PHC TUBERKULOSIS

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis (Price, 2006). Tuberkulosis adalah penyakit menular, artinya orang yang tinggal serumah dengan penderita atau kontak erat dengan penderita yang mempunyai risiko tinggi untuk tertular. Sumber penularannya adalah pasien TB paru dengan BTA positif terutama pada waktu batuk atau bersin, dimana pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada disitu dalam waktu yang lama (PDPI, 2013). Adanya ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara keberadaan sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab (Zumla, 2013). Menurut WHO jumlah kasus terbanyak terjadi di Asia tenggara yaitu 35 % dari seluruh kasus TB di

description

PHC TUBERKULOSIS

Transcript of PHC TUBERKULOSIS

Page 1: PHC TUBERKULOSIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyebab penyakit ini

adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis (Price, 2006).

Tuberkulosis adalah penyakit menular, artinya orang yang tinggal serumah

dengan penderita atau kontak erat dengan penderita yang mempunyai risiko

tinggi untuk tertular. Sumber penularannya adalah pasien TB paru dengan

BTA positif terutama pada waktu batuk atau bersin, dimana pasien

menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei).

Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan umumnya

penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada disitu dalam

waktu yang lama (PDPI, 2013).

Adanya ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara

keberadaan sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat

bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab (Zumla,

2013).

Menurut WHO jumlah kasus terbanyak terjadi di Asia tenggara yaitu

35 % dari seluruh kasus TB di dunia, disusul Afrika dengan 30% dan region

Pasifik Barat 20%. Bila dilihat dari jumlah pendduduk terdapat 350-520 kasus

per 100.000 penduduk (PDPI, 2011). Indonesia masih menempati urutan ke 3

di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan China. Setiap tahun terdapat

250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat TB (WHO,

2010).

Dari buku daftar penyakit di Puskesmas Plupuh 1 Kabupaten

Sragen ditemukan bahwa jumlah pasien yang datang ke puskesmas dengan

diagnosa TB dari bulan Februari hingga Agustus 2013 sebanyak 93 kasus

atau menempati 10 besar angka kunjungan kasus. Hal itulah yang mendorong

kami untuk melakukan analisis lebih dalam tentang pengendalian dan

Page 2: PHC TUBERKULOSIS

pemecahan masalah jumlah kunjungan kasus TB di masa mendatang di

lingkup Puskesmas Plupuh 1.

B. Tujuan Kegiatan

Mengetahui prioritas masalah dan pemecahan tingginya jumlah angka

kunjungan kasus TB wilayah kerja Puskesmas Plupuh 1.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi mahasiswa yaitu mahasiswa mampu dan berpengalaman

dalam menerapkan konsep-konsep pemecahan masalah tentang tingginya

jumlah angka kunjungan kasus TB di Puskesmas Plupuh 1.

2. Manfaat bagi unit kesehatan setempat yaitu dapat memberikan informasi

bagi unit pelayanan kesehatan setempat, mengenai masalah yang ada

dalam pencegahan berkembangnya kasus TB di wilayah kerja Puskesmas

Plupuh 1.

3. Manfaat untuk puskesmas yaitu dapat sebagai bahan informasi di dalam

meningkatkan peran sertanya dalam penanggulangan peningkatan jumlah

angka kunjungan kasus TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Plupuh 1.

Page 3: PHC TUBERKULOSIS

BAB II

KEADAAN UMUM PUSKESMAS PLUPUH 1 SRAGEN

A. Keadaan Geografi

Puskesmas Plupuh I termasuk wilayah kecamatan Plupuh. Luas

Wilayah kerja Puskesmas Plupuh 1 adalah 59.187 Km². Puskesmas Plupuh 1

terletak 17 Km dari ibu kota kabupaten Sragen ke arah tenggara dengan

batasan:

Sebelah Utara : Kecamatan Tanon

Sebelah Timur : Kecamatan Masaran

Sebelah Selatan : Kecamatan Gondang Rejo Kabupaten

Karanganyar

Sebelah Barat : Kecamatan Gemolong

B. Wilayah Kerja Puskesmas Plupuh 1

Puskesmas Plupuh I membawahi 8 desa, yaitu : Desa Dari, Desa

Karanganyar , Desa Gentanbanaran, Desa Karungan, Desa Karangwaru, Desa

Ngrombo, Desa Sambirejo, dan Desa Somomorodukuh.

