RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan...

68

Transcript of RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan...

Page 1: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,
Page 2: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,
Page 3: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

RAJAWALI PERSDivisi Buku Perguruan Tinggi

PT RajaGrafindo PersadaD E P O K

Page 4: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan (KDT)

Zalfendi Micro Teacing Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga/Zalfendi —Ed. 1, Cet. 1.—Depok: Rajawali Pers, 2018. x, 154 hlm., 23 cm. Bibliografi: hlm. 151 ISBN 978-602-425-808-5

Hak cipta 2018, pada penulis

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit

2018. RAJDr. H. Zalfendi, M.KesMICRO TEACING DALAM PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA

Cetakan ke-1, Desember 2018

Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Depok

Desain cover oleh [email protected]

Dicetak di Rajawali Printing

PT RAJAGRAFINDO PERSADAAnggota IKAPIKantor Pusat: Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956Tel/Fax : (021) 84311162 – (021) 84311163 E-mail : [email protected] http: // www.rajagrafindo.co.id

Perwakilan:Jakarta-16956 Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Depok, Telp. (021) 84311162. Bandung-40243, Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-5206202. Yogyakarta-Perum. Pondok Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-8700819. Palembang-30137, Jl. Macan Kumbang III No. 10/4459 RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-445062. Pekanbaru-28294, Perum De' Diandra Land Blok C 1 No. 1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-7871546. Makassar-90221, Jl. Sultan Alauddin Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411-861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt 05, Telp. 0511-3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V No. 2, Denpasar Telp. (0361) 8607995. Bandar Lampung-35115, Jl. P. Kemerdekaan No. 94 LK I RT 005 Kel. Tanjung Raya Kec. Tanjung Karang Timur, Hp. 082181950029.

Page 5: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Penulis mengucapkan Syukur kepada Allah SWT karena akhirnya buku dapat selesai sesuai dengan target yang Penulis harapkan. Penulisan buku “Micro Teaching dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga” ini didorong karena banyaknya masyarakat yang kurang memahami pelaksanaan Micro Teaching dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Dalam buku ini dijelaskan mengenai micro teaching, proses micro teaching, komponen-komponen keterampilan dasar dalam proses pembelajaran micro, dan bentuk-bentuk pembelajaran di Kelas.

Kehadiran buku ini diharapkan dapat membantu dan mengurangi berbagai persoalan mengenai cara mengembangkan pelaksanaan Micro Teaching dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Setidaknya kehadiran buku ini dapat sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan Micro Teaching dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Keberadaan buku ini menjadi sangat penting di tengah-tengah masyarakat karena masih sangat kurangnya buku tentang pelaksanaan Micro Teaching dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Oleh sebab itulah Penulis menganggap keberadaan buku ini di tengah masyarakat sangat diperlukan pada saat ini.

Akhirnya, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik dukungan moril yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini sebagaimana

v

Page 6: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

vi Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

yang telah direncanakan sebelumnya. Semoga buku yang ini bermanfaat bagi masyarakat luas dan juga bagi insan olahraga di Tanah Air terutama yang terkait secara langsung ataupun tidak langsung dalam pembelajaran olahraga. Dan lahirnya buku ini Penulis sadari sepenuhnya masih terdapat kekurangan dalam banyak hal, oleh karena itu Penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca agar untuk selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Padang, Desember 2018

Penulis

Page 7: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

BAB 1 PEMBELAJARAN MICRO 1 A. Pendahuluan 1 B. Pengertian Pembelajaran Micro 3 D. Manfaat Pembelajaran Micro 7 E. Langkah-langkah Prosedur Pembelajaran Micro 9

BAB 2 PENDAHULUAN 11 A. Menata Awal Pelajaran 12 B. Teknik Membuka Kelas 12 C. Teknik Menarik Perhatian Siswa 13 D. Pemanasan 14 E. Metoda Mengajar 16 F. Pembuatan Keputusan 17 G. Penggunaan Alat, Waktu dan Ruangan 25

BAB 3 KOMPONEN-KOMPONEN KETERAMPILAN DASAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN Micro 37 A. Pendahuluan 37 B. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran (Set Induction and Closure) 39 C. Keterampilan Mengelola Kelas (Class Room Management) 41 D. Keterampilan Memberikan Penguatan

DAFTAR ISI

vii

Page 8: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

viii Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

(Reinforcement) 44 E. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil (Guiding Small Discussion) 46 F. Keterampilan Bertanya (Questioning) 47 G. Keterampilan Menjelaskan Pelajaran (Explaining) 50 H. Keterampilan Mengadakan Variasi (Variation Stimulus) 51

BAB 4 BENTUK PENGAJARAN KLASIKAL DENGAN MURID BERSIKAP MENDENGARKAN ATAU KULIAH MIMBAR 55 A. Persiapan Jam Pelajaran atau Jam Kuliah 56 B. Pelaksanaan 56 C. Umpan Balik 57

BAB 5 PROSES BELAJAR 59BAB 6 KETERAMPILAN–KETERAMPILAN YANG PERLU UNTUK MENGAJAR A. Organisasi 65 B. Presentasi dan penyajian 65

BAB 7 MEDIA PENGAJARAN 71 A. Hakikat Media Pengajaran 71 B. Jenis-jenis Media Pengajaran 77 C. Keuntungan Penggunaan Media Pengajaran dalam Pengajaran 78 D. Fungsi Media Pembelajaran 78 E. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran 81

BAB 8 BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS 85 A. Memberi Penjelasan 87 B. Mengajukan Pertanyaan 88 C. Memberikan Umpan Balik 88

BAB 9 BENTUK–BENTUK PENGAJARAN YANG LAIN 91BAB 10 KONSEP DASAR PENDIDIKAN JASMANI 97 A. Hakikat Pendidikan Jasmani 97 B. Rasional 103

Page 9: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Daftar Isi ix

C. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani 104 D. Materi Pendidikan Jasmani 108 E. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani 110 F. Manajemen Pembelajaran Pendidikan Jasmani 113 G. Kurikulum Pendidikan Jasmani 115 H. Isu Kurikulum Pendidikan Jasmani 120 I. Pengembangan Silabus dan RPP 125

DAFTAR PUSTAKA 151BIODATA PENULIS 153

Page 10: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,
Page 11: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

PEMBELAJARAN MICRO

B A B 1

A. PendahuluanPengajaran Micro (Micro-Teaching) mulai dikembangkan di Universitas Stanford pada Tahun 1963, dalam rangka menemukan metode latihan bagi para calon guru yang lebih efektif. Pengajaran Micro sebagai suatu teknik latihan guru berdasarkan rasional, yang terdiri atas: Pengajaran yang nyata, konsentrasi pada keterampilan mengajar, menggunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkah laku belajar sebagai umpan balik, berdasarkan kemampuan calon dan pengaturan distribusi latihan keterampilan dalam periode waktu tertentu.

Mengajar merupakan pekerjaan Profesional yang memerlukan keahlian khusus yang ditempuh melalui Pendidikan dan Pengalaman. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara profesional, guru/pendidik/pengajar/dosen harus memiliki kemampuan dan keterampilan mengajar secara teori maupun praktik.

Kemampuan Mengajar merupakan perpaduan antara Kemampuan Intelektual, Keterampilan Mengajar, Bakat dan Seni. Keterampilan Mengajar dapat dilatih secara terus–menerus melalui Pelatihan Mengajar. Kemampuan Intelektual dapat dipelajari dari Teori Pendidikan dan Teori Belajar Mengajar. Sedangkan Bakat dan Seni Mengajar dapat dikembangkan melelui berbagai Pengalaman Mengajar. Penggunaan Pengajaran Micro (Micro-Teaching) sebagai teknik dan prosedur latihan mengajar didasari oleh banyak hal.

1

Page 12: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

2 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

Penerapan pendekatan pelatihan mengajar secara tradisional dipandang kurang mampu membekali Kesiapan Mental, Kemampuan dan Keterampilan Mengajar Calon Guru/Pendidik /Pengajar/Dosen untuk tampil di depan kelas (Real Classroom). Hal ini disebabkan pelatihan mengajar dengan teknik tradisional dilakukan secara langsung di sekolah. Sementara itu Lembaga Keguruan masih menekankan Teori tentang Dasar – Dasar Keguruan dan Isi/Bahan Pembelajaran. Cara ini diasumsikan bahwa dengan penguasaan teori, calon guru atau mahasiswa keguruan sudah menguasai dan terampil mengajarkan ilmunya kepada siswa di sekolah. Oleh karena itu, mereka langsung mengajar di sekolah – sekolah untuk menjadi guru praktikan. Pendekatan semacam ini ternyata kurang efektif dan kurang berhasil. Penguasaan Teori Keguruan dan Bahan Pembelajaran lebih banyak memberikan bekal kemampuan Kognitif dan Belum Menjamin Kemampuan Calon Guru dalam Bersikap, Mengelola Kelas dan Menerapkan Keterampilan Mengajar sesuai dengan yang diharapkan.

Melalui Pengajaran Micro (Micro-Teaching), dengan bantuan Observer, maka seluruh rangkaian penampilan calon Guru/Dosen akan terekam dan kekurangannya akan dapat diketahui dan sekaligus dapat menjadi Umpan Balik (Feed-Back). Melalui Play-Back rekaman, calon Guru/Dosen dapat melihat kembali penampilannya yang kurang dan yang sudah baik, sehingga calon Guru/Dosen dapat memperbaiki atau meningkatkan penampilan berikutnya. Menurut Brown (1978), untuk menghasilkan calon Guru/Dosen yang Profesional, sebelum praktik mengajar di kelas/sekolah, calon Guru perlu dilatih Mengembangkan Keterampilan Dasar Mengajar dengan diberikan kesempatan mengembangkan Gaya Mengajarnya sendiri dan Mengurangi atau Menghilangkan kesalahan-kesalahan atau kekurangan – kekurangan yang masih ada.

Tugas pokok guru adalah mengajar. Mengajar butuh seni dan bakat tersebut merupakan penghargaan yang cukup mulia apabila predikat tersebut benar-benar dimiliki atas dasar kesederhanaan yang tinggi sebagai pendidik. Umar. Humalik (1999) mengatakan bahwa, guru adalah suatu profesi, artinya suatu jabatan tersendiri yang menentukan keahlian sebagai guru, dapat dilaksanakan oleh setiap orang, namun tidak berarti semua orang memliki profesi keguruan. Tugas guru disekolah adalah mengajar, oleh karena itu kompetensi profesional sangat mendukung kemampuan guru dalam mengajar.

Page 13: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 1 | Pembelajaran Micro 3

Mengajar selalu berlangsung dalam suatu proses pembelajaran yang aktual yang memerlukan dalam penangannya, disamping memiliki ketrampilan ketrampilan mengajar (teaching skill). Ketrampilan ini memerlukan latihan yang spesifik dalam bentuk pengajaran micro teaching. Pengajaran micro merupakan bentuk latihan pelatihan mengajar. Dengan perkataan lain mengajar itu bersifat kompleks, perbuatan mengajar bagi calon guru perlu berlatih secara parsial.

Pelaksanaan pengajaran micro pada prinsifnya merupakan realisasi pola-pola pengajaran yang sesungguhnya, yaitu real teaching yang didesain dalam bentuk micro. Setiap calon guru membuat persiapan mengajar yang kemudian dilaksankan dalam proses pembelajaran bersama siswa atau teman sejahwat. Tujuan diselenggarakan pengajaran micro teaching menurut T. Gilarso bahwa tujuan pembelajaran micro terbagi dua, tujuan umum adalah melatih kemampuan dan keterampilan dasar keguruan. Tujuan khusus, untuk melatih calon guru untuk terampilan dalam membuat desain pembelajaran, mendapatkan profesi keguruan, menumbuhkan rasa percaya diri. Dalam pengajaran micro terdapat komponen secara terpisah-pisah, dalam kesempatan ini kami akan membahas tentang pengajaran micro disertai dengan komponen-komponen tersebut. Sebagai calon guru sebaiknya menguasai ketrampilan-ketrampilan dasar mengajar secara baik. Karena banyak manfaat yang di peroleh oleh seorang guru tersebut.

B. Pengertian Pembelajaran MicroMicro Teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti “kecil, terbatas, sempit dan teaching berarti mengajar. Jadi, Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah murid, waktu, bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu, akan dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru secara akurat. J.Cooper & D.W. Allen (1971, H.I) mengatakan bahwa Pengajaran Micro adalah studi tentang suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah tertentu, yakni selama empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah siswa sebanyak tiga sampai sepuluh orang bentuk pengajaran di sederhanakan, guru hanya memfokuskan diri hanya pada beberapa aspek. Pengajaran berlangsung dalam bentuk sesungguhnya, hanya saja di selenggarakan dalam bentuk micro (kecil).

Page 14: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

4 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

Menurut Sardiman micro teaching adalah suatu tindakan atau kegiatan latihan belajar-mengajar dalam situasi laboratoris. Ciri-ciri pokok Micro Teaching adalah: pertama, Jumlah subjek belajar sedikit sekitar 5-10 orang. Kedua Waktu mengajar terbatas sekitar 10 menit. Ketiga Komponen mengajar yang dikembangkan terbatas. Keempat Sekadar real teaching. Maksud dan tujuan micro teaching Maksud yaitu meningkatkan performance yang menyangkut keterampilan dalam mengajar atau latihan mengelola interaksi belajar mengajar. Tujuan adalah membekali calon guru sebelum sungguh-sungguh terjun ke sekolah tempat latihan praktik kependidikan untuk praktik mengajar.

Mc. Laughlin dan Moulton (1975) yang menjelaskan bahwa pembelajaran micro pada intinya adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran untuk melatih penampilan/keterampilan mengajar guru melalui bagian demi bagian dari setiap keterampilan dasar mengajar tersebut, yang dilakukan secara terkontrol dan berkelanjutan dalam situasi pembelajaran. Sedangkan A. Perlberg (1984) menjelaskan bahwa pembelajaran micro pada dasarnya adalah sebuah laboratorium untuk lebih menyederhanakan proses latihan kegiatan belajar mengajar/pembelajaran. Sementara itu Sugeng Paranto (1980) menjelaskan bahwa pembelajaran micro merupakan salah satu cara latihan praktik mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang di “micro” kan untuk membentuk, mengembangkan keterampilan mengajar.

