whoop’ ) dan disertai dengan muntah. 2. Etiologi Pertusis biasanya disebabkan oleh Bordetella Pertusis (Hemophilus Pertusis). Bordetella Pertusis adalah suatu kuman tidak bergerak, gram negative, dan didapatkan dengan cara melakukan pengambilan usapan pada daerah nasofaring pasien pertusis. Ada spesies Bordetella lain yaitu B. Parapertusis , B. Bronchiseptica dan virus-virus adeno tipe I, II, III dan V yang menyebabkan suatu penyakit mirip pertusis ringan. Bordetella Pertussis merupakan agen 1

Transcript of Pert Us Is

Page 1: Pert Us Is

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN PERTUSIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella Pertusis (

Kapita Selekta jilid 2 : 428 ). Pertusis sering dikenal dengan sebutan batuk rejan atau

batuk anjing.

Pertusis disebut juga sebagai Tussis Quinta, Whooping cough atau Batuk Rejan

adalah suatu infeksi akut saluran nafas, yang dapat mengenai setiap penjamu yang

rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak yang ditandai oleh batuk

spasmodic yang lama yang berakhir pada batuk-batuk dengan suara keras ( ‘whoop’ )

dan disertai dengan muntah.

2. Etiologi

Pertusis biasanya disebabkan oleh Bordetella Pertusis (Hemophilus Pertusis).

Bordetella Pertusis adalah suatu kuman tidak bergerak, gram negative, dan didapatkan

dengan cara melakukan pengambilan usapan pada daerah nasofaring pasien pertusis.

Ada spesies Bordetella lain yaitu B. Parapertusis , B. Bronchiseptica dan virus-virus

adeno tipe I, II, III dan V yang menyebabkan suatu penyakit mirip pertusis ringan.

Bordetella Pertussis merupakan agen etiologi terbesar pertusis pada anak-anak yang

tidak diimunisasikan.

3. Patofisiologi

Mulainya penyakit, biasanya muncul sebagai akibat pilek tanpa demam yang

berlanjut dengan suatu peningkatan jumlah serangan batuk yang menjadi hebat dan

paroksimal. Biasanya lebih lazim dimulai pada malam hari, tetapi kemudian lebih

banyak batuk selama siang hari dengan 20 atau lebih serangan dalam 24 jam. Anak

membuat usaha keras untuk membersihkan jalah nafas dari lendir , dan bila ini dipaksa

keluar, maka akan diikuti dengan “rejan” yang khas dan sering muntah.

1

Page 2: Pert Us Is

Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Organisme hanya akan

berkembang biak jika behubungan dengan epitel bersilia yang menimbulkan eksudasi

mukopurulen. Lesi berupa nekrosis bagian basal dan tengah sel epitel torak disertai

infiltrat neutrofil dan makrofag. Lesi biasanya terdapat pada bronkus dan bronkiolus

namun mungkin terdapat perubahan-perubahan pada selaput lendir trakea, laring dan

nasofaring.

Pohon Masalah

Bordetella Pertussis

Silia sel-sel epitel

Endotoksik Pertusinogen

Fungsi silia terganggu

Aliran mucus toksik

Kapsul anti fagosit

Penggumpalan lendir Kemampuan menelan terganggu

Jalan nafas tidak efektif Batuk sangat berat Perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan

2

Page 3: Pert Us Is

4. Manifestasi Klinis

Masa tunas rata-rata pertusis adalah 7 hari dan berkisar antara 6-20 hari. Pada

umumnya penyakit berlangsung selama 6-8 minggu.

Gejala-gejala sistemis pada umumnya terbagi dalam 3 stadium :

1. Stadium Kataralis ( 1-2 minggu atau lebih )

Tanda / gejala :

- Gejala infeksi saluran nafas bagian atas dengan timbulnya rinore.

- Batuk dan panas yang ringan.

- Anoreksia.

- Batuk timbul mula-mula malam, siang dan menjadi semakin berat.

- Sekret banyak dan kental.

- Konjungtiva kemerahan.

Pada stadium ini biasanya tidak dipikirkan diagnosis pertusis karena sering tidak

dapat dibedakan dengan penyakit influenza.

2. Stadium Spasmodik ( 2-4 minggu atau lebih )

Tanda / gejala :

- Batuk hebat di tandai dengan whoop ( tarikan nafas panjang dan dalam, berbunyi

melengking ).

