pestisida nabati

23
Telah Diciptakan Bawang Bebas Air Mata Rabu, 6 Februari 2008 Terobosan peneliti senior ini mengakhiri salah satu teka-teki abadi saat memasak: mengapa mengupas bawang membuat mata pedih dan air mata mengucur? Bersama dari Selandia Baru dan Jepang yang dipimpinnya, Eady telah menciptakan bawang "bebas air mata dengan bioteknologi, Eady berhasil membuang gen penghasil enzim di dalam bawang yang membuat mata menangis saat mengupasnya. Penemuan ini, meskipun terkesan sederhana,merupakan terobosan besar dalam jagat ilmu pengetahuan. Penemuan itu merupakan hasil riset mendalam Eady di Badan Pangan dan Hasil Pertanian Selandia Baru sejak 2002. Hasil penelitian itu merupakan puncak dari penemuan peneliti Jepang sebelumnya yang menemukan gen penyebab air mata mengucur saat mengupas bawang. "Kami sebelumnya berpikir bahwa penyebab air mata berlinang diproduksi spontan dengan memotong bawang, tapi mereka membuktikan bahwa ini dikontrol oleh satu enzim", kata Eady yang kemudian menindaklanjuti hasil penemuan peneliti Jepang itu. Sebagai pemimpin tim peneliti, Eady mengakui penemuan tersebut merupakan yang paling mutakhir dari serangkaian penelitian terkait. Di Selandia Baru,kami telah memiliki kemampuan memasukkan DNA ke dalam bawang, menggunakan teknologi gen pemusnah yang dikembangkan peneliti Australia",kata Eady di rumahnya yang terletak di Kota Christchurch. "Teknologiyangdiciptakan merupakan serangkaian proses penghilangan gen penyebab air mata sehingga bawang tidak memproduksi enzim itu. Jadi saat Anda memotong bawang, air mata Anda takkan berlinang lagi",kata Eady. Eady menjelaskan, dengan menghentikan senyawa yang menyebabkan air mata mengalir dan mengubahnya menjadi senyawa yang berguna bagi kesehatan,rasa bawang jenis baru itu juga akan semakin enak. "Dengan penelitian yang kami lakukan, masalah kesehatan dan rasa yang dihasilkan akan semakin baik",paparnya. "Kami berharap, kami akan terus meningkatkan rasa dan aroma bawang yang manis, tanpa rasa pahit,menyengat, dan menyebabkan air mata mengalir", tambah Eady. Dengan penemuan baru tersebut,dalam beberapa dekade ke depan, pasar di penjuru dunia akan dipenuhi dengan produk bawang "bebas air mata" tersebut. Gara-gara penemuan spektakuler Eady, para peneliti di seluruh dunia menggelar simposium internasional di Belanda. Setelah itu, jurnal perdagangan Onion World menulis hasil penelitian yang dilakukan Eady di sampul depan sebagai topik utama pada Desember 2007. Namun mimpi besar Eady tidak hanya sampai di sana. Lelaki yang memiliki sejumlah varietas tanaman bawang di institut itu mengatakan dirinya berharap masa depan bawang "bebas air mata" itu dapat dinikmati seluruh penduduk dunia.Eady ingin agar setiap rumah menggunakan bawang tersebut.

description

pestisida berbahan dasar tumbuhan

Transcript of pestisida nabati

Page 1: pestisida nabati

Telah Diciptakan Bawang Bebas Air Mata 

Rabu, 6 Februari 2008Terobosan peneliti senior ini mengakhiri salah satu teka-teki abadi saat 

memasak: mengapa mengupas bawang membuat mata pedih dan air mata mengucur? Bersama dari Selandia Baru dan Jepang yang dipimpinnya, Eady telah menciptakan bawang "bebas air mata dengan bioteknologi, Eady berhasil membuang gen penghasil enzim di dalam bawang yang membuat mata  menangis saat mengupasnya. Penemuan ini, meskipun terkesan sederhana,merupakan terobosan besar dalam  jagat ilmu pengetahuan.

Penemuan itu merupakan hasil riset mendalam Eady di Badan Pangan dan Hasil Pertanian Selandia Baru sejak 2002. Hasil penelitian itu merupakan puncak dari penemuan peneliti Jepang sebelumnya yang menemukan gen penyebab air mata mengucur saat mengupas bawang."Kami sebelumnya berpikir bahwa penyebab air mata berlinang diproduksi spontan dengan memotong bawang, tapi mereka membuktikan bahwa ini dikontrol oleh satu enzim", kata Eady yang kemudian menindaklanjuti hasil penemuan peneliti Jepang itu. Sebagai pemimpin tim peneliti, Eady mengakui penemuan tersebut merupakan yang paling mutakhir dari serangkaian penelitian terkait.

Di Selandia Baru,kami telah memiliki kemampuan memasukkan DNA ke dalam bawang, menggunakan teknologi gen pemusnah yang dikembangkan peneliti Australia",kata Eady di rumahnya yang terletak di Kota Christchurch."Teknologiyangdiciptakan merupakan serangkaian proses penghilangan gen penyebab air mata sehingga bawang tidak memproduksi enzim itu. Jadi saat Anda memotong bawang, air mata Anda takkan berlinang lagi",kata Eady. Eady menjelaskan, dengan menghentikan senyawa yang menyebabkan air mata mengalir dan mengubahnya menjadi senyawa yang berguna bagi kesehatan,rasa bawang jenis baru itu juga akan semakin enak. "Dengan penelitian yang kami lakukan, masalah kesehatan dan rasa yang dihasilkan akan semakin baik",paparnya. "Kami berharap, kami akan terus  meningkatkan rasa dan aroma bawang yang manis, tanpa rasa pahit,menyengat, dan menyebabkan air mata mengalir", tambah Eady.