Berdasarkan pengertian di atas, pembelajaran micro pada intinya adalah penyederhanaan prosespem belajaran. Karena penyederhanaan, maka tentu saja tidak semua keterampilan mengajar dipraktikkan dalam satu waktu, akan tetapi keterampilan mengajar dipraktikkan bagian demi bagian. Seperti keterampilan membuka pelajaran berdiri sendiri, demikian juga pada latihan berikutnya difokuskan pada keterampilan menjelaskan dan sebagainya.

Merujuk pada beberapa asumsi dasar pengajaran micro dapat dikemukakan beberapa pengertian pengajaran micro sebagai berikut.

1. Pengajaran micro dirumuskan sebagai pengajaran dalam skala kecil atau micro yang dirancang untuk mengembangkan ketrampilan baru dan memperbaiki ketrampilan yang lama.

2. Pengajaran micro adalah metode latihan yang dirancang sedemikian rupa dengan jalan mengisolasi bagian-bagian komponen

Page 15: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 1 | Pembelajaran Micro 5

dari proses pengajaran sehingga calon tenaga pendidik dapat menguasai ketrampilan satu per satu dalam situasi mengajar yang disederhanakan.

3. Micro teaching is effective method of learning to teach, oleh sebab itu micro teaching sama dengan teaching to teach dan atau learning to teach.

4. Mengikut Micheel J Wallace pengajaran micro merupakan pengajaran yang disederhana-kan. Situasi pengajaran telah dikurangi lingkupnya, tugas guru dipermudah, mata pelajaran dipendekkan dan jumlah peserta didik dikecilkan. Berpijak pada asumsi dasar dan pengertian pengajaran micro

tersebut, maka dapat disampaikan beberapa ciri pengajaran micro:

1. Micro dalam pengajaran micro berarti pada skala kecil. Skala kecil berkaitan dengan ruang lingkup materi pelajaran, waktu, siswanya dan ketrampilannya.

2. Micro dalam pengajaran dimak-nai sebagai bagian dari ketrampilan mengajar yang kompleks akan dipelajari lebih mendalam dan teliti bagian demi bagian.

3. Pengajaran micro adalah pengajaran yang sebenarnya. Calon tenaga pendidik harus membuat persiapan pembelajaran, rencana pem-belajaran, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, mengelola kelas dan menyiapkan perangkat pembelajaran lainnya yang dapat mendukung proses pembelajaran

4. Pengajaran micro pada hakekatnya adalah belajar yang sebenarnya. Ditinjau dari praktikan, calon tenaga pendidik akan belajar bagaimana melakukan pembelajaran sedangkan teman yang jadi siswa akan dapat merasakan bagaimana gaya mengajar temannya dirasakan tepat dan tidaknya strategi pembelajaran yang dibuat.

5. Pengajaran micro bukanlah simulasi. Dalam situasi mengajar teman sejawat, mereka tidak diperlakukan sebagaimana siswa didik akan tetapi mereka tetap menjadi teman yang sebenarnya dengan kedudukan sebagai siswa. Hal ini untuk menghindari perilaku teman sejawat yang dibuat-buat yang mengakibatkan tidak terkondisikan proses pembelajaran antarteman sejawat.

Page 16: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

6 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

6. Pengajaran diharapkan dapat direkam sehingga hasil rekaman tersebut dapat dijadikan bahan diskusi antarteman untuk dikoreksi dan diberikan masukan guna perbaikan atas kekurangan praktikan tenaga pendidik

C. Tujuan, Sasaran dan Fungsi Pembelajaran Micro Pengajaran micro bertujuan membekali tenaga pendidik beberapa ketrampilan dasar mengajar dan pembelajaran. Bagi calon tenaga pendidik metode ini akan memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah ketrampilan dasar mengajar secara terpisah. Sedangkan bagi calon tenaga pendidik dapat mengembangkan ketrampilan dasar mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik. Memberikan kemungkinan calon tenaga pendidik untuk mendapatkan bermacam ketrampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana menerapkan dalam program pembelajaran.

Secara umum, pembelajaran micro bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran atau kemampuan profesional mahasiswa calon guru dalam berbagai keterampilan yang spesifik. Melalui pembelajaran micro, mahasiswa calon guru dapat berlatih berbagai keterampilan mengajar dalam keadaan terkontrol untuk meningkatkan kompetensinya. Secara khusus, setelah mengikuti pembelajaran micro mahasiswa calon guru diharapkan: 1. Dapat menganalisis tingkah laku mengajar kawan-kawannya dan dirinya sendiri. 2. Dapat melaksanakan keterampilan khusus dalam mengajar. 3. Dapat mempraktikkan berbagai teknik mengajar dengan benar dan tepat. 4. Dapat mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif, produktif dan efesien. 5. Dapat bersikap profesional keguruan.

Pendapat ahli lain mengemukakan bahwa, tujuan pembelajaran micro adalah 1. Mengembangkan kemampuan mawas diri dan menilai orang lain. 2. Memungkinkan adanya perbaikan dalam waktu singkat. 3. Menanamkan rasa percaya pada diri dan bersifat terbuka dengan kritik orang lain. 4. Mengembangkan sikap kritis murobbi. 5. Menanamkan kesadaran akan nilai ketrampilan mngajar dan komponen-komponenya, dan 6. Mengenal kelemahan-kelemahan dan keliruan-keliruan dalam penampilan ketrampilan mengajar dan tahu penampilan yang baik.

Page 17: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 1 | Pembelajaran Micro 7

Sedangkan fungsi pengajaran micro adalah:

1. Mahasiswa calon guru memperoleh umpan balik atas penampilannya dalam pembelajaran. Umpan balik ini berupa informasi kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya dapat dipertahankan atau ditingkatkan, sedangkan kekurangannya dapat diperbaiki sehingga keterampilan dasar pembelajaran dapat dikuasai oleh mahasiswa.

2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa calon guru untuk menemukan dirinya sebagai calon guru. Hal yang paling mudah diamati ketika mahasiswa calon guru mengadakan latihan pembelajaran pada pengajaran micro ini adalah performance. Hal itulah yang biasanya dikembangkan dalam pengajaran micro. Performance (penampilan, kinerja) adalah penampilan seseorang yang dihayati oleh orang lain. Kesan pertama terhadap seseorang karena kenampakan alami diri seseorang (appearance). Selanjutnya dengan melakukan latihan yang berulang-ulang dalam pengajaran micro, performance mahasiswa calon guru diharapkan akan menjadi perilaku (behavior).

D. Manfaat Pembelajaran MicroManfaat Pembelajaran Micro Teaching Pengajaran micro bertujuan membekali calon tenaga pendidik beberapa keterampilan dasar mengajar dan pembelajaran. Bagi calon tenaga pendidik metode ini akan memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah. Sedangkan bagi calon tenaga pendidik dapat mengembangkan keterampilan dasar mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik. Memberikan kemungkinan calon tenaga pendidik untuk mendapatkan bermacam keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana menerapkan dalam program pembelajaran sehingga pada akhir masa kuliah mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar atau sikap yang direfleksikan dalam berfikir dan bertindak) sebagai calon guru sehingga memiliki pengalaman melakukan pembelajaran dan kesiapan untuk melakukan praktik pendidikan di sekolah/lembaga/klub. Keterampilan dasar yang dimaksudkan dalam hal ini adalah:

a. Menemukan tingkah laku calon pengajar dan memperoleh umpan balik sebagai hasil supervisi.

Page 18: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

8 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

b. Menemukan dan melengkapi pengajaran yang sifatnya dinamis dalam proses belajar mengajar.

c. Menemukan model-model penampilan seorang guru dalam pembelajaran, menggunakan hasil supervisi sebagai dasar diagnostik dan remidi untuk mencapai tujuan latihan keterampilan. Menurut Dwight Allen, tujuan pembelajaran micro adalah:

a. Bagi siswa calon guru:1) Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan

sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah. 2) Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya

sebelum mereka terjun ke kelas yang sebenarnya.3) Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan

bermacam-macam keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan.

b. Bagi guru 1) Memberikan penyegaran dalam program pendidikan2) Guru mendapatkan pengalaman belajar mengajar yang bersifat

individual demi perkembangan profesinya.3) Mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaharuan

yang berlangsung di pranatan pendidikan. Selanjutnya Asril (2010) menegaskan bahwa manfaat pembelajaran

micro adalah:

1. Mengembangkan dan membina keterampilan tertentu calon guru dalam mengajar

2. Keterampilan mengajar terkontrol dan dapat dilatih3. Perbaikan dan penyempurnaan secara tepat dapat segera di cermati4. Latihan penguasaan keterampilan mengajar lebih baik5. Saat latihan berlansung, para calon guru dapat memusatkan

perhatiannya secara objektif6. Menuntut dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan

objektif7. Mempertinggi efisiensi dan efektivitas penggunaan sekolah dalam

waktu praktik mengajar.

Page 19: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 1 | Pembelajaran Micro 9

E. Langkah-langkah Prosedur Pembelajaran MicroMenurut Asril (2010), ada 5 langkah-langkah yang dapat ditempuh

dalam pembelajaran micro, yaitu: 1) pengenalan, 2) penyajian model dan diskusi, 3) perencanaan/persiapan mengajar, 4) praktik mengajar dan 5) diskusi feedback/umpan balik.

Tahap pengenalan bertujuan untuk memberikan informasi seluas-luasnya kepada calon guru mengenai pengertian, tujuan, manfaat dan bagaimana melakukan pembelajaran micro. Pada intinya tahap ini adalah tahap penyajian informasi mengenai micro.

Tahap penyajian model dan diskusi. Tahap ini merupakan tahap di mana calon guru berusaha menyajikan bentuk-bentuk model pengajaran yang akan dilakukan atau dilatih pada saat praktik mengajar dalam kelompok. Selanjutnya model-model tersebut akan didiskusikan, baik dengan teman sebaya maupun dengan instruktur/dosen yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan praktik micro teaching.

Tahap perencanaan/persiapan pengajaran. Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap sebelumya. Pada tahap ini, calon pendidik mempersiapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam praktik micro, mulai dari perencanaan pengajaran, pemilihan metode dan media yang digunakan. Tahap ini sangat menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran micro.

Tahap praktik mengajar. Tahap ini ini adalah puncak dari tahapan-tahapan pembelajaran micro. Di mana tahap ini merupakan tahap praktik mengajar calon pendidik dalam kelompok-kelompok kecil. Tahap ini merupakan pelaksanaan dari tahap perencanaan pengaajaran.

Tahap diskusi feed back adalah tahapan terakhir dalam pelaksanaan pembelajaran micro. Di mana tahap ini merupakan tahap evaluasi pelaksanaan praktik mengajar. Pada tahap ini akan terjadi diskusi mengenai pelaksanaan pengajaran calon pendidik. Biasanya, tahap ini dapat dilakukan oleh taman sekelompok ataupun dari pembimbing.

Page 20: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,
Page 21: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Sasaran BelajarMelalui proses pelatihan dan pembelajaran materi bab ini,

diharapkan para mahasiswa pendidikan jasmani memahami latar belakang, teknik membuka kelas, teknik menarik perhatian siswa, pengelolaan proses, merumuskan tujuan, serta penggunaan pendekatan yang cocok dalam setiap proses yang dilaksanakan di sekolah sebagai berikut:

1. Menjelaskan Hakikat pembelajaran pendidikan jasmani.2. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses

pembelajaran. 3. Menjelaskan berbagai teknik membuka kelas dalam menata awal

pembelajaran pendidikan jasmani.4. Menjelaskan berbagai aspek penggelolaan pembelajaran pendidikan

jasmani.5. Mampu merumuskan tujuan pembelajaran sesuai tingkat

perkembangan dan pertumbuhan anak didik.6. Menjelaskan beberapa syarat dalam merumuskan tujuan

pembelajaran.7. Mampu menerapkan gaya mengajar dalam upaya menggiatkan

partisipasi siswa melaksanakan tugas ajar.8. Menjelaskan cara penggunakan pendekatan yang tepat dalam

mengelola lingkungan belajar.

PENDAHULUAN

B A B 2

11

Page 22: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

12 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

9. Mampu merencanakan penggunaan metoda mengajar yang diselarasakan dengan isi dan tujuan pembelajaran.

10. Memahami berbagai faktor yang dipakai guru sebagai dasar membuat keputusan penggunaan metoda pembelajaran.

Materi Pokok Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menata awal pembelajaran pendidikan jasmani

A. Menata Awal PelajaranPengajaran disebut sukses, bila mampu membangkitkan proses belajar. Belajar itu akan berlangsung lancar dalam lingkungan yang tertib, memberikan rasa aman dan kesempatan bagi setiap siswa untuk merasa mampu melaksanakan tugas ajar. Diantara faktor penting untuk menciptakan suasana belajar yang tertib adalah penerapan teknik menata awal pelajaran.

B. Teknik Membuka KelasSalah satu kegiatan rutin, ketika pelajaran bimulai yaitu siswa melakukan kegiatan penyesuaian yang lazim disebut kegiatan pemanasan. Selain untuk tujuan mempersiapkan organ tubuh untuk melaksanakan tugas yang lebih berat, peningkatan suhu tubuh, peregangan otot dan sendi, teknik membuka kelas ini merupakan cara untuk memusatkan perhatian siswa. Peralihan dari kegiatan belajar sebelumnya atau kegiatan lainnya ke pelajaran pendidikan jasmani, memerlukan pemusatan perhatian. Hal ini akan membantu siswa menghadapi kesulitan untuk segera mampu memusatkan perhatian, dan tak terkecuali pada siswa jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Keberhasilan pengajaran pendidikan jasmani berawal dari teknik membuka kelas. Penataan awal pengajaran bertujuan agar siswa siap untuk melaksanakan tugas ajar. Bagian terpenting dari proses belajar mengajar pendidikan jasmani adalah menyiapkan siswa agar segera memusatkan perhatian pada tugas yang diberikan.

