PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

41
PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK BUNRAKU KOUEN TO WAYAN GOREKKU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H DINDA ALDILLA NAMIRA NIM: 172203022 PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020 Universitas Sumatera Utara

Transcript of PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

Page 1: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

BUNRAKU KOUEN TO WAYAN GOREKKU

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O

L

E

H

DINDA ALDILLA NAMIRA

NIM: 172203022

PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan

hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga bisa

menyelesaikan kertas karya dengan judul “PERTUNJUKAN KESENIAN

BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK” sebagai syarat untuk menyelesaikan

Program Diploma III (DIII) pada Program Diploma Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan kertas karya ini banyak hambatan serta rintangan yang

penulis hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual. Untuk itu

pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Diah Syafitri Handayani, M.Litt selaku Ketua Jurusan D3

Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Zulnaidi, SS., M.Hum selaku dosen pembimbing yang dengan

ikhlas telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan

bimbingan dan juga arahan kepada penulis dalam menyelesaikan

Kertas Karya ini.

4. Seluruh staff pengajar pada program studi D3 Bahasa Jepang Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, atas didikannya selama

masa perkuliahan.

5. Dari semuanya, yang paling istimewa didalam hidup saya yaitu adalah

ibu saya Rita Safina Siregar, serta Abang-abang saya yang selalu

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

ii

memberikan semangat, dukungan, doa, serta kasih sayang yang begitu

besar kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan kertas karya ini

dengan baik juga terima kasih buat keluarga saya yang sudah

Untuk teman-teman angkatan 2017 yang telah membuat penulis selalu

semangat dalam menjalani hidup ini dan terima kasih sudah banyak

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan kertas karya

ini, sehingga kritik dan saran diharapkan oleh penulis.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga Kertas Karya ini

dapat berguna bagi kita semuanya dikemudian hari.

Medan, Juli 2020

Penulis,

DINDA ALDILLA N.

NIM : 172203022

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ................................................................. 1

1.2 Batasan Masalah ............................................................................ 3

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 3

1.4 Metode Penulisan .......................................................................... 3

BAB II GAMBARAN UMUM ......................................................................... 4

2.1 Pengertian Pertunjukan ................................................................. 4

2.2 Sejarah Bunraku ............................................................................ 6

2.3 Sejarah Wayang Golek .................................................................. 8

BAB III PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU

DAN WAYANGGOLEK ............................................................................... 11

3.1 Unsur-unsur Seni Bunraku .......................................................... 11

3.1.1 Tayu (penyanyi) ................................................................ 11

3.1.2 Dalang ............................................................................... 12

3.1.3 Ningyo (boneka) ............................................................... 13

3.2 Unsur – unsur Seni Wayang Golek ............................................. 16

3.2.1 Sinden (penyanyi) ............................................................. 16

3.2.2 Dalang ............................................................................... 17

3.2.3 Wayang (puppet) .............................................................. 18

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

iv

3.3 Perbedaan dan persamaan Seni Bunraku dan Wayang Golek ..... 19

3.3.1 Pemain (puppet) ................................................................ 19

3.3.2 Dalang ............................................................................... 21

3.3.3 Penyanyi ........................................................................... 22

BAB IV KESIMPULAN & SARAN .............................................................. 24

4.1 Kesimpulan ................................................................................. 24

4.2 Saran ............................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Budaya berasal dari kata budhi, yaitu sistem dari pemikiran dan gagasan

yang terdapat dari kesadaran yang dapat mengatur perilaku manusia sebagai

bentuk deretan dari aktivitas yang memiliki paradigma atau pola didalam suatu

kehidupan , entitas, tindakan, intelektual serta spiritual (lihat Krueber 1958:582-

583, Williams 1961:16, Croydon 1973:4). Setiap negara memiliki berbagai jenis

kebudayaan yang mempertahankan budayanya sampai saat ini, adalah negara

Jepang.

Jepang merupakan suatu negara yang kenal sebagai negara matahari terbit

dan negara bunga sakura, kenapa begitu? Karena di negara Jepang kebanyakan

beragama Shinto yang menyembah matahari sebagai tuhannya sehingga Jepang

disebut negara matahari, sedangkan julukan negara bunga sakura didapatkan

karena bunga sakura tumbuh banyak di negara Jepang. Bahkan mereka

menyambut musim semi dengan suatu tradisi, yang disebut hanami (festival detik-

detik melihat mekarnya bunga sakura). Hanami menyimbolkan kebahagiaan akan

adanya musim semi, di mana pada saat itu bunga sakura sedang mekar dengan

cantiknya. Di setiap budaya pasti memiliki arti tersendiri atau arti masing-masing.

Dari zaman jomon sampai pada zaman hesei, orang Jepang tetap dapat

melestarikan kebudayaannya sendiri. Karena Jepang memiliki budaya yang unik,

hal itu membuat Jepang di kenal seluruh dunia salah satunya Indonesia.

Budaya Jepang yang hingga sekarang masih tetap dirayakan dalam

berbagai kesempatan adalah perayaan hanami, karena masyarakat Jepang sangat

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

2

mencintai budayanya dan mereka tetap mau menjaganya. Orang Jepang bersedia

memakai kimono yang terkenal berat dan tebal hanya untuk menghadiri upacara

pernikahan, dengan begitu kita mengetahui bagaimana cintanya warga Jepang

pada kebudayaannya sendiri. terkadang kita perlu meniru cara orang Jepang dalam

melestarikan kebudayaannya. Agar kebudayaan kita juga terjaga seperti

kebudayaan Jepang.