Dengan penemuan baru tersebut,dalam beberapa dekade ke depan, pasar di penjuru dunia akan dipenuhi dengan produk bawang "bebas air mata" tersebut. Gara-gara penemuan spektakuler Eady, para peneliti di seluruh dunia menggelar simposium internasional di Belanda.Setelah itu, jurnal perdagangan Onion World menulis hasil penelitian yang dilakukan Eady di sampul depan sebagai topik utama pada Desember 2007. Namun mimpi besar Eady tidak hanya sampai di sana. Lelaki yang memiliki sejumlah varietas tanaman bawang di institut itu mengatakan dirinya berharap masa depan bawang "bebas air mata" itu dapat dinikmati seluruh penduduk dunia.Eady ingin agar setiap rumah menggunakan bawang tersebut.

Meski demikian, Eady sadar, mimpi besarnya agar bawang itu dapat dinikmati tiap keluarga di seluruh dunia mungkin akan terwujud dalam 10-15 tahun ke depan."Ini merupakan proyek yang sangat luar biasa karena ini berorientasi konsumen dan setiap orang menilai ini kisah menarik tentang bioteknologi", tuturnya. Jangka waktu selama itu diperlukan untuk lebih mengefisienkan proses produksi bawang."Kita memiliki populasi yang terus berkembang untuk pangan dan tantangan 

Page 2: pestisida nabati

perubahan iklim serta masalah lain yang berkaitan dengan sumber daya alam", kata Eady. Lebih lanjut, penelitian Eady dapat ditindaklanjuti ke arah yang sangat tidak terbatas di masa depan untuk kepentingan beragam."Sistem gen pemusnah dapat digunakan untuk memerangi penyakit manusia akibat virus. Bioteknologi ini secara umum dapat menolong kita memproduksi lebih banyak hasil panen", tutur peneliti asal Selandia Baru itu. Peneliti lain memberikan acungan jempol kepada Eady atas penemuan spektakuler itu.

Dr Michael Havey, profesor holtikultura di University of Wisconsin serta salah satu peneliti bawang,memprediksi bawang tanpa air mata itu akan menjadi bahan masak utama di setiap dapur diseluruh dunia. Havey menegaskan di jurnal Onion World bahwa penemuan Eady jelas merupakan  "topik diskusi nomor satu". Penelitian yang dilakukan Eady sangat disambut hangat berbagai kalangan,terutama mereka yang setiap hari bersentuhandenganbawang. "Kami selalu mengupas 20 kg bawang setiap hari dan Anda dapat melihat mata saya merah. Ini merupakan akibat bawang tersebut dan saya pikir ini jawaban untuk masalah itu", kata kepala koki Crown Plaza di Christchurch Tony Smith.

Koki Auckland Harry Tahana juga menilai penemuan tersebut merupakan perkembangan luar biasa. Menurut Tahana, selama ini dapur komersial menghindari masalah air mata saat mengupas bawang dengan menyimpannya di lemari es selama beberapa hari. Penyimpanan itu untuk mengurangi efek pedih di mata saat bawang dikupas.  Tentu saja,ibu rumah tangga dan mereka yang hobi memasak senang atas penemuan tersebut."Saya pikir penemuan itu sebuah kemenangan, merupakan kemenangan mutlak", kata seorang perempuan di sebuah supermarket.www.admaxserver.com

Padi Tanpa Dimasak

Page 3: pestisida nabati

Baru-baru ini di India sudah ditemukan sebuah teknologi baru di bidang pertanian yang menurut ahlinya akan sangat membantu penduduk di India yang sebagian besar memang sulit untuk mendapatkan asupan makanan utama, alias “beras“. Para ahli diCentral Rice Research Institute (CRRI) di Orissa sudah menemukan cara untuk memasak beras menjadi nasi tanpa memasaknya dengan menggunakan alat pemasak. Beras tersebut cukup di rendam dengan air bersih di suhu ruangan selama 45 menit,  dan langsung bisa di konsumsi. Suatu temuan yang luar biasa berguna bagi masyarakat yang kurang mampu pastinya.

Direktur CRRI, Tapan Kumar Adhya varietas baru dari padi ini dinamakanAghanibora. Aghanibora membutuhkan waktu 145 hari hingga bisa di panen dan menghasilkan sekitar 4-4.5 ton per hektarnya. suatu pertumbuhan yang lumayan cepat, jadi pertahun kita bisa panen sebanyak 2-3 kali. Hal ini akan sangat membantu masyarakat baik itu para petaninya maupun orang-orang yang mengkonsumsinya. Cara memasak beras tersebut hingga dapat di konsumsi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu1.                  Merendam di dalam air biasa (dingin) selama 45 menit2.                  Merendam di dalam air hangat selama 15 menit

Informasi lain dikatakan bahwa varietas ini bukanlah hasil rekayasa genetika tapi melainkan hasil seleksi dan peningkatan mutu dari varietas padi yang berasal dari State of Assam. Sekarang ini, padi Aghanibora sudah tumbuh di States of Assam, Bihar, Bengal,Orissa dan coastal Andhra Pradesh. Dan sekarang ini dikabarkan bahwa India sudah menghasilkan sekitar 98.5 juta ton beras per tahunnya. Beras istimewa itu diharapkan bisa membantu warga kurang mampu. Selain menghemat waktu karena tak perlu repot memasak, juga tak membutuhkan bahan bakar untuk mengolahnya. Beras ini juga membantu menyelamatkan lingkungan karena mengurangi polusi karbon dari bahan bakar fosil. (tekno.liputan6.com)http://mutiarabhuana.com/2010/01/14/beras-tidak-direbus-bisa-jadi-nasi/