Ketertiban harus tepat dijaga. Ketika anak keluar dari kelas, mereka dibawa dengan berbaris sesuai jumlahnya. Hal ini perlu dibiasakan karena penting untuk menjaga ketertiban sekolah, dan tidak mengganggu kelas lainnya. Kebiasaan seperti ini bermanfaat untuk memupuk prilaku berdisiplin.

Page 23: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 2 | Pendahuluan 13

Berkaitan dengan persiapan memulai pelajaran, pembinaan tanggung jawab juga sudah dapat diselipkan. Misalnya dengan memberikan tugas pada 2-3 siswa sesuai dengan kemampuannya, seperti membawa bola, tongkat atau peralatan lainnya. Biasakan pula setelah usai pelajaran alat-alat itu mereka kembalikan ketempat semula. Jangan terlampau mempersoalkan pakaian seragam, yang penting anak memakai pakaian olahraga dan aman bagi anak.

C. Teknik Menarik Perhatian SiswaAgar segera memusatkan perhatiannya ke pelajaran, siasat yang efektif adalah mengaitkan tugas ajar dengan pengalaman sebelumnya. Untuk itu, guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan yang memancing perhatian anak dan akan memperoleh respon. Cara lain untuk menggugah perhatian anak, yaitu dengan mengajukan pertanyaan tentang berapa banyak diantara mereka yang sudah menguasai keterampilan. Kadang kala jawabannya serempak sehingga anda menentukan siapa anak yang akan mengemukakan pendapatnya.

Dalam fase membuka kelas ini, guru perlu menjelaskan tujuan pengajaran. Maksudnya agar siswa memahami, apa yang ingin diperoleh dari pengajaran itu. Yang terpenting adalah inti gagasannya, tentang apa yang ingin dicapai melalui penyediaan pengalaman belajar waktu itu. Guru perlu mengecek pemahaman siswa tentang tujuan pengajaran, dengan mengajukan pertanyaan “siapa yang ingat tentang tujuan pengajaran pagi ini …? Tata cara seperti ini tidak harus selalu dilakukan, sebab adakalanya anak segera aktif secara serempak. Contoh teknik membuka kelas seperti di bawah ini.

“coba pikirkan sejenak jenis-jenis tugas gerak yang memerlukan kekuatan…? (beri waktu beberapa saat bagi anak sebelum ia mengemukakan jawabannya). Minggu lalu kita sudah mempelajari dua cara mengguling ke depan. Hari ini kita akan mempelajari cara mengguling ke depan yang lebih baru. Kamu masih ingat ke dua cara terdahulu….?. ( berikan waktu beberapa saat bagi anak untuk mengingat kembali bahan-bahan yang telah dipelajari minggu lalu).

Page 24: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

14 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

D. PemanasanIstilah pemanasan sudah menjadi perbendaharaan kata dalam dunia olahraga. Sebelum seseorang melakukan tugas gerak atau berolahraga, terlebih dahulu harus dilaksanakan pemanasan. Tujuan utama pemanasan ini, yaitu untuk : (1) menyiapkan siswa agar segera menyesuaikan diri dengan tugas ajar; (2) merangsang fungsi organ tubuh agar siap melakukan kerja fisik yang lebih berat; (3) meregangkan otot dan sendi sehingga bahaya cidera otot atau sendi dapat dihindari.

Persoalannya adalah bagaimana cara melakukan pemanasan? Sebagai catatan, ada dua kebiasaan yang lazim dilaksanakan oleh guru pendidikan jasmani dalam melakukan pemanasan. Pertama, latihan senam (calistenic). Kedua, lari keliling lapangan atau lari disepanjang jalan. Apa pendapat anda tentang ke dua cara itu ? Apakah anda setuju, bila anak lari disepanjang jalan.

Sebelum membahas ke dua tehnik pemanasan tersebut, dalam kesempatan ini kita sepakat bahwa berlari disepanjang jalan, apalagi disela-sela kendaraan adalah berbahaya, di samping itu keadaan udara sangat kotor, hasil pembuangan gas kendaraan bermotor. Tugas ini bertentangan dengan prinsip pendidikan jasmani yang selalu mengutamakan keselamatan siswa.

1) SenamSecara terpimpin dalam sebuah formasi, sangat sering senam dipakai oleh guru pendidikan jasmani sebagai pemanasan. Gerakannya dilakukan secara berurutan. Biasanya, diawali dari gerak yang merangsang peredaran darah, seperti lari di tempat. Kemudian, dilakukan peregangan sesuai dengan jenis persendian. Contoh gerakan peregangan :(1) meregang badan kesamping; (2) membungkukan badan ke depan, sementara ke dua lutu lurus; (3) menggerak-gerakan kepala, ke kiri dan ke kanan, atau memutar-mutarkan kepala pada sumbunya. Tugas gerak itu sering dilakukan dengan mengikuti komando gurunya, sesuai dengan hitungan seperti 1,1, 2,2 dan seterusnya. Gurulah yang menentukan gerakannya dan murid mengikuti apa perintah gurunya.

2) Lari keliling lapanganGuru dapat menginstruksikan untuk berlari 4-5 keliling. Kadang kala, tidak disadari bahwa tugas itu terlampau berat bagi siswa. Guru boleh melakukannya, tapi harus dijamin keselamatan siswa. Berlari

Page 25: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 2 | Pendahuluan 15

keliling lapangan juga mengandung resiko. Bisa terjadi, beban kerja terlalu berat bagi anak. Guru juga sukar mengontrol pelaksanaannya, apakah dilakukan dalam tempo yang tinggi atau rendah. Intensitas kerjanya sukar dikendalikan, meskipun siswa itu dapat diajarkan untuk memantau respon keadaan tubuhnya. Karena itu, dua faktor penting yang harus diperhatikan adalah keselamatan dan manfaat tugas-tugas gerak yang dilakukan oleh siswa. Dalam kenyataannya, ke dua cara itu bisa membosankan anak. Karena itu, perlu dicoba cara lain yang lebih menyenangkan anak tanpa mengurangi manfaatnya. Bagaimana pelaksanaannya ?

3) Aktivitas SpontanCara ini akan berhasil dengan membiasakan siswa untuk dapat mengatur dirinya. Sejak awal tahun siswa diajarkan beberapa tatakrama dan aturan tentang ; (1) tata cara masuk ke ruangan senam atau ke lapangan, (2) kegiatan yang dilakukan secara sendiri-sendiri, (3) pemakaian alat-alat untuk kegiatan awal dan kemudian cara menempatkan setelah tidak digunakan. Berbeda dengan ke dua teknik membuka kelas yang lazim dilakukan, dalam kegiatan spontan ini, siswa tidak terkait oleh panduan dari gurunya. Siswalah yang mengatur dirinya, sesuai petunjuk yang telah diterimanya. Kita coba membahas cara menyampaikan pesan kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan spontan ini.

4) Pengertian LisanCara lain untuk menyampaikan pesan kepada siswa yaitu melalui ucapan lisan. Guru pendidikan jasmani, dapat melakukan hal ini disetiap saat dengan bahasa yang singkat dan jelas. Contoh : Pelajaran kita kali ini adalah melempar bola. Kamu boleh melakukannya dengan cara apa saja atau memakai tangan kanan atau kiri.

5) MusikUntuk membuka kelas, musik juga dapat digunakan. Anak-anak perlu dibiasakan dengan irama musik dan lagu yang digunakan. Ketika musik dibunyikan, anak -anak melakukan gerakan sesuai pilihannya. Begitu suara musik berhenti, mereka juga berhenti melakukan gerakan. Hasil pengamatan menunjukkan, penggunaan musik sebagai pengiring kegiatan pemanasan, membuat kelas sangat disukai siswa. Gagasan

Page 26: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

16 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

dibalik teknik ini adalah pengembangan inisiatif dan kreativitas anak untuk menentukan sendiri bentuk gerak,

Pemanasan Spontan Diiringi Musik

Tentu saja, pada waktu sebelumnya, guru perlu memberikan penjelasan berupa rambu -rambu pelaksanaan pemanasan secara spontan yang diiringi oleh musik. Musik menimbulkan suasana bergembira dan semangat. Berapa lama musik dapat digunakan? Hal ini dapat diperkirakan, berkisar 2-3 menit. Tidak ada resep khusus yang bersifat waktu. Gurulah yang harus memutuskannya.Yang penting, tehnik membuka kelas bervariasi tidak monoton, dengan memerhatikan suasana kejiwaan siswa.

Rangkuman: (1) membuka kelas penting untuk memusatkan perhatian siswa, dan menyiapkan anak agar siap belajar. Tekniknya dapat dilakukan secara tradisional (senam atau lari) atau kegiatan spontan; (2) membuka kelas secara spontan membiasakan siswa berinisiatif melaksanakan tugas gerak sesuai dengan keinginannya; (3) mengikuti irama musik sambil bergerak sangat disukai oleh siswa; dan (4) tidak usah khawatir, bahwa siswa akan melakukan sehingga menyebabkan cidera. Siswa pandai mengatur dirinya.

E. Metoda MengajarMetoda mengajar merupakan cara/siasat untuk menggiatkan partisipasi siswa melaksanakan tugas ajar. Hal ini dikaitkan dengan upaya untuk mengelola lingkungan dan atsmosfir pengajaran untuk tujuan mengoptimalkan jumlah waktu aktif dari para siswa yang dipandang sebagai indikator untuk menilai efektivitas pengajaran. Bagian ini

Page 27: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 2 | Pendahuluan 17

memaparkan beberapa metoda yang dapat diterapkan sesuai keadaan, berdasarkan keputusan guru pendidikan jasmani itu sendiri.

F. Pembuatan KeputusanPembuatan keputusan pada awal pengajaran tentang metoda mengajar yang akan digunakan oleh guru sangatlah penting . Hal ini, tergantung situasi, karena itu ada kesan, seolah-olah perencanaan itu tidak penting. Namun, dalam kenyataannya tidak demikian. Perencanaan metoda mengajar dan isi pengajaran sama pentingnya. Bila metoda mengajar tidak direncanakan, maka guru pendidikan jasmani akan menghadapi kesukaran untuk menyampaikan materi. Pembuatan keputusan pada waktu sebelum pengajaran dimulai mencakup beberapa hal yaitu: metoda mengajar, alat yang digunakan, pengisian waktu pengajaran, dan pengaturan beberapa formasi sesuai dengan kebutuhan.

Dalam kenyataannya, guru yang cakap tidak menggunakan hanya satu metoda mengajar. Beberapa metoda mengajar dapat diterapkan selama satu jam pelajaran. Tentu saja, harus dipahami faktor apa yang dipakai oleh guru sebagai dasar membuat keputusan tentang metoda yang akan digunakan. Mengapa perlu digunakan beberapa metoda? Alasannya adalah; (1) untuk mendorong terciptanya suasana belajar yang mengajarkan siswa untuk belajar; (2) agar guru dan siswa sama-sama termotivasi dan giat melaksanakan tugas masing-masing. Tidak ada satu metoda mengajar yang dianggap paling berhasil, sebab tergantung pada situasi. Metoda mengajar itu, sekali waktu lebih ditekankan pada peranan guru sebagai pusat pengajaran, dan sekali waktu, berpusat pada anak. Jadi, pembuatan keputusan itu bergerak dalam sebuah garis bersinambung.

1. Metoda Komandoa) Ciri

Metoda komando adalah pendekatan mengajar yang bergantung pada guru. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran dan sepenuhnya bertanggungjawab terhadap kemajuan belajar. Pada dasarnya metoda ini ditandai dengan penjelasan, demonstrasi, dan latihan. Lazimnya, dimulai dengan penjelasan tentang teknik baku, kemudian siswa mencontoh dan melakukannya berulang kali. Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Siswa dibimbing ke satu tujuan yang sama bagi semuanya.

Page 28: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

18 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

seluruh inisiatif

ada pada guru

siswa siap melakukan

tugas gerak sesuai penjelasan dan contoh

Alur Metoda Komando

b) PenerapanPenjelasan disampaikan singkat dan langsung tertuju pada yang

dimaksud. Tekanannya pada pemberian kesempatan kepada siswa untuk berlatih sebanyak mungkin. Kekeliruan sering terjadi, karena petunjuk guru terlampau rinci dan intormasi terlampau banyak. Penjelasan yang bertele-tele, perlu diganti dengan penyampaian contoh, baik sebagian maupun keseluruhan tugas gerak. Bila digunakan alat bantu, berikan kesempatan pada siswa untuk mencobanya. Faktor keselamatan harus menjadi perhatian. misalnya, hindari lantai yang licin, alat yang diper-kirakan bisa patah, atau objek lainnya yang dapat membahayakan siswa. Kekurangannya adalah inisiatif sepenuhnya dipegang oleh guru. Kreativitas siswa kurang terangsang.

2. Metoda Tugasa) Ciri

Guru menentukan tujuan pengajaran, memilih aktivitas dan menetap-kan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Perbedaannya dengan metoda komando adalah bahwa dalam tugas ini, siswa ikut serta menentukan cepat lambatnya tempo belajar. Maksudnya, guru memberikan keleluasaan bagi siswa untuk menentukan sendiri kecepatan dan kemajuan belajarnya. Dalam metoda ini, guru tidak menghiraukan bagaimana kelas diorganisasi, hal itu tidak begitu penting lagi.