Salah satu kebudayaan tradisional Jepang yang eksistensinya masih

dipertahankan adalah Bunraku. Bunraku merupakan salah satu budaya tradisional

yang berasal dari Jepang dengan menggunakan boneka tradisional sebagai

pemeran dalam pertunjukannya. Nama Bunraku sendiri diambil dari satu

rombongan yaitu ningyo joruri (人形浄瑠璃 , ningyō jōruri, boneka jōruri)

dianggap oleh banyak orang sebagai boneka paling canggih teater hidup saat ini,

dua-pertiga dari ukuran wayang , bekerja dengan tiga dalang yang pindah ke jenis

suara manahelo dan disertai oleh seorang musisi yang memainkan alat

musik shamisen. seni bunraku ini memiliki penonton di seluruh dunia dan

mendorong perkembangan teater barat.

Sama halnya dengan Indonesia, Indonesia juga memiliki salah satu

kebudayaan yang mirip dengan kebudayaan Jepang yaitu Wayang golek. Wayang

golek adalah salah satu seni pergelaran tradisional yang telah menjadi bagian dari

orang Sunda. Perkembangan dunia hiburan kini lebih didominasi oleh kesenian

modern, yang membuat pertunjukan kesenian wayang golek semakin jarang untuk

digelarkan. Oleh karena itu, dunia pariwisata menciptakan karya baru untuk

wayang golek, yaitu souvenir. Maka fungsi wayang golek pun berkembang dari

seni pertunjukan menjadi seni kriya.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

3

Dengan alasan tersebut penulis tertarik untuk menjadikan pertunjukan

kesenian Bunraku dan Wayang golek sebagai judul dari kertas karya ini.

1.2 Batasan Masalah

Penulis akan memfokuskan pembahasan kertas karya ini hanya mengenai

Seni Bunraku dan Wayang golek. Untuk mendukung pembahasan ini penulis akan

mengemukakan Unsur-unsur Seni boneka Bunraku dan Wayang golek serta

Perbedaan Seni boneka Bunraku dengan Wayang golek.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan tentang Seni Bunraku dan Wayang golek

2. Menjelaskan Unsur-unsur Seni Bunraku dan Wayang golek

3. Menjelaskan Perbedaan dan persamaan Bunraku dan Wayang golek

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode

kepustakaan, yakni mengumpulkan sumber-sumber bacaan yang berupa buku dan

jurnal-jurnal sebagai referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan dalam

kertas karya ini. Selain itu, penulis juga memanfaatkan informasi dari teknologi

internet sebagai referensi tambahan agar lebih akurat dan lebih jelas.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

4

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Pengertian Pertunjukan

Pertunjukan adalah sesuatu yang dipamerkan atau penampilan suatu karya

seni seperti wayang, teater drama, bioskop atau sebagainya (Kamus Besar Bahasa

Indonesia,2008:1586). Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki

banyak pergelaran kesenian tradisional. Pergelaran kesenian tradisional adalah

bagian dari kebudayaan yang tumbuh sepadan dengan pertumbuhan manusia

sebagai kreator atau penikmat karya seni.

Dari sudut pandang kesenian, terdapat unsur-unsur membangun sebuah

karya seni, misalnya pakaian, alat-alat kecantikan untuk wajah, pergelaran seni,

proses upacara berunsur adat tradisional, dan sebagainya. Selain itu, terdapat

sebuah karya seni tradisional yang masih dipertahankan yaitu kesenian boneka

atau puppet.

Menurut A. Kasim Achmad ( 2006:182 ) pergelaran seni tradisonal

merupakan bentuk pertunjukan yang anggotanya terdiri atas orang yang bertempat

tinggal disekitar wilayah, yang masih menganut dan menghormati adat istiadat,

sosial budaya beserta bentuk kontur lingkungan masing-masing. Adapun ciri-

cirinya yaitu:

1. Pergelaran panggung yang bersifat terbuka.

2. Pergelaran cerita rakyat yang disampaikan secara sederhana dan

diceritakan pada setiap generasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

5

Adapun karakteristik yang memiliki sifat tradisional, yaitu:

a. Pemain

Pemain adalah orang yang memerankan karakter tertentu dalam sebuah

pergelaran berdasarkan arahan. Seorang pemain juga merupakan pusat perhatian

utama di sebuah pertunjukan, maka dari itu seorang pemain harus memiliki

kemampuan yang mumpuni agar dapat menarik perhatian penonton.

b. Naskah

Naskah adalah sebuah cerita yang digunakan untuk menguraikan urutan

adegan, tempat, keadaan, dan dialog, yang tersusun secara dramatik untuk

menjadi acuan dalam proses produksi. Selain sebagai acuan dalam proses

produksi, naskah juga berfungsi sebagai landasan untuk menyatukan persepsi

antara produser dan kru tentang film yang akan diproduksi. Sehingga dapat

mengurangi perbedaan pemahaman dan menjadi dasar perencanaan.

c. Sutradara atau Dalang

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Sutradara adalah orang

yang memberi arahan dan bertanggung jawab akan masalah artistik dan teknis

dalam pementasan drama, pembuatan film dan sebagainya. Oleh karena itu,

sutradara adalah orang yang penting didalam sebuah pementasan drama. Dalam

pertunjukan tradisional seperti Bunraku dan Wayang golek juga memiliki

sutradara yang disebut dengan dalang.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

6

2.2 Sejarah Bunraku

Bunraku ( 文 楽 ) adalah seni tradisional dari negara Jepang yang

merupakan sebuah pertunjukan wayang boneka atau puppet. Bunraku mulai

dipopulerkan pada zaman Edo, pemerintahan raja Shogun Tokugawa periode

1609-1867. Bunraku sangat popular saat itu, terutama di wilayah Osaka. Hal itu

membuat bunraku berevolusi menjadi seni teater pada akhir abad ke-17. Bunraku

merupakan warisan budaya dunia yang dilindungi oleh UNESCO. Bunraku

menggunakan puppet yang berukuran setengah tubuh manusia dan masing-masing

dioperasikan oleh tiga orang yaitu, seorang dalang, dan dua asisten dalang. Dalang

dan asisten saling bekerja sama untuk menggerakan anggota badan, kelopak mata,

bola mata, alis, dan mulut boneka sehingga terlihat nyata dan lebih berekspresi.