C. Demografi

Berikut hasil pendataan penduduk di Puskesmas Plupuh 1:

0-4 th 5-14 th 15-44 th 45-64 th >=65 th 0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

laki-lakiperempuan

Diagram 2.1 Data penduduk di Puskesmas Plupuh 1

Page 4: PHC TUBERKULOSIS

D. Keadaan Pendidikan

tdk/blm

pernah

seko

lah

tdk/blm

tamat

sdSD

/MI

SMP/M

TS

SMA/SM

K/MA

AK/DIPLO

MA

UNIVERSIT

AS0

500100015002000250030003500

laki-lakierempuan

Diagram 2.2 Tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Plupuh 1

E. Sarana Fisik

Sarana fisik di wilayah Puskesmas Plupuh I ada terdiri dari 2

Puskesmas Pembantu, 7 Poliklinik Kesehatan Desa, 8 Desa Siaga, 1

Laboratorium Kesehatan, 49 Posyandu , 16 Posyandu Lansia, 2 Apotik, 2

Dokter Praktek Swasta, 8 Bidan Praktek Swasta, dan 1 Balai Pengobatan.

F. Sarana Ketenagakerjaan

Adapun unit kerja di Puskesmas Plupuh 1 tahun 2013 terdiri dari : 2

orang dokter umum, 1 dokter gigi, 1 apoteker, 1orang asisten apoteker, 1

orang perekam medis, 1 Orang Ahli Gizi, 1 Orang Analis Kesehatan

(Laborat), 1 Orang Kesehatan Lingkungan, 1 Orang Perawat Gigi, 18 Orang

Perawat, 20 Orang Bidan, 5 Orang Administrasi, 1 Orang Pengemudi, dan 1

Orang penjaga malam .

Page 5: PHC TUBERKULOSIS

G. Visi dan Misi

1. VISI

Puskesmas Plupuh I yang maju, mandiri, berkualitas, serta

mengutamakan kepuasan pelanggan dalam segala Aspek Pelayanan.

2. MISI

a. Memberikan pelayanan prima kepada semua pelanggan.

b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan serta

keterjangkauan pelayanan kesehatan

d. Menjadikan Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan

e. Menjadikan Puskesmas sebagai pusat penunjang pemeriksaan

kesehatan terdepan.

Page 6: PHC TUBERKULOSIS

BAB III

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH

A. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Berdasarkan buku daftar penyakit yang dimiliki Puskesmas Plupuh 1,

berikut ini adalah daftar 10 besar penyakit di Puskesmas Plupuh 1

berdasarkan jumlah kunjungan baik pasien lama maupun pasien baru mulai

Februari-Agustus 2013 :

No Nama Penyakit Bulan TOTAL

2 3 4 6 7 8

1 Infeksi saluran

pernapasan atas

401 314 403 234 326 381 2059

2 Penyakit jaringan ikat dan

otot

209 200 529 197 248 266 1649

3 Hipertensi 105 119 148 70 94 128 664

4 Gastritis 57 64 114 107 135 140 617

5 Laringitis 45 62 184 41 44 78 456

6 Dermatitis 26 23 62 73 61 66 311

7 Diare 26 22 23 27 45 46 189

8 DM 26 7 25 18 26 34 136

9 Konjungtivitis 23 20 26 19 19 16 123

10 TB 13 16 12 15 18 19 93

Tabel 3.1 Daftar 10 besar kunjungan penyakit di Puskesmas Plupuh 1

bulan Februari-Agustus 2013

Page 7: PHC TUBERKULOSIS

B. Pemilihan Prioritas Masalah

Untuk mengetahui prioritas masalah digunakan tabel matrikulasi, sebagai

berikut:

N

o Masalah I (IMPORTANCY) T R

IxTx

R

Peringka

t

P S

R

I

D

U

S

B

P

B

P

C

1 ISPA 5 2 4 1 2 2 1 3 3 153 V

2Peny. jaringan ikat &

otot5 2 3 1 1 2 1 2 3 90 VII

3 Hipertensi 5 5 2 2 2 1 2 3 4 228 IV

4 Gastritis 4 2 3 1 1 3 1 2 3 90 VIII

5 Laringitis 4 2 2 1 2 2 1 3 3 126 VI

6 Dermatitis 3 2 2 1 2 2 1 2 2 52 IX

7 Diare 3 3 3 3 1 3 4 3 5 300 III

8 DM 3 5 3 3 5 2 3 3 5 360 II

9 Konjuntivitis 2 2 1 3 1 1 2 2 2 48 X

10 TB 2 5 2 4 3 4 4 3 5 360 I

Tabel 3.2 Matrikulasi prioritas jumlah kunjungan penyakit di Puskesmas Plupuh

1

Bulan Februari-Agustus 2013

Keterangan:

I = importance SB = social benefits

P = prevalence PB = public concern

S = severity PC = political climate

RI = rate of increase T = technology

DU = degree of unmet need R = resources

Kriteria: 1 = sangat rendah; 2 = rendah; 3 = sedang; 4 = tinggi; 5 = sangat

tinggi.

Page 8: PHC TUBERKULOSIS

Dari hasil matrikulasi prioritas kunjungan penyakit di Puskesmas

Plupuh 1 bulan Februari-Agustus 2013, TB menempati peringkat pertama

dengan total poin 360. Hal ini menunjukkan bahwa TB adalah masalah yang

pertama kali harus diselesaikan walaupun jumlah besarnya kunjungan kasus

TB hanya menempati peringkat ke-10, namun jika dianalisis lebih

menyeluruh, ternyata TB lebih penting dari pada penyakit yang lain.

TB mendapatkan poin 2 untuk prevalensi karena ia hanya menempati

peringkat kesepuluh dengan total kunjungan selama bulan Januari-Juni tahun

2013 sebanyak 93 kunjungan. Untuk severity akibat yang ditimbulkan oleh

masalah, TB mendapat poin 5 karena komplikasinya yang mungkin timbul

seperti batuk darah, pneumothoraks, gagal nafas, dan gagal jantung. Selain itu

untuk penatalaksanaan TB memakan waktu yang lama dan bisa menimbulkan

kejenuhan pada pasien sehingga sangat perlu adanya perhatian dan dukungan

dari keluarganya serta edukasi dari tenaga kesehatan.

Sedangkan untuk rate of increase (kenaikan besarnya masalah), TB

mendapatkan poin 2, karena jumlah peningkatan kasus tiap bulan tidak terlalu

melonjak seperti yang nampak dari tabel 3.1, angka kunjungan TB pada bulan

Februari sebanyak 13 kunjungan, Maret 16 kunjungan, April menurun 12

kunjungan, Juni 15 kunjungan, Juli 18 kunjungan dan Agustus 19 kunjungan.

Hal ini menunjukkan bahwa masih kecilnya angka penemuan kasus baru.

Sedangkan untuk degree of unmet need (derajat keinginan masyarakat untuk

menyelesaikan masalah) TB mendapat poin 4 yang berarti tinggi karena

keinginan yang cukup besar dari pasien untuk menyelesaikan masalah

tersebut, dengan tersedianya obat gratis dari Puskesmas Plupuh 1.