Page 29: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 2 | Pendahuluan 19

Siswa melakukan Tugas masing-

masing

Tugas Ajar disiapkan Untuk siswa

Melalui seleksi

Alur metoda tugas

b) PenerapanTugas dapat disampaikan secara lisan atau tulisan. Siswa melakukan

tugas sesuai kemampuannya. Ia juga dapat dibantu temannya, atau tugas itu dilaksanakan dalam sebuah kelompok kecil. Tugas tertulis dapat diterapkan untuk keperluan beberapa waktu. bila tugas tertera dalam sebuah kartu selesai dilaksanakannya, siswa dapat maju menggunakan kartu berikutnya.

3. Metoda Individuala) Ciri Pelaksanaan

Metoda individual dikembangkan berdasarkan konsep belajar yang berpusat pada siswa, dan kurikulum yang diluncurkannya sesuai dengan kebutuhan perorangan. Siswa memperoleh kesempatan untuk belajar sesuai dengan tempo masing-masing. Untuk melaksanakan metoda ini diperlukan dukungan sumber belajar yang memadai, seperti rekaman video atau film, buku pegangan guru, kartu kemajuan siswa, papan tulis, dan sebagainya. Metoda ini belum lazim diterapkan dalam pendidikan jasmani di Indonesia. Sebab, dibutuhkan sumber belajar yang mencukupi kebutuhan. Meskipun demikian, metoda ini dapat diterapkan dengan perlengkapan sederhana, seperti penggunaan kartu kemajuan pribadi, pembuatan poster atau gambar-gambar yang dibuat oleh guru sendiri. Sebagai gambaran, langkah pengembangan dan penerapan metoda individual sebagai berikut; (1) diagnosis, pengukuran atau pengetesan dilaksanakan untuk menen-tukan taraf pengetahuan atau keterampilan, (2) penentuan paket tugas, setiap siswa memperoleh paket tugas berdasarkan tingkat pengetahuan dan keterampilan, (3) pengembangan siswa berdasarkan paket tugas hingga ia berhasil melaksanakan tugas itu. Penilaian atau tes secara mandiri, juga disediakan sehingga siswa dapat mengetahui kemajuannya sendiri, (4)

Page 30: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

20 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

evaluasi, siswa menghubungi gurunya agar dilaksanakan evaluasi, baik pengetahuan maupun keterampilan, (5) pengukuhan, bila siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik, guru memberikan pengukuhan (reinforcement) berupa penghargaan, mencatat kemajuan siswa dalam grafik, dan menyiapkan tugas baru.

Rangkuman :

Metoda individual memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan temponya masing-masing, dan

memperoleh umpan balik dari dirinya sendiri mengenai kemajuan belajar. Guru berfungsi untuk menyiapkan paket

belajar berdasarkan hasil penelahaan pada tahap awal proses belajar

4. Belajar Tuntasa) Ciri

Belajar tuntas merupakan sebuah variasi dari metoda indi vidual. Metoda ini tidak menekankan aspek pengetahuan atau penalaran. Namun, lebih mengutamakan penilaian dari teman sejawat dan guru. Sebuah keterampilan di pecah menjadi beberapa tahap, dan setiap tahap harus diketahui sampai tuntas. Maksudnya, keterampilan itu benar-benar dikuasai hingga mahir.

Metoda Belajar Tuntas

b) PelaksanaanSetiap tahap penggalan tugas gerak merupakan sebuah kesatuan

yang harus dikuasai, sebelum dilaksanakan gerakan yang utuh dan lebih rumit. Banyak penggalan tungas gerak, bergantung pada tingkat kerumitan gerak itu sendiri. Contoh, perhatikan pentahapan keterampilan menagkap bola. dalam empat penggalan tugas, (1) secara perorangan anak melambungkan bola dengan ke dua tangannya, ditangkap dengan

Page 31: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 2 | Pendahuluan 21

ke dua tangan pula. Lambungkan dengan tangan kanan, tangkap dengan ke dua tangan. Lambungkan dengan tangan kiri, tangkap dengan ke dua tangan; (2) secara perorangan anak melambungkan bola dari tangan kiri ketangan kanan secara bergantian. Upayakan agar lambungnya cukup tinggi sehingga gerakan bola melengkung ketika berpindah dari satu tangan ketangan lainnya; (3) secara perorangan dengan memakai kantong berisi gabah atau pasir, lambungkan kantong itu disekitar anggota badan dan kemudian ditangkap. Lambungkan kantong itu dengan ke dua tangan di atas kepala, dan tangkap di belakang kepala dengan ke dua tangan; dan (4) secara perorangan, dengan kantong gabah itu dan dalam posisi tegak, lambungkan kantong itu tinggi-tinggi dan tangkap pada posisi jatuh serendah mungkin dengan ke dua tangan. Berikut, tangkap dengan tangan kanan dan kemudian dengan tangan kiri, serendah mungkin.

Belajar Tuntas Melambung dan Menagkap Bola

Sesuai konsep belajar tuntas, tetapkan patokan keberhasilan bagi setiap tahap itu. Misalnya, pada tahap ke -1, dari 5 kali percobaan, anak berhasil menangkap bola sekurangnya 4 kali. Bila gagal memenuhi kriteria, latihannya harus diulang. Bila ternyata gagal setelah diulang, tugas itu ditunda dan beralih ketugas lainya. Metoda belajar tuntas memiliki beberapa keuntungan; (1) anak belajar sesuai tempo secara perorangan hingga tercapai sasaran belajar; (2) metoda ini cocok untuk anak yang rendah keterampilannya atau anak yang cacat; (3) dengan metoda ini anak dapat berlatih dalam waktu sengang diluar jam sekolah. Secara ringkas, pelaksanaan metoda ini sebagai berikut; (1) penguasaan gerak harus dibagi menjadi beberapa tahap yang bertautan secara bersinambung; (2) kemahiran yang diinginkan harus ditelaah, apakah anak sudah siap?; (3) tujuan setiap perfoma harus dirumuskan untuk setiap tahap; (4) pengetesan secara tidak resmi dapat dilaksanakan untuk mengecek kesiapannya mengikuti tes resmi oleh guru; (5) bila anak sudah siap,

Page 32: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

22 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

guru menetapkan batas lulus atau gagal bagi setiap unit penggalan tugas. Bila berhasil, anak maju mengerjakan tugas ajar berikutnya, dan (6) bila anak gagal, ia terus mengerjakan beberapa alternatif/mengubah tugas.

5. Metoda Pemecahan Masalaha) Ciri

Metoda ini terdiri atas masuknya informasi, pemikiran, pemilihan dan respons. Masalahnya harus dirancang sehingga jawabanya bukan haya satu. Bila demikian, metoda ini berubah menjadi metoda diskoveri tertuntun. Masalahnya dirancang dari yang mudah ke yang sukar. Misalnya, “Apa perbedaan hasil lempar bola dalam keadaan ke dua kaki diam dengan hasil lemparan dalam posisi ke dua kaki sambil bergerak?” Pertanyaan bisa semakin sulit. Misalnya, bagaimana bentuk gerakan lanjutan kaki untuk menendang dalam sepak bola agar bola tidak melambung jauh di atas mistar gawang?.

Metoda Pemecahan Masalah

Pemecahannya dapat dilaksanakan secara perorangan atau berke-lompok. Makin meningkat usia siswa, maka mutu pertanyaan pun kian meningkat. Pertanyaan seperti ini, dimaksudkan untuk merangsang penalaran siswa.

b) PelaksanaanLangkah-langkah pelaksanaan metoda pemecahan masalah sebagai

berikut. (1) penyajian masalah, guru menyajikan masalah kepada siswa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang merangsang untuk

Page 33: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 2 | Pendahuluan 23

berpikir. Tidak ada penjelasan atau demonstrasi karena pemecahannya bersumber dari anak; (2) tentukan prosedur, siswa harus memikirkan prosedur yang dibutuhkan untuk mencapai pemecahan. Bila usia anak masih muda seperti di kelas awal, maka persoalan yang diajukan juga lebih sederhana; (3) bereksperimen dan mengeksplorasi, siswa mencoba beberapa kemungkinan cara memecahkan masalah, serta menilai dan membuat sebuah pilihan. Ketika mencari jawaban, anaklah yang menentukan arah pemecahannya. Sementara itu, guru hanya berperan sebagai penasehat, seperti menjawab pertanyaan, membantu, memberikan komentar dan mendorong siswa. Namun, ia tidak mengemukakan jawaban. Waktu harus dirancang cukup untuk mencari jawaban; (4) mengamati, mengevaluasi dan berdikusi, anak perlu memperoleh kesempatan untuk megemukakan jawaban, mengamati apa yang ditemukan siswa lainya; dan (5) penghalusan dan perluasan, setelah mengamati pemecahan yang diajukan siswa lainya, dan mengevaluasi alasan dibalik pemecahan yang dipilih, setiap anak memperoleh kesempatan untuk bekerja kembali melakukan pola gerakannya, menggabungkan satu gagasan dengan gagasan lainnya.

Guru Memaparkan Masalah Kepada Siswa

6. Eksplorasi Terbatasa) Ciri

Tugas guru ialah menyiapkan materi, dan petunjuk umum. Siswa bertugas untuk menentukan sendiri respon yang sesuai. Metoda ini cacok untuk pengmetodaan gerak dan mengembangkan beberapa gerak untuk keterampilan khusus.

Page 34: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

24 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

b) PelaksanaanBila mempelajari keterampilan manipulatif (misalnya, keterampilan

melempar bola), siswa dapat memperlihatkan beberapa cara melambung dan menangkap bola. Contoh bila siswa berlatih bersama temannya, misalnya keterampilan memainkan bola, mereka dapat melempar atau memantulkan bola dengan beberapa cara, seperti bolak balik diantara mereka. Metoda eksplorasi terbatas dapat juga diterapkan untuk tujuan yang lebih luas, seperti untuk mengeksplorasi variasi gerak yang lebih kaya dalam kaitanya dengan ruang, waktu, daya, dan arus gerak.

7. Diskoveri Tertuntuna) Ciri

Bentuk lain dari eksplorasi terbatas disebut diskoveri tertuntun. Maksudnya, hasil pemecahan masalah yang diharapkan oleh guru, dapat di temukan oleh siswa dengan tuntunan guru.

b) PelaksanaanGuru mengemukakan beberapa alternatif mengenai cara melak-

sanakan tugas, misalnya tentang posisi kaki pada waktu melempar bola. Siswa diminta untuk mencobakan beberapa alternatif, dan kemudian menentukan sendiri cara yang paling tepat. Setelah melakukan beberapa percobaan dan mengamati sendiri hasilnya, siswa sampai pada kesimpulan tentang pola gerak yang dinilainya paling sesuai.

8. Eksplorasi tak Terbatasa) Ciri

Dalam metoda eksplorasi tak terbatas, guru membantu menyediakan alat-alat pekerjaan dan merancang tugas yang akan dijelajahi. Petunjuk yang disampaikan guru bisa begini: Hari ini, separuh waktu bebas kamu isi dengan aneka kegiatan, silahkan mencari dan memakai alat yang dibutuhkan. Ambil bola, silahkan memainkannya sesuka hatimu. Tidak ada batas, kecuali faktor keselamatan siswa. Guru cuma mengingatkan, bagaimana menggunakan alat.

b) PelaksanaanKarena diutamakan kemampuan siswa mencari cara memecah-

kannya sendiri, maka tidak ada contoh atau demonstrasi dari pihak guru. Guru menghindari pemberian petunjuk, kecuali mengatakan

Page 35: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 2 | Pendahuluan 25

beberapa hal seperti cara memakai alat. Hal ini untuk mencegah anak meniru atau tidak kreatif. Penerapan metoda eksplorasi tak terbatas, tidak berarti guru tidak aktif. Dalam praktik, ia berkeliling memberikan dorongan, dan menjawab pertanyaan yang dikemukakan secara perorangan. Guru memusatkan perhatiannya untuk memotivasi siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa agar mandiri, dan kemudian semakin mandiri sesuai perkembangan anak.

Rangkuman; (1) metoda mengajar ini diterapkan sesuai situasi dengan maksud untuk mengaktifkan semua siswa; (2) metoda komando mengandung ciri, yaitu seluruhan inisiatif bergan-tung pada guru; (3) metoda eksplo rasi tak terbatas menekankan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk menemukan sendiri pemecahan masalah; dan (4) setiap metoda memiliki keuntungan dan keterbatasan.

G. Penggunaan alat, waktu dan ruanganAlat, waktu, dan ruang merupakan sumber daya yang penting untuk

mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM). Ketiga sumber daya ini harus dikelola dan dimanfaatkan sebaik-baiknya karena bersifat langka. Bagian ini membahas pengelolaan sumber daya tersebut.

a. Penggunaan AlatKeluhan umum guru pendidikan jasmani yakni terbatasnya

ketersediaan alat dapat menjadi faktor penghambat, dan dapat berpengaruh langsung terhadap struktur pengajaran dan pengaturan siswa. Persoalan berikutnya, yaitu penempatan alat dan pemindahannya ketempat lain. Kegiatan ini harus direncanakan sebaik-baiknya. Berkenaan dengan penggunaan alat untuk meningkatkan efektifitas pengajaran, beberapa siasat dapat diterapkan sebagai berikut; (1) alat ditempatkan pada beberapa stasion, sebagai anak, misalnya berlatih lempar tangkap, dan sebagian lagi berlatih senam dan tugas gerak guling ke depan. Jadi, semua anak aktif distasionnya masing-masing. Guru memberi aba-aba pertanda bahwa latihan berpindah ke stasion berikutnya; (2) latihan berkawan, salah seorang siswa bertugas untuk mengawasi temannya yang sedang berlatih. Berikut, bergantian. Semua anak aktif dan belajar saling mengkoreksi atau belajar dari performa temannya. Kedua siswa menggunakan alat bergantian; (3) alat-alat disebar sekeliling lapangan, semua anak ditempatkan pada tempat yang memungkinkan guru dapat mengamati semua stasion latihan.

Page 36: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

26 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

Prinsip:Alat ditempatkan dan digunakan pada posisi yang aman dan

memungkinkan siswa berpartisipasi secara merata dan maksimal. Hindarkan waktu terbuang akibat siswa lama diam menunggu giliran.