- Batuk 5-10 kali per hari atau 10-20 kali per hari.

- Selama serangan muka menjadi merah atau sianosis, mata tampak menonjol,

lidah menjulur keluar.

- Tampak gelisah dan berkeringat.

- Dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva dan epistsksis.

- Akhir serangan sering kali memuntahkan lendir atau sputum kental.

- Pada serangan batuk, nampak pelebaran pambuluh darah muka dan leher.

- Selama serangan, dapat sampai keluar kencing.

- Sesudah serangan, anak terbaring kelelahan dan sesak nafas.

Pada bayi dibawah umur 3 bulan, paroksimalitas dapat disertai atau berakhir dengan

apnea dan juga dapat terjadi aspiksia yang berakibat fatal.

3

Page 4: Pert Us Is

3. Stadium Konvalesensi ( 2 minggu )

Tanda / gejala :

- Berhentinya whoop dan muntah-muntah.

- Puncak serangan paroksimal berangsur-angsur menurun.

- Batuk masih menetap untuk beberapa waktu dan akan hilang sekitar 2-3 minggu.

- Ronki difus pada stadium spasmodik mulai menghilang.

- Infeksi semacam “commond cold“ dapat menimbulkan serangan.

5. Komplikasi

1. Alat Pernafasan

Bronchitis, atelektasis yang disebabkan sumbatan mucus, emfissema, bronkiektasis

dan bronkopneumonia yang disebabkan infeksi sekunder, misalnya karena

streptokokkus hemolitik, pneumukokkus, stafilokokkus,dll.

2. Saluran Pencernaan

Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi, prolaps rectum atau

hernia, ulkus pada ujung lidah dan stomatitis.

3. Sistem Saraf Pusat

Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah-

muntah. Kejang berat bisa terjadi karena penyebab anoksia. Kadang-kadang

terdapat kongesti dan edema otak, serta dapat pula terjadi perdarahan otak

.

6. Pemeriksaan Laboratorium

a. Laboratorium : LED dan leukosit meningkat.

Pada stadium kataralis dan permulaan stadium plasmodik jumlah leukosit

meningkat antara 15.000 - 45.000 per mm3 dengan limfositosis. Diagnosis dapat

diperkuat dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan nafas yang dikeluarkan

pada waktu batuk.

b. Foto thorax, CT Scan.

c. Periksa sputum.

4

Page 5: Pert Us Is

7. Penatalaksanan Medis

1. Antibiotik

a. Eritromisin dengan dosis 50 mg / kg BB / hari dibagi dalam 4 dosis. Obat ini

menghilangkan B. Pertussis dari nasofaring dalam 2-7 hari ( rata-rata 3-6 hari )

dan dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi.

Eritromisin juga menggugurkan atau menyembuhkan pertussis bila diberikan

dalam stadium kataral, mecegah dan menyembuhkan pneumonia dan oleh

karena itu sangat penting dalam pengobatan pertusis khususnya pada bayi

muda.

b. Ampisilin dengan dosis 100 mg / kg BB / hari, dibagi dalam 4 dosis.

c. Lain-lain : Rovamisin, kotrimoksazol, klorampenikol dan tetrasiklin.

2. Ekspektoran dan mukolitik.

3. Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk yang hebat sekali.

4. Luminal sebagai sedative

8. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Pembersihan jalan nafas.

2. Pemberian oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat yang disertai

sianosis.

3. Pemberian makanan dan obat.

Hindari makanan yang sulit ditelan dan makanan bentuk cair.

9. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan secara aktif dan pasif.

a. Pencegahan secara aktif.

Yakni dengan memberikan vaksin pertussis dalam jumlah 12 unit dibagi dalam 3

dosis dengan interval 8 minggu. Penyelidikan imunologis membentuk antibodi.

Oleh karena itu sebenarnya vaksin pertussis telah dapat diberikan pada masa

neonatus dan kemudian di susul dengan pemberian vaksin DT.

b. Secara pasif

5

Page 6: Pert Us Is

Secara pasif pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan kemopropilaksis.

Ternyata eritromisin dapat mencegah terjadinya pertussis untuk sementara waktu.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

1. Identitas pasien

2. Keluhan utama

Antara lain : Batuk terus menerus, batuk berat, kering dan keras, sulit makan atau

anorexia, muntah-muntah, suhu meninggi, gelisah, gangguan pada waktu bernafas

serta berkeringat terus menerus.