Pupuk Dan Obat Pemberantas Hama Tanaman Dari Bahan Dasar Air Liur

Mengapa bingung dengan harga pupuk dan pestisida yang melangit? Gunakan saja air liur, mujarab kok! Setiap bangun tidur bau mulut kita pasti terasa tak sedap. Tahukah Anda bahwa bau tak sedap itu sangat bermanfaat untuk dunia pertanian?Itulah yang dikembangkan Fuad Affandi. Putra Ciwidey, Bandung ini berhasil membuat karya inovatif berupa pupuk dan obat pemberantas hama tanaman dari bahan dasar air liur. Uniknya, Fuad bukanlah seorang ahli bioteknologi atau lulusan perguruan tinggi. Ia ‘hanya’ seorang kiai yang mengasuh 300 santri.

Awalnya, ia melihat melimpahnya kotoran sapi, kambing, dan ayam. Mang Haji -demikian Fuad biasa dipanggil- berniat menjadikan kotoran ternak tadi menjadi pupuk kandang. Agar menjadi pupuk alami yang baik, kotoran itu harus diperam selama dua sampai empat bulan. Fuad berpikir, bagaimana mempercepat proses penghancuran dan pembusukan kotoran ternak tadi? Ternyata, bakteri penghancur yang ampuh justru ada di perut manusia. “Buktinya, hari ini kita makan, besok keluar sudah busuk,” ujar alumnus Pesantren Lasem, Jawa Tengah ini.

Menurut penelitian Laboratorium Mikrobiologi Universitas Padjajaran, Bandung, dalam air liur memang terdapat empat macam bakteri: Saccharomyces, Cellulomonas,

Page 4: pestisida nabati

Lactobacillus, dan Rhizobium. Bakteri ini biasa hidup di lambung manusia. Bagaimana mendapatkan bakteri itu? Tak kurang akal. Kebiasaan makhluk renik itu, kalau tidak ada makanan masuk dalam waktu cukup lama, mereka akan naik untuk menyantap sisa-sisa makanan yang ada di dalam rongga mulut. Karena saat tidur tidak ada makanan yang masuk, saat itulah banyak bakteri berkumpul di mulut.

Fuad memerintahkan 300 santrinya membuang air kumur pertama dari  bangun tidur ke dalam kaleng yang telah disediakan di depan penginapan santri. Mikroorganisme dalam air liur itu lalu dikembangbiakkan dengan menambahkan molase (gula), dedak, dan pepaya ke dalamnya. Setelah beberapa hari, air liur santri ternyata berubah menjadi cairan kental berwarna keruh, dengan bau wangi seperti bau coklat. Itu berarti bakteri dapat berkembang biak dengan subur. Fuad lalu menyiramkan cairan bakteri itu ke kotoran ternak dan jerami yang sedang diperam. Hasilnya dahsyat. Hanya dalam tiga hari, kotoran ternak itu hancur dan busuk, siap dipakai sebagai pupuk kandang. Penemuan Fuad ini diberi nama MFA (Mikroorganisme Fermentasi Alami) –kadang diplesetkan menjadi Mikroorganisme Fuad Affandi.

MFA berkasiat untuk mempercepat ketersediaan nutrisi tanaman, mengikat pupuk dan unsur hara, serta mencegah erosi tanah. Semula, pupuk organik itu dipakai untuk kalangan sendiri, kemudian menyebar dari mulut ke mulut para petani di lingkungannya. Pada tahap selanjutnya, Mang Haji berhasil mengembangkan pupuk kandang menjadi cairan yang dikemas dalam botol dan siap disemprotkan ke tanaman. Inovasi Fuad tak berhenti sampai MFA. Dia juga menciptakan tiga jenis pembasmi hama tanaman yang diberi nama Innabat (Insektisida Nabati), Ciknabat (Cikur Nabati), dan Sirnabat (Siki Sirsak Nabati).

Innabat adalah insektisida yang terbuat dari kacang babi dicampur bawang putih, bawang merah, cabe rawit, dan temulawak. Semua bahan itu digiling menjadi satu dan dicampur dengan air beras. Campuran tersebut kemudian didiamkan selama 14 hari sebelum disemprotkan ke tanaman. Ketika diuji, ramuan ini ampuh untuk membasmi berbagai jenis ulat, ngengat, dan lalat yang sering menyerbu tanaman sayuran. Sedangkan Ciknabat, yang terbuat dari cikur (kencur) dicampur dengan bawang putih, ampuh sebagai fungisida (pembasmi jamur tanaman). Selain membasmi jamur, Ciknabat juga berfungsi ganda sebagai insektisida. Kencur dan bawang putih ini tidak mematikan hama, tapi baunya membuat hama enggan mendekat.

Lain lagi dengan Sirnabat, yang terbuat dari gilingan biji sirsak, merupakan formula paling keras yang dibuat Fuad. Ramuan ini disemprotkan jika Innabat dan Ciknabat sudah tak mempan lagi mengusir hama. Untuk memproduksi pupuk dan pestisida alami itu, Fuad mendirikan pabrik di Garut, yang kini dikelola Tatang Sutresna, mantan santrinya. Permintaan tidak cuma datang dari Bandung dan sekitarnya, melainkan dari luar pulau, seperti Jambi, Sulawesi Selatan, dan Aceh.