Sosial benefit (atau keuntungan sosial) yang diperoleh bila masalah

tersebut teratasi memiliki nilai sedang (poin 3), karena TB merupakan

penyakit menular yang bila tidak diedukasi dan ditangani dengan baik akan

menular kepada orang disekitarnya. Untuk itu perlu edukasi tentang batuknya

dan lingkungan rumahnya.

Public concern (keprihatinan public) pada kasus TB adalah tinggi

(poin 4), karena seseorang yang menderita TB kebanyakan akan langsung

Page 9: PHC TUBERKULOSIS

Angka kunjungan yang tinggi dan Jumlah penemuan kasus baru suspek BTA positif masih kurang1 2

654

3

memeriksakan dirinya karena batuk yang lama dan mengganggu. Gambaran

klinis penderita TB yang khas, meliputi batuk ≥ 2minggu, batuk darah, sesak

napas, keringat malam maupun penurunan berat badan. Sedangkan political

climate (suasana politik) yang mendukung penanganan TB cukup tinggi.

Karena perhatian pemerintah memberikan pengobatan secara gratis dan

dengan adanya iklan layanan kesehatan TB gratis Puskesmas yang muncul di

televisi. Untuk penggunaan teknologi yang tersedia, TB mendapatkan poin

sedang yaitu 3, karena teknologi yang dibutuhkan untuk penegakan TB

seperti pemeriksaan bakteriologi dan radiologi tidak semua Puskesmas

tersedia.

Resource (sumber daya) TB mendapat poin 5, karena puskesmas

Plupuh 1 sudah memiliki satu koordinator khusus TB dengan satu koordinator

promosi kesehatan yang saling bekerjasama. Serta adanya bantuan dari bidan

desa di tiap desa yang bisa memberikan penyuluhan juga. Selain itu untuk

pendanaan program promosi kesehatan TB bisa digabungkan dengan program

yang lain semisal saat ada Posyandu Lansia atau dengan memaksimalkan

peran kader desa di Forum Kesehatan Desa.

C. Diagram Tulang Ikan Penyebab Masalah

Gambar 2.1. Diagram Tulang Ikan

Keterangan:

1. Program TB hanya mengandalkan Passive Case Finding (PCF) untuk

menjaring kasus.

2. Keakuratan sampel dahak pasien suspek BTA positif yang kurang baik

yang disebabkan karena sarana dan prasarana yang kurang memadai dan

sampel yang kurang baik.

Page 10: PHC TUBERKULOSIS

3. Kurangnya informasi dan pengetahuan para kader TB, petugas P2TB, dan

masyarakat mengenai Tuberkulosis.

4. Program Puskesmas yang kurang berjalan.

5. Sistem pendataan dan pelaporan yang masih belum terperinci dan

dimanfaatkan dengan baik untuk perencanaan pemberantasan dan

pencegahan.

6. Kepatuhan para dokter, spesialis, dan RS swasta masih rendah dalam

menerapkan prosedur standar DOTS (Directly Observed Treatment Short-

course) dalam pemeriksaan, diagnosis, maupun pencatatan dan pelaporan

pasien TB.

Berdasarkan diagram tulang ikan yang telah dibuat, diidentifikasi

terjadinya kasus TB paru karena 6 faktor utama di atas. Faktor pertama yaitu

program TB hanya mengandalkan Passive Case Finding (PCF) untuk

menjaring kasus. Upaya aktif untuk lebih banyak mendapatkan pasien suspek

BTA positif masih kurang. Terbukti dengan adanya pasien TB yang ternyata

tidak terdata ataupun kontrol di Puskesmas.

Faktor kedua yaitu keakuratan sampel dahak pasien suspek BTA

positif yang kurang baik yang disebabkan karena sarana dan prasarana di

laboratorium Puskesmas yang kurang memadai dan sampel yang diambil

kurang baik. Faktor ketiga yaitu kurangnya informasi dan pengetahuan baik

itu kader TB, petugas P2TB, maupun masyarakat mengenai Tuberkulosis.