3. Riwayat penyakit

- Riwayat 1 – 2 minggu gejala infeksi saluran nafas bagian atas (ISPA) (bagian

kataral).

- Memburuknya batuk pada episode spasmodik diikuti dengan muntah (pada

tahap paroksismal).

- Frekuensi batuk meningkat sampai beberapa kali dalam 1 jam.

- Batuk diikuti dengan muntah dengan mukus kental.

- Derajat distres penafasan selama spasme, terutama perubahan warna selama

spasme (wajah marah terang atau sianotik).

a. Riwayat penyakit sekarang, kapan dirasakan, bagaiman sifat keluhan, berapa

lama keluhan dirasakan dan tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk

mengatasinya.

b. Riwayat penyakit dahulu, apaka dulu pernah mengalami hal yang serupa.

c. Riwayat penyakit keluarga, apakah ada keluarga yang menderita penyakit yag

sama, penyakit epilepsi atau penyakit susunan saraf pusat.

4. Pemeriksaan fisik

- Inspeksi

Muka pasien menjadi merah, mata tampak menonjol keluar, wajah cemas,

gelisah.

- Palpasi

Suhu tubuh meningkat, ekspansi toraks.

- Perkusi

6

Page 7: Pert Us Is

Resonan atau hiperresonan.

- Auskultasi

Terdengar ronki luas dan krepitasi kasar.

5. Data penunjang

a. Laboratorium : LED dan leukosit meningkat.

b. Foto thorax, CT Scan.

c. Periksa sputum.

II. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan sekresi pulmonary kental.

Tujuan : Jalan nafas jadi efektif.

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau tanda vital satiap 2 jam.

2. Berikan lingkungan yang aman

dan tenang.

3. Kaji kemampuan anak untuk

membersihkan sendiri sekresinya.

4. Gunakan penghisap

untuk mempertahankan jalan nafas

yang bersih.

5. Tinggikan kepala tempat tidur.

6. Kurangi pemajanan anak tarhadap

debu, asap, perubahan suhu,

1. Tanda vital membaik

menunjukkan adanya

perkembangan proses

penyembuhan.

2. Membantu anak rileks untuk

menunjang penyembuhan

penyakitnya.

3. Menurunkan kecemasan

sehubungan dengan kesulitan

bernafas atau ketidakmampuan

mengatasi sekret sendiri.

4. Sekret dapat menyumbat jalan

nafas dan menunjukkan derajat

hipoksemisa.

5. Memaksimalkan ekspansi paru,

menurunkan upaya pernafasan

serta kelancaran bernafas.

7

Page 8: Pert Us Is

keceriaan berlebihan 6. Pencetus tipe reaksi alergi

pernafasan yang dapat

menyebabkan episode akut.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

muntah berlebihan.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

INTERVENSI RASIONAL

1. Hitung kebutuhan kalori sesuai

usia dan berat badan serta timbang

BB tiap hari.

2. Berikan makanan sedikit dan

sering setelah batuk / muntah.

3. Bila pemberian makanan

dimuntahkan, cagah aspirasi

dengan penghisap.

4. Berikan makanan tinggi kalori dan

makanan yang disukai anak.

1. Keperluan energi untuk aktivitas,

kehilangan BB merupakan

petunjuk masukan makanan

yang buruk.

2. Memaksimalkan masukan nutrisi

tanpa kelemahan dan menurukan

iritasi gaster.

3. Mencegah distensi abdomen dan

perdarahan gaster karena

muntah.

4. Pertimbangan kemampuan

individu dapat memperbaiki

masukan nutrisi. Menyediakan

energi yang diperlukan .

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai

perawatan yang dibutuhkan di rumah dan proses penyakit.

Tujuan : Orang tua dapat memahami proses penyakit dan cara merawat anak

di rumah.

INTERVENSI RASIONAL

1. Ajari orang tua mengenai tahapan

proses penyakit (tahap kataral,

1. Pengetahuan yang memadai pada

proses penyakit membantu dalam

8

Page 9: Pert Us Is

paroksisme dan kompalesen).

2. Jelaskan bahwa serangan batuk

hebat akan berulang dan baru

berkurang beberapa minggu

setelah pulang.

3. Ajari orang tua menggunakan

penghisapan balon dalam

membersihkan hidung dan mulut

dari sekret.

