priorotas masalah penyakit menular

35
Menetapkan Prioritas Masalah dalam Penanggulangan Penyakit Menular  Nurul Ilmia 102011382 Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 [email protected] PENDAHULUAN Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan ( expected ) dengan apa yang aktual terjadi (observed ). Idealnya, semua permasalahan yang timbul harus dicarikan jalan keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus, untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup. 1  Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedokteran mendorong para tenaga ahli selalu mengadakan riset terhadap berbagai penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit menular demi mengatasi kejadian penderitaan dan kematian akibat  penyakit. Pengertian Epidemiologi menurut asal kata, jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi  berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu Epi yang berarti pada atau tentang, Demos yang berarti penduduk dan kata terakhir adalah Logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. MENETAPKAN PRIORITAS MASALAH Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik ini, dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan  penting dalam penetapan prioritas. Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan kebijaksanaan  banyak diperlukan bersama-sama dengan kecakapan unik untuk mensintesis berbagai rincian yang relevan. Hal ini merupakan bagian dari proses perencanaan yang biasanya dikatakan paling

description

metodologi penelitian

Transcript of priorotas masalah penyakit menular

Menetapkan Prioritas Masalah dalam Penanggulangan Penyakit Menular Nurul Ilmia102011382Fakultas Kedokteran UKRIDAJl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat [email protected]

PENDAHULUANMasalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua permasalahan yang timbul harus dicarikan jalan keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus, untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.1 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedokteran mendorong para tenaga ahli selalu mengadakan riset terhadap berbagai penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit menular demi mengatasi kejadian penderitaan dan kematian akibat penyakit. Pengertian Epidemiologi menurut asal kata, jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu Epi yang berarti pada atau tentang, Demos yang berarti penduduk dan kata terakhir adalah Logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk.

MENETAPKAN PRIORITAS MASALAHPenetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik ini, dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan penting dalam penetapan prioritas. Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan kebijaksanaan banyak diperlukan bersama-sama dengan kecakapan unik untuk mensintesis berbagai rincian yang relevan. Hal ini merupakan bagian dari proses perencanaan yang biasanya dikatakan paling naluriah. Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila dibuat eksplisit dan menjadi tindakan yang ditentukan secara jelas.2 Untuk dapat menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yakni:21. Melakukan pengumpulan data.Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu tersedia data yang cukup. Untuk itu perlulah dilakukan pengumpulan data. Data yang perlu dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan lingkungan, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan, termasuk keadaan geografis, keadan pemerintahan, kependudukan, pendidikan, pekerjaan, mata pencaharian, sosial budaya, dan keadaan kesehatan.2. Pengolahan Data Apabila data yang telah berhasil dikumpulkan, maka data tersebut harus diolah, maksudnya adalah menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing data tersebut. Cara pengolahan data yang dikenal ada tiga macam, secara manual, elektrikal dan mekanik.3. Penyajian DataData yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam penyajian data yang lazim dipergunakan yakni secara tekstular, tabular dan grafikal.4. Pemilihan Prioritas MasalahHasil penyajian data akan memunculkan pelbagai masalah. Tidak semua masalah dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan pemilihan prioritas masalah, dalam arti masalah yang paling penting untuk diselesaikan.Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta dirumuskan secara sistematis. Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni:1. Besarnya masalah yang terjadi2. Pertimbangan politik3. Persepsi masyarakat4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.

Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi:11. Menetapkan kriteria2. Memberikan bobot masalah3. Menentukan skoring tiap masalah

Teknik Non SkoringMemilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah dengan teknik non skoring.Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut Nominal Group Technique (NGT). Ada 2 NGT yakni:1,2

A. Metode Delbeq (diperkenalkan oleh Andre Delbeque)Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini adalah melalui diskusi kelompok namun peserta diskusi terdiri dari para peserta yang tidak sama keahliannya maka sebelumnya dijelaskan dahulu sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama terhadap masalah-masalah yang akan dibahas. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.1,2Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi). Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat tersebut, dengan harapan masing-masing orang akan memertimbangkan kembali peringkat yang diberikannya setelah mengetahui nilai rata-rata;Tidak ada diskusi dalam teknik ini, yaitu untuk menghindari orang yang dominan memengaruhi orang lain.Cara ini mempunya beberapa kelemahan, yaitu:a. Menentukan siap yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas tersebut,b. Penentuan peringkat bisa sangat subyektif,c. Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan tidak untuk menentukan prioritas atas dasar fakta.

B. Metode DelphiYaitu masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah yang disepakati bersama. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.1,2

Teknik SkoringPada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk pelbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah:1,2,3 Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah; Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase); Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet need); Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit); Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility); Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah (resources availibilily).

A. Metode Bryant2,4Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu: Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi Seriousness :Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah kesehatan tersebut Manageability :Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan tersebutParameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.

B. Metode Matematik PAHO (Pan American Health Organization)2,4Disebut juga cara ekonometrik. Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan dipergunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah: Magnitude:Berapa banyak penduduk yang terkena masalah. Severity:Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality rate masing-masing penyakit . Vulnerability: Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Community and political concern :Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi.- Affordability:Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian dilakukan dari satu parameter ke parameter yang lain. Hasilnya didapat dari perkalian parameter tersebut.

C. Metode CARLMetode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:C =Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)A =Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan.R =Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.L =Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.

D. Metode ReinkeMetode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:M =Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat dilihat dari % atau jumlah/kelompok yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait.I =Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas serta kecenderunagn dari waktu ke waktu.V =Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat diketahui dari perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan.C =Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.

PENDEKATAN EPIDEMIOLOGIKonsep Penyakit MenularPenyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit Menular [comunicable Diseasse] adalah penyakit yang disebabkan oleh transmisi infectius agent/produk toksinnya dari seseorang/ reservoir ke orang lain/ susceptable host. Penyakit menular dapat terjangkit dengan cepat dan menyerang sejumlah besar orang pada daerah yang luas, keadaan seperti ini sering disebut dengan wabah. Selain kata wabah, ada istilah lain yang dipakai untuk menggambarkan adanya peningkatan kejadian penyakit menular di suatu daerah, yaitu satu letusan (outbreak) dan kejadian luar biasa atau kejadian tidak biasa di masyarakat (KLB/unusual event). Pada hakekatnya penyakit menular dibagi atas 3 kelompok, yaitu: Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian cukup tinggi Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan cacat, walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapi dapat mewabah yang menimbulkan kerugian materi.Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain ditentukan oleh 3 faktor tersebut diatas, yakni:1. Agent (penyebab penyakit)Agent merupakan pemegang peranan penting didalam epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit. Agen dapat dikelompokkan menjadi: (i) Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya. (ii) Golongan riketsia, misalnya typhus. (iii) Golongan bakteri, misalnya disentri. (iv) Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma dan sebagainya.2. Host (manusia)Sejauh mana kemampuan host didalam menghadapi invasi mikroorganisme yang infektius itu, berbicara tentang daya tahan. Misalnya Imunitas seseorang.3. Route of transmission (jalannya penularan)Penularan penyakit dapat dilihat dari potensi infeksi yang ditularkan. Infeksi yang ditularkan tersebut berpotensi wabah atau tidak.