Tidak selamanya alat yang dibutuhkan tersedia. Hal ini merupakan keluhan semua guru pendidikan jasmani. Bagaimana pemecahannya? Tidak ada ketentuan siswa bahwa alat-alat yang dipergunakan harus alat yang lazim dipakai dalam kegiatan berolahraga yang sebenarnya. Terbuka kesempatan bagi guru untuk membuat sendiri alat-alat, sesuai dengan kebutuhan.

Penempatan Alat Pada Beberapa Pos

Guru menyampaikan bahan pelajaran. Kreativitas memanfaatkan sumber-sumber lokal, merupakan kunci keberhasilan mengatasi masalah tersebut.

b. Penggunaan WaktuWaktu untuk pendidikan jasmani sangat terbatas, yaitu hanya sekali

pertemuan per minggu. Dalam satuan acara pelajaran (SAP) guru sudah harus merancang alokasi waktu, sejak pembukaan kelas, masuk ke inti pelajaran, hingga penutup. Setiap tindakan terkait dengan waktu. Jangan membuang waktu. Guru yang cakap, mengatur tempo, kapan istirahat dan kapan pula aktivitas anak digiatkan. Jangan menghabiskan waktu untuk menunggu siswa ganti pakaian, mengecek kehadiran, menyiapkan barisan ketika membuka kelas. Mengapa harus dicek kehadiran siswa di lapangan, padahal sudah diketahui jumlah anak ketika di kelas?. Pengelolaan waktu memerlukan keputusan yang tepat. Hal ini terkait

Page 37: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 2 | Pendahuluan 27

dengan kemampuan guru membaca suasana kelas. Untuk mem-perpanjang waktu berlatih, beberapa teknik sebagai berikut.

Memusatkan kembali perhatian kelas. Hal ini dapat disertai penjelasan tentang pentingnya keterampilan yang dilatih.

Penghalusan tugas. Guru dapat menghentikan kelas sesaat, disertai permintaan kepada siswa untuk menyempurnakan teknik, misalnya dengan cara memperbanyak variasi dan kesulitan tugas.

Berhenti dan evaluasi. Ada dua cara berhenti, pertama, anak stop di tempat dan tidak perlu berkumpul. Guru menjelaskan apa yang harus diperbuat, misalnya koreksi tugas agar kemudian dilakukan lebih baik. Kedua, anak dikumpulkan, dan pada saat ini juga diadakan evaluasi. Cara pertama lebih menghemat waktu sebab anak tidak perlu berkumpul.

Prinsip:Pemanfaatan waktu secara maksimal menjadi kunci keberhasilan

pengajaran. Hal ini di pengaruhi dan pengaturan tempo, kapan berhenti, atau istirahat, dan kapan siswa melaksanakan tugas.

c. Penggunaan RuanganKekurangan ruangan, seperti tanah lapang atau bahkan bangsal

tempat berolahraga merupakan masalah pelik dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani. Tidak dipungkiri, kesediaan tanah lapang dan ruangan merupakan prasyarat untuk melaksanakan kegiatan pengajaran. Namun, bisa terjadi lapangan dan ruangan yang tersedia itu tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Persoalanya terkait dengan pengelolaan ruang. Salah satu kelemahan guru pemula dalam pendidikan jasmani, yaitu melaksanakan pengajaran penjas diarena yang luas. Guru lupa menjelaskan bahwa ada batas tempat yang boleh digunakan oleh siswanya.

Berapa luas ruang yang digunakan, bergantung pada jenis tugas yang akan diajarkan dan dilatih. Cara termudah untuk menetapkan batas misalnya dengan membuka garis dari kapur atau objek lainnya yang ada sekitar, seperti dengan memasang patok dari ranting, tonggak bambu, atau benda lain yang mudah diperoleh. Bila lapangan atau ruangan cukup luas, guru dapat membuat petak-petak wilayah yang akan digunakan oleh siswa. Batas tanda itu memang bagus, jika dapat dipindah-pindah untuk berbagai keperluan. Jika kelas cukup besar, maka kelas dapat dibagi menjadi dua bagian.

Page 38: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

28 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

Prinsip:Partisipasi siswa dapat ditingkatkan melalui perencanaan pemakaian

ruangan yang tersedia disesuaikan d engan besar kelas. Batas lapangan yang dipakai untuk belajar dan berlatih harus jelas dipahami oleh siswa.

d. Pengaturan FormasiPengaturan formasi bertujuan untuk memaksimumkan partisipasi

siswa. Kesempatan untuk berlatih, termasuk kejelasan memperoleh informasi dari guru, tergantung pada pengaturan informasi bagaimana formasi atau posisi siswa diatur dalam kaitannya dengan posisi alat dan luasnya lapangan atau ruangan.

Formasi diatur berdasarkan tugas ajar dan jumlah siswa. Bila kelas kecil misalnya, maka dalam satu kelompok jangan lebih dari 3-4 orang siswa. Hal ini berguna untuk mencegah waktu agar tidak terbuang untuk menunggu giliran. Banyak bentuk formasi yang dapat dipakai. Patokan untuk memilih dan mengembangkan formasi adalah (1) tujuan pengajaran, (2) bentuk tugas gerak, clan (3) banyak siswa. Bentuk-bentuk formasi sebagai berikut.

X X X X X

X X X X X

Formasi Terpancar

a) Formasi TerpencarJika ruang memadai atau lapangan cukup luas, maka formasi

terpencar dapat digunakan, seperti halnya penerapan metoda pemecahan masalah, formasi ini cocok digunakan. Formasi ini cocok bila diinginkan kebebasan individu untuk bergerak, atau tugas geraknya terdiri atas keterampilan gerak lokomotor (misalnya, berlari, berjalan), atau keterampilan memainkan bola, lompat tali perorangan, dan tugas gerak lainnya yang memerlukan variasi secara leluasa.

b) Formasi Kelompok yang diperlebarFormasi kelompok, seperti dua atau tiga baris bersaf, dibuat

berdasarkan pertimbangan bahwa anak perlu dikelompokkan untuk memaksimumkan partisipasi. Jarak antara anak satu dengan lainnya harus cukup leluasa, misalnya sekitar 1 meter. Namun, jarak ini dapat diperlebar sesuai dengan kebutuhan. Guru menempatkan diri

Page 39: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 2 | Pendahuluan 29

pada posisi yang dapat diamati oleh siswa atau berpindah-pindah sesuai dengan kebutuhan. Dalam latihan senam, misalnya dalam melaksanakan peregangan atau lari ditempat, guru sering memakai formasi berkelompok bersaf.

X X X X X X

X X X X X X

Formasi Berkelompok Bersaf

c) Formasi BerkawanFormasi dua berkawan dipakai untuk melakukan tugas gerak

yang memungkinkan siswa saling melayani atau memberi, seperti lempar tangkap, keterampilan menendang bola, dan jenis keterampilan lainnya yang dapat dilakukan secara leluasa karena ruang cukup luas. Alat tertentu dapat dipakai secara bergantian oleh dua siswa. Formasi ini dapat dikaitkan dengan metoda mengajar berkawan atau metoda resiprokal, karena ke dua siswa silih berganti berlatih dan berperan sebagai pengamat. Tugas-tugas gerak lainnya yang membutuhkan kerja sama, seperti latihan tarik menarik untuk menguatkan tangan, dapat memakai formasi ini.

X X X X X

X X X X X

Formasi Dua Berkawan

d) Kelompok KecilKelompok kecil dapat disusun untuk keperluan tertentu. Susunannya

sama dengan formasi berkawan, tetapi diubah dalam susunan kelompok kecil yang beranggota 3-4 orang.

e) Formasi Baris BerbanjarTugas ajar yang memerlukan kemampuan bergerak berpindah tempat,

seperti lari dan lain-lain dapat dilaksanakan dengan memakai formasi baris berbanjar. Anak pada barisan muka yang sudah melaksanakan tugasnya

Page 40: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

30 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

berlari ke belakang. Anak berikutnya yang sudah melaksanakan tugas itu, juga berlari kebelakang barisan, dan seterusnya sampai seluruh siswa memperoleh giliran.

X X X X X

X X X X X

X X X X X X

X X X X X

Formasi Baris Berbanjar Dengan Ketua

f) Formasi Baris Berbanjar dengan Pimpinan.Variasi lain dari formasi baris berbanjar yaitu di depan setiap barisan

ada seorang pemimpin kelompok. Untuk keterampilan melempar dan menangkap misalnya, formasi ini dapat dipakai. Anak no.1 terdepan, melempar bola kepemimpinnya. Anak no. 1 lari kebelakang barisan, dan anak no. 2 berikutnya siap menangkap bola dan melemparkannya kembali kepemimpin. Setiap barisan melakukannya sampai semuanya memperoleh kesempatan.

X X X

X X X

X X X

X X X

Formasi Berkelompok dan Dibentuk Pada Ujung Lapangan

Page 41: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 2 | Pendahuluan 31

X X X X X X

Formasi Satu Baris Dengan Ketua

g) Formasi baris bersaf dan pimpinanSatu baris bersaf mengambil jarak cukup leluasa sementara

didepannya berdiri seorang ketua. Tugas gerak, seperti lempar tangkap dengan poros ketua dapat memakai formasi ini.

h) Formasi setengah lingkaranUntuk menjelaskan tugas ajar atau melaksanakan demonstrasi,

dapat dipakai formasi setengah lingkaran. Siswa membentuk formasi setengah lingkaran, dan ketua atau gurunya berdiri di tengah lingkaran. Jangan sampai ada anak yang berdiri di belakang, sehingga pandangannya terhalang.

Formasi Setengah Lingkaran

i) Formasi Lingkaran PenuhFormasi ini berupa sebuah lingkaran, sementara seorang pemimpin

berdiri di tengah lingkaran. Guru dapat mengembangkan sendiri beberapa bentuk formasi lainnya, sesuai keadaan ruangan dan tugas gerak. Jangan lupa prinsip utama yaitu formasi itu dibentuk untuk meningkatkan kesempatan bagi setiap anak agar dapat melaksanakan tugas dan tidak lama menunggu giliran.

Page 42: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

32 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

Rangkuman:

Sumber daya berupa alat, waktu, dan ruang/lapangan harus dikelola sebaik-baiknya. Berkaitan dengan ke tiga hal ini, perencanaan formasi berupa pengaturan posisi siswa baik pada waktu tahap orientasi maupun dalam bagian inti juga berpengaruh terhadap jumlah curahan waktu untuk berlatih. Meskipun formasi ini seolah-olah posisi yang sangat kaku. Namun pelaksanaannya juga tetap memerhatikan: (1) upaya pengembangan kreativitas anak untuk melakukan tugas gerak, (2) rangsangan semaksimal mungkin terhadap perkembangan penalaran anak; (3) pengembangan keterampilan sosial seperti saling membantu menghargai orang lain, berkomunlkasi dan bersikap positif terhadap pendldikan jasmani

Memotivasi dan Membina DisiplinGuru sering mengeluh karena murid-muridnya dinilai malas dan

tidak disiplin. Bagaimana motivasi anak agar giat berlatih ? Kebanyakan guru akan menjawab : “ Berikan penjelasan”. Bagai mana cara membina disiplin, guru menjawab “ Buat peraturan yang tegas.” Cara itu tidak cukup. Membangkitkan motivasi anak, tidak cukup hanya dengan menjelaskan maksud dan tujuan tugas. Begitu juga perilaku berdisiplin, tidak dapat dibina dengan ceramah. Disiplin tidak terwujud dalam perilaku dengan sendirinya, melainkan diperoleh melalui belajar dan pembentukan. Bab ini membahas beberapa teknik memotivasi siswa dan membina disiplin.

a. Teknik Memotivasi

Bi1a anak tidak menyukai pendidikan jasmani, pasti ada yang salah. Kesalahan itu terdapat pada suasana pengajarannya. Anda harus jujur, kelemahan itu juga ada pada gurunya. Sebab, anak pada dasarnya senang bermain dan penjas pada hakikatnya adalah pendidikan melalui permainan. Sering guru penjas mengeluh karena siswa malas berlatih. Gejalanya antara lain, murid-murid suka membolos, atau kalaupun ikut serta, partisipasinya kurang maksimal. Bagaimana cara membangkitkan motivasi anak.

Prinsip:

Keterlibatan anak dalam pendidikan jasmani bertujuan untuk meraih sukses. Pengalaman berhasil merupakan sumber motivasi. Berikan pengalaman sukses bagi setiap anak.

Page 43: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 2 | Pendahuluan 33

a) Orientasi SuksesPengajaran akan berhasil mencapai tujuannya, kalau anak aktif

melaksanakan tugas ajar. Keterlibatan siswa dalam setiap tugas, selain didorong untuk menyatakan kemampuan dirinya, juga untuk meraih pengalaman sukses. Karena itu, taktik khusus membangkitkan motivasi siswa dan kriteria berhasil juga disesuaikan dengan tingkat perkembangannya. Untuk membangkitkan motivasi, ada beberapa cara yang dapat diterapkan sebagai berikut:

Permainan Melempar Sasaran

b) Penyesuaian Sasaran LemparanPermainan melempar kesebuah sasaran sangat menarik. Contoh,

setiap anak menetapkan sasarannya sendiri, seperti memasukan bola atau batu ke dalam sebuah kotak. Anak yang tidak mampu diperbolehkan untuk menempatkan kotak pada jarak lemparan yang dekat. Bila ia telah berhasil, sasaran itu dapat ditempatkan pada lokasi yang lebih jauh sesuai dengan kemampuannya.

c) Bermain Menyeberangi ParitParit dapat dibuat dari tambang, bukan parit dalam arti sebenamya.

Dua buah tambang dibuat menggambarkan sebuah sungai/parit dalam imajinasi anak. Tugas anak adalah melompat menyebrangi parit itu, sesuai kemampuannya. Siswa yang mampu dapat memilih untuk melompat bagian sungai yang lebar, dan yang belum mampu, dapat memilih bagian yang sempit.

