PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN … · Hubungan Antara Pola Asuh Demokrat is...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN … · Hubungan Antara Pola Asuh Demokrat is...
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PRESTASI
BELAJAR PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
Disusun Oleh : Rani Puspita Sari NIM : 019114012
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PRESTASI
BELAJAR PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
Disusun Oleh : Rani Puspita Sari NIM : 019114012
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Masa lalu tidaklah nyata.
Yang paling penting adalah menjadikan esok jauh lebih baik.
Aku hari esok tergantung apa yang aku lakukan hari ini.
Aku hari ini adalah hasil apa yang aku lakukan kemarin.
(James Joice)
Ketika orang terus mengatakan pada kita
bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa, maka kita akan semakin terpacu
untuk bisa melakukannya.
(Margaret Chase Smith)
Kepuasan terbesar dalam hidup adalah berhasil melakukan sesuatu
yang orang lain kira kita tak mampu melakukannya.
(Walter Bagehot)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dengan segenap jiwa dan ketulusan hati, skripsi ini ku persembahkan untuk :
Jesus Christus atas rencana indahNya bagiku.
Bapak dan Mama tercinta atas segala doa, bimbingan, kasih sayang, perhatian,
pengorbanan yang tiada henti dan atas kesempatan yang diberikan.
Mbak Pipit dan Monik, yang selalu membantu dan mendukungku.
Dodik tersayang atas pengertiannya.
Teman-teman atas dukungan dan nasehatnya.
Dan orang-orang disekitarku, yang mengasihi dan menyayangi aku dan telah
mengajariku untuk terus maju tanpa kata menyerah.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus karena dengan
cinta dan kasih karuniaNya serta uluran tanganNya telah memberikan kesabaran
dan membukakan jalan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi dengan judul
”Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis Dengan Prestasi Belajar Pada Remaja”
dapat terselesaikan.
Penulisan skripsi ini hanyalah sebuah karya kecil yang penulis buat
dengan segenap usaha sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi
(STRATA 1) di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Terwujudnya penulisan skripsi ini tidak lepas dari adanya dukungan
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak P. Eddy Suhartanto selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen pembimbing yang telah memberikan
ijin penelitian, dan bersedia meluangkan waktu, tenaga serta pikiran yang
dengan penuh ketelitian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan
arahan pada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Bapak V.Didik Suryo Hartoko dan Bapak Heri Widodo selaku dosen penguji
yang kritis dan korektif dalam memberikan masukkan-masukkan kepada
penulis.
3. Para dosen pengajar yang telah mendidik dan mengajar selama penulis
mengikuti kuliah.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Seluruh karyawan/ti Fakultas Psikologi (Pak Gie, Bu Nanik, Mas Gandung)
yang telah memberikan perhatian dan pelayanan dengan tulus.
5. Kepala Sekolah SMU Pangudi Luhur Sedayu yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMU Pangudi Luhur Sedayu.
6. Siswa-siswi kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu yang telah banyak
membantu untuk memperoleh data maupun keterangan yang penulis perlukan
dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak dan Mama tercinta atas segala doa, bimbingan, kasih sayang, perhatian,
pengorbanan yang tiada henti dan kesempatan yang diberikan, semoga
kegembiraan ini dapat membuat kalian tersenyum bahagia walaupun
terlambat.
8. Dodik terima kasih buat kasih sayang dan pengertiannya selama ini.
9. Mbak Pipit dan Monik terima kasih atas perhatian, dukungan, dan bantuannya
yang telah diberikan selama ini.
10. Keponakanku tersayang Carlin teman berantem dan bercanda kalau lagi di
rumah, terima kasih atas candatawa, keceriaan dan kepolosanmu, sekarang
udah gede jangan nakal ya...
11. Sahabat sejatiku Dewi semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan
ngga’ ada yang bisa merubah semuanya.
12. My friends : Janet ”makasih ya neng buat semua kekonyolannya kalau lagi
stres” Eni ”makasih udah ditemeni nyari ijin” Rani ”ayo semangat...” Upie
”kapan kawin?? He...he...he...” Cies ” makasih...biar udah jauh tetep kasih
semangat”.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. Teman-teman KKN : Mukrie, Sigit, P_li, Eni, Lia, Ayu, Desi. Inget kalian
semua jadi inget liburan bersama di rumah kakek. Pokoknya kenangan satu
bulan bersama kalian ngga’ bakal aku lupa...!!!
14. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
mendukung dan memberikan dorongan kepada penulis sehingga penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Akhir kata diharapkan semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
banyak pihak dan dapat memberikan pengetahuan khususnya dalam bidang
psikologi.
Yogyakarta, Maret 2008
Penulis
Rani Puspita Sari
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Judul……………………………………………………………………………… i
Pengesahan Dosen Pembimbing…………………………………………………. ii
Pengesahan Dosen Penguji………………………………………………………. iii
Motto …………………………………………………………………………….. iv
Persembahan …………………………………………………………………….. v
Pernyataan Keaslian Karya………………………………………………………..vi
Kata Pengantar…………………………………………………………………… vii
Daftar Isi…………………………………………………………………………. x
Daftar Tabel……………………………………………………………………… xiii
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah…………………………………. xiv
Abstrak…………………………………………………………………………… xv
Abstrack………………………………………………………………………….. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................................ 6
1. Manfaat Teoritis......................................................................................... 6
2. Manfaat Praktis...........................................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Prestasi Belajar.................................................................................................. 8
1. Pengertian Belajar....................................................................................... 8
2. Pengertian Prestasi Belajar..... .................................................................... 9
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar................................11
4. Pengukuran Prestasi Belajar.......................................................................15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
B. Pola Asuh Demokratis......................................................................................16
1. Pengertian Pola Asuh.................................................................................16
2. Faktor Pembentuk Pola Asuh Orang Tua...................................................18
3. Pola Asuh Demokratis................................................................................20
4. Aspek Pola Asuh Demokratis....................................................................22
C. Remaja..............................................................................................................23
1. Batasan Usia Remaja..................................................................................23
2. Ciri-Ciri Masa Remaja...............................................................................25
3. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja..................................................29
D. Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis Dengan Prestasi Belajar.................30
E. Hipotesis...........................................................................................................32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.................................................................................................33
B. Identifikasi Variabel.........................................................................................33
C. Definisi Operasional.........................................................................................33
1. Prestasi Belajar...........................................................................................33
2. Pola Asuh Demokratis................................................................................34
3. Remaja........................................................................................................35
D. Subjek Penelitian............................................................................................. 35
E. Metode Pengumpulan Data............................................................................. 35
F. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ............................................................. 38
1. Validitas.....................................................................................................38
2. Seleksi Item...............................................................................................39
3. Reliabilitas.................................................................................................40
G. Metode Analisis Data...................................................................................... 41
H. Prosedur Penelitian...........................................................................................41
1. Tahap Persiapan.........................................................................................41
2. Tahap Pelaksanaan....................................................................................42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian............................................................43
B. Deskripsi Data Penelitian.................................................................................43
C. Analisis Data Penelitian...................................................................................45
1. Uji Asumsi.................................................................................................45
a. Uji Normalitas......................................................................................45
b. Uji Linearitas........................................................................................46
2. Uji Hipotesis Hubungan.............................................................................47
D. Pembahasan......................................................................................................48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan......................................................................................................51
B. Saran................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blue Print Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Sebelum Uji
Coba
Tabel 2 Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Sebelum Uji Coba
Tabel 3 Distribusi Item Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Setelah
Uji Coba
Tabel 4 Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Setelah Uji Coba
Tabel 5 Identitas Subjek Penelitian
Tabel 6 Hasil Analisis Deskriptif
Tabel 7 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Tabel 8 Hasil Pengujian Uji Linearitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRAK
Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis Dengan Prestasi Belajar Pada Remaja
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara pola asuh
demokratis dengan prestasi belajar pada remaja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada remaja.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMU Pangudi Luhur Sedayu
kelas II sebanyak 65 siswa. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi terhadap pola asuh demokratis yang mengacu pada model skala Likert serta laporan hasil belajar berupa nilai raport yang diperoleh siswa.
Reliabilitas skala persepsi terhadap pola asuh demokratis diuji dengan
menggunakan metode koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0,916.
Data hasil penelitian untuk skala persepsi terhadap pola asuh demokratis
dengan prestasi belajar dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson. Hasil analisis data untuk skala persepsi terhadap pola asuh demokratis menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,390 dan taraf signifikansi (p) sebesar 0,001 (p<0,05). Maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada remaja diterima, atau dapat dikatakan ada hubungan antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
ABSTRACT
The Relation between the Democratic Education and Learning Achievement in Teenagers
This research aimed at knowing the correlation between the democratic
education and learning achievement in teenagers. The hypothesis proposed in this research was there was positive correlation between the democratic education perceived and learning achievement in teenagers.
Subjects in this research were 65 second grade students of Pangudi Luhur
Sedayu Highschool. Data collection method used in this study was perception scale on democratic education by referring to Likert scale model and students’ book report.