Dibanding pupuk dan pestisida kimiawi, buatan Fuad memiliki sejumlah keunggulan. Pertama, dari segi biaya, lebih murah. “Harga pestisida kimia Rp 50.000, sedangkan produksi cuma Rp 15.000,” tutur Apep, Wakil Ketua Pondok Pesantren Al Iftifaq. Apep memberi gambaran, untuk luas 1 ha tanaman buncis petani harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 2 juta untuk membeli pestisida kimia/sintesis. Kalau menggunakan pestisida alami, petani hanya mengeluarkan beaya Rp 100.000, dengan luas lahan yang sama. “Hasilnya sama, per hektar sekitar 8 ton,” ujarnya. Kedua, menggunakan pupuk dan pestisida alami tentu lebih sehat, karena tidak menimbulkan pencemaran lingkungan maupun hasil produksinya. Ketiga, harga sayurannya lebih tinggi, karena sayuran tampak lebih segar, bersih dan bebas dari zat-zat kimiawi.

Page 5: pestisida nabati

Sumber: Majalah Suara Hidayatullah, Juni 2007

Kulit Pisang pun Bisa Jadi Pengganti Minyak Tanah

Januari 22, 2010 oleh plantus

Tingginya harga minyak tanah pasca dihapuskannya subsidi, menyulitkan kelompok industri kecil dan masyarakat menengah ke bawah untuk mendapatkan bahan bakar yang murah dan praktis. Sementara kompor gas dinilai belum sepenuhnya mampu dijangkau masyarakat di pelosok daerah. Sekelompok usaha kecil dan menengah (UKM) menawarkan sebuah solusi bagi kalangan industri dan masyarakat menengah ke bawah untuk menggunakan kompor bioetanol sebagai alternatif pengganti minyak tanah. “Sebagai pengganti minyak tanah, kompor bioetanol ini relevan sekali bagi masyarakat dan industri menengah bawah yang belum bisa menjangkau penggunaan kompor gas,” kata Kepala Bagian Pemasaran UKM produsen kompor bioetanol binaan Dewan Koperasi Indonesia Rivai, di Jakarta, Minggu (6/9).

Kompor ini menggunakan bioetanol sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah. Bahan baku bioetanol merupakan hasil olahan dari bahan-bahan alami seperti kulit pisang, singkong genderuwo, kulit nanas, gadung, dan sagu. “Karena itu kompor bioetanol ini sesuai dengan semangat untuk melestarikan alam karena merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan,” imbuh Rivai. Dibandingkan minyak tanah, bioetanol memiliki lebih banyak keunggulan. Kompor bioetanol dapat digunakan tanpa menggunakan sumbu. Nyala apinya pun biru seperti kompor gas sehingga lebih cepat dan efisien dalam memasak. ” 100 cc bioetanol dapat digunakan memasak selama 40

Page 6: pestisida nabati

menit. Artinya dengan satu liter bioetanol saja, konsumen bisa memasak hingga empat jam,” kata Rivai. Selain itu, kompor bioetanol pun tidak mudah meledak dan lebih aman bagi penggunanya. Jika kompor minyak tanah yang terbakar akan semakin menyala ketika disiram air, tapi bioetanol justru akan mati jika tersiram air. “Penggunaan bioetanol ini pun lebih irit dua pertiga kali dibanding minyak tanah,” imbuhnya. Mengenai harga bioetanol, Rivai mengatakan, per liternya dijual seharga Rp 6.000 . “Harga ini sebenarnya bisa lebih murah kalau ada pemerintah mau memberikan dana investasi terhadap pengembangan bioetanol ini,” kata dia. Ia menambahkan, saat ini para produsen bioetanol juga mulai membidik masyarakat menengah kebawah sebagai pangsa pasarnya Selama ini yang menjadi konsumen bioetanol adalah komunitas industri kecil seperti pembatik dan industri tahu.

Padahal, menurutnya, selama ini diluar negeri, penggunaan bioetanol sudah dikenal sebagai alternatif bahan bakar untuk memasak yang lebih ramah lingkungan. “Salah satu pasar ekspor kami adalah Thailand yang sudah mengenal bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan,” tukasnya.SitusHijau.co.id, 06 September 2009http://biologibae.blogspot.com/2011/07/kumpulan-artikel-bioteknologi.html

Insektisida Organik Atau Pestisida Nabati Seperti halnya dengan manusia, tanaman juga akan mengalami sakit atau terserang hama maupun penyakit, bila kondisi fisiknya tidak baik. Dikarenakan adanya perubahan iklim /cuaca atau memang sejak awal menggunakan benih /bibit yang tidak baik jadi mudah terserang , bisa juga dari kondisi tanahnya, dan lain-lain.Banyak kendala-kendala yang mempengaruhinya. Untuk mengatasinya tentu saja dapat menggunakan obat-obatan yang pilihannya banyak di pasaran. Tergantung dari tanamannya menderita apa dan kejelian serta kecerdasan kita untuk dapat memulihkan tanaman agar dapat sehat kembali.Bila kita menghendaki hidup sehat dan ramah lingkungan ada pilihan atau opsi yang ditawarkan yaitu menggunakan “BAHAN-BAHAN ALAMI” untuk mengusir atau menghalau musuh-musuh alami yang menyerang tanaman , tanpa harus mematikannya, sehingga siklus EKOSISTEM masih tetap terjaga. Adapun bahan-bahan INSEKTISIDA ALAMI itu adalah sebagai berikut: Tembakau, Kenikir, Pandan, Kemangi, Cabe Rawit, Kunyit , Bawang Putih, Gadung , Sereh dan masih banyak lagi yang dapat di pakai sebagai bahan-bahan pembuat insektisida alami . Bila melihat bahan-bahan tersebut , semua ada di lingkungan kita, mudah di dapat dan murah, yang pasti juga aman karena tidak beracun.Berikut Tabel yang menunjukan jenis tanaman yang dapat dipakai sebagai Insektisida Alami atau Pestisida Nabati :