Contohnya pengetahuan mengenai kebersihan dan ventilasi rumah yang baik

masih kurang. Sebenarnya, Puskesmas Plupuh 1 sudah melakukan

penyuluhan mengenai TB melalui petugas Promosi Kesehatan, namun karena

faktor pendidikan dari masyarakat sekitar menyebabkan kurangnya

pemahaman dan pelaksanaan aktif dari masyarakat itu sendiri.

Sistem pendataan pasien TB di wilayah Plupuh 1 masih belum

menjangkau pasien TB yang berobat di wilayah lain, rumah sakit, maupun di

praktik dokter. Sistem pelaporan masih belum tersusun rapi mengenai kondisi

Page 11: PHC TUBERKULOSIS

masing-masing pasien. Hal ini perlu untuk mengetahui sejauh mana efek

pengobatan dan risiko penularan.

Kepatuhan para dokter, spesialis, dan RS swasta masih rendah dalam

menerapkan prosedur standar DOTS dalam pemeriksaan, diagnosis, maupun

pencatatan dan pelaporan pasien TB. Masih adanya dokter praktik pribadi

yang belum mendata dan menyerahkan data ke pusat kesehatan pemerintah.

Pada kasus pasien TB yang standard dan tidak ada komplikasi harusnya

diterapi menggunakan obat-obat sesuai program DOTS, akan tetapi hal ini

tidak dapat dinilai karena data yang kurang.

Page 12: PHC TUBERKULOSIS

BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

Setelah diketahui faktor penyebab masalah, kemudian dibuat alternatif

pemecahan untuk mengatasi faktor penyebab tersebut sebagai berikut:

Tabel 4.1. Alternatif Pemecahan Masalah

Masalah Alternatif pemecahan masalahProgram TB hanya mengandalkan Passive Case Finding (PCF) untuk menjaring kasus

- Petugas P2TB paru dan kader melakukan Active Case Finding (ACF), contoh : Status Posyandu Mandiri ditingkatkan menjadi Posyandu Mandiri Plus Penanggulangan TB untuk meningkatkan penjaringan kasus di tingkat dasar; Tiap kader bertanggung jawab atas sejumlah keluarga tertentu dan melaporkan apabila menjumpai suspek TB paru; dan pemberian reward bagi kader dan petugas puskesmas yang menemukan pasien suspek BTA positif, sehingga mereka berlomba-lomba untuk menemukan pasien suspek BTA postif paru.

Keakuratan sampel dahak pasien suspek BTA positif yang kurang baik yang disebabkan karena sarana dan prasarana yang kurang memadai dan sampel yang kurang baik.

- Pasien diajarkan batuk efektif sehingga bisa mengeluarkan dahak. Bila sulit dapat dibantu dengan pemberian ekspektoran.

- Perbaikan sarana di laboratorium.

Kurangnya informasi dan pengetahuan para kader TB, petugas P2TB, dan masyarakat mengenai Tuberkulosis.

- Mencari dan menambah kader baru dan membekalinya dengan pengetahuan dan pelatihan tentang tuberkulosis.

- Penyuluhan rutin di daerah dengan penderita TB yang sering.

Program Puskesmas yang kurang berjalan.

- Evaluasi kendala yang mungkin dihadapi Puskesmas maupun koordinator P2TB.

- Peningkatan koordinasi antar bagian di Puskesmas

Sistem pendataan dan pelaporan yang masih belum terperinci dan dimanfaatkan dengan baik untuk perencanaan pemberantasan dan pencegahan.

- Memperbaiki rekam medis pasien dengan cara menambahkan poin-poin penting yang harus dicatat

Kepatuhan para dokter, spesialis, dan RS

swasta masih rendah dalam menerapkan

prosedur standar DOTS dalam

pemeriksaan, diagnosis, maupun

pencatatan dan pelaporan pasien TB.

