PGPR

2
 PGPR PGPR adalah Bakteri sekitar perakaran yang dapat memacu pertumbuhan tanaman dan juga merupakan agens (mikroba) pengendali hayati yang menguntungkan bagi Tumbuhan. Bakteri ini hidupnya di sekitar perakaran (Rhizosper) di mana terdapat eksudat yang dikeluarkan akar sebagai nutrusi bagi mikroba. PGPR yang bersumber pada akar rumpun bambu, rumput gajah yang mengandung bakteri Pseudomonas flourenscens ,  Bacillus  polymixa. Bakteri tersebut mampu memacu pertumbuhan tanaman melalui beberapa cara, di antaranya:  Mengeluarkan cairan yang mampu melarutkan mineral (misal pospat) sehingga menjadi unsur hara yang tersedia  Merombak dan mengurai bahan organik (dekomposisi bahan organik) menjadi nutrisi tanaman  Mengeluarkan enzim dan hormon yang berguna untuk memacu pertumbuhan tanaman  Mengeluarkan antibiotik yang mampu menghanbat pertumbuhan dan perkembangan mikroba yang bersifat patogenik (mikroba penyebab penya kit) PGPR ini bersifat ramah lingkungan sangat cocok digunakan untuk mendukung pertanian berkelanjutan dan menekan penggunaan pestisida. Hasil hasil uji coba pakar IPB dan Klinik Tanaman IPB membuktikan bahwa PGPR mempunyai kegunaan/manfaat dalam: meningkatkan pertumbuhan tanaman, antara lain melalui memperbaiki dan merangsang tumbuhnya akar, meningkatkan diameter batang, meningkatkan jumlah batang, memperbanyak produksi buah, meningkatkan daya kecambah benih, merangsang pembentukan tunas. Disamping itu, PGPR dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap OPT, antara lain antraknose pada cabai ( Colletotrichum), moler pada bawang merah (Fusarium), kanker batang pada terong ( Phomosis) dan layu fusarium pada melon dan semangka. Mekanisme PGPR dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dan ketahanan tanaman terjadi antara lain melalui: Kemampuan memproduksi ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), pelarutan posfat yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat, dan kemampuan produksi antibiotik, memproduksi siderofor yang berperan dalam induksi resistensi atau peningkatan ketahanan tanaman terhadap OPT; serta peningkatan produksi senyawa pertanaman tanaman seperti fitoaleksin. Penyerapan unsur hara dan air yang lebih baik dan nutrisi yang tercukupi, kebugaran tanaman akan semakin baik, sehingga semakin meningkatkan ketahanan tanaman terhadap gangguan biotik (hama dan penyakit) maupun abiotik (kekeringan, kebanjiran). Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR, rhizobacteria pemacu pertumbuhan tanaman) memainkaan peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, perlindungan hasil panen, dan kesuburan lahan. PGPR dapat merangsang pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, PGPR merangsang pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan hormon pertumbuhan, meningkatkan asupan nutrien. Pertumbuhan tanaman ditingkatkan secara tidak langsung karena PGPR menghasilkan senyawa antimikroba yang menekan pertumbuhan fungi penyebab penyakit tumbuhan (fitopatogenik).

Transcript of PGPR

5/14/2018 PGPR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pgpr5571ffde49795991699e5289 1/3

PGPR

PGPR adalah Bakteri sekitar perakaran yang dapat memacu pertumbuhan tanaman

dan juga merupakan agens (mikroba) pengendali hayati yang menguntungkan bagi

Tumbuhan. Bakteri ini hidupnya di sekitar perakaran (Rhizosper) di mana terdapat eksudat

yang dikeluarkan akar sebagai nutrusi bagi mikroba. PGPR yang bersumber pada akar

rumpun bambu, rumput gajah yang mengandung bakteri Pseudomonas flourenscens, Bacillus

 polymixa. Bakteri tersebut mampu memacu pertumbuhan tanaman melalui beberapa cara, di

antaranya:

  Mengeluarkan cairan yang mampu melarutkan mineral (misal pospat) sehingga menjadi

unsur hara yang tersedia

  Merombak dan mengurai bahan organik (dekomposisi bahan organik) menjadi nutrisi

tanaman

  Mengeluarkan enzim dan hormon yang berguna untuk memacu pertumbuhan tanaman

  Mengeluarkan antibiotik yang mampu menghanbat pertumbuhan dan perkembangan

mikroba yang bersifat patogenik (mikroba penyebab penyakit)

PGPR ini bersifat ramah lingkungan sangat cocok digunakan untuk mendukung

pertanian berkelanjutan dan menekan penggunaan pestisida. Hasil‐hasil uji coba pakar IPB

dan Klinik Tanaman IPB membuktikan bahwa PGPR mempunyai kegunaan/manfaat dalam:

meningkatkan pertumbuhan tanaman, antara lain melalui memperbaiki dan merangsang

tumbuhnya akar, meningkatkan diameter batang, meningkatkan jumlah batang,

memperbanyak produksi buah, meningkatkan daya kecambah benih, merangsang

pembentukan tunas. Disamping itu, PGPR dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap

OPT, antara lain antraknose pada cabai (Colletotrichum), moler pada bawang merah(Fusarium), kanker batang pada terong (Phomosis) dan layu fusarium pada melon dan

semangka.