Penonton dapat melihat para dalang di atas panggung sedang menggerakan

puppet. Karena para dalang tidak bersembunyi di balik panggung. Mereka justru

mengenakan pakaian serba hitam yang menyimbolkan invisibilitas .

Meskipun gerakan mereka terlihat mengganggu, tetapi itu hanya agar

pergerakan puppet terlihat natural. Masing-masing dari mereka memiliki tugas

yang berbeda. Seseorang menggerakan bagian tangan kanan dan kepala, dan yang

lainnya menggerakan tangan kiri, dan sisanya menggerakan kaki. Kesuksesan

pertunjukan wayang Bunraku terlihat dari kerjasama tim yang kompak karena

telah berlatih selama berbulan-bulan sebelum tampil di panggung, yakni para

dalang, narator, dan pemain musik.

Sejarah kesenian tradisional Bunraku terbentuk dari kombinasi cerita

drama boneka, seorang tayu (penyanyi), pemain alat musik shamisen pada awal

zaman Edo. Seni Bunraku pertama kali terbentuk diawal zaman Joukyo pada

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

7

tahun 1684-1687 di sebuah kota bernama Osaka. Chikamatsu Monzaemon adalah

seorang penulis naskah cerita yang mengikuti salah satu bagian dalam cerita

joruri dan terciptalah satu konsep cerita yang baru yaitu koujoruri. Cerita seni

koujoruri milik Chikamatsu Monzaemon semakin lama semakin dikenal serta

juga semakin disukai oleh masyarakat.

Didalam cerita kesenian koujoruri, ada beberapa jenis cerita yang disukai

oleh masyarakat yaitu ialah jenis cerita sewamono dan jidaimono. Jenis cerita

Sewamono adalah berupa kisah kehidupan masyarakat kota pada zaman Edo

sedangkan jenis cerita Jidaimono ialah menceritakan kisah seorang samurai, kisah

bagaimana kehidupan seorang raja dan rakyatnya. Setelah seni koujoruri semakin

dikenal oleh banyak orang, Chikamatsu Monzaemon bersama dengan Ki no Kaion

(seorang penulis naskah cerita) serta seseorang bernama Takemoto Gidayu

(seorang tayu) sepakat membuat suatu kesenian tradisional yang baru dan diberi

nama Bunraku.

Awal mula nama bunraku berasal dari nama seseorang yaitu Uemura

Bunrakuken I. beliau merupakan ahli seni yang berhasil menghidupkan kembali

ningyou joururi dengan membangun gedung khusus bagi para pemain ningyou

joururi untuk pertunjukannya, gedung tersebut dinamakan Bunrakuken-za yang

terletak di Kozubashi (sekarang daerah Chuo-ku, Osaka). Pada tahun 1872,

gedung Bunrakuken-za pindah ke Matsushima (sekarang daerah Nishi-ku, Osaka).

Dan gedung Bunrakuken-za beganti nama menjadi Bunraku-za.

Pada akhir zaman Meiji, Bunraku-za menjadi satu-satunya gedung teater

ningyou joruri yang tersisa. Pada tahun 1909, manajemen gedung Bunraku-za

dikelola oleh perusahaan Shociku. Setelah itu, tempat gedung Bunraku-za sempat

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

8

beberapa kali berpindah tempat dikota Osaka. Tempat pertama ada di Goryojinja,

lalu ke Yotsubashi, lalu pindah lagi ke tempat yang sempat digunakan untuk teater

Benten-za di Dotombori. Pada tahun 1948, perusahaan Shociku mengalami

pertikaian dengan seniman bunraku dan berdampak pada seniman bunraku yang

terpecah menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama ialah Bunraku-Inkai yang tetap

berada dibawah perusahaan Shociku dan kelompok kedua ialah Bunraku-

sawankai yang dilindungi para seniman bunraku.

Pada tahun 1963, perusahaan Shociku menarik diri dari dunia kesenian

bunraku, karenanya gedung Bunraku-za pun mengganti namanya mejadi gedung

Asahi-za. Pergelaran seni bunraku pernah mengalami kekurangan anggota

dikarenakan generasi muda tidak memiliki minat pada seni bunraku. Tetapi

kekurangan anggota itu berhasil diatasi pada tahun 1973 dengan dibukanya

pelatihan bagi orang-orang di luar kalangan bunraku. Dan pada tahun 1984

Gedung Teater Nasional Bunraku telah menyelesaikan pembangunannya di

Nipponbashi, Osaka, sedangkan gedung yang sebelumnya sudah ditutup.

2.3 Sejarah Wayang golek

Menurut Mulyono (1982:11), “wayang memiliki arti bayangan yang tidak

seimbang, tidak tenang, terbang, bergerak kian kemari.” Terdapat banyak jenis

wayang di Jawa, seperti : wayang kulit, wayang orang (yang menggunakan aktor

bukan puppets (boneka)), wayang kelitik (sejenis dengan wayang kulit tapi

menggunakan bahan yang berbeda), wayang beber (memakai gulungan untuk

bercerita) dan wayang golek (memakai boneka yang dibuat dari bahan kayu). Seni

wayang yang masih eksis hingga kini adalah wayang golek. Wayang golek atau

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

9

disebut “golek”, merupakan salah satu jenis budaya yang sampai saat ini masih

bertahan di daerah Sunda. Berbeda dengan wayang kulit yang bergolongan

dwimatra, golek merupakan salah satu golongan wayang trimatra. Golek memiliki

ciri padat. Ia merupakan boneka yang menerupai manusia (ikonografi), yang

terbuat dari bahan dasar kayu bulat torak untuk menampilkan sebuah drama.