The scale reliability of democratic education was tested using reliability
coefficient of Alpha Cronbach and derived result was 0.916. The data on perception scale of democratic education and learning
achievement analyzed using Product Moment Pearson correlation technique. Analysis results data on democratic education perceived demonstrating correlation coefficient (r) by 0.390 and significance level (p) by 0.001 (p<0.05). Accordingly, the hypothesis proposed above, which stated that there was positive correlation between the democratic education perceived and learning achievement in teenagers, accepted. In other words, there was relation between democratic education and learning achievement in teenagers.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya pendidikan berlangsung seumur hidup. Sejak
manusia lahir, kepadanya sudah diberikan pendidikan. Pendidikan merupakan
hal mendasar dan sangat penting serta berguna bagi kelangsungan hidup
manusia. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses di mana si pendidik
dengan sengaja dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruhnya kepada
anak didiknya demi kemajuan anak didiknya. Pendidikan di sekolah
merupakan pendidikan formal. Pendidikan di sekolah menyangkut tiga hal
yaitu pemotivasian belajar, proses belajar, dan prestasi belajar (Suryabrata,
1984).
Proses belajar mempengaruhi prestasi belajar, dengan proses belajar
yang efisien maka diperoleh prestasi yang maksimal. Prestasi merupakan hal
yang penting bagi perkembangan masa remaja karena selama masa inilah
remaja membuat keputusan-keputusan penting sehubungan dengan masa
depan pendidikan dan pekerjaan. Prestasi di sekolah dan di dalam pekerjaan
sangat berkait karena berprestasi baik di sekolah pada umumnya meratakan
jalan untuk memperoleh pekerjaan yang baik pula (Mahmud, 1989). Dalam
masyarakat yang semakin maju dan rumit seperti dewasa ini, prestasi
seseorang dipandang amat penting. Lembaga-lembaga pendidikan
menekankan pentingnya penampilan belajar yang baik, persaingan, dan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
berhasil baik dalam menempuh tes, baik tes pengetahuan maupun tes
kemampuan.
Syah (1995) mengatakan bahwa proses belajar dapat diartikan sebagai
tahapan perubahan perilaku, kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi
dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke
arah yang lebih maju dari keadaan sebelumnya.
Tingkah laku yang dihasilkan dari proses belajar tidak selalu sesuai
dengan yang diharapkan. Hal ini dimungkinkan karena adanya faktor-faktor
yang tidak mendukung proses belajar. Makin banyak faktor yang tidak
mendukung, makin kecil terjadi perubahan tingkah laku seperti yang
diharapkan. Oleh karena itu penting untuk mengetahui dan memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Dengan memperhatikan faktor-
faktor tersebut diharapkan dapat mencegah kegagalan dalam belajar.
Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Menurut Slameto (1995) faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri
individu itu sendiri, seperti : kesehatan jasmani dan rohani, faktor kecakapan
nyata yaitu prestasi yang dimiliki oleh siswa, daya ingat, faktor non-intelektif
yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti : sikap, kebiasaan, minat,
kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri, faktor kematangan fisik
maupun psikis. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri
individu yang bersangkutan, seperti : lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat, kelompok sebaya, budaya, lingkungan fisik,
dan lingkungan spiritual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Keluarga adalah tempat pendidikan pertama dan utama. Kunci utama
dalam pembentukan pribadi anak ada di dalam keluarga. Keluarga memegang
peranan penting dalam seluruh perkembangan pribadi anak, termasuk upaya-
upaya meningkatkan prestasi belajar. Cara orang tua mendidik anak
memegang peranan penting dalam menanamkan dan mendorong anak
berprestasi di bidang akademik. Hal ini juga diungkapkan oleh Slameto
(1995), bahwa cara orang tua mendidik anak sangat besar pengaruhnya
terhadap belajar dan prestasi belajar siswa.
Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua
selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua
mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk
mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat.
Hasil penelitian di Firlandia dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa
orang tua yang sangat jarang berbincang-bincang dengan remajanya, kurang
perhatian terhadap aktivitas sekolahnya, dan kurang menyadari posisi
perkembangannya akan membuat remaja itu berkemampuan rendah dalam
mentolerir frustasi, lemah pengendalian emosi, anak buruk dalam perilaku dan
prestasi sekolahnya, kehilangan tujuan jangka panjang, tidak mampu
memandang orientasi masa depan, dan sangat mudah dihasut melakukan
tindakan kenakalan (Barus, 1999).
Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat
berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh
anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar diresapinya dan
kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian
disebabkan karena anak mengidentifikasikan diri pada orang tuanya sebelum
mengadakan identifikasi dengan orang lain.
Pola asuh menurut Stewart dan Koch (1983) terdiri dari tiga
kecenderungan pola asuh orang tua yaitu : (1) pola asuh otoriter, (2) pola asuh
demokratis, dan (3) pola asuh permisif. Menurut Stewart dan Koch (1983),
orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri sebagai berikut
: kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang serta simpatik.
Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada aturan-aturan mereka,
mencoba membentuk tingkah laku anak sesuai dengan tingkah lakunya dengan
cenderung mengekang keinginan anak, tidak mendorong ataupun memberi
kesempatan kepada anak untuk mandiri, jarang memberi pujian, serta hak
anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa.
Stewart dan Koch (1983) menyatakan bahwa orang tua yang
mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan kebebasan pada
anak tanpa memberikan kontrol sama sekali. Anak sedikit sekali dituntut
untuk suatu tanggung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang
dewasa. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua
tidak banyak mengatur anaknya.
Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak
antara orang tua dan anak. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai
mereka menjadi dewasa. Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya,
saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan
pendapat anak-anaknya. Dalam bertindak, mereka selalu memberikan
alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak
secara objektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian (Stewart dan Koch,
1983).
Menyimak karakteristik dari ketiga pola asuh orang tua tersebut, maka
bias dilihat bahwa pola asuh yang ideal bagi remaja adalah pola asuh
demokratis.
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua akan menimbulkan persepsi
bagi remaja terhadap pola asuh yang diterimanya. Dengan mempersepsikan
pola asuh yang diterimanya, mempengaruhi remaja dalam membentuk
kepribadian dirinya. Persepsi akan pola asuh juga membantunya dalam
mempelajari standar diri dan tujuan diri yang ingin dicapainya.
Suasana terbuka dan kondusif yang ada pada pola asuh demokratis
menyebabkan remaja menjadi lebih berkembang serta memiliki kemampuan
menghadapi konflik yang terjadi dengan orang lain. Hal tersebut dipertegas
oleh Suparno (2001) yang menjelaskan bahwa ayah dan ibu dengan pola asuh
demokratis menjadikan anak tidak tergantung dan tidak berperilaku kekanak-
kanakan, mendorong untuk berprestasi, anak menjadi percaya diri, mandiri,
imajinatif, mudah beradaptasi, kreatif dan disukai banyak orang, dan
responsif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Dari hal itu, dapat dikatakan bahwa pola asuh demokratis dapat
mempengaruhi belajar anak, sehingga prestasi yang dihasilkan dalam proses
belajarnya juga ikut terpengaruh apakah itu nanti hasilnya akan baik atau
buruk. Prestasi belajar biasanya bisa dilihat dari hasil nilai raport mereka.
Berdasarkan pendapat di atas peneliti tertarik untuk melihat apakah
terdapat hubungan antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada
remaja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah pokok penelitian
ini adalah apakah terdapat hubungan antara pola asuh demokratis dengan
prestasi belajar pada remaja.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada remaja.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
penelitian psikologi khususnya di Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, dan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi
peneliti lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi bagi para orang tua tentang pentingnya pola asuh demokratis
dalam meningkatkan prestasi belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Piaget (dalam Suparno, 2001) membedakan belajar dalam dua
pengertian yaitu :
a. Belajar dalam arti sempit yaitu belajar yang hanya menekankan pada
perolehan informasi baru dan pertambahan. Belajar ini disebut belajar
figuratif, suatu bentuk belajar yang positif.
b. Belajar dalam arti luas yaitu belajar untuk memperoleh dan
menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat
digunakan pada bermacam-macam situasi. Belajar ini disebut belajar
operatif, yaitu dimana seseorang aktif mengkonstruksi struktur dari
apa yang dipelajari.
Menurut Crow dan Crow (dalam Fudyartanto, 2002) belajar
merupakan suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing ke arah
hasil-hasil yang diinginkan (dipertimbangkan). Belajar adalah penguasaan
kebiasaan-kebiasaan (habitual), pengetahuan dan sikap-sikap.