Page 44: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

34 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

Permainan Menyebrang Sungai

Suasananya dapat menjadi lebih menarik, bila diumpamakan ada buaya atau hewan lainnya yang dianggap mengancam di sungai. Ketika berhasil melompat, anak dapat berkata: “ Cihui, ada buaya.” Atau boleh juga ungkapkan lainya yang menarik bagi mereka.

d) Modifikasi Cabang OlahragaTeknik lainnya yaitu dengan cara mengubah cabang olahraga,

misalnya tinggi jaringan diperendah, luas lapangan diperkecil, lebar gawang dipersempit, jumlah pemain dikurangi. Bisa juga bola yang digunakan lebih besar ukurannya dan ringan, atau sebaliknya lebih kecil ukurannya. Banyak tugas gerak yang gagal dilakukan oleh siswa, karena tidak sesuai dengan kemampuannya, sebagai akibat tugas gerak itu sebenarnya hanya cocok untuk orang dewasa. Guru penjas dapat memodifikasi cabang itu agar sesuai dengan kemampuan siswa.

e) Motivasi dari dalam diri anakYang harus dibiasakan adalah menumbuhkan dorongan dari

dalam diri anak untuk mencintai pendidikan jasmani. Hal ini berkaitan dengan rasa puas, senang, dan berhasil. Sebagai lawan dari dorongan tersebut adalah motivasi dari lua, berupa hadiah atau ganjaran yang menyenangkan. Keduanya dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan. Berikan kesempatan dan peluang yang lebih banyak kepada setiap siswa untuk menikmati penghargaan dan pengalaman sukses.

Page 45: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 2 | Pendahuluan 35

f) Pengajaran dengan menawarkan tugasTeknik lainnya untuk membangkitkan motivasi anak, yaitu tugas

ditentukan secara fleksibel. Siswa ditawarkan tugas apa yang akan dilakukan. Contoh “Kamu boleh bermain dengan balon, bola plastik. Bebas. Silahkan pilih sesuai dengan kesukaan dan kemampuanmu. “Dalam permainan ini, kamu boleh menghitung dengan skor atau tidak. Terserah kalian. “Kamu boleh lari pelan atau cepat sesuai dengan kemampuanmu.

g) Variasi antartugasVariasi merupakan salah satu sumber motivasi. Kegiatan

yang monoton akan menyebabkan anak merasa bosan. Karena itu, rencanakan variasi tugas dalam bentuk mempermudah, mempersukar, atau memperkaya bentuk tugasnya.

h) Penetapan pos latihanUntuk meningkatkan jumlah waktu aktif berlatih dan semua

siswa aktif, latihan dapat dilaksanakan dibeberapa pos. Bila anak telah selesai melakukan tugas dalam sebuah pos, ia bergerak ke pos berikutnya, sampai semua pos selesai dilaksanakan. Guru berfungsi untuk mengawasi, atau memberikan dorongan, sambil berkeliling mengamati siswa.

b. Pembinaan Sikap positif dan disiplin

a) Sikap positifPengalaman gagal sering merupakan akar dari sikap negatif atau

perasaan tidak suka terhadap pendidikan jasmani. Guru bertugas untuk menciptakan perasaan positif. Tumbuhkan harga diri dan percaya diri anak melalui pendidikan jasmani.

Hindari Pengalaman Gagal Yang Mencekam

Page 46: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

36 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

Perasaan positif dapat diciptakan dengan menetapkan target yang fleksibel. Tidak ada target mutlak bagi semua anak setiap siswa boleh menetapkan target sesuai kemampuannya. bila anak sudah mampu, target itu secara bertahap dapat ditingkatkan.

b) Prilaku DisiplinPerilaku berdisiplin akan berkembang bila anak paham akan alasan

dibalik perilaku, dan ia dapat membuat keputusan secara mandiri. Untuk mencapai taraf tersebut, dibutuhkan waktu sejalan dengan perkembangan anak. Karena itu, pembinaan perilaku berdisiplin selalu dimulai dari proses pembiasaan untuk mentaati aturan atau norma yang berlaku. Perilaku berdisiplin berhubungan erat dengan kemampuan anak untuk memahami dan menghayati kaitan antara perbuatan dan pelanggaran.

c. Rangkuman

1. Pengalaman sukses merupakan faktor penting untuk membangkitkan motivasi anak.

2. Sikap positif harus dibentuk melalui pengalaman sukses. Hindarkan pemberian target yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa.

3. Prilaku berdisiplin harus dikembangkan dan dibina secara bertahap, sesuai perkembangan anak.

Page 47: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

A. PendahuluanSesempurna atau seideal apa pun kurikulum, tanpa diimbangi kemapuan guru untuk mengimpletasikannya, maka kurikulum tersebut belum dikatakan maksimal. Justru keterampilan dasar menjadi guru sangat diperlukan. Guru tidak dilahirkan, tetapi dibentuk terlebih dahulu. Pembentukan performance guru yang baik diperlukan keterampilan dasar. Keterampilan dasar adalah keterampilan standar yang harus dimiliki setiap individu yang berprofesi sebagai guru.

Pada bab ini akan diuraikan keterampilan-keterampilan dasar mengajar (teaching skill) yang dapat diimplementasikan dalam bentuk latihan proses pembelajaran micro yang harus diikuasai oleh calon guru sebelum melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL II) di lembaga pendidikan.

Menerut Allen and Ryan (1969) dalam bukunya Micro Teaching mengemukakan 14 komponen keterampilan mengajar antara lain:

1. Stimulus Variation (variasi stimulus)2. Set Induction (siasat memulai pelajaran)3. Clousure (menutup pelajaran)4. Silent and Non Verbal Cues (isyarat)5. Reinforcement of Student Partisipation (penguatan dalam pembelajaran)6. Fluency in Asking (keaktifan bertanya)7. Probing Questions (pertanyaan melacak)

KOMPONEN-KOMPONEN KETERAMPILAN DASAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN Micro

B A B 3

37

Page 48: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

38 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

8. Higher Order Questions (bertanya tingkat tinggi)9. Divergent Quenstions (pertanyaan belum pasti)10. Recognizing Attending Behavior (mengenal tingkah laku yang tampak)11. Illustrating and Use os Example (pengilustrasian dan penggunaan

contoh)12. Lecturing (berceramah)13. Planned Repetition (pengulangan yang direncanakan)14. Copleteness of Comunication (kelengkapan berkumunikasi)

Sementara Uzair Usman dalam bukunya Menjadi Guru Profesional, mengemukakan 8 komponen keteranmpilan dan juga Wardani, C.S dalam bukunya Pengajaran Micro Departemen Pendidikan dan Pengajaran Directorat Jenderal Pendidikan Tinggin mengemukakan 9 komponen keterampilan.

Para ahli dari Stanford University dan Sidney University mengidentifikasi sekitar 22 jenis keterampilan dalam mengajar:

1. Estabilishing2. Estabilishing appropriate frame of reference3. Achieving clousure4. Recognizing ang obtaining attending behavior5. Providing feedback6. Employing rewards and punishing7. Control of participation8. Redudancy and repition9. Illustrating and use of example10. Asking question11. The use of divergent question12. The use higer order question13. The use of probing question14. Student initiated question15. Copleteness of communication16. Variying the stimulus situation17. Lecturing 18. Precuing19. Class room management and discipline

Page 49: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 3 | Komponen-komponen Keterampilan Dasar 39

20. Guiding small group discustion21. Small group teaching and individualized instruction22. Guiding discovery learning and fostering creativity

Namun, semua keterampilan itu sangat bervariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dicermati uraian berikut.

B. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran (Set Induction and Closure)

Komponen pertama dalm mengajar adalah keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam keterampilan membuka pelajaran guru harus memberikan pengantar atau pengarahan terhadap materi yang akan diajarkan pada peserta didik agar siap mental dan tertarik untu mengikutinya. Strategi membuka dan menutup pelajaran (set introduction and clousure) sebenarnya merupakan gabungan antara dua macam keterampilan mengajar yang perlu dilatihkan dalam pengajaran micro.

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam istilah lain dikenal dengan set inductuion, yang artinya usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptkan prokondisi bagi peserta didik agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang dipelajari, sehingga usaha tersebut akan memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar. Dengan kata lain, kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan susuasana siap mental dan menimbulkan perhatian peserta didik dapat terpusat pada hal-hal yang akan atau yang sedang dipelari.

Keterampilan membuka pelajaran merupakan kunci dari seluruh proses pembelajaran yang harus dilaluinya. Sebab jika seoranng guru pada awal pembelajaran tidak mampu menarik perhatian peserta didik, maka proses tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal pelajaran, tetapi juga pada setiap awal kegiatan inti pelaajaran. Ini dapat dilakukan dengan cara mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian peserta didik, memberikan acuan, dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang akan dikuasi peserta didik dengan bahan yang diajarkan.

Inti persoalan membuka pelajaran terkait dengan usaha guru menari perhatian siswa, memotivasi, memberi acuan tentang tujuan,

Page 50: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

40 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja dan pembagian waktu, mengkaitkan pelajaran yang telah dipelajarai dengan topic yang baru, menenggapi situasi kelas. Wardani (1984) mengemukakan bahwa inti keterampilan menbuka adalahj menyipkan mental murid agar mereka siap memasuki persoalan yang akan dibicarakan, membangkitkan minat dan perhatian siswa apa yang akan dibicarakan dalam kegaiatan belajar mengajar.

Sedangkan keterampilan menutup pelajaran merupakan keterampilan merangkum inti pelajaran pada akhir kegiatan belajar. Kegiatan ini cukup berarti bagi siswa, namun banyak tidak sempat melakukan atau mungkin sengaja tidak dilakukan.

Menutup pelajaran (clousure) yaitu keguitan yang dilakukan oleh guru dalam mengakhiri kegaiatan pembelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-pokok pelajaran. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar pendidikan menyatakan bahwa kemajuan hasil belajar paling besar terjadi pada akhir pelajaran dengan cara memberikan suatu ringkasan pokok—pokok materi yang sudah dibicarakan. Kegiatan menutup pelajaran dilakukan bukan di akhir jam pelajaran, akan tetapi pada setiap akhir pokok pembahasan selama satu jam pelajaran.

Inti kegiatan menutup pelajaran adalah:

1. Merangkum atau meringkas inti pokok pelajaran.2. Mengonsolidasikan perhatian peserta didik pada masalah

pokok pembahasan agar informasin yang diterimanya dapat membangkitkan minat dan kemampuannya terhadap pelajaran selanjunya.

3. Mengorganisasikan semua pelajaran yang telah dipelajari sehingga memerlukan kebutuhan yang berarti dalam pemahaman materi pelajaran.

4. Memberikan tindak lanjut berupa saran-saran serta ajakan agar materi baru dipelajari.

Contoh: Setelah melakukan tugas rutin seperti mengisi daftar hadir, menyruh peserta didik menyiapkan alat-alat tulis, guru langsung menerangkan pokok bahasan. Setelah pelajaran selesai, nah anak-anak waktu sudah habis kita lanjutkan minggu depan, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Page 51: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 3 | Komponen-komponen Keterampilan Dasar 41

C. Keterampilan Mengelola Kelas (Class Room Management)Tugas guru di dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan peserta didik dengan menyelidiki kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal dapat dicapai guru jika guru mampu mengatur peserta didik dan sasaran pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengaturan yang berkaitan dengan penyampaian pengajaran (instruksional) atau dapat pula berkaitan dengan penyediaan kondisi belajar (pengelolaan kelas). Bila penganturan kondisi dapat dikerjakan dengan optimal, maka proses belajar berlangsung secara optimal pula. Tetapi bila tidak dapat disediakan secara optimal, tentu saja akan menimbulkan gangguan terhadap belajar mengajar.

Gangguan dapat bersifat sementara sehingga perlu dikembalikan ke dalam iklim belajar yang serasi (kemampuan kedisiplinan), akan tetapi gangguan dapat bersifat cukup serius dan terus-menerus sehingga diperlukan kemampuan meremedial. Disiplin itu sendiri sebenarnya merupakan akibat dari pengelolaan kelas yang efektif.

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai bila guru mampu mengatur siswa dan saran pembelajaran serta mengendalikannya dalm suasana yang sangat menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan interpersonal antara guru dan peserta didik, peserta didik sama peserta didik merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan yang efektif merupakan prasyarat bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif.

Keterampilan mengelola kelas merupakn keterampilan guru unutk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan ke kondisi yang optimal jika terjadi ganggan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.

Penggunaan Kelas

Penggunaan komponen dalam kelas mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

1. Mendorong isiwa mengembagngkan tanggung jawab individu terhadap tingkah laku.

2. Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa teguiran guru merupakan suatu peringatan, dan bukan kemarahan.

Page 52: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

42 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

3. Menimbulkan rasa kewajiban melihat diri dalam tugas serta bertingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.Komponen Keterampilan Mengelola Kelas

Komponen keterampilan mengelola kelas adalah sebagai berikut.

1. Kehangatan dan keantusiasan.2. Penguatan bahan yang menantang akan meningkatkan gairah belajar

siswa.3. Perlu dipertimbangkan penggunan variasi media, gaya mengajar

dan pola interaksi.4. Diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam mengubah strategi

mengajarnya untuk mencegah gangguang yang timbul.5. Penekanan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan

perhatian siswa pada hal yang negatif.6. Mendorong siswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri

dengan cara member contoh perbuatan guru sehari-hari.