4. Jelaskan pentingnya pamberian

makanan kembali jika terjadi

muntah.

5. Jelaskan perlunya menimbang BB

anak untuk menjamin hidrasi dan

nutrisi adekuat.

6. Ajari tentang nama-nama obat,

dosis, waktu pemberian, kegunaan

dan efek samping.

7. Jelaskan pada orang tua bahwa

pengobatan yang paling efektif

adalah mencegah dengan vaksin

pertussis.

pengobatan dan perawatan yang

adekuat.

2. Agar orang tua tidak salah

persepsi terhadap kesembuhan

anak.

3. Kemandirian orang tua sangat

mendukung dalam perawatan

anak.

4. Untuk mengganti nutrisi yang

hilang lewat muntah.

5. BB ideal menunjukkan asupan

nutrisi yang cukup.

6. Pengetahuan tentang obat

membantu orang tua dalam

meneruskan terapi yang

diberikan.

7. Dengan imunisasi dapat

mengurangi penyebaran dan

perkembangan penyakit ini.

III. Rencana Pemulangan.

1. Jelaskan terapi yang diberikan, dosis, efek samping, dan kegunaan.

2. Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal.

3. Informasikan jika terdapat tanda-tanda terjadinya kekambuhan.

4. Jelaskan mengenai nutrisi dan pengaturan makanan yang baik bagi perkembangan

anak.

9

Page 10: Pert Us Is

5. Berikan pengetahuan tentang lingkungan yang berpengaruh buruk dan yang baik

pada kesehatan.

6. Berikan pengetahuan tentang cara merawat anak di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Behram, Ricard & Nelson. 1992. ”Ilmu kesehatan anak”. Jakarta : EGC

Doengoes, Marylin. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Latzel, Pincus & Ian Roberts. 1990. Kapita Selekta Pediatrik. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta Kedokteran jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Pusdiknakes. 1989. Perawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Depkes RI

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Jakarta :

FKUI

Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 1. Jakarta : Perpustakaan

Nasional RI

10

Page 11: Pert Us Is

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BR0NCO PNEMONIA

A. PengertianBroncopnemonia menurut Ngastiyah, 1997 dan Lab/UPF Ilmu kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, 1994 merupakan salah satu pembagian dari pneumonia menurut dasar anatomis, yaitu peradangan pada paru-paru dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli (parenkim paru). Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing.

B. Etiologi1. Bakteri

Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, lainnya adalah stafilokokus, klebsiela, m.tuberculosis, mikoplasma pneumonia.

2. VirusVirus adeno, virus parainfluenza, virus influenza, virus respiratori sinsisial.

3. JamurKandida, histoplasma, koksidioides

4. ProtozoaPneumokistis karinii

5. Bahan kimiaa. Aspirasi makanan/ susu / isi lambungb. Keracunan hidrokarbon ( minyak tanah, bensin, dan sebagainya )

C. PatofisiologiPada anak-anak (usia > 1 tahun) yang gizinya baik, biasanya pneumonia timbul karena komplikasi infeksi saluran nafas akut. Timbulnya kasus ini ditandai dengan suhu tubuh meningkat, batuk yang hebat, sesak nafas, gelisah, sianosis bahkan sampai penurunan kesadaran.Pada bayi (usia < 1 minggu) pneumonia timbul karena aspirasi cairan ketuban atau secret jalan lahir ibunya sewaktu dilahirkan. Adanya pneumonia biasanya dicurigai bila bayi menjadi lemah, tidak mau minum dan sesak nafas.

D. Tanda / Gejala1. Biasanya gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh

infeksi saluran nafas bagian atas.2. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernafasan agak cepat dan dangkal

(bahkan sampai pernafasan cuping hidung)3. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi kejang.

11

Page 12: Pert Us Is

4. Anak merasa nyeri/sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernafas bahakn sesak. Rasa nyeri ini akibat gesekan pleura yang meradang.

5. Batuk disertai sputum yang kental.6. Takipnea7. Distensi abdomen.8. Nafsu makan menurun.9. Kaku kuduk10. Sianosis

E. Penatalaksanaan

Secara Non Medis1. Atur posisi anak agar lebih mudah bernafas misalnya dengan posisi fowler.2. Mengajarkan anak cara batuk yang efektif yaitu dengan menarik nafas panjang

kemudian batukkan sambil mengeluarkan dahak/sputum.3. Bila terjadi kejang, tindakan yang harus dilakukan :

a. Pasang spatel lidah diantara gigi gerahamb. Bersihkan jalan nafas anakc. Longgarkan pakaian anak dan beri lingkungan yang nyamand. Awasi anak jangan sampai terbentur pada tempat tidur atau jatuh dari tempat tidur.