Clara (1987:4) berpendapat bahwa “kesenian wayang golek merupakan

salah satu pertunjukan seni budaya yang memanfaatkan sebuah boneka kayu

trimatra dan dihiasi dengan pakaian yang tidak memakai warna (corak). Dari

kedua pengertian ini dapat disimpulkan bahwa wayang golek merupakan seni

perwayang an yang berkembang di sunda, Jawa Barat dengan memanfaatkan

boneka kayu yang dibuat hampir menyerupai tubuh manusia.

Sejarah wayang golek dimulai dari ide Dalem Bupati Bandung (Karang

Anyar) yang menugaskan Ki Darman (pakar wayang kulit yang tinggal di Cibiru)

untuk membuat golek purwa. Mulanya bentuk wayang golek ini masih terbawa

dari bentuk wayang kulit yang gepeng (dwimatra). Setelahnya barulah tercipta

bentuk golek yang semakin bulat (trimatra) seperti yang bias dilihat sekarang.

Pembuatan golek pun semakin tersebar diseluruh kota di Jawa Barat. Ada 2

macam wayang golek di Jawa Barat, yaitu wayang golek papak (cepak) atau

wayang golek menak dan wayang golek purwa. Wayang yang paling terkenal

adalah wayang golek purwa. Layaknya wayang kulit, wayang golek purwa juga

digunakan untuk menceritakan tentang Ramayana dan Mahabharata. Dalam

pertunjukan wayang golek, seorang dalang memiliki peranan yang sangat utama

dan menentukan. Dalang mengarahkan pertunjukan sekaligus berperan selaku ahli

yang menghidupkan wayang , pakar cerita dan pemimpin yang memberi petunjuk

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

10

kepada para juru musik apa yang harus dimainkan. Di samping itu, dalang juga

harus menyenangkan para penonton selama berjam-jam. Di pertunjukan wayang

golek, drama yang sering ditampilkan ialah drama carangan. Sedangkan drama

galur ditampilkan hanya sesekali saja. Hal ini menjadi standar kepandaian bagi

para dalang untuk menciptakan drama carangan yang menarik.

Sekarang ini, wayang golek lebih menonjol sebagai pertunjukan seni

rakyat yang memiliki fungsi yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan

masyarakat di lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun hiburan semata.

Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kegiatan masyarakat seperti perayaan,

baik hajatan dan lain sebagainya, serta dalam acara perayaan yang bersifat

nasional.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

11

Gambar 1. Tayu dan Pemain Shamisen Gambar 2. Alat musik Shamisen

BAB III

PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

3.1 Unsur-Unsur Seni Bunraku

Seni bunraku adalah suatu pertunjukan yang biasanya dimainkan oleh

laki-laki. San gyo merupakan sebutan untuk ketiga (3) unsur kesenian bunraku,

yaitu: Tayu (penyanyi), ningyo (boneka), Ningyo tsukai (dalang). Unsur lainnya

yang mendukung pertunjukan seni bunraku adalah, pemain shamisen (alat musik)

mekanisme penggerak boneka, kostum, dan panggung.

3.1.1 Tayu (penyanyi)

Tayu adalah istilah bagi mereka yang menyanyikan joururi, yaitu narasi

yang diiringi dengan alat musik shamisen. Dari banyaknya jenis seni joururi yang

ada, gidayuubushi (義太夫節) merupakan jenis johruri yang awalnya dibuat oleh

Takemoto Gidayu dari Osaka pada awal zaman Edo. Pertunjukan ini biasanya

hanya memakai seorang tayu yang memboyong semua dialog para karakternya

dalam setiap pertunjukan. Ketika pertunjukan berlangsung cukup panjang dan

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

12

melelahkan, ada kemungkinan untuk terjadinya pergantian tayu di tengah

pertunjukan. Pada cerita yang memerlukan dialog bersahutan, maka akan ada dua

atau lebih tayu yang tampil berjejer dipanggung.

3.1.2 Dalang

Dahulu, boneka dalam pertunjukan bunraku hanya digerakkan oleh satu (1)

orang dalang. Tetapi ditahun 1734, untuk satu buah boneka bunraku telah

digerakkan oleh tiga (3) orang dalang, seperti pada pertunjukan yang bertema

“Ashiya Dōman Ōchi Kagami”. Dan sekarang boneka bunraku juga masih

digerakkan oleh tiga orang dalang. Dalang senior disebut omozukai. Tugas

seorang dalang senior adalah menggerakkan bagian kepala, leher, dan tangan

kanan boneka. Diperlukan pengalaman yang cukup lama untuk menjadi seorang

omozukai, karena untuk menggerakan bagian kaki dan lengan kiri amat tidak

mudah dan dibutuh keahlian yang mumpuni. Selanjutnya ada dalang hidarizukai

yang tugasnya menggerakkan tangan kiri. Lalu dalang ashizukai yang bertugas

untuk menggerakan kaki. Ketiga dalang tersebut menggunakan pakaian serba

hitam dan menyatukan ritme gerakan berdasarkan isyarat omozukai. Di beberapa

adegan, omozukai tidak dapat menyembunyikan wajahnya dari penonton, hingga

ia menggunakan teknik dzukai. Teknik ini adalah teknik dalang menyamakan

gerakannya dengan dalang lainnya sehingga keberadaannya tersamarkan dibalik

boneka.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

13

3.1.3 Ningyo (boneka)

Boneka yang dipakai pada saat pertunjukan bunraku memiliki banyak

jenis bentuk kepala boneka yang disebut kashira. Sebelum tampil, wajah boneka

dirias terlebih dahulu menggunakan cat supaya terlihat menarik. Semua kepala

boneka harus disesuaikan dengan ekspresi yang akan ditampilkan agar terlihat

berbeda dari karakter boneka lainnya. Untuk jenis tertentu, memiliki bentuk

kepala boneka yang berbeda. Dalam pementasan bunraku, biasanya satu boneka

yang sama dipakai untuk 2 tokoh yang berbeda disetiap penampilannya. Agar

terlihat berbeda, kepala boneka akan dipakaikan rambut palsu (wig) atau di rias

kembali dengan warna cat yang berbeda.