Penyakit menular dapat berpindah satu tempat ke tempat yang lain. Perpindahan ini bisa terjadi dengan sangat cepat sehingga berkembang menjadi wabah atau endemis pada daerah tertentu. Ada beberapa cara perpindahan penyakit menular yaitu: Perpindahan penyakit secara langsungProses berpindahnya penyakit/dengan kata lain proses penularan dari manusia 1 ke manusia lain secara langsung tanpa perantara, misalnya: penularan melalui tetesan-tetesan halus yang terhambur dari manusia yang sakit seperti ludah, bersin pada penyakit TBC Penularan tidak langsungProses pemindahan penyakit melalui perantara. Perantara ini bisa dari golongan bakteri, serangga, serta bisa dari kotoran. Misalnya kolera, disentri dan demam berdarah dengue.

Penyakit menular juga mempunya beberapa sifat-sifat dalam penularannya yang terdiri atas: Waktu Generasi (Generation Time)Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai masa kemampuan maksimal pejamu tersebut untuk dapat menularkan penyakit. Hal ini sangat penting dalam mempelajari proses penularan. Perbedaan masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur penyebab sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada penyakit dengan gejala yang terselubung, sedangkan waktu generasi untuk waktu masuknya unsur penyebab penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut untuk menularkan kepada pejamu lain walau tanpa gejala klinik / terselubung. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)Kekebalan kelompok adalah kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan/penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu didasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut. Hard immunity merupakan factor utama dalam poses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penyakit tertentu. Angka Serangan (Attack Rate)Sejumlah kasus yang berkembang atau muncul dalam satu satuan waktu tertentu dikalangan anggota kelompok yang mengalami kontak serta memiliki resiko / kerentanan terhadap penyakit tersebut.Angka serangan ini bertunjuan untuk menganalisis tingkat penularan dan tingkat keterancaman dalam keluarga, dimana tata cara dan konsep keluarga, system hubungan keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu dalam kehidupan sehari-hari pada kelompok populasi tertentu merupakan unit Epidemiologi tempat penularan penyakit berlangsung.Pada dasarnya setiap penyakit yang menyerang atau tertularkan pada manusia terdiri dari beberapa komponen yang mendasari penularannya. Komponen Proses Penyakit Menular ini dapat terdiri dari beberapa hal diantaranya:1. Faktor Penyebab Penyakit MenularPada proses perjalanan penyakit menular di dalam masyarakat sektor yang memegang peranan pentingya adalah: (a) Faktor penyebab / agent yaitu organisme penyebab penyakit menular. (b) Sumber penularan yaitu reservoir maupun resources. (c) Cara penularan khusus melalui mode of transmission.2. Unsur PenyebabUnsur ini yaitu berupa kuman, virus atau bakteri yang menjadi penyabab terjadiya suatu penyakit baik yang bersifat penyebaran atau tidak. Unsur ini dapat dibagi atas: (a) Kelompok arthropoda (serangga) seperti scabies, pediculosis, dll. (b) Kelompok cacing/ helminth baik cacing darah maupun cacing perut. (c) Kelompok protozoa seperti plasmodium, amuba, dll. (d) Fungus/ jamur baik ini maupun multiseluler. (e) Bakteri termasuk spirochaeta maupun ricketsia. (f) Virus dengan kelompok penyebab yang paling sederhana3. Sumber PenularanMerupakan media yang menjadikan suatu penyakit tersebut bisa menyebar kepada seseorang. Sumber ini meliputi: (a) Penderita. (b) Pembawa kuman. (c) Binatang sakit. (d) tumbuhan/ benda.4. Cara PenularanPenyakit dapat menyerang seseorang dengan bebarapa cara diantaranya: (a) Kontak langsung. (b) Melalui udara. (c) Melalui makanan/ minuman. (d) Melalui vector.5. Keadaan PenderitaSuatu penyebab terjadinya penyakit sangat tergantug pada kondisi tubuh / imunitas seseorang. Makin lemahnya seseorang maka sangat mudah menderita penyakit. Kondisi ini terdiri dari: (a) Keadaan umum. (b) Kekebalan. (c) Status gizi. (d) Keturunan6. Cara keluar dan cara masuk sumberSuatu sumber atau kuman penyebab penyakit dapat menyerang seseorang melalui beberapa cara yaitu: (a) Mukosa/ kulit. (b) Saluran Pencernaan. (c) Saluran Pernapasan. (d) Saluran Urogenitalia. (e) Gigitan suntikan, luka. (f) Plasenta7. Interaksi Penyakit Dengan PenderitaKuman atau penyakit yang telah berhasil masuk ke dalam tubuh tidak bisa langsung bereaksi akan tetapi didalam tubuh sendiri terjadi suatu reaksi perlindungan yang terdiri dari: Infektivitas, kemampuan unsur penyebab / agent untuk masuk dan berkembang biak serta menghasilkan infeksi dalam tubuh pejamu. Patogenesis, kemampuan untuk menghasilkan penyakit dengan segala klinis yang jelas. Virulensi, nilai proporsi penderita dengan gejala klinis yang jelas terhadap seluruh penderita dengan gejala klinis jelas. Imunogenisitas, suatu kemampuan menghasilkan kekabalan / imunitas8. Mekanisme Patogenesis (a) Inuasi jaringan secara langsung. (b) Produk toksin. (c) Rangsangan imunologis/ reaksi alergi yang menyebabkan kerusakan pada tubuh pejamu. (d) Infeksi yang menetap (infeksi paten). (e) Merangsang kerentanan penjamu terhadap obat dalam menetralinsa toksisitas. (f) Ketidakmampuan membentuk daya tangan.9. Bentuk Pembawa Kuman (Carrier)Melihat perjalanan penyakit pada penjamu, dapat dibagi atas beberapa jenis yaitu: (a) Healthy carrier (inapparent). (b) Incubatory carrier(masa tunas). (c) Convalescent carrier (baru sumber klinis). (d) Chronis carrier (menahun)10. ReservoirManusia dalam kedudukannya sebagai reservoir penyalur menular di bagi dalam 3 kategori utama yaitu: (a) Reservoir yang umumnya selalu muncul sebagai penderita. (b) Reservoir yang dapat sebagai penderita maupun sebagai carrier. (c) Reservoir yang umumnya selalu bersifat penderita akan tetapi dapat menularkan langsung penyakitnya ke penderita potensial lainnya, tetapi harus melalui perantara hidup.

Riwayat Alamiah PenyakitRiwayat alamiah penyakit (Natural History Of Disease) merupakan proses perkembangan suatu penyakit tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan terencana. Riwayat alamiah penyakit ini dibagi atas beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap Pre Patogenesis (Stage Of Susceptibility)Tahapan dimana terjadi interaksi antara host, bibit penyakit dan lingkungan. Interaksi di luar tubuh manusia. Pada keadaan ini penyakit belum teridentifikasi karena sistem imun masih kuat sehingga kondisi nya dinyatakan sehat.2. Tahap Inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease)Tahap inkubasi merupakan tahapan masuknya bibit penyakit sampai sesaat sebelum timbulnya gejala. Pada tahap ini yang terjadi meliputi: Daya tahan tubuh tidak kuat, penyakit berjalan terus Terjadi gangguan pada bentuk fungsi tubuh Penyakit makin bertambah hebat dan timbul gejala3. Tahap Penyakit Dini (Stage Of Clinical Disease)Pada tahap ini sudah muncul gejala penyakit, sudah merasa sakit, namun masih ringan penderita masih bisa melakukan aktivitas sehari-hati. Perawatannya cukup dengan obat jalan dan hindari penularan terhadap orang lain.4. Tahap Penyakit Lanjut(Stage Of Continue Disease)Pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak dapat melakukan pekerjaan dan jika berobat telah memerlukan perawatan.5. Tahap Akhir Penyakit (Stage Of Final Disease)Pada tahap ini perjalanan penyakit akan berhenti dengan beberapa keadaan, yaitu: Sembuh sempurna, penderita dikatakan sempurna apabila keadaannya kembali seperti sebelum sakit. Sembuh dengan cacat, penderita sembuh tetapi tidak sempurna karena meninggalkan kecacatan baik fisik, sosial dan fungsional. Karier, Penderita seolah-olah telah sembut dan gejalanya hilang/tidak tampak tetapi didalam tubuh penderita terdapat bibit penyakit. Kronis, penyakit penderita berhenti, gejala penyakit tidak berubah dan tidak bertambah berat. Meninggal dunia, penyakitnya berhenti dengan penderita meninggal dunia. Hal ini tidak diharapkan dalam perjalanan penyakit.

Riwayat alamiah penyakit ini juga bermanfaat dalam beberapa hal yaitu: 1. Diagnostik, merupakan masa inkubasi penyakit dan masa penentuan jenis penyakit.2. Pencegahan, mengetahui perjalanan penyakit mulai dari awal hingga terjangkitnya sehingga bisa mendapatkan solusi yang tepat untuk menghentikan penyebarannya.3. Terapi, dengan mengetahui setiap fase dengan baik maka terapi yang diberikan akan berjalan dengan baik pula.

Konsep Pencegahan PenyakitPencegahan penyakit merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit yang mencakup semua kalangan. Dalam melakukan pencegahan penyakit ini dibagi atas beberapa tingkatan, yaitu:1. Pencegahan primordialUsaha yang dilakukan untuk menghindari terjadinya faktor resiko, serta diperlukannya keterlibatan instansi-instansi terkait sehingga cepat terlaksana. Contohnya pelarangan Ilegalloging.2. Pencegahan primerUsaha yang dilakukan pada tahap prepatogenesis sehingga derajat kesehatan dapat ditingkatkan pada jenis penyakit tertentu. Usaha yang dilakukan berupa: Health promotionBerupa peningkatan derajat kesehatan individu secara optimal, mengurangi faktor resiko dan memodifikasi lingkungan Specific protectionPencegahan ini ditujukan kepada host (manusia) dan penyebab untuk meningkatkan daya tahan tubuh.3. Pencegahan sekunderUsaha yang dilakukan pada saat sakit dengan diangosis dini serta pengobatan yang cepat dan tepat.4. Pencegahan tersierUsaha yang dilakukan untuk mencegah kecacatan atau kematian, mencegah terulangnya penyakit serta melakukan proses rehabilitasi fisik, sosial serta psikologi.

POSYANDUPengertian Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga. berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkat mutu manusia masa yang akan datang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi yaitu : 1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita. 2. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk membina tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh. 3. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara. Intervensi 1 dan 2 dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan sedikit bantuan dan pengarahan dari petugas penyelenggara dan pengembangan Posyandu merupakan strategi yang tepat untuk intervensi ini. Intervensi ke 3 perlu dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek Poleksosbud.Tujuan penyelenggaran Posyandu1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil, melahirkan dan nifas) 2. Membudayakan NKKBS. 3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera. 4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera. Kegiatan Pokok Posyandu1. KIA 2. KB 3. lmunisasi. 4. Gizi. 5. Penggulangan DiarePembentukan Posyandua. Langkah langkah pembentukan : 1. Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan. 2. Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah bimbingan teknis unsur kesehatan dan KB . 3. Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas diri, sarana dan prasarana posyandu, biaya posyandu 4. Pemilihan kader Posyandu. 5. Pelatihan kader Posyandu. 6. Pembinaan. b. Kriteria pembentukan Posyandu. Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai sedangkan satu Posyandu melayani 100 balita.c. Kriteria kader Posyandu : 1. Dapat membaca dan menulis. 2. Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan. 3. Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat. 4. Mempunyai waktu yang cukup. 5. Bertempat tinggal di wilayah Posyandu. 6. Berpenampilan ramah dan simpatik.7. Diterima masyarakat setempatPelaksanaan kegiatan PosyanduPosyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB. Pada hari buka Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 (lima) meja yaitu : 1. Meja I : Pendaftaran. 2. Meja II : Penimbangan 3. Meja III : Pengisian KMS 4. Meja IV: Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS. 5. Meja V : Pelayanan KB dan Kesehatan:a. Imunisasib. Pemberian vitamin A dosis tinggi berupa obat tetes mulut setiap Februari dan Agustusc. Pemberian pil atau kondomd. Pengobatan ringane. Konsultasi KB-KesSasaran Posyandu yaitu, bayi/balita, ibu hamil/ibu menyusui dan WUS dan PUS. Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi : 1. Kesehatan ibu dan anak : a. Pemberian pil tambah darah (ibu hamil) b. Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februarii dan Agustus) c. PMT (Pemberian Makanan Tambahan)d. lmunisasi. e. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan. 2. Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom. 3. Pemberian Oralit dan pengobatan. 4. Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS balita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN S: Semua baita diwilayah kerja Posyandu. K: Semua balita yang memiliki KMS. D: Balita yang ditimbangN: Balita yang naik berat badannya

Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh Kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan para medis (Jurim, Bindes, Perawat dan Petugas KB) Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpunan melalui kegiatan dana sehat.

PUSKESMASPengertian Puskesmas yang akan diketengahkan di sini menunjukkan adanya perubahan yang disesuaikkan dengan perkembangan dan tuntutan pelayanan kesehatan dewasa ini, diantaranya adalah: S.K.N ( 1969 )Puskesmas ialah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha kesehatan pokok. dr. Azrul Azwar, MPH ( 1980 )Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Departemen Kesehatan RI ( 1981 )Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) adalah suatu kesatuan organisasi Kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha kesehatan pokok. Awal PELITA IV ( Tahun 1984 ) :Pukesmas ialah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeruluh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok Departemen Kesehatan RI ( 1987 )1. Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.2. Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang secara profesional melakukan melakukan upaya pelayanan kesehatan pokok yang menggunakan peran serta masyarakat secara aktif untuk dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.Kegiatan pokok puskesmasUntuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh (comprehensive health care services) kepada seluruh masyarakat di wilayah kerjanya, Puskesmas menjalankan beberapa usaha pokok ( basic health care services ).Kegiatan-kegiatan pokok Puskesmas yang diselenggarakan oleh Puskesmas sejak berdirinya semakin berkembang, mulai dari 7 usaha pokok kesehatan, 12 usaha pokok kesehatan, 13 usaha pokok kesehatan dan sekarang meningkat menjadi 18 usaha pokok kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh Puskesmas sesuai dengan kemampuan yang ada dari tiap-tiap Puskesmas baik dari segi tenaga, fasilitas dan biaya atau anggaran yang tersedia.Berdasarkan Buku Pedoman Kerja Puskesmas yang terbaru ada 18 usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh Puskesmas, itupun sangat tergantung kepada faktor tenaga, sarana dan prasarana serta biaya yang tersedia berikut kemampuan managemen dari tiap-tiap Puskesmas.Semua kegiatan program pokok yang dilaksanakan di Puskesmas dikembangkan berdasarkan program pokok pelayanan kesehatan dasar ( basic health care services ) seperti yang dianjurkan oleh badan kesehatan dunia ( WHO ) yang dikenal dengan Basic Seven WHO.

Basic seven Puskesmas1. MCHC ( Maternal and Child Health Care )2. MC ( Medical care )3. ES ( Environmental Sanitation )4. HE ( Health Education ) untuk kelompok-kelompok masyarakat5. Simple Laboratory ( Lab. Sederhana )6. CDC ( Communicable Disease Control )7. Simple Statistic ( recording/ reporting atau pencatatan dan pelaporan ).Dari ke 18 program pokok Puskesmas, basic seven WHO harus lebih diprioritaskan untuk dikembangkan sesuai dengan prioritas masalah kesehatan utama yang berkembang di wilayah kerjanya, kemampuan sumber daya manusia (staf) yang dimiliki oleh Puskesmas, dukungan sarana/ prasarana yang tersedia di Puskesmas, dan peran serta masyarakat.Program-program Puskesmas1. Upaya kesehatan ibu dan anakTujuan untuk mengurangi kematian dan kesakitan ibu, bayi dan anak. Dengan cara pemeliharaan kesehatan ibu hamil, waktu bersalin dan sesudahnya dan meningkatkan kesehatan anak-anak melalui gizi dan pencegahan terhadap penyakit menular, dan meningkatkan kesehatan keluarga melalui perencanaan jumlah anak dan mejarangkan kehamilan. Kegiatan yang dilakukan mengamati perkembangan dan pertumbuhan balita, memberi nasihat-nasihat dibidang gizi, memberi pelayanan dalam usaha KB, dan mengadakan pengawasan terhadap dukun bayi.2. Upaya keluarga berencanaTujuan untuk meningkatkan kesehatan keluarga melalui NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan mencapai taraf hidup yang baik dengan jalan mengurangi angka kelahiran. Kegiatan yang dilakukan mengadakan kursus KB, memberikan sarana pencegahan kehamilan, dan mengamati mereka yang menggunakan alat-alat kontrasepsi tersebut.3. Usaha peningkatan giziTujuan untuk meningkatkan taraf gizi masyarakat. Kegiatan yang dilakukan memberikan penyuluhan gizi dan melaksanakan program perbaikan gizi yaitu UPGK (Upaya Perbaikan Gizi Keluarga).4. Upaya kesehatan lingkunganTujuan untuk merubah, menanggulangi, menghilangkan faktor-fatkor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan penduduk. Kegiatan yang dilakukan penyediaan air bersih, penyuluhan, pangadaan sarana pembuangan air kotor dan jamban keluarga, pembuangan sampah, dan pengawasan terhadap perusahaan makanan dan minuman serta tempat-tempat penjualan makanan.5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2M)Tujuan untuk mengurangi insidens penyakit menular sampai tingkat serendah-rendahnya dan mencegah dan membatasi wabah penyakit. Kegiatan:a. Malaria: Mencari penderita atau tersangka penderita secara pasif termasuk memeriksa sediaan apus darah dan melakukan pengobatanb. Kholera: Melaksanakan pemeliharaan kesehatan dengan memberi rehidrasi, obat dan perawatanc. TBC: Memberikan vaksinasi BCG dan mencari penderita secara pasif termasuk pemeriksaan sputum / dahakd. Kusta: Pencarian penderita pasif dan aktif, pencarian aktif meliputi para kontak person, dan pemeriksaan anak-anak sekolahe. Framboesia dan Patek: Pencarian aktif dan pasif serta pengobatanf. Penyakit Kelamin: Penemuan aktif dan pasifg. Penyakit Rabies: Pemeriksaan laporan binatang yang mencurigakan, pengiriman binatang ke dinas kehewanan, dan pengiriman penderita ke poliklinikh. Surveillance epidemiology ( pengamatan ): mengetahui sedini mungkin adanya kenaikan peristiwa kesakitan yang mungkin merupakan petanda wabah dan pengamatan terhadap kasus kejadian luar biasa ( KLB ) seperti DHF, muntaber, dll.6. Upaya pengobatanTujuan untuk membuat diagnosa dini, memberi pengobatan, meringankan penderitaan. Kegiatan yang dilakukan memberi pengobatan, perawatan kepada penderita berobat jalan, memberi pelayanan rawat tinggal dan melakukan pelayanan rujukan (referral system).7. Upaya penyuluhan kesehatanTujuan untuk menimbulkan kesadaran penduduk akan nilai nilai kesehatan melalui perubahan perilaku. Kegiatan yang dilakukan karena kegiatan penyuluhan merupakan bagian dari tiap program Puskesmas, maka tidak ada program penyuluhan kesehatan yang berdiri sendiri.8. Upaya Kesehatan Sekolah / Kesehatan Gigi SekolahTujuan untuk mencapai pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, tingkat gizi yang cukup, lingkungan sekolah yang sehat, dan kebiasaan hidup sehat. Kegiatan yang dilakukan membuat lingkungan hidup sekolah yang sehat, melaksanakan penyuluhan kesehatan, dan melakukan pelayanan kesehatan / kesehatan gigi di sekolah.

9. Upaya kesehatan olah ragaTujuan untuk pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, pengobatan dengan latihan dan rehabilitasi, dan pengobatan akibat cedera latihan. Kegiatan yang dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala dan penentuan takaran latihan.10. Upaya Perawatan Kesehatan MasyarakatTujuan untuk melaksanakan pembinaan keluarga & kelompok kelompok khusus seperti panti asuhan & panti wredha ( jompo ) dan memberikan pelayanan perawatan paripurna. Kegiatan (sesuai dengan tujuan, maka kegiatan PKM dititikberatkan pada : keluarga dan kelompok khusus.11. Upaya Peningkatan Kesehatan KerjaUpaya kesehatan kerja merupakan usaha yang terutama ditujukan pada masyarakat pekerja infromal dalam rangka upaya pencegahan & pemberantasan penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan & lingkungan kerja. Tujuan untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan produktivitas kerja. Sasarannya tenaga kerja yang mempunyai dampak besar dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, tapi kurang memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, misal : petani, nelayan, penyelam mutiara, perajin industri kecil / industri tumah tangga, pekerja bangunan, kaki lima, pekerja wanita khususnya usia muda, dll.12. Upaya Kesehatan Gigi & Mulut MasyarakatTujuan untuk mencapai tingkat kesehatan gigi masyarakat setinggi tingginya dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan gigi & mulut. Kegiatan yang dilakukan merencanakan, melaksanakan & menilai program kesehatan gigi, dan memberikan perawatan gigi secara teratur kepada anak sekolah, ibu hamil yang dikirimkan oleh bagian KIA.13. Upaya Kesehatan JiwaTujuan untuk mencapai tingkat kesehatan jiwa setinggi tingginya dalam masyarakat. Kegiatan yang dolakukan mengenali penderita yang memerlukan bantuan psychiatric, memberikan pertolongan psychiatrik pertama, merencanakan pengobatannya, mengurus pengirimannya (bila perlu), memberikan penyuluhan kesehatan tentang kesehatan jiwa, dan perawatan lanjut bagi penderita yang telah dinyatakan sembuh.

14. Upaya kesehatan mataTujuan untuk meningkatkan kesehatan mata, mencegah kesehatan dasar yang terpadu dengan kegiatan pokok lainnya, meningkatkan peran serta masyarakat dalam bentuk penyuluhan kesehatan serta menciptakan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan mata mereka, dan pengembangan kesehatan mata masyarakat. Kegiatan yang dilakukan mengupayakan kesehatan mata dengan anamnesa, pemeriksaan visus dan mata luar, tes buta warna, tes tekanan bola mata, tes saluran air mata, tes lapang pandang, funduskopi dan pemeriksaan laboratorium.15. LaboratoriumTujuan untuk memberikan pelayanan laboratorium yang effisien sebagai bagian yang menunjang pemberantasan penyakit menular, penyelidikan epidemiologi & pembinaan kesehatan. Kegiatan yang dilakukan: Di ruangan laboratorium: Penerimaan pasien, pengambilan specimen, penanganan specimen, pelaksanaan pemeriksaan, penanganan sisa specimen, pencatatan, pengecekan dan penyampaian hasil spesimen Terhadap spesimen yang akan dirujuk: Pengambilan specimen, penanganan specimen, pengemasan specimen, pengiriman sediaan dalam rangka system rujukan, pengambilan, pencatatan dan penyampaian hasil pemeriksaan Di ruang klinik dilakukan oleh perawat atau bidan, meliputi: Persiapan pasien, pengambilan specimen, dan menyerahkan spesimen untuk diperiksa Di luar gedung, meliputi: Melakukan tes skrening Hb, pengambilan spesimen untuk kemudian dikirim ke laboratorium Puskesmas, dan memberikan penyuluhan16. Upaya pencatatan dan pelaporan Dilakukan oleh semua Puskesmas ( pembina, pembantu dan keliling ) Pencatatan dan pelaporan mencakup: Data umum dan demografi wilayah kerja Puskesmas, data ketenagaan di Puskesmas, Data sarana yang dimiliki Puskesmas, dan Data kegiatan pokok Puskesmas yang dilakukan baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas Laporan dilakukan secara periodik ( bulan, triwulan enam bulan dan tahunan )17. Upaya Kesehatan Usia LanjutYaitu upaya kesehatan paripurna di bidang kesehatan para usia lanjut yang dilaksanakan dari tingkat Puskesmas. Yang termasuk pasien geriartri ialah Pasien dengan usia 55 70 tahun yang mengalami lebih dari satu kondisi patologik dan pasien dengan usia lebih dari 70 tahun, walaupun dengan hanya satu kondisi. Upaya kesehatan paripurna bagi usia lanjut meliputi pencegahan, pengobatanm peningkatan dan pemulihan. Kegiatan upaya kesehatan usia lanjut di Puskesmas secara khusus ialah penyuluhan, deteksi & diagnosa dini, proteksi & tindakan khusus, pemulihan. Tujuan umum untuk meningkatkan derajat kesehatan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia & berdaya guna dalam kehidupan keluarga & masyarakat dalam mencapai mutu kehidupan usia lanjut yang optimal. Tujuan khusus untuk meningkatkan kemampuan & partisipasi masyarakat dalam menghayati & mengatasi masalah kesehatan usia lanjut secara optimal, meningkatkan kesadaran usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya, meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut, dan meningkatkan jenis & mutu pelayanan kesehatan usia lanjut. Sasaran langsung kelompok usia 45 54 tahun (menjelang lansia), kelompok usia 55 64 tahun (masa parsenium), kelompok usia > / 65 tahun ( masa senescens ) & kelompok usia lanjut dengan resti [resiko tinggi], yaitu umur 70 tahun keatas, hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat, cacat & lain lain. Sasaran tidak langsung keluarga dimana usia lanjut berada, organisasi sosial yang berkaitan dengan pembinaan usia lanjut, institusi pelayanan kesehatan & non kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan dasar & pelayanan rujukan, dan masyarakat luas.Kegiatan :a. Pelayanan kesehatan usia lanjut :1. peningkatan : melalui penyuluhan tentang kesehatan & pemeliharaan kebersihan diri, menu makanan dengan gizi seimbang & kesegaran jasmani2. upaya pencegahan : melalui pemeriksaan berkala, senam, penyuluhan tentang alat bantu3. upaya pengobatan : pelayanan kesehatan dasar pelayanan kesehatan spesialistik melalui rujukan4. upaya pemulihan : fisioterapi mengembalikan percaya dirib. Peningkatan peran serta masyarakatc. Pencatatan & pelaporan18. Upaya pembinaan pengobatan tradisionala. Melestarikan bahan-bahan tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisionalb. Melakukan pembinaan terhadap cara-cara pengobatan tradisionalISPA

Rata-rata setiap bayi dan anak akan mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) 3-6 kali dalam setahun. Kasus ISPA merupakan bagian besar dari mereka yang datang berobat di Puskesmas. Di Perkotaan angka kesakitan ISPA cenderung lebih banyak dibandingkan di pedesaan. Penyakit infeksi saluran pernapasan meliputi : hidung, telinga, tenggorokan, trachea, bronchus dan paru.Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek disertai atau tanpa disertai demam dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika. Namun sebagian akan menderita radang paru (pneumonia). Bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotika dapat menyebabkan kematian.Searah dengan kebijaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Saluran Pernafasan Akut (P2ISPA) maka infeksi saluran pernafasan akut yang akan ditanggulangi ialah penyakit pneumonia (radang paru). ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) meliputi penyakit yang menyerang saluran pernafasan terutama paru termasuk penyakit tenggorokan dan telinga.Klasifikasi ISPA ISPA BERAT (pneumonia berat) ditandai oleh adanya tarikan dada bagian bawah ke dalam pada waktu inspirasi. ISPA SEDANG (pneumonia) bila frekuensi pernapasan menjadi cepat Umur kurang 1 tahun: 50 kali/menit atau lebih Umur 1-4 tahun: 40 kali/menit atau lebih ISPA RINGAN (bukan pneumonia) ditandai dengan batuk pilek tanpa nafas cepat, tanpa tarikan dada bagian bawah ke dalam.Khusus untuk bayi dibawah 2 bulan hanya dikenal ISPA BERAT dan ISPA RINGAN ( tidak ada ISPA SEDANG). Batasan ISPA BERAT untuk bayi kurang dari 2 bulan ialah frekwensi nafasnya cepat (60 kali/menit atau lebih) atau adanya tarikan dinding dada yang kuat.

Tujuan Umum: menurunkan angka kesakitan dan kematian balita akibat penyakit ISPA Khusus :1. Petugas mampu menemukan penderita ISPA, terutama ISPA SEDANG (pneumonia) dan ISPA BERAT (pneumonia berat).2. Petugas mampu melakukan penatalaksanaan penderita termasuk rujukannya.3. Petugas mampu melakukan penyuluhan dan penggerakan partisipasi masyarakat.4. Petugas mampu melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan.Kegiatan1. Penemuan penderitaPenemuan penderita dilaksanakan oleh petugas kesehatan baik di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu, Kader kesehatan dan masyarakat. 2. Pengelolaan penderitaPengelolaan penderita dilakukan melalui pemeriksaan penderita (anamnesa, periksa pandang dan menghitung frekwensi nafas per menit), yang diikuti dengan pemberian obat-obatan. Sesuai dengan pedoman maka petugas Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu hanya memberikan pengobatan ISPA RINGAN dan ISPA SEDANG. Untuk kasus-kasus ISPA BERAT mereka harus merujuk ke Rumah Sakit. Pengobatan ISPA BERAT (pneumonia berat) dilakukan dengan cara rawat tinggal di Rumah Sakit. ISPA SEDANG diobati dengan obat Kotrimoksasol. ISPA RINGAN tanpa pemberian obat antibiotika, bila demam diberi paracetamol, jika ada batuk dapat digunakan obat batuk yang tidak berbahaya (misal OBH atau obat batuk tradisional).3. Penyuluhan dan penggerakan partisipasi masyarakatPenyuluhan diarahkan pada pesan yang isinya bahwa : Batuk pilek biasa dapat diatasi sendiri tidak perlu dibawa ke Puskesmas. Penanganan demam, baik dengan obat (Parasetamol) maupun kompres dingin. Cara membersihkan hidung yang pilek. Kebersihan di dalam rumah, terutama terhadap debu dan asap. Pemberian ASI/ makan diusahakan tetap diteruskan seperti biasa dan beri anak minum yang lebih banyakTUBERKULOSIS

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang bersifat menahun, oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyerang paru-paru.

Ciri Khas Tingkat permulaan tuberkulosis paru-paru biasanya hanya dapat ditemukan melalui pemeriksaan tubekculine test (hal yang penting bagi anak di bawah 5 tahun) dan rontgen. Pada tingkat lebih lanjut akan dapat diketemukan pula Mycobacterium tuberkulosis dalam dahak, disamping gejala-gejala klinis seperti batuk, terkadang dengan darah dalam dahak, sesak nafas, nyeri dalam dada, demam, berat badan menurun dan sebagainya. Dalam keadaan demikian penderita harus dianggap sebagai penderita tuberkulosis yang mengandung basil tuberkulosis (basil tahan asam) dalam dahaknya dan dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain yang sehat dan menyebabkan persoalan dalam masyarakat. Makanya, penderita dengan batuk, batuk berdahak, yang lamanya lebih dari dua minggu, dahaknya harus diperiksa. Dugalah dia sebagai penderita tuberkulosis. Tuberkulosis paru-paru lebih cepat mengganas pada bayi dan anak kecil. Karena mereka biasanya tidak dapat mengeluarkan dahak, adalah lebih balk apabila pada mereka diadakan pemeriksaan cucian lam bung.

TujuanTujuan pemberantasan tuberkulosis paru-paru adalah mengurangi kesakitan tuberkulosis paru serendah mungkin dan mencegah penyebaran penyakit dengan BTA positif.