- Kerjasama yang baik antara dokter, spesialis, dan

RS swasta dalam koordinasi mengenai data jumlah

pasien

- Kesadaran masing-masing petugas medis untuk

memberikan terapi yang tepat dan efisien.

Page 13: PHC TUBERKULOSIS

Alternatif pemecahan masalah diatas apabila dilaksanakan dengan tepat

diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan. Namun, untuk melaksanakan

pemecahan masalah tersebut secara bersamaan akan sangat sulit. Untuk itu

perlu dipilih prioritas pemecahan masalah yang paling sesuai untuk

Puskesmas Plupuh 1. Olehkarena itu dilakukan scoring dengan metode

matrikulasi dengan kriteria sebagai berikut:

a) Efektivitas pemecahan masalah

Untuk menentukan efektivitas pemecahan masalah digunakan kriteria:

Magnitude (M) yaitu besarnya masalah

Importance (I) yaitu pentingnya pemecahan masalah

Vulnerability (V) yaitu sensitifitas dalam mengatasi masalah yang

dihadapi

Nilai efektivitas untuk setiap alternatif pemecahan masalah adalah mulai

dari angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling efektif)

b) Efisiensi pemecahan masalah

Efisiensi ini dikaitkan dengan biaya (Cost, C) yang diperlukan untuk

melaksanakan pemecahan masalah. Nilai efisiensi yakni angka 5 (paling

efisien) sampai angka 1 (paling tidak efisien).

Menghitung nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif pemecahan

masalah, dengan mengalikan nilai M x I x V x C. Pemecahan masalah dengan

nilai P tertinggi adalah prioritas pemecahan masalah terpilih.

Page 14: PHC TUBERKULOSIS

Tabel 4.2. Matrikulasi Alternatif Pemecahan Masalah

NO. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH Pentingnya Masalah

TOTAL

(Prioritas)

Mag

nit

ud

e

Imp

orta

ncy

Vu

lner

abil

ity

Eff

ecti

ve c

ost

1 Petugas P2TB paru dan kader melakukan Active Case Finding (ACF)

4 4 3 3 144

2 Pasien diajarkan batuk efektif sehingga bisa mengeluarkan dahak. Bila sulit dapat dibantu dengan pemberian ekspektoran. Serta Perbaikan sarana di laboratorium.

3 4 3 2 72

3 Mencari dan menambah kader baru dan membekalinya dengan pengetahuan dan pelatihan tentang tuberkulosis.Penyuluhan rutin di daerah dengan penderita TB yang sering.

3 2 2 2 24

4 Evaluasi kendala yang mungkin dihadapi Puskesmas maupun koordinator P2TB.Peningkatan koordinasi antar bagian di Puskesmas

2 2 3 4 48

5 Memperbaiki rekam medis pasien dengan cara menambahkan poin-poin penting yang harus dicatat 3 3 2 3 54

6 Kerjasama yang baik antara dokter, spesialis, dan RS swasta dalam koordinasi mengenai data jumlah pasienKesadaran masing-masing petugas medis untuk memberikan terapi yang tepat dan efisien.

2 2 2 2 16

Berdasarkan matriks di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Active

Case Finding (ACF) dapat menjadi solusi yang paling efektif dalam

meningkatkan angka penjaringan kasus (CDR) agar mencapai target dan

mengurangi jumlah kasus TB. Namun demikian, keenam alternatif pemecahan

di atas harus dilakukan secara simultan agar tercapai hasil yang optimal.