Page 7: pestisida nabati
Page 8: pestisida nabati

Berikut “ RESEP “ pembuatan Insektisida Alami untuk menghilangkan hama kutu dan ulat pada tanaman.:Bahan:

Tembakau 100gr Kenikir 100gr Pandan 100gr Kemangi 100gr Cabe rawit 100gr Kunyit 100 gr Bawang Putih 100gr Aquadestilata 1 lt Decomposer BSA (mikro organisme pengurai) 1-2 cc Gula pasir 2 sendok makan.

Cara Pembuatan : Semua bahan di blender dan di tambah 1lt air suling Masukkan ke dalam botol yang steril Tambahkan gula pasir 2 sdm Tambahkan Decomposer BSA 1-2 cc Tutup dan biarkan 1 minggu supaya terjadi fermentasi Kemudian di saring. Siap dipergunakan

Pengaplikasian /dosis pemakaian: 60 cc untuk 1 lt air Disemprotkan ke tanaman yang terkena hama pada daun dan batangnya 1 minggu 1 kali Pencairan 1lt harus habis 1kali pemakaian.

Untuk tanaman padi, hama yang terkenal menyerang tanaman padi adalah HAMA KRESEK, HAMA PENGGEREK BATANG, HAMA WERENG. Masyarakat Paguyuban Petani Organik Purwakarta untuk mengatasi ini mereka membuat bakteri CORYNE BACTERIUM dengan cara merebus AIR KENTANG sebanyak 20 liter ditambah GULA dan DECOMPOSER BSA. Bakteri “ Coryne bacterium” dapat melawan “Xanthomonas campestris pv oryzae “(bakteri penyebab penyakit kresek). Bakteri Coryne ini mempunyai sifat“Pathogen”, dapat menekan

Page 9: pestisida nabati

serangan , dan mengurangi kerusakan lebih dari 80%. Untuk menumpas hama penggerek batang yang diperlukan adalah bakteri Tryclogramma spp(agen hayati parasitoid). Dan untuk jamur tumbuhan di pakai bakteriTrychoderma sp. Sedangkan untuk menekan populasi hama wereng batang coklat laba-laba dan kumbang dibiarkan hidup untuk menjaga keseimbangan ekosistem.Sumber : www.lestarimandiri.org

Pengendalian Hama dan Penyakit dengan Pestisida NabatiWednesday, 19 December 2012

Written By Administrator

Masalah besar yang dihadapi petani dalam kegiatan produksi adalah hama penyakit tanaman dan bencana alam. Untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit tanaman petani menggunakan pestisida kimia. Pestisida kimia merupakan bahan beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, hal ini disebabkan pestisida bersifat polutan dan menyebarkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti mutasi gen dan gangguan syaraf pusat. Disamping itu residu kimia yang beracun tertinggal pada produk pertanian dapat memicu kerusakan sel, penuaan dini dan munculnya penyakit degeneratif. Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia lainnya adalah:

1. Hama menjadi kebal (resisten)2. Peledakan hama baru (resurjensi)3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen4. Terbunuhnya musuh alami

 Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan yang sebenarnya yang ada di sekitar kita. Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu :

1. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa2. Menghambat penggantian kulit3. Mengganggu komunikasi serangga4. Menyebabkan serangga menolak makan5. Menghambat reproduksi serangga betina6. Mengurangi nafsu makan7. Memblokir kemampuan makan serangga8. Mengusir serangga9. Menghambat perkembangan patogen penyakit

 Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kekurangan . keunggulan dari pestsida nabati diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Murah dan mudah dibuat oleh petani2. Relatif aman terhadap lingkungan3. Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman4. Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama5. Kompatibel digabungkan dengan cara pengendalian yang lain6. Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia

 Sementara kekurangannya adalah :

Page 10: pestisida nabati

1. Daya kerjanya relatif lambat2. Tidak membunuh jasad sasaran secara langsung3. Tidak tahan terhadap sinar matahari4. Tidak tahan disimpan5. Kadang-kadang harus disemprotkan berulang-ulang

 Contoh Tanaman bahan pestisida1. MIMBA (Azadirachta indica)

Mengandung senyawa aktif azadirachtin, meliantriol, dan salanin. Berbentuk tepung dari daun atau cairan minyak dari biji/buah. Efektif mencegah makan (antifeedant) bagi serangga dan mencegah serangga mendekati tanaman (repellent) dan bersifat sistemik. Mimba dapat membuat serangga mandul, karena dapat mengganggu produksi hormone dan pertumbuhan serangga.Mimba mempunyai spectrum yang luas, efektif untuk mengendalikan serangga bertubuh lunak (200 spesies) antara lain belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih, dll. Disamping itu dapat juga untuk mengendalikan jamur (fungisida) pada tahap preventif, menyebabkan spora jamur gagal berkecambah. Jamur yang dikendalikan antara lain penyebab: embun tepung, penyakit busuk, cacar daun/kudis, karat daun dan bercak daun. Dan mencegah bakteri pada embun tepung (powdery mildew). Ekstrak mimba sebaiknya disemprotkan pada tahap awal dari perkembangan serangga, disemprotkan pada daun, disiramkan pada akar agar bisa diserap tanaman dan untuk mengendalikan serangga di dalam tanah. 2. AKAR TUBA (Deris eliptica)