Desain rambut palsu dibentuk secara khusus untuk boneka bunraku dan

dibutuhkan seni kerajinan sendiri. Beberapa boneka bunraku menggunakan

rambut palsu untuk menampakkan karakter dan status sosial bagi boneka tersebut.

Kebanyakan rambut palsu pada boneka dibuat dari rambut asli manusia dan

dicampur dengan bulu ekor yak agar tampak kembang. Bagian akar, disatukan

dengan menggunakan tembaga yang tidak ditempel secara permanen, agar tidak

merusak bagian kepala boneka. Boneka bunraku dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu

boneka laki-laki dan boneka wanita.

Gambar 3. Boneka Puppet Wanita dan Pria

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

14

Jenis kepala boneka untuk laki-laki:

1. Bunshichi: jenis kepala boneka ini memiliki tampang yang terlihat

maskulin,rupawan,tetapi sudah cukup lama merasa menderita. Jenis kepala

boneka yang satu ini dipakai untuk karakter utama yang bercerita tentang

sebuah tragedi.

2. Darasuke: jenis kepala boneka ini memiliki tampang yang mengejek.

Dipakai untuk memerankan orang yang jahat.

3. Odanshichi: jenis kepala boneka ini menggambarkan tampang orang yang

berani.

4. Kenbishi: jenis ini memiliki ekspresi seseorang yang memiliki kemauan

keras. Dipakai untuk memerankan seorang samurai.

5. Kiichi: jenis ini biasanya untuk memerankan seorang samurai yang sudah

tua dan memiliki watak yang baik hati.

6. Yukanpei: jenis kepala boneka yang satu ini terbilang unik,karena dia

dipakai untuk memerankan tokoh yang jahat tetapi lucu. Dan kepala

boneka ini juga menggambarkan tampang yang jelek.

7. Genda: jenis ini biasanya digunakan untuk seorang lelaki rupawan yang

berusia muda.

8. Matahei: kepala boneka ini menggambarkan orang yang jujur,biasanya

digunakan untuk memerankan masyarakat biasa.

9. Kintoki: merupakan jenis boneka yang memiliki watak kuat dan gagah.

Jenis ini menggambarkan seorang samurai yang ada didalam kisah

jidaimono

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

15

10. Wakaotoko: jenis ini menggambarkan seorang lelaki remaja yang sedang

jatuh cinta.

11. Komei: menggambarkan seorang samurai yang sudah berusia 40tahun

hingga 50tahun. Memilik sikap yang bijaksana.

Adapula jenis boneka untuk perempuan,yaitu:

1. Keisei: memiliki tampang yang paling cantik dan menarik. Jenis biasanya

akan digunakan untuk memerankan seorang perempuan penggoda untuk

kelas tinggi yang sensual.

2. Musume: jenis ini menggambarkan seorang gadis remaja yang berusia

14tahunan yang polos dan lugu.

3. Ofuku: jenis memerankan seorang wanita yang memliki tampang lucu.

4. Fukoeyama: dipakai untuk memerankan seorang perempuan yan berusia

20 tahunan.

Pakaian boneka-boneka tersebut terlihat mirip dengan manusia pada

umumnya. Bentuk dan modelnya pun disamakan dengan pakaian manusia,hanya

saja agar terlihat lebih alami lagi,baju boneka akan dilapis dengan kapas dibagian

dalamnya. Pakaian boneka pun harus menunjukkan status dan peran yang sedang

diperankan oleh boneka tersebut. Biasanya, pakaian yang digunakan boneka

perempuan akan lebih sulit dikenakan daripada boneka lelaki. Jika akan

memerankan karakter seorang bangsawan, boneka akan diberi riasan dan

menggunakan kimono yang lengkap. Sedangkan untuk boneka lelaki kadang

hanya memakai kimono biasa, tetapi jika sedang memerankan seorang samurai,

boneka akan dipakaikan kaiginu (pakaian untuk berburu).

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

16

3.2 Unsur-Unsur Seni Wayang golek

Seni wayang golek merupakan sebuah pertunjukan seni rakyat yang

menggunakan dalang sebagai penggerak wayang. Seni wayang golek juga

memiliki unsur-unsur seperti Sinden (penyanyi), dalang, wayang (puppet).

3.2.1 Sinden (Penyanyi)

Sinden merupakan wanita pelantun lagu klasik jawa yang diiringi dengan

gamelan atau karawitan. Terkadang para sinden juga diiringi dengan waranggana

(penyanyi latar pria). Waranggana bukan hanya menyanyi mengiringi penyinden,

tetapi juga maminkan alat musik seperti rebab (biola jawa) atau gender (alat

musik pukul). Di pertunjukan wayang golek biasanya membutuhkan 2-5 orang

pesinden, dan semua pesinden ataupun waranggana harus memiliki suara yang

merdu dan juga kesensitifan pada musik dan karakter dalang. Sorang sinden

memiliki tugas menyanyikan lagu untuk mendukung pertunjukan dalang. Bahasa

yang digunakan seorang pesinden dan dalang sangat berbeda. Seorang dalang

memakai bahasa yang dinilai dapat mengungkapkan cerita sedangkan pesinden

memakai bahasa yang dinilai mempertegas situasi cerita yang sedang dituturkan

oleh dalang.