Untuk mengetahui berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

rencana melakukan Active Case Finding (ACF) dilakukan analisis SWOT

sebagai berikut:

Page 15: PHC TUBERKULOSIS

Tabel 4.3 Analisis SWOT Puskesmas Plupuh 1

Kekuatan (S)

Adanya kader kesehatan khusus untuk penanganan TB

Kepercayaan terhadap puskesmas Adanya fasilitas penunjang puskesmas

(ranap dan laboratorium) Adanya OAT gratis Tersedianya dana (APBD) Terjangkaunya pelayanan kesehatan (pustu)

Kelemahan (W)

Survailans TB belum optimal Tidak adanya tenaga profesional

Peluang (O)

Adanya kerjasama dengan DPS/RS

Komitmen yang tinggi dari kader kesehatan dalam hal pemberantasan TB

Adanya kader di setiap desa yang bisa disuluh

Strategi SO

Meningkatkan kerjasama dengan RS / DPS Optimalkan tenaga yang ada sesuai dengan

tugas pokok Penggunaan dana secara optimal

Strategi WO

Terus memberikan pembekalan dan pelatihan bagi para kader

Meningkatkan hubungan kerjasama dengan tokoh masyarakat setempat melalui promosi kesehatan lewat penyuluhan TBC rutin

Meningkatkan peran serta kader dalam mendukung program P2TB

Ancaman (T)

Adanya stigma di masyarakat tentang penyakit TBC

Tingkat sosial ekonomi masyarakat yang rendah dimana masih ada rumah yang tidak sehat

Strategi ST

Melakukan survei sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB

Pendekatan secara personal melalui kader-kader desa agar kader dapat memberi penyuluhan saat ada kegiatan-kegiatan masyarakat (misal rapat karang taruna, rapat PKK, rapat ketua RT, dsb)

Meningkatkan penyuluhan di kantong-kantong TB

Strategi WT

Memperbaiki perencanaan dan strategi program penyuluhan

Meningkatkan komunikasi dan koordinasi yang jelas dengan pelayanan kesehatan swasta di wilayah binaan Puskesmas Plupuh 1

Adanya penyuluhan rutin

OT

SW

Page 16: PHC TUBERKULOSIS

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan matrikulasi masalah, prioritas masalah pertama di

Puskesmas Plupuh 1 adalah tuberculosis. Sedangkan prioritas utama

pemecahan masalah adalah melakukan Active Case Finding (ACF).

B. Saran

1. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi yang jelas dengan pelayanan

kesehatan swasta di wilayah Puskesmas Plupuh 1.

2. Mengoptimalkan tenaga yang ada sesuai dengan tugas pokok

3. Penggunaan dana yang ada di puskesmas secara optimal

4. Terus memberikan pembekalan dan pelatihan bagi para kader

5. Pendekatan secara personal melalui kader-kader desa agar dapat memberi

penyuluhan saat ada kegiatan-kegiatan masyarakat (misal rapat karang

taruna, rapat PKK, rapat ketua RT, dsb)

6. Memotivasi perangkat desa agar mengembangkan Forum Kesehatan

Desa di desa masing-masing

7. Meningkatkan kerja sama dengan RSUD maupun rumah sakit swasta di

wilayah kerja Puskesmas dalam sistem pencatatan dan pelaporan pasien

TB.

8. Melakukan survey sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang

penyakit TB serta meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan

9. Melakukan screening pemeriksaan dahak pada suspek BTA (+) dan

kelompok berisiko.

10. Hendaknya pelayanan kesehatan meningkatkan pelayanan

kunjungan rumah (home visit) kepada pasien agar kondisi dan

pemulihan pasien selalu terpantau.

Page 17: PHC TUBERKULOSIS

DAFTAR PUSTAKA

PDPI, 2013. Tuberculosis. http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html

(diakses 8 Juli 2013)

PDPI. 2011. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di

Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Hal 1-2

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit

ed.6. Jakarta : EGC.

WHO, 2010. Guidelines for Treatment of Tuberculosis, Fourth Edition.

http://www.who.int/tb/publications/2010/9789241547833/en/index.

html (diakse 7 Juli 2013)

WHO. 2010. Tuberculosis Control as an Integral Part of Primary Health.

Geneva : WHO. 16-17.