profil levelling.docx

16
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY DAN PEMETAAN “Profile Leveling” Dosen Pembimbing : Ir. Sucipto, MT Kelompok 2 : 1. Ma’rifah (B42120132) 2. Asrorin Safira Zata Lini (B42120143) 3. Erma Damawiyah (B42120184) 4. Yopi Prayoga (B42120186) 5. Linda Maharo (B42120210) 6. Silfia Juliana I.K (B42120211)

Transcript of profil levelling.docx

Page 1: profil levelling.docx

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY DAN PEMETAAN

“Profile Leveling”

Dosen Pembimbing :

Ir. Sucipto, MT

Kelompok 2 :

1. Ma’rifah (B42120132)

2. Asrorin Safira Zata Lini (B42120143)

3. Erma Damawiyah (B42120184)

4. Yopi Prayoga (B42120186)

5. Linda Maharo (B42120210)

6. Silfia Juliana I.K (B42120211)

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2014

Page 2: profil levelling.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran menyipat datar profil (profile leveling) adalah proses

penentuan elevasi/ketinggian titik-titik pada jarak tertentu sepanjang garis. Garis

disini dapat berupa jalan, saluran atau garis lurus saja. Menyipat datar profil ini

dilakukan untuk mendapatkan bentuk profil lahan yang sebenarnya. Hasil

pengukuran menyipat datar profil ini di haruskan menggambarkan tentang

keadaan sekitar sepanjang garis yang di ukur. Pada saat melakukan pengukuran,

pembacaan dilakukan satu kali bacaan ke belakang (BS) dan lebih dari satu kali ke

muka (FS).

1.2 Tujuan

Praktikum pengukuran menyipat datar profil ini dilakukan dengan tujuan agar

mahasiswa mempunyai kemampuan sebagai berikut:

1. Mampu Melakukan pengukuran menyipat datar profil (profile leveling)

2. Mampu menghitung hasil pengukuran menyipat datar profil (profile

leveling).

Page 3: profil levelling.docx

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Profile Leveling

Profile Leveling adalah pekerjaan mengerjakan elevasi dari beberapa titik

yang berjajar pada interval tertentu sepanjang garis yang diperlukan bagi

penggambaran profil didalam areal tersebut. Prinsipnya hampir sama dengan

metode differential leveling, tetapi ini hanya menggunakan 1 Bs dengan sebanyak

mungkin Fs. Pekerjaan profil leveling ini dalam pelaksanaannya terbagi menjadi

dua bagian, yaitu potongan memanjang dan melintang.

Pekerjaan profile leveling akan memberikan informasi bagi para

perencanan dalam menentukan gradien yang cocok bagi pekerja konstruksi,

menghitung volume pekerjaan, menghitung galian dan timbunan. Contoh

perhitungan beda tinggi dengan profil leveling , dapat di lihat pada gambar di

bawah.

2.2 Beda Tinggi Antar Dua Titik

            Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara,

yaitu ditinjau dari kedudukan atau penempatan alat ukur penyipat datar. Tiga cara

ini dapat dipergunakan sesuai dengan kondisi di lapangan dan hasil pengukuran

yang ingin diperoleh.

a. Cara pertama, alat ukur berada di antara kedua titik.

Pada cara ini alat ukur ditempatkan antara titik A dan B, sedangkan masing-

masing titik tersebut ditempatkan rambu ukur yang vertikal. Jarak dari alat ukur

terhadap masing-masing rambu diusahakan berimbang atau ± sama. Sedangkan

letak alat ukur tidaklah harus pada garis lurus yang menghubungkan titik A dan B.

Cara ini merupakan dasar dalam pengukuran sipat datar memanjang.

Page 4: profil levelling.docx

b. Cara kedua, alat ukur berada di luar kedua titik

Cara yang kedua ini merupakan cara yang dapat dilakukan bilamana

pengukuran beda tinggi antara kedua titik tidak memungkinkan dilakukan dengan

cara yang pertama, disebabkan oleh kondisi di lapangan atau hasil pengukuran

yang hendak dicapai. Pada cara ini alat ukur ditempatkan disebelah kiri atau kanan

pada salah satu titik. Jadi alat tidak berada diantara kedua titik A dan B melainkan

di luar garis A dan B melainkan di luar garis A dan B. Sedangkan pembacaan

kedua rambu sama dengan cara yang pertama, hingga diperoleh beda tinggi antara

kedua titik A dan B. Penentuan tinggi dengan cara ini umum dilakukan pada

pengukuran sipat datar profil.

c. Cara ketiga, alat ukur berada di atas salah satu dari kedua titik.

Pada cara ini, alat ukur ditempatkan di atas salah satu titik dari kedua titik

yang diukur. Harus dipahami bahwa, penempatan alat di atas titik terlebih dahulu

diketahui titik tersebut, sehingga kedudukan sumbu ke satu alat ukur segaris

dengan titik tengah patok (Center). Dalam hal ini untuk menempatkan alat tepat di

Page 5: profil levelling.docx

atas patok menggunakan alat tambahan yaitu unting-unting. Penggunaan cara

yang ketiga ini umum dilakukan pada penyipat datar luas dan Stake out.

Cara kedua dan cara ketiga sering kali dipahami sebagai cara Tinggi Garis

Bidik dan selanjutnya disingkat TGB. Dengan TGB sebagai garis acuan, maka

dengan cepat dapat ditentukan ketinggian atau elevasi titik-titik di lapangan. Bila

dicermati lebih mendalam cara kedua lebih teliti dibandingkan dengan cara ketiga,

karena kasarnya prediksi terhadap titik tengah teropong menggunakan rambu.

Yang harus dipahami pada pengukuran beda tinggi antara dua titik ini ialah,

beda tinggi selalu diperoleh dari bacaan rambu belakan dan bacaan rambu

muka. Ditentukannya nama belakang dan muka pada rambu terkait dengan nama

patok serta arah jalur pengukuran yang direncanakan. Bila t bernilai positif (+),

maka titik muka lebih tinggi dari pada titik belakang, sedangkan sebaliknya bila t

bernilai negatif (-), maka titik muka lebih rendah dari pada titik belakang.

Page 6: profil levelling.docx

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

1. Roll meter

2. Auto level

3. Rambu ukur

4. Jalon

5. Pin

6. Kertas HVS

7. Kertas mm Blok

8. Penggaris

3.2 Langkah Kerja:

1. Melakukan pengukuran dan pencatatan hasil pengukuran :

a. Memasang titik- titik bantu sementara pada lokasi yang dapat

menggambarkan profil tanah dari jalur yang ditentukan.

b. Mengukur jarak antar titik – titik bantu.

c. Menempatkan/ mendirikan alat pada titik diluar jalur yang ditentukan.

d. Membidikkan alat ke rambu ukur yang dipasang di titik yang sudah

diketahui/ditentukan tingginya, yaitu BM, kemudian mencatat hasil

bacaan pada catatan lapang sebagai bacaan belakang (BS).

e. Membidikkan alat ke rambu ukur yang dipasang di titik –titik bantu

sementara yang dapat dibidik, kemudian catat hasil pembacaan pada

catatan lapang sebagai bacaan muka (FS).

f. Membuat gambar sketsa pengukuran sementara.

g. Seandainya bidikan FS terakhir masih belum mencapai titik terakhir

yang harus ditetapkan, maka alat ukur di pindahkan dan pekerjan

dimulai lagi seperti di atas.

h. Melakukan kembali dari titik akhir ke titik awal dengan penempatan

alat seperti pada pengukuran menyipat datar memanjang.

Page 7: profil levelling.docx

2. Menghitung beda tinggi dan ketinggian titik

a. Menghitung beda tinggi antara titik-titik bidikan ke muka dengan titik

pada bidikan ke belakang.

b. Menghitung titik-titik ketinggian tempat bidikan ke muka.

3. Memeriksa hasil pengukuran dan pengukuran kembali

a. Menghitung selisih beda tinggi titik-titik ujung pengukuran  hasil

pengukuran ke I dan ke II (bolak balik)

b. Menghitung kesalahan yang diperbolehkan

c. Membandingkan selisih beda tinggi hasil kedua pengukuran dengan

kesalahan yang diperbolehkan

d. Menarik kesimpulan terhadap hasil pengukuran yang telah dilakukan

Page 8: profil levelling.docx

BAB IV

PEMBAHASAN

 1V. Hasil Praktikum dan Pembahsan

4.1 Hasil Praktikum

Hasil data:

Set Up BS HI FS ELEVASI

SU 1

0+002.032 100

102.032

0+0.3 2.220 99.812

0+12.6 2.170 99.862

0+13.45 1.448 100.584

0+15.15 2.280 99.752

0+26.78 1.403 100.629

0+25.30 0.618 101.414

0+32.78 0.803 101.229

0+34.32 0.880 101.152

0+39.80 0.585 101.447

0+41.90 0.820 101.212

SU 2

0+45.100.534 101.746

0+45 0.465 101.281

0+47.40 0.865 100.881

0+50 1.391 100.355

Page 9: profil levelling.docx

4.2 Perhitungan Elevasi dan Jarak pada Gambar Grafik

4.2.1 Elevasi

1. 99.812−100

1.5=−0.125 8.101.152−100

1.5=0.768

2. 99.862−1001.5

=−0.092 9.101.447−1001.5

=0.964

3.100.584−1001.5

=0.389 10.101.212−1001.5

=0.808

4. 99.752−1001.5

=−0.165 11.101.281−1001.5

=0.854

5.100.629−1001.5

=0.419 12.100.881−1001.5

=0.587

6.101.414−1001.5

=0.942 13.100.355−1001.5

=0.236

7. 101.229−1001.5

=0.898

4.2.2 Jarak

1. 12.61.5

=8.4 8. 39.801.5

=26.5

2. 13.451.5

=8.9 9. 41.901.5

=27.9

3. 15.151.5

=10.1 10. 45.101.5

=30

4. 26.781.5

=17.8 11. 451.5

=30

5. 25.301.5

=16.8 12. 47.401.5

=31.6

6. 32.781.5

=21.8 13. 501.5

=33.3

7. 34.321.5

=22.88

Page 10: profil levelling.docx

4.2 Gambar Grafik Profile

Pada gambar grafik ini kami menggunakn skala 1 : 150 m atau 1 : 1.5 cm.

4.3 Pembahasan

            Menyipat datar profil bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

karakteristik bentuk profil lahan dengan elevasi atau ketinggian titik-titik

perubahan acuan pengukuran pada lahan tersebut.         

Kesalahan yang terjadi dalam proses pengukuran dapat dihitung dengan rumus 

ΣFS – ΣBS, atau dapat pula dengan melakukan pengukuran dua kali serta

menghitung selisih beda tinggi titik-titik ujung pengukuran pada pengukuran

pertama dan kedua. Hasil dari perhitungan ini merupakan batas tertinggi

kesalahan pda pengukuran, yang artinya bahwa kesalahan  pengukuran harus lebih

kecil atau sama dengan angka ini.

Dalam pelaksanaannya, kendala yang terjadi adalah menentukan

penampang yang akan diambil sipat datar profilnya, karena data ini harus

mewakili profil data secara keseluruhan. Namun hal ini bisa diatasi dengan

melakukan pengambilan data sipat datar profil dengan rentang tertentu.

Maksudnya adalah data yang didapatkan berguna dalam jarak tertentu sampai

terjadi perubahan profil suatu lahan. Sebagai contoh pada pengukuran jalan di

Page 11: profil levelling.docx

Lingkungan Polije,pada jalan tersebut terjadi penyempitan atau pelebaran, maka

data yang sudah didapat harus ditambahkan dengan data sipat datar pofil lahan

yang mewakili penyempitan atau pelebaran jalan tersebut.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengukuran menyipat datar profil yang telah dilakukan, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Bentuk profil lahan yang diambil harus mewakili profil disekitarnya

b. Dalam pengukuran, ketinggian alat ukur (WP) tidak perlu diketahui

c. Pengecekan kesalahan dilakukan dengan mencari selisih antara jumlah

total FS dengan jumlah total BS.

d. Kesalahan pengukuran dapat ditoleransi jika masih berada di bawah batas

perhitungan angka toleransi kesalahan

e. Satu data pengukuran sipat datar profil memberi informasi bentuk profil

lahan sampai batas terjadi perubahan bentuk lahan.

f. Gambaran profil suatu jalur lintas yang didapat berguna untuk informasi

mengenai rencana pengembangan jalur lintas tersebut