4. Bila suhu badan anak tinggi, turunkan dengan cara :a. Kompres hangatb. Kenakan pakaian yang tipisc. Berikan ekstra minum jika tidak ada kontraindikasid. Observasi suhu secara rutin

5. Bawa anak ke rumah sakit secepat mungkin bila ada tanda/gejala pneumonia lebih lanjut.

Secara MedisPada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita yang rawat inap ( penyakit berat ) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman penyebab.1. Umur 3 bulan – 5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh streptokokus pneumonia,

hemofilus influenza atau stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai :Kombinasi :Penisilin prokain 50.000-100.000 Kl/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.Atau kombinasi lainnya :

12

Page 13: Pert Us Is

Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV 4 kali sehariAtau bisa juga :Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam oral, 4 kali sehari.

2. Umur kurang dari 3 bulan, biasanya disebabkan oleh : streptokokus pneumonia, stafilokokus, atau bakteriaceae.Kombinasi :Penisilin prokain 50.000-100.000 Kl/kg/24 jam IM, 1-2 kali sehari, dan gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.Kombinasi lainnya :Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.Kombinasi ini juga bisa diberikan pada anak-anak lebih dari umur 3 bulan dengan malnutrisi berat atau penderita immunocompromized.

3. Anak-anak usia lebih dari 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :streptokokus pneumonia, dapat diberikan :

Penisilin prokain IM; atau Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 Kl/kg/24 jam oral, 4 kali sehari; atau Eritromisin ( dosis sda ); atau Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.

Mikoplasma pneumonia, dapat diberikan : Eritromisin ( dosis sda )

4. Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan re-evaluasi apakah perlu dipilih antibiotic lain.

5. Lamanya pemberian antibiotok bergantung pada :a. Kemajuan klinis penderitab. Jenis kuman penyebab

Indikasi rawat inap :1. Ada kesukaran nafas, toksis2. Sianosis3. Umur kurang dari 6 bulan4. Adanya penyulit seperti empiema5. Diduga infeksi stafilokokus6. Perawatan di rumah kurang baik

Pengobatan simptomatis :1. Zat asap dan uap2. Ekspektoran bila perlu

13

Page 14: Pert Us Is

Fisioterapi :1. Postural drainase2. Fisioterapi dada dengan menepuk – nepuk.

F. ASUHAN KEPERAWATAN1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. IdentitasUmumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotic yang tidak sempurna.

b. Riwayat keperawatan1) Keluhan utama

Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, disertai pernafasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut yang kadang juga disertai muntah dan diare bahkan sampai tinja berdarah dengan atau tanpa lender, anoreksia dan muntah.

2) Riwayat penyakit sekarangBronkopnemonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40°C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

3) Riwayat penyakit dahuluPernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.

4) Riwayat kesehatan keluargaAnggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernafasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.

5) Riwayat kesehatan lingkunganMenurut Wilson dan Thompson, 1990 pnemonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selian itu pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau benyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.

6) ImunisasiAnak yang tidak mendapatkan imunisasi berisiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernafasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.

7) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan8) Nutrisi

Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energy protein=MEP).c. Pemeriksaan persistem

1) Sistem kardiovaskuler

14

Page 15: Pert Us Is

Takikardia, irritability.2) Sistem pernafasan

Sesak nafas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernafas, pernafasan cuping hidung, ronkhi, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernafasan tidak teratur/irregular, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/secret. Orangtua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.

3) Sistem pencernaanAnak malas minum atau makan, muntah, BB turun, lemah. Pada orang tua dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.

4) Sistem eliminasiAnak atau bayi menderita diare atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi ringan sampai berat.

5) Sistem sarafDemam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.

6) Sistem lokomotor/musculoskeletalTonus otot menurun, lemah secar umum.

7) Sistem endokrinTidak ada kelainan.

8) Sistem integumentTurgor kulit menurun, membrane mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering.