Mekanisme PGPR dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dan ketahanan

tanaman terjadi antara lain melalui: Kemampuan memproduksi ZPT (Zat Pengatur Tumbuh),

pelarutan posfat yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat, dan kemampuan

produksi antibiotik, memproduksi siderofor yang berperan dalam induksi resistensi atau

peningkatan ketahanan tanaman terhadap OPT; serta peningkatan produksi senyawa

pertanaman tanaman seperti fitoaleksin. Penyerapan unsur hara dan air yang lebih baik dan

nutrisi yang tercukupi, kebugaran tanaman akan semakin baik, sehingga semakin

meningkatkan ketahanan tanaman terhadap gangguan biotik (hama dan penyakit) maupun

abiotik (kekeringan, kebanjiran).

Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR, rhizobacteria pemacu pertumbuhan

tanaman) memainkaan peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman,

perlindungan hasil panen, dan kesuburan lahan. PGPR dapat merangsang pertumbuhan

tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, PGPR merangsang

pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan hormon pertumbuhan, meningkatkan asupan

nutrien. Pertumbuhan tanaman ditingkatkan secara tidak langsung karena PGPR

menghasilkan senyawa antimikroba yang menekan pertumbuhan fungi penyebab penyakit

tumbuhan (fitopatogenik).

5/14/2018 PGPR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pgpr5571ffde49795991699e5289 2/3

Strain PGPR sendiri sudah banyak yang telah dikenal secara luas, dua di antaranya

adalah Pseudomonas sp dan Bacillus sp yang pada studi ini digunakan sebagai model. Pada

studi yang dilakukan, didapatkan bahwa 81 isolat Pseudomonas sp dan 91 isolat Bacillus sp

yang diisolasi dari lingkungan akar kacang kedelai memproduksi asam indol asetat yang

merupakan hormon pertumbuhan pada tanaman.Hormon ini meningkatkan perkecambahan benih seperti panjang akar, panjang

batang, dan jumlah perambatan akar. Pertumbuhan jamur fitogenik juga dihambat karena

beberapa isolat lain menghasilkan senyawa-senyawa seperti siderofor, kitinase, sianida, dan

  juga antibiotik. Senyawa-senyawa ini menekan pertumbuhan fungi patogenik seperti

Sclerotium rolfsii, Fusarium oxysporum, dan Rhizoctonia solani.

Kloepper dan Schroth (1978) mengatakan bahwa kemampuan PGPR sebagai agen

pengendalian hayati adalah karena kemampuannya bersaing untuk mendapatkan zat

makanan, atau karena hasil-hasil metabolit seperti siderofor, hidrogen sianida, antibiotik, atau

enzim ekstraselluler yang bersifat antagonis melawan pathogen (Kloepper & Schroth. 1978;

Thomashow & Weller 1988; Weller 1988).

Rhizobakteri adalah bakteri yang hidup di daerah perkaran (rhizospher) dan berperan

penting dalam pertumbuhan tanaman. Pada dasarnya rhizobakteri dapat dibedakan menjadi

dua golongan yaitu : rhizobakteri yang memacu pertumbuhan tanaman atau PGPR (plant

growth-promotting rhizobacteria) dan rhizobakteri yang merugikan tanaman atau DRB

(deleterius rhiozbacteria). PGPR dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman melalui

mekanisme : produksi hormon pertumbuhan, kemampuan fiksasi nitrogen dari udara untuk 

meningkatkan ketersedian nitrogen tanah, penghasil osmoprotektan pada kondisi cekaman

kekeringan dan pengahsil osmolit tertentu yang dapat membunuh patogen tanaman di tanah

(Kloepper, 1993). Menurut Lalande et al. (1989) , Pseudomonas sp., Salmonella liquefaciens,dan Bacillus sp. mampu menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman dan dapat

meningkatkan berat kering tanaman jagung masing-amsing mencapai 9%, 10% dan 7% lebih

tinggi dibanding kontrol (tanpa diinokulasi). Sedangkan fiksasi N2 udara secara biologis

mampu menyumbangkan kurang lebih 70% dari seluruh fikasasi N yang dapat diserab di

muka bumi. Kurang lebih 50% dari hasil fiksasi biologis tersebut merupakan hasil asosiasi

rhizobia-legum (Arshad, 1993). Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa ,

Azotobacter sp. tanpa pemberian pupuk N dapat meningkatkan hasil tanaman padi mencapai

16,69%. Azospirillum sp. dengan pemberian pupuk N 120 kg/ha dapat meningkatkan hasil

tanaman padi mencapai 43,49%. Di sisi lain , pada percobaan di rumah kaca dengan pupuk Ntakaran tertentu Azozspirillum sp. dapat meningkatkan hasil padi mencapai 115,91% dan

Pseudomonas sp. mencapai 112,88% (Rao et al. 1987).

5/14/2018 PGPR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pgpr5571ffde49795991699e5289 3/3