Menurut Fudyartanto (2002) belajar adalah proses penguasaan
sesuatu yang dipelajari. Penguasaan itu dapat berupa memahami atau
mengerti, merasakan dan dapat melakukan sesuatu. Belajar adalah usaha
sadar dari individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
kerampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas
tingkah lakunya dalam rangka mengembangkan kepribadiannya. Belajar
menurut Gage (dalam Dahar, 1989) adalah suatu proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli di
atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha sadar dari individu
untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan ketrampilan, sikap dan
nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas tingkah lakunya dalam rangka
mengembangkan kepribadiannya.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Salah satu aspek yang menunjukkan keberhasilan seseorang dalam
pendidikan di sekolah adalah prestasi belajar. Ilmu yang diperoleh siswa
dalam pendidikan bersifat kualitatif kemudian dinyatakan secara kuntitatif
yaitu nilai-nilai atau prestasi belajar. Prestasi belajar diperoleh melalui tes
hasil belajar. Prestasi belajar disimbolkan dalam bentuk angka dan huruf
(Tirtonegoro, 1984).
Winkel (dalam Segal, 2000) mengemukakan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil pengukuran mengenai perubahan-perubahan yang dialami
oleh siswa setelah periode pembelajaran. Prestasi belajar dapat berupa
nilai Pekerjaan Rumah (PR), Pekerjaan Sekolah (PS), tugas-tugas dan
ulangan harian yang terangkum dalam nilai raport.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Masrun dan Martaniah (1973) mengemukakan pendapat bahwa
prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana
peserta didik dapat menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan.
Menurut Syah (1995) prestasi belajar adalah kemampuan siswa
untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam suatu program
pendidikan. Prestasi itu diukur melalui evaluasi belajar terhadap siswa
baik melalui ujian maupun melalui tes.
Nilai tersebut diperoleh siswa setelah mereka mengerjakan suatu
tes yang dikenal dengan sebutan tes prestasi belajar (achievement test). Tes
prestasi belajar (achievement test) adalah tes yang mengukur tingkat
pemahaman mereka terhadap materi pelajaran yang telah mereka pelajari
sebelumnya.
Ebel (dalam Azwar, 1996) mengatakan bahwa fungsi utama tes
prestasi di kelas adalah mengukur prestasi belajar para siswa. Tes prestasi
yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah sama dengan evaluasi belajar.
Evaluasi belajar adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian
yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang dikerjakan oleh
siswa sehingga menghasilkan suatu nilai tentang prestasi siswa tersebut.
Nilai yang didapatkan dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh siswa
lain atau disebut norma kelompok. Usaha penilaian atau mengevaluasi
hasil belajar menggunakan ujian tertulis, lisan maupun praktek yang
kemudian diberi skor. Hasil dari pengukuran ini merupakan informasi-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
informasi yang diwujudkan dalam bentuk angka yang disebut prestasi
belajar (Masrun, 1975).
Raport merupakan rumusan terakhir yang diberikan oleh guru
mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama periode
tertentu (Suryabrata, 1984). Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (1996)
yang menyatakan bahwa keberhasilan siswa di sekolah dapat dilihat dari
prestasi belajarnya. Prestasi belajar siswa di sekolah dioperasionalisasikan
dalam bentuk indikator berupa nilai raport.
Dari pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil dari perbuatan belajar atau hasil yang dicapai siswa
dalam usaha belajar yang dilakukannya yang dapat dibuktikan setelah
diadakan evaluasi terhadap hasil belajar siswa.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu
faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis adalah hambatan
yang bersifat kejasmanian seperti kesehatan, cacat badan, kurang makan
dan sebagainya. Faktor psikologis yaitu hambatan yang bersifat psikis
seperti perhatian, minat, bakat, motivasi, kepribadian, sikap, ketekunan,
inteligensi, konsep diri yang rendah dan hal-hal yang berkaitan dengan
kondisi emosi yaitu remaja sukar mencerna karena materinya dianggap
sulit, kehilangan gairah belajar karena nilai yang diperolehnya rendah,
sulit untuk mendisiplinkan diri dalam belajar, tidak bisa berkonsentrasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
tidak cukup tekun untuk mengerjakan sesuatu khususnya dalam hal belajar
(Roestiyah, 1982; Slameto, 1995; Syah, 1995; Suparno, 2001).
Secara global, menurut Syah (1995) faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu :
a. Faktor Internal
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang meliputi dua
aspek yaitu :
1) Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani yang menandai organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah dapat
menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ indera
juga sangat berpengaruh dalam proses timbal balik informasi.
2) Aspek Psikologis
2.1) Intelegensi
Menurut Reber, intelegensi dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat. Semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa
maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses atau
meraih prestasi akademis yang diharapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2.2) Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara
yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya secara positif maupun negatif. Sikap positif atau
negatif siswa terhadap mata pelajaran, pengajar, lingkungan
pendidikan dan lain-lain dapat mempengaruhi prestasi
belajarnya.
2.3) Bakat
Menurut Chaplin, bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang. Setiap orang memiliki potensi untuk
mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan
kapasitas masing-masing.
2.4) Minat
Reber berpendapat bahwa minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Minat banyak tergantung pada pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
2.5) Motivasi
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme
(baik manusia ataupun hewan) yang mendorongnya untuk
berbuat sesuatu, dalam hal ini, motivasi berarti pemasok daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi
muncul ketika ada kebutuhan yang ingin dipenuhi, demikian
juga motivasi untuk berprestasi muncul karena ada suatu
kebutuhan berprestasi yang ingin dipenuhi.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari kondisi lingkungan di
sekitar siswa. Seperti faktor internal, tipe eksternal seseorang juga
terdiri atas dua macam, yaitu : faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan non-sosial.
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial yang terdapat di sekitar individu seperti
keluarga, teman sebaya, masyarakat atau tetangga, dan staff
pengajar dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang.
2. Lingkungan Non-Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan
dapat menentukan tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.
c. Faktor Pendekatan Belajar (Approach To Learning)
Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Berdasarkan penjelasan dan definisi di atas ternyata prestasi belajar
yang baik tidak sepenuhnya ditentukan oleh faktor inteligensi saja. Faktor
biologis dan faktor psikologis juga turut mempengaruhi proses belajar
yang pada akhirnya akan sangat berpengaruh pula terhadap prestasi
belajar.
4. Pengukuran Prestasi Belajar
Pengukuran prestasi belajar dilakukan dengan berbagai cara, baik
dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan kemudian menetapkan
batas minimum keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting untuk
menentukan dan mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang
dianggap berhasil.
Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan
siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar (Syah, 1995). Di antara
norma-norma pengukuran tersebut adalah :
a. Norma skala dari 0-10
b. Norma skala dari 0-100
Angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan
belajar skala 0-10 adalah 5,5 atau 6 sedangkan untuk skala 0-100 adalah
55 atau 60. Pada prinsipnya jika seseorang siswa dapat menyelesaikan
lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah
instrument evaluasi dengan benar, ia dianggap telah memenuhi target
minimal keberhasilan belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
B. Pola Asuh Demokratis
1. Pengertian Pola Asuh
Keluarga atau tindakan orang tua baik dalam sikap dan perilaku
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perkembangan remaja. Olson
(dalam Setiawan, 1996) mengemukakan bahwa fungsi keluarga bagi
remaja adalah memberikan contoh rasa memiliki, memberikan model-
model peran dan mengajarkan kemampuan-kemampuan berkomunikasi.
Keluarga yang sehat akan memberikan tempat yang nyaman bagi setiap
individu, memberikan penghargaan terhadap perubahan yang terjadi
seiring dengan kematangan remaja. Setiap anggota keluarga seharusnya
terpenuhi kebutuhan-kebutuhan biologi dan emosional mereka, merasa
dicintai dan mencintai, saling menghargai dan melibatkan suatu interaksi
yang menunjang setiap individu dalam mewujudkan potensinya.
Para ahli lain juga mengemukakan pendapat yang tidak jauh
berbeda. Hetherington dan Parke (dalam Setiawan, 1996) mengemukakan
bahwa interaksi remaja dengan orang tuanya akan dijadikan model bagi
remaja dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Kohn (dalam Taty Krisnawaty, 1986) sikap orang tua
dalam berinteraksi dengan anak-anaknya merupakan tindakan pola asuh.
Kegiatan pengasuhan anak oleh orang tua merupakan tindakan yang nyata
dari orang tua kepada anak-anaknya. Pola asuh berarti orang tua mendidik,
membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai
kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan,
hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan
cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.
Pendapat serupa diungkapkan oleh Sears (dalam Fransisca, 2002)
bahwa pola pengasuhan anak merupakan keseluruhan interaksi antara
orang tua dengan anak yang melibatkan sikap, nilai dan kepercayaan orang
tua dalam memelihara anak. Ini menjelaskan bahwa orang tua memiliki
tanggung jawab mengarahkan dan membimbing anak agar mampu
berhubungan dengan orang lain dan lingkungan. Hal ini dapat terjadi
dengan adanya komunikasi dalam relasi antara orang tua dan anak yang
baik, yang disebut dengan pola asuh orang tua.
Setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda, hal tersebut
dapat disebabkan oleh pola pengasuhan orang tua yang berbeda yang
diterimanya sewaktu kecil. Seperti yang diungkapkan Grinder (dalam
Listiara, 1996) bahwa pengasuhan orang tua pada anak memiliki dua
fungsi yaitu, pertama membantu anak dalam mempelajari standar perilaku
dan tujuan dari yang ingin dicapai. Kedua sebagai objek identifikasi, yaitu
perilaku orang tua akan mempengaruhi interaksi dalam keluarga dan
perkembangan kepribadian anak.
Pengasuhan orang tua terhadap anak menekankan juga pada
adanya komunikasi. Komunikasi dapat menjadi salah satu alat bagi orang
tua untuk berhubungan dengan anak-anaknya dengan tujuan untuk
mengeluarkan pendapat, ide-ide maupun keinginan anak, serta untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
mengakrabkan hubungan antara orang tua dan anak (Melly, 1984). Dengan
komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat berpengaruh pada
pembentukan diri anak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pola asuh merupakan serangkaian
tindakan orang tua dalam mengarahkan dan membimbing anak untuk
mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
2. Faktor Pembentuk Pola Asuh Orang Tua
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan
perilaku individu sebagai orang tua (Setiawan, 1996):
a. Pengaruh Kelas Sosial
Banyak studi mengenai pola pengasuhan anak pada kelompok sosial
yang berbeda, khususnya pada kelompok menengah dan kelompok
bawah. Semua mengatakan bahwa kelas sosial bawah lebih otoriter
dibanding kelas menengah. Binger (dalam Setiawan, 1996)
mengatakan bahwa semua orang tua pada dasarnya mempunyai tujuan
yang sama dalam berinteraksi dengan anaknya, tetapi perbedaan
nampak dalam gaya interaksi mereka. Sebagai contoh, orang tua dari
kelas menengah lebih menghargai prestasi sosial, penguasaan
pengetahuan, kemandirian dan perilaku otonomi. Orang tua dari kelas
bawah lebih menuntut anak untuk menurut dan patuh terhadap orang
tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
b. Kepribadian Orang Tua
Dari hasil beberapa penelitian menyimpulkan bahwa diri orang tua dan
perasaan terhadap dirinya sendiri serta perannya berpengaruh terhadap
cara pengasuhan anak. Jika orang tua benar-benar mengalami
gangguan yang serius (contoh neurotik), maka akan berpengaruh
terhadap kehidupan orang tua dan kemudian akan dikomunikasikan
kepada anak. (Binger dalam Setiawan, 1996).
c. Sikap-Sikap Terhadap Keorangtuaan
Faktor sikap terhadap anak dan pengasuhan anak secara umum
berkaitan erat dengan kepribadian orang tua. Sikap keorangtuaan dan
keyakinan merupakan hasil dari pengalaman masa lalu dan sosialisasi
dari individu. Ini membentuk dasar bagi perilaku yang dipilih oleh
orang tua yang akan digunakan untuk berinteraksi dengan anaknya.
d. Peniruan Peran
Banyak orang menjadi orang tua tanpa panduan perilaku dan biasanya
mengandalkan observasi untuk belajar bagaimana menjadi orang tua.
Individu menggunakan orang tua masing-masing sebagai model dalam
menerapkan pola asuh yang akan mereka terapkan kepada anak-
anaknya sendiri. Reaksi, perspektif dan perasaan bagaimana individu
tersebut dibesarkan juga mempengaruhi pendekatan yang digunakan
untuk berinteraksi dengan anaknya. Seseorang akan merasa puas
dengan cara ia dibesarkan, maka ia akan meniru metode dan sikap-
sikap orang tuanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3. Pola Asuh Demokratis
Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak
antara orang tua dan anak. Secara bertahap orang tua memberikan
tanggung jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang
diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa. Mereka selalu berdialog
dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu
mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya. Dalam
bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong
anak saling membantu dan bertindak secara objektif, tegas tetapi hangat
dan penuh pengertian (Stewart dan Koch, 1983). Hurlock (dalam Listiara,
1996) mengatakan bahwa dalam keluarga yang menerapkan pola asuh
demokratis ditandai dengan adanya hubungan yang penuh kasih sayang
antara orang tua dan anak. Keadaan tersebut akan mendorong anak untuk
lebih mampu mengontrol diri, sehingga luwes dalam pergaulan dan mudah
diajak berteman. Baumrind (dalam Listiara, 1996) menambahkan bahwa
anak tersebut juga mempunyai motif berprestasi yang tinggi, mandiri,
lebih mengatasi stres, dapat bekerja sama dengan orang dewasa,
perilakunya bertujuan, dan mempunyai minat serta rasa ingin tahu
terhadap situasi baru.
Kehangatan emosional yang ditunjukkan orang tua yang
demokratis kepada anaknya dianggap sebagai faktor yang penting dalam
proses sosialisasi (Hetherington dan Parke dalam Listiara, 1996). Kedua
ahli tersebut menyampaikan beberapa alasan yang mendukung pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
tersebut. Alasan (1) adalah bahwa seseorang anak mempunyai
kecenderungan untuk tetap menjaga kedekatannya dengan orang tua dan
tidak ingin kehilangan kehangatan serta cinta dari orang tuanya. Agar anak
patuh dengan orang tuanya, dengan demikian tidak diperlukan disiplin
yang keras untuk memaksanya. Alasan (2) adalah semakin sering orang
tua menggunakan penalaran dan penjelasan terhadap aturan-aturan yang
ada dalam keluarga, maka hal ini memungkinkan anak untuk
menginternalisasikan norma-norma soial. Kondisi tersebut juga akan
membantu anak untuk mampu mengidentifikasikan serta membedakan
perilaku-perilaku yang sesuai dengan situasi-situasi yang dihadapi. Alasan
(3) adalah kehangatan yang diberikan oleh orang tua cenderung selalu
diasosiasikan dengan rasa tanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan
anak. Orang tua yang mencintai anaknya akan mendorong anaknya untuk
mempunyai sikap yang baik terhadap dirinya sendiri, mampu mengenali
diri sendiri serta bertanggung jawab.
Pendapat lain mengatakan bahwa orang tua yang demokratis selalu
memperhatikan perkembangan anak, dan tidak hanya sekedar mampu
memberi nasehat dan saran tetapi juga bersedia mendengarkan keluhan-
keluhan anak berkaitan dengan persoalan-persoalannya (Sutari Imam
Barnadib, 1986). Sejalan dengan Sutari, Hurlock (1976) mengatakan
bahwa pola asuh demokratis ditandai dengan ciri-ciri bahwa anak-anak
diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol
internalnya, anak diakui keberadaannya oleh orang tua, anak dilibatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dalam pengambilan keputusan. Bowerman, Elder dan Elder (dalam
Conger, 1975) mengemukakan semua keputusan yang diperoleh
merupakan keputusan anak dan orang tua.
4. Aspek Pola Asuh Demokratis
Aspek pola asuh demokratis menurut Kohn (dalam Setiawan,
1996) adalah:
a. Aspek Pandangan Orang Tua Terhadap Anak
Pandangan orang tua yang berpola asuh demokratis terhadap anak
adalah mereka lebih mementingkan pamahaman terhadap perasaan,
keinginan dan kondisi anaknya, mendorong dan memberi kesempatan
anak untuk mandiri dan bertindak secara matang sesuai dengan
kemampuan anak, mengharapkan anaknya mencapai tingkat
pendidikan tertentu, memberikan tanggung jawab terhadap anak.
Menghargai adanya hak-hak yang dimiliki anaknya.
b. Aspek Komunikasi
Cara komunikasi orang tua yang berpola asuh demokratis terhadap
anaknya adalah komunikasi dua arah. Orang tua memberi kasempatan
anak untuk mengekspresikan pandapatnya, memberi kesempatan untuk
berdiskusi, menjelaskan secara jelas dan logis aturan-aturan yang
diterapkan kepada anak, suka mengajak dialog dan orang tua tetap
sebagai pengambil keputusan bila terjadi perbedaan pendapat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
c. Aspek Pemenuhan Kebutuhan Anak
Pemenuhan kebutuhan anak pada orang tua yang demokratis adalah
bersikap menerima dan telaten dalam mengasuh anak, responsif dan
tidak mengabaikan permintaan anak. Mengekspresikan emosi-emosi
positif terhadap anak dan kondisi sekitar anak sehingga tercipta rumah
yang penuh kegembiraan dan menyenangkan bagi anak. Kebutuhan
anak lebih diutamakan daripada kebutuhan orang tua sendiri. Sering
terlibat kegiatan bersama anaknya. Memberikan ekspresi positif
meskipun anaknya tidak melakukan sesuatu yang pantas dipuji. Orang
tua selalu ada jika anak membutuhkanya.
d. Aspek Penerapan Kontrol
Penerapan kontrol pada orang tua yang demokratis melalui aturan-
aturan yang tegas, konsistensi dan rasional. Situasi yang bermasalah
diselesaikan secara bijaksana yang dapat diterima oleh anak.