Keterampilan mengelola kelas dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Keterampilan yang berkaiatan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.a. Menunjukan sikap yang tanggap: melalui perbuatan yang

sikap tanggap ini siswa meraskan bahwa “guru hadir bersama mereka” dan “tahu apa yang mereka perbuat”. Kesan ini dapat ditujukan dengan cara memandang kelas secara seksama, gerak mendekati, memberikan pertanyaan, dan memberikan reaksi terhadap gangguan serta kekacauan siswa.

b. Membagi perhatian: pengelolaan kelas yang efektif ditandai dengan pembagian perhatian yang efektif pula. Perbuatan pembagian perhatian dapat dikerjakan secara visual dan verbal. Memusatkan perhatian kelompok: perbuatan ini penting untuk mempertahankan perhatian siswa dari waktu ke waktu dan dapat dilaksanakan dengan cara menyiagakan siswa, menuntur tanggung jawab siswa.

c. Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas.d. Menegur: Teguran verbal yang efektif harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut. (1) tegas, jelas tertuju kepada siswa yang menganggu dan tingkah laku yang harus dihentikan;

Page 53: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 3 | Komponen-komponen Keterampilan Dasar 43

(2) menghindari peringatan yang kasar atau yang mengandung penghinaan; (3) menghindari ocehan yang berkepanjangan.

e. Memberi penguatan: pemberian penguatan dapat dilakukan kepada siswa yang suka mengganggu jika suatu saat tertangkap melakukan perbuatan yang positif. Dapat pula kepada siswa yang bertingkah laku yang wajar.

2. Keterampilan yang berkaiatan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap

gangguang siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru adalah:

a. Memodifikasi tingkah laku: Beberapa tingkah laku yang digunakan untuk mengorganisasikan tingkah laku adalah: (1) merinci tingkah laku yang menimbulkan gangguan; (2) memilih norma yang realistis untuk tingkah laku yang menjadi tujuan dalam program remedial; (3) bekerja sama dengan rekan atau konselor; (4) memilih tingkah laku yang akan diperbaiki; (5) memvariasikan pola penguatan yang tersedia misalnya dengan cara meningkatkan tingkah laku yang diinginkan dengan teknik tertentu, misalnya penghapusan penguatan, memberikan hukuman, membatalkan kesempatan dan mengurangi hak.

b. Pengololan kelompok: Pendekatan pemecahan masalah kelompok dapat dikerjakan oleh para guru sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah-masalah pengelolaan kelas. Keterampilan yang diperlukan anatara lain: (1) memperlancar tugas; (2) memelihara kegiatan kelompok.

c. Menemukan dab memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah adalah seperangkat cara yang dapat dikerjakan. Menurut Marshall, adalah: (1) pengabaian yang direncanakan; (2) campur tangan dengan isyrat; (3) mengawasi dari dekat; (4) menguasai perasaan yang mendasari terjadinya satu perbuatan yang negartif; (5) mengungkap perasaan siswa; (6) memindahkan masalah yang bersifat mengganggu; (7) menyusun kembali rencana belajar; (8) menghilangkan ketegangan dengan humor; (9) memindahkan penyebab gangguan; (10) pengekangan fisik; (11) pengasingan.

Page 54: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

44 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

Hal-Hal Yang Harus Dihindari

Beberapa kekeliruan yang perlu dihinadri dalam mempraktikan keterampilan mengelola kelas adalah:

1. Campur tangan yang berlebihan: perbuatan ini ditandai dengan komentar verbal guru yang berlebihan, yang “memaksakan diri masuk” atau mencampuri secara tidak dikehendaki dalam kegiatan peserta didik.

2. Kelenyapan perbuatan yang menunujukan adanya kelenyapan yang dilihat pada tingkah laku guru yang gagal dalam melengkapi suatu instruksi, sehingga penyajian menjadi terhenti untuk beberapa saat, yhang sifatnya jadi mengganggu.

3. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan. Kekeliruan ini timbul bila guru memulai sesuatu aktivitas tanpa mengakhiri secara tuntas aktivitas sebelumya. Dapat pula dia menghentikan kegiatan pertama dan memulai kegiatan yang berikutnya, kemudian kembali lagi kepada kegiatan yang petama.

4. Penyimpangan: Penyimpangan yang terjadi karena guru sedemikian asyik membicarakan suatu kegiatan yang keluar dari tujuan pelajaran.

5. Bertele-tele: Kesalahan ini terjadi karena guru: (1) selalu mengulang-ulang hal tertentu, (2) memperpanjang keterangan, (3) mengubah suatu teguran yang sederhana menjadi ocehan yang berkepanjangan.

6. Pengulangan penjelasan yang tidak perlu: Kekeliruan ini ditandai oleh kegiatan guru yang membagi petunjuk secara terpisah dalam setiap kelompok, yang sebenarnya petunjuk tersebut dapat diberikan secara klasikal.

Melihat sedemikian kompleksnya keterampilan mengelola kelas, maka penguasaan atau pemahaman komponen keterampilan menggunakannya harus dikerjakan dan dilatih secara intensif.

D. Keterampilan Memberikan Penguatan (Reinforcement)Pada umumnya penghargaan memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan manusia, karena dapat mendorong dan memperbaiki tingkah laku seseorang serta meningkatkan usahanya. Memang sudah fitrah manusia bahwa manusia ingin dihormati, dihargai, dipuji, dan

Page 55: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 3 | Komponen-komponen Keterampilan Dasar 45

disanjung-sanjung, tentu saja semuanya ini dalam batas-batas yang wajar.

Untuk kegiatan proses pembelajaran, penghargaan mempunyai arti tersendiri. Semua pengharagaan ini tidak berwujud materi, melainkan dalam bentuk kata-kata, senyuman, anggukan, dan sentuhan. Pada dasarnya antara keterampilan member penguatan dengan keterampilan bertanya saling terkait satu sama lainnya.

Inti sari dari penguatan itu adalah respons terhadap suatu tingkah laku positif yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Penguatan tidak boleh dianggap sepele dan sembarangan, tetapi harus mendapat perhatian serius. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan keterampilan penguatan antara lain:

1. Hindari komentar negatif, jika peserta didik tidak mampu menjawab pertanyaan jangan dibentak atau dihina.

2. Kehangatan, artinya perlihatkan dalam gerakan, mimik, suara serta anggukan yang serius.

3. Kesungguhan, dilaksanakan dengan serius tidak basa-basi.4. Bermakna, jika guru bertanya dan peserta didik menjawab, maka

guru harus seperti bagus, tepat.5. Perlu ada variasi, seperti anggukan, senyum, sentuhan, bagus,

gerakan tangan.

Komponen-komponen Keterampilan Penguatan

Pembelajaran penguatan memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang lebih memiliki makna mdn bermutu. Pujian dan respons positif yang diberikan oleh guru pada peserta didik yang telah menemukan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non- akademik, anak akan merasakan bahwa perbuatanya dihargai dan dengan demikian akan menjadi mitivator untuk terus berusaha menunjukan prestasi terbaiknya.

Sepintas mungkin hanya dengan ucapan terima kasih atau bentuk-bentuk pujian dan penghargaan secara verbal yang disampaikan pada peserta didik, oleh orang yang member penguatan tidak memiliki arti apa-apa. Akan tetapi, bagi yang menerima pujian apalagi bagi anak akan merasa senang, karena apa yang ditunjukannya mendapat tempat

Page 56: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

46 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

dan diakui. Seyogianya guru harus melatih berbagai jenis penguatan dan pembiasaan diri untuk menerapka dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak hanya sekedar berisi sajian materi untuk diakui oleh peserta didik, tetapi bermuatan nilai-nilai educatif untuk membentuk pribadi-pribadi yang selalu saling manghargai.

Pada prinsipnya keterampilan penguatan dapat dikelompok kepada dua jenis, penguatan verbal dan penguatan non verbal.

1. Penguatan verbal, berupa kata-kata atau kalimat seperti saya senang, ya, dan sebagainya.

2. Penguatan non verbal, berupa mimik dan gerakan tubuh. Berupa, mimik dan gerakan tangan, dengan pendekatan, dan menggunakan sentuhan digosok-gosok punggungnya. Melalui kegiatan menyenangkan seperti menunjuk mereka menjadi ketua kelas. Menggunakan simbol atau benda, seperti anak disuruh mengerjakan PR di papan tulis kemudian diberikan tanda betul, dan penguatan tak penuh seperti jawabanmu benar, tetapi perlu disempurnakan lagi.

E. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil (Guiding Small Discussion)

Membimbing diskusi kelompok berarti suatui proses yang teratur dengan melibatkan kelompok peserta didik daalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan sebagai informasi atau pengalaman mengambil keputusan. Drs. Muhammad Uzair Usman menyatakan bahwa diskusi kelompok kecil adalah peserta didik berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dibawah Pembinaan guru atau temannya untuk berbagai informasi, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, dilaksanakan dalam suasana terbuka. Diskusi ini harus ada dalm proses pembelajaran. Tidak semua guru yang mampu melakukan diskusi dalam proses pembelajaran, justru itu perlu latihan. Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam diskusi kelompok kecil antara lain:

1. Memutuskan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi Kegiatannya antara lain: merumuskan tujuan dan topik yang akan didiskusikan, koma mengemukakan masalah, catat kesalahan yang menyimpang dari tujuan.

Page 57: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 3 | Komponen-komponen Keterampilan Dasar 47

2. Memperluas masalah, intinya merangkum permasalahan supaya jelas, menjelaskan kekhasan peserta didik dengan memberikan informasi yang jelas.

3. Menganalisis pendapat peserta didik, antara lain manganalisis alasan yang dikemukakan memiliki dasar yang kuat, memperjelas hal-hal yang telah disepakati.

4. Meluruskan alur berfikir peserta didik, mencakup mengajukan beberapa pertanyaan menantang siswa untuk berfikir, memberikan contoh-contoh verbal, memberikan waktu untuk berfikir, dan member dukungan terhadap pendapat peserta didik yang penuh perhatian.

5. Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi, terkait dengan memancing semangat berfikir peserta didik, memberikan kesempatan kepada yang belum berbicara, mengatur jalannya siding diskusi, mengomentari pendapat yang dikemukakan.

6. Menutup diskusi, kegiatannya, membuat rangkuman hasil diskusi, menindaklanjuti hasil diskusi, dan menilai hasil diskusi.

Catatan : hal yang perlu diperhatikan

a. Mendominasi diskusi. b. Membiarkan peserta didik memonopoli. c. Membiarkan penyimpangan diskusi. d. Membiarkan peserta didik tidak bertanya. e. Tidak meperjelas dan mendukung alur

berfikir siswa yang salah. f. Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.

Catatan: hal yang perlu diperhatikana. Mendominasi diskusi.b. Membiarkan peserta didik memonopoli.c. Membiarkan penyimpangan diskusi.d. Membiarkan peserta didik tidak bertanya.e. Tidak meperjelas dan mendukung alur berfikir siswa

yang salah.f. Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.

F. Keterampilan Bertanya (Questioning)Mengajukan pertanyaan dengan baik adalah mengajar yang baik. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada umumnya guru tidak berhasil

Page 58: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

48 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

menggunakan teknik bertanya yang efektif. Keterampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan dengan pendapat yang mengatakan berfikir itu sendiri adalah bertanya.

Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang terkenal. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal seperti stimulasi efektif yang mendorongkan kemampuan berfikir, antara lain:

1. Merangsang kemampuan berfikir siswa.2. Membantu siswa dalam belajar.3. Mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri.4. Meningkatkan kemampuan berfikir siswa dari kemampaun berfikir

tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi.5. Membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang

dirumuskan.

Komponen-komponen yang termasuk dalam keterampilan dasar bertanya meliputi:

1. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat.2. Pemberian acuan, supaya siswa dapat menjawab dengan tepat,

dalam mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan informasi-informasi yang menjadi acuan pertanyaan.

3. Pemusatan kearah jawaban yang diminta: pemusatan dapat dikerjakan dengan cara memberikan pertanyaan yang luas (terbuka) yang kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit.

4. Pemindahan giliran menjawab: Pemindahan giliran menjawab dapat dikerjakan dengan cara meminta siswa yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama.

5. Penyebaran pertanyaan: dengan maksud tertentu guru dapat melemparkan pertanyaan keseluruh kelas , kepada peserta didik tertentu, atau menjabarkan respons siswa kepada peserta didik yang lain.

6. Pemberian waktu berfikir: dalam mengajukan pertanyaan guru harus berdiam diri sesaat sebelum menunjukan peserta didik merespons pertanyaan.

7. Pemberian tunutunan: bagi peserta didik yang mengalami kesukaran dalam menjawab pertanyaan, strategi pemberian tuntunan perlu

Page 59: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 3 | Komponen-komponen Keterampilan Dasar 49

dikerjakan. Strategi itu meliputi pengungkapan pertanyaan dengan bentuk atau cara yang lain, megajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana, atau mengulangi penjelasan-penjelasan yang sebelumnya.

Komponen-komponen yang termasuk ke dalam keterampilan bertanya lanjutan adalah:

1. Pengubahan tuntuan tingkat kognitif pertanyaan: untuk pengembangan berfikir siswa perlu dilakukan pengubahan tuntutan kognitif pertanyaan.

2. Urutan petanyaan: pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai urutan yang logis.

3. Melacak: untuk mengetahui sejauhmana kemampuian siswa yang berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, keterampilan melacak perlu dipunyai oleh guru. Melacak dapat dikerjakan dengan meminta siswa untuk memberikan penjelasan tentang jawabanya, memberikan alasan, memberikan contoh yang relevan, dan sebagainya.

4. Keterampialn mendorong terjadinya interaksi antar peserta didik.

Hal-hal yang harus dihindari :

a. Menjawab pertanyaan sendiri. b. Mengulang jawaban sendiri. c. Mengulang-ulang pertanyaan sendiri. d. Mengajukan pertanyaa yang memberikan

jawaban serentak.

Hal-hal yang harus dihindari:a. Menjawab pertanyaan sendiri.b. Mengulang jawaban sendiri.c. Mengulang-ulang pertanyaan sendiri.d. Mengajukan pertanyaa yang memberikan jawaban

serentak.

Teknik dasar bertanya dilakukan dalam proses pemebelajaran antara lain:

1. Pertanyaan yang diajukan harus jelas dan langsung diajukan kepada semua peserta didik, dan berikan waktu secukupnya untuk berfikir menjawabnya.