Senyawa yang telah ditemukan antara lain adalah retenon. Retenon dapat diekstrak menggunakan eter/aseton menghasilkan 2 – 4 % resin rotenone, dibuat menjadi konsentrat air. Rotenon bekerja sebagai racun sel yang sangat kuat (insektisida) dan sebagai antifeedant yang menyebabkan serangga berhenti makan. Kematian serangga terjadi beberapa jam sampai beberapa hari setelah terkenal rotenone. Rotenon dapat dicampur dengan piretrin/belerang. Rotenon adalah racun kontak (tidak sistemik) berpspektrum luas dan sebagai racun perut. Rotenon dapat digunakan sebagai moluskisida (untuk moluska), insektisida (untuk serangga) dan akarisida (tungau). 3. KECUBUNG

Page 11: pestisida nabati

Kecubung adalah tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah dikenal sejak ribuan tahun. Sebagai anggota suku Solanaceae, tumbuhan ini masih sekerabat dengan datura, tumbuhan hias dengan bunga berbentuk terompet yang besar. Kecubung biasanya berbunga putih dan atau ungu, namun hibridanya berbunga aneka warna. Diperkirakan tanaman ini pertama kali dipakai sebagai obat-obat pada abad kesepuluh. Kecubung ada yang berasal dariAsia Tenggara, namun ada juga yang berasal dari Benua Amerika.Kecubung tumbuh di tempat yang beriklim panas dan dibudidayakan di seluruh belahan dunia karena khasiat yang dikandungnya dan juga untuk tanaman hias. Bagian-bagian kecubung, tetapi terutama bijinya, mengandung alkaloid yang berefek halusinogen dan dapat mengganggu sistem syaraf pada serangga. 4. GADUNG

Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati adalah umbinya. Umbi gadung mengandung bahan aktif diosgenin, steroid saponin, alkaloid dan fenol. Pestisida nabati umbi gadung efektif untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap.

 

 

 

 

 

 

5. KLUWAK

Nama speciesnya Pangium edule Reinw. Kluwak diperoleh masyarakat sekitar dengan cara mengambilnya dari tanaman pohon kepayang yang

Page 12: pestisida nabati

diambil bijinya. Pohon kepayang tingginya 40 meter dan diameter batangnya 2,5 meter. Tumbuh liar di daerah 1000 m dpl (di atas permukaan laut)  di seluruh Indonesia.Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah biji kluwak yang masih muda. Biji kluwak mengandung bahan kimia asam sianida yang sifatnya beracun, mudah menguap pada suhu 26 derajat Celcius, bila terhirup binatang ternak dapat mengakibatkan kematian, namun aman untuk pengawetan ikan. 6. TEMBAKAU

Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati adalah batang dan daunnya. Senyawa yang dikandung adalah nikotin. Ternyata nikotin ini tidak hanya racun untuk manusia, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk racun serangga Daun tembakau kering mengandung 2 – 8 % nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf yang bereaksi cepat. Nikotin berperan sebagai racun kontak bagi serangga sehingga efektif untuk mengendalikan hama pengisap juga serangga seperti: ulat perusak daun, aphids, triphs, dan pengendali jamur (fungisida).

 

 

 

7. CABE RAWIT

Buahnya mengandung kapsaisin, karotenoid, alkaloid asiri, resin, minyak menguap, vitamin A dan C. Kapsaisin memberikan rasa pedas pada cabai, berkhasiat untuk melancarkan aliran darah serta pemati rasa kulit. Biji mengandung solanine, solamidine, solamargine, solasodine, solasomine dan steroid saponin (kapsisidin). UPTD Laboratorium Dinpertan TPH Kabupaten Grobogan mulai membuat pestisida nabati sejak tahun 2009 dan diuji di lapangan pada kegiatan kaji terap pestisida nabati pada tanaman padi di Kecamatan Purwodadi dan Klambu serta pada tanaman kedele di Kecamatan Toroh. Pestisida nabati digunakan sebelum hama mencapai ambang pengendalian. Hasilnya pestisida nabati dapat menekan populasi hama pada tanaman padi dan kedele. Untuk selanjutnya di aplikasi di Kecamatan lainnya di Kabupaten Grobogan.

 

Page 13: pestisida nabati

Sumber : UPTD Laboratorium Dinpertan TPH Kabupaten Groboganhttp://dinpertan.grobogan.go.id/laboratorium/144-pengendalian-hama-dan-penyakit-dengan-pestisida-nabati.html

Insektisida Nabati

PENDAHULUAN

Pemakaian pestisida sintesis selama ini diyakini mampu membasmi hama dan penyakit tanaman, ternyata

menimbulkan dampak negative bagi lingkungan hidup, termasuk manusia. Karenanya muncul berbagai

pemikiran dan upaya menciptakan pestisida yang ramah lingkungan. Upaya tersebut adalah memanfaatkan

berbagai jenis tanaman sebagai insektisida yang dapat mengendalikan populasi hama serangga. Insektisida

Page 14: pestisida nabati

Nabati adalah suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan dan dapat berupa bagian-bagian dari

tumbuh-tumbuhan seperti akar, batang, bunga, umbi, dan buah.