Pemberian hukuman tidak dilakukan secara fisik. Memperhatikan
sikap tidak suka dan jengkel terhadap perilaku anak yang tidak baik
dan orang tua akan memperlihatkan rasa senang dan memberi
dukungan terhadap perilaku anak yang membangun.
C. Remaja
1. Batasan Usia Remaja
Istilah adolescene atau remaja berasal dari kata Latin adolescere
(kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
atau “tumbuh menjadi dewasa”. Bangsa primitif-demikian pula orang-
orang zaman purbakala-memandang masa puber dan masa remaja tidak
berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, anak
dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi
(Hurlock, 1997).
Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal
masa dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari
tiga belas tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun, dan akhir masa
remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai delapan belas tahun.
Garis pemisah antara awal masa dan akhir masa remaja terletak kira-kira
di sekitar usia tujuh belas tahun. Dengan demikian akhir masa remaja
merupakan periode yang sangat singkat (Hurlock, 1997).
Para psikolog menyetujui bahwa masa remaja dimulai dari masa
puber. Masa puber pria dimulai kira-kira pada usia 12 tahun sedangkan
pada wanita dimulai kira-kira pada usia 11 tahun, dimana terjadi
perubahan fisik diantaranya, yakni pada wanita terjadi menstruasi pertama
sedangkan pada anak laki-laki mengalami perubahan suara yang lebih
besar daripada wanita serta terjadinya mimpi basah. Namun tidak berarti
ketika masa remaja berakhir kemudian masa dewasa mulai, tetapi biasanya
antara usia 18 sampai 21 tahun. Pada kenyataannya, masa remaja
merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi
semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa, yaitu dari sifat yang tergantung menjadi sifat yang mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Menurut E.H.Erikson, remaja merupakan masa dimana terbentuk
suatu perasaan baru mengenai identitas. Identitas mencakup cara hidup
pribadi yang dialami sendiri dan sulit dikenal oleh orang lain. Secara
hakiki, ia tetap sama walaupun telah mengalami berbagai macam
perubahan (Gunarsa dan Gunarsa, 1986). Tahap perkembangan manusia
dibagi menjadi 8 tahap, dimana remaja akan mengalami krisis identitas
diri, yaitu pada usia antara 12-18 tahun.
2. Ciri-Ciri Masa Remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang
kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Menurut
Hurlock (1997), remaja mempunyai ciri sebagai berikut:
a. Masa Remaja Sebagai Periode Yang Penting
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya
perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja.
Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental
dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.
b. Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang
telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari
satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi
sekarang dan yang akan datang.
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan
terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Di lain pihak,
status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status
memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda
dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi
dirinya.
c. Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan
Ada lima perubahan yang sama yang hampir bersifat universal.
Pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada
tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan
tubuh. Ketiga, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh
kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru.
Keempat, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai
juga berubah. Kelima, sebagian besar remaja bersikap ambivalensi
terhadap setiap perubahan.
d. Masa Remaja Sebagai Usia Bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah
remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-
laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alas an bagi kesulitan itu.
Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian
diselesaikan oleh orangtua dan guru-guru, sehingga kebanyakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena
para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi
masalahnya sendiri, menolak bantuan orangtua dan guru-guru.
e. Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan
kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan.
Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas
lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal,
seperti sebelumnya. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha
untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat.
f. Masa Remaja Sebagai Usia Yang Menimbulkan Ketakutan
Adanya stereotip popular yang mempengaruhi konsep diri dan sikap
remaja terhadap dirinya sendiri.
g. Masa Remaja Sebagai Masa Yang Tidak Realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna
merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana
yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal
cita-cita.
h. Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja
menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Oleh karena
itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras,
menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka
menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka
inginkan.
Salah satu ciri perkembangan remaja yang menonjol adalah
perkembangan sosialnya. Aspek sosial yang berkembang dalam diri
remaja antara lain adalah minat terhadap teman sebaya. Kelompok teman
sebaya akan sangat berperan dalam kehidupan remaja. Disini mereka
merasa “senasib” sehingga kelompok teman sebaya dijadikan wadah
penyatuan aspirasi. Apabila mereka mengalami tekanan dari orangtua
ataupun kelompok lain, biasanya remaja akan pergi kepada kelompoknya
untuk mengungkapkan isi hatinya. Bagi remaja, kelompok teman sebaya
merupakan kelompok orang yang sangat mereka percayai.
Kelompok sebaya dapat memberikan pengaruh yang positif
maupun yang negatif bagi remaja. Kelompok remaja banyak memberikan
informasi tentang dunia di luar keluarga. Dengan bergaul bersama
kelompok sebaya, remaja belajar untuk menerima umpan balik tentang
kemampuan mereka, belajar tentang prinsip-prinsip keadilan, mengamati
minat teman sebayanya, dan memahami hubungan yang erat dengan
teman-teman tertentu.
Di sisi lain, penolakan dari teman sebaya dapat menimbulkan
perasaan kesepian dan dimusuhi sehingga dapat mempengaruhi kesehatan
mental dan menimbulkan masalah kriminal. Teman sebaya juga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
mengenalkan pada alkohol, perilaku merokok, kenakalan, dan perilaku
abnormal. Dengan demikian, kelompok teman sebaya memang memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan remaja sehingga remaja
selalu berusaha untuk dapat diterima dan berada di antara kelompok
sebaya.
3. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar
dalam sikap dan pola perilaku anak. E. Spranger (Gunarsa, 1986)
mengemukakan bahwa pada masa ini remaja sangat memerlukan
pengertian dari orang lain. Bantuan yang dapat diberikan melalui
pemahaman diri remaja, yaitu untuk membentuk suatu pribadi yang utuh,
terlebih dahulu remaja harus mengenal dan memahami dirinya dengan
mengetahui tugas-tugas perkembangan masa remaja.
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut Havinghurst
(Hurlock, 1999) adalah :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
f. Mempersiapkan karir ekonomi
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologinya
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja
adalah individu yang berusia 13 sampai 21 tahun yang diawali oleh masa
pubertas dan diakhiri oleh masa dewasa dini. Dalam masa ini mereka
mengalami proses pencarian identitas. Untuk itu, remaja lebih banyak
menghabiskan waktunya bersama kelompok teman sebayanya. Remaja
yang tergabung dalam suatu kelompok secara otomatis berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya karena mereka ingin
berperan dan dihargai dalam kelompoknya.
D. Hubungan Pola Asuh Demokratis Dengan Prestasi Belajar
Kelancaran anak (siswa) dalam meraih prestasi belajar sangat
tergantung dari dukungan orang-orang penting yang berpengaruh dan dekat
dengannya, seperti orang tua dan anggota keluarga, para guru, dan teman
sebayanya. ”The adolescent’s ability to succesfully negotiate this intrapsychic
process depends in large part the presence or absence of certain qualities in the
family environment” Acher (dalam Barus, 1999).
Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak
antara orang tua dan anak. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung
jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
mereka menjadi dewasa. Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya,
saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan
pendapat anak-anaknya. Dalam bertindak, mereka selalu memberikan
alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak
secara objektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian (Stewart dan Koch,
1983).
Suasana terbuka dan kondusif yang ada pada pola asuh demokratis
menyebabkan remaja menjadi lebih berkembang serta memiliki kemampuan
menghadapi konflik yang terjadi dengan orang lain (Cole dan Hall, 1970). Hal
tersebut dipertegas oleh Shapiro (2001) yang menjelaskan bahwa ayah dan ibu
dengan pola asuh demokratis menjadikan anak tidak tergantung dan tidak
berperilaku kekanak-kanakan, anak menjadi percaya diri, mandiri, imajinatif,
mudah beradaptasi, kreatif dan disukai banyak orang, responsif, dan
mendorong untuk berprestasi.
Dari hal itu, dapat dikatakan bahwa pola asuh demokratis dapat
mempengaruhi belajar anak, sehingga prestasi yang dihasilkan dalam proses
belajarnya juga ikut terpengaruh apakah itu nanti hasilnya akan baik atau
buruk. Prestasi belajar biasanya dilihat dari hasil nilai raport mereka.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan remaja adalah siswa-
siswi kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu. Pengambilan siswa sebagai subjek
penelitian didasarkan pada pemikiran siswa masih dalam proses mengejar
prestasi untuk mencapai cita-cita. Usaha mencapai cita-cita melalui belajar di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
sekolah membutuhkan dukungan dan peran orang tua yang dalam hal ini
berupa pola asuh demokratis.
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara pola
asuh demokratis dengan prestasi belajar pada remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan
untuk menyelidiki hubungan variabel antara satu variabel dengan variabel
lainnya berdasarkan pada koefisien korelasi (Azwar, 1999). Jadi dalam
penelitian ini memiliki tujuan untuk dapat mengetahui ada tidaknya
hubungan antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar.
B. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : pola asuh demokratis
2. Variabel tergantung : prestasi belajar
C. Definisi Operasional
1. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan proses belajar selama
periode tertentu yang kemudian dirumuskan dalam raport. Prestasi
belajar tersebut disimbolkan dalam bentuk huruf ataupun angka.
Dalam penelitian ini berupa nilai rata-rata raport semester 1 dan 2
kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2. Pola Asuh Demokratis
Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan
hak antara orang tua dan anak. Secara bertahap orang tua memberikan
tanggung jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang
diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa. Mereka selalu berdialog
dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu
mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya. Dalam
bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak,
mendorong anak saling membantu dan bertindak secara objektif, tegas
tetapi hangat dan penuh pengertian (Stewart dan Koch, 1983).
Pola asuh demokratis tersebut diungkap melalui persepsi anak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Radke (1946) yang menyatakan bahwa
salah satu cara untuk mengetahui pola asuh orang tua adalah melalui
penilaian anak sebagai individu yang mengalami langsung.
Pola asuh demokratis diukur dengan menggunakan skala
persepsi terhadap pola asuh demokratis yang disusun berdasarkan
aspek pola asuh demokratis menurut Kohn (dalam Setiawan, 1996)
yaitu : aspek persepsi pandangan orang tua terhadap anak, aspek
persepsi komunikasi, aspek persepsi pemenuhan kebutuhan anak,
aspek persepsi penerapan kontrol. Makin tinggi skor total yang
diperoleh, maka berarti makin positif persepsi anak terhadap pola asuh
demokratis orang tua. Demikian pula sebaliknya, makin rendah skor
total yang diperoleh berarti makin negatif persepsi anak terhadap pola
asuh demokratis orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3. Remaja
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan remaja adalah
siswa-siswi kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu yang berusia 14-17
tahun.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa SMU Pangudi Luhur Sedayu
kelas II. Pengambilan siswa sebagai subjek penelitian didasarkan pada visi
sekolah sebagai pusat pendidikan yang membentuk manusia cerdas,
berprestasi, beriman, dan berkepribadian. Selain itu didasarkan juga pada
misi sekolah yaitu menumbuh kembangkan iman yang mencerminkan tata
kehidupan bersama yang bermartabat, melaksanakan pembelajaran dan
bimbingan yang efektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal
sesuai dengan potensi yang dimiliki, membantu dan memotivasi siswa
dalam menelusuri bakat dan minat, dan menyiapkan siswa menjadi pribadi
mandiri dengan pendidikan kecakapan hidup.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode skala dan metode dokumentasi. Metode skala yang
digunakan pada penelitian ini digunakan untuk mengukur persepsi
terhadap pola asuh demokratis, sedangkan metode dokumentasi yaitu
berupa nilai raport subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Adapun bentuk skala mengacu pada model skala Likert, dimana
masing-masing item berbentuk favourabel dan unfavourabel. Skala ini
dimodifikasi dengan pilihan jawaban yang disediakan ada empat, yaitu
Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak
Sesuai (STS). Dalam jawaban ini ditiadakan jawaban di tengah, yaitu
Ragu-Ragu (RR). Hal ini menurut Hadi (1991) didasarkan pada alasan :
pertama, kategori undedicated, yaitu mempunyai arti ganda bisa diartikan
belum memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya), bisa
juga diartikan netral, setuju tidak, tidak setujupun tidak, atau bahkan ragu-
ragu. Kedua, tersedianya jawaban yang ditengah itu menimbulkan
kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect) terutama
bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya, ke arah
setuju atau ke arah tidak setuju. Ketiga, maksud jawaban SS-S-TS-STS
adalah terutama untuk melihat kecenderungan pendapat responden, ke arah
setuju atau ke arah tidak setuju. Jika disediakan kategori jawaban itu, akan
menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya
informasi yang dapat dijaring dari responden.
Untuk item favourabel, skor bergerak dari 4 untuk Sangat Sesuai
(SS), 3 untuk Sesuai (S), 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk Sangat
Tidak Sesuai (STS). Demikian juga untuk item unfavourabel, skor 1 untuk
Sangat Sesuai (SS), 2 untuk Sesuai (S), 3 untuk Tidak Sesuai (TS), 4 untuk
Sangat Tidak Sesuai (STS). Tidak ada skor 0 (nol) karena sifat jawaban
tidak mutlak Ya atau Tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tinggi rendahnya skor total subjek untuk setiap skala (kasus)
diperoleh dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan (method
of summated ratings), yaitu pengukuran dengan menjumlahkan seluruh
skor yang dimiliki subjek berdasarkan respon terhadap pernyataan pada
tiap skala. Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek maka respon
untuk kasus tersebut semakin tinggi pula. Demikian sebaliknya, semakin
rendah skor total yang diperoleh subjek maka semakin rendah respon
terhadap kasus tersebut.
1. Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis
Skala ini disusun berdasarkan pada 4 aspek pola asuh demokratis,
yaitu :
a. Aspek persepsi pandangan orang tua terhadap anak
b. Aspek persepsi komunikasi
c. Aspek persepsi pemenuhan kebutuhan anak
d. Aspek persepsi penerapan kontrol
Tabel 1.
Blue Print Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis
Aspek Favourabel Unfavourabel Jumlah
Aspek persepsi pandangan orang tua terhadap anak 8 7 15
Aspek persepsi komunikasi 8 7 15
Aspek persepsi pemenuhan kebutuhan anak
8 7 15
Aspek persepsi penerapan kontrol 8 7 15
JUMLAH 32 28 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 2.
Blue Print Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis
Nomor Item Aspek Favourabel Unfavourabel
Jumlah
Persepsi pandangan orang tua terhadap anak
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
9, 10, 11, 12, 13, 14, 15
15
Persepsi komunikasi 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23
24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
15
Persepsi pemenuhan kebutuhan anak
31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38
39, 40, 41, 42, 43, 44, 45
15
Persepsi penerapan kontrol
46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53
54, 55, 56, 57, 58, 59, 60
15
Jumlah 32 28 60
F. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas
Validitas alat ukur atau tes merupakan suatu ukuran untuk
mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam menjalankan fungsi ukurnya (Azwar, 1996).
Tipe validitas yang digunakan dalam menguji alat ukur
penelitian ini yaitu validitas isi. Validitas isi menunjukkan sejauh mana
item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak
diukur (Azwar, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2. Seleksi Item
Item yang disusun dalam suatu skala atau tes yang tidak
memperlihatkan kualitas yang baik harus disingkirkan atau direvisi
terlebih dahulu sebelum menjadi bagian dari skala. Hanya item yang
mempunyai kualitas yang baik saja yang boleh digunakan dalam skala.
Salah satu kualitas yang dimaksud adalah keselarasan atau konsistensi
antara item dengan tes secara keseluruhan atau sering disebut dengan
korelasi item total.
Menurut Azwar (2001), prosedur pengujian konsistensi item
dilakukan dengan komputasi koefisiensi korelasi antara distribusi skor
total sebagai kriteria. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien
korelasi item total (rix) yang umumnya dikenal dengan indeks daya
beda item. Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item
total, biasanya digunakan batasan (rix) ≥ 0,30. Semua item yang
mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memiliki daya
beda yang memuaskan. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara
skor item dengan skor skala berarti semakin tinggi daya bedanya. Jika
jumlah item yang lolos masih tidak mencukupi jumlah yang
diinginkan, maka batas kriteria 0,30 dapat diturunkan menjadi 0,25
sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai.
Berdasarkan data hasil uji coba terhadap 55 subjek, diperoleh
distribusi item skala sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel 3.
Blue Print Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis
Nomor Item Aspek Favourabel Unfavourabel
Jumlah
Aspek persepsi pandangan orang tua terhadap anak
1*, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
9, 10*, 11*, 12, 13, 14, 15*
15
Aspek persepsi komunikasi
16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23
24, 25, 26*, 27, 28, 29*, 30
15
Aspek persepsi pemenuhan kebutuhan
31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38
39, 40, 41, 42, 43, 44, 45
15
Aspek persepsi penerapan kontrol
46, 47, 48*, 49*, 50, 51, 52, 53*,
54*, 55, 56*, 57, 58, 59*, 60
15
Jumlah 32 28 60 Keterangan : * adalah item yang gugur
Tabel 4.
Blue Print Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis
Nomor Item Aspek Favourabel Unfavourabel
Jumlah
Aspek persepsi pandangan orang tua terhadap anak
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
8, 9, 10, 11 11
Aspek persepsi komunikasi
12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19
20, 21, 22, 23, 24
13
Aspek persepsi pemenuhan kebutuhan
25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32
33, 34, 35, 36, 37, 38, 39
15
Aspek persepsi penerapan kontrol
40, 41, 42, 43, 44
45, 46, 47, 48 9
Jumlah 28 20 48 3. Reliabilitas
Reliabilitas (keajegan, konsistensi, kestabilan) pada dasarnya
menunjukkan pada konsep sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Reliabilitas hasil pengukuran dalam penelitian ini akan
dilihat dengan menggunakan pendekatan konsistensi internal dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
hanya akan dilakukan satu kali pengukuran (single trial
administration) kepada sekelompok individu sebagai subjek penelitian
(Azwar, 2001). Uji reliabilitas skala persepsi terhadap pola asuh
demokratis dihitung menggunakan koefisien alpha dan diperoleh hasil
sebesar 0,916.
G. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis kuantitatif.
Analisis yang digunakan adalah analisis statistik koefisien korelasi.
Analisis korelasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
perhitungan korelasi Product Moment Pearson. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan perhitungan komputer dan proses
penganalisanya menggunakan program SPSS for windows versi 12.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian ditempuh terdiri dari dua
tahap. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
a. Menyiapkan alat ukur. Alat ukur yang digunakan adalah skala
untuk mengukur persepsi terhadap pola asuh demokratis.
b. Melaksanakan uji coba skala kepada subjek penelitian. Subjek
penelitian harus sesuai dengan kriteria subjek penelitian yaitu
siswa-siswi kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu yang berusia
14-17 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
c. Menganalisis item-item skala.
d. Mengolah data hasil uji coba.
e. Menganalisis data dan menentukan item-item yang gugur.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan untuk penelitian.
b. Melakukan pengumpulan data.
c. Menganalisis data penelitian dengan korelasi Product Moment
Pearson.
d. Membuat pembahasan berdasarkan analisis.
e. Membuat kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dengan tujuan mencari hubungan antara pola asuh
demokratis dengan prestasi belajar pada remaja ini dilakukan pada tanggal
14 April 2007. Penelitian ini dilaksanakan di SMU Pangudi Luhur Sedayu
dengan subjek penelitian siswa-siswi kelas II yang berjumlah 65 siswa.
Penelitian dilakukan di dalam kelas dengan menggunakan jam
Bimbingan Konseling. Sebelum siswa-siswi mengisi skala, terlebih dahulu
peneliti mengingatkan subjek untuk memperhatikan petunjuk pengerjaan
dan memeriksa ulang pekerjaan mereka agar jangan sampai ada jawaban
yang terlewatkan.
B. Deskripsi Data Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas II SMU Pangudi
Luhur Sedayu. Berdasarkan hasil penyebaran skala didapatkan data-data
mengenai identitas subjek penelitian sebagai berikut :
Tabel 5.
Identitas Subjek Penelitian
Usia Jenis Kelamin 16 tahun 17 tahun Laki-laki Perempuan
Total
53 12 35 30 65 81,54% 18,46% 53,85% 46,15% 100%
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Pada tabel 5 dapat diketahui bahwa siswa-siswi kelas II SMU
Pangudi Luhur Sedayu yang menjadi subjek penelitian berjumlah
65 siswa, dengan pembagian usia 16 tahun sebanyak 53 siswa (81,54%),
siswa berusia 17 tahun sebanyak 12 siswa (18,46%).
Selain itu, dapat dilihat bahwa subjek laki-laki menempati posisi
terbanyak dari jumlah keseluruhan, yaitu sebanyak 35 siswa (53,85%) dan
subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 siswa
(46,15%).
Berdasarkan hasil analisis deskriptif, diperoleh nilai mean teoretik
dan mean empirik. Mean teoretik adalah rata-rata skor skala penelitian
yang diperoleh dari angka yang menjadi titik tengah skala tersebut. Mean
empirik adalah rata-rata skor hasil penelitian. Hasil analisis deskriptif akan
disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 6.
Hasil Analisis Deskriptif
Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Statistik Teoretik Empirik N 65 Skor maksimum 192 169 Skor minimum 48 91 Mean 120 135,60
Dari hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 6 dapat diketahui
persepsi terhadap pola asuh demokratis yang dimiliki siswa-siswi kelasa II
SMU Pangudi Luhur Sedayu. Persepsi terhadap pola asuh demokratis
tersebut diperoleh berdasarkan jumlah nilai yang didapat dari penyebaran
skala persepsi terhadap pola asuh demokratis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Hasil penelitian ini mengungkapkan skor maksimum dan skor
minimum yang didapatkan dari subjek penelitian. Dan untuk mengetahui
apakah persepsi terhadap pola asuh demokratis berada dalam kategori
tinggi atau rendah maka dilakukan uji signifikansi perbedaan maen
teoretik dan mean empirik. Mean teoretik untuk persepsi pola asuh
demokratis sebesar 120, sedangkan mean empirik sebesar 135,60.
C. Analisis Data Penelitian
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan analisis statistik yang pertama
kali dilakukan dalam rangka analisis data. Kepastian terpenuhinya
syarat normalitas akan menjamin langkah-langkah statistik
selanjutnya sehingga kesimpulan yang diambil juga dapat
dipertanggungjawabkan. Uji normalitas dilakukan dengan One
Sample Kolmogorov-Smirnov Test dari program SPSS for Windows
versi 12. Pengambilan keputusan didasarkan pada besaran
probabilitas (p). Jika p > 0,05 maka sebaran dinyatakan normal,
sebaliknya jika p < 0,05 maka sebaran dinyatakan tidak normal.
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 7.
Hasil Penghitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis
Prestasi Belajar
Kolmogorov-Smirnov
0,389 0,676
Asymp. Sig. (2 tailed)
0,998 0,750
Hasil uji normalitas menghasilkan probabilitas (p) data
persepsi pola asuh demokratis sebesar 0,998 (p > 0,05) dan
probabilitas data nilai raport sebesar 0,750 (p > 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa distribusi data pada kedua sampel adalah
normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah
hubungan antara skor variabel persepsi terhadap pola asuh
demokratis dan variabel nilai raport pada siswa merupakan garis
lurus atau tidak. Uji linearitas garis regresi dilakukan dengan
menghitung nilai F, yaitu dengan menggunakan hipotesis nol (Ho).
Jika nilai F yang ditemukan lebih kecil daripada p < 0,05 maka
garis regresi itu linear.
Uji linearitas ini dilakukan dengan menggunakan program
SPSS for Windows versi 12. Hasil dari uji yang dilakukan
menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel yaitu persepsi
terhadap pola asuh demokratis dan prestasi belajar adalah linear
karena taraf signifikansi untuk linearitas lebih kecil daripada 0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
(p < 0,05) yaitu F = 14,313; p = 0,001 atau p < 0,05. Hasil dari
pengujian tersebut akan terlihat lebih jelas dalam tabel berikut :
Tabel 8.
Hasil Pengujian Uji Linearitas
F Sign Combined 1,740 0,079 Linearity 14,313 0,001
Skor Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis * Prestasi Belajar
Deviation from linearity
1,426 0,184
2. Uji Hipotesis Hubungan
Uji hipotesis penelitian dilakukan untuk mengetahui dan
menguji apakah hipotesis yang telah ditetapkan pada bab II yaitu ada
hubungan antara persepsi terhadap pola asuh demokratis dengan
prestasi belajar pada remaja terbukti dengan menggunakan teknik
korelasi dengan bantuan SPSS for Windows versi 12.
Uji asumsi data skala persepsi terhadap pola asuh demokratis
dan prestasi belajar dalam penelitian adalah linear. Oleh karena itu,
peneliti menggunakan uji korelasi dengan teknik Product Moment
Pearson. Hasil uji korelasi menyatakan nilai (r) sebesar 0,390 dengan
signifikansi (p) sebesar 0,001 dengan N sebesar 65. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi
terhadap pola asuh demokratis dengan prestasi belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan mengetahui ada atau tidaknya hubungan
antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada remaja. Hasil
pengolahan statistik dengan menggunakan teknik korelasi Product
Moment Pearson menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
pola asuh demokratis dengan prestasi belajar. Hal ini ditunjukkan dengan
koefisien korelasi sebesar 0,390 yang menunjukkan adanya hubungan
positif antara kedua variabel dengan taraf signifikansi sebesar 0,001 (p <
0,05) yang berarti hubungan antara kedua variabel signifikan, sehingga
hipotesis dalam penelitian ini diterima atau dapat dikatakan bahwa ada
hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada
remaja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh
peneliti. Kelancaran anak (siswa) dalam meraih prestasi belajar sangat
tergantung dari dukungan orang-orang penting yang berpengaruh dan
dekat dengannya, seperti orang tua dan anggota keluarga, para guru, dan
teman sebayanya. ”The adolescent’s ability to succesfully negotiate this
intrapsychic process depends in large part the presence or absence of
certain qualities in the family environment” Acher (dalam Barus, 1999).
Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak
antara orang tua dan anak. Secara bertahap orang tua memberikan
tanggung jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang
diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa. Mereka selalu berdialog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu
mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya. Dalam
bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong
anak saling membantu dan bertindak secara objektif, tegas tetapi hangat
dan penuh pengertian (Stewart dan Koch, 1983).