9) Sistem pengindraanTidak ada kelainan.

d. Pemeriksaan diagnostic dan hasilSecara laboratorik ditemukan leukosit, biasanya 15.000-40.000/m³ dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan secret secara bronkoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung. Biakan dan test resistensi menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada function misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest X-Ray ) dilakukan untuk melihat : Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA. Luas daerah paru yang terkena. Evaluasi pengobatanPada bronkopnemonia bercak-bercak infiltrate ditemukan pada salah satu atau beberapa lobus.Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO₂<0 mmHg.

15

Page 16: Pert Us Is

MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR(POHON MASALAH)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. produk mukus berlebihan dan kental,

batuk tidak efektif.

16

ISPA

Daya tahan tubuh menurun

Penyakit menahunInfeksi dan peradangan pada parenkim

paru : bronkopneumonia

Perubahan membran kapiler alveolar

Hipersekresi mukus

Penumpukan mukusGangguan pertukaran gas

Tidak efektif bersihan jalan napas

Dyspnea, malas minum, berat badan

menurun

Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Hipertermi

Page 17: Pert Us Is

b. Gangguan pertukaran gas b. d. peerubahan membrane alveolar.

c. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat.

d. Hipertermi b.d proses inflamasi paru.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan KeperawatanTujuan dan kriteria hasil

Intervensi Rasional

Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. produk mukus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif.

Jalan napas pasien akan paten dengan kriteria hasil jalan napas bersih, batuk hilang, x ray bersih, RR 15 – 35 X/menit.

1. Auskultasi bunyi napas

2. Kaji karakteristik secret

3. Beri posisi untuk pernapasan yang optimal yaitu 35-45 0

4. Lakukan nebulizer, dan fisioterapi napas

5. Beri agen antiinfeksi sesuai order

6. Berikan cairan per oral atau iv line sesuai usia anak.

Menetukan adekuatnya pertukran gas dan luasnya obstruksi akibat mucus.Infeksi ditandai dengan secret tebal dan kekuninganMeningkatkan pngembangan diafragma

Nebulizer membantu menghangatkan dan mengencerkan secret. Fisioterapi membantu merontokan secret untuk dikeluarkan.Menghambat pertumbuhan mikoroorganismeCairan adekuat membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan

Gangguan pertukaran gas b. d. peerubahan membrane alveolar.

Pertukaran gas normal bagi pasien dengan criteria PaO2

= 80-100 mmHg, pH darah 7,35-7,45 dan bunyi napas

1. Kaji tingkat kesadaran

2. Observasi warna kulit dan capillary refill

3. Monitor ABGs

4. Atur

Tanda ini menunjukkan hipoksiaMenentukan adekuatnya sirkulasi dimana penting untuk pertukaran gas ke jaringan Deteksi jumlah Hb yang ada dan adanya infeksiMeningkatkan pertukaran gas dan

17

Page 18: Pert Us Is

bersih. oksigen sesuai order

5. Kurangi aktivitas anak

mengurangi kerja pernapasanMengurangi kebutuhan akan oksigen

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat.

Stauts nutrisi dalam batas normal dengan criteria BB bertambah 1 kg/minggu, tidak pucat, anoreksia hilang, bibir lembab

1 Auskultasi bunyi usus

2 Kaji kebutuhan harian anak

3 Ukur lingkat lengan, ketebalan trisep

4 Timbang berat badan setiap hari.

5 Berikan diet pada anak sesuai kebutuhannya

Mendokumentasikan peristaltis usus yang dibutuhkan untuk digesti.Membantu menetapkan diet individu anakHal ini menentukan penyimpanan lemak dan protein.Nutrisi meningkat akan mengakibatkan peningkatan berat badan.Memenuhi kebutuhan nutrisinya.

Hipertermi b.d proses inflamasi paru

Suhu tubuh dalam batas normal dengan criteria hasil suhu 372 0C, kulit hangat dan lembab, membrane mukosa lembab.

1. Ukur suhu tubuh setiap 4 jam

2. Monitor jumlah WBC

3. Atur agen antipiretik sesuai order.

4. Tingkatkan sirkulasi ruangan dengan kipas angina.

5. Berikan kompres air biasa

Indikasi jika ada demamLeukositosis indikasi suatu peradangan dan atau proses infeksiMegnurangi demam dengan bertindak pada hipotalamusMemfasilitasi kehlangan panas lewat konveksiMemfasilitasi kehilangan panas lewat konduksi

18