Insektisida Nabati digunakan sebagai insektisida alternative dengan tujuan tidak hanya tergantung pada

insektisida kimia (sintesis) yang mengakibatkan semakin membengkaknya biaya produksi yang berdampak pada

minimnya pendapatan petani, serta rusaknya keseimbangan alam. Penerapan Insektisida Nabati di lapangan

dilakukan dengan campuran bahan lain dan dapat dibuat sendiri oleh petani.ZZZ

Tanaman Mindi sebagai insektisida Nabati memiliki daya kerja yang efektif, ekonomis, dan aman bagi

lingkungan. Tanaman ini mengandung bahan aktif margosin yang bersifat menolak serangga dan menghambat

kerja syaraf serangga dan respirasi. Bagian tanaman yang dapat digunakan untuk pengendalian yaitu daunnya,

hama sasarannya yaitu mengusir belalang, ulat.

Umbi gadung mengandung diosgenin dan saponin yang dapat dipergunakan anti fertilitas dan bersifat toksit /

racun.

BAHAN:

Daun mindi 1 kg.

Umbi gadung racun 2 kg.

Sabun colek 10 gr.

Air 20 L

ALAT:

Alat penumbuk

Pisau

Wadah atau baskom

Botol

CARA KERJA

1 Daun mindi dan umbi gadung racun ditumbuk halus dengan lumping atau sejenisnya yang lain.

2 Kemudian dicampur dengan air dan sabun colek.

3 Direndam selama 24 jam.

4 Larutan disaring pada keesokan harinya.

5 Larutan yang telah disaring dicampur lagi dengan air 60 L.

6 Siap diaplikasikan

KELEBIHAN

Page 15: pestisida nabati

murah dan mudah dibuat oleh petani, relative aman bagi musuh alami, tidak menimbulkan keracunan pada

tanaman, tidak menimbulkan kekebalan pada hama, menghasilkan produk pertanian yang bebas dari residu

kimia, mampu diuraikan secara cepat oleh tanaman.

KELEMAHAN

daya kerjanya relatif lambat, tidak membunuh langsung pada hama, tidak tahan terhadap sinar matahari, kurang

praktis, dan kurang tahan lama disimpan.

http://bertani.wordpress.com/info/insektisida-nabati/

INSEKTISIDA NABATI DAN CARA PENYEMPROTANYA

Home > Budidaya Sayuran > Insektisida Nabati Dan Cara Penyemprotanya

Insektisida nabati cukup mudah cara pembuatannya karena bahan dasarnya menggunakan tanaman, dengan

begitu insektisida nabati sangat ramah lingkungan.

Dalam pembuatan insektisida nabati   cukup diendapkan beberapa malam saja, tujuannya agar zat-zat yang

terdapat dalam tanaman itu keluar. Proses keluarnya zat-zat yang terkandung dalam tanaman itu cukup lama

karena proses perendaman memakai air bukan zat kimia seperti etanol.

Lama perendaman paling sedikit membutuhkan waktu 24 jam. Tapi tidak selamanya benar bahwa semakin lama

perendaman semakin bagus. Sebab, biasanya terlalu lama perendaman akan muncul jamur pada air tersebut

sehingga mengurangi efektivitas pestisida nabati. Supaya tidak terjadi hal yang demikian paling lama

perendaman dilakukan selama 7 hari, setelah 7 hari segeralah insektisida nabati itu diaplikasikan.

Page 16: pestisida nabati

Deterjen dalam pestisida nabati berfungsi sebagai larutan penyangga. Fungsinya, untuk mempercepat proses

bercampurnya bahan yang dikandung tanaman dengan air. Sebetulnya ada penyangga larutan yang lebih bahus

yakni teepol.

Ia mempercepat pencampuran bahan. Teepol berbentuk cair juga memudahkan pemberian insektisida nabati,

harganya pun cukup murah. Pemberian larutan penyangga maksimal hanya 0,1%. Misalnya, bila larutan total

insektisida nabati 11 liter maka larutan penyangga cuma 1g atau 1cc.

Penyaringa insektisida nabati jelas sangat perlu sebab bahan bakunya material padat. Tujuannya agar tidak

menyumbat  nozle ketika penyemprotan. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari. Sebab

insektisida nabati cepat terdegradasi oleh sinar ultraviolet dan suhu tinggi.

ketika musim hujan tiba tetap dapat dilakukan. Sebaiknyatambahkan perekat alami seperti Ka yang lazim

dimanfaatkan untuk memperkuat benang layang-layang.

http://bestbudidayatanaman.blogspot.com/2012/08/insektisida-nabati-dan-cara.html

|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||

ARTIKEL PERTANIAN : Bioteknologi Mikro Untuk Pertanian OrganikTue, 02/07/2012 - 09:13 | by Fahrur Rozi

Alasan kesehatan dan kelestarian alam/lingkungan menjadikan pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian modern. Pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari segala asupan yang berbau sintetik, baik berupa pupuk sintetik, herbisida, maupun pestisida sintetik. Namun, petani sering mengeluhkan hasil produksi pertanian organik yang produktivitasnya cenderung rendah dan lebih rentan terhadap serangan hama. Masalah ini sebenarnya bisa diatasi dengan memanfaatkan bioteknologi berbasis mikroba yang diambil dari sumber-sumber kekayaan hayati non sintetik.

Tanah adalah habitat yang sangat kaya akan keragaman mikroorganisme seperti bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah-tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada

Page 17: pestisida nabati

aktivitas mikroba-mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian. Mikroba tanah antara lain berperan dalam mendegradasi limbah-limbah organik pertanian, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen dari udara, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan tanaman, biokontrol patogen tanaman, membantu penyerapan unsur hara tanaman, dan membentuk simbiosis menguntungan. Bioteknologi berbasis mikroba tanah dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peran penting mikroba tanah tersebut.