Gambar 4. Seorang pesinden

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

17

Bukan hanya sebagai pelantun lagu di pertunjukan wayang golek, seorang

pesinden juga memiliki tugas sebagai penghias panggung pertunjukan wayang .

Ketika seorang sinden masih muda dan cantik, para penonton akan merasa

nyaman untuk menikmati pertunjukan yang sedang berlangsung. Dengan adanya

sinden di pertunjukan wayang, memberikan nilai tambah pada pertunjukannya.

Adanya sinden dalam setiap pertunjukan wayang golek harus dijaga

keberadaannya supaya tetap menarik bagi penikmatnya.

3.2.2 Dalang

Dalang didunia perwayang an memiliki arti seseorang yang memiliki

kemampuan khusus memainkan boneka wayang . Biasanya kemampuan ini

didapatkan secara turun-temurun dari para leluhur. Seorang dalang yang memiliki

anak, anaknya akan langsung bisa menjadi dalang tanpa harus belajar secara

formal. Kata dalang berasal dari kata dahyang, artinya ialah juru penyembuh

segala macam penyakit. Namun, dalam bahasa jawa sendiri kata dalang diartikan

sebagai “ngudal piwulang” (memberikan nasihat melalui cerita wayang ) oleh

karena itu seorang dalang diharuskan memiliki ilmu yang banyak. Dalang juga

merupakan seorang sutradara, narator, penulis cerita, karena kemampuannya itu

dalang dikenal sebagai orang yang memiliki kemampuan ganda.

Gambar 5. Seorang Dalang

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

18

Gambar 6. Wayang Rama

3.2.3 Wayang

Dalam seni wayang golek, karakter wayang (puppet) dikategorikan

menjadi beberapa bagian:

1.) Ksatria

Golongan ksatria ini menampilkan seseorang yang terlihat lemah lembut,

tenang, luwes, tetapi unsur ketegasan dan kegagahan serta kepintarannya tetap

masih ada. Karakternya seperti Rama, Nakula dan Sadewa.

1. Rama :

Ramawijaya atau Sri Rama merupakan seorang raja dari

kerajaan Ayodya. Ia merupakan putra dari Prabu Dasarata.

Ia juga memiliki seorang istri bernama Dewi Shinta.

2. Nakula

Nakula merupakan putra keempat dari Prabu. Ia juga

disebut sebagai Pandawa keempat. Ia mempunyai saudara

kembar yang bernama Sadewa.

3. Sadewa

Sadewa merupakan putra kelima dari Prabu. Ia juga disebut

sebagai Pandawa kelima. Ia merupakan saudara kembar dari

Nakula.

Gambar 7. Wayang Nakula

Gambar 8. Wayang Sadewa

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

19

2.) Ponggawa (Prajurit)

Wayang golek ini menampilkan seorang tentara yang terlihat

tegap,tegas,memiliki mata besar,alis tebal dan berkumis. Karakternya seperti

Gatot Kaca, Bima, Duryadayana.

3.) Buta (Raksasa)

Buta memiliki postur bentuk tubuh yang tinggi, mata yang melotot tajam,

memiliki taring atas bawah. Karakter yang terkenal adalah Rahwana.

4.) Punakawan (Pengasuh)

Karakter wayang golek ini dikenal memiliki peran yang kocak. Karakter

yang terkenal adalah Cepot. Cepot atau Sastrajingga memiliki watak yang kocak

tetapi ia tetap memberi nasihat melalui karakternya.

3.3 Perbedaan Dan Persamaan Pertunjukan Bunraku Dan Wayang Golek

Seni bunraku dan wayang golek merupakan sebuah pertunjukan tradisional

yang memiliki perbedaan dan juga persamaan pada setiap unsurnya. Beberapa

persamaan dan perbedaannya yaitu adalah sebagai berikut:

3.3.1 Pemain (puppet)

Pada kesenian bunraku pemain pertunjukan disebut “puppet”. Sedangkan

dalam kesenian wayang golek disebut “golek”. Puppet dan golek memiliki arti

yang sama yaitu boneka. Puppet bunraku ataupun wayang golek memiliki bentuk

seperti replika manusia. Kesenian bunraku dan wayang golek juga sama-sama

menampilkan sejenis boneka untuk dipentaskan. Boneka-boneka untuk kesenian

ini terbuat dari bahan dasar kayu yang dimainkan oleh dalang. Pertunjukan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

20

kesenian bunraku dan wayang golek juga sama-sama diiringi nyanyian serta

musik yang dimainkan oleh para pemain musik.

Tidak hanya memiliki persamaan, antara boneka bunraku dan wayang

golek juga memiliki perbedaan. Perbedaannya ialah bunraku memiliki boneka

yang berukuran berbeda dari boneka wayang golek. Ukuran dari boneka bunraku

ialah setengah dari tubuh manusia, terdiri dari: kepala, badan, tangan, serta kaki.

Paras dari boneka ini dibuat persis seperti manusia pada umumnya. Di boneka

bunraku memilliki bagian kepala yang lembut serta disusun dengan benar.

Boneka ini dapat memutar,menutup dan membuka mata, menaikkan dan

menurunkan alis, boneka juga dapat menggerakkan mulut sesuai keinginan dalang

serta bisa memperlihatkan apa yang sedang dirasakan seperti marah atau sedang

sedih. Sedangkan di boneka wayang golek, tubuh dan wajahnya memiliki bentuk

yang sangat ramping. Tapi tidak seperti itu pada bagian tangan. Wajah-wajah

boneka wayang dibuat mirip seperti tokoh perwayangan yang ada dikitab

Mahabarata dan Ramayana. Tetapi, meskipun begitu setiap boneka sudah bisa

membawakan peran yang ada didalam cerita wayang golek. Boneka wayang golek

tidak bisa memperlihatkan apa yang sedang mereka rasakan seperti boneka pada

bunraku, maka disini adalah peran dalang sebagai narator ialah pembaca cerita,

untuk memainkan boneka, serta mengajak penonton berhubungan dengan wayang.

Perasaan boneka wayang diperlihatkan melalui lagu yang dinyanyikan oleh

pesinden dan musik yang dimainkan oleh nayaga.

Sama seperti boneka bunraku, boneka wayang juga dibuat menyerupai

manusia. Tapi setelah adanya agama islam, bentuk boneka wayang golek langsung

dirubah sesuai dengan syariat agama islam. Agama islam melarang umatnya

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

21

membuat atau menciptakan sesuatu yang menyerupai manusia. Karena itu, wujud

boneka wayang golek berubah menjadi sedikit berbeda walaupun sebenernya

masih terlihat sama dengan sebelumnya. Bunraku diketahui bahwa satu boneka

bunraku saja harus digerakkan oleh tiga orang dalang sedangkan boneka wayang

hanya digerakkan oleh satu orang dalang.

3.3.2 Dalang

Dalang dalam kesenian bunraku dan wayang golek memiliki kesamaan

yaitu sebagai narator dan juga penggerak boneka. Dan juga harus memiliki dalang

yang professional untuk melancarkan sebuah pertunjukan dari kesenian bunraku

maupun wayang golek. Namun diantara dua kesenian tradisional ini, juga

memiliki perbedaan. Perbedaannya ialah dalam seni bunraku memilik 3 orang

dalang sebagai pencerita. Omozukai adalah sebutan untuk dalang utama dan

hidarizukai adalah sebutan untuk 2 orang dalang pembantu. 1 boneka bunraku

dimainkan oleh 3 orang dalang. Hingga terkadang dipentas terlihat padat. Seorang

dalang akan membaca naskah dan bercerita, serta memainkan boneka dengan ahli

agar mendapatkan kesan nyata pada boneka, dan diiringi oleh instrument musik

yang menggunakan shamisen. Shamisen merupakan alat musik dari China yang

sudah ditetapkan menjadi alat musik dari Jepang. Dalang dan pemain shamisen

harus menjadi tim yang bagus, mereka juga diharuskan tampil sebagai “Sangyo

Ittat” atau tim yang utuh supaya pertunjukan berhasil.

Berbeda dengan bunraku, Didalam wayang golek hanya memiliki satu

orang dalang saja yang memainkan boneka. Tugasnya ialah sebagai seorang

penggerak boneka dan pencerita. Lalu seorang dalang juga bisa bertindak sebagai

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

22

penyanyi,penulis naskah cerita, dan juga menjadi pemimpin dalam pertunjukan.

Sedangkan pemain musik gamelan memiliki banyak orang yang ikut dalam

pertunjukan wayang . Mereka membentuk suatu kelompok musik untuk

memainkan 17 alat musik yang dikenal dengan nama gamelan.

3.3.3 Penyanyi

Seorang penyanyi dalam pertunjukan seni bunraku maupun dalam wayang

golek memiliki sebuah kesamaan yaitu menyanyikan lagu untuk mengiringi

pertunjukan yang sedang berlangsung. Namun tetap ada beberapa perbedaan

diantara kedua penyanyi dalam kedua seni ini, yaitu ialah dalam seni bunraku

memiliki seorang penyanyi bernama tayu. Tayu merupakan istilah untuk orang

yang menyanyikan johruri (narasi dengan iringan alat musik shamisen).

Pertunjukan biasanya hanya memakai seorang tayu yang akan membawakan

semua dialog para karakter dalam sebuah drama. Ketika pertunjukan berlangsung

lama dan melelahkan memungkinkan untuk melakukan pergantian para tayu di

tengah berlangsungnya cerita.

Sedangkan dalam wayang golek terdapat pesinden. Pesinden merupakan

wanita pelantun lagu klasik jawa yang diiringi dengan gamelan atau karawitan.

Terkadang para sinden juga diiringi dengan waranggana (penyanyi latar pria). Di

pertunjukan wayang golek biasanya biasanya membutuhkan 2-5 orang pesinden,

dan semua pesinden ataupun waranggana harus memiliki suara yang merdu dan

juga kesensitifan pada musik dan karakter dalang. Seorang sinden memiliki tugas

menyanyikan lagu untuk pertunjukan yang dimainkan seorang dalang. Seorang

sinden bukan hanya sebagai pelantun lagu di pertunjukan dipertunjukan wayang

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

23

golek, seorang pesinden juga memiliki tugas sebagai penghias panggung

pertunjukan wayang.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

24

BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

4.1 Kesimpulan

Bunraku merupakan pertunjukan seni tradisional Jepang yang

menggunakan boneka dalam setiap pertunjukannya. Boneka yang digunakan

terbuat dari kayu yang dibuat menyerupai wujud manusia pada umumnya. Dalam

bunraku terdapat seorang penyanyi yang disebut Tayu dan 3 orang dalang disetiap

pertunjukan. Ketiga orang dalang ini bertugas sebagai narator dan penggerak

untuk 1 boneka, karena ukuran boneka bunraku yang besar.

Wayang golek adalah pertunjukan seni tradisional yang berasal dari

Indonesia. Layaknya bunraku, pertunjukan wayang adalah pertunjukan seni yang

menggunakan boneka sebagai pengganti manusia. Didalam pertunjukan wayang

terdapat satu orang dalang untuk satu boneka dan beberapa penyanyi yang disebut

penyinden.