Page 60: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

50 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

2. Mencegah jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan.3. Mempersilahkan peserta didik untuk mejawab.4. Memotivasi peserta didik agar mendengarkan jawaban.

Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Tujuannya

1. Pertanyaan permintaan (compliance question) pertanyaan harapan agar siswa mematuhi perintah.

2. Pertanyaan retoris (rhetorical question), menghendaki jawaban guru.3. Pertanyaan mengarahkan (prompting question) pertanyaan yang

diajukan untuk mengarahkan siswa dalam proses berfikir.4. Pertanyaan mengali (probing question) pertanyaan lanjuatan yang

akan mendorong siswa untuk lebih mendalami jawabannya.5. Pertanyaan menurut Taksonomi Blom (Kognitif, Afektif dan

Psikomotor).6. Pertanyaan menurut luas dan sempit sasaran.

G. Keterampilan Menjelaskan Pelajaran (Explaining)Keterampilan member penjelasan adalah penyajian informasi secara lisan yang dikelola secara sistematis untuk menunjukan adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Ciri utama keterampilan penjelasan yaitu penyampaian ionformasi yang terencana dengan baik, disajikan dengan benar, serta urutan yang cocok. Memberikan penjelasan merupakan salah satu aspek yang penting dalam perbuatan guru. Berapa alasan kenapa keterampilan dalam menjelaskan perlu dikuasai, antara lain:

1. Pada umumnya interaksi komunikasi lisan di dalam kelas didominasi oleh guru.

2. Sebagian besar kegiatan guru adalah informasi. Untuk itu perlu efektifitas pembicaraan perlu ditingkatkan

3. Menjelaskan yang diberikan guru dan yang ada dalam buku sering kurang dipahami peserta didik.

4. Informasi yang diperoleh peserta didik agak terbatas.

Komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam penjelasan adalah:

Page 61: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 3 | Komponen-komponen Keterampilan Dasar 51

1. Merenacanakan pesan yang disampaikan.2. Menggunakan contoh-contoh.3. Memberikan penjelasan yang penting.4. Mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentang materi yang

belum dipahami.

T. Gilarso juga menyebutkan bahwa komponen penjelasan itu terkait dengan orientasi, bahasa yang sederhana, contoh yang banyak relevan, memiliki struktur yang jelas, bervariasi dalam menjelaskan, latihan dan umpan balik. Tujuan terakhir dalam keterampilan member penjelasan adalah guru tidak hanya mengajarkan tentang pengetahuan tentang sesuatu, tetapi sekaligus melatih peserta didik dalam proses dan teknik berfikir. Isi penjelasan kterkait dengan perencanaan, dan pelaksanaan. Langkah-langkah dalam menjelaskan menurut Wardani (1984) mengemukakan prinsip-prinsip penjelasan perlu dipahami antara lain:

1. Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, atau di akhir.2. Penjelasan harus relevan dengan tujuan.3. Guru dapat memberikan penjelasan bila ada pertanyaan siswa atau

dirancang guru sebelumnya.4. Penjelasan itu materinya harus bermakna bagi siswa.5. Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan

siswa.

H. Keterampilan Mengadakan Variasi (Variation Stimulus)Kejenuhan atau kebosanan yang dialami dalam kegiatan proses pembelajaran sering terjadi. Ditambah lagi kondisi ruangan tidak nyaman, performance guru kurang menyejukan hati peserta didik, materi yang diajarkan kurang menarik. Dengan memperbaiki gaya megajar saja belum dapat mengatasi persoalan yang terjadi. Namun, dengan harapan bervariasinya proses pembelajaran yang diberikan akan membawa cakrawala kecerahan bagi peserta didik di lapangan.

Variasi stimulus itu adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses interaksi pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan peserta didik, sehingga dalam proses embelajaran senantiasa menunjukan ketekunan dan penuh partisipasi. Inti tujuan proses pembelajaran variasi adalah menumbuhkankembangkan perhatian

Page 62: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

52 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

bdan minat peserta didik agar belajar lebih baik. Sedangkan manfaat keterampilan variasi dalam proses pembelajaran adalah:

1. Menumbuhkan perhatian peserta didik.2. Melibatkan peserta didik berpartisipasi dalam berbagai kegiatan

proses pembelajaran.3. Dengan bervariasinya cara guru menyampaikan proses pembelajaran,

maka akan dibentuk sikap positif bagi peserta didik terhadap guru.4. Dapat menanggapi rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki peserta

didik.5. Melayani keinginan dan pola belajar para peserta didik yang

berbeda-beda.

Beberapa variasi guru dalam proses pembelajaran yang perlu diketahui adalah sebagai berikut.

1. Keterampilan variasi dalam mengajar erat kaitannya dengan professional lainnya, antara lain penguasaan berbagai macam metode dan keterampilan mengajukan pertanyaan.

2. Keterampilan variasi sebelumnya direnacanakan dan disusun dalam SP.

3. Keterampilan variasi sangat dianjurkan akan tetapi, harus wajar dan luwes sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.Keterampilan variasi yang dapat dilakukan dalam proses

pembelajaran terbagi kepada tiga kelompok besar antara lain; variasi dalam gaya guru mengajar, variasi dalam pola interaksi guru dengan peserta didik, dan variasi dalam menggunakan media dan alat-alat pembelajaran.

Variasi dalam guru mengajar yang professional harus hidup dan antusias (teacher liveliness) menarik minat belajar peserta didik. Bisa dilakukan dengan suara dan isyarat-isyarat non verbal seperti pandangan mata, ekspresi roman muka, gerak-gerik tangan, badan. Selain itu, syarat-syarat lain yang dikenal sebagai extra-verbal, yaitu informasi warna dan bunyi-bunyian. Guru diharapkan mampu memodifisikasi variasi, melalui:

1. Suara guru (voice variations) tekanan tinggi-rendah, cepat-lambat.2. Memusatkan perhatian peserta didik (verbal focusing) pada hal yang

dianggap penting dapat dilakukan guru dengan kata-kata seperti, perhatian baik, peka, sekaligus dilakukan dengan gerakan tangan.

Page 63: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Bab 3 | Komponen-komponen Keterampilan Dasar 53

3. Mengadakan diam sejenak (silence) pada saat yang tepat guru membuat pembicaraan guru lebih jelas, karena ini berfungsi sebagai koma, titik, atau tanda seru yang membagi pelajaran dalam kelompok-kelompok kecil.

4. Intonasi dan bunyi-bunyian lain (ekstra-verbal cues) seperti guru menaggapi pekerjaan peserta didik dengan kata-kata, aah, hmm, wah, pintar sekali, disampaikn sesuai dengan nada suara, dengan kata-kata ini membuat emosional peserta didik lebih akrab.

5. Guru menguasai kontak mata (aye contact), kalau ada kontak mata guru dengan peserta didik, kata-kata yang diucapkan guru terasa lebih menyakinkan dan memperkuat informasi. Sebaiknya guru menatap peserta didik secara keseluruhan, tidak diarahkan ke arah tertentu saja seperti duduk di depan saja, tengah sehingga yang duduk disamping tidak terlihat.

6. Ekspresi roman muka (facial expression), ekspresi roman wajah guru perlu ceria bahkan ini sangat penting dalam komunikasi dengan peserta didik. Wajah yang punya ekspresi akan member kesan tersendiri bagi peserta didik, sebaliknya wajah yang seram akan membosankan bagi peserta didik. Semuanya ini diikuti dengan tersenyu, mengerutkan bibir, mengedipkan mata dan sebagainya.

7. Gerak kerik tangan (gesture) variasi dengan gerakan tangan, mata, kepala, dan badan dapat memperkuat ekpresi guru, sebaliknya gerakan yang aneh dapat mengganggu situasi perhatian dalam proses pembelajaran.

8. Tempat berdirinya guru di kelas (movement) variasi penggantian posisi guru di dalam kelas akan mendapat perhatian oleh peserta didik, seperti gerakan ke arah depan, belakang, kanan ke kiri dan sebagainya (tidak selalu duduk di dalam kelas). Jika guru melakukan Tanya jawab sebaiknya dekatilah pelan-pelan peserta didik. Kalau guru mendekati peserta didik mengandung arti yang sangat dalam bagi mereka.

9. Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan peserta didik, hindari guru banyak bicara atau terlalui lama sehingga kehilangan perhatian dan minat peserta didik. Justru berikan pekerjaan lebih banyak kepada mereka, dalam bentuk mengarang, membaca buku, mengerjakan soal, diskusi, membuat laporan, membaca dalam hati, dan sebagainya.

Page 64: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

54 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

10. Variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, sebaiknya guru membuat skema di papan tulis atau dengan memakai media lain seperti rekaman, gambar, slides, in focus, laptop, dan sebagainya, bisa juga dengan visual (dapat dilihat), audio (dapat didengar), dan tatile/motorik (dapat diraba).

Pada prinsipnya teknik dasar variasi dalam mengajar adalah:

1. Suara guru enak didengar.2. Tidak banyak melihat ke jendela saat sedang mengajar.3. Melihatkan kegembiraan dan semangat.4. Menggunakan isyrat mata, tangan, kepala dengan tepat.5. Hafal nama-nama peserta didik di kelas dan memanggil namanya

saat diperlukan.6. Variasikan peserta didik menjawab pertanyaan tidak pada orang

tertentu saja.7. Mengadakan selingan yang menyegarkan.8. Mempertimbangkan prinsip hadiah dan hukuman.

T. Gilarso, mengemukakan bahwa variasi dalam gaya guru mengajar dapat dilakukan antara lain dalam bentuk: pertama verbal (dengan menggunakan suara dan kata-kata yang diucapkan guru) seperti: (1) nada suara dan intonasi (voice variation); (2) mengarahkan perhatian peseta didik (verbal focusing); (3) mengadakan pause/diam sebentar (pausing/silent); (4) isyarat-isyarat lisan lain (extra verbal cues), kedua, non-verbal (dengan isyarat/bahasa badan), mencakup: (1) kontak pandangan mata (aye contact); (2) ekpresi roman muka (facial expressions); (3) gerak gerik tangan, kepala, badan (gestures); (4) posisi (tempat berdiri di kelas).

Page 65: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

DAFTAR PUSTAKA

151

Adams, IAIN, Rahantoknam, B.E. 1998. Pendidikan Jasmani dengan Pendekatan Pemahaman. Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis, Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Azis, Syamsir, 1998. Pembelajaran Pendidikan Jasmani yang efektif di Sekolah Dasar (makalah), Padang: FPOK-IKIP.

Gabbard, Carl, dkk. 1987. Physical Education For Children (Building the Foundation), Englewood Cliffs, New-Yersey 07632: Printice-Hall, INC.

Irawan, Prasetya, 1999. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Repro-International.

Lutan, Rusli. 2001. Mengajar Pendidikan Jasmani, Pendekatan Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar. Jakarta; Direktorat Jeneral Olahraga, Depdiknas.

Lutan, Rusli, 2000. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan . Jakarta: Depdikbud, Universitas Terbuka.

Lutan, Rusli, 2001. Mengajar Pendidikan Jasmani (Pendekatan Pendidikan Gerak di sekolah dasar); Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah bekerja sama dengan Direktorat Jendral Olahraga.

Page 66: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

152 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

Schurre, L, Evelyn. 1980. Movement Experiences For Children ( A Humanistic Approach to elementary School Physical Education)., Englewood Cliffs, New-Yersey 07632: Printice-Hall, INC

Subagiyo, dkk. 2000. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud, Universitas Terbuka.

Page 67: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

Dr. H. Zalfendi, M.Kes lahir pada tanggal 2 Juni 1959 di Amping Parak Kabupaten Pessiir Selatan. Menamatkan pendidikan di SD. Negeri Amping Parak pada tahun 1971. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Teknik Negeri 1 Kambang dan tamat pada tahun 1974. Setelah itu melanjutkan pendidikan di Sekolah Teknik Menengah Negeri 1 Padang dan tamat pada tahun 1977. Setelah itu melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana FPOK-IKIP Padang dan tamat pada tahun 1983. Kemudian melanjutkan Pendidikan S2 ke Univeristas Airlangga Surabaya dan tamat pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan Pendidikan S3 ke Program Doktor Univeristas Negeri Padang dan tamat pada tahun 2016. Diangkat menjadi Dosen di Universitas Negeri Padang mulai 1 Maret 1985 sampai sekarang. Semenjak tahun awal dipercaya untuk membantu dan juga mengampu Mata Kuliah Micro teaching hingga sekarang di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang. Selain itu, juga pernah dipercaya menjadi Sekretaris Labor, Wakil Dekan , Sekretaris dan Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Padang, dan Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang. Pengalaman di Bidang Organisasi Olahraga adalah menjadi Pengurus PSTI baik di Kota Padang dan juga Sumatera Barat, KONI dan BAPOMI.

Dr. Nurul Ihsan, M.Pd lahir pada tanggal 15 Mei 1982 di Rantau Bingin. Menamatkan pendidikan di Program Sarjana Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang tamat

BIODATA PENULIS

153

Page 68: RAJAWALI PERS - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/21909/1/MICRO TEACHING.pdftermasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2018. RAJ Dr. H. Zalfendi,

154 Micro Teaching Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga

pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang dan tamat pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan Pendidikan S3 ke Program Doktor Pendidikan Olahraga Univeristas Negeri Jakarta dan tamat pada tahun 2017.

Diangkat menjadi Dosen di Universitas Negeri Padang mulai 1 Desember 2009 sampai sekarang. Semenjak tahun awal dipercaya untuk membantu dan juga mengampu Mata Kuliah Micro teaching hingga sekarang di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang. Selain itu, juga pernah dipercaya menjadi Sekretaris Labor dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang. Pengalaman di Bidang Organisasi Olahraga adalah menjadi Pengurus FOPI Sumatera Barat, KONI Padang dan BAPOMI.