1. Teknologi Kompos Bioaktif

Salah satu masalah mendasar yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian organik adalah kandungan bahan organik tanah dan status hara tanah yang rendah. Petani organik mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang. Pupuk hijau dan pupuk kandang sebenarnya adalah limbah-limbah organik yang telah mengalami penghacuran sehingga menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Limbah organik seperti sampah dedaunan, seresah, kotoran-kotoran binatang ternak tidak bisa langsung diberikan ke tanaman. Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu oleh mikroba tanah menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Secara alami proses pengkomposan ini memakan waktu yang sangat lama, berkisar antara enam bulan hingga setahun sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman.Proses penghancuran limbah organik dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer) yang memiliki kemampuan tinggi. Penggunaan mikroba penghancur ini dapat mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Di pasaran saat ini banyak tersedia produk-produk biodekomposer untuk mempercepat proses pengomposan, misalnya: SuperDec, OrgaDec, EM4, EM Lestari, Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain.Dr. Didiek H Goenadi, Direktur Eksekutif Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, mendefinisikan kompos bioaktif sebagai kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman. SuperDec dan OrgaDec, produk biodekomposer yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI), dikembangkan berdasarkan filosofi tersebut. Mikroba biodekomposer unggul yang digunakan adalah Trichoderman pseudokoningii, Cytopaga sp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba tersebut mampu mempercepat proses pengomposan menjadi

Page 18: pestisida nabati

sekitar 2-3 minggu. Mikroba tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan mikroba-mikroba patogen penyebab penyakit tanaman.Keuntungan penggunaan kompos bioaktif untuk pertanian organik selain mempercepat waktu pengomposan dan menyediakan kompos yang berkualitas tinggi, juga berperan sebagai agensia hayati untuk mengendalikan penyakit tanaman, terutama penyakit yang menyerang dari dalam tanah. Kekawatiran para petani organik akan tanamannya yang mudah diserang penyakit dapat di atasi dengan menggunakan kompos bioaktif.

2. Biofertilizer

Petani organik sangat alergi dengan pupuk-pupuk kimia atau pupuk sintetik lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, petani organik umumnya mengandalkan kompos sebagai sumber utama nutrisi tanaman. Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos yang sudah matang kandungan haranya kurang lebih : 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata lain seratus kilogram kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP 36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya kg Urea/ha, kg SP 36/ha dan kg KCl/ha, maka kompos yang dibutuhkan kurang lebih sebanyak ton kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak dan berimplikasi pula pada biaya produksi.Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupaun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Tidak ada satupun tanaman yang dapat menyerap N dari udara. N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas di sekitar perakaran tanaman. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp. Rhizobium sp hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan (leguminose). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non simbiotik dapat

Page 19: pestisida nabati

digunakan untuk semua jenis tanaman.Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi pupuk superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp, … ,………… Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Ektomikoriza seringkali ditemukan pada tanaman-tanaman keras/berkayu, sedangkan endomikoriza ditemukan pada banyak tanaman, baik tanaman berkayu atau bukan. Mikoriza hidup bersimbiosis pada akar tanaman. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering ditemukan adalah Glomus sp dan Gigaspora sp.Beberapa mikroba tanah juga mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp.Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, membantu penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer untuk pertanian organik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh BPBPI mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman. Biofertilizer yang dikembangkan oleh BPBPI antara lain: Emas, Rhiphosant, Kamizae, dan Simbionriza.

3. Agen Biokontrol

Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya pertanian organik. Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida kimia seperti jenis-jenis hibrida, umumnya sangat rentah terhadap serangan hama dan penyakit ketika dibudidayakan dengan sistim organik. Alam sebenarnya telah menyediakan mekanisme

Page 20: pestisida nabati

perlindungan alami. Di alam terdapat mikroba-mikroba dapat mengendalikan organisme patogen tersebut. Mikroba atau organisme patogen akan menyerang tanaman ketika terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen dengan mikroba pengendalinya. Di sini jumlah organisme patogen lebih banyak daripada jumlah mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangakan populasi kedua jenis organisme ini, maka hama dan penyakit tanaman dapat dihindari.Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis (BT), Bauveria bassiana, Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium anisopliae. Mikroba-mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga yang menjadi hama tanaman. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp. Trichoderma sp mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), atau Phytoptora sp.

Aplikasi pada Pertanian Organik

Produk-produk bioteknologi mikroba hampir seluruhnya menggunakan bahan-bahan alami. Produk-produk ini dapat memenuhi kebutuhan petani organik. Kebutuhan akan bahan organik tanah dan hara tanaman dapat dipenuhi dengan kompos bioaktif dan aktivator pengomposan. Aplikasi biofertilizer pada pertanian organik dapat mensuplai kebutuhan hara tanaman yang selama ini dipenuhi dari pupuk-pupuk kimia. Serangan hama dan penyakit tanaman dapat dikendalikan dengan memanfaatkan biokotrol.Selama ini petani Indonesia yang menerapkan sistem pertanian organik hanya mengandalkan kompos dan cenderung membiarkan serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan tersedianya bioteknologi berbasis mikroba, petani organik tidak perlu kawatir dengan masalah ketersediaan bahan organik, unsur hara, dan serangan hama dan penyakit tanaman.

http://epetani.deptan.go.id/pengaduan/artikel-pertanian-bioteknologi-mikro-untuk-pertanian-organik-3957