Dalam segi pemain, bunraku dan wayang golek sama sama menggunakan

boneka yang terbuat dari kayu. Hanya saja boneka dalam pertunjukan bunraku

membutuhkan tiga orang untuk menggerakan satu boneka sedangkan boneka

dalam wayang golek cukup satu orang saja sebagai penggerak, yang digerakkan

oleh seorang dalang dalam kedua pentas seni ini. Tetapi bedanya dalang dalam

pertunjukan bunraku ketiga orang dalang berperan sebagai narator, dan penggerak

boneka. sedangkan dalang dalam pertunjukan wayang golek hanya satu orang

dalang saja yang berperan juga sebagai narator, penggerak boneka serta

memimpin pertunjukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

25

Pertunjukan bunraku dan wayang golek juga memiliki seorang penyanyi.

Dalam bunraku bernama tayu, ialah istilah untuk orang yang menyanyikan narasi

cerita dengan iringan alat musik shamisen, sedangkan dalam wayang golek

seorang penyanyi disebut pesinden. Pesinden menyanyikan lagu untuk

mendukung pertunjukan seorang dalang, Namun selain sebagai penyanyi,

pesinden juga menjadi penghias panggung disetiap pertunjukan wayang.

4.2 Saran

Sehubungan dengan hasil tugas akhir penulis, saran yang dapat diberikan

penulis kepada mahasiswa/i khususnya Prodi D-III Bahasa Jepang untuk dapat

mengembangkan minatnya dalam mempelajari seni tradisional di daerahnya atau

pun daerah lainnya. Misalnya seperti seni bunraku dan wayang golek sebagai

kesenian tradisional yang masih tetap bertahan dizaman modern ini, mengingat

banyaknya anak-anak remaja zaman sekarang yang tidak terlalu perduli pada

kesenian daerahnya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

DAFTAR PUSTAKA

Scott pate,Alan,2005. Ningyo The Art Of Japanese Doll. Singapore:Tuttle Publishing.

Rahayu,Henita,2011. Perbandingan Pertunjukan Kesenian Puppet Tradisional Bunraku

Dengan Wayang Golek. Tugas Akhir. Tidak Diterbitkan. Fakultas Bahasa dan Seni.

Universitas Negeri Semarang:Semarang

https://fididiw.blogspot.com/

https://repositori.kemdikbud.go.id/

https://id.123.dok.com/

https://maryatiningtyas.blogspot.com/

https://melonbullet.blogspot.com/

https://gober1.blogspot.com/

https://festivalwayangindonesia.blogspot.com/

https://id.wikipedia.org/

https://ffidya.blogspot.com/

https://www.andyonline.net/

https://www.infoakurat.com/

https://id.scribd.com/

https://pengetahuan.blogspot.com/

https://repository.usu.ac.id/

https://firlynadia08.wixsite.com/

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

ABSTRAK

Bunraku adalah sebuah rombongan joururi yang dianggap sebagai boneka hidup

dalam teater yang paling canggih didunia. Bunraku merupakan salah satu kebudayaan

tradisional yang berasal dari Jepang dengan menggunakan boneka sebagai pemeran utama

dalam pertunjukannya. Disetiap pertunjukannya, bunraku akan selalu disertai dengan iringan

musik dari shamisen serta tayu (penyanyi).

Bunraku mulai dipopulerkan pada tahun pada zaman edo, pemerintahan raja Shogun

Tokugawa periode 1609-1867. Bunraku sangat terkenal saat itu terutama didaerah Osaka. Hal

ini membuat bunraku berevolusi menjadi seni teater pada abad ke-17. Bunraku adalah

warisan budaya dunia yang dilindungi oleh UNESCO. Nama bunraku sendiri diambil dari

nama seseorang yaitu Uemura Bunrakuken I. ia merupakan seorang ahli seni yang berhasil

menghidupkan kembali ningyou joruri dengan membangun gedung khusus untuk para

pemain ningyou joruri untuk pertunjukannya, gedung tersebut dinamakan Bunrakuken-za

yang berada di kozubashi (sekarang Chuo-ku, Osaka).

Indonesia juga memiliki pertunjukan yang mirip bunraku yaitu wayang golek.

Wayang golek merupakan salah satu seni tradisional yang telah menjadi bagian orang sunda.

Wayang golek juga sama seperti bunraku, yaitu memiliki dalang, iringan musik, serta

pesinden (penyanyi) untuk melengkapi pertunjukan mereka.

Sejarah wayang golek dimulai dari ide seorang bupati Bandung (Karang Anyar) yang

menugaskan ki darman (seorang pakar wayang kulit) untuk membuat golek purwa. Awalnya

bentuk wayang golek ini masih terbawa dari bentuk wayang kulit yang gepeng (dwimatra).

Lalu setelah itu terbentuklah bentuk wayang golek yang semakin bulat (trimatra) seperti yang

dilihat sekarang. Ada 2 macam wayang golek di Jawa Barat, yaitu wayang golek papak

(cepak) dan wayang golek purwa.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

Bunraku dan wayang golek memiliki unsur yang sama yaitu penyanyi, dalang, dan

boneka. Tetapi diantara unsur-unsur yang sama ini, memiliki perbedaan dibagian dalang.

Dalam pertunjukan bunraku memiliki tiga orang dalang untuk menggerakkan satu boneka,

sedangkan dalam pertunjukan wayang golek hanya memiliki seorang dalang untuk

menggerakkan satu boneka. Dalam pertunjukan wayang golek dalang berperan sebagai

narrator, penulis naskah, penyanyi serta menjadi pemimpin dalam pertunjukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PERTUNJUKAN KESENIAN BUNRAKU DAN WAYANG GOLEK

Universitas Sumatera Utara