Suasana terbuka dan kondusif yang ada pada pola asuh demokratis
menyebabkan remaja menjadi lebih berkembang serta memiliki
kemampuan menghadapi konflik yang terjadi dengan orang lain (Cole dan
Hall, 1970). Hal tersebut dipertegas oleh Shapiro (2001) yang menjelaskan
bahwa ayah dan ibu dengan pola asuh demokratis menjadikan anak tidak
tergantung dan tidak berperilaku kekanak-kanakan, anak menjadi percaya
diri, mandiri, imajinatif, mudah beradaptasi, kreatif dan disukai banyak
orang, responsif, dan mendorong untuk berprestasi.
Dari hal itu, dapat dikatakan bahwa pola asuh demokratis dapat
mempengaruhi belajar anak, sehingga prestasi yang dihasilkan dalam
proses belajarnya juga ikut terpengaruh apakah itu nanti hasilnya akan
baik atau buruk. Prestasi belajar biasanya dilihat dari hasil nilai raport
mereka.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan remaja adalah siswa-
siswi kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu. Pengambilan siswa sebagai
subjek penelitian didasarkan pada pemikiran siswa masih dalam proses
mengejar prestasi untuk mencapai cita-cita. Usaha mencapai cita-cita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
melalui belajar di sekolah membutuhkan dukungan dan peran orang tua
yang dalam hal ini berupa pola asuh demokratis.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data nilai raport untuk
mengukur prestasi belajarnya. Nilai raport tersebut berasal dari kumpulan
nilai yang diperoleh siswa selama duduk di bangku sekolah. Rentang nilai
raport yang diperoleh siswa kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu dengan
nilai rata-rata keseluruhan minimum 5,45 dan nilai maksimum 7,75. Data
tersebut dikatakan baik.
Persepsi terhadap pola asuh demokratis diukur dengan
menggunakan skala persepsi terhadap pola asuh demokratis yang disusun
berdasarkan aspek pola asuh demokratis menurut Kohn (dalam Setiawan,
1996), yaitu : aspek persepsi pandangan orang tua terhadap anak, aspek
persepsi komunikasi, aspek persepsi pemenuhan kebutuhan anak, aspek
persepsi penerapan kontrol.
Dari hasil uji coba skala persepsi pada siswa kelas II SMU Pangudi
Luhur Sedayu dapat dikatakan bahwa skala tersebut baik. Hal ini dilihat
dari jumlah item yang gugur 12 dari 60 jumlah item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik dengan menggunakan
teknik korelasi Product Moment Pearson menunjukkan koefisien korelasi
sebesar 0,390 antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada
siswa kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu, dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,001 yang berarti ada hubungan antara kedua variabel. Dari hasil
penelitian yang dilakukan pada siswa-siswa kelas II SMU Pangudi Luhur
Sedayu dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima atau ada hubungan
positif antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
diungkapkan di atas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
a. Bagi orang tua
Diharapkan pada orang tua dapat berperan dalam menumbuhkan
prestasi belajar anak. Adapun yang perlu dilakukan orang tua selalu
menyediakan waktu untuk anak, memberikan kepercayaan kepada
anak dalam mengerjakan tugas yang dibebankan pada dirinya,
memberikan tanggung jawab untuk mengurus dirinya sendiri namun
orang tua tetap mendampingi, memberikan kesempatan pada anak
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
untuk mengembangkan dirinya sesuai minat dan bakat yang dimiliki
anak, dan menghargai anak sesuai potensi yang dimilikinya, dengan
memberikan kebebasan yang bertanggung jawab kepada anak untuk
dapat memilih kegiatan-kegiatan yang positif yang dapat
meningkatkan prestasi belajar anak.
b. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar lebih memperhatikan alat
yang dibuat untuk mengukur persepsi terhadap pola asuh demokratis,
tidak hanya menggunakan skala tetapi perlu juga melakukan observasi
secara langsung serta dalam mengukur prestasi belajar tidak hanya
sebatas pada raport.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Aswar, Saifudin. (1996). Tes Prestasi. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.
_____________ . (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Penerbit
Pustaka Pelajar.
_____________. (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Penerbit
Pustaka Pelajar.
Conger, J. J. (1975). Adolescence and Youth Psychological Development in a
Changing World. New York : Harper and Row Publisher.
Dahar, Ratna. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Dewi, Francisca Maharsi. (2002). Hubungan Persepsi Terhadap Pola Asuh
Orang Tua dan Intensitas Tindak Pidana pada Remaja Narapidana di
LP Khusus Anak Kutoarjo. Yogyakarta : Fakultas Psikologi USD (tidak
diterbitkan).
Fudyartanto, RBS. (2002). Psikologi Pendidikan (dengan Pendekatan Baru).
Yogyakarta : Global Pustaka Utama.
Gunarso, Prof. Dr. Singgih. D, dan Dra. Y. Singgih D. Gunarso. (1986).
Psikologi Remaja. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.
Hurlock, Elizabeth. B. (1976). Personality Development. New Delhi : Tata Mc.
Graw-Hill Book Co., Inc.
_______________. (1997). Psikologi Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
________________. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Kartini, Kartono. (1984). Psikologi Umum. Bandung : IKAPI.
Krisnawaty, Taty. (1986). Skripsi Studi Tentang Pengaruh Pola Asuhan Orang
Tua terhadap Perkembangan Penalaran Moral Remaja Awal Siswa
SMPN IKIP Yogyakarta. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM (tidak
diterbitkan).
Lindgren, Ch. (1976). An introduction to Social Psychology, 2nd. ED. New
Delhi : Wiley Estem Private Limited.
Listiara, Anita. (1996). Hubungan Antara Persepsi Mengenai Kecenderungan
Pola Asuh Demokratis dan Kecemasan dengan Tingkat Rasa Malu
pada Mahasiswa UGM. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM (tidak
diterbitkan).
Masrun. (1975). Pengukuran dalam Pendidikan. Yogyakarta : UGM Press.
Masrun, & Martaniah, S. M. (1973). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta :
Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.
Melly, S. S. (1984). Psikologi Perkembangan Remaja dari Segi Kehidupan
Sosial. Bandung : Bina Aksara.
Phillips, B. N. ;Hindsman, E. & Jennings, E. (1971). Influence of Intelligence
and Perception, dalam Powel, M. & Frerichs, A. H.. (1971). Reading in
Adolescent Psychology. Minneapolis, Minnesota, USA : Burgess
Publishing Company.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Radke. (1946). Psikologi Remaja. Jakarta : Bina Aksara.
Roestiyah. (1982). Masalah-masalah dalam keguruan. (edisi pertama). Jakarta
: Bina Aksara.
Sarwono, Dr. Sarlito. W. (1989). Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali.
Segal, J. (2000). Meningkatkan Kecerdasan Emosi. Jakarta : Citra Aksara.
Setiawan, Nurahman. D. (1996). Persepsi Anak Terhadap Pola asuh
Demokratis Orang Tua Berdasarkan Status Kerja Ibu. Yogyakarta :
Fakultas Psikologi UGM (tidak diterbitkan).
Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Edisi
Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.
Stewart & Koch. (1983). Children Development Throught Adolescence. Canada
: John Wiley and Sons, Inc.
Suparno, Paul. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta :
Kanisius.
Suryabrata, S. (1984). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Penerbit CV. Rajawali.
Sutari, I. Barnadib. (1986). Pengantar Pendidikan Sistematis. Yogyakarta :
IKIP Yogyakarta.
Sutratinah. (1984). Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta :
Bina Aksara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN TRY OUT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Correlations Correlations total nilai total Pearson Correlation 1 ,390** Sig. (2-tailed) ,001 N 65 65nilai Pearson Correlation ,390** 1 Sig. (2-tailed) ,001 N 65 65
** Correlation is significant at the 0.01 level
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Means
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between (Combined) 11,325 41 ,276 1,740 ,079
Groups Linearity 2,272 1 2,272 14,313 ,001
Deviation from Linearity 9,053 40 ,226 1,426 ,184
Within Groups 3,651 23 ,159
nilai * total
Total 14,976 64 Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
nilai * total ,390 ,152 ,870 ,756
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Normalitas Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum total 65 135,60 16,346 91 169 nilai 65 6,7048 ,48373 5,50 7,75
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test total nilai N 65 65
Mean 135,60 6,7048 Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 16,346 ,48373
Absolute ,048 ,084 Positive ,048 ,084
Most Extreme Differences
Negative -,047 -,057 Kolmogorov-Smirnov Z ,389 ,676 Asymp. Sig. (2-tailed) ,998 ,750
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Normalitas Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum total 65 135,60 16,346 91 169 nilai 65 6,7048 ,48373 5,50 7,75
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test total nilai N 65 65
Mean 135,60 6,7048 Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 16,346 ,48373
Absolute ,048 ,084 Positive ,048 ,084
Most Extreme Differences
Negative -,047 -,057 Kolmogorov-Smirnov Z ,389 ,676 Asymp. Sig. (2-tailed) ,998 ,750
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI