Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

18
PSIKOLOGI SOSIAL DIRI: BELAJAR TENTANG DIRI Disusun oleh: Sri Aryani (46112120052) Tri Astuti (46112120022) Jurusan Psikologi Universitas Mercu Buana Jakarta 2014

description

Paper yang membahas apa itu diri dan konsep diri--yang juga dihubungkan dengan fenomena terkini. Dilengkapi dengan pendapat para tokoh psikologi sosil.

Transcript of Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Page 1: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

PSIKOLOGI SOSIAL

DIRI: BELAJAR TENTANG DIRI

Disusun oleh:

Sri Aryani (46112120052)

Tri Astuti (46112120022)

Jurusan Psikologi

Universitas Mercu Buana

Jakarta

2014

Page 2: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Daftar Isi

Pengantar ................................................................................................................... i

I. Pengertian Diri ................................................................................................... 1

II. Pengetahuan Diri ................................................................................................ 3

III. Berpikir Mengenai Diri Pribadi ......................................................................... 5

IV. Harga Diri Pribad ............................................................................................... 9

V. Penilaian Diri Pribadi ......................................................................................... 11

VI. Diri Pribadi Sebagai Sasaran Prasangka ............................................................ 13

Daftar Pustaka ........................................................................................................... 14

Page 3: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page i

Pengantar

Seberapa Pentingkah Konsep “Diri”?

Istilah ‘kepribadian’ berasal dari bahasa latin persona yang berarti topeng, melihat

kepribadian sebagai diri seseorang yang tampil dihadapan publik yang merupakan aspek

kedirian yang telah kita pilih untuk kita tampilkan di dalam kehidupan kita sehari-hari.

Beberapa teorisi kepribadian percaya apa yang membedakan seseorang dan orang lain

adalah sifat-sifat yang dimiliki atau yang lebih populer disebut pembawaan. Para teorisi

yang melihat perilaku manusia berjalan mulus, konsisten dan terorganisasi dengan baik

membutuhkan suatu konsep yang bertanggung jawab untuk karakteristik-karakteristik

perilaku ini. Beberapa teorisi mempostulasikan diri sebagai agen pengorganisasi

kepribadian.

Teori dari Horney, Allport dan Rogers mengandalkan betul konsep diri ini. Teorisi lain

mengklain bahwa penggunaan konsep diri sekedar mengganti semua pertanyaan yang kita

miliki tentang seseorang menjadi pertanyaan tentang diri. Dengan kata lain, diri dilihat

sebagai homunkulus (yaitu istilah lama untuk individu kecil didalam otak, penggambaran

kuno tentang fungsi kepribadian) di dalam diri seseorang yang menyebabkan semua

tindakannya

Bagaimana kita memandang diri kita sendiri? Kita sendiri yang menentukan skema diri

kita, silahkan pilih dan tentukan sendiri

Page 4: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 1

I. PRESENTASI DIRI /SELF PRESENTATION

Ketika kita memikirkan mengenai gumpalan jaringan yang terletak di kepala, yang

membuat kita mampu mengingat, bermimpi dan berpikir-gumpalan yang jika tercederai

atau sakit akan membuat eksistensi diri menjadi mimpi buruk yang mengerikan-mau

tidak mau kita akan bertanya-tanya: dimanakah letak “diri” kita (self) sebenarnya?. Hal

ini merupakan pertanyaan yang sudah direnungkan sejak ribuan tahun yang lalu

Pada saat kita merasa bahagia ataupun sedih maka amigdala, reseptor serotonin, endorfin

serta sejumlah bagian otak sedang berproses secara aktif. Selanjutnya kita akan bertanya

kembali, siapakah ‘saya’ yang membuat perasaan ini?, siapakan sebenarnya ‘saya’, yang

sedang memperhatikan pikiran Anda mempermainkan Anda? Dan siapakah yang sedang

dipermainkan itu? Tidakkah self yang sedang mengamati dirinya sendiri itu dapat

diibaratkan dengan sebuah jari yang menunjuk ujung jarinya sendiri? Menurut Zimmer,

(2005) "Korteks prefrontal medial", bagian tersebut menjadi lebih aktif saat kita berpikir

tentang diri kita sendiri

Kebanyakan ahli agama memecahkan persoalan ini dengan mengajarkan bahwa

keberadaan self atau ‘jiwa yang abadi’ itu harus dipisahkan dari keberadaan otak yang

bersifat sementara. Sebegitu banyaknya pendapat mengenai diri atau self dari para ahli

yang masing-masing mendefinisikan diri atau self sebagai berikut:

Self memberikan sebuah kerangka berpikir yang menentukan bagaimana kita

mengolah informasi tentang diri kita sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional,

evaluasi diri, kemampuan dan banyak hal lainnya (Klein, Loftus & Burton, 1989;

Van Hook & Higgins, 1988)

Menurut Hattie (dalam Rayner, 2001), Leary dan Tangney (2003) bahasan mengenai

Self dapat ditemukan pada karya-karya filsuf seperti Plato (427-347 SM) ataupun

Aristoteles (384-322 SM)

Aristoteles→Teori Hilemorfisme; manusia terdiri atas materi dan bentuk (jiwa)

Plato→ ajaran tentang idea: realitas yang ada dlm dunia yang tetap/dunia baka

Ajaran Budha mengajarkan bahwa Self bukanlah "sesuatu" yang holistik,melainkan

koleksi dari berbagai pikiran, persepsi, konsep, dan perasaan yang berubah dari

waktu ke waktu

Page 5: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 2

Ibnu Sina: teori tentang manusia yang terdiri atas unsur jiwa dan jasad

William James (1890-1950) sebagai yang "mengetahui" ("self-as-knower"), perasaan

yang kita semua miliki mengenai adanya sebuah pribadi tersendiri yang mampu

berpikir, merasa dan bertindak. William James yang pertama kali yang membahas

secara detail mengenai self

Menurut Leary, Mc Donald, dan Tangney (2003):

Self adalah kelengkapan psikologis yang memungkinkan refleksi diri

berpengaruh terhadap pengalaman kesadaran, yang mendasari semua jenis

persepsi, kepercayaan dan perasaaan tentang diri sendiri, serta yang memungkinkan

seseorang untuk meregulasi perilakunya sendiri

Konsep Tentang Diri

Menurut Carl Rogers (1902-1987)

Self adalah aspek pengalaman fenomenologis (salah satu aspek dari pengalaman

kita yang ada didunia yaitu yang memenuhi pengalaman sadar kita)

Rogers posited that people were inherently good and creative, and only became

destructive when external constraints or a poor self-concept superseded the valuing

process

Gordon Allport (1897-1967)-Teori Sifat

Allport yakin bahwa sifat adalah unit dasar dari kepribadian. Sifat dapat di

definisikan melalui tiga properti-Frekuensi, Intensitas dan Rentang Situasi,

misalnya: org yang sangat patuh biasanya menjadi sangat patuh sepanjang

rentang situasi yang luas

Karen Horney (1885-1952)

Konsep utama Horney adalah basic anxiety, sehingga untuk meminimkan

kecemasan dasar tersebut, Horney mengelompokkan menjadi 3 pola utama

penyesuaian diri yaitu: Moving toward people, Moving against people dan

Moving away from people

Presentasi Diri (Self Presentation) mengacu pada keinginan kita untuk menampilkan

sebuah gambaran yang diinginkan, yaitu terhadap orang lain dan terhadap diri sendiri

Bagi beberapa orang, kesadaran presentasi diri adalah sebuah jalan hidup. Mereka secara

Page 6: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 3

terus menerus mengawasi perilaku & mencatat bagaimana orang lain beraksi, lalu

menyesuaikan penampilan sosial mereka untuk mendapatkan pengaruh yang diinginkan

A. Pengawasan Diri (self-monitoring) tinggi, cenderung bertindak seperti

bunglon-bunglon sosial-mereka menyesuaikan perilaku mereka dalam merespons

situasi-situasi eksternal (Gangestad & Snyder,2000; Snyder, 1987)

Membiasakan perilaku mereka terhadap situasi, mereka lebih mirip mendukung

sikap yang sesungguhnya mereka tidak pegang (Zanna & Olson, 1982)

B. Pengawasan Diri (self-monitoring) rendah, mereka secara lugas akan mengungkapkan

apa yang mereka pikirkan, tanpa menghiraukan tingkah laku dari yang

diharapkan oleh khalayak (Klein & dkk, 2004). Atau dengan kata lain, individu

tersebut kurang peduli terhadap apa yang dipikirkan orang lain

Presentasi diri mengacu pada keinginan-keinginan kita untuk menampilkan sebuah

gambaran yang disukai bagi kedua hal, yaitu sebuah penonton luar (orang lain) dan

penonton dalam (diri sendiri)

II PENGETAHUAN DIRI PRIBADI

Nasehat peramal Yunani kuno berkata: Kenalilah diri Anda. Mengutip pernyataan C.S

Lewis (1952), “ada satu hal dan hanya satu-satunya diseluruh alam semesta yang kita

ketahui lebih dari yang dapat kita pelajari dari pengamatan eksternal. Satu hal tersebut

adalah diri kita sendiri. Jadi, kita harus menyampaikan informasi yang berada didalam

yaitu, diri kita yang kita ketahui”. Memang benar. Tetapi terkadang kita pikir kita tahu,

tetapi informasi yang berasal dari dalam diri kita ternyata salah. Hal tersebut merupakan

kesimpulan yang tidak terhindarkan dari beberapa penelitian yang menarik. Penjelasan

dibawah ini merupakan cara bagaimana kita dapat menambah pengetahuan mengenai diri

kita sendiri:

1. Menjelaskan perilaku kita

Memprovokasikan pemikiran adalah penelitian di mana orang mencatat suasana hati

mereka setiap hari selama dua atau tiga bulan (Stone&dkk, 1985; Wess&dkk, 1982)

- mencatat faktor yang mempengaruhi suasana hati

- cuaca

Page 7: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 4

- jumlah waktu tidur

Sebagai contoh:

Orang mungkin mengira mereka akan mengalami suasana hati yang lebih negative

pada hari Seniin, tetapi faktanya suasana hati mereka di hari Senin tidak lebih

negative disbanding dengan hari kerja lainnya.

2. Memperkirakan perilaku kita

Salah satu kesalahan paling umum dalam memperkirakan perilaku adalah

meremehkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang

disebut dengan Ramalan Perencanaan (planning fallacy). Bagaimana kita dapat

meningkatkan ketepatan dalam memprediksi diri? Cara yang terbaik dilakukan

adalah dengan menjadi lebih realistis kira-kira berapa lama tugas dikerjakan di masa

lalu.

3. Memperkirakan perasaan kita

Banyak keputusan penting dalam hidup menggunakan perkiraan perasaan kita di

masa depan. Apakah saya akan merasa bahagia sepanjang hidup saya bila saya

menikahi dia?

Penelitian bertema “meramalkan afeksi” mengungkapkan bahwa orang memiliki

kesulitan terbesar dalam memperkirakan intensitas dan durasi emosi mereka dimasa

yang akan datang (Wilson & Gilbert, 2003). Orang telah salah memperkirakan

bagaimana perasaan mereka setelah putus cinta, menerima hadiah, kalah dalam

pemilihan, memenangkan pertandingan dan dilecehkan (Gilbert & Ebert, 2002;

Loewenstein &Schkade, 1999).

4. Kebijaksanaan dan tipuan dari analisis diri

Untuk peristiwa2 yang memberi pukulan, intuisi kita sering kali kali salah mengenai

apa yang mempengaruhi kita dan apa yang akan kita kerjakan & rasakan. Menurut

Wilson dkk (2009) menggambarkan bahwa kita memiliki sistem sikap ganda (dual

attitude) yaitu implisit (otomatis) dan eksplisit (dikendalikan secara sadar). Sikap

Page 8: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 5

eksplisit yang diungkapkan dapat berubah dengan pendidikan dan persuasi;

sedangkan sikap implisit berubah secara perlahan dengan latihan membentuk

kebiasaan baru dengan meninggalkan kebiasaan lama

Dari poin-poin tersebut diatas ternyata pengetahuan diri kita tidak selalu benar. Kita

seringkali tidak mengetahui mengapa kita berperilaku seperti yang kita lakukan. Ketika

penyebab perilaku kita tidak kentara diamati siapapun, maka kita pun bisa jadi tidak

mengetahui penyebabnya

III BERPIKIR MENGENAI DIRI PRIBADI

Ketika kita sedang memiliki waktu luang untuk diri sendiri, apa yang terlintas di pikiran

kita mengenai diri kita? Apakah kita sudah memelihara diri kita? Sejauh mana kita

mengenal diri kita sendiri? Seberapa besar pengaruh lingkungan dan budaya terhadap diri

kita? Seberapa baikkah diri kita dibandingkan dengan orang lain? Begitu banyak

pertanyaan yang menghampiri. Kemampuan untuk merenungkan siapa diri kita adalah hal

yang membedakan kita dari hewan. Berikut ini kita akan fokus pada bagaimana diri

diorganisasikan, dipelihara dan bagaimana diri mengatur perilaku kita serta cara

memandang diri dari sisi budaya.

1. Diri sebagai sistem multidimensional

Yang akan di bahas dalam sistem ini adalah mengenai Konsep Diri. Konsep Diri

dipandang sebagai representasi kognitif diri yang berupaya memberikan koherensi

dan makna bagi pengalaman-pengalaman kita, bagaimana diri di organisasikan,

dipelihara dan dapat mengatur perilaku kita. Bagaimana pengetahuan tentang diri

diorganisasikan? Seiring bertumbuhnya kita dan memproses lebih banyak informasi,

sehingga pengetahuan tentang diri kita makin berkembang dan diorganisasikan

secara kognitif dengan cara terstruktur, struktur-struktur ini yang disebut Skema Diri

(Markus, 1977).

Page 9: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 6

Skema Diri:

1. Isi

Pengetahuan tentang diri.

2. Dari mana asalnya?

Generalisasi-generalisasi sebelumnya.

3. Disimpan sebagai apa?

Sebagai generalisasi kognitif.

4. Tujuan?

Membantu mengorganisasikan dan memandu informasi yang berkaitan dengan

diri.

Contoh skema diri: merasa diri cantik, merasa diri pintar, merasa diri pendek, suka

jogging, takut kepanasan, suka makan ikan, pembohong, malas dsb

Tentang skema diri:

Skema diri dapat memandu kita dengan memprediksi bagaimana kita akan

berperilaku dan merasa dalam situasi-situasi tertentu. Contoh, orang dengan skema

diri pemalu akan memiliki pikiran-pikiran berbeda tentang menghadiri pesta yang

akan diselenggarakan ketimbang jika memiliki skema diri mudah bergaul.

Konsep diri kita terdiri dari sangat banyak skema diri, dan ini dianggap lebih

kompleks ketimbang skema-skema lainnya yang kita miliki dalama memori karena

informasi tentang diri kita yang kita miliki lebih banyak dari semua informasi lain

yang mungkin kita simpan.

Kemenonjolan skema diri terutama relevan jika skema yang digunakan untuk

memandu kita dan mengurangi ketidakpastian. Informasi yang sesuai dengan skema

diri akan diproses dengan cepat, sedangan informasi yang tidak sesuai akan ditolak.

2. Bagaimana Diri dipelihara?

Guna membentuk diri yang positif tampaknya kita menggunakan strategi-strategi

yang dapat dikategorikan sebagai pemeliharaan konsep diri:

Page 10: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 7

Pentingnya perbandingan

Para psikolog sosial berpendapat bahwa proses perbandingan penting untuk

memahami bagaimana diri di bentuk dan dipelihara. Dengan siapa kita membuat

perbandingan?

Perbandingan yang dibuat dengan diri

Menurut Carver dan Scheier (1981,1998) dikenal sebagai "teori kendali"

pengaturan-diri, didasarkan pada gagasan tentang sistem umpan balik kognitif

empat tahap, sebagai berikut:

1) Tes: diri dibandingkan dengan standar pribadi atau umum

2) Operasi: jika individu merasa standar-standar yang layak tidak tersedia,

maka ia akan melakukan perubahan perilaku untuk mengatasi hal tersebut.

3) Tes ulang: merenungkan kembali perilaku dengan menggunakan poin-poin

perbandingan seperti dalam tahap 1. Jika diri masih belum mencapai standar

yang diinginkan, maka pengulangan umpan balik kembali dimulai. Jika sdh,

dilanjutkan ke tahap 4.

4) Keluar: diri telah seimbang dengan titik perbandingan, tidak diperluka

umpan balik lebih lanjut

Ada lagi satu teori perbandingan yang dibuat dengan diri yaitu Teori Diri

Higgins (1987, 1989) menggambarkan bagaimana kesenjangan antara

perbandingan perbandingan diri kita dapat menghasilkan perilaku-perilaku,

perasaan-perasaan yang berbeda. Higgins mengkategorikan perbandingan

sebagai perbandingan diri yang "seharusnya" atau yang "ideal" (kita

membandingkan diri kita yang sekarang dengan perasaan kita tentang seperti

apa seharusnya kita atau idealnya kita ingin menjadi apa).

Membuat perbandingan dengan individu-individu lain

Festinger (1954) yang pertama kali memperkenalkan gagasan tentang

perbandingan sosial.

Tesser (1988) mengembangkan model pemeliharaan evaluasi diri. Model ini

mengidentifikasi empat strategi yang kita gunakan untuk melindungi harga

Page 11: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 8

diri kita ketika melakukan perbandingan keatas dengan orang lain:

1. Melebih-lebihkan kemampuan target yang berhasil

2. Mengubah target perbandingan

3. Menjauhkan diri dari target yang berhasil

4. Mengecilkan nilai dimensi perbandingan

Jika orang dalam contoh diatas menggunakan strategi 4, ia mungkin melindungi

harga dirinya denan mengatakan “Aku mungkin bukan orang yang paling pintar

dikelas, tapi aku sangat baik dalam pekerjaan lainnya dan itu sangat penting

untuk memperoleh pengalaman kerja dimasa depan.

Membuat perbandingan dengan kelompok

Teori yang mendukung hal tersebut diatas adalah "teori kategorisasi-diri (Turner,

Hogg, Oakes, Reicher &Wetherel), 1987 yang berfokus pada

perbandingan-perbandingan di dalam (antar) dan di antara (intra)

kelompok-kelompok. Turner dkk menggunakan istilah "Purwarupa kognitif" untuk

menggambarkan skema yang kita miliki keterkaitan kelompok. Purwarupa tersebut

akan memandu perilaku dan perasaan-perasaan kita tentang diri sebagai anggota

kelompok.

I. Dampak Budaya Terhadap Diri

Penafsiran diri Markus dan Kitayana

Mandiri Saling Tergantung

Biasanya ditunjukkan dalam budaya

Amerika dan Eropa Barat

Biasanya ditunjukkan dalam budaya Jepang

dan Asia lainnya, Afrika, Amerika Latin

dan banyak budaya Eropa Selatan

Individu merupakan unit primer kesadaran Diri dalam hubungannya dengan orang2

lain merupakan fokus pengalaman

individual

Diri terpisah dari orang-orang lain Diri terhubung dengan orang-orang lain

Otonomi dan kemandirian merupakan Otonomi merupakan pertimbangan

Page 12: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 9

atribut yang diinginkan sekunder-menyesuaikan diri dengan

orang-orang lain yang relevan merupakan

bagian wajib dalam hubungan yang saling

bergantung

Atribut-atribut batin dipandang penting

dalam mengatur perilaku

Harmoni antar pribadi dipandang penting

dalam mengatur perilaku

Mementingkan tujuan-tujuan sendiri Mementingkan tujuan-tujuan orang lain

IV. HARGA DIRI PRIBADI

Harga diri pribadi, atau sering disebut juga dengan istilah self-esteem mempunyai

beberapa pengertian menurut para tokoh psikologi, yaitu:

a. Baron dan Byrne, harga diri sebagai penilaian terhadap diri sendiri yang dibuat

individu dan dipengaruhi karakteristik yang dimiliki orang lain dalam menjadi

pembanding (Geldard, 2010).

b. Harper, harga diri adalah penilaian diri yang dipengaruhi oleh sikap, interaksi,

pengahargaan, dan peneraimaan orang lain terhaap individu (2002).

c. Shahizan, harga diri merupakan evaluasi positif dan negatif tentang diri sendiri

yang dimiliki seseorang (2003).

d. Gecas dan Rosenberg, harga diri sebagai evaluasi positif yang menyeluruh tentang

dirinya (Hurlock, 2007).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, didapatkan bahwa harga diri (self-esteem)

adalah penilaian individu terhadap dirinya sendir,baik secara positif dan negatif yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu hasil interaksi, penerimaan, penghargaan, dan

perlakuan orang lain.

Menurut Brown (dalam Santrock, 2003) adapun beberapa aspek yang berhubungan

dengan harga diri atau self-esteem ini, yaitu:

a. Global self-esteem

Variabel keseluruhan dalam diri individu, dan relatif menetap dalam berbagai

waktu dan situasi.

Page 13: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 10

b. Self-evaluation

Merupakan bagaimana seseorang dalam mengevaluasi variabel dan atribusi yang

terdapat pada diri mereka. Pengaruh terbesar dalam aspek ini adalah diri individu

itu sendiri. Contoh : seorang anak perempuan yang merasa kurang cantik, dengan

wajah dipenuhi dengan jerawat, maka dia akan merasa kurang percaya diri di

dalam lingkungan pergaulannya, atau bisa disebut juga anak perempuan ini

mempunyai self-esteem, yang rendah.

c. Emotion

Keadaan emosi sesaat terutama sesuatu yang muncul sebagai konsekuensi positif

dan negatif. Di sini situasi yang terjadi pada diri individu sangat mempunyai

pengaruh yang besar. Contoh: seorang karyawan yang baru saja mendapatkan

promosi jabatan di perusahaan tempat dia bekerja akan mempunyai self-esteem

yang tinggi dalam lingkungan pergaulannya.

Monks (2004) menyebutkan bahwa terdapat empat factor yang mempengarui

self-esteem pada diri individu, yaitu:

a. Lingkungan keluarga

Keluarga adalah lingkungan social terkecil yang individu temui dari mereka lahir.

Perlakuan yang diperoleh seorang individu di lingkungan keluaraga sangat

mempengaruhi tingkat self-esteem seorang individu. Individu yang dibesarkan

dalam lingkungan yang nyaman dan hangat, akan cenderung memiliki self-esteem

yang tinggi, dan begitupun sebaliknya.

b. Lingkungan social

Lingkungan social setelahnya adalah di mana seorang individu mulai melakukan

interaksi dengan komunitas atau kelompok-kelompok yang terdapat di masyarakat.

Sama dengan lingkungan keluarga, di lingkungan social ini—perlakuan yang

diterima oleh individu mempengaruhi tingkat self-esteem mereka. Sebagai contoh,

seorang individu yang cenderung diasingkan di lingkungan sosialnya akan

mempunyai self-esteem yang sangat rendah. Dan individu yang menerima

perlakuan menyenangkan dari lingkungan sosialnya akan mempunyai self-esteem

Page 14: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 11

yang tinggi, hal ini dikarenakan individu tersebut merasa diterima di

lingkungannya.

c. Faktor psikologis

Factor ketiga ini muncul atau berasal dari diri individu. Penerimaan pada diri

sendiri mempengaruhi bagaimana seorang individu melakukan interaksi dengan

lingkungan sosialnya.

d. Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin, ini berpengaruh pada pola pikir, cara pandang atas

sebuah fenomena, memaknai diri, dan lain sebagainya.

Hurlock (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa kondisi yang dapat

mempengaruhi self-esteem seorang individu, yaitu:

a. Teman sebaya

Mereka mempengaruhi pola kepribadian seseorang dengan dua cara. Antara lain,

konsep diri merupakan cerminan tentang lingkungan social terhadap diri. Kedua,

terkadang seseorang memilih berada dalam tekanan untuk mengembangkan cirri

kepribadiannya agar diakui oleh lingkungan atau kelompok.

b. Cita-cita

Jika seseorang memiliki keinginan yang tidak realistic akan rentan mengalami

kegagalan. Dalam hal ini akan menimbulkan keadaan tidak mampu dan reaksi

bertahan, di mana orang tersebut akan cenderung menyalahkan orang lain atas

kegagalannya.

V. PENILAIAN DIRI PRIBADI

a) C. H. Cooley (1902), mengembangkan konsep “looking glass-self,” yakni bahwa

orang memandang diri mereka sebagaimana orang memandang dan merespons

mereka (Leary et al., 2003).

b) Persepsi kita tentang bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita, dinamakan

reflected appraisal.

c) Penilaian diri pribadi yang bersumber dari tanggapan orang lain, terbagi dalam

beberapa bentuk, yakni:

Page 15: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 12

1) Ada hubungan erat antara pandangan orang tua tentang kemampuan anak

dengan konsep diri si anak tentang kemampuannya (Felson&Reed, 1986).

2) Pada masa kanak-kanak akhir dan remaja awal, tanggapan dari teman sebaya

dianggap lebih penting (Leary, Cottrel, & Phillips, 2001).

3) Dalam bidang akademik, seoarang anak juga membutuhkan tanggapan dari

guru mereka tentang kemampuan yang mereka miliki dalam bentuk komentar

dan nilai (Jussim, Soffin, Brown, Ley, & Kohlhepp, 1992).

4) Secara keseluruhan, orang lebih menyukai tanggapan atau umpan balik yang

objektif (seperti nilai ujian) tentang atribut personal yang mereka miliki

(Festinger, 1954).

d) Tanggapan yang bersifat objektif dianggap tidak terlalu bias dan lebih fair, jika

dibandingkan dengan opini personal. (Taylor, 2009)

e) Lingkungan memberi petunjuk lain tentang kualitas personal kita. Secara khusus

konsep diri amat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membuat kita berbeda

(McGuire&McGuire, 1982; McGuire&Padawer-Singer, 1976).

f) Individu memandang diri mereka dalam term keanggotaan (Turner, Oakes,

Haslam, &McGarty, 1994).

g) Social identity, adalah bagian dari konsep diri individu yang berasa dari

keanggotaannya dalam satu kelompok sosial (atau kelompok-kelompok sosial)

dan nilai siginifikansi emosional yang ada diletakan dalam keanggotaan (Tajfel,

1981, h. 248; et al., 1994)

h) Identitas etnis adalah bagian dari pengetahuan diri individu yang berhubungan

dengan keanggotaannya dalam kelompok etnis tertentu.

i) Identitas sosial dan identitas etnis mempunyai satu aspek menarik, yaitu keduanya

dapat menimbulkan stereotipe diri. Stereotipe diri adalah memandang diri sendiri

sebagai anggota kelompok tertentu dan konsekuensinya berperilaku sesuai dengan

identitas sosial tersebut (Tuner, Hogg, Oakes, Reicher, &Wetherell, 1987).

j) Dalam satu riset, Phinney (1991) menemukan bahwa identitas etnis yang kuat

biasanya terkait dengan penghargaan diri yang tinggi, tetapi hanya dengan diiringi

dengan orientasi positif.

Page 16: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 13

VI. DIRI PRIBADI SEBAGAI SASARAN PRASANGKA

• Menurut Carl Rogers, setiap manusia memiliki kebutuhan dasar untuk

kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain.

Perkembangan ini dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu.

Kebutuhan ini disebut dengan need for positive regard, yang dibagi menjadi 2,

yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard

(tak bersyarat).

• Prasangka adalah evaluasi negatif atas satu kelompok atau seseorang berdasarkan

pada keanggotaan orang itu dalam suatu kelompok. Prsangka didasarka pada

dua dimensi, yakni dimensi evaluatif dan afektif. Selain itu prasangka juga

didasarkan pada pra-penilaian, yang sering kali merefleksikan evaluasi yang

dilakukan sebelum tahu banyak tentang karakteristik seseorang (Taylor, 2009).

• Prasangka yang dikaitkan dengan diri pribadi berhubungan dengan cara penilaian

atas diri pribadi yang cenderung ke arah negatif, sehingga konsekuensinya sebagai

skema yang berpengaruh pada cara memproses informasi.

Page 17: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 14

Daftar Pustaka

Budiman, Didi. Universitas Pendidikan Indonesia “Positive Self-Esteem”. 15 Mei 2014.

http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197409072001121-D

IDIN_BUDIMAN/psikologi_olahraga/positive_self-esteem.pdf

Cooley, C. H. (1902). Human natureand the social order. New York: Scribners

Daniel Cervone & Lawrence A. Pervin. Teori dan Penelitian "Kepribadian" . Salemba

Humanika, 2012

David G. Myers. Psikologi Sosial. Salemba Humanika, 2012

Dr, Agus Abdul Rahman, M.Psi . Psikologi Sosial. RajaGrafindo Persada, 2010

Felson, R. B., & Reed, M. D. (1986). Reference groups and self-appraisals of academic

ability and performance. Social Psychology Quarterly, 49, 103-109

Festinger, L. (1954). A theory of social comparison prosesses. Human Relation, 7,

117-140

Hurlock, Elizabeth B (1953). Developmental Psychology. New York : McGraw-Hill

Book Company

John W. Santrock (2003). Psychology. McGraw-Hill Companies, The

Jussim, L., Soffin, S., Brown, R., ley, J, & Kohlepp, K. (1992). Understanding

reactions to performance feedback by integrating ideas from symbolic interactionism

and cognitive evaluation theory. Journal of personality and social psychology, 62,

402-421

Leary, M. R., Cottrell, C. A., & Phillips, M. (2001). Deconfounding the effects of

dominance and social acceptance on self-esteem. Journal Of Personality And Social

Psychology, 81, 898-909.

Mathhew H. Olson & B.R Hergenhahn. Pengantar Teori Kepribadian Edisi Kedelapan.

Pustaka Pelajar, 2013

McGuire&McGuire, 1982; McGuire&Padawer-Singer. (1976). Trait Salience in the

spontaneous self-concept. Journal of personality and social psychology, 33, 743-754

Phinney, J. S. (1991). Ethnic identity and self-esteem: A review and integration.

Hispanic Journal of Behavioral Science, 13, 193-208.

Page 18: Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"

Psikologi Sosial - Diri Page 15

Rosenberg. M . (1965). Society and the adolescent self-image. Princeton, NJ: Princeton

University Press.

Shelley E. Taylor, Letitia Anne Peplau, David O. Sears. Psikologi Sosial – Edisi Kedua

Belas. Jakarta: Kencana, 2009

Tajfel, H. (1981). Human groups and social categories. Cambridge, England: Cambridge

University Press

Turner, J. C., Hogg, M. A., Oakes, P. J., Reicher, S. D., & Wetherell, M. (1987).

Rediscovering the social group: A self-categorization theory. Oxford, England: Basil

Blackwell

Turner, J. C., Oakes, P. J. , Haslam, S. A., & McGarry, C. (1994). Self and the

collective: Cognition and social context. Personality and social psychology bulletin,

20, 454-463

Universitas Bina Nusantara. “Pengertian Pengetahuan Self-Esteem”. 15 Mei 2014.

http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00003-PL%202.pdf