KegiatanPengamatan Epidemiologi dan Tindakan pemberantasan. Penderita tuberkulosis paru yang ditemukan baik pada kunjungan dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan ketentuan pencatatan dan pelaporan Puskesmas yang berlaku. Setiap penderita tersangka tuberkulosis paru yang berumur 15 tahun ke atas harus diperiksa dahaknya sebanyak tiga kali berturut-turut dalam seminggu. Bila dalam pemeriksaan tiga kali berturut-turut dalam seminggu tidak ditemukan BTA, penderita tersangka itu harus selalu berada dalam pengawasan dan dianjurkan kembali sebulan kemudian untuk pemeriksaan dahak lagi. Bila dalam dahaknya ditemukan basil tahan asam (BTA), berikanlah penjelasan tentang pengobatan yang harus dijalaninya. Penjelasan yang harus diberikan itu mencakup: Tata cara minum obat Lama pengobatan. Pertu berobat secara tekun dan teratur tanpa terputus untuk kesembuhan penderita sendiri. Bahwa berobat tidak teratur akan membahayakan dirinya sendiri dan juga akan menyebarkan penyakit kepada keluarganya, para penghuni serumah dan mereka yang sering berhubungan dengan dia. Efek sampingan obat yang mungkin akan dialami oleh penderita selama minum obat anti TB (OAT). Susunlah jadwal minum obat anti TB bersama-sama dengan penderita dan pengawas pengobatan (salah seorang keluarga penderita) yang telah disepakati bersama, baik jadwal minum obat setiap hari untuk bulan pertama maupun jadwal minum obat dua kali seminggu untuk bulan kedua sampai dengan bulan keenam. Obat anti TB yang digunakan dalam program pemberantasan TB paru merupakan kombinasi beberapa obat yang diberikan selama 6 bulan (26 minggu) dan dikenal sebagai paduan obat jangka pendek. Pemberian Rifampisin akan menyebabkan air liur, air mata dan air kencing penderita menjadi berwarna kemerahan. Bila penderita mengeluh mual, pusing dan muntah sesudah minum paduan obat jangka pendek dapat ditempuh beberapa cara berikut untuk mengatasinya (lakukan urutan pertama lebih dahulu, bila masih terdapat keluhan lakukan urutan kedua, dan seterusnya): Minum obat pada malam hari sebelum tidur = Minum obat sesudah makan Dosis obat dibagi dua, diberikan setengah dosis pada pagi hari dan setengah dosis lagi pada malam hari. Ingat: semua obat dibagi dua dosisnya. Paduan obat jangka pendek boleh diberikan jangka wanita hamil atau wanita yang sedang menyusui. Bagi wanita yang sedang mendapat pengobatan jangka pendek agar tidak menggunakan pil atau suntikan maupun susuk KB, karena keampuhan pil/suntikan/susuk KB tersebut akan berkurang. Untuk itu dianjurkan agar menggunakan metode KB yang lain. Pengobatan harus segera dihentikan bila diketahui bahwa penderita mengalami gangguan iungsi hatj yang dapat diketahui dengan munculnya ikterus (kulit, selaput mata berwarna kuning), atau bila penderita wanita hamil dalam masa pengobatan. Semua data penderita dicatat secara lengkap dalam kartu-kartu dan buku-buku pencatatan yang tersedia guna memantau dan pengendalian penderita agar tidak terjadi putus berobat (dropout). Berikanlah petunjuk kepada penderita untuk mencegah penyebaran penyakit dengan : Menutup mulutnya sewaktu batuk atau bersin. Menggunakan wadah yang tertutup dan diisi dengan larutan lysol guna dahak yang ia keluarkan, atau apabila dalam keadaan yang tidak memungkinkan hendaknya me-ngeluarkan dahaknya di tempat yang langsung menerima sinar matahari. Menjaga rumah selalu terbuka untuk peredaran hawa yang baik dan masuknya sinar matahari di siang hari. Tidur di kamar tersendiri bila mungkin, dan apabila tidak mungkin terpisah dari lain-lain anggauta keluarga. Penderita yang berobat secara tertib terus-menerus mengikuti petunjuk, dahaknya harus diulangi pemeriksaannya sebagai berikut: Penderita yang mendapat Streptomycin serta I.N.H.: Ulangan pemeriksaan dahak diadakan pada bulan ke-6, ke-9, dan ke-12 sesudah pengobatan dimulai. Teruskanlah pengobatan sampai dahaknya tetap negatif selama satu tahun. Penderita yang hanya menerima I.N.H. saja: Ulangan pemeriksaaji dahak diadakan pada bulan ke-6, ke-9, ke-12 dan ke-18 sesudah pengobatan dimulai. Teruskanlah pengobatan sampai dahaknya tetap negatif selama satu tahun. Kirimkanlah semua penderita yang dahaknya belum negatif pada akhir jadwal tersebut di atas (12 bulan atau 18 bulan) ke pusat pengobatan tuberkulosis (BP4). Periksalah semua orang penghuni serumah-dengan-penderita, para tetangga yang dekat dan para kontak yang dekat, akan kemungkinan adanya tuberkulosis. Siapa saja yang mempunyai gejala tuberkulosis harus diperiksa dahaknya, dan jika dahaknya mengandung basil tuberkulosis harus diobati sebagai penderita. Berikan vaksinasi BCG kepada semua penghuni serumah dan kontak yang dekat di bawah umur 15 tahun, jika mereka tidak menunjukkan bekas vaksinasi BCG baru dan tidak menunjukkan gejala tuberkulosis. Anak-anak (yang tidak mempunyai bekas vaksinasi BCG) atau penderita di bawah umur 5 tahun harus mendapatkan test Mantoux (lihattata-kerja di bawah), dan apabila terdapat positif (jarak tengah 10 mm atau lebih) harus diobati.Penyuluhan Kesehatana. Peranan penyuluhan kesehatan harus dimengerti dan dipahami secara mendalam oleh petugas kesehatan, karena upaya ini berhubungan dengan perilaku manusia/masyarakat.b. Kegiatan penyuluhan dalam program pemberantasan tuberkulosis paru dilakukan oleh petugas kesehatan baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas.c. Sasaran penyuluhan adalah penderita tuberkulosis paru, keluarga penderita serta masyarakat.d. Penyuluhan kepada penderita bertujuan meningkatnya kegiatan pengendalian penderita sehingga angka putus berobat kurang dari 10%.e. Penyuluhan kepada penderita dilakukan oleh petugas kesehatan pada setiap kesempatan yang ada, misalnya pada waktu pemberian obat, pada waktu pemeriksaan dahak, pada waktu kunjungan rumah atau kegiatan tain yang berhubungan dengan penderita. Rujukan PenderitaIndikasi rujukan:1. Penderita yang dalam pemeriksaan dahak berkala telah menunjukkan terjadinya konvesi namun keluhan tetap ada dan keadaan umum semakin berat.2. Penderita yang mengalami kegagalan pengobatan disertai dengan kekebalan kuman terhadap salah satu atau beberapa obat anti tuberkulosis yang pernah dipakai.3. Penderita tidak tahan terhadap obat (drug intolerance)Vaksinasi BCGSasarana. Anak-anak : 3 -14 tahunb. Anak-anak : 6 - 7 tahun (usia masuk sekolah)c. Anak-anak : 13-14 tahun (usia keluar SD).Tindakan pengamanan: Janganlah memberi obat anti tuberkulosis kepada anak yang baru saja divaksinasi BCG (selama 3 bulan). Catatlah dalam Kartu Kesehatan Anak.

DIAREDi Indonesia, penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan karena diare serta menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan anak balita. Sebagian besar (76%) kematian karena diare terjadi pada balita. Sebesar 15,5% kematian pada bayi dan 26,4% kematian pada anak balita disebabkan karena penyakit diare murni.Masih tingginya angka kesakitan dan kematian tersebut di atas disebabkan karena kesehatan lingkungan yang masih belum memadai, disamping pengaruh faktor-faktor lainnya seperti keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi keadaan penyakit diare ini.Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari). Menurut banyaknya cairan dan elektrolit dari tubuh, diare berdasarkan derajat dehidrasi dapat dibagi menjadi : Diare tanpa dehidrasi Diare dengan dehidrasi ringan (kehilangan cairan sampai 5% dari berat badan) Diare dengan dehidrasi sedang (kehilangan cairan 6-10% dari berat badan) Diare dengan dehidrasi berat (kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan)Cara penularan Kontaminasi makanan atau air tinja atau muntahan penderita yang mengandung kuman penyebab. Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut atau dipakai untuk memegang makanan.Penyebab diareBeberapa penyebab diare dapat dibagi menjadi :a) Karena peradangan usus oleh :1. Bakteri (misal : Vibrio Cholerae, Shigella, Salmonella, E Coli (ETEC), Bacillus cereus, Clostridium perfingens, Staphylococcus aureus, Campylobacter jejuni)2. Virus ( Rotavirus, Adenovirus, Norwalk + Norwalk like agent)3. Parasit : Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giarta lablia, Balantidium coli, Cryptosporidium). Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides) Jamur (Candida)b) Karena keracunan makanan atau minuman baik yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimiawi.c) Karena kekurangan gizi, yaitu kekurangan energi protein.d) Karena tidak tahan terhadap makanan tertentu, misalnya intoleran pada susu sapi.e) Karena imuno defisiensif) Sebab-sebab lain.

Tujuan1. Umum: menurunkan angka kematian karena diare terutama pada bayi dan anak balita serta menurunkan angka kesakitan diare.2. Khusus : Petugas puskesmas mampu melakukan tatalaksana kasus diare yang tepat dan efektif. Petugas puskesmas mampu melakukan penyuluhan pemberantasan diare. Petugas mampu meningkatkan peran serta aktif masyarakat. Petugas kesehatan mampu melakukan pencatatan dan pelaporan serta monitoring kegiatan pemberantasan diare.KegiatanPrinsip utama tatalaksana diare akut adalah pemberian cairan dan makanan serta pengobatan medikamentosa yang rasional yang hanya diberikan untuk kasus tertentu yang jelas penyebabnya. a) Pemberian cairan1. Cairan rehidrasi oralCairan rehidrasi oral (oralit) diberikan kepada semua penderita diare, kecuali bila oralit tidak ada atau diare baru mulai, cairan rumah tangga misalnya larutan gula garam atau air tajin diberikan untuk mencegah dehidrasi.Pemerintah menyediakan 2 macam kemasan oralit :a. Bungkusan 1 (satu) liter (20% dari persediaan) digunakan untuk Rumah Sakit atau KLB dan diberikan untuk mencegah dehidrasi.b. Bungkusan 200 ml (80% dari persediaan) tersedia sampai ke Posyandu dan dapat diberikan/dibawa pulang oleh masyarakat. Cara melarutkan oralit harus dilarutkan dengan baik agar lebih berhasil guna dan tidak terjadi gejala sampingan.Dosis oralit disesuaikan dengan umur penderita dan keadaan diare atau dehidrasinya. 2. Cairan rehidrasi parenteral (intravena)Terapi cairan intravena diberikan kepada penderita diare dengan dehidrasi berat atau keadaan menurun sangat lemah, muntah-muntah berat sehingga penderita tidak dapat minum sama sekali. Untuk program pemberantasan diare maka dipakai cairan tunggal yaitu ringer laktat.a. Kecepatan cairan Pada neonatusJumlah cairan yang diberikan harus diperhatikan bentuk, rehidrasi initial diberikan dalam waktu 3 jam (2-4 jam). Cairan yang diberikan 20ml/kg berat badan/jam (variasi antara 15-25 ml/kg berat badan/jam) Pada bayi dan anakBila terjadi syok berat, guyur secepatnya sampai syok teratasi selanjutnya 1 jam pertama 30ml/kg berat badan/jam.7 jam berikutnya : 10 ml/kg berat badan/jamPada orang dewasa :Rehidrasi initial :1 jam pertama: 60 ml/kg berat badan/jam2 jam berikutnya: 40 ml/kg berat badan/jamUntuk keperluan di lapangan jumlah cairan rehidrasi initial yang diperlukan adalah 10% dari perkiraan berat badan. Bila penderita sudah dapat minum segera diberikan oralit.b. Pengobatan dietetik Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini-dininya dan disesuaikan dengan kebutuhan. Bagi yang mendapatkan ASI sebelumnya jangan dihentikan. Bagi yang sebelumnya tidak mendapat ASI dapat diteruskan dengan susu formula. Makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan.c. Pengobatan medikamentosaSeperti diuraikan diatas maka pengobatan medikamentosa hanya diberikan bila ada indikasi. Anti diare tidak direkomendasikan. Antibiotika atau antimikroba hanya diberikan kepada penderita cholera, disentri, shigella, amoebiasis, atau antimikroba sesuai dengan ketentuan yang ada.b) Penyuluhan Penyuluhan kepada perorangan dan kelompok masyarakat diarahkan pada penyuluhan hygiene perorangan dan kesehatan lingkungan.1. Tentang gejala diare dan pengobatannya.2. Penggunaan oralit dan cairan rumah tangga misalnya larutan gula garam, air tajin dan kuah sayur.3. Meneruskan makanan / ASI selama dan sesudah diareUntuk pelaksanaan upaya pencegahan maka peran mengenai pencegahan diare yang perlu disebar luaskan adalah : Promosi ASI Perbaikan makanan penyapihan atau makanan pendamping ASI (MPASI) dari segi gizi maupun hygienenya. Penggunaan air bersih, peningkatan hygiene perorangan, penggunaan jamban perbaikan lingkungan. Imunisasi campak.c) Pencatatan dan pelaporanSemua kasus diare yang ditemukan dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan sistem yang sudah ada, melakukan monitoring secara terus menerus melalui kegiatan mini lokakarya.d) Penggerakan partisipasi masyarakatPenggerakan partisipasi masyarakat dilakukan antara lain melalui pendidikan kader tentang pemberantasan diare, sehingga kader mampu melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Melarutkan oralit dan memberikan. Mendeteksi dini, mengobati penderita diare dan melakukan rujukan. Memberikan penyuluhan tentang kesehatan perseorangan dan lingkungan. Penyuluhan tentang penggunaan air bersih.GIZI BURUKGizi buruk suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.Penyebab terjadinya gizi burukOrang akan menderita gizi buruk jika tidak mampu untuk mendapat manfaat dari makanan yang mereka konsumsi, contohnya pada penderita diare, nutrisi berlebih, ataupun karena pola makan yang tidak seimbang sehingga tidak mendapat cukup kalori dan protein untuk pertumbuhan tubuh. Beberapa orang dapat menderita gizi buruk karena mengalami penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu untuk mencerna ataupun menyerap makanan secara sempurna. Contohnya pada penderita penyakit seliak yang mengalami gangguan pada saluran pencernaan yang dipicu oleh sejenis protein yang banyak terdapat pada tepung yaitu gluten. Penyakit seliak ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi sehingga terjadi defisiensi. Kemudian ada juga penyakit cystic fibrosis yang mempengaruhi pankreas, yang fungsinya adalah untuk memproduksi enzim yang dibutuhkan untuk mencerna makanan. Demikian juga penderita intoleransi laktosa yang susah untuk mencerna susu dan produk olahannya.Penyebab secara langsung antara lain: penyapihan yang terlalu dini, kurangnya sumber energi dan protein dalam makanan TBC, anak yang asupan gizinya terganggu karena penyakit bawaan seperti jantung atau metabolisme lainnya, pola makan yang tidak seimbang kandungan nutrisinya, terdapat masalah pada sistem pencernaan, dan adanya kondisi medis tertentu.Penyebab secara tidak langsung antara lain: daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah, lingkungan rumah yang kurang baik, pengetahuan gizi kurang, dan perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang.Gejala umum dari gizi buruk antara lain: kelelahan dan kekurangan energy, pusing, sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi), kulit yang kering dan bersisik, gusi bengkak dan berdarah, gigi yang membusuk, sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat, berat badan kurang, pertumbuhan yang lambat, kelemahan pada otot, perut kembung, tulang yang mudah patah, terdapat masalah pada fungsi organ tubuhDampak gizi buruk pada anak terutama balita antara lain: pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat, kekurangan Vitamin A dapat menyebabkan rabun senja, daya tahan tubuh lemah, mudah terkena penyakit ispa, diare, zat antibody tidak sempurna, jika terinfeksi sukar sembuh serta mudah berkomplikasi, rentan terhadap penyakit TBC, dan bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.

DAFTAR PUSTAKA1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.2. Aswar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan . Jakarta: Binaputra Aksara.3. Sutisna Sulaeman, Endang. 2009. Manajemen Kesehatan. Teori dan Praktik di Puskesmas. Surakarta: UNS4. Leavel dan Clark. 1965. Prevention Medicine for The Doctor in His Community. London: Mc Graw Hill5. Biro Perencanaan Departemen Kesehatan RI dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2002. Perencanaan dan Penganggaran Terpadu (Integrated Health Planning and Budgetting), Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan (Modul 05). Jakarta: Depkes RI.6. Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC7. Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta8. Corwin EJ. 2007. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC9. Isselbacher KJ. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam vol 1. Edisi ke-13. Jakarta: Buku Kedokteran EGC